• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKIRAAN BESAR MASALAH KRETIN DAN HAMBATAN MENTAL DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKIRAAN BESAR MASALAH KRETIN DAN HAMBATAN MENTAL DI INDONESIA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERKIRAAN BESAR MASALAH KRETIN DAN HAMBATAN MENTAL DI

INDONESIA

Djoko Kartono1 dan Robert L.Tilden2 1 Balai Litbang GAKI Magelang Kapling Jayan Borobudur Magelang

2 Senior Research Scientist, St.Mary’s/Duluth Clinic Health System United States of America

E-mail: kartono_djoko@yahoo.com

Naskah masuk: 21 September 2009, review: 23 November 2009, naskah layak terbit: 21 Desember 2009.

PENDAHULUAN

Kekurangan iodium mengakibat-kan penduduk menjadi menderita dan tidak sempurna yang masuk dalam spektrum Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Istilah GAKI didefinisikan sebagai semua spektrum akibat kekurangan iodium pada pertumbuhan dan perkembangan yaitu meliputi gondok endemik dan kretin endemik dengan karakteristik keterbelakangan mental, bisu-tuli dan juga keterbelakangan sistem saraf ringan akibat kekurangan iodium saat janin, keterbelakangan fungsi mental pada anak maupun dewasa dengan

pembesaran kelenjar gondok, ber-kaitan dengan berkurangnya tiroksin, meningkatnya lahir mati, perinatal dan kematian bayi1.

Kasus gondok dan kretin telah lama diketahui dan mudah dijumpai di beberapa daerah di Indonesia, khususnya sekitar gunung berapi2. Kini indikator biologi seperti ekskresi iodium urin dan hormon tirotropin menjadi lebih umum digunakan dibandingkan indika-tor klinik seperti gondok3,4. Gondok tidak memberikan respon yang cepat pada koreksi asupan iodium, misalnya dengan program iodisasi garam, dengan interval bervariasi dari beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk menjadi normal. ABSTRACT

Goitre, that’s enlargement of thyroid gland, and cretins had been known in Indonesia for long time, especially in areas around active vulcanoes. In areas where goitre is prevalence, cretinism is also common. This paper studied goitre prevalence to estimate the magnitude of cretinism and developmental deficit due to iodine deficiency. Data set from National Mapping Survey 1996/1998 were used for analyses. Data set from Evaluation on Intensified Iodine Deficiency Control Project 2003 were also used for comparison in the changes of goitre and urinary iodine concentration. Epidemiological modelling was construct to estimate cretin and developmental deficit due to iodine deficiency. Prevalence of goitre in areas with endemic goitre were not changes after five years intensive control program. Median urinary iodine concentration changed quite significantly. Around 0.33% of people living in endemic goitre area (TGR> 5.0%) were estimated to suffer from cretin and 0.9% were suffering from milder developmental deficit. Around 0.33% of baby born in areas with endemic goitre were cretin and 0.099% were born with milder developmental deficit. The higher the goitre prevalence the more the number of cretin and milder development deficit de to iodine deficiency.

(2)

Walaupun banyak faktor berperan, program iodisasi garam di Nigeria dianggap membantu menurunkan angka kematian bayi5.

Makalah ini menyajikan preva-lensi gondok endemik, perkiraan besar penderita kretin dan kretin baru dengan menggunakan model epidemiologi berdasarkan data prevalensi gondok (Total Goitre Rate=TGR) anak sekolah GAKI 1996/1998 Mencakup Seluruh Provinsi dan Kecamatan di Indonesia.

Sampel adalah anak sekolah dan ibu hamil. Sampel anak adalah murid Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) usia 6-12 tahun dan ibu hamil. Jumlah sampel murid SD/MI adalah 100 per klaster (Sekolah Dasar, Desa). Di setiap kecamatan dipilih 3 klaster atau 300 anak SD/MI. Sampel ibu hamil dipilih dari seluruh wilayah klaster dimana anak SD/MI diambil. Jumlah sampel ibu hamil di setiap kabupaten/ kota adalah 3006.

Data yang dikumpulkan meliputi: pembesaran kelenjar gondok dengan cara palpasi pada anak dan ibu hamil. Klasifikasi gondok menggunakan rekomendasi ICCIDD/UNICEF/WHO7. Cara palpasi Sampel urin sesaat (20 ml) ibu hamil di analisis menggunakan cara ‘wet acid digestion’8 di Laboratorium GAKI di Puslitbang Gizi, Bogor dan di Pusat GAKI, FKUNDIP, Semarang.

Jumlah sampel anak SD/MI yang dipalpasi sebanyak 1.200.000, ibu hamil yang dipalpasi 90.000 dan sampel urin sesaat ibu hamil 40.000.

2. Data Survei Evaluasi Intensifikasi Penanggulangan GAKI 2003 Mencakup Seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota, kecuali di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Sampel adalah murid sekolah dasar usia 8-10 tahun. Jumlah sampel 600-750 anak per kabupaten/kota. Di setiap kabupaten/kota dipilih 25 kluster (SD=Sekolah Dasar). Penetapan jumlah SD proporsional terhadap jumlah kecamatan. Jumlah sampel anak per klaster antara 24-30 anak9.

Data yang dikumpulkan meliputi: pembesaran kelenjar gondok dengan cara palpasi pada anak dan ibu hamil. Klasifikasi gondok menggunakan rekomendasi ICCIDD/UNICEF/WHO3. Cara palpasi Sampel urin sesaat (30 ml) anak sekolah di analisis menggunakan cara ‘wet acid digestion’4 di Laboratorium GAKI di Pusat GAKI, FKUNDIP, Semarang.

Jumlah sampel anak SD/MI yang dipalpasi sebanyak 231.000 dan sampel urin sesaat anak sekolah 17.150. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyajian hasil dan pemba-hasan dilakukan berurutan mulai dari prevalensi gondok, perkiraan besar masalah kretin, ekskresi iodium urin dan konsumsi garam iodium.

Prevalensi Gondok

(3)

(TGR), 1996/1998 anak sekolah adalah 9.8% dan ibu hamil adalah 16.0% (Tabel 1). Terdapat data Provinsi Timor Timur karena saat itu masih merupakan bagian dari Indonesia. Berdasarkan anak sekolah, ada 2 provinsi kategori endemik berat, 3 provinsi endemik sedang, 13 provinsi endemik ringan dan 9 provinsi non-endemik. Berdasarkan ibu hamil, ada 3 provinsi kategori endemik berat, 4 provinsi endemik sedang, 15 provinsi endemik ringan dan 5 provinsi non-endemik. Sedangkan pevalensi gondok endemik 2003 anak sekolah adalah 11.1%. Tampak bahwa prevalensi gondok pada anak sekolah sangat mirip dengan prevalensi gondok pada ibu hamil. Nusa Tenggara Barat dan terutama Nusa Tenggara Timur

merupakan provinsi dengan prevalensi gondok endemik yang tinggi. Maluku yang terdiri dari kepulauan dengan konsumsi ikan laut yang tinggi ternyata prevalensi gondok endemiknya juga tinggi. Kemungkinan adanya beberapa gunung berapi aktif dan masih tingginya frekuensi konsumsi goitrogenik menyebabkan tingginya prevalensi gondok endemik.

Gambar 1 menunjukkan hu-bungan antara prevalensi gondok endemik anak sekolah dengan ibu hamil adalah positif dan cukup kuat (Pearson r=0.923). Dengan demikian, dalam suatu survai, untuk menghemat biaya maka data prevalensi gondok anak sekolah saja atau ibu hamil saja sudah cukup.

prevalensi gondok anak seko lah

40 35 30 25

20 15 10

5 0 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

Pearson r=0.923

Gambar 1. Hubungan Prevalensi Gondok Anak Sekolah dengan Ibu Hamil Distribusi prevalensi gondok

endemik tingkat kabupaten/kota antara tahun 1996/1998 dan 2003 tidak menunjukkan perubahan (Tabel 2). Demikian juga distribusi prevalensi

(4)

Gondok pada anak sekolah menunjukkan kasus baru. Berarti kekurangan iodium di daerah tersebut masih merupakan masalah yang harus ditangguli. Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa prevalensi gondok endemik

No.urut Provinsi Prevalensi

Gondok Endemik (%)

Anak Sekolah Ibu Hamil

1 DI Aceh 5,4 9,8

2 Sumatera Utara 6,7 4,5

3 Sumatera Barat 20,5 27,1

4 Riau 1,1 2,0

5 Jambi 3,7 10,3

6 Sumatera Selatan 7,3 15,2

7 Bengkulu 7,9 19,1

8 Lampung 11,9 18,6

9 DKI Jakarta 2,0 8,3

10 Jawa Barat 4,5 11,7

11 Jawa Tengah 4,4 7,3

12 DI Yogyakarta 6,1 18,3

13 Jawa Timur 16,3 25,0

14 Bali 12,0 17,0

15 Nusa Tenggara Barat 19,7 29,9 16 Nusa Tenggara Timur 38,1 43,4

17 Timor Timur 21,4 14,7

18 Kalimantan Barat 2,3 3,8

19 Kalimantan Tengah 8,1 13,9

20 Kalimantan Selatan 1,7 3,2

21 Kalimantan Timur 3,1 4,8

22 Sulawesi Utara 3,0 6,6

23 Sulawesi Tengah 16,5 29,3

24 Sulawesi Selatan 10,1 18,6

25 Sulawesi Tenggara 24,9 35,9

26 Maluku 33,3 39,7

27 Irian Jaya 13,0 18,4

I N D O N E S I A 9,8 16,0

Tabel 1. Prevalensi Gondok Endemik Anak Sekolah dan Ibu Hamil Menurut Provinsi 1996/1998

(5)

Tabel 2. Distribusi Prevalensi Gondok Endemik Tingkat Kabupaten/Kota 1996/1998 dan 2003

Endemisitas Kabupaten/Kota

1996/1998 2003

Kategori TGR N % N %

Non-endemik < 5,0% 123 44,7 148 43,3 Endemik ringan 5,0-19,0% 106 38,6 122 35,7 Endemik sedang 20,0-29,9 30 10,9 42 12,2 Endemik berat >= 30% 16 5,8 30 8,8

T o t a l 275 100 342 100

Endemisitas Kabupaten/Kota

1996/1998 2003

Kategori TGR N % N %

Non-endemik < 5,0% 122 45,5 115 42,9

Endemik ringan 5,0-19,0% 104 38,9 96 35,8

Endemik sedang 20,0-29,9 28 10,4 35 13,1

Endemik berat >= 30% 14 5,2 22 8,2

T o t a l 268 100 268 100

Tabel 3. Distribusi Prevalensi Gondok Endemik di 268 Kabupaten/Kota yang sama 1996/1998 dan 2003

Perkiraan Besar Masalah Kretin Dengan model epidemiologi yaitu model fungsi hubungan antara gondok dan kretin serta hambatan mental dapat diperkirakan besar masalah kretin dan hambatan mental dari data prevalensi gondok endemik10. Tingkat endemisitas berpenga-ruh terhadap prevalensi kretin dan hambatan mental akibat kekurangan iodium. Prevalensi kretin dan hambatan mental dapat dialami oleh penduduk di daerah gondok endemik. Berdasarkan Survei Nasional Pemetaan GAKI 1996/1998) jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah gondok endemik sebanyak 86.775.202. Pada daerah dengan prevalensi gondok endemik 5.0-19.9% (endemik ringan) prevalensi

(6)

Ekskresi Iodium Urin

Lebih dari 90% iodium dalam tubuh dikeluarkan melalui urin8. Oleh sebab itu, kadar Ekskresi Iodium Urin (EIU) mencerminkan konsumsi iodium individu terkini. Iodium yang dikonsumsi kemarin dan kemarin lusa akan tercermin dalam kadar iodium urin hari ini. Dalam menilai ekskresi iodium urin biasanya menggunakan nilai median dari suatu masyarakat di suatu daerah dan pengobatan bukan berdasarkan nilai ekskresi iodium individu.

Secara nasional, nilai median EIU ibu hamil pada tahun 1996/1998 adalah 147 µg/L atau kategori cukup dan nilai median EIU anak sekolah 8-10 tahun pada tahun 2003 adalah 229 µg/L atau kategori optimal (Tabel 5). Ada perbedaan fisiologi antara ibu hamil dan anak sekolah. Kebutuhan iodium ibu hamil adalah untuk 2 (dua) yaitu dirinya dan janin yang dikandungnya. Sedangkan kebutuhan iodium anak sekolah adalah hanya untuk dirinya

yaitu untuk pertumbuhannya. Dengan demikian, kebutuhan iodium ibu hamil lebih tinggi dibandingkan anak sekolah. Walaupun nilai median EIU ibu hamil 147 µg/L, masih ada sebanyak 35% ibu hamil dengan nilai EIU kurang 100 µg/L atau kategori risiko kekurangan iodium dan sudah ada sebanyak 16% dengan nilai EIU lebih 300 µg/L atau kategori risiko kelebihan iodium. Sebaliknya, dengan nilai median EIU anak sekolah 229 µg/L, sudah ada sebanyak 35% anak sekolah dengan nilai EIU lebih 300 µg/L dan masih ada sebanyak 16% dengan nilai EIU kurang 100 µg/L.

Nilai EIU hanya dapat menun-jukkan asupan iodium tetapi tidak menunjukkan apapun tentang fungsi tiroid. Batas nilai EIU lebih 300 µg/L sebagai risiko kelebihan iodium masih harus diuji apakah juga berpengaruh terhadap fungsi tiroid. Mungkin saja fungsi tiroid baru terpengaruh apabila nilai EIU lebih 500 µg/L.

Tabel 4

.

Perkiraan Jumlah Penderita Kretin, Hambatan Mental, Kretin Baru dan Hambatan Mental Baru Berdasarkan Prevalensi Gondok Anak Sekolah 1996/1998

Prevalensi gondok endemik

Jumlah penduduk

Perkiraan Jumlah Penderita Kretin Hambatan

mental *)

Kretin baru/ tahun

Hambatan mental baru/ tahun

5,0– 19,9 57,753,994 5,775 17,326 169 508

20,0– 29,9 14,534,351 29,069 87,206 852 2,555

> 30 14,486,857 250,623 753,316 7,215 22,072

86,775,202 285,467 857,848 8,226 25,135

Catatan :

Total penduduk tahun 2000: 204,500,000; angka kelahiran: 29,3 per 1000

(7)

Tabel 5. Nilai Median Ekskresi Iodium Urin (EIU) Ibu Hamil dan Anak Sekolah Menurut Provinsi

No.urut Provinsi Nilai median EIU (µg/L)

Ibu Hamil (1996/1998)

Anak Sekolah 2003

1 DI Aceh 160 -

2 Sumatera Utara 169 238

3 Sumatera Barat 193 279

4 Riau 201 281

5 Jambi 180 224

6 Sumatera Selatan 191 307

7 Bengkulu 198 286

8 Lampung 178 179

9 Kep.Bangka Belitung - 337

10 DKI Jakarta 171 257

11 Jawa Barat 70 229

12 Jawa Tengah - 180

13 DI Yogyakarta 180 177

14 Jawa Timur 203 287

15 Bali 79 179

16 Nusa Tenggara Barat 80 146 17 Nusa Tenggara Timur 55 110

18 Timor Timur 147 143

19 Kalimantan Barat 194 241

20 Kalimantan Tengah 202 264 21 Kalimantan Selatan 211 273

22 Kalimantan Timur 207 241

23 Sulawesi Utara 191 251

24 Sulawesi Tengah 202 321

25 Sulawesi Selatan 95 180

26 Sulawesi Tenggara 148 241

27 Gorontalo - 267

28 Maluku 128 190

29 Maluku Utara - 194

30 Irian Jaya - -

I N D O N E S I A 147 229

Konsumsi Garam Iodium

Kualitas garam iodium yang dikonsumsi rumah tangga di Indonesia menunjukkan perbaikan dari waktu ke waktu. Persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam mengandung cukup iodium (>= 30 ppm KIO3) meningkat dari 50% pada tahun 1995

menjadi 73% pada tahun 2003 (Tabel 6). Sebaliknya, persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam tidak mengandung iodium menurun dari 22% pada tahun 1995 menjadi 14% pada tahun 2003.

(8)

Tahun Persentase Rumah Tangga Mengkonsumsi Garam Mengandung Iodium

Cukup Kurang Tidak beriodium

1995 49.8% 28.4% 21.8%

1998 65.2% 15.1% 19.7%

2003 73.4% 12.7% 14.1%

Tabel 6. Persentase Rumah Tangga yang Mengkonsumsi Garam menurut Kandungan Iodium dan Provinsi

KESIMPULAN

Sebanyak 0.33% penduduk yang 1.

tinggal di daerah gondok endemik diperkirakan menderita kretin dan sebanyak 0.33% bayi lahir di daerah gondok endemik adalah bayi kasus kretin baru

Sebanyak 0.99% penduduk yang 2.

tinggal di daerah gondok endemik diperkirakan menderita hambatan mental akibat kekurangan iodium dan sebanyak 0.099% bayi lahir di daerah gondok endemik adalah bayi kasus hambatan mental baru

Kewaspadaan masalah kretin dan 3.

lahirnya kretin baru dapat di fokuskan di daerah dengan berdasarkan pada prevalensi gondok endemik.

Di suatu daerah, tingginya ekskresi 4.

iodium urin tidak selalu berarti tidak ada lagi masalah gondok endemik. Perbaikan asupan iodium melalui 5.

program iodisasi garam dengan monitoring berkala yang memadai bermanfaat memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada semua pihak yang perorangan maupun institusi yang telah berkontribusi dan berpartisipasi pada Survei Nasional Pemetaan GAKI 1996/1998 dan Survei Evaluasi Intensifikasi Program GAKI 2003. tangga telah mengkonsumsi garam

mengandung cukup iodium atau disebut sebagai mencapai garam beriodium untuk semua (Universal Salt Iodization=USI)4). Seperti diketahui janin yang kekurangan iodium dapat menderita kretin yang sifatnya perma-nen dan tidak dapat diperbaiki1. Penderita kretin, berat hingga ringan, hanya mempunyai IQ antara 60-80. Dengan demikian, mencegah kretin berarti juga mencegah hilangnya IQ

poin atau meningkatkan kualitas sum-ber daya manusia masa datang.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Hetzel BS, Iodine deficiency 1.

disorders (IDD) and their eradication, Lancet 1983; ii: 1126-9.

Kelly FC and WW.Snedden. 2.

Prevalence and geographical distribution of endemic goitre. In: Clement FW et al (eds.). Endemic goitre. Geneva: World Health Organization; 1960. p.27-233. World Health Organization, 3.

Assessement of Iodine Deficiency Disordrs and Monitoring their Elimination: a guide for programme managers, ICCIDD/UNICEF/WHO, Second edition. 2001.

World Health Organization, 4.

Assessement of Iodine Deficiency Disordrs and Monitoring their Elimination: a guide for programme managers, ICCIDD/UNICEF/WHO, Second edition. 2007.

Lantum DN. Did universal salt 5.

iodization help reduce the infant mortality rate in Nigeria ? IDD Newsletter. 2009; 32(2): 6-7.

Puslitbang Gizi dan Direktorat Bina 6.

Gizi Masyarakat. Laporan Akhir (Revisi Ketiga), Survai Nasional Pemetaan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). 1998. Dunn, JT and Firts van der Haar. A 7.

practical guide to the correction of iodine deficiency. The Netherlands: ICCIDD/UNICEF/WHO; 1990. Dunn, JT, HE, Crutchfield, R, 8.

Gutekunst and AD,Dunn. Methods for measuring iodine in urine. The Netherlands: ICCIDD/UNICEF/ WHO; 1993.

Ministry of Health. Technical 9.

Assisstance for Evaluation on Intensified Iodine Deficiency Control Project. Final Report. 2003.

Clugston GA., EM. Dulberg, 10.

Gambar

Gambar 1.  Hubungan Prevalensi Gondok Anak Sekolah dengan Ibu Hamil
Tabel 1. Prevalensi Gondok Endemik Anak Sekolah dan Ibu Hamil Menurut Provinsi 1996/1998
Tabel 2. Distribusi Prevalensi Gondok Endemik Tingkat Kabupaten/Kota 1996/1998 dan 2003
Tabel 4. Perkiraan Jumlah Penderita Kretin, Hambatan Mental, Kretin Baru dan Hambatan Mental Baru Berdasarkan Prevalensi Gondok Anak Sekolah 1996/1998
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan penelitian terkait dampak dari implementasi e-government pada level pemerintah daerah terhadap

Bila mengkomparasikan semua pandangan di atas dengn pandangn aosiologi Slzn'ati yang berasaskan ajaran Islam, bahwa Al-QuCan sebagai sumber ajaran Islam dialamat}ao

meningkatkan efektifitas pengelolaan persediaan barang dagangan. Pengendalian intern persediaan yang memadai dapat berperan dalam memberikan informasi yang akurat mengenai

No Nama Jabatan/Bagian No. Penilai Harga Efek Indonesia *) Mohon dicantumkan No. Invoice pada keterangan transfer.. Perusahaan : Alamat : Telp/Fax :. Mendaftar

Mitra Polisi (http://poldakaltim.com/index.php/category /mitra-polisi/) (79) News (http://poldakaltim.com/index.php/category/news/ (67)

Penurunan nilai wajar dibawah harga perolehan yang signifikan dan berkepanjangan, kesulitan keuangan signifikan penerbit obligasi atau obligor dan hilangnya pasar jual-beli

Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk kendaraan bermotor

Sedang- kan hasil analisis dari peta neraca sumberdaya hutan mangrove (1997- 2009), luas hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato pada tahun 1997 adalah 9.189 ha yang tersebar