• Tidak ada hasil yang ditemukan

HADITS DHAIF MEMAHAMI KONSEP KEDHAIFAN H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HADITS DHAIF MEMAHAMI KONSEP KEDHAIFAN H"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

HADITS DHA’IF

MEMAHAMI KONSEP KEDHA’IFAN HADITS

DEFINISI

 Yang dimaksud hadits dha’if adalah hadits yang tidak memenuhi sebagian atau seluruh syarat hadits shahih atau hasan.

JENIS-JENIS HADITS DHA’IF

 Ada beberapa sebab yang menjadikan sebuah hadits diberi nilai dha’if.

 Ada kalanya sanadnya tidak bersambung,

 ada kalanya juga karena periwayatnya tercacat atau sebab lain.

HADITS DHA’IF YANG DISEBABKAN OLEH KETERPUTUSAN SANAD

Dalam hubungannya dengan tidak terpenuhinya unsur sanad bersambung, secara garis besar Ibn Hajar al-’Atsqalaniy membagi hadits dha’if kepada lima macam. Yakni, hadits mu’allaq, hadits mursal, hadits mu’dhal, hadits munqathi’, dan hadits mudallas. Kelima macam istilah ini menerangkan letak dan jumlah periwayat yang terputus dalam sanad.

HADITS MU’ALLAQ

Yang dimaksud dengan hadits mu ‘allaq ialah: hadits yang periwayat di awal sanad-nya (periwayat yang disandari oleh penghimpun hadits) gugur (terputus), seorang atau lebih secara berurutan.

 Jadi, yang menjadi patokan dalam hal ini adalah keterputusan periwayat di awal sanad.

 Apabila yang terputus lebih dari seorang periwayat, maka keterputusan itu harus dimulai dari awal sanad secara berurutan.

Sekiranya periwayat yang terputus (gugur) bukan di awal sanad, atau tidak berurutan, maka hadits itu tidak dinamakan sebagai mu’allaq.

HADITS MURSAL

(2)

Menurut pendapat ini, hadits dinyatakan sebagai mursal, apabila hadits itu marfû’ dan periwayat yang berstatus al-tâbi‘iy tidak menyebutkan nama sahabat yang menerima langsung hadits itu dari Nabi.

HADITS MU‘DHAL

Yang dimaksud hadits mu’dhal adalah hadits yang terputus sanad-nya, dua orang periwayat atau lebih secara berurut.

Termasuk jenis ini adalah hadits yang dimursalkan oleh tâbi’ al-tâbi’iy.

HADITS MUNQATHI’

 Ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Pendapat-pendapat ulama tersebut sebagai berikut:

1. hadits munqathi’ ialah hadits yang sanad-nya terputus di bagian mana saja, baik di bagian periwayat yang berstatus sahabat, maupun periwayat yang bukan sahabat

2. hadits munqathi’ ialah hadits yang sanad-nya terputus, karena periwayat yang tidak berstatus al-tabi ‘in dan sahabat Nabi telah menyatakan menerima hadits dari sahabat Nabi s.a.w.

3. hadits munqathi’ ialah hadits yang terputus bagian sanad-nya sebelum sahabat, jadi periwayat sesudah sahabat, hilang atau tidak jelas orangnya

4. hadits munqathi’ adalah hadits yang dalam sanad-nya ada periwayat yang gugur seorang atau dua orang tidak secara berurutan

5. hadits munqathi’ ialah hadits yang dalam sanad-nya ada seorang periwayat yang terputus atau tidak jelas

6. hadits munqathi’ ialah hadits yang sanad-nya terputus di bagian sebelum sahabat, jadi periwayat sesudah sahabat, terputus seorang atau lebih tidak secara berurut dan tidak terjadi di awal sanad

7. hadits munqathi’ ialah pernyataan atau perbuatan al-tâbi’in (maqthû’)

HADITS MUDALLAS

yang dimaksud dengan hadits mudallas adalah hadits yang di dalamnya ada sesuatu yang disembunyikan.

HADITS DHA’IF YANG DISEBABKAN OLEH CACAT PERIWAYATAN o Selain macam-macam hadits yang telah dikemukakan di atas, masih ada lagi

(3)

HADITS DHA’IF YANG DIANGGAP DHA’IF KARENA KECACATAN

o Yang dimaksud hadits mudha’af adalah hadits yang tidak disepakati kedhaifannya. Sebagian ahli hadits menilainya mengandung kedhâ’ifan, baik di dalam sanad maupun dalam matan, dan sebagian yang lain menilainya kuat. Akan tetapi penilaian dhâ’if itu lebih kuat. Dengan demikian hadits mudhâ’af dianggap sebagai hadits dhâ’if yang paling tinggi tingkatannya.

HADITS MATRÛK

 Yaitu hadits yang diriwayatkan melalui hanya satu jalur yang di dalamnya terdapat seorang periwayat yang tertuduh pendusta, fasiq, atau banyak lalai.  Dusta itu, boleh jadi dalam soal meriwayatkan hadits maupun soal lain. Hadits

semacam ini disebut matruk, bukan maudhu’, karena periwayat tersebut baru dicurigai berdusta meriwayatkan hadits, bukan terbukti telah membuat hadits.

HADITS MU’ALLAL

 Yaitu hadits yang kelihatannya tidak mengandung cacat (sanad atau matan atau keduanya), setelah diadakan penelitian mendalam, ternyata ada cacatnya. Pada umumnya, cacat itu pada sanad. Misalnya, “menyambung” sanad yang sebenarnya terputus. Sedangkan cacat pada matan, sering kali mengambil bentuk penambahan kalimat oleh periwayat atas teks hadits, seolaholah, tam-bahan itu termasuk matan hadits

HADITS MUNKAR

 Yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang lemah yang menyalahi riwayat orang yang lebih terpercaya dari padanya. Dengan definisi ini maka ia kebalikan dari hadits ma’rûf, yang biasa didefinisikan “Hadits yang di-riwayatkan oleh periwayat tsiqah yang menyalahi riwayat orang dhâ’if.

HADITS SYADŻ

 Yaitu yang diriwayatkan oleh orang terpercaya, tetapi bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh orang yang lebih terpercaya lagi.

(4)

HADITS MUDHTHARIB

 Dimaksudkan di sini adalah sebuah hadits yang diriwayatkan melalui beberapa jalur yang sanad atau matannya saling berlawanan, baik periwayat itu satu atau beberapa orang. Pertentangan tersebut tidak dapat disatukan atau salah satunya dikalahkan. Bila salah satunya dapat di kalahkan, maka yang menang dijadikan dalil. Atau dapat disimpulkan bahwa pertentangan itu, yang satu menghapus (naskh) terhadap lain, maka hadits yang menghapus dipergunakan sebagai dalil.

HADITS MAQLÛB

 Yaitu hadits yang periwayatnya menggantikan sebagiannya dengan yang lain, baik yang ditukar itu sanad atau matan, baik disengaja atau tidak.

 Contoh sebuah hadits riwayat Abu Hurairah tentang perilaku sujud dalam shalat: Bila salah seorang di antara kamu bersujud, maka hendaknya ia tidak merebahkan diri seperti onta, tetapi hendaknya ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya.

Referensi

Dokumen terkait

Hadis yang bersumber dari Ahmad berkualitas hasan , sedang- kan yang bersumber dari al-Thabrani adalah dlaif karena seorang periwayat- nya yang bernama Utsman bin ‘Atha’

ialah 6 bulan (adalah masa minimal usia mengandung), dan masa menyusui 24 bulan atau 2 tahun. Jadi menurut yang diajarkan oleh Alquran, seorang ibu menyusukan anaknya

Dalam proses pembelajaran tentunya seorang guru harus memiliki kesiapan sebelum mengajarkan materi pelajaran al-Qur’an Hadits di kelas, dengan latar pendidikan yang

Di antara manfaat penggunaan dua istilah (dua derajat, pent) yang terakhir adalah bahwa bisa jadi di sebagian hadits-hadits kedua- nya terdapat kalimat atau kata yang kurang

ialah 6 bulan (adalah masa minimal usia mengandung), dan masa menyusui 24 bulan atau 2 tahun. Jadi menurut yang diajarkan oleh Alquran, seorang ibu menyusukan anaknya

Sedangkan yang dimaksud dengan Gharib pada sanad saja adalah Hadits yang telah populer dan diriwayatkan oleh banyak sahabat, tetapi ada seorang rawi yang meriwayatkannya dari salah

Hadis yang bersumber dari Ahmad berkualitas hasan, sedang- kan yang bersumber dari al-Thabrani adalah dlaif karena seorang periwayat- nya yang bernama Utsman bin ‘Atha’ al-