SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI MODAL DASAR SUMBER DAYA NASIONAL “Studi Kasus : Pulau Bangka Provinsi Bangka Belitung”
“Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara.”
(Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara)
Kegiatan pertambangan inkonvensional timah di Provinsi Bangka Belitung dalam setahun terakhir makin memprihatinkan. Seiring dengan itu pembangunan smelter (pabrik pengolahan menjadi timah balok) juga mengalami peningkatan sangat tajam. Maraknya smelter menjadi ancaman besar terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan smelter-smelter baru tersebut kurang mempertimbangkan sisi lingkungan. Perusakan akibat kegiatan penambangan ilegal dengan mudah ditemukan di sekitar pulau tersebut.1
Istilah TI sebagai kepanjangan dari Tambang Inkonvensional sudah sangat dikenal di kalangan rakyat Kepulauan Bangka Belitung. Ini merupakan sebutan untuk penambangan timah dengan memanfaatkan peralatan mekanis sederhana, yang biasanya bermodalkan antara 10 juta sampai 15 juta rupiah. Untuk skala penambangan yang lebih kecil lagi, biasanya disebut Tambang Rakyat (TR). TI sebenarnya dimodali oleh rakyat dan dikerjakan oleh rakyat juga. Secara legal formal TI sebenarnya adalah kegiatan penambangan yang melanggar hukum karena memang umumnya tidak memiliki izin penambangan.2
1
Kelompok 2, 2015, Laporan Tugas Pertambangan, https://pargiatmo.files.wordpress.
com/2015/05/tugas-2-pertambangan.pdf, (diakses 24 agustus 2015).
2
Fahri Rizan, 2014, Rakyat Babel Laporkan Penambangan Timah ke Neraka,
Pada awalnya TI Apung "dipelihara" oleh PT. Tambang Timah ketika perusahaan itu masih melakukan kegiatan penambangan darat di Kepulauan Bangka Belitung. TI Apung sebetulnya muncul karena dulu PT. Tambang Timah melihat daerah-daerah yang tidak ekonomis untuk dilakukan kegiatan pendulangan oleh PT. Tambang Timah sendiri. Oleh karena itulah, kepada pengelola TI diberikan peralatan pendulangan mekanis yang sederhana. Peralatan yang dibutuhkan memang tidak terlalu rumit, cukup dengan ekskavator, pompa penyemprot air, dan menyiapkan tempat pendulangan pasir timah. Metodenya pun sederhana, tanah yang diambil dengan ekskavator kemudian ditempatkan di tempat pendulangan, dan kemudian dibersihkan dengan air. Lapisan tanah yang benar-benar berupa tanah, dengan sendirinya akan hanyut terbawa air, dan tersisa biasanya adalah batu dan pasir timah.
Pada mulanya pengelola TI melakukan kegiatan di dalam areal kuasa penambangan (KP) PT. Tambang Timah dan kalau sudah habis mereka bisa pindah ke tempat lain yang ditentukan oleh PT. Tambang Timah. Akan tetapi, setelah masuk di era reformasi, dari tahun 1998 ke atas, masyarakat mulai mencari-cari lokasi di luar KP PT. Tambang Timah sehingga jumlah TI berkembang pesat menjadi ribuan. Mereka kini di luar kontrol karena menambang kebanyakan di luar KP PT. Tambang Timah.
Penambangan Timah di Bangka Belitung merupakan yang terbesar dari beberapa daerah lain di Indonesia. Bahkan untuk di dunia, produksi timah asal Indonesia sangat mempengaruhi harga pasar dunia. Didalam sejarah penambangan timah, telah banyak mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Proses penambangan timah pun kian efektif dan efesien berkat kemajuan teknologi pertambangan. Sejak dulu telah tercatat berbagai teknik penambangan timah yang terjadi di Bangka Belitung.
Didalam proses penambangan timah dikenal 2 jenis penambangan yang dikenal di Bangka Belitung, sebagai berikut :3
3
Kukuh Tri Atmanto, 2012, Artikel Tahap-Tahap Penambangan Bijih Timah Oleh PT.
Timah Indonesia,
a. Penambangan Darat
Penambangan darat yang dilakukan di wilayah daratan pulau Bangka Belitung, tentunya sistem operasional yang digunakan tidaklah sama seperti pada wilayah lepas pantai. Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump).
b. Penambangan Lepas Pantai
Penambangan ini menggunakan kapal keruk yang biasa disebut Kapal Isap Produksi (KIP). Kapal ini dapat beroperasi mulai dari kedalaman 15 meter sampai 50 meter di bawah permukaan laut dan mampu menggali lebih dari 3,5 juta meter kubik material setiap bulan. Dan biasanya pekerjanya berasal dari asing (Thailand dan Vietnam).
Gambar 1. TI Apung yang sedang beroperasi (ditandai dengan lingkaran merah) disekitar Kapal Keruk
Gambar 2. Nelayan timah yang banyak beroperasi diperairan Pulau Bangka
Ini merupakan dampak dari biaya operasional untuk melaut yang semakin tinggi. Kerusakan ekosistem laut akan membuat ikan semakin menjauh sehingga nelayan menangkap ikan ke tempat yang lebih jauh pula. Hasil tangkapan pun biasanya lebih sedikit dan ukuran ikan lebih kecil. Waktu melaut pun semakin lama. Meningkatnya biaya operasional inilah yang kemudian membuat harga ikan di pasar semakin tinggi. Parahnya, kenaikan harga ikan yang ditanggung masyarakat/konsumen tidak pernah diperhatikan. Dampaknya kesejahteraan masyarakat semakin menurun karena semakin rendahnya daya beli masyarakat untuk membeli komoditas perikanan laut yang bergizi tinggi tersebut. Dari uraian ini, dapat diketahui bahwa nelayan kecil adalah yang terkena dampak paling besar karena wilayah tangkapannya yang semakin terbatas.
Gambar 3. KIP yang beroperasi hanya beberapa meter dari Pulau Pemuja, Penganak, Parit Tiga, Kabupaten Bangka Barat yang manandakan lemahnya
Dalam upaya menjaga modal dasar sumber daya nasional Pemerintah dan Pemerintah daerah dapat mewujudkan, menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab dalam pengembangan dan penerapan upaya preventif dan proaktif untuk mencegah penyimpangan yang terjadi di wilayahnya. Bahwa guna terwujudnya pelaksanaan pengawasan tersebut perlu adanya aturan yang mengacu kepada kearifan lokal yang ditetapkan oleh Kesepakatan bersama oleh tokoh tokoh masyarakat, Tokoh Agama, Ketua HNSI, Pokmaswas yang disaksikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Bangka Belitung.
Hal diatas sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2002 pasal 20 bahwa segala sumber daya nasional berupa sumber daya alam dapat didayagunakan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara. Disisi lain kondisi ini telah memunculkan negara eksportir timah baru (meskipun bukan penghasil timah) seperti Malaysia, Thailand dan Singapura yang mendapat timah dari Indonesia.4
4
Ketua Umum Ikatan Karyawan Timah, 2013, Selamatkan Timah Babel Untuk
Kesejahteraan Rakyat,
SUMBER DAYA ALAM SEBAGAI MODAL DASAR SUMBER DAYA NASIONAL
Oleh :
RIANDI YUDHA GUNAWAN, S.IP. NASIONALISME II
Tugas Individual Kuliah Umum Martikulasi Mahasiswa Baru Universitas Pertahanan
Diajukan Kepada :
Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, MSc., MA., PhD.
PROGRAM STUDI KEAMANAN MARITIM FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN