• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HUKUM TATA NEGARA. dõ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH HUKUM TATA NEGARA. dõ"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH HUKUM TATA NEGARA

MENGATASI PENYALAHGUNAAN HAM DENGAN PEMBELAJARAN YANG TEPAT DALAM SISTEM PENDIDIKAN

Disusun :

Arief Aji Santoso 8111416303

FAKULTAS HUKUM

(2)

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberi nikmat yang banyak kepada kita sehingga kita dapat menjalani hari-hari yang indah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Alhamdulillah telah selesai pembuatan tugas makalah ini sebagai tugas mata kuliah Hukum Tata Negara. Judul makalah ini ialahMENGATASI PENYALAHGUNAAN HAM DENGAN PEMBELAJARAN YANG TEPAT DALAM SISTEM PENDIDIKAN, semoga dapat diharapkan mampu dijadikan bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dari makalah ini.

Saya ucapkan banyak terima kasih kepada saudara, atas waktunya untuk membaca makalah ini. Mungkin banyak kesalahan yang nantinya akan anda temukan saat membaca makalah ini, karena kesalahan datang dari semua manusia. Oleh sebab itu saya selaku penulis mohon maaf, jika ada kesalahan pada penulisan makalah ini.

Saya berharap makalah yang saya buat ini mampu di terima banyak orang dan dijadikan sebagai bacaan dan acuan pembuatan tulisan dari berbagai banyak penulis. Saya sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih.

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma yang menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia dan dilindungi secara teratur sebagai hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional. Mereka umumnya dipahami sebagai hal yang mutlak sebagai hak-hak dasar seseorang. Secara inheren berhak karena dia adalah manusia, dan yang melekat pada semua manusia, terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama, asal-usul etnis atau status lainnya. Ini berlaku di mana-mana dan pada setiap kali dalam arti yang universal, dan ini egaliter dalam arti yang sama bagi setiap orang. HAM membutuhkan empati dan aturan hukum dan memaksakan kewajiban pada orang untuk menghormati hak asasi manusia dari orang lain. Mereka tidak harus diambil kecuali sebagai hasil dari proses hukum berdasarkan keadaan tertentu; misalnya, hak asasi manusia mungkin termasuk kebebasan dari penjara melanggar hukum , penyiksaan, dan eksekusi.

Doktrin tentang Hak Asasi Manusia sekarang ini sudah diterima universal sebagai a

moral, political, and legal framework and as a guideline dalam membangun dunia yang lebih

damai dan bebas dari ketakutan dan penindasan serta perlakuan yang tidak adil. Oleh karena itu, dalam negara hukum, jaminan perlindungan hak asasi manusia dianggap sebagai ciri yang mutlak harus ada di setiap negara yang dapat disebut rechtsstaat. Bahkan, dalam perkembangan selanjutnya, jaminan-jaminan hak asasi manusia itu juga diharuskan tercantum dengan tegas dalam undang-undang dasar atau konstitusi tertulis negara demokrasi konstitusional, dan dianggap sebagai materi terpenting yang harus ada dalam konstitusi, di samping materi ketentuan lainnya, seperti mengenai format kelembagaan dan pembagian kekuasaan negara dan mekanisme hubungan antarlembaga negara. Di Indonesia Hak Asasi Manusia sudah diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan juga tertera di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

(4)

generasi muda. Sehingga generasi muda saat yang ada saat ini sebagian besar sudah tidak memiliki moral atau akhlak yang baik, pergaulan bebas dimana-mana, tawuran, free-sex, bahkan narkoba telah berhasil membunuh para generasi muda. Bahkan ada kabar yang mengatakan bahwa, ada sekelompok yang ingin melegalisasi lesbian, gay, biseksual dan transgnder (LGBT) dengan mengatasnamakan HAM. Hal ini sangat tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia yang religius. Menurut juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, Muhammad Ismail Yusanto, jika LGBT jadi legal, maka itu malapetaka bagi Indonesia. HAM seperti ruang permainan tanpa batas yang atas namanya, orang bisa bebas bergerak tanpa batas seperti masyarakat Eropa yang menuntut same sex marriage atau perkawinan sejenis, ini bisa menjadi kehancuran generasi manusia. Oleh sebab itu sangatlah penting pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih mengawasi makna dari HAM tersebut. Pemerintah perlu membuat sebuah lembaga khusus untuk menstabilkan HAM agar tidak disalahgunakan oleh kelompok tertentu. Dan pemerintah juga harus membuat peraturan-peraturan yang mengontrol HAM agar tidak disalahgunakan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengertian HAM?

2. Bagaimana akibat dari penyalahgunaan HAM tersebut?

3. Bagaimana pemerintah menyelesaikan kasus penyalahgunaan HAM?

1.3 TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah antara lain:

1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Tata Negara.

2. Untuk menambah pengetahuan tentang cara menyelesaikan penyalahgunaan Hak Asasi Manusia.

(5)

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma yang menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia dan dilindungi secara teratur sebagai hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional. Mereka umumnya dipahami sebagai hal yang mutlak sebagai hak-hak dasar seseorang. Secara inheren berhak karena dia adalah manusia, dan yang melekat pada semua manusia, terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama, asal-usul etnis atau status lainnya. Ini berlaku di mana-mana dan pada setiap kali dalam arti yang universal, dan ini egaliter dalam arti yang sama bagi setiap orang. HAM membutuhkan empati dan aturan hukum dan memaksakan kewajiban pada orang untuk menghormati hak asasi manusia dari orang lain. Mereka tidak harus diambil kecuali sebagai hasil dari proses hukum berdasarkan keadaan tertentu; misalnya, hak asasi manusia mungkin termasuk kebebasan dari penjara melanggar hukum , penyiksaan, dan eksekusi.

2.2 AKIBAT DARI PENYALAHGUNAAN HAM

(6)

menjadi kehancuran generasi manusia.

2.3 PERAN PEMERINTAH DALAM MENYELESAIKAN KASUS PENYALAHGUNAAN HAM

Kita tahu bahwa pendidikan yang ada di Indonesia saat ini sudah tidak lagi mementingkan ketiga aspek yang harus dicapai yakni, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Saat ini pendidikan hanya mementingkan mengenai hasil akademis yang harus dicapai, dan seringkali mengabaikan perilaku dan moral para generasi muda. Sehingga generasi muda saat yang ada saat ini sebagian besar sudah tidak memiliki moral atau akhlak yang baik, pergaulan bebas dimana-mana, tawuran, free-sex, bahkan narkoba telah berhasil membunuh para generasi muda. Bahkan ada kabar yang mengatakan bahwa, ada sekelompok yang ingin melegalisasi lesbian, gay, biseksual dan transgnder (LGBT) dengan mengatasnamakan HAM. Hal ini sangat tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia yang religius.

Hal tersebut bukan sepenuhnya kesalahan seorang pendidik, kita tahu realitanya, peristiwa-peristiwa yang menjadi promblematika dalam pendidikan bahkan menyangkut bagaimana nasib generasi muda Indonesia kedepannya, yaitu “hilangnya moral, hancurnya generasi muda” sringkali terjadi, namun sayangnya generasi muda yang tidak memiliki moral yang baik saat diberikan suatu teguran dari seorang guru baik berupa teguran lisan, tulisan, maupun suatu tindakan langsung, mereka (yang ditegur) memanfaatkan HAMnya untuk membela dirinya agar tidak bersalah. Yang kemudian berakibat pada seorang pendidikan yang harus menerima hukuman karena perilakunya yang justru dapat menjadikan generasi muda menjadi lebih baik. Inilah realita yang ada, saat orang berniat baik justru diberikan hukuman, dan mereka yang menjadi pelaku “hancurnya karakteristik bangsa” dengan sejuta cara memanfaatkan HAM berhasil menyabet gelar “tak bersalah” bahkan dinyatakan sebagai “korban”.

(7)

buku Dr. Martitah M.Hum. (Mahkamah Konstitusi. 2013 Hal:77) yakni, “ Hukum menjadi statis dan stagnan manakala tidak berusaha menyaingi dan menyingkirkan hambatan-hambatan yang menjadi stagnan. Salah satu hal yang akan terhambat adalah tidak ada munculnya kekuatan yang sebenarnya ada secara inheren dalam hukum. Kekuatan yang tersimpan itu menjadi tidak muncul karena para penegak hukum sendiri yang menyebabkannya. Penghambatannya adalah cara berhukum yang hanya mengeja teks UU,

sehingga tidak mucul kekuatan hukum yang menyelesaikan persoalan.”.

Perlunya tindakan khusus untuk menangani kasus penyalahgunaan HAM tersebut, sehingga Indonesia dapat melahirkan penerus yang memiliki moral dan akhlak yang naik demi terciptanya bangsa yang ideal.

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

(8)

melegalisasi lesbian, gay, biseksual dan transgnder (LGBT) dengan mengatasnamakan HAM. Hal ini sangat tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia yang religius. Pemerintah diharapkan mampu mengendalikan makna dari HAM tersebut, sehingga tidak dapat disalahgunakan oleh masyarakat luas. Pemerintah perlu membuat sebuah peraturan baru yang dapat mengatur HAM, seperti membuat UU baru atau merefisi UU tentang HAM tersebut. Sehingga tidak dapat disalahgunakan. Sehingga ada hukum yang mengatur tindakan penyalahgunaan tersebut. Tentu juga tak lupa untuk merubah moral dari aparatur hukum itu sendiri, sehingga mampu menangani kasus yang terjadi.

3.2 SARAN

(9)

DAFTAR PUSTAKA

http://gitaindahsafitrirathono.blogspot.co.id/2016/05/ham-disalahgunakan-pendidikan-dan-moral.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia

http://republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/03/nefpmg-astagfirullah-ham-disalahgunakan-untuk-legalisasi-homoseksual-biseksual-dan-transgender

Referensi

Dokumen terkait

(Dan yang dimaksud dengan yang sudah wafat) merekalah para Sahabat Nabi yang mana mereka adalah orang-orang terbaik di ummat ini, memiliki hati yang paling

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napasa yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Chyntia, Indriani & Saputra (2018) yang telah memberikan bukti empiris bahwa IC yang diukur oleh VAIC berpengaruh

Gambar 4.23 Multiwell analysis dengan wavelet Ricker pada Rp stack (atas) dan Rs stack (bawah) menunjukkan korelasi yang baik untuk tiap sumur. Gambar 4.24 Contoh well seismic

Setelah pengelompokan data dilakukan terdapat lima pola proses pembentukan akronim yaitu (1) Pengekalan suku dengan suku terdapat empat proses(2) Pengekalan suku ditambah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis ingin melakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Etika, Sanksi Pajak, dan Modernisasi Teknologi Informasi

Keadaan yang dapat dikatakan sebagai upaya yang layak tidak dijelaskan secara rinci, sehingga menimbulkan masalah hukum dalam penegakkan hukum pelanggaran

Model Pembelajaran Blended Learning (syncronous vs asyncronous) yang dilaksanakan pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Keolahragaan IKIP Budi Utomo Malang memiliki dampak