• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penafsiran Narasi Perjanjian Lama (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penafsiran Narasi Perjanjian Lama (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Penafsiran Narasi

Perjanjian Lama

Peniel C. D. Maiaweng

^ĞŬŽůĂŚdŝŶŐŐŝdŚĞŽůŽŐŝĂ:ĂīƌĂLJ DĂŬĂƐƐĂƌ

(2)

ISBN 978-602-14128-3-1

Penafsiran Narasi Perjanjian Lama

Oleh: Peniel C. D. Maiaweng

©2014 oleh Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Jl. Gunung Merapi 103

Makassar 90010

Sulawesi Selatan - Indonesia Telp. 0411 - 3624129

E-mail: sttjaffray@yahoo.com Website: www.sttjaffray.ac.id

Desain Sampul dan Setter: Aldorio Flavius Lele, S. Th.

Korektor Naskah: Hanny Frederik, S. Th., dan Queency Christie Wauran, S, Th.

* Dilarang mengutip atau memperbanyak atau menjiplak isi buku ini secara menyeluruh maupun sebagian, dengan cara mencetak dan fotokopi atau dengan cara apapun tanpa seijin Penerbit.

(3)

KATA PENGANTAR

Menafsir Alkitab adalah tugas penting bagi seorang pela-yan Tuhan, karena sejauh mana ia menafsir satu nas pela-yang akan diajarkan atau dikhotbahkan, maka sejauh itu pula pemahaman-nya terhadap nas tersebut.

Penafsiran Alkitab didahului dengan pemahaman terha-dap genre atau jenis sastra dari nas yang akan ditafsir. Dalam Perjanjian Lama terdapat genre Taurat, Narasi, Puisi, dan Nubuat. Tulisan ini mengkaji tentang Penafsiran Narasi Perjanjian Lama. Narasi adalah pengisahan suatu kejadian yang diakui se-bagai fakta sejarah. Penafsiran Narasi Perjanjian Lama adalah penafsiran terhadap kisah-kisah dalam Perjanjian Lama yang di-anggap sebagai peristiwa sejarah, dengan memfokuskan perha-tian pada analisa terhadap kitab-kitab atau bagian-bagian dari kitab dalam Perjanjian Lama sebagai sebuah kesusastraan yang utuh dengan memfokuskan perhatian pada plot/alur dan

ade-JDQ SHQJXODQade-JDQ GDQ NDWD NXQFL WRNRK DWPRVÀU VXGXW SDQ -dang, dan pemilihan materi.

Dalam melaksanakan Penafsiran Narasi Perjanjian Lama, penulis tetap mempertahankan fungsi sejarah dalam narasi Per-janjian Lama untuk menemukan makna yang terkandung dalam narasi. Penulis juga tetap mempertahankan makna yang dimak-sud dalam nas sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa narasi

3HUMDQMLDQ/DPDDGDODKÀNVL\DQJPHQJJDQWLNDQVHMDUDK

(4)

iv

Kata Pengantar

Untuk itu, buku ini ditulis untuk melengkapi para

pela-\DQÀUPDQDJDUPHUHNDPHPLOLNLPHWRGH\DQJWHSDW\DQJGDSDW

menolong mereka untuk menafsir narasi Perjanjian Lama secara benar.

Akhir kata, penulis bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memanggil penulis menjadi hamba-Nya untuk mela-yani Dia sebagai Raja melalui pendidikan teologi.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih banyak kepada Hengki Wijaya, ST., M. Th., Aldorio F. Lele, S. Th., Hanny Frederik, S. Th., dan Queency Christie Wauran, S. Th., yang telah membantu penulis untuk menghasilkan buku ini. Kiranya Tuhan yang empunya segala berkat memberkati saudara-saudara dalam pelayanan.

Segala kemuliaan hanya dari Tuhan, oleh Tuhan, dan un-tuk Tuhan. Imanuel.

Makassar, Desember 2014.

Penulis,

(5)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Metode Penafsiran Narasi Perjanjian Lama ... 1

Narator ... 2

Sudut Pandang ... 4

Waktu Cerita ... 6

Alur (Plot) ... 6

Adegan ... 7

Pemilihan Materi ... 8

Penokohan ... 8

Pengulangan dan Kata Kunci ... 9

$WPRVÀU Analisa Narasi Yunus Pasal 3-4 ... 11

Narator Kitab Yunus Pasal 3-4 ... 11

Waktu Cerita Kitab Yunus Pasal 3-4 ... 13

Adegan dan Plot Kitab Yunus Pasal 3-4 ... 15

Percakapan dalam Kitab Yunus Pasal 3-4 ... 25

Pengulangan dan Kata Kunci Kitab Yunus Pasal 3-4 ... 28

Penokohan dalam Kitab Yunus Pasal 3-4 ... 32

Orang-orang Niniwe ... 32

TUHAN ... 44

Yunus ... 48

Sudut Pandang Pencerita Kitab Yunus Pasal 3-4 ... 65

(6)

Penafsiran Narasi Perjanjian Lama

vi

Pemilihan Materi Kitab Yunus Pasal 3-4 ... 69

Teologi Kitab Yunus Pasal 3-4: Allah Menyesal ... 74

Pengertian Umum “Allah Menyesal” ... 76

Pengertian Konteks “Allah Menyesal” ... 81

Proklamasi Anugerah ... 81

Pembatalan Malapetaka ... 84

Pengakuan Iman ... 87

Implikasi Teologi Allah Menyesal ... 90

Allah yang Menyesal adalah Allah yang Terbuka ... 90

Allah yang Menyesal adalah Allah yang Berdaulat ... 93

Allah yang Menyesal adalah Allah yang Mahatahu ... 99

Allah yang Menyesal adalah Allah yang Konsisten terhadap Firman-Nya ... 101

Allah yang Menyesal adalah Allah yang Konsisten terhadap Sifat-sifat-Nya ... 103

Implikasi Praktis Pengajaran Kitab Yunus Pasal 3-4 ... 111

Proklamasi Anugerah ... 111

Pemberitaan tentang Pertobatan ... 115

Konsisten terhadap Panggilan ... 118

Konsisten terhadap Firman ... 119

Perbuatan Baik ... 120

(7)

I

METODE PENAFSIRAN

NARASI PERJANJIAN LAMA

Narasi Alkitab adalah suatu gaya penulisan ten-tang pengisahan peristiwa atau kejadian yang diakui sebagai fakta sejarah, tentang pekerjaan Allah di bumi ciptaan-Nya dan melalui umat-Nya.1 Penafsiran narasi

Perjanjian Lama adalah penafsiran terhadap kisah-kisah dalam Perjanjian Lama,2 yang mengacu kepada analisa

terhadap kitab-kitab atau bagian-bagian dari kitab-kitab dalam Perjanjian Lama sebagai sebuah kesusastraan yang utuh dengan memfokuskan perhatian pada nara-tor atau pencerita, plot/alur dan adegan, pengulangan

GDQNDWDNXQFLWRNRKDWPRVÀUVXGXWSDQGDQJGDQSH

-milihan materi.3 Inilah batasan kajian penafsiran narasi

yang menjadi acuan untuk menafsir sebuah cerita dalam Perjanjian Lama.

ϭഩtĂůƚĞƌ <ĂŝƐĞƌ͕ :ƌ͕͘Berkhotbah dan Mengajar dari Perjanjian Lama ;ĂŶĚƵŶŐ͗ <Ă

-ůĂŵ,ŝĚƵƉ͕ϮϬϬϵͿ͕ϴϭ͖ĚĂŶ'ŽƌĚŽŶ͘&ĞĞΘŽƵŐůĂƐ^ƚƵĂƌƚ͕,ĞƌŵĞŶĞƵƟŬ͗ĂŐĂŝŵĂŶĂ

Menafsir Firman Tuhan dengan Tepat ;DĂůĂŶŐ͗'ĂŶĚƵŵDĂƐ͕ϮϬϬϭͿ͕ϳϱͲϳϲ͘

ϮഩZŝĐŚĂƌĚ>͘WƌĂƩ͕:ƌ͕͘Ia Berikan Kita Kisah-Nya;^ƵƌĂďĂLJĂ͗DŽŵĞŶƚƵŵ͕ϮϬϬϱͿ͕džŝŝŝ͘

(8)

Penafsiran Narasi Perjanjian Lama

Ϯ

Adapun metode pernafsiran narasi Perjanjian Lama yang akan digunakan dalam pembahasan ini se-bagai berikut:4

Plot Adegan Percakapan

Kata Kunci TEKS STORY Struktur

Penokohan Atmosf ir Pemilihan Materi

ŶĂƌĂƚŽƌ ŶĂƌĂƚŽƌ

tĂŬƚƵŶĂƌĂƚŝĨ

^ƵĚƵƚƉĂŶĚĂŶŐ

Narator

Narator bukanlah penulis yang sesungguhnya dalam teks, tetapi penulis yang hanya dapat dikenal karena menyatakan diri dalam teks atau yang mencip-takan personanya dalam teks. Dengan melaksanakan analisa narasi, maka yang diteliti adalah teks (bukan penggubahnya), untuk mengetahui keterlibatannya

ser-ϰ൯ĂŐĂŶŝŶŝĚŝďƵĂƚďĞƌĚĂƐĂƌŬĂŶ'ƌĂŶƚZ͘KƐďŽƌŶĞ͕dŚĞ,ĞƌŵĞŶĞƵƟŬĂů^ƉŝƌĂů͗Žŵ

(9)

Metode Penafsiran Narasi Perjanjian Lama 3

ta nilai-nilai dan pandangan teologinya, yang telah dipi-lih oleh penulis yang sebenarnya untuk menerangi teks.5

Narator adalah pembicara yang tidak tampak dalam teks, khususnya dalam bagian-bagian dari teks yang di-selidiki. Narator mengisahkan suatu cerita dan kadang menjelaskan maksudnya. Narator juga berkedudukan di segala tempat dalam mengutarakan ceritanya.6

Dengan perkataan lain, narator adalah “pribadi atau perangkat nilai yang diterima pembaca sebagai pen-cipta dan pengendali karya secara implisit” atau “penulis yang disiratkan oleh sebuah karya secara keseluruhan.”7

Narator bertindak sebagai pencerita yang memahami se-gala tempat, sese-gala keadaan, dan kondisi semua karak-ter yang ada dalam narasi.

Memerhatikan keberadaan narator yang demikian, maka tidak ada alasan lain yang dapat diberikan ketika mempelajari narasi Perjanjian Lama, kecuali mengakui, bahwa narator diinspirasikan oleh Allah untuk menulis narasinya sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Allah terhadap setiap narasi yang ada dalam Perjanjian Lama.

ϱഩ͘͘^ŝƚŽŵƉƵůĚĂŶhůƌŝĐŚĞLJĞƌ͕DĞƚŽĚĞWĞŶĂĨƐŝƌĂŶůŬŝƚĂď;:ĂŬĂƌƚĂ͗W<'ƵŶƵŶŐ DƵůŝĂͿ͕ ϯϬϰ͘ DĞƌĞŬĂ ďĞƌĚƵĂ ŵĞŶLJĞďƵƚimplied author ĂĚĂůĂŚ ͞ƉĞŶŐŐƵďĂŚ ƚĞƌƐĞ

-ůƵďƵŶŐ͘͟ ϲഩ/ďŝĚ͘

(10)

Penafsiran Narasi Perjanjian Lama

ϰ

Sudut Pandang

Sudut pandang adalah perspektif dari berbagai karakter atau bagian-bagian di dalam narasi. 8 Menurut

A. A. Sitompul dan Ulrich Beyer,

Hal ini selalu dikaitkan kepada narator yang ber-interaksi dengan cerita dalam berbagai cara yang menghasilkan pengaruh bahwa cerita itu dapat dike-tahui pembaca. Sudut pandang menunjuk gaya atau makna cerita. Setiap penulis memiliki pesan terten-tu, yang ia ingin melintaskannya kepada pembaca. Sudut pandang ini mengarahkan pembaca mem-peroleh suatu makna cerita dan menentukan bentuk yang aktual, yang diberikan penggubahnya (author) kepada naratif. 9

Dengan perkataan lain, sudut pandang adalah pan-dangan narator/pencerita yang dituangkan dalam ceri-ta/narasi sebagai hak prerogatifnya untuk menyatakan pendiriannya terhadap cerita yang disampaikan dan pemilihan tokoh-tokoh yang dikehendaki dalam cerita untuk memenuhi maksud penulisannya.10 Dalam hal

ini, narator “… melihat dari berbagai sudut pandang un-tuk membenun-tuk dan mengembangkan alur cerita yang mampu membimbing pembaca dalam beberapa

pema-ϴഩ^ŝƚŽŵƉƵůĚĂŶĞLJĞƌ͕DĞƚŽĚĞWĞŶĂĨƐŝƌĂŶůŬŝƚĂď͕ϯϬϰͲϯϬϱ͘ ϵഩ/ďŝĚ͕͘ϯϬϱ͘

(11)

Metode Penafsiran Narasi Perjanjian Lama ϱ

haman atau makna yang mengarahkannya pada waktu yang sama.”11 Narator hanya menulis apa yang

menu-rutnya dianggap perlu untuk ditulis untuk diinformasi-kan kepada para pembaca

Sudut pandang berorientasi pada beberapa aspek untuk memudahkan pembaca memahaminya, seperti:12

1. Dimensi psikologi, yaitu narator menyatakan pikiran dan perasaan tokoh-tokoh yang berada dalam ceri-ta dan memberikan informasi pengeceri-tahuan kepada pembaca yang mungkin tidak diketahui siapa pun juga.

2. Evaluasi atau ideologi, yaitu narator menyatakan konsep yang benar dan salah dalam naratif atau me-nyatakan perbedaan yang mencolok di antara para karakter.

3. Perspektif ruang narator Alkitab, yaitu narator bertin-dak sebagai orang yang mahatahu (omniscient) yang mengetahui segala sesuatu yang dinarasikannya, dan ia pun seorang yang mahahadir (omnipresent), karena menginformasikan kejadian-kejadian pada berbagai tempat dalam cerita.

4. Perspektif sementara, yaitu narator mempertimbang-kan suatu tindamempertimbang-kan dalam cerita pada waktu seka-rang dan waktu yang akan datang.

ϭϭഩ^ŝƚŽŵƉƵůĚĂŶĞLJĞƌ͕ϯϬϱ͘

ϭϮഩ/ďŝĚ͕͘ ϯϬϱͲϯϬϴ͖ ĚĂŶ ůůĂŶ ƵůƉƉĞƉĞƌ͕ ͞ >ŝƚĞƌĂƌLJ DŽĚĞů͕͟ ĚĂůĂŵ ZĂLJŵŽŶĚ ĂŝůĞLJ ;ĐŽŶƚƌŝďƵƟŶŐĞĚŝƚŽƌͿ͕ƉƉƌŽĂĐŚĞƐƚŽŽŶƚĞŵƉŽƌĂƌLJ/ŶƚĞƌƉƌĞƚĂƟŽŶƐŽĨ^ĐƌŝƉƚƵƌĞ;EĂƐŚ

(12)

Penafsiran Narasi Perjanjian Lama

ϲ

5. Sudut pandang penyusunan kata, yaitu narator me-nyebutkan dialog-dialog yang terdapat dalam narasi. Ini menunjukkan kemampuan menyeluruh (

omni-competence) dari penggubah (author), karena ia

sang-gup mendengar dialog-dialog yang terjadi di antara karakter-karakter dalam cerita.

Waktu Cerita

Waktu cerita adalah tata peristiwa dalam cerita yang berkaitan satu dengan yang lain. Waktu cerita adalah waktu naratif (penyusunan kesusastraan), yang dibedakan dari waktu kronologis (urutan sejarah atau pentakhiran). Urutan pengisahan narasi (peristiwa dan kejadian) dan makna yang terkandung di dalamnya le-bih diutamakan.13 Kadang narator menulis beberapa

peristiwa yang terjadi pada beberapa tempat yang ber-beda dalam waktu yang sama.

Alur (Plot)

Plot adalah bagian-bagian yang terfokus pada proses atau alur cerita dalam narasi.14 Plot

menggam-barkan alur cerita yang memberikan batasan pada awal, pertengahan, dan akhir, dengan menelusuri perkem-bangan peristiwa dan episode yang muncul dalam ceri-ta. Plot juga berhubungan dengan urutan peristiwa,

pe-ϭϯഩ<ĂŝƐĞƌ͕:ƌ͕͘Berkhotbah dan Mengajar dari Perjanjian Lama͕ϯϬϵͲϯϭϬ͘

(13)

Metode Penafsiran Narasi Perjanjian Lama ϳ

nyebabnya, dan akibat-akibatnya.15 Plot dimaksudkan

untuk membawa pembaca kepada klimaks dan melibat-kan pembaca pada pengisahan cerita.16 Hal yang

pa-ling utama diperhatikan dalam penyusunan plot adalah ketegangan atau suasana pertentangan, karena ketega-ngan yang diciptakan narator membuat cerita menarik untuk dibaca. Apabila ketegangan selalu ditimbulkan oleh narator, maka pembaca tidak mengantuk dan ja-lan ceritanya akan lebih mudah diserap oleh pembaca.17

Dengan adanya plot, maka pembaca akan mudah untuk memahami dan membagi adegan-adegan yang terdapat pada bagian awal, tengah, dan akhir dari narasi.

Adegan

Adegan adalah penggambaran sesuatu yang ter-jadi pada waktu atau tempat tertentu yang diinforma-sikan dalam narasi, yang mana masing-masing adegan terdapat topik utamanya dan tokoh-tokoh yang ber-peran di dalamnya.18 Adegan dapat dibagi berdasarkan

waktu, setting (tempat, ciri-ciri lingkungan, dan para tokoh), dan mode narasi (komentar penulis, deskripsi narasi, penggambaran dramatis).19 Pembagian adegan

mempermudah pembaca untuk memahami bagian-ba-gian kecil dari narasi yang akan menuntun pembaca

un-ϭϱഩ<ĂŝƐĞƌ͕:ƌ͕͘ϴϱͲϴϲ͘

ϭϲഩ^ŝƚŽŵƉƵůĚĂŶĞLJĞƌ͕DĞƚŽĚĞWĞŶĂĨƐŝƌĂŶůŬŝƚĂď͕ϯϭϭ͘ ϭϳഩ/ďŝĚ͘

(14)

Penafsiran Narasi Perjanjian Lama

ϴ

tuk memahami isi keseluruhan narasi.

Pemilihan Materi

Pemilihan materi adalah cara yang digunakan oleh narator atau pencerita secara intensif untuk membentuk penjabaran tema-tema dan karakter-karakter yang sama dan yang berbeda dalam cerita. Pencerita cenderung menunjukkan otoritasnya pada percakapan-percakapan dalam cerita. Pencerita juga mendemonstrasikan bahwa ia mengontrol narasi yang disampaikannya.20 Materi

yang digunakan oleh narator, menurutnya materi yang pantas untuk diinformasikan dalam narasi dan akan memberikan informasi yang penting dan cukup bagi pembaca.

Penokohan

Penokohan adalah penjelasan tentang seorang tokoh berdasarkan tindakan dan interaksinya dengan tokoh yang lain, melalui perkataannya sendiri, melalui perkataan tokoh yang lain, atau melalui komentar khu-sus dari pencerita. Penokohan biasanya bersifat statis kalau tokoh yang dimaksud tidak berubah dalam sebuah cerita; dan bersifat dinamis jika menunjukkan peruba-han dan perkembangan yang mencolok dalam cerita.21

Person berpendapat bahwa alam (binatang, tumbuhan,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian mengenai konsep tanah yang dijanjikan dalam Al- Qur’an dan Perjanjian Lama akan disusun dalam bentuk skripsi dengan sistematika sebagai berikut:. BAB I

Tokoh penganjur sejarah sebagai seni adalah George Macauly Travelyan. Ia menyatakan bahwa menulis sebuah kisah peristiwa sejarah tidaklah mudah, karena memerlukan imajinasi dan

Berbeda dengan tradisi lisan sebagai sumber resmi sejarah desa lembah, kisah orang-orang tua di desa membongkar pengkultusan tokoh-tokoh tersebut dengan

20 Berbeda dengan al-Qur’an, penjelasan kisah Yusuf yang terkandung dalam Perjanjian Lama pemaparan kisahnya sangat mendetail tapi tidak terkumpul dalam satu surat atau kitab

Dalam zaman Perjanjian Lama banyak nabi-nabi yang kehidupannya menjadi saksi bahwa Tuhan itu adalah Allah yang luar biasa, sehingga dari hidup mereka, banyak orang yang

Ismaun (1992 : 17 – 19) menyebutkan bahwa sejarah sebagai kisah adalah cerita berupa narasi yang disusun dari memori, kesan, atau tafsiran manusia terhadap

Sama seperti Childs (exegete PL), para exegete Perjanjian Baru dan ahli sejarah liturgi tidak melihat kisah Perjamuan Malam Terakhir Yesus sebagai original event yang harus

xii Relasi antara Motif Perjanjian Nama YHWH dalam Kitab Keluaran dan Konsep Rûaḥ YHWH dalam Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama 99 Nama dan Roh TUHAN sebagai Tanda Eksistensi Ilahi 100