• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

162

HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK

MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBANTUAN

MEDIA AUDIO VISUAL

Teti Rohaeti1), Akhmad Margana2), Jamilah3)

1)

Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran Pascasarjana STKIP Garut Email: tetirohaeti@yahoo.com

2)Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran Pascasarjana STKIP Garut

Email: marganakh@gmail.com

3)Program Studi Teknologi Pendidikan Konsentrasi Teknologi Pembelajaran Pascasarjana STKIP Garut

Email: amiramdanigarut@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang: 1) Hasil belajar Matematika peserta didik di kelas yang menerapkan pembelajaran kontekstual berbantukan media audio visual. 2) Hasil belajar Matematika peserta didik di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran kontekstual berbantukan media audio visual. 3) Besarnya pengaruh pembelajaran kontekstual berbantukan media audio visual terhadap hasil belajar Matematika peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen kuasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) SMKN 10 Garut, sampelnya diambil dua kelas masing-masing 40 siswa.Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan; 1) Hasil belajar Matematika peserta didik di kelas yang menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual mengalami perubahan peningkatan yang tinggi; 2) Hasil belajar Matematika peserta didik di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual, belum mengalami perubahan peningkatan yang tinggi; 3) Terdapat perbedaan signifikan antara kelas yang menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual (kelas eksperimen) dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual (kelas kontrol).

Kata kunci: Pembelajaran Kontekstual, Media Audio Visual, Matematika

Absrtact

This study aims to find out about: 1) Learning outcomes Mathematics learners in classes that apply contextual learning berdantong audio visual media. 2) Learning outcomes Mathematics learners in the classroom that does not apply contextual learning berdantengan audio visual media. 3) The magnitude of the influence of contextual learning berbantukan audio visual media on learning outcomes Mathematics learners. The method used in this research is quasi experiment method. The population in this research is all students of class XI Department of Light Vehicle Engineering (TKR) SMKN 10 Garut, the sample taken two classes each 40 students.From this study obtained conclusion; 1) Learning outcomes of Mathematics learners in the classroom that implement contextual learning assisted audio visual media experienced a high increase change; 2) Learning outcomes Mathematics learners in the classroom that does not implement contextual learning aided audio visual media, has not experienced a change in high increase; 3) There is a significant difference between classes that apply contextual learning with audio visual aid (experimental class) with classes that do not apply contextual audio-visual assisted learning (control class).

(2)

163

A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Dalam menghadapi era globalisasi, Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus berusaha mengembangkan kualitas sumber daya manusianya. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu dengan pendidikan. Dunia pendidikan dituntut untuk membentuk manusia yang mampu bersaing baik pada skala nasional, regional maupun internasional.

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk

mengembangkan bakat serta

kepribadiannya agar mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang semakin pesat. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa. Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi. Kondisi ini menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat luas.

Dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pengertian pendidikan, bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.

Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia. Sumber daya yang handal ini diharapkan mampu menjawab tantangan zaman. Pendidikan bertujuan membangun dan mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi manusia yang berkualitas. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan dalam bidang pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Inovasi teknologi telah menciptakan banyak temuan yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Produk teknologi pada bidang pendidikan teraktualisasikan dalam produk pembelajaran yang berbasis teknologi. Teknologi pembelajaran ini berkembang sebagai akibat dari meningkatnya tuntutan zaman terhadap pendidikan yang tidak dapat diselesaikan dengan cara-cara konvensional. Dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan peluang atau alternatif baru dalam menyelesaikan permasalahan pendidikan.

(3)

164 pengetahuan dan teknologi yang demikian

pesat, khususnya dalam bidang pendidikan maka teknologi pembelajaran akan semakin terus berkembang dan memperkokoh diri menjadi suatu disiplin ilmu dan profesi yang dapat lebih jauh memberikan manfaat bagi pencapaian efektivitas dan efisiensi pembelajaran.

Teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah belajar mempunyai bentuk konkret dengan adanya sumber belajar yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar. Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam

merancang, melaksanakan, dan

mengevaluasi keseluruhan proses belajar untuk suatu tujuan khusus serta didasarkan pada penelitian tentang belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia agar belajar dapat berlangsung efektif. Aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah belajar mempunyai bentuk konkret dengan adanya sumber belajar yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar. Langkah-langkah ilmiah dalam teknologi pembelajaran dilaksanakan agar keefektifan pengembangan program dan hasil pembelajaran optimal.

Adanya peranan teknologi

pembelajaran ini memberikan implikasi pada setiap guru untuk mampu

menggunakan dan memanfaatkan

teknologi pembelajaran. Oleh karenanya, guru harus memiliki kemampuan khusus dalam hal pengoperasian bahkan mendesain produk teknologi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan mengajarya di kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat lebih tercapai dengan baik. Peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik.

Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru dan peserta didik dapat berjalan dengan baik. Proses pembelajaran

akan efektif manakala terdapat pemanfaatan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai mediar belajar. Banyak sekali jenis-jenis teknologi yang dapat digunakan oleh guru untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Untuk menyampaikan materi pelajaran misalnya, guru dapat memanfaatkan alat proyektor dengan bantuan komputer. Kemudian dalam memberikan sumber belajar yang lebih beragam dan mutakhir, guru dapat memanfaatkan internet atau sumber belajar lainnya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, pemilihan pendekatan pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran sangat membantu guru dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Proses belajar mengajar yang menggunakan pendekatan dan media pembelajaran akan lebih bervariasi dalam

cara-cara mengajar, sehingga

membangkitkan minat siswa untuk lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, media merupakan salah satu penunjang tujuan pendidikan yang telah ditentukan, sebelum pelaksanaan pembelajaran seorang guru harus dapat menetapkan media apa yang paling tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi belajar peserta didik, dan untuk penggunaan suatu pendekatan pembelajaran yang memang sudah dipilih demi mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran, seperti pendekatan pembelajaran kontekstual.

(4)

165 sebagai bekal untuk memecahkan masalah

dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Pemahaman peserta didik itu akan diperoleh bila mana mereka sendiri berminat dan antusias dalam belajarnya.

Selain pendekatan pembelajaran kontekstual, hal lain yang berperan penting dalam membantu guru mencapai tujuan pembelajaran adalah penggunaan media pembelajaran terutama yang berbasis komputer. Salah satu media komputer tersebut adalah media audio visual. Penggunaan media audio visual ini sangat memungkinkan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Ketika motivasi belajar peserta didik besar terhadap mata pelajaran tertentu maka hasil belajarnya akan memuaskan. Banyak hasil penelitian yang telah menemukan atau membuktikan tentang dampak motivasi belajar terhadap hasil belajarnya di sekolah. Oleh karena itu, keberadaan media berbasis komputer seperti media audio visual ini perlu dimanfaatkan guru sebaik mungkin guna pencapaian tujuan pembelajaran secara lebih efektif.

Pada praktiknya tidak setiap proses pembelajaran berjalan mulus sehingga hasil belajarpun tidak sama dengan yang diharapkan. Berbagai permasalahan

muncul dalam pembelajaran

mengakibatkan tujuan pembelajaran masih belum tercapai. Seperti yang terjadi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 10 Garut kelas XI Jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) Tahun Ajaran 2015/2016 khususnya pada mata pelajaran Matematika. Permasalahannya beragam, mulai dari cara mengajar guru yang kurang sesuai dengan kondisi peserta didik yang selalu menggunakan metode konvensional, motivasi belajar peserta didik yang kurang, pemakaian media pembelajaran yang belum optimal, ataupun hasil belajar peserta didik yang di bawah standar minimum kelulusan.

Banyak pendekatan dan media pembelajaran hasil temuan para ahli yang efektif untuk digunakan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Upaya

ini akan mampu mengatasi berbagai masalah pembelajaran, termasuk permasalahan cara mengajar guru yang monoton dan kurang inovatif. Salah satu pendekatan pembelajaran inovatif yang diduga efektif digunakan oleh guru yaitu pembelajaran kontekstual. Sementara

media pendukung pembelajaran

kontekstual yang dianggap bagus dan relevan yaitu media audio visual. Perpaduan dua upaya guru ini diharapkan memperoleh hasil yang baik.

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, mengingat pentingnya pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat dan penggunaan media pembelajaran yang menarik peserta didik, dimana kedua hal tersebut dianggap akan meningkatkan hasil belajar peserta didik, maka peneliti mengambil judul: Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Melalui Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Audio Visual.

B.STUDI LITERATUR 1. Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (Dalam Hamdani, 2011: 26) menyatakan “Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran”. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran. Kemudian Djamarah (2011: 32) berpendapat “Hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa setelah dilakukan aktifitas belajar”. Sementara menurut Hamalik (2008: 41) “Hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan”. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.

(5)

166 Hasil belajar merupakan prestasi belajar

siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.

Tingkah laku mengandung pengertian yang luas meliputi segi jasmaniah (strukturil) dan segi rohaniah (fungsionil) yang kedua-duanya saling bertalian dan saling berinteraksi satu sama lain. Pola tingkah laku ini terdiri dari aspek yang meliputi pengetahuan, pengertian, sikap, keterampilan, kebiasaan, emosi, budi pekerti, apresiasi, jasmani, hubungan sosial dan lain-lain. Menurut Sudjana (2010: 4) mengemukakan bahwa “Hasil yang diperoleh setelah mempelajari materi yang diwujudkan melalui perubahan pada diri siswa tersebut yang meliputi perubahan reaksi dan sikap siswa secara fisik maupun mental”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa diperoleh setelah melalui proses penilaian pada akhir pembelajaran. Perubahan tingkah laku pribadi sebagai hasil belajar itu dapat dimanifestasikan kedalam wujud penguasaan pola-pola perilaku kognitif, perilaku afektif, dan perilaku psikomotorik. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri seorang siswa akan

nampak dalam keseluruhan

kepribadiannya.

2. Pembelajaran Kontekstual

Menurut Nurhadi (2004: 5) menyatakan bahwa “Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari”. Sementara menurut Johnson (2012: 25) berpendapat sebagai berikut.

Komponen Contextual Teaching and Learning mencakup “To achieve this aim, the system encompasses the following eight components: making

meaningful connections, doing

significant work, self-regulated

learning, collaborating, critical and

creative thinking, nurturing the

individual, reaching high standards, using authentic assessment”.

Artinya untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka pembelajaran kontekstual akan menuntun siswa melalui kedelapan komponen utama Contextual Teaching and Learning, yaitu:

a. Melakukan hubungan yang bermakna; b. Mengerjakan pekerjaan yang berarti; c. Mengatur cara belajar sendiri; d. Bekerja sama;

e. Berpikir kritis dan kreatif;

f. Memelihara/membina pribadi siswa; g. Mencapai standar yang tinggi;

h. Menggunakan asesmen (penilaian) otentik.

Kemudian ahli lain seperti Komalasari (2011: 6) menjelaskan bahwa:

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar dan mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja.

Sedangkan Iksan (2009: 121) menyatakan pendapatnya bahwa:

Melalui landasan filosofis konstruktivisme, pembelajaran kontekstual dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi pembelajaran kontekstual, siswa

diharapkan belajar melalui

(6)

167 kehidupan mereka sehari-hari, dengan

melibatkannya dalam tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: kontruktivisme, bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodeln (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment).

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang digunakan guru dengan menerapkan konsep belajar mengajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Media Audio Visual

“Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan” (Arsyad, 2011: 3). Menurut Gerlach dan Ely (Dalam Arsyad, 2011: 4), bahwa “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media”. Sedangkan menurut Criticos (Dalam Daryanto, 2011:4) menyatakan bahwa “Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan”. Sementara Rossi dan Breidle (Dalam Kustandi, 2011: 3) mengemukakan bahwa: Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.

Berdasarkan pengertian beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber/pengajar ke peserta didik yang bertujuan merangsang mereka untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara utuh, dapat juga dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, selain itu berfungsi pula memberikan penguatan maupun motivasi.

Media audio visual merupakan media visual gerak yang dapat diatur percepatan geraknya (gerak dipercepat atau diperlambat). Hal ini memungkinkan media video efektif bila digunakan untuk membelajarkan pengetahuan yang berhubungan dengan unsur gerak. Video pembelajaran merupakan aplikasi dari berbagai metode dan teknologi audio visual yang dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.

Media audio visual atau sering disebut juga video mempunyai potensi tinggi dalam penyampaian pesan maupun kemampuannya dalam menarik minat dan perhatian peserta didik. Media video telah terbukti memiliki kemampuan yang efektif untuk penyampaian informasi, hiburan, dan pendidikan. Dengan demikian salah satu media pembelajaran yang efektif dan efesien dalam pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran adalah video pembelajaran. Dengan kata lain media video pembelajaran adalah program video yang dirancang, dikembangkan, dan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu yang

menyeluruh yang mendasari

(7)

168 di bidang teori bilangan, aljabar, analisis

dan teori peluang.

Dalam memahami matematika ini, Suherman (2003: 12) menyatakan bahwa:

Istilah mathematics (Inggris),

mathematic (Jerman) atau

mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan lain matematika, yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti relating to learning. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathematein yang mengandung arti belajar (berpikir). Jadi, matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

Menurut Johnson dan Rising (Dalam Suherman, 2003:17) bahwa:

Matematika adalah pola berpikir, pola mengkoordinasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, presentasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika lainnya.

Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Dalam Depdiknas (2008: 346) menyebutkan pemberian mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasi konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan/masalah. e. Memiliki sifat menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

C.METODE PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2002: 12) yang mengemukakan “Penelitian kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut mengunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan hasilnya”. Pendapat lain tentang pendekatan kuantitatif yaitu menurut Darmawan

(8)

169 “Pendekatan kuantitatif yaitu suatu proses

menemukan pengetahuan yang

menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui”.

2. Metode dan Teknik

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengaan metode penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2002: 3) mengemukakan pendapatnya tentang penelitian ekperimen yakni: “Penelitian eksperimen atau percobaan adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antar dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu”.

Kemudian Sugiyono (2014:107)

menambahkan “…penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

3. Desain Penelitian

Eksperimen yang digunakan adalah menggunakan bentuk True Experimental Design, yaitu metode yang menggunakan kelompok kontrol, namun tidak dapat berfungsi mempengaruhi pelaksananaan eksperimen (Sugiyono, 2014:112). Penelitian eksperimen terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut sedapat mungkin sama (homogen) atau mendekati sama karakteristiknya. Pada kelompok eksperimen diberikan pengaruh atau treatment tertentu, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Proses teknik untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

a. Tes

Tes merupakan seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut

mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan

untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Tes yang digunakan berupa soal dengan tipe pilihan ganda sebanyak 15 butir soal dengan tingkatan soal taksonomi Bloom. Hal tersebut dimaksudkan agar tes yang digunakan benar-benar mengukur hasil belajar peserta didik, maka soal-soal tersebut diuji cobakan terlebih dahulu terhadap peserta didik lain. Dari tes tersebut seorang peneliti/guru memperoleh data yang bisa diolah untuk menghasilkan feedback baik itu bagi guru, maupun bagi peserta didik.

b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Hal ini karena observasi tidak selalu dengan obyek manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Menurut Hadi (dalam Sugiyono, 2014: 145) mengemukakan bahwa, “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

Dalam penelitian ini observasi dilakukankan untuk dapat memahami proses terjadinya pembelajaran kontekstual berbantukan media audio visual. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek penelitian yaitu siswa, terkait pengetahuan, sikap, dan ketermpilannya selama pembelajaran berlangsung. Observer (peneliti) akan mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,

(9)

170

5. Teknik Pengolahan Data

Berdasarkan pada desain penelitian yang telah ditentukan yakni melibatkan tahapan pretes dan pascates terhadap kelas kontrol dan

kelas eksperimen, maka pengolahannya

ditentukan seperti dijelaskan di bawah ini.

a. Melakukan uji normalitas. Dalam

menentukan kenormalan data dilakukan uji normalitas. Pengujian kenormalan sebaran data menggunakan Uji Lilliefors.

b. Setelah uji normalitas diperoleh, maka masuk pada langkah selanjutnya dengan ketentuan, jika data ternyata tidak normal maka dilakukan perhitungan Man Withney. Namun bila data ternyata normal maka dilakukan pengujian homogenitas. Jika data tidak homogen maka dilanjutkan dengan

menghitung uji t’, namun bila data ternyata

homogen maka dilanjutkan dengan

perhitungan uji t.

D.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes ahir tahun, dan sebagainya.

Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu perubahan atau berbandingan kemampuan awal (prates) dengan kemampuan akhir (pascates) belajar Matematika peserta didik pada pokok bahasan Dimensi Tiga, setelah diberikan perlakuan pembelajaran. Hasil belajar ini diukur dari kemampuan peserta didik dalam menjawab 15 pertanyaan pilihan ganda yang terdapat dalam prates dan pascates. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan hasil belajar peserta didik maka dapat dilihat berdasarkan perbandingan perolehan nilai peserta didik saat tes tersebut.

Perolehan nilai prates adalah gambaran dari kemampuan awal peserta

didik kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan. Perlakuan yang dimaksud adalah penerapan model pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual. Sedangkan pascates merupakan gambaran kemampuan akhir peserta didik setelah mereka diberi perlakuan. Soal-soal yang terdapat dalam prates sama dengan soal-soal yang terdapat dalam pascates. Hal ini dimaksudkan agar dapat lebih jelas dan pasti mengukur ada tidaknya perubahan kemampuan peserta didik, dan supaya dapat menentukan apakah perubahan yang terjadi itu signifikan atau tidak terhadap ketuntasan belajar yang ditargetkan. Ketuntasan belajar itu sendiri dilihat atau ditentukan berdasarkan penilaian KKM Matematika kelas XI pokok bahasan Dimensi Tiga yakni sebesar 6,5.

Berdasarkan hasil prates dan pascates yang telah disajikan di atas, ada beberapa temuan yang akan peneliti kemukakan. Pada kelas eksperimen yaitu kelas yang menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual, nilai rata-rata kelas pada prates hanya mendapatkan 4,6 dengan simpangan bakunya 1,3 dan variansnya 1,7. Tercatat sebanyak 32 orang peserta didik di kelas XI TKR 2 SMKN 10 Garut, yang perolehan nilainya masih di bawah KKM. Sementara hanya 3 orang peserta didik dari jumlah yang hadir saat prates yang kemampuannya sudah mencapai KKM. Ketiga orang tersebut dua orang memperoleh nilai 7 dan satu orang memperoleh nilai 9, nilai-nilai ini sudah melebihi KKM sebesar 6,5. Dari data prates ini diperoleh gambaran umum bahwa peserta didik kelas XI TKR 2 SMKN 10 Garut masih belum mengetahui dan memahami dengan baik pokok bahasan yang akan dipelajarinya.

(10)

171 pelaksanaan pembelajaran dinilai

berdasarkan observasi oleh observer yang merupakan teman sejawat peneliti. Sementara hasil belajar siswa dilihat dari perolehan hasil pascates. Dari hasil pascates inilah akan diketahui apakah terjadi perubahan hasil belajar atau tidak.

Dari nilai pascates diperoleh data bahwa telah terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas yang signifikan untuk kelas eksperimen. Dari nilai sebelumnya 4,6 dengan simpangan bakunya 1,3 dan variansnya 1,7 terjadi perubahan nilai rata-ratanya. Rata-rata kelasnya berubah meningkat pesat menjadi 9 dengan simpangan bakunya 1,1 dan varians menjadi 1,2. Dari total peserta didik yang mengikuti pascates yakni 36 orang, tercatat bahwa semuanya atau 100% peserta didik kemampuannya meningkat. Mereka memiliki nilai pascates yang sudah melebihi nilai KKM. Nilai terkecilnya 7 dan nilai terbesarnya 11. Peningkatan ini merupakan perkembangan dan perubahan yang sangat baik karena rata-rata kelas XI TKR 2 SMKN 10 Garut, sudah memenuhi KKM yang ditargetkan. Hal ini juga mengandung arti bahwa pembelajaran yang terjadi di kelas eksperimen telah tuntas.

Meningkatnya hasil belajar peserta didik kelas eksperimen ini dipengaruhi banyak faktor, salah satunya yang ternyata berkontribusi besar terhadap hasil belajar peserta didik ini adalah penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual. Keberadaan pendekatan dan media pembelajaran tersebut mempengaruhi peningkatan kognitif siswa. Keduanya memberikan kontribusi yang signifikan. Terutama dalam hal ini adalah peranan dari media audio visual yang diterapkan di kelas eksperimen. Dalam prakteknya dapat dikelola melalui pendekatan Sistem Informasi Manajemen (Darmawan, D dan Setiawati, L, 2015). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat dampak positif dari diterapkannya media pembelajaran terhadap peningkatan hasil

belajar. Sesuai dengan yang dikemukakan Sudjana (2010: 2) bahwa manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut ini. 1. Pengajaran akan lebih menarik

perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa mengetahui tujuan pengajaran yang lebih baik. 3. Metode mengajar akan lebih bervariasi,

tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. 4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan

belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, serta mendemonstrasikan.

Hasil belajar siswa kelas kontrol yang dimaksudkan adalah perbandingan perolehan nilai prates dan pascates peserta didik di kelas XI TKR 1 SMKN 10 Garut. Kelompok peserta didik ini tidak diberi perlakuan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual seperti pada

kelas eksperimen. Perlakuan

pembelajarannya berupa penerapan pembelajaran biasa atau konvensional dengan metode ceramah.

(11)

172 memiliki kemampuan yang masih rendah,

belum mencapai nilai KKM.

Kemudian setelah proses belajar

mengajar berlangsung dengan

pembelajaran konvensional, maka peserta diberi pascates. Hasil pascates ditemukan data bahwa ada kenaikan nilai rata-rata kelas dan sudah melampaui KKM. Terjadi perubahan nilai dari rata-rata kelasnya 4,2 menjadi 6,8. Nilai rata-rata kelas 6,8 ini sudah mencapai nilai KKM kelas XI pokok bahasan Dimensi Tiga yakni 6,5. Simpangan bakunya pun berubah dari 1,3 menjadi 1,7 dengan variannya 2,9. Sehingga dengan demikian secara umum kalau hanya melihat rata-rata kelas maka kelas dengan pembelajaran konvensional pun dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Namun demikian, kalau melihat secara keseluruhan siswanya, kelas dengan pembelajaran konvensional atau kelas yang tanpa menggunakan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual, belum berhasil membuat semua peserta didik meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan penerapan dari pokok bahasan yang diberikan. Hal ini berdasarkan data pada perbandingan pencapaian KKM taip peserta didik, tercatat bahwa pada prates sebanyak 35 orang belum mencapai KKM, sementara pada pascates juga masih banyak peserta didik yang belum mencapai nilai KKM yakni sejumlah 19 orang atau sebanayak 51%. Data tersebut menggambarkan bahwa walaupun rata-rata kelas telah mencapai KKM tetapi tingkat keberhasilan belajar pada setiap peserta didiknya masih belum berhasil atau maksimal.

Ketidakberhasilan belajar ini dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya faktor eksternal berupa pendekatan pembelajaran konvensional. Pembelajaran pada pembelajaran konvesional, peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada peserta didik. Kondisi ini membuat keaktivan peserta

didik kurang dan antusisme belajarnya tidak sebesar pembelajaran yang menggunakan media audio visual. Kegairahan dalam belajar tersebut mempengaruhi peserta didik dalam meningkatkan belajarnya.

Hal ini seperti yang dinyatakan Djamarah (2011: 128) bahwa:

Pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan.

Dalam pembelajaran di kelas kontrol ini, guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, sedangkan peserta didik lebih banyak sebagai penerima. Sistem pembelajaran konvensional cenderung kental dengan suasana instruksional dan dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Di samping itu sistem pembelajaran konvensional kurang fleksibel dalam mengakomodasi perkembangan materi kompetensi karena guru harus intensif menyesuaikan materi pelajaran dengan perkembangan inovasi pembelajaran terbaru. Guru harus meningkatkan kemampuan pedagogiknya dengan mengikuti perkembangan kemajuan teknologi yang semakin meningkat.

E.SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut ini.

(12)

173 mengalami perubahan peningkatan

yang tinggi. Hal ini terlihat dari perubahan nilai hasil prates dan pascates siswa yang mengalami peningkatan secara signifikan. Pembelajaran Matematika peserta didik di kelas eksperimen (Kelas XI TKR 2 SMKN 10 Garut) telah dinyatakan tuntas karena nilai akhir rata-rata kelas dan nilai semua peserta didik telah mencapai atau melebihi KKM kelas XI pokok bahsan Dimensi Tiga.

b. Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan Dimensi Tiga di kelas yang tidak menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual (kelas kontrol), belum mengalami perubahan peningkatan yang tinggi. Hal ini terlihat dari perubahan nilai hasil prates dan pascates siswa yang ternyata masih banyak peserta didik yang belum mencapai KKM. Namun demikian, secara umum pembelajaran Matematika peserta didik di kelas kontrol (Kelas XI TKR 1 SMKN 10 Garut) dinyatakan tuntas dengan melihat nilai akhir rata-rata kelas yang diperolehnya telah mampu mencapai KKM.

c. Terdapat perbedaan signifikan antara kelas yang menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual (kelas eksperimen) dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual (kelas kontrol). Hal ini terlihat dari pengolahan data instrumen penelitian dimana hasil belajar Matematika kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, berikut peneliti sampaikan beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca, yaitu sebagai berikut ini.

a. Pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual hendaknya terus dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran, karena pembelajaran ini

berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, diharapkan pembelajaran ini menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan untuk dijadikan sebagai sarana mengubah paradigma kegiatan pembelajaran ke arah yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Dalam menerapkan pembelajaran kontekstual berbantuan media audio visual tampaknya perlu dilakukan modifikasi dan adaptasi sesuai dengan situasi dan kondisi proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan karena masing-masing situasi dan kondisi memiliki karakteristik yang berbeda. Di samping itu, penerapan pembelajaran ini pun harus disesuaikan dengan mata pelajaran yang disampaikan oleh guru. c. Mengingat pentingnya keberadaan

pembelajaran dengan media audio

visual maka diperlukan

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru khususnya di tempat penelitian, dalam rangka peningkatan kompetensi mengajar guru terkait penguasaan teknologi pembelajaran.

d. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti aspek-aspek lain secara lebih terperinci yang belum terjangkau oleh peneliti saat ini. Kemudian diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dianalisis secara lengkap dengan memperhatikan faktor lainnya sehingga memberikan hasil peningkatan yang lebih menyeluruh terhadap kemampuan hasil belajar Matematika peserta didik.

F. DAFTAR PUSTAKA

Alwi, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

(13)

174 Arifin & Tasai. 2012. Bahasa Indonesia

sebagai Mata kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta : Akapres.

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Chaer, A. 2012. Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indoensia. Jakarta : Rineka Cipta.

Darmawan, D., dan Setiawati, L. (2015). Developing Integrated Management Information System in Research: A Study at the Institute for Research and Community Services of Universitas Pendidikan Indonesia. India: International Journal of Applied Engineering Research ISSN

0973-4562 Vol.10, No. 16., pp 37206-37210.

Departemen Pendidikan Nasional.2008.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Effendy, O. 2011. Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : Rosdakarya. Fathoni, A. 2005. Metodologi Penelitian &

Teknik Penyusunan Skripsi.Jakarta : Rineka Cipta.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia. Hasim, dkk. 2016. Pedoman Penulisan

Skripsi dan Jurnal Ilmiah.Garut : STKIP Garut.

Jauhari, dkk. 2012. Jurnalisme Televisi Indonesia : Tinjauan Luar Dalam. Jakarta: KPG.

Keraf, G. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, H. 2010. Pembentukan Kata

dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Kusnawan & Machendrawaty. 2003.

Teknik Debat dalam Islam. Bandung : Pustaka Setia.

Muslich, M. 2010. Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung : Refika Aditama.

Noor, J. 2014. Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Prenadamedia Group.

Parera, D. 1987. Studi Linguistik Umum dan Historis Bandingan. Jakarta : Erlangga.

Putrayasa, I.B. 2009.Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung : Refika Aditama. Putrayasa, I.B. 2012.Jenis Kalimat Dalam Bahasa Indonesia. Bandung : Refika Aditama.

Putrayasa, I.B. 2014. Kalimat Efektif : Diksi, Struktur, dan Logika. Bandung : Refika Aditama.

Sirait, C.B. 2013.Public Speaking for Teacher. Jakarta : Grasindo.

Sobur, A. 2003. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Suryaman, U. 1995. Dasar-Dasar Bahasa Indonesia Baku. Bandung : IKAPI. Syah, dkk. 2006. Kaidah dan Pelatihan

Bahasa Indonesia. Bandung :

OASEPres.

Tarigan, H.G. 1989. Pengajaran Tata

Bahasa Tagmetik. Bandung :

Referensi

Dokumen terkait

Menulis satu judul naskah buku internasional (berbahasa dan diedarkan secara internasional minimal tiga negara), disetujui oleh pimpinan dan tercatat (**) Menerjemahkan

Ho : tidak ada perbedaan prestasi belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Ha : ada perbedaan prestasi belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan

Bagi menjayakan transformasi Malaysia sebagai sebuah negara maju berpendapatan tinggi menjelang tahun 2050, Transformasi Pendidikan Teknikal dan Latihan Vokasional

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat (7) menyebutkan bahwa Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Intellectual

Hasil penelitianmuatan keilmuan integrasi interkoneksi terhadap ma- ta pelajaran PAI dan Budi Pekerti jenjang SMA kurikulum 2013 dapat dideskripsikan sebagai

Pada litologi pertama ini memiliki ukuran  butir yang sangat kecil <1/256 mm, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa tekstur  pada litologi ini tidak dapat

Bahwa peserta Ujian Dinas Tingkat I yang memperoleh hasilo. ujian dengan standar nilai yang ditetapkan dinyatakan