• Tidak ada hasil yang ditemukan

Latar Belakang Dampak Komunikasi Non Ver

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Latar Belakang Dampak Komunikasi Non Ver"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Latar Belakang Dampak Komunikasi Non Verbal

Sebagai makhluk sosial yang akan terus menerus berkembang, manusia tidak akan pernah berhenti berinteraksi di dalam hidupnya. Elemen utama komunikasi ada dua yaitu bahasa verbal dan bahasa non verbal, kedua elemen ini menjadi penting di dalam komunikasi dikarenakan bahasa verbal terkadang tidak akan bisa dimaknai dengan jelas ketika tidak digabungkan dengan bahasa non verbal. Komunikasi disini hadir ketika diri kita dan pihak lainnya yang melakukan komunikasi dua arah kemudian menentukan persepsinya masing-masing.

Di era seperti sekarang ini, dunia menjadi lebih sempit. Bertemu dan berkomunikasi dengan seseorang yang lainnya merupakan budaya yang biasa dan tidak mungkin dihindari. Komunikasi lintas budaya merupakan tantangan baru bagi manusia modern agar bisa bertahan di dalam tatanan masyarakat dan mengambil bagian di dalam masyarakat tersebut. Di dilam komunikasi antar budaya yang semakin beragam ini kita semakin dituntut untuk memahami makna pesan yang disampaikan oleh pihak yang lain.

Ada berbagai kemungkinan untuk salah paham dalam memaknai kode non verbal, meskipun telah memakai kode non verbal yang sama dengan budaya yang lain tapi memiliki makna atau arti yang berbeda. Kita ambil saja contoh di negara kita sendiri ketika akan memanggil orang kita cenderung untuk menggunakan telapak tangan kita secara tertutup dan kemudian diayunkan kebawah dan keatas untuk memanggil orang. Namun jika kita menggunakan bahasa non verbal tersebut di amerika, hal tersebut akan dimaknai jika kita mengusir mereka menjauh. Demikian pula jika di jawa terbiasa berbicara dengan halus dan menggertak dengan kata yang keras ketika marah, maka bila di Batak kita akan sering menjumpai percakapan dengan nada tinggi. Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata sendiri. Ini mencakup bagaimana kita mengucapkan kata-kata (infleksi, volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan benda-benda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian, perhiasan, mebel).

(2)

Tanda. Dalam komunikasi nonverbal tanda mengganti kata-kata, misalnya, bendera, rambu-rambu lalu lintas darat, laut, udara; aba-aba dalam olahraga. Tindakan/perbuatan. Ini sebenarnya tidak khusus dimaksudkan mengganti kata-kata, tetapi dapat menghantarkan makna. Misalnya, menggebrak meja dalam pembicaraan, menutup pintu keras-keras pada waktu meninggalkan rumah, menekan gas mobil kuat-kuat. Semua itu mengandung makna tersendiri. Objek. Objek sebagai bentuk komunikasi nonverbal juga tidak mengganti kata, tetapi dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya, pakaian, aksesori dandan, rumah, perabot rumah, harta benda, kendaraan, hadiah. Namun, disini kita tidak akan membicarakan mengenai perbandingan budaya non verbal di budaya yang berbeda. Kita akan membahas dampak yang ditimbulkan dari komunikasi non verbal.

Fokus Permasalahan Di Komunikasi Non Verbal

Komunikasi dengan orang lain di dalam suatu tatanan masyarakat berbeda budaya adalah hal yang lumrah dan tidak akan bisa untuk dihindari. Jika dalam melakukan komunikasi verbal tidak dapat dihindari, maka secara tidak langsung kita juga akan memakai komunikasi non verbal didalamnya guna memperjelas pemaknaan pesan yang kita sampaikan. Gesekan keslahpahaman juga tidak akan bisa dihindari seandainya dalam penyampaian pesan non verbal tersebut komunikan memiliki arti yang berbeda terhadap simbol yang kita gunakan. Sebagai dampak dari hal tersebut dapat dinyatakan bahwa komunikasi non verbal merupakan ekspresi manusia yang sangat kuat, cara untuk mengungkapkan perasaan, emosi, sikap yang bisa berimplikasi pada psikologisnya. Psikologis disini adalah yang mempengaruhi sikap komunikan tersebut terhadap komunikator (Penyampai pesan), dimana sifat dalam penyampaiannya adalah sengaja atau tidak sengaja, cepat terbaca, dan nyata.

Menurut Ting Toomy dalam memaknai komunikasi non verbal disebutkan bahwa pertukaran pesan melibatkan penggunaan syarat linguistik.

a) Non Linguistik (Meliputi kontak mata, senyum, dan gesture) b) Para Linguistik (Nada suara, tekanan, volume)

c) Setting Sosial (Standar kelayakan/ketidaklayakan diukur berdasarkan norma) d) Isyarat non verbal merupakan petunjuk identitas, cara berpakaian, bicara

(3)

Hal berikutnya adalah mengenai bentuk komunikasi non verbal, disini meliputi a) Penampilan fisik kita mempengaruhi interaksi sehari hari dengan orang lain.

b) Meliputi : Ciri fisik, atau pakaian, dan Unique personality (Kelas sosial, profesi dan hobbi) c) Tren guna menjadi bagian dari masyarakat global yang melekat pada dirinya, yang pada

akhirnya menimbulkan pro dan kontra.

d) Paralanguange berupa aksen berbicara, pembesaran atau pengecilan suara, volume suara, dan artikulasi.

e) Emosi yang meliputi sad, anger, disgus, fear, interest, surprise, dan happiness f) Gesture tubuh kita yang secara tidak sadar telah dipengaruhi oleh budaya g) Haptics yaitu memberi makna pada perilaku sentuhan

h) -High contact culture (Rusia, Latin, Paris)

-Moderate Contact culture (USA, Canada, Australia) -Low contact culture (Indonesia, Jepang, China)

Batasan-batasan menurut Hall, yang jika hal hal tersebut jika dilanggar bisa menyebabkan konflik di USA.

a) Zona intim (Memiliki ikatan emosi) 0-18 inch b) Zona personal (Teman dekat kolega) 18-48 inch c) Zona sosial (Pesta, atau suatu acara bersifat sosial) d) Zona public (12 feet or more)

Setelah mengetahui aturan, bentuk dan makna dari komunikasi non verbal diatas berikutnya kita akan membahas dampaknya secara nyata jika hal-hal semacam itu benar terjadi di dunia nyata dalam masyarakat. Disini kita ambil contoh narasumber yang benar-benar telah mengalami komunikasi non verbal dengan orang lain khususnya dalam batasan-batasan yang diklasifikasikan menurut Hall, dan makna komunikasi non verbal Ting Toomey. Dia adalah seorang mahasiswi yang berkuliah di kampus swasta di jombang, yang kebetulan adalah saudara dari salah satu teman kelompok kami. Kami memilih seorang mahasiswi karena kebanyakan pernah mengalami apa yang disebut digoda dan usianya telah cukup untuk mengalami hal terseut serta membaginya terhadap kita.

(4)

narasumber kita pernah mengalami hal semacam itu. Pada suatu hari di areal kampusnya, tidak sengaja dia melakukan kontak mata dengan seorang mahasiswa selama sepersekian detik lamanya. Karena, sudah terlanjur menatap dan orang asing yang tidak dikenalnya tersebut juga menatapnya, maka di dalam hatinya secara cepat memutuskan untuk sedikit tersenyum. Perasaannya tidak mengisyaratkan apapun seperti suka atau yang lainnya, dia hanya berusaha untuk ramah terhadap orang tersebut karena budaya telah mengajarkannya untuk terseyum bila bertemu orang lain. Tidak disangka, laki-laki asing tersebut malah mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum sembari datang menghampiri Arafda. Respon sikap yang diberikan oleh laki-laki tersebut tentu membingungkan Arafda, bingung disini dikarenakan apakah laki-laki tersebut hanya bersikap ramah atau bermaksud yang lainnya. Setelah mendekat laki-laki itu berkata dengan intonasi nada yang lembut dan halus serta sering tersenyum saat berbicara. Gesture yang diberikan oleh orang asing itupun juga telah dirasa berlebihan dengan berusaha untuk menggoda dengan menggelitik perutnya. Tentu saat melakukan itu jaraknya sangat dekat, dan bagi orang yang baru pertama kali dikenal akan serasa tidak sopan juga tidak nyaman. Seperti yang dikatakan Hall seperti diatas, zona public (orang tidak dikenal) seharusnya lebih dari 12 kaki, namun orang asing tersebut langsung masuk dengan sikapnya ke zona intim (0-18 inch). Hanya membalas dengan volume suara yang sedikit keras dan intonasi cepat (Judes) disertai dengan gesture tubuh bahwa perlakuannya tersebut dirasa tidak sopan, notabene baru bertemu dan tidak mengenal secara personal. Melihat respon balasan dari Arafda, laki-laki tersebut lalu berbicara dengan nada seperti ketakutan (Rendah). Segera kemudian meninggalkan dia karena dirasa memiliki maksud yang lain seperti menggoda.

Kesimpulan

(5)

ditanamkan sejak kecil di dalam diri seorang individu. Di sini dalam pembahasan kita mencontohkan Indonesia sebagai budaya yang berada di dalam kawasan Asia Tenggara, yang memiliki adat ketimuran yang telah terlanjur melekat dalam masyarakatnya. Budaya yang berbeda dalam penanaman seorang individu, tentu akan menghasilkan kesalah pahaman atau bahkan konflik jika tidak mau belajar mengenai budaya dimana dia berada. Bentuk konkrit dari suatu komunikasi non verbal jika diluapkan di dalam keseharian bisa berupa perubahan volume suara dan artikulasi, yang semula berbicara halus dan sopan menjadi kasar dan melantangkan suaranya. Jika melakukan perubahan pada suara saja tidak cukup, maka biasanya seorang individu akan melampiaskannya dengan cara yang lainnya seperti marah dengan berbagai macam gesture tubuhnya

Karena banyak dari budaya atau komunitas mengenakan budaya yang khas sebagai simbol keanggotaan terhadap kelompok tersebut sekaligus bisa mempersepsi masyarakat akan kepribadiannya. Norma adat merupakan kaidah atau aturan yang hidup dalam masyarakat tertentu yang tumbuh, berkembang, dihargai oleh masyarakat, dan dipertahankan secara turun temurun karena diyakini sebagai sesuatu yang baik. Norma adat disebut pula sebagai hukum yang tidak tertulis. Oleh karena itu, norma adat menjadi pelengkap aturan hukum tertulis. Sumber dari norma adat ini adalah kepantasan, kepatutan, dan kebiasaan yang berlaku pada suatu masyarakat. Norma adat tumbuh seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Jika kita melakukan apa yang tidak sesuai pelaku bisa menimbulkan konflik, dan konlik tersebut terus berkembang sehingga ada konsekuensi yang harus diterimanya seperti diolok olok masyarakat serta dicaci maki oleh masyarakat sekitarnya.

Daftar Pustaka :

M. Hardjana, Agus. 2003. Komunikasi Intra Personal dan Interpersonal. Yogyakarta. Kanisius.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan berdasarkan indikator perhatian, responden juga mempunyai perhatian dalam kategori tinggi untuk melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) rumah

Labuhanbatu Laporan Kegiatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Daops 02 Labuhanbatu Senin, 23 Januari 2017. KEGIATAN HARIAN  Apel Pagi,  Kebersihan Lingkungan 

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh cycle count dan quality control terhadap distribusi barang..

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, mengembangkan modul menjadi pilihan yang sangat baik bagi guru. Modul dapat dijadikan pegangan siswa untuk belajar

Yang mana pertanyaan yang di ajukan adalah; :”Sebelum melaksankan pembahasan Anggaran Pendapatan Belanja Desa Kampung Hilir Kecamatan Tambelan, apakah bapak sebagai

8) Pemerintah Konawe mengadakan program peningkatan usaha kecil dan menengah dalam rangka peningkatan pendapatan golongan ekonomi lemah. Untuk mengetahui apakah proyek ini

diagnosztikus teszttel vizsgáltuk az adott té­ makör alapfogalmainak elsajátításához szükséges előismereteket, a szakirodalomban leírt tévképzetek meglétét, illetve

Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia ini mengatur mengenai kegiatan audit intern yang dapat dilakukan oleh Auditor dan Pimpinan APIP sesuai dengan mandat serta kedudukan,