• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep ibadah dalam perjanjian lama PL I (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep ibadah dalam perjanjian lama PL I (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

Kata Gereja bukanlah seperti anggapan pada umumnya, diartikan sebagai bangunan gedung Gereja. Bila kita membandingkan konsep gereja yang dibicarakan dalam Alkitab dengan konsep gereja umumnya. Menurut pemahaman jemaat pada umumnya akan terdapat perbedaan yang cukup besar. Gereja yang dimaksud dalam perjanjian lama adalah sekolompok orang yang dipanggil, dan sekelompok orang itu merupakan orang yang memiliki persekutuan yang indah pada Tuhan. Oleh sebab itu, Gereja yang dimaksud dalam perjanjian lama bukan suatu bangunan gedung atau sistem oraganisasi melainkan sekelompok umat Allah, tubuh Kristus dan persekutuan yang sesungguhnya dalam Tuhan.

Dalam Perjanjian Lama dijelaskan bahwa nabi-nabi dan umat Allah melakukan persekutuan di bait Allah dan disinagoge pada hari sabat, hari yang mereka khususkan untuk bersekutu dengan Tuhan. Kehidupan gereja adalah kehidupan yang indah, dimana dalam kesempatan ini umat Allah memiliki kesempatan untuk bersekutu lebih dekat lagi dengan Allah. ibadah dalam perjanjian lama berbeda dengan konsep ibadah dalam perjanjian baru. Perbedaan yang harus kita perhatiakan agar kita lebih mengerti konsep ibadah dalam dua zaman ini. Dalam perjanjian lama, Allah memberi petunjuk yang spesifik mengenai bagaimana,kapan dan dimana bertemu atau beribadah kepada Allah. Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan konsep ibadah dalam Perjanjian Lama dan aplikasinya bagi Gereja masa kini.

BAB II

(2)

Pada awalnya kita menemukan adanya ibadah atau persembahan pribadi kepada Allah (Kej. 4:4 Habel memberikan persembahan kepada Tuhan , Kel. 24:26). Hal itu menunjukkan bahwa pada dasarnya ibadah adalah merupakan ungkapan batin seseorang yang mengakui bahwa Allah berdaulat, penuh kuasa dan baik. Atau ibadah adalah menunjukkan ketinggian spritual seseorang yang disertai ungkapan pujian dan syukur kepada Tuhan, karena Ia patut disembah ( Ayub 1:20 ; Yos 5 :14). Harus dipahami bahwa Allah kita adalah Allah yang transenden dan imanen. Allah yang tidak sama dan terpisah dari ciptaanNya, juga merupakan Allah yang berkomunikasi dengan umat manusia. Allah menerima penyembahan dari umat-Nya.

Pada waktu Allah memilih suatu bangsa bagi diri-Nya, Allah juga memberikan cara bagaimana bangsa itu dapat bertemu dengan Tuhan, jadi Dia memberikan ibadah tabernakel di mana Israel dapat menghadap Allah yang Mahakudus. Di tempat ini Tuhan akan bertemu dengan Israel (Kel. 25:22; 29:42, ).

Kemudian, pelaksanaan ibadah itu berkembang menjadi ibadah umat. Musa adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar dari ibadah umat yang diorganisir, dan yang menjadikan Tuhan sebagai alamat ibadah satu-satunya. Ibadah umat diorganisir di dalam Kemah Pertemuan, dan upacaranya dipandang sebagai pelayanan suci dari pihak umat untuk memuji Tuhan.

Pada perkembangan selanjutnya, setelah Kemah Pertemuan, lahirlah Bait Suci dan Sinagoge sebagai tempat ibadah bagi Israel. Perkembangan ini didasari oleh pemahaman bahwa ibadah adalah merupakan faktor penting dalam kehidupan Nasional Yahudi. Bait Suci dihancurkan oleh Babel, dibentuk kebaktian Sinagoge karena pelaksanaan ibadah tetap dirasakan sebagai kebutuhan penting. Disamping tempat ibadah, orang Yahudi juga memiliki kalender tahunan untuk upacara agamawi. Diantaranya yang amat penting adalah : Hari Raya Paskah (Kel. 12:23-27), Hari Raya Perdamaian (Im. 16 : 29 - 34), Hari Raya Pentakosta , Hari Raya Pondok Daud, dan Hari Raya Roti Tidak Beragi (Kel.12:14-20).

(3)

adalah mencakup pelaksanaan kewajiban agama, seperti : sunat, puasa, pemeliharaan Sabat, torah dan doa. Dengan demikian, ibadah juga harus mengandung makna bagi hidup susila.

Dalam Perjanjian Lama ada beberapa contoh ibadah pribadi (Kej 24:26; Kel. 33:9-34:8). Tapi tekanannya adalah pada ibadat dalam jemaat ( Mzm 42:4; I Taw 29:20). Dalam kemah pertemuan dan dalam Bait Suci tata upacara ibadah adalah yang utama. Terlepas dari korban-korban harian setiap pagi atau sore, perayaan Paskah dan penghormatan Hari Pendamaian merupakan hal penting dalam kalender tahunan Yahudi. Upacara agamawi berupa pencurahan darah, pembakaran kemenyan, penyampaian berkat imamat dan lain lain, cenderung menekankan segi upacaranya sehingga mengurangi segi rohaniah ibadahnya, dan bahkan sering memperlihatkan pertentangan antara kedua sikap itu ( Mzm 40:6; 50:7-15; Mi 6:6-8 ). Tapi banyak ibadah di Israel yang dapat mengikuti ibadah umum misalnya di Mazmur 93; 95-100) dan doa-doa bersama misalnya Mazmur 60; 79; 80, dan memanfaatkanya untuk mengungkapkan kasih dan syukur mereka kepada Allah ( Ul 11:13 ) dalam tindakan ibadah rohani batiniah yang sungguh-sungguh.

Ibadah umum yang sudah demikian berkembang yang dilaksanakan dalam kemah pertemuan dan Bait Suci, berbeda sekali dari ibadah pada zaman yang lebih awal ketika para Bapak leluhur percaya, bahwa Tuhan dapat disembah di tempat mana pun Dia dipilih untuk menyatakan diriNya. Tapi bahwa ibadat umum di bait Suci merupakan realitas rohani, jelas dari fakta bahwa ketika tempat suci itu dibinasakan, dan masyarakat Yahudi terbuang di babel, ibadat tetap merupakan kebutuhan dan untuk memenuhi kebutuhan itu diciptakanlah, kebaktian sinagoge yang terdiri dari: 1. Shema

2. Doa-doa

3. Pembacaan Kitab Suci 4. Penjelasan

Tapi kemudian di Bait Suci yang kedua kebaktian-kebaktian harian, sabat, perayaan-perayaan tahunan dan puasa-puasa, serta pujian dan buku puji-pujian memastikan, bahwa ibadah tetap merupakan faktor amat penting dalam kehidupan nasional Yahudi.

(4)

menerima tindakan ibadah mereka. Pola ini secara konsisten dapat ditemukan di dalam seluruh bagian Alkitab, dengan titik pusat kebenarannya adalah di dalam ibadah, Allah adalah inisiator. Atau dengan kata lain, ibadah adalah satu respons manusia kepada inisiatif Allah.

Ekspresi ibadah dalam Perjanjian Lama dapat ditemukan dalam kisah pemanggilan Abraham sebagai Bapak bangsa-bangsa. Panggilan Abraham disertai janji-janji berkat Allah seperti kemasyuran, pengaruh, keturunan dan pemilik tanah. Sebagai respons Abraham terhadap janji-janji ini, Abraham menyembah Allah dengan membuat mezbah (Kej. 12:7-8; 13:18). Dan mempersembahkan korban (Kej. 15:1-11; 22:13-14). Kemudian juga ketika Nuh keluar dari bahtera setelah Air Bah tindakan pertamanya adalah membangun mezbah dan beribadah kepada Tuhan (Kej. 8:20) ini merupakan catatan pertama di Perjanjian Lama tentang ibadah kepada Tuhan melalui korban penumpahan darah di atas mezbah. Persembahan korban bakaran kemudian dinyatakan sebagai korban persembahan (Im. 1:1-7). Selanjutnya dalam kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir, ibadah mejadi dasar dan sebagai blueprint (kerangka kerja terperinci) untuk semua bentuk ibadah masa depan. Allah menyelamatkan umat-Nya dari perbudakan adalah peristiwa penting dalam Perjanjian Lama. Inilah salib dan kebangkitan dalam Perjanjian Lama yang digenapi di dalam Perjanjian Baru. Keluaran telah memberikan kepada Israel beberapa jalan untuk beribadah kepada Allah. Ekspresi utama termasuk mempersembahkan korban binatang pada Paskah (Kel 12:1-28), mempersembahkan semua yang sulung atau pertama lahir kepada Tuhan menjadi milik Tuhan (Kel 13:1-2), dan menyanyikan puji-pujian dengan sorak sorai dan penuh kemenangan yang dipimpin oleh Musa dan Miriam (Kel 15:1-21).

Di Gunung Sinai Allah menentukan tiga hari raya yang harus diadakan dalam rangka mempersembahkan ibadah kepada Allah setiap tahun. Pertama, hari raya roti tidak beragi, kedua, hari raya menuai dan ketiga, hari raya pengumpulan hasil (Kel 23:14-19). Perintah ini telah tertanam di dalam kesadaran umat Tuhan bahwa ibadah melibatkan pengertian waktu yang kudus.

(5)

1. Ibadah adalah pangilan Allah. Allah yang memanggil umat-Nya untuk bertemu dengan-Nya.

2. Umat Tuhan diatur dalam satu tanggungjawab terstruktur. Artinya ada yang bertanggungjawab. Musa adalah pemimpin. Tetapi untuk mengatur ibadah dan lain-lainnya adalah tugas Harun, Nadab, Abihu. 70 tua-tua Israel, pemuda dan umat. 3. Pertemuan antara Allah dan Umat bersifat proklamasi Firman. Allah berbicara kepada

umat-Nya dan memperkenalkan diri-Nya kepada mereka. Hal ini berarti ibadah belumlah lengkap tanpa mendengar Firman Tuhan.

4. Umat setuju dan menerima perjanian dengan syarat-syaratnya yang memberi makna kepada komitmen umat secara subjektif untuk mendengar dan taat kepada Firman Allah. Dengan kata lain, aspek penting dalam ibadah disini adalah pembaharuan komitmen pribadi secara terus-menerus. Di dalam ibadah umat Tuhan membaharui janji yang telah ada antara Allah dan umat-Nya sendiri.

5. Puncak hari pertemuan itu ditandai dengan symbol pengesahan, satu materai perjanjian. Dalam Perjanjian Lama Allah selalu menggunakan darah korban sebagai materai hubungan-Nya dengan manusia. Pengorbanan ini menunjuk kepada korban Yesus Kristus.

Dengan demikian Allah adalah pusat ibadah Perjanjian Lama. Umat Tuhan atau manusia beribadah adalah sebagai respons dalam ucapan syukur kepada karya Allah di dalam hidup manusia.

B. Aplikasi bagi Gereja masa kini

Kehidupan umat percaya dalam Perjanjian Lama sangat memberikan dampak yang baik bagi kita untuk kehidupan bergereja pada zaman sekarang ini. Kebanyakan kita hanya mengerti bagaimana kita pergi ke gereja dan pulang dengan membawa pengertian yang baru dari Firman yang dijelaskan oleh pendeta. Namun kita tidak pernah memaknai apa arti dari ibadah yang kita laksanakan itu. Untuk itu kita perlu mencontohi cara hidup umat perjanjian lama atau nabi-nabi yang ada dalam perjanjian lama, supaya kerohanian kita bisa bertumbuh dengan baik. Agar kerohanian dapat bertumbuh, orang Kristen seharusnya berperan di dalam gereja sebagai berikut:

a. Ibadah

(6)

tradisional. Allah dengan jelas berfirman, "Kamu adalah umatKu”. “Kamu harus datang ke hadapanKu mempersembahkan diri untuk beribadah kepadaKu" ( Imamat 23 ). Bila kita memasuki ibadah dalam persekutuan orang Kristen, kita telah mengambil bagian dalam empat fungsi ibadah: perayaan, pendidikan, pertobatan dan penyerahan diri. Ibadah merupakan suatu perayaan. Dari ibadah bangsa Israel dalam Perjanjian Lama dan ibadah jemaat dalam Perjanjian Baru, sampai ibadah jemaat gereja masa kini, seluruhnya meninggikan dan merayakan kuasa abadi dan kasih setia Allah. Melalui Yesus Kristus menyelesaikan karya besar penyelamatan dan penebusan umat sederhana, juga merayakan karya ajaib Roh Kudus hingga kini, melalui jemaat memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama. Dalam ibadah terdapat pendidikan. Dalam ibadah Allah berfirman kepada kita melalui Roh Kudus. Dia membimbing kita ke jalan yang benar. Tatkala Firman Tuhan dibacakan, diceritakan atau disampaikan, Roh Kudus juga berkarya menggerakkan kita, berfirman kepada kita, mendidik dan membimbing kita agar kerohanian kita dapat bertumbuh.

Dalam ibadah kita sadar akan dosa kita dan bertobat. Mendengar Firman Tuhan dalam ibadah, kita memberi respon terhadap Firman Allah biasanya berupa puji-pujian dan perayaan. Tetapi ada juga respon lebih khusus yakni kesadaran akan dosa dan pertobatan pribadi. Contohnya, ketika nabi Yesaya melihat Kemuliaan Allah, dia menyadari kenajisan dan dosa dalam dirinya. Yesaya 6 Penyerahan diri dalam ibadah. Tatkala kita melihat dosa dan kenajisan yang ada dalam diri kita dan Allah dengan kasih setiaNya mengampuni dosa kita, menyucikan dan menerima kita, sepatutnya kita sekali lagi menyatakan komitmen kita mempersembahkan diri untuk hidup bagi Tuhan.

b. Persekutuan

(7)

persekutuan di gereja, jemaat harus berperan sebagai Terang dan Garam. Dalam persekutuan jemaat timbul wujud masyarakat baru. Dalam Alkitab tertulis, “Demikian juga kita, walaupun banyak adalah satu tubuh di dalam Kristus, tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain” (Roma 12 : 5 ). Persekutuan jemaat merupakan model kehidupan baru dari persekutuan umat Allah. Di dalamnya terdapat bagi rasa, pengajaran, penghiburan dan nasehat. Kehidupan jemaat seperti bara api, bila berpisah dari sumber api akan kehilangan energi panasnya. Dalam Alkitab dikatakan "menjadi satu dengan Kristus" artinya adalah menjalin hubungan erat dengan anggota tubuh Allah lainnya. Saling berpengaruh dalam karunia roh agar hidup berkelimpahan.

c. Kesaksian

Dalam zaman Perjanjian Lama banyak nabi-nabi yang kehidupannya menjadi saksi bahwa Tuhan itu adalah Allah yang luar biasa, sehingga dari hidup mereka, banyak orang yang diselamatkan oleh nama Allah dan banyak orang yang bertobat dan mengikuti apa yang telah difirmankan Allah lewat hamba-Nya. Peran jemaat di dalam gereja adalah saksi, memberi kesaksian tentang Allah yang penuh kasih, mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal Yesus Kristus, disalibkan demi dosa manusia, mati menanggung dosa manusia, dan bangkit dari kematian supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal. Selain itu juga memberi saksi hidup dalam kehidupan memuliakan nama-Nya. Dalam Alkitab tertulis, "Jika engkau makan, atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (I Korintus 10:31), memberi kesaksian bahwa kita "saling memperhatikan, supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik" (Ibrani 10:24). Inilah makna keberadaan gereja yang nyata.

BAB III KESIMPULAN

(8)

manusia hidup dalam relasi yang benar dengan Allah dan dengan sesamanya. Ibadah selalu berfokus tunggal yaitu ketika Allah bertindak menyatakan kasih-Nya kepada kita dan Ia jugalah yang mendorong tanggapan kita atas semua pernyataan kasih-Nya. Ibadah adalah jawaban manusia terhadap panggilan Allah, terhadap tindakan-tindakan-Nya yang penuh kuasa yang berpuncak pada tindakan pendamaian dalam Kristus. Ibadah adalah kegiatan puji-pujian dalam penyembahan yang mensyukuri kasih Allah yang merangkul kita dan kebaikan kasih-Nya yang menebus kita dalam Kristus, Tuhan kita. Ibadah adalah suatu ‘bakti’ kita kepada sang pencipta dan persembahan hidup kita secara keseluruhan kepada Allah. Banyak hal yang bisa kita contohi dari kehidupan orang-orang percaya yang ada dalam zaman perjanjian lama khususnya dalam hal cara mereka beribadah kepada Tuhan. Yang sangat ditekankan dalam perjanjian lama yaitu fokus kita kepada Tuhan dan cara hidup kita dengan sesama yang mencerminkan bahwa kita ini adalah umat Tuhan yang hidup dibawah aturan Tuhan dan melaksanakan apa yang Tuhan perintahkan kepada kita, dan juga menjadi terang bagi orang-orang yang ada disekitar kita. Dengan cara seperti ini, maka kehidupan gereja masa kini akan menjadi berkembang baik secara kuantitas maupun kualitas.

DAFTAR PUSTAKA a. Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 1974

b. J. D. Douglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, YKBK/OMF, Jakarta 2004

c. Paul Enns, The Moody Handbook Of Theology: Buku Pegangan Teologi, Literatur SAAT,Malang, 2006

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian mengenai konsep tanah yang dijanjikan dalam Al- Qur’an dan Perjanjian Lama akan disusun dalam bentuk skripsi dengan sistematika sebagai berikut:. BAB I

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perang itu terkait erat dengan hubungan Israel dengan Tuhan, Tuhan yang telah berjanji, Tuhan akan memulihkan tatanan dunia yang

Ada banyak kebingungan tentang hal-hal apa saja yang berkaitan dengan periode sejarah yang harus kita pertimbangkan saat kita menerapkan Perjanjian Lama dalam kehidupan kita

Dengan sisa bangsa Israel yang luput dari hukuman, Tuhan mengadakan suatu perjanjian yang baru sambil mengampuni dosa mereka dan mengaruniakan sejahtera yang

Bahan awal penciptaan alam dalam Perjanjian Lama yang terdapat pada Kitab Kejadian 1:1 dan 2, bahwa pada ayat 1 memberitakan hal karya Tuhan Allah pada mulanya atau pada awal

Istilah “perjanjian” pada awalnya berlatar belakang sosial yang biasa dipergunakan dalam hubungan kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama dalam alam

Secara garis besar terdapat persamaan tentang Harun dalam Al-Qur’an dan Perjanjian Lama, yaitu membantu saudaranya Nabi Musa dalam menyampaikan perintah Allah

Saya bersyukur bahwa selain Perjanjian Lama dan Baru, Tuhan, melalui para nabi Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir, telah menambahkan tulisan suci lain