• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Menggolongan Tipe Individu dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Prosedur Menggolongan Tipe Individu dari"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Prosedur Menggolongan Tipe Individu dari

Hasil Pengukuran

Wahyu Widhiarso, Fakultas Psikologi UGM

February 3, 2011

[email protected]

[ Manuskrip Publikasi, 2011 ]

1

Pengantar

1.1

Tipologi Konstrak Psikologi

Variabel psikologi terkadang tidak berbentuk konstrak tunggal melainkan berbentuk tipologi. Misalnya tipe pengatasan masalah (coping) yang terbagi menjadi dua tipe yaitu orientasi terhadap masalah dan orientasi terhadap emosi. Kepribadian terbagi menjadi tipe A dan tipe B, gaya belajar terbagi menjadi tipe belajar konkrit dan abstrak, atau kendali diri terdiri dari lokus internal dan eksternal. Tipologi seperti ini terkadang tidak bersi-fat bipolar. Konstrak yang berbentuk bipolar adalah konstrak yang antara satu kutub dengan kutub lainnya berlawanan. Tipe pengatasan masalah antara orientasi terhadap masalah dan emosi tidak berada dalam satu kon-tinum bipolar, karena masing-masing tipe berdiri terpisah. Masing-masing memiliki kontinum dari rendah hingga tinggi.

Tipologi seperti ini menunjukkan bahwa dalam satu invidu tipe-tipe itu eksis dalam dirinya. Di dalam diri satu individu mempunyai dua tipe kendali diri, internal sekaligus eksternal. Hasil pengukuran kendali diri akan menghasilkan dua skor dalam diri subjek yang dikenai penguku-ran. Satu skor untuk tipe internal dan satu skor untuk tipe eksternal. Pertanyaannya adalah mana dari kedua tipe tersebut yang lebih menun-jukkan tipe untuk subjek yang bersangkutan? Tulisan ini mencoba men-gupas prosedur pengolahan skor untuk menentukan tipe individu yang di-hasilkan dari pengukuran tipologi.

2

Contoh Prosedur Penggolongan Tipe

(2)

Ada dua pendekatan yang biasa dilakukan oleh peneliti, yaitu pendekatan berdasarkan skor mentah skala dan berdasarkan skor skala yang terstan-darisasi.

2.1

PenggolonganTipe Berdasarkan Skor Mentah Skala

2.1.1 Penggolongan berdasarkan Skala

Kajian mengenai gaya belajar individu banyak mengacu pada Skala Gaya Belajar (Learning Style Inventory/LSI) yang dikembangkan oleh Kolb [4]. Skala tersebut mengukur empat jenis gaya belajar yaitu eksperimentasi aktif (active experimentation/AE), pengalaman konkrit (concrete experience/CE), observasi reflektif (reflective observation/RO) dan konseptual abstrak ( ab-stract conceptual/AC). Tipe gaya belajar individu ditentukan oleh skor in-dividu pada sub-skala. Untuk menentukan apakah inin-dividu memiliki gaya belajar eksperimentasi aktif diketahui dari tingginya skor individu sub-skala eksperimentasi aktif. Skala ini telah diujicobakan pada banyak sam-pel sehingga penentuan tipe atau gaya belajar individu dapat langsung didasarkan pada skala. Contoh penentuan gaya belajar berdasarkan LSI dapat dilihat pada kriteria di bawah ini.

Tipe Konseptual Abstrak [AC>CE] Tipe Pengalaman Konkrit [AC<CE] Tipe Eksperimentasi Aktif [AE>RO] Tipe Observasi Reflektif [AE<RO]

2.1.2 Penggolongan Berdasarkan Skor Relatif

Prosedur penentuan tipe dengan menggunakan skor relatif diperkenalkan oleh Vitaliano [5]. Penulis melihat banyaknya penelitian yang menemukan korelasi yang tinggi antar tipe pengatasan masalah(coping)individu. Mis-alnya, korelasi antara tipe pengatasan masalah menghindar(avoidance)

dan mendekat(approach)ditemukan sangat tinggi. Korelasi yang tinggi ini menjadi membingungkan, sehingga disimpulkan bahwa kecenderun-gan individu ketika memiliki masalah antara menghindar dan mendekat adalah sama. Dalam penelitian lain juga menemukan bahwa korelasi tipe pola asuh antara demokratis dan permisif cukup tinggi. Hal ini menun-jukkan bahwa orang tua mengasuh dengan dua tipe pola asuh yang sama-sama dominan. Lantas yang konstrak psikologis tersebut kemudian tidak dipakai lagi dalam penelitian karena tidak mampu membedakan tipe indi-vidu.

(3)

Algorithm 1Rumus Komputasi Skor Relatif

persamaan dibawah ini maka persentase rerata skor tiap tipe akan didap-atkan.

Transformasi skor menjadi persentase ini dapat meminimalisir terjadinya kasus dimana dalam satu individu ada satu atau lebih tipe yang memi-liki dominansi yang sama. Melalui prosedur ini, tipe mana yang paling dominan didapatkan dari tipe yang memiliki nilai prosentase yang paling tinggi. Sebagai contoh, dari hasil pengukuran melalui skala psikologi yang mengukur dua tipe pengambilan keputusan, didapatkan dari Si Ali men-dapatkan skor 24 pada tipe kompromis (KM) yang terdiri dari 8 butir, dan mendapatkan nilai 20 pada tipe kolaboratif (KL) yang terdiri dari 4 bu-tir. Dengan demikian rerata KM Si Ali adalah 24/8=3 sedangkan KL nya adalah 20/4=5

KM% = 3

3+5 =38 KL% = 5 3+5 = 63

Hasil di atas menunjukkan si Ali lebih cenderung mengatasi masalah dengan cara kolaboratif yang terlihat dari nilai persentase KL lebih be-sar lebih dari KM. Penentuan tipe berdabe-sarkan skor relatif ini sama den-gan penentuan gaya belajar yang telah dipaparkan di muka. Keduanya menggunakan instrumen pengukuran yang telah tervalidasi. Vitaliano menerapkan prosedur padaWays of Coping Checklist (WCCL)yang dikem-bangkan oleh Folkman and Lazarus (1980). Kelebihan penggolongan berdasarkan skor relatif ini terletak pada adanya minimalisasi korelasi yang tinggi an-tar tipe-tipe yang diukur, karena korelasi yang tinggi tersebut menun-jukkan bahwa penggolongan berdasarkan tipe tersebut tidak cukup adekuat dipakai sebagai tipologi.

2.1.3 Penggolongan Berdasarkan POMP

(4)

Algorithm 2Rumus Komputasi POMP

P OM P = XM in

M aksM in×100

X=skor subjek

M in=skor minimal yang dapat dapat dicapai M aks=skor maksimal yang dapat dapat dicapai

mentah pengukuran yang dikondisikan menjadi bergerak dari 0 hingga 100. Studi yang dilakukan oleh Cohen et al. (xxx) menemukan bahwa POMP memiliki kelebihan dalam hal tujuh kriteria antara lain : (1) lebih mudah rerata dan perbedaan rerata lebih dinterpretasikan, (2) deviasi stan-dar (SD) dan perbedaan SD lebih mudah dinterpretasikan, (3) rentang dan perbedaan rentang lebih mudah dinterpretasikan. Ketiga hal ini terkait dengan rentang skor yang bergerak antara 0 dan 100 sehingga baik rerata, deviasi standar dan rentang skor menjadi lebih mudah diinterpretasikan. (4) Koefisien regresi dan (5) intesep regresi lebih mudah diinterpretasikan. (6) Penyekoran POMP tidak tergantung pada perbedaan karakteristik sam-pel. (7) Skor POMP lebih mudah dibandingkan antara satu sampel dengan sampel lainnya dan antara satu skala dengan skala lainnya.

2.1.4 Catatan pada Penggolongan Tipe Berdasarkan Skor Mentah Skala

Catatan yang dapat diberikan pada cara ini adalah skala yang dikem-bangkan harus tervalidasi dengan baik dan telah diujicobakan pada sam-pel dengan ukuran besar. Prosedur ini lebih mengarah pada pengukuran berbasis kriteria(criterion referenced)yang menetapkan kriteria berdasarkan kriteria capaian yang dalam hal ini diwujudkan melalui skor dari alat ukur. Penyekoran dengan menggunakan POMP mengatasi beberapa kelema-han tersebut. Transformasi linier skor menjadi skor yang memiliki rentang 0 hingga 100 menjadikan POMP merupakan kombinasi antara skor yang bersumber dari skala sekaligus individu.

2.2

Penggolongan Berdasarkan Skor Terstandarisasi

2.2.1 Penggolongan Berdasarkan Skor-Z

(5)

Tipe internal [ Z-eksternal<-0.5 dan 0.5< Z-internal] Tipe eksternal [ Z-internal<-0.5 dan 0.5< Z-eksternal]

Persamaan di atas menunjukkan bahwa individu digolongkan sebagai tipe internal dengan dua syarat, pertama skor standar internalnya cukup tinggi (di atas 0.5) dan syarat kedua adalah skor standar eksternalnya cukup rendah (di bawah -0.5). Demikian juga untuk penggolongan tipe eksternal, skor standar eksternal harus cukup tinggi dan skor standar internalnya cukup rendah. Individu yang tidak tidak masuk dalam penggolongan ini akan masuk ke dalam tidak teridentifikasi(unidentified).

Modifikasi terkadang dilakukan dengan memperlonggar kriteria ketika hasil menunjukkan banyaknya individu yang tidak teridentifikasi. Misal-nya dengan menurunkan standar dari - 0.5 dan 0.5 menjadi 0 yang di-dasarkan pada penilaian dari ahli di bidang pengukuran tersebut. Per-samaan di atas kemudian dimodifikasi menjadi:

Tipe internal [Z-eksternal<0.0 dan 0.0<Z-internal] Tipe eksternal [Z-internal<0.0 dan 0.0<Z-eksternal]

2.2.2 Penggolongan Berdasarkan Skor-Z

Catatan yang dalam menggunakan prosedur ini adalah pada masalah sam-pel. Prosedur ini sangat tergantung pada karakteristik sampel yang mem-pengaruhi distribusi skor. Penelitian di psikologi seringkali menggunakan sampel non acak dan bersifat aksidental(accidental samples of convenience)

sehingga distribusi skor bisa menjadi mengerucut atau cenderung menceng sehingga tidak terdistribusi normal [2]. Jika sampel data cenderung tidak normal maka penggolongan akan menjadi bias. Penggunaan teknik sam-pling yang baik dan menggunakan ukuran sampel yang besar akan dapat mengatasi bias penggolongan.

Ketergantungan penggolongan pada karakteristik responden, terlihat dari meskipun selisih skor mentah antar pada tiap tipe berbeda jauh, na-mun hal ini belum tentu menunjukkan responden memiliki tipe tertentu. Jika responden memiliki skor mentah yang jauh lebih tinggi dan lebih ren-dah pada tipe yang diukur, maka subjek akan masuk dalam golongan tidak teridentifikasi.

(6)

3

Penutup

Tipologi ortodoks adalah pembagian secara ketat yang diwujudkan dalam pola biner (0 dan 1), seperti halnya pengkodean untuk jenis kelamin. Se-lain itu tipologi ortodoks juga memiliki pola yang Se-lain. Kode 0 dan 1 digan-tikan dengan skor. Skor tersebut terletak dalam dua kutub yang bersifat kontinum misalnya antara 0 hingga 10. Kedua kutub tersebut menun-jukkan tipe yang individu. Semakin skor mendekati satu kutub semakin menunjukkan kedekatan individu dengan tipe tersebut [3].

Selain tipologi ortodoks ada tipologi lain yang sifatnya lebih liberal ( lib-eralized typological solutions). Menurut tipologi ini individu memiliki se-mua tipe yang tersedia. Aplikasi dalam prosed pengukuran telihat dari tipe-tipe tersebut diwujudkan dengan skor. Jika ada tiga tipe yang terse-dia, maka individu memiliki tiga buah skor. Untuk jenis ini, individu da-pat saja masuk ke dalam dua tipe atau bahkan tidak memiliki tipe sama sekali yang dinamakan dengan tidak terdeteksi (unidentified). Penggolon-gan yang ditekankan dalam tulisan ini adalah penggolonPenggolon-gan liberal yang memungkinkan individu untuk memiliki dua tipe atau lebih atau bahkan tidak masuk dalam golongan tipe tertentu.

Dari dua jenis penggolongan yang dipaparkan, masing-masing memi-liki kelebihan dan kekurangan. Ketika menggunakan skala yang telah baku dan sudah banyak dipakai dalam kancah penelitian, penggolongan berdasarkan skor mentah dapat dilakukan. Di sisi lain, penggolongan berdasarkan skor terstandarisasi dapat dilakukan ketika responden yang dipakai didapatkan melalui teknik pengambilan sampel yang merepresen-tasikan populasi serta sampel dengan ukuran yang besar. Masing-masing jenis penggolongan memiliki kelebihan dan kelemahan. Penyekoran den-gan menggunakan POMP cukup menjanjikan untuk diaplikasikan namun belum banyak penelitian yang mengaplikasikannya dalam penelitian.

Jenis penggolongan mana yang akan dipakai dapat dikonsultasikan kepada pakar dalam bidang hal yang diukur. Beberapa hal yang membutuhkan masukan dari pakar tersebut adalah representasi skor dan sampel. Dalam penggolongan berdasarkan skor mentah diperlukan penilaian (judgement) apakah skor tertentu mampu menjelaskan tipe tertentu lebih dominan dibanding dengan tipe lainnya. Di sisi lain dalam hal representasi sam-pel diperlukan penilaian pakar apakah samsam-pel yang dipakai telah merep-resentasikan heterogenitas karakteristik dalam populasi.

References

(7)

[2] Patricia Cohen, Jacob Cohen, Leona S. Aiken, and Stephen G. West. The problem of units and the circumstance for pomp. Multivariate Be-havioral Research, 34(3):315 – 346, 1999.

[3] Willem K. B. Hofstee. Structures of Personality Traits. John Wiley & Sons, Inc., 2003.

[4] David A. Kolb, Richard E. Boyatzis, and Charalampos Mainemelis. Ex-periential learning theory: Previous research and new directions. In R. J. Sternberg and L. F. Zhang, editors,Perspectives on cognitive, learn-ing, and thinking styles. Lawrence Erlbaum, Marwah, NJ, 2000.

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS adalah proses mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam

laporan daftar piutang berdasarkan data tanggal jatuh tempo pada saat proses transaksi penjualan dapat dilihat pada gambar 18, dan untuk laporan piutang berdasarkan

Guru dari mata pelajaran yang berbeda dapat berkolaborasi dalam satu pembelajaran yang sama dengan menggunakan strategi pembelajaran yang telah direncanakan

Tingginya kadar logam Pb dan Cd yang dapat terjadi pada akar ginseng jawa berpotensi menimbulkan banyak penyakit pada tubuh, oleh karena itu pada penelitian ini akan menganalisis

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Catrunada (2008) menyatakan jika mahasiswa yang melakukan prokrastinasi dalam mengerjakan penyusunan skripsi mengalami

3) dilaporkan dalam neraca dengan klasifikasi (classification) akun yang tepat dan periode akuntansi yang sesuai dengan terjadinya transaksi (cutoff). Bagian flowchart yang

Lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi yang memenuhi persyaratan kesehatan sehingga tidak memungkinkan

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya