• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL RESUME KETERLIBATAN PEREMPUAN DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "JURNAL RESUME KETERLIBATAN PEREMPUAN DA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KETERLIBATAN PEREMPUAN DALAM AKSI TERORISME: SUATU

KAJIAN GENDER MENGENAI INDONESIA

1

WOMEN’S INVOLVEMENT IN TERRORISM: A GENDER RESEARCH

ON INDONESIA

Idealisa Fitriana Aina2

Universitas Pertahanan Indonesia (dea_becksaholic@yahoo.com)

ABSTRAK

Jurnal ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme di Indonesia.Perspektif gender dan teori-teori feminisme mengkaji isu terorisme yang biasa dilekatkan dengan sifat kemaskulinan laki-laki serta pergeseran peran sosial perempuan melalui keterlibatannya tersebut. Keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme dibuktikan dengankesamaan faktor, motivasi, dan tingkatan komitmen. Terdapat pergeseran peran sosial perempuan, yaitu terlibatnya perempuan dalam aktivitas yang maskulin seperti terorisme. Feminitas perempuan termanfaatkan dan disalahgunakan oleh laki-laki untuk dilibatkan dalam aktivitas menyangkut terorisme yang dijalaninya. Peran perempuan yang termanfaatkan dalam aktivitas tersebut menunjukkan bukti ancaman keamanan nasional dengan keberadaannya yang mempengaruhi komponen-komponen negara.

Kata Kunci: Keterlibatan Perempuan, Terorisme, Gender, Indonesia

ABSTRACT

This research is aimed at knowing how women’s involvement in Indonesia. Respective gender and feminism theories explore terrorism activity usually associated with men’s masculinities of nature as well as the transformation of women’s social role through their involvement. Women’s involvement in terrorism is confirmed by some even factors, motivation, and level of commitments. There is the transformation kind of process taking place to lead women involved in terrorism as one of masculine activities. Role and women’s feminities are misused to be involved in terorism-based activities they do conduct. Misused women’s roles in terrorism-based activities, at the very final, show the proves of national security’s threat regardless their existence affected by nations of pillar.

Key Words: Women’s Involvement, Terrorism, Gender, Indonesia

1 Jurnal merupakan resume dari Thesis Pascasarjana Universitas Pertahanan Prodi

Peperangan Asimetris yang telah berhasil dipertahankan oleh penulis dalam sidang/ujian pada 23 Maret 2016.

(2)

Pendahuluan

Saat ini, dunia telah mengalami perubahan agenda internasional secara berkesinambungan. Setiap negara tengah menghadapi tantangan terkait ancaman militer. Konsekuensi besar yang harus dihadapi dari adanya ancaman non-militer adalah ancaman asimetris. Ancaman asimetris muncul ke permukaan dari adanya kekuatan yang tidak seimbang. Hal ini menumbuhkan gejala pemberontakan oleh aktor non-negara atas negara sebagai aktor dominan dalam suatu sistem internasional.

Dalam Studi Hubungan Internasional, konsep “perimbangan kekuatan” lahir pada periode terbentuknya ikatan politik atau kerjasama Yunani sekaligus sebelum Perjanjian Westphalia mencapai kesepakatannya pada tahun 1648. Konsep “perimbangan kekuatan” memberikan gambaran khusus bagi aktor non-negara untuk melakukan tindakan yang pada akhirnya memunculkan ancaman tidak wajar (irregular threat). Salah satu bentuk irregular threat tersebut adalah aksi terorisme. Pada Buku Putih Pertahanan Republik Indonesia, dijelaskan bahwa terorisme merupakan salah satu isu prioritas yang merubah konsep keamanan secara fundamental. Konsep keamanan yang awalnya mengutamakan pendekatan bersifat konvensional pada akhirnya mempertimbangkan dan menerapkan pendekatan bersifat menyeluruh.3

Salah satu bentuk ancaman asimetris adalah paham radikal (radikalisme) melalui penggunaan kekerasan atau teror (terorisme). Dalam sejarahnya, terorisme telah muncul dan digunakan sebagai alat bagi para revolusioner untuk memperbaiki keadaan yang semestinya tidak mereka alami seperti ketidakadilan politik dan ekonomi. Kemudian terorisme juga digunakan oleh para pemberontak dalam menggulingkan pemerintah atau koloni yang menekan (oppressive).

Sementara itu, kaum agama dan etnis minoritas berjuang untuk melepaskan diri dari masyarakat yang mereka percaya telah mendiskriminasi diri mereka. Kaum tersebut juga berjuang dengan menggunakan taktik terorisme dalam meraih tujuannya tersebut. Aksi terorisme juga dapat dilakukan oleh mereka yang bertujuan dalam melukai dan mencelakakan ras atau kelompok sosial lain yang dianggap mengancam kehidupannya. Di sisi yang berlawanan, terorisme juga dapat dilakukan

(3)

oleh pemerintah sebagai alat atau instrumen dalam menekan pihak yang dianggapnya sebagai lawan.4 Hal ini berkaitan dengan ancaman kontra asimetris

yang dilakukan oleh negara terhadap aktor non-negara yang melawannya. Sementara di sisi lain, pemangku kepentingan radikal dan konservatif juga menggunakan terorisme sebagai taktik dalam agenda politiknya.5 Oleh sebab itu,

terorisme menjadi salah satu ancaman asimetris yang berkaitan erat dengan paham radikal sebagai penguat aksinya.

Terorisme memainkan peran yang signifikan pada penerapan pendekatan menyeluruh sebagai alat (tools) bagi pemerintah dalam suatu negara dalam mencapai kepentingan nasionalnya, yaitu melindungi keselamatan individu masyarakat. Agenda internasional yang semakin memasuki era kontemporer menggambarkan bahwa saat ini aktor utama di balik operasi dan aksi terorisme bukan hanya dilakukan oleh laki-laki, namun juga perempuan.

Tinjauan Literatur Gender

Gender merupakan sebuah struktur yang mensignifikasi hubungan kekuatan yang tidak sejajar antara wanita dan pria. Jika karakteristik gender memiliki persamaan dengan ketidaksejajaran, gender menjadi sebuah mekanisme bagi distribusi sosial atas ketidaksejajaran tersebut. Gender adalah seperangkat karakteristik yang terkonstruksi secara sosial dan mendefinisikan apa yang kita maknai sebagai maskulin dan feminin. Jadi, terdapat kemungkinan bagi seorang perempuan menampilkan karakteristik maskulin dan laki-laki menampilkan karakteristik feminin.6

Seks dan Gender

Feminis mendefinisikan gender sebagai sesuatu yang berbeda dari seks. Feminisme memiliki perbedaan paham atau pandangan mengenai hubungan gender. Perdebatan antar pemikiran kaum feminis memberikan pemahaman mengenai perbedaan seks dan hubungan gender. Gender sering digunakan sebagai

4 Robert Taylor. The History of Terrorism. USA: Lucent Terrorism Library. Hal.8

5Robert Taylor. The History of Terrorism. USA: Lucent Terrorism Library. Hal.8

(4)

kata atau kode bagi perempuan. Intervensi kaum feminis gelombang kedua menciptakan perbedaan antara seks dan gender. Seks dilihat sebagai suatu hal yang menyangkut biologis. Sedangkan gender dilihat sebagai konstruksi sosial, apa yang dimaksud pria atau wanita pada waktu dan tempat tertentu. Perbedaan antara seks dan gender memberikan ruang bagi kaum feminis. Jika gender adalah konstruksi sosial, hal ini dapat dirubah. Hal ini juga dapat memberi kemampuan dalam mengembangkan arti yang berbeda atas gender.7 Gender adalah:

1) identitas pribadi, konsep jawaban dari pertanyaan bagaimana seseorang berpengalaman menjadi seorang perempuan.

2) identitas sosial, konsep jawaban dari pertanyaan apa yang diharapkan orang lain terhadap seseorang sebagai seorang perempuan.

3) hubungan kekuatan, konsep jawaban dari pertanyaan mengapa perempuan hampir selalu dinilai berada di bawah kekuatan.8

Dalam buku “An Introduction To Feminist Philosophy” yang ditulis Alison Stone, gender mencakup9:

1.) Ekspektasi sosial dan asumsi tentang apakah suatu perilaku tepat dan cocok bagi suatu individu. Contohnya, laki-laki cenderung berkonfrontasi sedangkan wanita cenderung menghindari konfrontasi.

2.) Masalah psikologis. Dalam memaknai diri, bahwa individu cenderung berkembang di bawah pengaruh ekspetasi sosial. Contohnya, laki-laki sering berkonfrontasi daripada perempuan.

Foucault menjelaskan power sebagai sesuatu yang tidak lagi dimiliki oleh kekuasaan monarki (hirarkis), tetapi menyebar. Konsep ini menunjukan pemahaman mengenai gender pada masyarakat modern, bahwa:

 Laki-laki memiliki bentuk kekuasaan yang berbeda atas wanita. Setiap bentuk mengatur norma gender yang spesifik dalam institusi sosial yang berbeda.

 Perempuan mencegah laki-laki dalam menerapkan kontrol langsung pada wanita dengan cara menciptakan disiplinnya sendiri melalui regulasi dan hukuman serta norma yang muncul di tengah masyarakat. Jadi, ada hal

7 John Baylis & Steve Smith (Ed). 2001. The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, Second Edition. USA: Oxford University Press Inc. Hal 587

8John Baylis & Steve Smith (Ed). 2001. The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, Second Edition. USA: Oxford University. Hal 588

(5)

lain yang dapat mengarahkan wanita daripada pria yang biasanya mengarahkan dan memberi petunjuk. Contohnya pemakaian komestik selalu berkaitan dengan aturannya yang berlaku sehingga terlihat citra feminin seperti yang diinginkan.

 Kekuatan maskulin hanya dapat berjalan selama perempuan berpartisipasi dalam mereproduksinya. Contohnya, perempuan memberikan pengaruh pada pria melalui penampilan dan daya tariknya. Perempuan biasanya menginternalisasi diri mereka dan membuat mereka terkooptasi dengan penampilannya yang menarik.

 Resistensi yang dilakukan oleh perempuan selalu dimungkinkan dalam melawan kekuatan maskulin. Contohnya resistensi wanita tahun 1969 terhadap kontes miss world.10

Beberapa kaum feminis telah mengembangkan representasi gender. Istilah ‘berlaku gender’ atau ‘gender sebagai penampilan’ memberikan penilaian bahwa masyarakat memilih dan menegosiasikan caranya melalui ekspektasi dan kemungkinan yang terjadi di masyarakat (sosial).11 Perempuan lebih mudah

melakukan mobilisasi dalam mendukung sebab-sebab yang berhubungan dengan bangsanya (nasionalitas). Beberapa perempuan mengorganisasikan diri dalam suatu gerakan yang bahkan berbahaya bagi pihak lain termasuk perempuan lain. Perempuan dapat menjadi pendukung dan pemimpin ataupun pendukung aktif dalam melawan berbagai kekerasan sistematis yang melibatkan suku atau dirinya sendiri.12

Teori Feminisme

1) Feminis Liberal

Dalam teori feminisme, terdapat gagasan mengenai etika perempuan. Menurut Jurnal Perempuan: Untuk Pencerahan dan Kesetaraan, etika perempuan dibahas oleh Mary Wollstonecraft (1759-1799) dalam tulisannya yang berjudul “Vindication of The Right of Woman”. Pada tulisan ini, Wollstonecraft menentang definisi kebahagiaan dan kebijakan perempuan yang digagas oleh Rosseau. Secara

10 Alison Stone. 2007. An Introduction To Feminist Philosophy. UK: Polity Press. Hal.60

11 John Baylis & Steve Smith (Ed). 2001. The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, Second Edition. USA: Oxford University Press Inc. Hal.588

(6)

teoritis, Wollstonecraft masuk ke dalam kelompok feminis liberal. Feminis liberal sangat memprioritaskan kebebasan dan keindividuan manusia. Teori feminis liberal menekankan bahwa manusia adalah spesies yang rasional dan dapat menentukan tindakan-tindakannya sendiri. Menurut teori ini, moral tidak ditentukan oleh keluarga, negara, maupun agama. Setiap perempuan dianggap mampu bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri dengan syarat tidak melawan hukum. Gagasan etika perempuan dalam pandangan feminis liberal seperti ini membuat perempuan tertarik. Oleh sebab itu, selama duapuluh tahun pandangan ini berkembang dan melahirkan teori ataupun pandangan-pandangan feminisme yang menjadi landasan bagi feminisme kontemporer.13

Dikutip oleh Jurnal Perempuan, Jean Grimshaw menyatakan bahwa adanya agresi, dominasi, dan penindasan merupakan produk dari eksistensi laki-laki serta psikologi kekerasan laki-laki.14 Merujuk pada hal tersebut, muncul pemahaman

esensial bahwa perempuan memiliki sifat alamiah, yaitu lembut dan cinta kedamaian. Perempuan yang menginginkan jawaban esensial seperti ini ingin membedakan diri mereka dari sifat agresifitas laki-laki. Perempuan merasa telah sejak dulu direndahkan oleh adanya kualitas kefemininan yang mereka miliki. Bagi mereka anggapan ini benar, namun kodrat perempuan yang dianggap kekuatan oleh kaum esensial justru merupakan kelemahan yang membuat perempuan tertindas. Intinya, kaum feminis yang menjunjung tinggi etika feminis menganggap tolak ukur teorinya adalah pada titik penindasan perempuan, konstruksi sosial, dan dominasi budaya patriarki. Secara luas, feminis liberal dipahami sebagai feminis yang menjunjung nilai kesamaan (emansipasi), mencari akhir dari segala pengecualian perempuan di ranah publik, politik, dan pekerjaan. Kaum feminis liberal mencari kesamaan hak dalam militer, seperti kombatan, karena mereka melihat perlindungan sebagai salah satu cara dalam melindungi perempuan dari adanya kekuatan.15

13 Dikutip dari Jurnal Perempuan: Untuk Pencerahan dan Kesetaraan, Seksualitas Lesbian. 2008. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan. Hal 9

14 Jean Grimshaw. The Idea of Female Ethic pada Peter Singer (ed). A Companion to Ethics, dalam

Jurnal Perempuan: Untuk Pencerahan dan Kesetaraan, Seksualitas Lesbian. 2008. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan. Hal. 10

(7)

2) Feminis Radikal

Feminis radikal mengkritisi pemikiran feminis liberal. Mereka mencari perubahan pada institusi yang berbau maskulin agar menjadi institusi atau ranah yang ramah perempuan. Feminis radikal melihat subordinasi perempuan secara universal, meskipun menurut mereka perempuan itu berbeda. Ada anggapan bahwa perempuan berasal dari kelas seks dalam masyarakat, secara sistematis selalu mengacu pada hak pria untuk berlaku seks dan berakses pada tubuh, anak, dan pekerjanya.

Menurut Jaggar (1988), penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki dalam pandangan kaum feminis radikal adalah bentuk dasar dari penindasan terhadap perempuan.16 Caplan (1987) menjelaskan bahwa feminis radikal muncul sebagai

reaksi atas adanya kultur sexism atau diskriminasi sosial yang didasarkan pada jenis kelamin di Barat. Pandangan feminis radikal didasarkan pada ideologi patriarki.17

Bagi mereka, patriarki adalah suatu kekuatan sosial, politik, dan universal. Unsur patriarki menyebar ke seluruh aspek kehidupan termasuk kehidupan sosial dan personal. Kaum ini memperhatikan seksualitas dalam berpolitik.18 Pada pandangan

feminis radikal ditekankan bahwa relasi patriarki lebih fundamental daripada relasi kelas. Penindasan yang didasarkan pada kelas dan ras dianggap hanya perluasan dari penindasan oleh patriarki.19

Laura Sjoberg pada penelitiannya yang berjudul “Gendered Realities of the Immunity Principle: Why Gender Analysis Needs Feminism”, menjelaskan bahwa analisis feminis, dengan kepentingan politiknya pada emansipasi gender, memandang sejarah subordinasi gender agar dapat memahami esensi gender mengenai perlindungan bagi perempuan di lingkungan warga sipil. Analisis tersebut menerangkan bahwa diskursus yang terjadi dalam bidang perlindungan bagi perempuan biasanya justru memberikan resiko pada kehidupannya.

Ketidakefektifan prinsip imunitas atau perlindungan bagi perempuan saling bertautan dengan esensi gender pada anggapan mengenai perang. Pendekatan

16Alison Jaggar. Feminist Politics and Human Nature. Dalam Rachmad Hidayat. 2004. Ilmu Yang Seksis: Feminisme dan Perlawanan Terhadap Teori Sosial Maskulin. Yogyakarta: Jendela. Hal. 100

17Alison Jaggar. Feminist Politics and Human Nature. Dalam Rachmad Hidayat. 2004. Ilmu Yang Seksis: Feminisme dan Perlawanan Terhadap Teori Sosial Maskulin. Yogyakarta: Jendela. Hal 99.

18 John Baylis & Steve Smith (Ed). 2001. The Globalization of World Politics: An Introduction to International Relations, Second Edition. USA: Oxford University Press Inc Hal. 587

(8)

feminis dalam meneliti perlindungan warga sipil mampu mengakui fenomena empiris dari sebuah esensi gender. Teori feminis menjelaskan bahwa mengatasi masalah mengenai perlindungan warga sipil tidak akan mudah dan hanya mempertimbangkan subordinasi gender.20

3) Feminis Post-Modern

Kaum post-modernis fokus pada hubungan antara pengetahuan dan kekuatan. Kaum ini memiliki pemikiran bahwa mereka yang memaknai dan menciptakan pengetahuan memperoleh kekuatan yang besar atas tindakannya tersebut. Perkembangan dalam feminisme telah merubah teori dan praktik dalam ranah politik, contohnya feminis post-modern yang telah memberikan nilai tambah pada perkembangan atas pengakuan terhadap adanya perbedaan antara perempuan. Feminis post-modern menyatakan bahwa laki-laki dipandang secara umum sebagai orang yang mengetahui (the knowers) dan pengetahuan dipandang berdasarkan pada kehidupan laki-laki di ranah publik. Sedangkan, perempuan tidak dipandang sebagai orang yang mengetahui (the knowers) atau sebagai subjek pengetahuan.21

Dalam politik dunia, pemahaman diarahkan pada anggapan bahwa laki-laki adalah peran signifikan dan pembentuk hubungan internasional.22 Sifat perempuan

yang dinilai bukan the knowers membuat mereka tersubordinasi, termasuk pada pemahaman tentang hubungan internasional. Menurut pemikiran feminis post-modern, perempuan tidak seharusnya menjadi budak (subordinate). Kaum feminis post-modern menerima hal ini namun mereka berpendapat bahwa aktivitas melawan subordinasi sudah tidak diperlukan kembali.23

Terorisme

Menurut Whittaker, terorisme berkaitan dengan bentuk pengejaran kekuatan, akuisisi kekuatan, dan penggunaan kekuatan untuk mencapai perubahan politik. Mengacu pada hal tersebut, terorisme diartikan sebagai kekerasan atau ancaman kekerasan yang digunakan dalam mencapai tujuan politik.24 Definisi terorisme

mencakup kekerasan yang dilakukan melalui kejahatan terorganisir dalam mencari

20 Jurnal Internasional Tahunan. Laura Sjoberg. 2006. “Gendered Realities of the Immunity Principle: Why Gender Analysis Needs Feminism”. Hal. 907

21 John Baylis, Steve Smith & Patricia Owens. 2008. The Globalization of World Politics, Fourth Edition. USA: Oxford University Press Inc. Hal. 267

22 John Baylis, Steve Smith & Patricia Owens. 2008. The Globalization of World Politics, Fourth Edition. USA: Oxford University Press Inc. Hal. 267

23 Alison Stone. 2007. An Introduction To Feminist Philosophy. UK: Polity Press. Hal 9.

(9)

pengaruh atas kebijakan pemerintah suatu negara. Esensi dari terorisme adalah suatu keinginan dalam menciptakan ketakutan dalam diri seseorang yang pada akhirnya membuat pemerintah merubah perilaku politiknya.25 Jadi, dari rumusan

komponen dan definisi mengenai terorisme di atas, terorisme dapat dikonsepsikan sebagai suatu penciptaan rasa takut atau cara (ways) yang digunakan oleh suatu individu atau aktor non-negara dalam bentuk kekerasan untuk mencapai tujuan atau motif politik tertentu.

Perempuan dapat terpapar paham radikal yang mengarahkannya melakukan tindakan yang bersifat praktis, yaitu terorisme. Kasus terorisme di Indonesia yang melibatkan perempuan merupakan aksi terorisme yang berkaitan erat dengan jaringan JAT, JI, dan MIT. Setelah melakukan penelitian, peneliti menemukan kasus-kasus temuan yang melibatkan perempuan dan memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain.

Salah satu kasus yang menunjukkan keterlibatan perempuan adalah kasus yang terjadi pada Noordin M. Top. Noordin M. Top merupakan salah satu aktor yang terlibat dalam beberapa kasus terorisme. Seperti yang telah dijabarkan di atas, Noordin M. Top mempunyai kedekatan dengan JI karena hidup di tengah-tengah anggota-anggotanya. Sebelumnya, Noordin M. Top bersama Dr. Azhari melakukan aksi teror Bom Bali I pada tahun 2002. Ia berkolaborasi dengan JI dan Ring Banten untuk melakukan pengeboman di J.W Marriott dan di Bali (Bom Bali II). Setelah Dr. Azhari ditangkap, fokus utama pemerintah dan aparat keamanan Indonesia adalah menangkap Noordin M. Top. Dalam masa persembunyiannya, Noordin M. Top menikahi beberapa perempuan, salah satunya adalah Munfiatun al Fitri.

Munfiatun al Fitri, seorang gadis berusia 28 tahun dinikahinya di Pasuruan pada tahun 2004. Noordin M.Top memiliki beberapa istri, namun Munfiatun merupakan salah satu perempuan yang keterlibatannya menonjol dalam kasus Noordin M. Top. Sebelum menikah, Noordin M. Top telah memberi informasi pada Munfiatun bahwa Ia adalah seorang buronan yang dikejar polisi atas aksi teror yang Ia lakukan. Di sini, posisi Munfiatun jelas mengetahui dan memahami bahwa calon suaminya adalah teroris yang sedang dikejar oleh pihak kepolisian. Untuk melancarkan pernikahannya dengan Noordin M. Top, Munfiatun melakukan kontak dengan pihak pengurusan surat-surat resmi di Bangil, Pasuruan. Kemudian ketika

(10)

menikah, Munfiatun memalsukan identitas suaminya, yaitu dengan mengganti nama menjadi Abdul Rasyid.26

Keterlibatan Munfiatun juga terlihat ketika Noordin M. Top melakukan persembunyian bersama beberapa teroris di suatu rumah selama tiga hari. Polisi menangkap Munfiatun pada 23 September 2004 dengan tuduhan menyembunyikan buronan atau pelaku teror. Dalam sidangnya, Munfiatun memberi informasi bahwa Noordin M. Top pernah tinggal di Bangil, daerah yang pernah menjadi tempat persinggahan Noordin M. Top. Pengadilan Negeri Bangil menjatuhkan hukuman tiga tahun bagi Istri Noordin M. Top ini.27

Selain Munfiatun, terdapat keterlibatan perempuan dalam kasus yang berawal dari adanya peretasan situs komersial speedline.com oleh Rizky Gunawan.28 Rizky

mengikuti pelatihan militer di Poso oleh Santoso yang saat itu menjadi pimpinan atau kepala militer (asykari) JAT Poso. Ia melakukan pelatihan selama satu bulan. Setelah melakukan pelatihan militer di Poso, Rizky pulang dan meretas situs speedline.com. Ia mendapat uang Rp. 120.000.000 sebagai hasil dari peretasan tersebut. Dalam prosesnya ia bertemu dengan Cahya Fitrianta dan berkerjasama hingga situs tersebut menghasilkan uang sebesar 5 miliar rupiah.

Cahya Fitrianta melakukan pencucian uang dengan menyimpan uang tersebut di rekening istrinya, Nurul Azmi Tibyani. Dana sejumlah Rp. 667.000.000,-dari hasil peretasan yang disimpan di rekening tersebut disinyalir digunakan untuk membiayai pelatihan militer Santoso di Poso.29 Nurul ditangkap di Bandung pada 17

Mei 2012 dengan vonis 4 tahun penjara yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. sementara Cahya mendapat vonis 8 tahun penjara dari Pengadilan Negeri Jakarta Barat.30

26 Dikutip dari Sulitnya Mengendus Jejak Noordin M. Top

(http://www.suaramerdeka.com/harian/0511/12/nas02.htm) Diakses pada 27 Februari 2016. Pukul 18.00 WIB

27Dikutip dari Sulitnya Mengendus Jejak Noordin M. Top

(http://www.suaramerdeka.com/harian/0511/12/nas02.htm) Diakses pada 27 Februari 2016. Pukul 18.00 WIB

28Seorang anggota forum islam nahnumuslim.com. Ia dilansir membuat tim hacking untuk meretas website. Ia bergabung dengan pelatihan militer di Poso melalui pesan yang disampaikan Abu Zulfah di facebook

29 Dikutip dari tempo.co. dalam Petrus Reinhard Golose. 2015. Invasi Terorisme Ke Cyber Space. Jakarta: YPKIK. Hal. 115

(11)

Menurut jurnal International Crisis Group, salah satu cara untuk membangun jaringan terorisme baru dan meningkatkan kekuatan suatu jaringan adalah melalui perkawinan. Disebutkan juga bahwa perkawinan dapat membangun ikatan antar jaringan wilayah dan memperbesar kesempatan dalam menghasilkan keturunan yang nantinya mampu dijadikan penerus ataupun pengikut.31 Perempuan yang

bersangkutan dipertautkan oleh pimpinan organisasi terorisme untuk dinikahi dengan tahanan terorisme.

Pada tahun 2010, Putri Munawaroh dinikahkan dengan Ridwan Lestaluhu.32

Saat itu, Putri berstatus sebagai janda dari salah satu pelaku terorisme yang tewas bersama Noordin M. Top. Seperti halnya Ridwan, Putri juga sedang menjalani hukuman penjara. Ia divonis selama tiga tahun atas kasus penyembunyian suaminya. Melalui teleconference, keduanya dinikahkan oleh Adung, mantan ketua JI. Pernikahan keduanya disaksikan oleh seorang anggota JI dan istrinya. Putri dan Ridwan tidak memiliki hubungan dengan JI. Namun, pernikahan ini diharapkan dapat memperkuat (mempererat) hubungan antara kelompok-kelompok transformasi JI yang berada di Maluku dan Jawa.33

Sementara itu, di wilayah Poso Pesisir, Kabupaten Poso, terdapat tiga perempuan yang diduga muncul dan berada dalam kelompok MIT. Ketiga perempuan ini merupakan istri Santoso, Basri, dan Ali Kalora. Tiga perempuan yang dijuluki Umi Fadel (UF), Umi Mujahid (UM), dan Umi Delima (UD) ini adalah janda dari suami-suami mereka yang meninggal lebih dulu. Menurut Kepala Polisi Daerah Sulawesi Tengah, Brigadir Jenderal Polisi Idham Aziz, mereka ingin mendampingi suami-suaminya hingga mati. Oleh karena itu, mereka tidak ingin meninggalkan Poso.34

31Jurnal International Crisis Group. 2012. Bagaimana Kelompok Ekstrimis Membentuk Kelompok Baru. Asia Report No. 228. Hal. 21

32 Ridwan Lestaluhu merupakan tahanan ekstrimis yang berasal dari Ambon. Ridwan ditangkap akibat menyerang tempat karaoke di Ambon tahun 2005 dan divonis dua belas tahun penjara di lembaga permasyarakatan Porong, Surabaya

33 Op.Cit. Hal. 22

34Dikutip dari Tiga Perempuan Janda NTB Gabung Kelompok Santoso

(12)

Siane Indriani35 menyatakan, kumpulan istri-istri pelaku teror jaringan Santoso

yang berada di Poso saling berkumpul, bertemu, karena berlandaskan rasa solideritas. Mereka mengalami pengalaman dan pemahaman yang sama, sehingga saling berbagi rasa. Perempuan-perempuan ini tidak terlibat dalam baku tembak atau operasi teror yang dilakukan oleh kelompok MIT. Menurut Siane Indriani, istri dari Santoso hanya menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga dan mengurus anak.36

Beralih pada kasus selanjutnya, sebuah keluarga kelas menengah di Batam bergabung dengan ISIS di Suriah melalui Turki. Keluarga tersebut merupakan keluarga salah satu direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), Badan Pengusahaan Kawasan Batam, Dwi Djoko Wiwoho. Mengutip pernyataan BIN, ajakan untuk berangkat ke Suriah bermula dari istri dan anaknya.37

Sementara itu hasil penyelidikan oleh Kementerian Dalam Negeri pada Desember 2015, seperti yang dikutip dari situs Kemendagri, mengungkapkan bahwa Djoko bergabung ke ISIS diduga karena dipengaruhi oleh istri dan kakak Iparnya. Ia berangkat bersama 25 orang anggota keluarga istrinya.38 Tanggal 21 Agustus 2015,

pada akun facebook milik istri Djoko, Ratna Nirmala, ditemukan gambar perempuan memakai cadar hitam, dengan bendera hitam, dan memegang senjata sejenis AK-47. Di gambar tersebut tertulis “This Is Ticket to My Jannah”.39 Di bawah gambar

tersebut tertera pernyataan Ratna yang meminjamkan buku seputar mujahidah kepada temannya.40

35 Siane Indriani adalah salah satu Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM). Beliau berkali-kali melakukan kunjungan ke Poso dan bertemu dengan istri-istri pelaku teror jaringan Santoso di Poso dan secara personal sangat mengenal istri Santoso.

36Hasil wawancara penelitian dengan Siane Indriani, Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM), di Kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, tanggal 15 Oktober 2015. Pukul. 11.00 WIB

37Hasil wawancara penelitian dengan Direktur Kontra Terorisme Badan Intelijen Negara (BIN), pada 22 Januari 2016, pukul. 16.00 WIB.

38Dikutip dari Mendagri: Pejabat Batam Dipengaruhi Istri dan Kakak Iparnya Masuk ISIS. ( http://keuda.kemendagri.go.id/berita/detail/2536-mendagri::-pejabat-batam-dipengaruhi-istri-dan-kakak-ipar-masuk-isis) Diakses pada 07 Maret 2016. pukul. 16.46 WIB.

39 Dikutip dari Laman Facebook Istri Dwi Djoko Wiwoho Memposting Foto Jihad.

(http://rakyatmediapers.co.id/laman-facebook-istri-dwi-djoko-wiwoho-memposting-foto-jihad/) Diakses pada 03 Maret 2016, pukul 16.20 WIB.

40 Dikutip dari Jejak Dwi Djoko Wiwoho Hingga Bergabung Dengan ISIS.

(13)

Dalam situs online BBC, Irfan Idris41 beranggapan orang-orang yang direkrut

oleh ISIS bukan orang-orang yang tidak berpendidikan. Kasus ini dinilai bukan karena motif ekonomi tetapi ideologi.42 Dalam kasus ini, paham Islam radikal yang

mengatasnamakan jihad terpapar pada perempuan (sang istri). Di sini perempuan dapat dijadikan jembatan oleh kelompok ekstrimis Islam sebagai pengrekrut atau pendukung yang membawa massa atau pengikut lebih banyak.

Kasus lain yang menunjukkan adanya keterlibatan perempuan diawali dengan penangkapan enam orang di Poso yang diduga sebagai anggota kelompok jaringan MIT. Kasus penangkapan ini telah dijabarkan pada sub bab sebelumnya. Enam orang tersebut diketahui memiliki peran yang signifikan dalam jaringan MIT. Penangkapan tersebut dilaksanakan dalam operasi Densus 88 dan Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah. Tersangka yang ditangkap tersebut diantaranya adalah suami-istri Hasan dan Rosmawati. Kedua tersangka yang menjadi tahanan Rutan Mako Brimob Kelapa Dua ini merupakan key informan yang diwawancarai oleh peneliti.

Rosmawati adalah seorang perempuan asal Makassar yang tinggal di Poso. Ia ditangkap pada 10 Januari 2014 dan dibawa ke Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Dalam wawancaranya dengan peneliti, Rosmawati mengungkapkan bahwa Ia telah disidang dan divonis dengan putusan 3 tahun 1 bulan. Ia terlibat pasal terorisme dengan dugaan pendanaan terorisme. Suaminya, Hasan, juga ditangkap pada hari yang sama dan telah disidang serta divonis selama 5 tahun 4 bulan, dengan denda 50 juta. Hasan hanya harus menjalani kurungan tambahan selama 6 bulan (pengurangan menjadi 1 bulan) untuk mengganti pembayaran denda. Rosmawati tidak mengetahui jika rekeningnya diambil oleh Hasan ketika Ia berpergian. Sebelumnya, Hasan dihubungi melalui pesan singkat oleh teman sekaligus tetangga mereka, Muchtar. Muchtar diduga bergabung dengan kelompok Santoso dan menjadi DPO di Poso. Ia dan Hasan pernah mengikuti pelatihan militer yang dipimpin oleh Santoso pada tahun 2011.

Nomor rekening Rosmawati diberikan kepada Muchtar. Selanjutnya, ada seseorang yang mengirim uang untuk ditampung di rekening tersebut. Menurut

41 Direktur Deradikalisasi, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.

(14)

Hasan, uang yang ditampung nantinya akan digunakan untuk membiayai janda istri-istri teroris. Rosmawati mengaku, walaupun Ia tidak tahu Hasan mengambil rekeningnya diam-diam, Ia tidak keberatan jika Hasan membantu dalam membiayai istri-istri yang sudah ditinggal mati suami dengan alasan kemanusiaan.43 Namun, Ia

menyesal karena selama di tahanan Ia tidak bisa bertemu dengan anak-anaknya.

Analisis Keterlibatan Perempuan Dalam Aksi Terorisme di Indonesia

Adanya keterlibatan perempuan sering menjadi suatu yang terabaikan (neglected) karena berkaitan dengan perannya dalam sistem sosial dan sifatnya yang dianggap tidak mungkin melakukan aksi kekerasan ataupun terorisme. Proses dan keterlibatan perempuan sering terabaikan karena kelompok jihadis atau terorisme sendiri memiliki wajah maskulin.Proses radikalisasi dapat dilakukan melalui tehnologi informasi seperti internet sehingga baik laki-laki maupun perempuan mampu terbujuk untuk melaksanakan jihad atau amalan (amaliyyah).44

Salah satu karakteristik terorisme baru seperti yang disebutkan di Bab 2 adalah kemampuan dalam meningkatkan implementasi serangan. Hal ini berkaitan dengan era globalisasi yang cenderung menciptakan dorongan bagi gerakan radikal atau teroris untuk bergerak bebas dari satu negara ke negara lain. Hal ini pula yang dimanfaatkan oleh ISIS dalam merekrut perempuan terutama perempuan Indonesia.

Pergerakan aktif ISIS ditandai dengan rekrutmen terhadap perempuan dan penanaman paham radikal (radikalisasi). Tehnologi informasi menjadi tolak ukur bagi pelaku teror atau jaringan global untuk mengembangkan jaringannya melalui kelompok baru atau orang-orang yang bergabung ke jaringan lamanya. Seperti pada kasus Ratna Nirmala, perempuan dapat pergi untuk menjadi pejuang teroris luar negeri (Foreign Terrorism Fighters).

Karakteristik terorisme baru dalam teori Asymmetric Warfare juga menyebutkan bahwa teroris mampu menyembunyikan identitas dirinya melalui tehnologi informasi.45 Dengan anggapan bahwa identitas pelaku akan sulit dilacak,

teroris lebih memilih memanfaatkan internet untuk melakukan pendanaan bagi aktivitas terorisme. Kasus yang menggambarkan pemanfaatan tehnologi internet untuk keperluan terorisme adalah kasus pendanaan melalui pengeksploitasian

43 Hasil Wawancara Penelitian dengan Rosmawati, Tahanan Terduga Kasus Pendanaan Terorisme di Poso, tanggal 18 Desember 2015, pukul. 15.00 WIB.

44 Jurnal International Crisis Group. 2012. Bagaimana Kelompok Ekstrimis Membentuk Kelompok Baru. Asia Report No. 228. Hal. 1.

(15)

sistem pembayaran online. Pengeksploitasian dapat dilakukan dengan cara meretas situs komersial. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Rizky dan Cahya Fitrianta.

Aktivitas terorisme pada kasus Nurul Azmi tersebut merupakan bukti bentuk terorisme baru yang menggunakan taktik asimetris, yaitu pemanfaatan tehnologi informasi seperti internet.46 Pemanfaatan ini dilakukan oleh mantan pelatihan militer

yang dibina oleh Santoso dalam kelompok JAT Poso. Kelompok ini melihat adanya keuntungan yang akan didapat untuk kepentingan militer (keperluan pelatihan dan pembelian senjata api laras panjang) dengan cara mempercayakan Rizky sebagai anggota yang juga berfungsi sebagai hacker. Untuk mempermudah taktik yang dilakukan, Rizky menciptakan strategi asimetris dengan melibatkan perempuan melalui rekannya, Cahya Fitrianta.

Aliran uang hasil peretasan diharapkan sulit dideteksi sehingga Cahya melakukan pencucian uang tersebut dengan cara menampungnya di rekening milik istrinya, Nurul. Jadi dalam kasus tersebut, perempuan yang terlibat adalah istri pelaku kasus pencucian dana untuk kepentingan pendanaan terorisme. Bentuk keterlibatannya yaitu mengakomodasi dengan cara menerima uang hasil peretasan untuk nantinya disalurkan ke pelatihan militer kelompok teroris, JAT Poso.

Kasus Nurul Azmi memberikan bukti bahwa keterlibatan perempuan tidak dapat terlepas dari adanya hubungan suami-istri dalam suatu kasus terorisme. Hal yang sama juga ditunjukkan dalam kasus Munfiatun. Kasus tersebut menunjukkan bahwa perempuan yang terlibat merupakan istri pelaku teror. Bentuk keterlibatannya adalah memberikan tempat perlindungan dan menyembunyikan identitas asli suaminya. Keterlibatan ini membuktikan dukungan secara tidak langsung dilakukan oleh seorang perempuan yang memiliki ikatan suami-istri dengan pelaku teror.

Hal ini juga yang dimanfaati dalam kasus Putri Munawaroh. Perempuan dianggap dapat menentukan masa depan suatu kelompok atau jaringan terorisme. Oleh karena itu, perempuan yang ditarik dalam membangun ikatan suami-istri bersama target atau anggota ekstrimis dijadikan jembatan bagi eratnya hubungan antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain di wilayah tertentu.

Sementara itu, sebagai istri dari pelaku teror, UD, UM, UF memiliki kesadaran untuk saling berbagi rasa. Kesamaan nasib sebagai janda dan kondisi hidup mereka

(16)

memaksa untuk tidak jauh dari suami mereka yang merupakan pelaku teror (jaringan MIT). Tujuan dasarnya yaitu untuk melayani suami mereka, sehingga mereka tidak memiliki keterlibatan secara langsung dalam aksi terorisme yang dilakukan oleh suami-suami mereka. Kemudian, perempuan yang terlibat tidak hanya dibantu dengan adanya hubungan suami-istri, tetapi juga adanya kesempatan yang membuat perempuan tersebut pada akhirnya dapat terlibat dengan sendirinya tanpa kesadaran ataupun keinginan langsung. Dalam kasus Hasan dan Rosmawati, perempuan menjadi perantara tidak langsung dalam melakukan tindakan yang dinilai aktivitas pendanaan terorisme.

Pada kasus di Indonesia, perempuan terlihat seakan terlibat dalam aktivitas terorisme yang dilakukan oleh beberapa jaringan terorisme. Jaringan terorisme di Indonesia sendiri bergerak di ranah publik dan privat. Walaupun kegiatan terorisme bersifat maskulin, ada aktivitas menyangkut aksi terorisme yang pada hakikatnya bersifat feminin karena bergerak di ranah privat. Dalam pelaksanaannya, aktivitas menyangkut teroris seperti ini dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan.

(17)

perlindungan diri. Munfiatun sadar bahwa Ia merupakan Istri yang seharusnya membantu suami.

Kasus Munfiatun juga sama dengan kasus Nurul Azmi. Nurul terlibat dalam kasus pendanaan terorisme dengan suaminya. Hal yang dilakukan adalah kerjasama. Dengan motivasinya sebagai istri, Nurul ikut berkontribusi dalam melancarkan niat suaminya untuk menampung dana. Di sini kembali ditemukan bahwa peran perempuan terdekat memiliki makna dan dimaknai oleh laki-laki sebagai pihak yang dapat didominasi sehingga pendekatan dengan cara feminin pun (seperti kerjasama) diterapkan agar terorisme dapat terus berjalan.

Dari dua kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa perempuan bergerak di ranah privat dengan menonjolkan sisi femininnya sebagai perempuan (istri). Namun, feminitas perannya sebagai istri termanfaatkan. Pada kasus Munfiatun, feminitasnya yang termanfaatkan itu secara tidak langsung membuatnya menggunakan kemaskulinannya untuk melindungi suami (laki-laki). Sementara itu, Nurul tetap bergerak di ranah privat dan menggunakan cara feminin untuk terlibat berkerjasama dengan suaminya. Dari kedua keterlibatan ini, perempuan merupakan objek dengan peran femininnya yang disalahgunakan oleh suami untuk bisa melaksanakan aktivitas yang menyangkut terorisme, di ruang privat.

Dalam kasus Ratna Nirmala digambarkan bahwa sebagai perempuan Ratna tidak menghiraukan peran perempuan sebagai istri. Ia melaksanakan rencananya sebagai individu yang memiliki pilihan. Menurut feminis liberal, perempuan berangkat dari gagasan emansipasi dan kebebasan di ruang publik. Terkait dengan komunikasi yang dilakukannya melalui facebook, Ia sebagai perempuan telah masuk ke sistem yang maskulin dan mengalahkan dominasi laki-laki dalam menyebarkan propaganda dan mempengaruhi masyarakat. Namun, cara yang dilakukannya adalah cara feminin karena menggunakan media untuk menyampaikan pemahamannya. Untuk memperkuat pemahaman dan proses internalisasi diri.

Simpulan

(18)

yang dilakukan oleh suaminya atau jaringan terorisme tertentu yang memiliki keterkaitan dengan suami mereka sebagai pendukung atau pelaku teror. Keterlibatan mereka sebagai objek masih sebatas pendukung aktif dan pasif.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat dilakukan selama pemeriksaan ginekologi dengan mempergunakan spekulum yang mengimbangi sistokel tanpa mengkompres urethra atau dengan mempergunakan suatu

Untuk mereduksi peningkatan jumlah maupun resiko kecelakaan tersebut di atas dilakukan strategi dan program aksi keselamatan transportasi jalan, diantara program

dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan susu full cream dan minyak sawit merah berpengaruh terhadap overrun , kecepatan leleh, total padatan, kadar protein, kadar

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan, dikemukakan beberapa temuan yang berhubungan dengan pola pengendalian sosial pelanggaran disiplin sekolah

Beta suatu saham lebih besar dari satu ( β > 1) berarti saham tersebut memiliki risiko lebih tinggi dari risiko rata-rata pasar atau return sekuritas lebih besar dari return

Penggunaan singkatan dan akronim pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia, yaitu (1) nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti degan tanda titik

a) Koleksi bahan pustaka di perpustakaan SMK Negeri 4 Makassar sudah sesuai dengan kebutuhan siswa, jumlah koleksi bahan pustaka sudah mencukupi dan bahan pustaka lengkap

Perlakuan cahaya monokromatik merah, hijau, dan biru dengan intensitas 15 lux dapat menstimulasi perkembangan fungsional saluran reproduksi dibuktikan dengan adanya