• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1. Latar Belakang - Perbedaan Tekanan Darah Setelah Pemaparan Cold Pressor Test (CPT) Antara Mahasiswa dengan dan Tanpa Riwayat Hipertensi di Keluarga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1.1. Latar Belakang - Perbedaan Tekanan Darah Setelah Pemaparan Cold Pressor Test (CPT) Antara Mahasiswa dengan dan Tanpa Riwayat Hipertensi di Keluarga"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Perkembangan penyakit tidak menular telah menjadi suatu tantangan pada abad 21. Di dunia, penyakit tidak menular (PTM) telah menyumbang 3 juta kematian pada tahun 2005 dimana 60% kematian diantaranya terjadi pada penduduk berumur di bawah 70 tahun. Penyakit tidak menular yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan dan angka kematian dunia adalah penyakit kardiovaskuler (PKV). WHO mengestimasi pada tahun 1998 kematian yang disebabkan oleh PKV di dunia terdapat 1/3 (15,3 juta), yang terjadi di negara berkembang dan negara yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO Technical Report Series, 2003). Pada tahun 2005, PKV telah menyumbangkan kematian sebesar 28% dari seluruh kematian yang terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2008). Sedangkan di Indonesia menurut laporan WHO tahun 2002, angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 361 per 100.000 penduduk untuk kategori age-standardize mortality rate (WHO, 2007).

Berbicara mengenai PKV tidak bisa terlepas dari permasalahan hipertensi. Hipertensi dan komplikasinya merupakan salah satu penyebab kematian nomor satu, secara global. Komplikasi pembuluh darah akibat hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, infark (kerusakan jaringan) jantung, stroke, dan gagal ginjal. Komplikasi pada organ tubuh menyebabkan angka kematian yang tinggi. Gangguan kerja organ, selain menyebabkan penderita,

keluarga dan negara harus mengeluarkan banyak biaya pengobatan dan perawatan, tentu pula menurunkan kualitas hidup penderita (Depkes RI, 2007).

Prevalensi hipertensi cukup tinggi di dunia, namun diketahui bahwa 90-95% orang yang menderita hipertensi adalah “hipertensi essensial”, penyakit tersebut diturunkan atau herediter dan etiologinya tidak diketahui. Manifestasi klinik sangat bervariasi, biasanya baru dijumpai pada usia 30-40 tahun (Guyton,2007).

(2)

kesehatannya yang lebih rendah, jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak mematuhi minum obat kemungkinan lebih besar (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan, 2006). Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI (2013), prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 adalah sebesar 25,8% ; sedangkan prevalensi hipertensi di Sumatera Utara adalah 24,7%.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.

Peningkatan tekanan darah ini berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dan dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal, jantung, dan otak. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada saat istirahat atau pagi hari pada saat bangun tidur (basal) (Purwandhono, 2013).

Menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013, hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat menganggu fungsi organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Didefinisikan sebagai hipertensi jika pernah didiagnosis menderita hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi oleh tenaga kesehatan (dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita hipertensi tetapi saat diwawancara sedang minum obat medis untuk tekanan darah tinggi (minum obat sendiri). Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk umur ≥ 18 tahun, maka prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada penduduk umur ≥ 18 tahun. Mengingat pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk umur ≥ 15 tahun maka temuan kasus hipertensi pada umur 15-17 tahun sesuai kriteria JNC

(3)

Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke (Depkes, 2012).

Seperti yang sebelumnya telah dikatakan pada bagian di atas, bahwa 90-95% orang yang menderita hipertensi adalah “hipertensi essensial”. Menurut Yogiantoro (2006), hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Sisanya yang berkisar hanya 5%, adalah hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi

sekunder antara lain adalah penyakit renovaskular, penyakit gagal ginjal kronik, fekromositoma, hiperaldosteronisme dan penyebab lain yang diketahui.

Hipertensi bukanlah penyakit dengan kausa tunggal. Berbagai penelitian telah membuktikan ada berbagai faktor risiko yang berkontribusi terhadap munculnya hipertensi. Hasil studi kardiovaskuler Jakarta menunjukkan bahwa faktor risiko hipertensi antara lain adalah umur, jenis kelamin, perilaku merokok, aktivitas fisik yang kurang, tingginya kadar kolesterol darah dan diabetes melitus (Lidya, 2009). Menurut Patel (1995) dalam Lidya (2009), faktor risiko hipertensi antara lain ras, riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, stres psikologis, kelas sosial, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, perilaku merokok, hidup yang kurang gerak (sedentary lifestyle), lemak, dan pola makan.

Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent killer”. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak, ataupun ginjal (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan, 2006).

Menurut Sharma (2007) dalam Sharon (2009), hipertensi telah menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat luas yang harus dicegah sedini mungkin, sebab hipertensi dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ. Komplikasi yang banyak dijumpai pada penderita hipertensi, antara lain serangan jantung, stroke,

(4)

yang mendadak naik, hiperhidrosis, cephalgie (sakit kepala), dan takikardi. Tetapi tidak selalu orang yang hipertensi mempunyai gejala seperti ini. Telah diketahui bahwa hipertensi esensial merupakan jenis hipertensi yang paling banyak dijumpai, orang yang memiliki bakat hipertensi esensial harus berhati-hati, karena bahaya bila melakukan aktivitas berat atau aktivitas yang dapat merangsang emosi, karena tekanan darah dapat meningkat secara tiba-tiba (Sharon, 2009).

Adanya bakat hipertensi esensial pada seseorang dapat dideteksi dengan percobaan “Cold Pressor Test”, yaitu suatu tes provokasi terhadap penderita dengan suhu dingin yang akan mempengaruhi pusat vasomotor (Guyton,2007). Menurut Schirger (1994) dalam Sharon (2009), bila “Cold Pressor Test” dijumpai

positif pada seseorang maka orang tersebut mempunyai kemungkinan untuk menderita hipertensi esensial.

Menurut Mourot, Bouhaddi, dan Regnard (2009), Cold Pressor Test (CPT) merupakan suatu tes yang dapat menyebabkan stres akut yang akan memicu peningkatan efek simpatis vaskular dan kenaikan tekanan darah pada subjek yang normal. Sedangkan untuk respon denyut nadi terhadap tes ini masih kurang didefinisikan dengan baik karena tingginya variasi inter-individual.

(5)

kategori hiperreaktor meningkat 10,02 kali lipat, dan rasio hiperreaktor akan meningkat 15,5 kali lipat bila kedua orang tua mengalami hipertensi.

Sementara menurut penelitian yang dilakukan oleh Sarosa, Billah, Herlambang, dan Muslimah (2009) di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang, yang membagi subjek penelitian (28 orang) ke dalam 2 kelompok; kelompok I (mahasiswa dengan riwayat hipertensi di keluarga) dan kelompok II (mahasiswa tanpa riwayat hipertensi di keluarga). Pada akhirnya, kedua kelompok uji menunjukkan peningkatan perbedaan rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah CPT, baik sistolik maupun diastolik, walaupun secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan. Tetapi bila ditinjau perbedaan antara

tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah CPT, maka kelompok dengan riwayat hipertensi di keluarga mempunyai perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok yang tidak mempunyai riwayat hipertensi di keluarga.

Demikian pula menurut penelitian dari Wood, Sheps, Evelback, dan Schirger di Minnesota (1934-1979), yang juga melakukan studi prospektif dan follow up selama 45 tahun pada 142 subjek, menyatakan bahwa adanya respon yang positif pada CPT dapat berguna secara potensial untuk memprediksi kejadiaan hipertensi. Terbukti dari 48 subjek yang termasuk kategori hiperreaktor, setelah 45 tahun sebanyak 71% menderita hipertensi. Jika dibandingkan dengan kelompok kategori normoreaktor yang berjumlah 94 subjek, hanya satu yang menderita hipertensi. Mereka juga mengatakan indikator lain untuk memperkuat kejadian hipertensi di kemudian hari adalah riwayat hipertensi keluarga yang positif, yaitu pasien yang dengan riwayat hipertensi keluarga 62% sedangkan yang tanpa riwayat hipertensi hanya 28%.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan belum ada yang meneliti tentang perbedaan tekanan darah setelah pemaparan cold pressor testantara mahasiswa dengan dan tanpa riwayat hipertensi di keluarga di Fakultas

(6)

Pressor Test Antara Mahasiswa Dengan dan Tanpa Riwayat Hipertensi di

Keluarga”.

1.2 .Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan tekanan darah setelah pemaparan cold pressor test (CPT) antara mahasiswa dengan dan tanpa riwayat hipertensi di keluarga ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tekanan darah setelah pemaparan cold pressor test antara mahasiswa dengan dan tanpa riwayat hipertensi di keluarga.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui perubahan tekanan darah pada mahasiswa dengan riwayat hipertensi di keluarga.

b. Untuk mengetahui perubahan tekanan darah pada mahasiswa tanpa riwayat hipertensi di keluarga.

c. Untuk membandingkan tekanan darah antara mahasiswa dengan riwayat hipertensi di keluarga dan tanpa riwayat hipertensi di keluarga sebelum dan sesudah cold pressor test.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti :

- Memberikan informasi kepada peneliti tentang hubungan paparan stresor akut CPT terhadap tekanan darah.

1.4.2. Segi Pendidikan (Ilmu Pengetahuan) :

(7)

- Hasil penelitian ini dapat dibandingkan dengan penelitian lain dengan metode yang sama, baik pada daerah di Indonesia maupun negara lain.

-Sebagai tambahan informasi kepada pembaca dan sebagai bahan acuan untuk penelitian berikutnya di bidang fisiologi.

1.4.4. Segi Pelayanan Kesehatan :

Referensi

Dokumen terkait

“ Efektifitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Dalam Menunjang Pembangunan Desa (Studi Di Desa Buduran Kecamatan Buduran Kabupaten

Mimikri yang dilakukan oleh Minke dan Nyai Ontosoroh tidak selamanya. berjalan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh earning management terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan Manufaktur yang Jenis Makanan dan minuman

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah mencoba mengembangkan data dari hasil foto udara dengan memanfaatkan data Digital Surface Model (DSM) yang di olah menjadi

Secara parsial variabel IPM, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan dan PMA berpengaruh signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan, sementara pertumbuhan ekonomi

second section. In this section, the writer applies the theory of schizophrenia. The Description of the Narrator in Charlotte Perkins Gilman’s “The

Hasil penelitian tentang pengaruh self tapping terhadap intensitas nyeri dysmenorrhea primer pada mahasiswi PSIK FK UGM dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi

Penelitian ini menggunakan campuran perbandingan 1:2:3 terhadap berat beton dan hasil menunjukan bahwa terak sebagai pengganti agregat kasar terhadap kuat tarik dan berat