• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Anak - Karakteristik Anak Yang Menderita Leukemia Akut Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Anak - Karakteristik Anak Yang Menderita Leukemia Akut Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011-2012"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Anak

Anak merupakan mahluk yang rentan dan tergantung. Tumbuh kembang anak

yang optimal bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh

kembang anak yaitu status anatomik, fisiologik, kompetensi psikologik dan di

lingkungan sekitar anak. Penyimpangan tumbuh kembang anak dapat terjadi dari

ringan sampai berat, dari yang sementara sampai yang berat. Menurut UU No 23

tahun 2002 tentang perlindungan anak, pengertian anak adalah seseorang yang belum

berusia 18 tahun. Berdasarkan kesepakatan internasional, umur anak untuk

kepentingan statistik kesehatan adalah kurun waktu masa kehidupan dibawah umur

15 tahun.19

2.2. Pengertian Leukemia

Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih”

pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan

proliferasi sel induk hematopoetik.20

Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum

tulang ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih dengan manifestasi adanya sel-sel

abnormal dalam darah tepi.12 Sel-sel abnormal menyebabkan timbulnya gejala karena

kegagalan sumsum tulang (Anemia, Netropenia, Trombositopenia) dan infiltrasi

(2)

2.3. Morfologi dan Fungsi Normal Sel Darah Putih

Sel darah putih berfungsi melindungi tubuh dari infeksi. Sel ini bekerja sama

dengan protein respon imun, immunoglobulin, dan komplemen.22 Pada keadaan

normal jumlah sel darah putih (leukosit) 5.000-10.000 sel per mm3 . Pembentukan

sel darah putih (leukosit) dimulai dari diferensiasi dini dari sel stem

hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel stem committed, membentuk

eritrosit dan membentuk leukosit. Dalam pembentukan leukosit terdapat dua tipe yaitu mielositik

dan limfositik. Pembentukan leukosit tipe mielositik dimulai dengan sel muda

yang berupa mieloblas sedangkan pembentukan leukosit tipe limfositik dimulai

dengan sel muda yang berupa limfoblas.Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma

dan bentuk intinya leukosit digolongkan menjadi dua golongan yaitu :23

2.3.1. Granulosit

Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula sitoplasma.

Berdasarkan warna granula sitoplasma saat dilakukan pewarnaan granulosit terdiri

dari neutrofil, eusinofil dan basofil.24

a. Neutrofil

Neutrofil adalah granula yang tidak berwarna mempunyai inti sel yang

terangkai, kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak berbintik-bintik

halus dan banyaknya sekitar 60%-70%.25 Sel ini memiliki masa hidup singkat, sekitar

10 jam dalam sirkulasi. Neutrofil memasuki jaringan dengan cara bermigrasi sebagai

respon terhadap faktor kemotaktik. Konsentrasi neutrofil dalam darah dapat lebih

(3)

b. Eosinofil

Eosinofil jauh lebih sedikit dari neutrofil, hanya 2%-4% dari leukosit dalam

darah normal.24 Eosinofil mirip dengan neutrofil, kecuali granula sitoplasmanya lebih

kasar, lebih berwarna merah tua dan jarang dijumpai lebih dari tiga lobus inti. Waktu

transit eosinofil dalam darah lebih lama dari pada neutrofil dan berperan khusus

dalam respons alergi, pertahanan terhadap parasit dan pembuangan fibrin yang

terbentuk selama inflamasi.21

c. Basofil

Kurang dari 1% leukosit darah adalah basofil oleh karena itu basofil terlihat

hanya kadang-kadang dalam darah tepi normal.24 Basofil memiliki banyak granula

sitoplasma yang menutupi inti dan mengandung heparin dan histamin dan dalam

jaringan menjadi sel mast. Fungsi basofil menyerupai fungsi sel mast yaitu sumber

utama mediator kimia yang berperan dalam proses imunologi dan inflamasi.26

2.3.2. Agranulosit

Agranulosit adalah leukosit yang tidak memiliki granula sitoplasma, yaitu

limfosit dan monosit.24

a. Limfosit

Limfosit mencapai 30% jumlah total leukosit dalam darah. Limfosit

mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis

sitoplasma. Limfosit berasal dari sel-sel batang sumsum tulang tetapi melanjutkan

diferensiasi dan proliferasinya dalam organ lain. Sel ini berfungsi dalam reaksi

(4)

Limfosit ada dua jenis yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T

berpartisipasi dalam respon imun dengan mengatur aktivitas limfosit B. Pengaturan

ini terlaksana dengan mensekresi limfokin yang mempengaruhi kegiatan limfosit B.

Bagi banyak antigen, sel-sel dari subpopulasi sel T diperlukan untuk memberi

ransangan tambahan pada limfosit B untuk menghasilkan antibodi.25

b. Monosit

Monosit mencapai 3%-8% jumlah total leukosit. Monosit berukuran lebih

besar dari limfosit, inti selnya bulat atau panjang. Monosit berasal dari sumsum

tulang dan beredar dalam darah kemudian bermigrasi melalui dinding venul pasca

kapiler ke dalam jaringan ikat organ diseluruh tubuh. Monosit tidak mempunyai

fungsi yang berarti dan semata-mata merupakan sel cadangan bergerak yang sanggup

berkembang menjadi fagosit dan berperan aktif dalam pertahanan tubuh terhadap

invasi bakteri. 25. Waktu paruh monosit dalam darah adalah 12-100 jam.23

(5)

Granulosit

Gambar 2.3. Neutrofil27 Gambar 2.4. Eosinofil27 Gambar 2.5. Basofil27 Agranulosit

Gambar 2.6. Limfosit27 Gambar 2.7. Monosit27 2.4. Patofisiologi

Leukemia merupakan istilah untuk beberapa jenis penyakit yang berbeda

dengan manifestasi patofisiologis yang berbeda pula. Mulai dari yang berat dengan

penekanan sumsum tulang yang berat pula seperti pada LA sampai kepada penyakit

yang perjalanannya lambat seperti Leukemia Kronik. 13

Leukemia mempunyai sifat khas proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Ada

(6)

putih, kedua adanya sel-sel abnormal atau imatur dari sel darah putih sehingga fungsi

dan strukturnya tidak normal.

Produksi sel darah putih yang sangat meningkat akan menekan elemen sel

darah yang lain seperti penurunan produksi eristrosit mengakibatkan anemia,

trombosit menjadi menurun mengakibatkan trombositopenia dan leukopenia dimana

sel darah putih yang normal menjadi sedikit. Adanya trombositopenia mengakibatkan

mudahnya terjadi perdarahan dan keadaan leukopenia menyebabkan mudahnya

terjadi infeksi.

Sel-sel kanker darah putih juga dapat menginvasi pada sumsum tulang

periosteum yang dapat mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan nyeri tulang.

Disamping itu infiltrasi kebergai organ seperti otak, ginjal, hati, limpa, kelenjar limfe

menyebabkan pembesaran dan gangguan pada organ terkait.28

2.5. Klasifikasi Leukemia

Berdasarkan maturasi sel dan tipe asal sel, secara sederhana leukemia dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

2.5.1. Leukemia Akut29

Leukemia Akut merupakan proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,

sering disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan serta

dapat menyebabkan anemia, trombositopenia dan apabila tidak diterapi dapat

menyebabkan kematian dalam waktu beberapa minggu atau bulan. LA menurut

(7)

a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

Leukemia Limfoblastik Akut merupakan keganasan klonal dari sel-sel

precursor limfoid dan jenis leukemia ini yang paling sering dijumpai pada anak-anak.

Lebih dari 80% kasus, sel-sel ganas berasal dari limfosit B dan sisanya merupakan

leukemia sel T. Jika tidak diobati leukemia ini bersifat fatal.30

Gambar 2.8. Leukemia Limfositik Akut (LLA)27 b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)

Leukemia Mielositik Akut merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan

transformasi neoplastik dan gangguan diffrensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid.

Bila tidak diobati penyakit ini akan mengakibatkan kematian secara cepat dalam

waktu beberapa minggu sampai bulan sesudah diagnosis.31

(8)

2.5.2. Leukemia Kronik

Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan dengan akumulasi progresif yang

berjalan lambat.29

a. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)

Leukemia Limfositik Kronik adalah suatu keganasan klonal limfosit B da

jarang pada limfosit T. Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi

progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. Jenis

leukemia yang paling sering dijumpai pada orang tua, biasanya asimtomatik. Oleh

karena itu hampir selalu ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan hematologis

rutin atau pada seorang yang mempunyai hepatosplenomegali atau limfadenopati

yang asimtomatik.32

Gambar 2.10. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)27 b. Leukemia Mielositik Kronik (LMK)

Leukemia Mielositik Kronik adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai

oleh produksi berlebihan sel mieloid. Sel-sel mieloid ini mempertahankan kapasitas

(9)

Penyakit ini biasanya stabil kembali dalam beberapa tahun dan kemudian berubah

menjadi penyakit dengan keganasan yang lebih nyata.31

Gambar 2.11. Leukemia Mielositik Kronik (LMK)27 2.6. Epidemiologi

2.6.1. Distribusi Penyakit Leukemia Akut a. Berdasarkan Orang

a.1 Umur

Pada LLA, puncak usia timbulnya penyakit adalah antara umur 3 dan 4 tahun

sedangkan pada anak LMA tampak tidak ada usia puncak.33 Insidensi rata-rata LA

4-4,5 per 100.000 anak per tahun dibawah 15 tahun.12

Berdasarkan hasil penelitian LLA anak di RS Kanker Dharmais pada tahun

2000-2008, kelompok umur <1 tahun sebanyak 4,3%, 1-4 tahun sebanyak 34,8%,

umur 5-9 tahun sebanyak 27,5%, umur >10 tahun sebanyak 33,3%. Berbeda halnya

dengan LMA yang lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan

dengan anak-anak(15%).31,34

(10)

Leukemia Akut lebih banyak ditemukan pada pria dibandingkan dengan pada

perempuan.30 Berdasarkan hasil penelitian Arifin di Sub-Bag. Hematologi Anak

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU/ RS Dr. Pirngadi Medan tahun 1980-1988

terdapat 120 penderita LLA, laki-laki 63 kasus (52,5%) dan perempuan 57 kasus

(47,5%).15 LLA anak di RSK Dharmais pada tahun 2000-2008 sebanyak 69 kasus,

62,3% di antaranya adalah laki-laki dan 37,7% perempuan.34 Incidence Rate LMA

pada anak tahun 2009 di Australia, pada laki-laki 2,4 per 100.000 anak dan

perempuan 2,0 per 100.000 anak.13

a.3. Ras

Kasus LA di Negara berkembang 83% LLA, 17 % LMA, lebih tinggi pada

kulit putih dibandingkan kulit hitam (1,8:1). Anak kulit putih memiliki resiko

menderita leukemia dalam 15 tahun pertama kehidupannya kira-kira 1 dari 2.880

anak. Di Amerika Serikat, LLA lebih sering ditemukan pada ras kaukasi dari pada

Afrika-Amerika.12’33

b. Berdasarkan Tempat

Di Negara Jepang LA mencapai 4/100.000 anak dan diperkirakan tiap tahun

terjadi 1000 kasus baru sedangkan di Jakarta pada tahun 1994 incidence rate

mencapai 2,76/100.000 anak usia 1-4 tahun.12 Pada tahun 1996 didapatkan 5-6

pasien leukemia baru setiap bulan di RSUP Dr. Sardjito Yokyakarta sementara itu di

RSU Dr. Soetomo pada tahun 2002 dijumpai 70 kasus Leukemia baru.16 Di Amerika

Serikat, insiden LMA kurang dari 1/100.000 anak setiap tahunnya dan terdapat

(11)

c. Berdasarkan Waktu

Tabel 2.1. Incidence Rate dan Trend LA di Australia tahun 2005-2009 per 100.000 anak usia 0-14 tahun

Tahun Leukemia Limfositik Akut (LLA) Leukemia Mielositik Akut (LMA)

0-4 5-9 10-14 0-4 5-9 10-14

Sumber: Austalian Association of Cancer Registries, Australia, 2012

Pada LLA kategori umur 0-4 tahun merupakan IR yang lebih tinggi dan lebih

rendah pada kategori umur 10-14 tahun sedangkan pada LMA tidak tampak jelas IR

yang lebih tinggi.

2.6.2. Determinan Penyakit Leukemia Akut

Sampai saat ini penyebab leukemia belum dapat diketahui secara pasti namun

ada beberapa faktor resiko yang diketahui berdasarkan hasil penelitian dapat

meningkatkan resiko terjadinya penyakit leukemia33

a. Faktor Genetik

Faktor Genetik merupakan salah satu faktor determinan terjadinya leukemia,

pasien dengan kromosom yang mudah rusak seperti Sindrom Down, Anemia

Fanconi, Sindrom Bloom, ataksia telangiektaksia memiliki resiko tinggi untuk

menderita leukemia.33 Anak-anak yang menderita Sindrom Down memiliki risiko

menderita leukemia 1 dari 95 anak penderita Sindrom Down sebelum mencapai usia

10 tahun. Pada anak Sindrom Down, LMA secara dominan terjadi pada pasien

(12)

kandung dari pasien LLA mempunyai resiko empat kali lebih besar untuk

berkembang menjadi LLA sedangkan kembar monozigot dari pasien LLA

mempunyai resiko 20% untuk berkembang menjadi LLA.30

b. Virus

Virus yang terbukti berperan dalam leukemogenesis pada manusia adalah

Retrovirus ( Human T-Cell Lymphotropic Virus) HTLV-1 yang bisa diisolasikan dari

orang dewasa yang menderita leukemia sel-T/limfoma. HTLV-1 tidak membawa

suatu onkogen dan tidak secara selektif melekat dekat proto onkogen. Virus ini

mungkin memproduksi suatu protein pengatur yang mempengaruhi aktivitas gen-gen

selular. Jenis leukemia yang jarang ini bersifat endemik disuatu daerah yang

terlokalisir di Jepang tetapi telah ditemukan ditempat lain, terutama dikalangan kulit

hitam di Hindia Barat dan Amerika Serikat.35

c. Sinar radioaktif

Radiasi diketahui dapat menyebabkan LMA. Ini diketahui dari penelitian

tentang tingginya insiden kasus leukemia pada orang-orang yang selamat dari

serangan Bom Atom di Hirosima dan Nagasaki pada tahun 1945. Efek leukomogenik

dari paparan ion radiasi tersebut mulai tampak sejak 1,5 tahun sesudah pengeboman

dan mencapai puncaknya enam atau tujuh tahun.

d. Zat Kimia

Penelitian-penelitian epidemiologis memberikan bukti-bukti bahwa

(13)

determinan leukemia. Selain itu, benzene yang bersifat mielotoksik, leukemogenik

biasanya mendahului timbulnya leukemia.35

2.7. Gejala Klinis

2.7.1. Leukemia Limfositik Akut

Gejala yang khas pada LLA adalah pucat, panas dan perdarahan disertai

splenomegali dan kadang-kadang hepatomegalia serta limfadenopatia. Penderita yang

menunjukkan gejala lengkap diatas dapat didiagnosis leukemia. Pucat dapat terjadi

mendadak, perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epistaksis, perdarahan gusi,

dan sebagainya.36

2.7.2. Leukemia Mielositik Akut

Gejala utama LMA adalah adanya rasa lelah, perdarahan, dan infeksi yang

disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Perdarahan biasanya terjadi

dalam bentuk purpura atau petekia. Pada pasien dengan angka leukosit yang sangat

tinggi (>100.000/mm3) sering terjadi leukostatis, yaitu terjadi gumpalan leukosit yang

menyumbat aliran pembuluh darah vena maupun arteri. Gejala leukostatis yang sering

dijumpai adalah gangguan kesadaran, sesak nafas, nyeri dada, priapismus, gangguan

metabolisme berupa hiperurisemia dan hipoglikemia.31

2.8. Diagnosis

2.8.1. Leukemia Limfositik Akut

Diagnosis LLA sering didasarkan pada pemeriksaan darah tepi dan

(14)

adalah jumlah leukosit dapat normal, meningkat atau rendah pada saat didiagnosis.

Pada umumnya terjadi anemia dan trombositopenia. Proporsi sel blas pada hitung

leukosit bervariasi dari 0-100%. Kira-kira sepertiga pasien mempunyai hitung

trombosit kurang dari 25.000/ mm3. Pemeriksaan apus sumsum tulang tampak

hiperseluler dengan limfoblas yang sangat banyak, lebih dari 90% sel berinti pada

LLA dewasa.30 Jika jumlah leukosit awal pasien pada saat didiagnosis > 50.000 mm3

dapat dinyatakan mempunyai prognosis yang buruk.12

2.8.2. Leukemia Mielositik Akut

Diagnosis pada klien LMA adalah sel darah menunjukkan adanya penurunan

baik eritrosit maupun trombosit, jumlah leukosit total bisa rendah, normal ataupun

tinggi.25 Leukositosis terjadi pada sekitar 59% kasus LMA, 15% pasien mempunyai

leukosit normal, dan 35% pasien mengalami neutropenia.31 Pada pemeriksaan

sumsum tulang menunjukkan kelebihan sel blast yang immatur.25

2.9. Pencegahan

2.9.1. Pencegahan Primer37

Pencegahan tingkat pertama ini adalah upaya mempertahankan orang yang

sehat agar tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit. Pencegahan terhadap

sinar radioaktif bisa ditujukan pada pasien dengan penatalaksanaan radiasi.

Pencegahannya dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan diagnostik serendah

mungkin. Menghindarkan anak-anak dari paparan langsung zat-zat kimia karsinogen.

(15)

kesehatannya. Apabila mempunyai riwayat Sindrom Down sebaiknya

dikonsultasikan ke dokter ahli untuk mencegah penyakit yang tidak diinginkan.

2.9.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya manusia untuk mencegah orang yang

telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan

komplikasi dan mengurangi ketidakmampuan.37

a. Kemoterapi

Pemberian terapi yang lebih efektif pada uji klinis terkontrol, serta perawatan

suportif yang lebih baik, hasil pengobatan leukemia pada anak telah memperlihatkan

kemajuan yang pesat. Sekarang, lebih dari dua pertiga pasien yang diobati untuk LLA

akan berada dalam kondisi remisi komplit selama 5 tahun atau lebih setelah

didiagnosis dan kebanyakan kasus akan sembuh.33

a.1. Kemoterapi pada penderita LLA

(1) Tahap 1 (terapi induksi)

Terapi induksi berlangsung 4-6 minggu dan kemungkinan hasil yang dapat

dicapai remisi komplit, remisi parsial, atau gagal dengan cara membunuh sebagian

sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.12

(2) Tahap 2 (intensifikasi)

Intensifikasi adalah kemoterapi intensif tambahan setelah remisi komplit dan

untuk profilaksi leukemia pada susunan saraf pusat. Hasil yang diharapkan adalah

tercapainya perpanjangan remisi dan meningkatkan kesembuhan.12

(16)

Profilaksis profilaksis Sistem Saraf Pusat (SSP) sangat penting dalam terapi

LLA, sekitar 50%-75% pasien LLA yang tidak mendapat terapi profilaksis akan

mengalami relaps pada SSP.30 Terapi SSP diberikan melalui injeksi intratekal dengan

obat, sering dikombinasikan dengan infuse berulang dosis yang lebih rendah.12

(4) Tahap 4 (Rumatan)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini

biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.12

a.2. Kemoterapi pada penderita LMA

(1) Fase Induksi

Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk

mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit.

Meskipun terjadi remisi komplit tidak berarti sel-sel leukemik tereradikasi seluruhnya

karena masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat

dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa

yang akan datang.30

(2) Fase Konsolidasi

Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi

konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat

dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada

fase induksi. Tujuan kemoterapi ini adalah untuk mengeradikasi sel-sel leukemik di

dalam sumsum tulang dan tindakan ini juga akan mengeradikasi sisa-sisa sel

(17)

mengalami periode aplasia pasca terapi induksi. Pada saat tersebut, pasien rentan

terhadap infeksi, perdarahan dan dapat berakibat fatal. Sehingga terapi suportif sangat

penting untuk keberhasilan terapai LMA.30

b. Radioterapi29

Radioterapi memegang peranan penting dalam pengobatan berbagai kanker.

Radiasi pengion menginduksi kerusakan DNA, yang memicu apoptosis (kematian sel

terprogram). Radioterapi menggunakan radiasi yang bersumber dari energi radioaktif

dan bertujuan untuk menghancurkan jaringan kanker. Radiasi menghancurkan

material genetik sel sehingga sel tidak dapat membelah dan tumbuh lagi.

c. Transplantasi Sumsum Tulang12

Transplantasi sumsum tulang merupakan pilihan terapi lain setelah kemoterapi

dosis tinggi dan radioterapi pada beberapa pasien LA. Transplantasi dapat bersifat

autolog yaitu sumsum tulang diambil sebelum pasien menerima terapi dosis tinggi,

disimpan, dan diinfusikan kembali. Selain itu dapat bersifat alogenik yaitu sumsum

tulang berasal dari yang cocok HLA (Human Lymphocytic Antigen)-nya. Kemoterapi

dengan dosis sangat tinggi akan membunuh sumsum tulang penderita dan tidak dapat

pulih kembali.

Sumsum tulang yang diinfusikan kembali akan mengembalikan fungsi

sumsum tulang tersebut. Pasien yang menerima transplantasi alogenik memiliki

resiko rekurensi yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima

transplantasi autolog, karena sel tumor yang terinfusi kembali dapat menimbulkan

(18)

sumsum yang ditransplantasikan akan berefek antitumor yang kuat karena limfosit T

yang tertransplantasi.

d. Terapi Suportif38

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh

penyakit yang ditimbulkan leukemia itu sendiri dan untuk mengatasi efek samping

obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia,

transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi

infeksi.

2.9.3. Pencegahan Tertier37

Pencegahan ini bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dan

mengadakan rehabilitasi.Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup penderita

adalah dengan perawatan paliatif yang memperlambat progresifitas penyakit.

(19)

2.10.Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian karakteristik anak yang menderita LA

rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011-2012 sebagai berikut:

Karakteristik Anak yang Menderita Leukemia Akut

1. Sosiodemografi : - Umur

- Jenis Kelamin - Suku

- Agama

- Tempat Tinggal 2. Keluhan

3. Riwayat penyakit keluarga 4. Jenis LA

Gambar

Gambar 2.1. Sel Darah Putih27
Gambar 2.6. Limfosit27
Gambar 2.11. Leukemia Mielositik Kronik (LMK)27
Tabel 2.1. Incidence Rate dan Trend LA di Australia tahun 2005-2009 per 100.000 anak usia 0-14 tahun

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa saat pembelajaran akidah akhlak. Hal tersebut dapat dilihat dari gelaja: ada sebagian siswa ketika

Masa pubertas terjadi pada tahap ini, kalau pada tahap sebelum nya seseorang dapat menapakinya dengan baik maka segenap identifikasi di masa ka nak-kanak diintrogasikan dengan

Di Indonesia, schistosomiasis disebabkan oleh Schistosoma japonicum ditemukan endemic di dua daerah di Sulawesi Tengah, yaitu diDataran Tinggi Lindu dan Dataran Tinggi

Sumber : Hasil Olahan Eviews, 9.0, 2019 Hasil R-squared pada model ini adalah 0,581892 artinya bahwa variasi perubahan naiknya financial distress dapat dijelaskan

Fraksi etanol-air buah ketumbar merupakan fraksi yang mempunyai efek lebih baik dibandingkan dengan fraksi n-heksan dan etil asetat pada gambaran histopatologi

kebangsaan dalam diri siswa melalui materi pembelajaran sejarah yang berkaitan dengan keteladanan pahlawan nasional, guru sejarah yang mengajar di MAN 1 Sijunjung

Persoalan-persoalan yang telah dipaparkan diatas membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut menurut pandangan hukum Islam dan menurut undang-undang hukum

Pendayagunaan RTRWN dalam pembangunan nasional yang sinkron dengan penataan ruang maritim dan sumberdaya kelautan serta di kawasan strategis nasional terutama kawasan rawan