• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP RITUS-RITUS MATSURI DALAM PERUSAHAAN JEPANG 2.1 Perusahaan Jepang 2.1.1 Anggota Kelompok - Fungsi Matsuri dalam Perusahaan Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP RITUS-RITUS MATSURI DALAM PERUSAHAAN JEPANG 2.1 Perusahaan Jepang 2.1.1 Anggota Kelompok - Fungsi Matsuri dalam Perusahaan Jepang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP RITUS-RITUS MATSURI DALAM PERUSAHAAN JEPANG

2.1 Perusahaan Jepang

2.1.1 Anggota Kelompok

Ie menjadi struktur dari organisasi-organisasi perusahaan Jepang.dengan mengikuti pola Ie yang dianut dalam pelaksanaan perusahaan yang dibagi menjadi

beberapa divisi kelompok mulai dari stratifikasi paling atas hingga yang paling bawah. Perusahaan-perusahaan memiliki pola kehidupan rumah tangga berupa pengaturan hubungan kekuasaan dan obligasi, atasan dan bawahan, laki- laki dan

perempuan. Manajemen perusahaan Jepang terlihat dilakukan secara kekeluargaan dan kekerabatan dengan adanya sistem shushinkoyo “ pekerjaan seumur hidup”,

pekerjaan dan upah ditentukan berdasarkan nenkojoretsu “senioritas” keterikatan dan ketergantungan individu pada perusahaan membuat setiap individu memandang perusahaan tempat ia bekerja sebagai yang memiliki makna dari

dirinya. Perusahaan dianggap sebagai uchi ‘rumah’ tempat sumber kesejahteraan rahmat. Ie merupakan satu komunitas yang terbentuk dari disposisi yang mengikat

setiap anggota pada status dan peran. Ie yang berawal pelaksanannya dirumah yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak kini sudah menjelma menjadi sistem yang digunakan perusahaan yang terdiri atas atasan dan bawahan dimana ada

(2)

tubuh perusahaan terdapat pemimpin perusahaan sebagai oyabun dilanjutkan ke

lapisan bawah yang terdiri dari kelompok-kelompok divisi kepegawaian. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keteraturan internal dalam menghadapi persaingan bisnis di tingkat global yang tidak dapat dielakkan.Struktur organisasi

kelompok perusahaan mengikuti sistem manajemen multinasional yang hierarkis.

Berikut bagan organisasi di bawah naungan perusahaan Hitachi;

Direktur perusahaan (shacho) bersama dewan administrasi (keieikaigi)

didampingi oleh kaicho dan torinoyokkai. Garis lini dibawah jenjang teratas ada kamar (ya) dan bagian (bu). Pengawas dan dewan pengawas yang memiliki kamar

(3)

bagian-bagian (bu), kelompok (grup), kantor cabang ( shisha) dan rumah sakit (byoing).

Bagian pengembangan dan penelitian membawahai 6 tempat penelitian (sho) dan 4 kelompok, yaitu sistem kekuatan dan industri (denryoku.denkigurupu), platform ubikitas (ubikitasupurattofomu) dan (handotaiguruppu). Rumah sakit pusat

Ibaraki (ibarakibyoinsenta) membawahi 5 rumah sakit kecuali odairakinentokyohitachibyoin dan hitachikogesogobyoin

Koorporasi secara keseluruhan dibawah pimpinan torinoyakusacho sebagai representasi pimpinan perusahaan secara de facto dari 10 kelompok kerja

(jugyoguruppu), 35 bagian kerja (jigyobu), 10 bagian administrasi (eigyohonbu), 10 cabang (shisha), 8 tempat penelitian dan pengembangan ( kenkyujo, kaihatsuhonbu), sertaanakperusahaan yang berafiliasi di bawah masing-masing kelompok dan bagian. Pimpinan perusahaan tidak selalu orang yang memiliki hubungan atau darah keturunan langsung pendiri, seseorang diantara jajaran

pimpinan yang dinilai oleh dewan pimpinan memiliki kemampuan lebih dari yang lain (noryokushugi), bekerja lebih dari 3 tahun, memiliki pengalaman kerja di dalam jaringan koorporasi tersebut.

2.1.2 Senioritas

Organisasi dibentuk untuk mempertemukan kebutuhan antara kedua makna binari tersebut bagi kepentingan seluruh anggota dan masyarakat.Prinsip

dan praktek memanfaatkan fungsi organisasi, perlengkapan, dan aplikasi menjadi sebuah gejala koorporasi yang mendasar berada dalam manajemen.

(4)

budayanya. di bawah Sistem Nenko, promosi lebih didasarkan pada usia atau

umur panjang di perusahaan, atau dekat dengan pensiun, dan tidak pada sesuai antara umur dengan prestasi (jabatan) yang didapatkan. Sistem ini menguntungkan untuk karyawan yang lebih tua yang bisa mendapatkan

pendapatan yang lebih tinggi sebelum pensiun, dan sistem membawa lebih banyak pengalaman pada tingkat eksekutif. Namun, hal itu mungkin juga mengabaikan

talenta yang lebih muda.Dengan demikian, manajemen harus berhati-hati untuk menjaga bakat serta loyalitas pelayanan karyawannya.

Manajemen perusahaan Jepang dilakukan berdasarkan pada pekerjaan seumur hidup (shishinkoyo),pekerjaan dan upah ditentukan berdasarkan senioritas (nenkojoretsu). Keterikatan dan ketergantungan individu pada perusahaan

membuat setiap individu memandang perusahaan tempat dia bekerja sebagai yang memiliki makna lebih dari dirinya. Perusahaan menjadi pusat kehidupan ( bon’i

shugi) sedangkan pegawai bersangkutan akan memperoleh status terbaik sebagai seishain. Seishainadalah pegawai permanen atau orang yang dipekerjakan oleh perusahaan secara keseluruhan sempurna.

Didalam sistem nenkojoretsu Perusahaan memiliki model implisit organisasi, yaitu model piramida manusia mengatur hubungan jarak yang dalam

dan besar dengan kekuatan serta larangannya, ukuran-ukuran untuk mengkonsentrasikan otoritas serta struktur dari setiap kegiatan. Tanpa kesadaran akan hubungan tersebut kehidupan karyawan tidak bisa dilakukan secara lancar

(5)

Contoh bagan: a

b c

d e f g

Gambar tersebut menunjukkan struktur kelompok vertical

( Nakane,1981:54). A,b,c,d,e,f, dan g adalah anggota kelompok dengan atribut yang tidak harus sama. Pengelompokkan terbentuk dari hubungan akumulasi

antara a-b,b-d,b-e,c-f, dan c-g dengan a sebagai titik pusat. Struktur kelompok ini tidak fleksibel, sebab seorang anggota baru tidak bisa menggeser kedudukan anggota yang lama, dan iadiberi tempat pada tatanan yang paling rendah.

posisinya secara bertahap akan naik sejalan dengan makin bertambahnya usia keanggotaannya dalam kelompok tersebut hubungan atasan dan bawahan

diungkapkan dengan istilah oyabun-kobun . oyabun berarti orang yang memilki status sebagai orang tua (oya), sedangkan kobun menunjukkan orang yang berstatus anak (ko), pada perusahaan besar seperti Hitachi, sistem penerimaan pegawai baru lebih menyerupai sesuatu “pengadopsian anak ke dalam keluarga” perusahaan. oleh karena itu, perusahaan lebih suka merekrut lulusan-lulusan baru

daripada orang yang sudah pernah bekerja di tempat lain, sebab mereka akan lebih mudah menerima sosialisasi awal dalam memahami tujuan, nilai-nilai,dan norma-norma perusahaan. di samping itu, sistem senioritas dapat dipelihara

(6)

Perusahaan bagi orang Jepang dianggap sebagai uchi ( rumah; dalam) sebagai kesejahteraan dan rahmat. Hubungan-hubungan kerja internal dan eksternal dalam kelompok perusahaan berlangsung dalam aturan pembagian fungsi seperti seksi, departemen dan hierarki, hubungan jangka panjang,

keturunan dan kontrak berdasarkan negosiasi. Corak dan hubungan – hubungan kerja dari suatu perusahaan tidak sama terkait dengan bisnis perusahaan

sedangkan individu-individu ditugaskan dalam seperangkat jenjang (keitosei). Jenjang dari ciri perusahaan Jepang di perusahaan Hitachi, sebagaimana pada umumnya standar jenjang perusahaan Jepang (kaisha), disesuaikan dengan

ekspresi universal dengan variasi tidak adanya wakil atau asisten (fuku) atau deputi (dairi). skema dibawah menampilkan standar jenjang organisasi

perusahaan hitachi

Universal Jenjang

Presiden Shacho

Vice-President Fukusacho

Senior managing director Senmu Torishimariyaku

Managing director jomu torishimariyaku

Director Torishimariyaku

Department head Bucho

Deputy department head jicho

Section head Kacho

Sub-secton head kakaricho

(7)

Penjenjangan berlangsung atas perusahaan disamping terhadap manusia berkaitan

dengan penghargaan dan insentif yang diberikan perusahaan dalam pertimbangan mendorong kejayaan dan kemashuran perusahaan. jenjang perusahaan menempatkan setiap individu dalam promosi sama, Perbedaan status membuat

direktur dala perusahaan Jepang tidak dipekerjakan oleh perusahaan maupun dikenai peraturan perusahaan, maka direktur yang sudah pensiun tetap berada

dalam dewan direktur sementara presiden direktur ( sacho) berada di tempat yang terpisah dalam ruangan tersendiri dan dibatasi oleh ruangan tertutup. Akses ke dalam melalui prosedur formal, dan untuk berkomunikasi dengannya

menggunakan bahasa formal.

Manajer (keiei) dibedakan dari pegawai biasa melalui kedudukan

seseorang yang terlibat atau menjadi anggota serikat buruh. Untuk kasus ini Jenjang tidak membedakan kantin utnuk menajer dan pegawai biasa, tetapi ditampilkan dalam pola tindakan formal berupa rapat (kaigi). Setiap orang dalam

rapat menyadari jenjang masing-masing.Sebelum rapat dimulai seluruh peserta rapat diatur penempatan dudukunya menurut kedudukan dan jenjang. Sistem

jenjang memberi kontribusi terhadap perasaaan persatuan dalam komunitas yang menciptakan perbedaan saya/kami dengan dia/mereka.\

Sistem hirarki berdasarkan senioritas merupakan mekanisme yang

sederhana dan stabil, karena dibentuk dengan sistem itu akan bekerja secara

otomatis tanpa perlu dukungan aturan apapun dan tidak perlu dicek terus menerus.

Didalam kehidupan sehari-hari sistem hirarki mengakibatkan aturan tingkah laku

dan berbicara yang rumit. Aturan tingkah laku dan Bahasa yang digunakan

(8)

seseorang dan lawan bicaranya contohnya san digunakan untuk sempai, kun untuk

kohai dan yang tanpa tambahan untuk doryo (Reischauer, 1982:210).didalam

kaitannya dengan kemantapan hubungan antar individu ini, kegiatan

tukar-menukar kartu nama meishi yang khas Jepang mempunyai implikasi sosial yang

penting. Yaitu untuk menampakkan status relatif masing-masing pihak sebelum

memulai percakapan sehingga bisa menggunakan tingkat Bahasa (dan perilaku)

yang tepat. ini sangat penting karena suatu kekeliruan dalam hal ini akan

menimbulkan rasa malu dan rasa bersalah yang sangat dihindari orang Jepang.

2.2 Ritus-ritus dalam perusahaan Jepang

2.2.1 Penerimaan Pegawai

Penerimaan pegawai merupakan suatu yang penting dalam menjalankan organisasi, karena sumber daya manusia adalah objek yang melakukan semua

pekerjaan di perusahaan juga sekaligus sebagai subjek yaitu pelaku dalam menjalankan bisnis perusahaan.

Dalam perusahaan jepang “ hubungan pribadi” merupakan hal yang sangat

penting. Maksudnya adalah semakin lama seseorang mengenal yang lain dan semakin sering bertemu secarapribadi, maka akan semakin baik hubungan tersebut. ( Boye De Mente : 1986 : 83).

Dengan dasar tersebut perusahaan jepang jarang mengganti karyawan, mereka lebih menghargai dalam hal loyalitas (kesetiaan) dari pegawai tersebut.

(9)

“bekerja seumur hidup” (Boye De Mente: 1986 :79). Dengan demikian mereka

benar- benar mengenal pemimpin mereka.

Dalam hal perekrutan pegawai, perusahaan Jepang memiliki metode

tersendiri. Metode pemilihan karyawan ini dikenal dengan sebutan shikakuseido atau sistem kualifikasi pribadi; yang artinya karyawan baru dipilih berdasarkan pendidikan, watak, kepribadian, dan latar belakang keluarga; tidak berdasarkan

pengalaman kerja atau latar belakang teknik ( Tanuwijaya; 2004; 77).

Perusahaan Jepang pada umumnya jarang merekrut pegawai.Mereka

biasanya merekrut pegawai sekali setahun, langsung dari sekolah. Beberapa akhir waktu sebelum akhir tahun ajaran sekolah, masing-masing perusahaan dan lembaga pemerintahaan atau kantor- kantor menentukan berapaorang pegawai

yang akan diterima.

Kemudian lembaga atau perusahaan mengundang mahasiswa-mahasiswa yang akan tamat tahun itu, untuk mengikuti ujian tertulis. Ada juga perusahaan

yang mempercayakan guru-guru besar universitas tertentu untuk menyarankan calon-calon pilihan merekakepada perusahaan setiap tahun dan menginginkan

mahasiswa terbaik dari kelasnya untuk perusahaan tersebut. ( Boye De Mente, 1986:79)

Pada sistem tersebut dalam penempatan pegawai disesuaikan dengan latar belakang pendidikannya. Bila ia tamatan SLTA maka akan ditempatkan sebagai karyawan biasa dan tamatan universitas ditempakan dibagian administrasi

(10)

berpengalaman dan dengan demikian akan lebih mudah diarahkan utnuk loyal

terhadap perusahaan

2.2.2 Ritus Pemujaan Leluhur

Orang Jepang sangat menggantungkan kehidupannya pada upaya menjaga

dan mengukuhkan kekuatan ruh leluhur-pendiri (senso). Keberadaan ruh leluhur ini dijaga melalui keberadaan senior Apabila kita bertanya pada orang Jepang,

apakah mereka memiliki agama. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika kita perhatikan sikap dan perilaku orang Jepang dalam fenomena kehidupan sehari - hari seperti dalam upacara

pemujaan leluhur atau perayaan - perayaan yang berhubungan dengan pemujaan terhadap alam dan perayaan yang bertujuan untuk memanjatkan rasa syukur, maka

kita akan mendapatkan kesan bahwa orang Jepang mempercayai atau meyakini adanya sesuatu.

Tradisi keagamaan yang terdapat dalam masyarakat jepang pemujaan

kepada leluhur. Religi keluarga menjadi kepercayaan mereka, dimana religi keluaga yang dimaksud pada intinya merupakan pemujaan terhadapa leluhur.

Pemujaan kepada arwah leluhur disebut sosensuhai (素線巣拝). istilah sosen

dapat diartikan sebaga pembuka terdahulu, seperti terlihat pada karakter (祖) dan

(11)

Penyembahan dari para keluarga yang masih hidup sangat diperlukan bagi

roh ini. Karena jika tidak ada penyembahan terhadap roh maka roh akan tetap berada di kukai (dunia susah) dalam keadaan susah dan menjadi ruh gentayangan (muen botoke) atau setan kelaparan (gaki). Terlihat hubungan emosional antara

genkai (dunia nyata) dengan yuukai (dunia roh). Dalam hal ini adalah anggota keluarga yang masih hidup dengan roh orang mati tersebut.

Dengan adanya keyakinan ini, maka hubungan batin satu keluarga dengan anggotannya yang telah meninggal akan tetap terpelihara dan tidak putus secara

tibia-tiba. Akibatnya secara emosi keluarga yang ditinggal mati oleh keluarganya tidak akan mengalami kekosongan yang dapat mengganggu kesejahteraan jiwa mereka (Danandjaja,1997:188)

Roh seseorang yang mengalami kematian masih dalam kondisi kekotoran maka dibutuhkan persembahan-persembahan dari keluarganya untuk membantu

keluar dari kekotoran tersebut. Menurut Yazima (dalam Situmorang,2000:32-33) mengatakan : bahwa begitu manusia mati maka rohnya untuk waktu sementara akan jatuh kedalam dunia kesusahan (kukai), hal ini disebabkan dosanya pada

waktu hidup. Tetapi akan kemudian akan tertolong oleh kuyo (persembahan-persembahan). apabila roh nenek moyang (sorei) tetap beradadalam kukai.Maka

nasib keluarga dalam hal ini Ie akan buruk.

Untuk meningkatkan status roh seseorang supaya mencapai tingkat yang lebih tinggi maka diperlukan kuyo / persembahan dari anggota keluarga yang

(12)

1. Mendirikan kuil

2. Membuat patung budha 3. Membuat stupa

4. Pembacaan doa

Dari jenis-jenis kuyo diatas ada tiga jenis kuyo yang sering dilakukan yaitu: zotou, shakei,dokukei

1. Zotou

Zotou artinya membuat stupa, stupa ini disebut “gorintou” (stupa 5 tingkat). Stupa melambangkan isi jagad raya, sebagai tempat persembahan

bagi orang mati.Pada masing-masing stupa, yaitu masing-masing 4 sisi yang disebut dengan “shimon” stupa tersebut biasanya didirikan

ditengah-tengah makam. Kelima tingkat tersebut adalah :

a. Persegi empat sebagai dasarnya, melambangkan tanah

b. Bulatan diatasnya, melambangkan air c. Lingkaran kecil, melambangkan angina d. Setengah lingkaran melambangkan angina

2. Shakei

Shakei adalah penyembahan gambar orang meninggal.Biasanya gambar tersebut diletakkan di batsudan dan kamidan. Di dekat gambar tersebut di beri persembahan dan di puja.

(13)

Dokukei adalah kitab sutra bagi orang yang mati,yaitu kitab sutra di setiap acara yang dilaksanakan pada orang mati tersebut, misalnya pada saat acara pembakaran, pemakaman, dan lain-lain.

Acara-acara kuyo tersebut diatas ditujukan kepada orang yang meninggal yang bertujuan untuk menghilangkan kagare atau kekotoran supaya roh almarhum tidak jatuh ke gokido atau dunia yang lebih bawah lagi.Pada masyarakat, hal

seperti ini menjadi kewajiban bagi keluarga.

Setelah menjalani rangkaian-rangkaian upacara tersebut, setelah 33 tahun

( menurut konsep budha) dan 50 tahun ( menurut konsep Shinto ), roh tersebut menjadi tenang dan suci. Roh-roh tersebut sebelum masa 33 tahun, dipercayai tinggal di Ihai ( papan nama) dimana pada papan nama tersebut dituliskan nama

baru dan akan terus menerima doa-doa dari keluarga. Namun setelah menjalani masa 33 tahun roh tersebut tidak mempunyai nama pribadi lagi. Dan dia sudah

suci dan tenang, dan dia akan disebut roh leluhur. Oleh karena itu tidak memerlukan persembahan-persembahan lagi. Namanya akan diturunkan dari altar keluarga, dari altar budha ( batsudan) maupun dari altar Shinto kamidana.

Setelah melewati masa 33 tahun, roh tersebut pergi kegunung.Roh tersebut menjadi hotoke (konsep budha) dan kami / dewa ( konsepShinto), dan menjadi dewa wilayah (ubusunagami atau ujigami). Pemujaan leluhur dalam

keluarga juga akan berkembang menjadi pemujaan terhadap dewa wilayah hingga sampai kepada ruang lingkup tertinggi yaitu dewa Negara.

(14)

pemujaan roh di Jepang.Anggota keluarga bukan hanya terdiri dari orang-orang

yang memiliki hubungan darah saja namun seseorang dapat mendirikan sebuah badan usaha / perusahaan, anggotanya adalah para pekerja serta keluarganya.Kepala keluarga tersebut adalahn yang mendirikan

perusahaan.apabila seorang kepala keluarga meninggal maka karyawan lain dipilih lagi menjadi kepala. Roh kepala keluarga tersebut akan dipuja sehingga

kelak bisa menjadi dewa keluarga atau Ie tersebut. Apabila keluarga tersebut tetap berlangsung, maka pemujaan roh-roh yang mati dari keluarga tersebut akan tersu berlangsung.

Bagi masyarakat Jepang dikenal juga roh-roh gentayangan yang disebut dengan istilah muenbotoke, adalah roh-roh yang tidak mempunyai keluarga

sehingga tidak ada yang memberikan pemujaan terhadap rohnya, orang yang mati bunuh diri, orang yang dendam, serta orang-orang yang mati karena kekerasan,

roh-roh yang mati tersebut akan terus berada dalam kondisi kotor sehingga menjadi roh gentayangan.Namun meskipun muenbotoke tersebut tidak mendapat upacara-upacara penyembahan dari keluarganya, dalam tradisi masyarakat Jepang

dikenal adanya upacara Obon (bon Matsuri). Dalam perayaan ini setiap keluarga memberikan makanan dan minuman juga pembacaan-pembacaan doa agar roh-roh

gentayangan tersebut tidak menganggu persembahan yang persembahan yang mereka berikan kepada roh-roh leluhur mereka. Dan pada waktu Higanatau Ziarah , pada waktu itu didirikan altar bagi roh-roh gentayangan tersebut di

pintu-pintu kuil.

(15)

penyembahan leluhur desa atau wilayah, dan penyembahan leluhur keluarga.

Untuk satu keluarga ada leluhur keluarga, untuk satu desa ada penyembahan roh leluhur desa /wilayah (Ubusunagami), dan untuk satu bangsa dilakukanpenyembahan terhadap dewa bangsa yaitu Amaterasu omikami.“Namun

bagi masyarakat Jepang dewasa ini pemujaan terhadap leluhur hanya dilakukan di dalam keluarga saja” (Situmorang,2001:103).

Pemujaan leluhur merupakan suatu wujud pengabdian seseorang terhadap leluhurnya .pemujaan leluhur menjadi suatu wujud rasa terima kasih dan ucapan

syukur atas berkat yang selama ini sudah diterima.Pemujaan leluhur merupakan satu bentuk permohonan akan keselamatan, perlindungan bagi anggota keluarga yang masih hidup dalam kehidupan mereka sehari-hari agar terhindar dari

gangguan dan malapetaka. Oleh karena itu sangat penting bagi orang Jepang terjaminnya kelanjutan kesinambungan pemujaan leluhur antara generasi ke

generasi selanjutnya.

2.2.3 ritus Sasho

Sasho adalah upacara persembahan yang didedikasikan bagi seorang pemimpin perushaan atau administrator tingkat atas perusahaan yang meninggal

dunia. Perusahaan bertanggung jawab penuh dengan keuangan dan sumber dayamanusia untuk mengorganisasikan upacara dan seremoni. Sasho dilakukan di seluruh Jepang, tidak hanya dilakukan oleh perusahaan besar dan dikota saja,

(16)

dengan pelanggan, pemegang saham, perusahan lain dalam industri yang sama,

dan politikus. Upacara sasho sudah dilakukan sejak zaman Meiji, yang dilakukan oleh perusahaan Mitsui sebagai salam penghormatan bagi pendirinya yaitu iwasaki yotaro pada tahun 1885.

Sasho merupakan proses rekonstruksi perusahaan dengan melakukan penghormatan dan perpisahan dengan almarhum pemimpin perusahaan .bagi

orang Jepang kematian merupakan kelanjutan dari kehidupan, karena kehidupan yang memberikan karakter bagi orang yang sudah mati. Kematian memindahkan

kekuatan yang dimiliki oleh individu Selama masih hidup kedalam jalur lain. Maka, ruh penguasa, orang kaya, dan orang penting adalah yang paling ditakuti, begitu juga kerabat dekat yang memiliki kekuatan khusus. Hal ini melahirkan

pengkhultusan terhadap pemujaan leluhur ( sosensuhai). Orang Jepang memberi nilai tinggi terhadap keturunan utilinieal karena membentuk generasi-generasi

penting secara struktural untuk kepentingan yang masih hidup dalam mendefenisikan sub divisi keturunan secara terorganisasi.dimana orang yang mati tersebut memiliki arti sosial dimana mempunyai pengaruh besar bagi orang-orang

sekitarnya termasuk individu-individu yang menjadi karyawan dalam perusahaan oleh almarhum. Dan sasho menjadi bentuk penghormatan terakhir kepada pemimpin yang meninggal yang telah berjasa dalam menjalankan bisnis perusahaan jadi untuk itu juga dipanggil para petinggi perusahaan lainnya seperti kolega, pemerintah dan lainnya yang pernah menjalin kerjasama kepada

(17)

Nakami dalam ijin (1999: 24) Sasho dalam pelaksaan sasho juga

memperlihatkan prestise perusahaan dimana pelaksanaan sasho yang semakin besar-besaran dalam kaitan ruang dan waktu akan semakin menaikkan prestise perusahaan. prestise mengimpretasikan tingkat kejayaan pemimpin- pendiri yang

sudah almarhum. perjamuan penghormatan dilakukan dengan mengundang pemimpin-pemimpin perusahaan dimana mereka merupakan cerminan dari

tingkatan perusahaan yang melaksanakan sasho yang itu berarti sebagai cerminan pimpinan dan karyawan perusahan.

2.2.4 ritus Shainryoko (darmawisata Pegawai)

Shainryoko, darmawisata pegawai perusahaan yang dilakukan pada setiap musim semi dan musim gugur selama dua hari satu malam.Ada perusahaan yang melakukan shainryoko dengan cara seluruh pegawai perusahaan tersebut pergi secara serentak bersama-sama. Tetapi, kebanyakan perusahaan dewasa ini

melakukan shainryoko secara kelompok di dalam bagian atau seksi masing-masing. Lokasi tujuan shainryoko biasanya tempat pemandian air panas ( onsen)

atau objek wisata yang terkenal. Semua pegawai wajib mengikuti perjalanan ini. Perjalanan ini pada umumnya menggunakan kereta atau bus yang di sewa oleh perusahaan, dan biasannya tempat untuk menginap adalah hotel ala jepang

(ryokan) atau mess perusahaan. kegiatan yang dilakukan adalah jalan-jalan bersama melihat pemandangan, dan olahraga pada tempat yang ditujukan seperti

(18)

Pada malam harinya, diselenggarakan pesta perjamuan yang disertai

makan makanan lengkap (teishoku) dan minum minuman alkohol (sake). Pertunjukan oleh para pegawai itu sendiri seperti menyanyi karaoke dan menari. Acara yang tidak dapat dilewatkan adalah bersulang (kanpai) dengan mengikut

setakan semua orang tanpa terkecuali. Walaupun tidak semua orang bisa minum sake pada acara itu minimal meminumnya dengan porsi sedikit.

BAB III

ANALISIS FUNGSI MATSURI DALAM MASYARAKAT JEPANG

3.1 Matsuri dengan Pemujaan leluhur

Orang Jepang sangat menggantungkan kehidupannya pada upaya menjaga dan mengukuhkan kekuatan ruh leluhur-pendiri (senso).keberadaan ruh leluhur ini

dijaga melalui keberadaan senior.Anggota seniordari suatu komunitas sangat dihormati seorang manusia dengan kekuatan jiwa memanifestasikan.hal-hal yang

diinginkan yaitu kejujuran, kecerdasan, penuh semangat dan memiliki sifat dalam konteks indusri.Kekuatan ruh leluhur pendiri (senso) melindungi manusia dari serangan bahaya fisik dan magis.Maka dari sini terdapat ikatan antara manusia

dengan ruh leluhur berupa pejanjian pengikat agar dewa leluhur selalu menjaga manusia dan seluruh kegiatan yang dilakoninya.Sebagai timbal baliknya manusia

Gambar

Gambar tersebut

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis hipertensi (primer dan sekunder) sebagai variabel respon (Y),sedangkan variabel prediktor (X) adalah jenis

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Kota Surakarta yang terbagi menjadi lima kecamatan dengan proporsi data 40 data reponden pada setiap kecamatan, dengan objek

Example: Travelling in Romania Giurgiu Urziceni Hirsova Eforie Neamt Oradea Zerind Arad Timisoara Lugoj Mehadia Dobreta Craiova Sibiu Fagaras Pitesti Vaslui Iasi Rimnicu

Variabel Β Standard Error Nilai t Sig. Variabel bebas mempengaruhi variabel terkat signifikan secara parsial jika t hitung > t tabel dan signifikansi < 0,05. Selain

Sehingga  pada pengujian dengan test biuret urin patologis berwarna ungu yang artinya terdapat protein dalam urine tersebut (positif), dan untuk urine mahasiswa dan blanko

Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Tugas sarjana dengan judul “Perancangan Sistem Kerja Yang Ergonomi Berdasarkan Metode Therbligh Untuk Meningkatkan

1. Bayu Widagdo dan Winastwan Gora.S, Produser adalah orang yang bertugas menjadi fasilitator dan menyiapkan segala kebutuhan produksi dari tahap awal hingga tahap akhir,

AJI CAHYARUBIN. Analisis Pendapatan Usahatani Tebu Petani Mitra dan Non Mitra PG Rejoagung Baru, Kabupaten Madiun. Dibimbing oleh NUNUNG KUSNADI. Kemitraan antara petani