• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan produktivitas kakao dengan k

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peningkatan produktivitas kakao dengan k"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan produktivitas kakao dengan klon yang dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.

Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3 cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.

Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.

Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.

Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari.

(2)

Kakao sebagai komoditas perdagangan biasanya dibedakan menjadi dua kelompok besar: kakao mulia ("edel cacao") dan kakao curah/lindak ("bulk cacao"). Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa, seperti di Kabupaten Jember yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero). Kultivar-kultivar penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan dikenal dari namanya yang berawalan "DR" (misalnya DR-38). Singkatan ini diambil dari singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya seleksi (Djati Roenggo, di daerah Ungaran, Jawa Tengah). Kakao mulia berpenyerbukan sendiri dan berasal dari tipe Criollo. tahun 1983-1984 menjadi 3,5 juta ton pada tahun 2003-2004, hampir seluruhnya karena perluasan area produksi. Kakao ditanam baik oleh perkebunan besar dan agroindustri produsen kecil. Sebagian besar produksi berasal dari jutaan petani yang memiliki beberapa pohon masing-masing.

Pohon kakao mulai berbuah dan dipanen ketika tanaman sudah berumur empat atau lima tahun. Pohon dewasa mungkin memiliki 6.000 bunga dalam setahun, namun hanya sekitar 20 buah yang dihasilkan. Sekitar 300-600 biji (kira-kira dari 10 buah) yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg pasta kakao.

(3)

membantu pemulia tanaman untuk menciptakan varietas baru yang tahan hama dan penyaki dan mengandung rasa yang lebih disukai. Hasil penelitian Mursidi, di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara, akhir tahun 2008, salah satu hama yang menyerang buah kakao adalah lalat buah, Bactrocera carambolae dan Bactrocera papayae.

Biji Kakao adalah bahan utama pembuatan bubuk kakao (coklat), bubuk kakao adalah bahan dalam pembuatan kue, es krim, makanan ringan, susu, dan lain-lain. Dalam bahasa keseharian masyarakat kita menyebutnya coklat. Karakter rasa coklat adalah gurih, dengan aroma yang khas sehingga disukai banyak orang khususnya anak-anak dan remaja.

Bahan Tanam Kakao

Bahan tanam memegang peranan penting didalam usahatani kakao selain lingkungan yang sesuai. Pengemangan kakao di Indonesia yang didominasi oleh perkebunan rakyat saat ini sedang terjadi serangan penyakit busuk buah dan VSD.

Kedua penyakit ini merupakan penyakit utama tanaman kakao, oleh karena itu pemanfaatan dan penanaman kakao yang memiliki ketahanan yang baik, produksi tinggi dan mutu baik sangat diperlukan. Klon kakao yang unggul telah tersedia diberbagai tempat di daerah sentra kakao di Indonesia beberapa klon kakao yang mempunyai potensi produksi 1,5-2 ton dan dapat digunakan oleh petani dan pekebun.

Permasalahan mutu kakao rakyat di Indonesia masih banyak mengalami kendala anatara lain adalah kualitas biji kakao yang tidak terfermentasi.

(4)

masih diperoleh karena dilapangan masih banyak para pedagang kakao yang membeli kakao rakyat tanpa fermentasi.

Petani umumnya enggan fermentasi selain harga tidak berbeda, kakao fermentasi memerlukan waktu lebih lama dalam prosesingnya kurang lebih selisih waktu 4-5 hari. Oleh karena itu dengan waktu yang lebih lama petani juga mengeluarkan biaya yang lebih besar.

Kakao edel atau yang dikenal dengan kakao mulia (Java Cacao) merupakan kakao yang sudah lama dikembangkan di Indonesia. Jenis kakao ini memerlukan teknik budidaya yang intensif sehingga kakao mulia hanya dibudidayakan oleh Perusahaan Perkebunan Negara yang saat ini terbatas di usahakan oleh PTPN XII di Jawa Timur.

Kakao mulia memiliki citarasa yang sangat baik sehingga kakao ini sangat diperlukan oleh para konsumen, dipasaran dunia edel cacao sangat diminati dan dengan harga yang sangat tinggi.

Klon atau bahan tanaman kakao mulia yang tersedia di Indonesia adalah DR 1, DR 2, DR 38, DRC 16 dengan tingkat produk-tivitas 1-1,5 ton biji kering/ha/th klon anjuran lama dan yang merupakan klon baru adalah ICCRI 1 dan ICCRI 2 dengan potensi produktivitas 2 ton /ha/th.

(5)

berasal dari biji seperti kakao lindak yang umumnya dikembangkan oleh rakyat (95%).

Aspek Kebijakan

Kondisi saat ini kecenderungan perluasan areal kakao terus berlanjut, walaupun tidak setajam periode 1985-1995 yang laju perluasannya rata- rata di atas 20% pertahun dan periode 1995-2002 yang rata-rata tumbuh 7,5% pertahun. Dengan kondisi areal yang ada dan masalah serangan hama PBK serta penyakit VSD yang cenderung terus meluas maka produksi kakao nasional dapat menurun dalam satudasawarsa mendatang.

Hal ini disebabkan peningkatan produksi dengan perluasan areal saat ini tidak dapat mengimbangi penurunan produksi tanaman tua dan tua renta, serta serangan hama PBK dan penyakit VSD sudah menjadi ancaman bagi produksi kakao nasional.

Oleh karena itu upaya perbaikan perlu segera dilakukan agar produksi kakao nasional dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. Perbaikan perkebunan kakao dapat dilakukan melalui upaya rehabilitasi, peremajaan dan perluasan areal dengan bahan tanam unggul dan penerapan teknologi maju. Di samping itu, upaya pengendalian hama PBK dan penyakit VSD perlu terus digalakkan.

(6)

Diharapkan dengan melakukan berbagai upaya perbaikan tersebut maka perluasan areal perkebunan kakao diharapkan terus berlanjut. Pada periode 2007-2010, areal perkebunan kakao diperkirakan masih tumbuh dengan laju 2,5% pertahun sehingga total areal perkebunan kakao diharapkan mencapai 1.105.430 ha dengan total produksi 730.000 ton.

Pada periode 2010-2025 diharapkan pertumbuhan areal perkebunan kakao Indonesia terus berlanjut dengan laju 1,5% pertahun, sehingga total arealnya mencapai 1.354.152 ha pada tahun 2025 dengan produksi 1,3 juta ton.

(7)

intensifikasi terhadap 146.000 ha tanaman kakao di sembilan provinsi yang meliputi 40 kabupaten sentra produksi kakao.

Kebijakan pengembangan agribisnis kakao:

 Intensifikasi kebun dengan mengelola penaung secara

standard, melakukan pemangkasan, memupuk sesuai rekomendasi, dan mengendalikan organisme pengganggu;

 Rehabilitasikebundenganmenggunakanbibitungguldengant

eknik sambung samping dan sambung pucuk;

 Peremajaan kebun tua/rusak dengan bibit unggul;

Perluasanarealpadalahan-lahanpotensialdenganmenggunakanbibit unggul;

 Peningkatan upaya pengendalian hama PBK dan penyakit

VSD;

 Perbaikan mutu produksi sesuai dengan tuntutan pasar;

 Pengembangan industri pengolahan hasil mulai dari hulu

sampai hilir, sesuai dengan kebutuhan;

 Pengembangan sub sistem penunjang agribisnis kakao

yang meliputi: bidang usaha pengadaan sarana produksi, kelembagaan petani dan lembaga keuangan; dan

 Pengembangan usahatani terpadu dengan

Referensi

Dokumen terkait

Klang Valley Dist’n T’sport to Export T’sport to Factory T’sport to Central Ware/H Mgt of Central Ware/H Inbound Product Mgt - Raw Mat - FinishGd’s T’sport to Port T’sport

Dengan evaluasi yang diajukan penulis adalah apakah sistem pengendalian intern berpengaruh dalam rangka menjaga keamanan perusahaan, maka tujuan yang

Sebagai orang bersuku Padang yang tinggal di Kutai Kartanegara penata merasakan tentram dan damai tinggal di suatu daerah dengan berbagai macam suku-suku yang tidak ada

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai uji bioaktivitas filtrat rimpang jahe merah sebagai bahan biopestisida terhadap larva Plutella

 Paul B. Horton, sosiologi jilid1, penerbit eirlangga, jakarta, 1987, hlm.25..  banyak dan paling relevan dengan sosial kemasyarakatan adalah nilai spiritual yang

Berdasarkan kenyataan tersebut, untuk itulah penulis memandang perlu untuk melakukan studi penelitian terkait dengan metode istinbat} hukum yang telah digunakan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kapasitas penyimpanan pesan rahasia ini lebih baik dari metode steganografi teks berbasis emoticon pada chat yang telah ada.. Hasil

Saat nilai yang dikembalikan adalah FALSE maka baris program selanjutnya akan memanggil method copyDatabase yang akan berusaha menyalin file database yang ada di dalam folder