16 III. METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada Desember 2015 - Januari 2016 di 1) Ruang nursery kebun PT. Selektani Horticulture, Ngablak, Magelang.
2) Laboratorium tanah Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
3.2Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
kelompok (RAK) dengan sembilan perlakuan dan tiga Ulangan. Data dan hasil pengamatan
utama dianalisis dengan menggunakan metode sidik ragam. Untuk mengetahui perebedaan
antar perlakuan digunakan Duncan’s Multiple Range Test atau DMRT dengan selang
kepercayaan 5%. Untuk mengetahui keeratan dan bentuk hubungan antar perlakuan
digunakan uji korelasi dan regresi.
Berikut macam perlakuan yang diujikan :
P0 : 1 Spaghnum : 1 Top Soil : 1 Pasir : 1 arang sekam
P1 : 1 Sphagnum : 1 Pasir
P2 : 1 Sphagnum : 1 Top Soil : 1 Pasir
P3 : 1 Cocopeat : 1 Pasir
P4 : 1 Cocopeat : 1 Top Soil : 1 Pasir
P5 : 1 Spaghnum+Perlite : 1 Top Soil
P6 : 1 Spaghnum+Pelrite : 1 Top Soil : 1 Pasir
P7 : 1 Wonder Grow : 1 Pasir
P8 : 1 Wonder Grow : 1 Top Soil : 1 Pasir
Masing-masing petak penelitian berukuran tray berisi 104 lubang, dengan jumlah ulangan tiga kali, jumlah petak penelitian yaitu 27 petak. Jumlah benih pada setiap petak
penelitian adalah 100 benih Berdasarkan layout penelitan Rancangan Acak Kelompok (RAK), maka tata letak penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Tata letak petak penelitian perkecambahan benih.
17 3.3Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1 Alat Penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Plug / tray isi 104 lubang
2) Chamber
3) Timbangan analitik
4) Alat analisis sampel tanah disesuaikan dengan Penuntun Analisis Tanah (Suprihati,
2013).
3.3.2 Bahan Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Benih tanaman viola (Viola cornuta L,) 2) Air
3) Pupuk Hortigro
4) Tanah
5) Cocopeat 6) Arang sekam
7) Pasir
8) Sphagnum
9) Sphagnum + perlite
10)Media wonder grow
11)Bahan analisis sampel tanah disesuaikan dengan Penuntun Analisis Tanah (Suprihati,
2013).
12)Data analisis kimia sampel media semai meliputi: pH, daya hantar listrik, N, P, K.
3.4Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan
Langkah pertama adalah mempersiapkan alat dan bahan pada ruang nursery kebun PT. Selektani Horticulture. Selanjutnya melakukan pencampuran berbagai media semai dari:
tanah / top soil, pasir, wonder grow, spaghnum, spahgnum+perlite, arang sekam, cocopeat.
18 3.4.2 Persemaian
Perkecambahan benih dilakukan dalam waktu 14 hari. Campuran berbagai media
dimasukkan dalam tray isi 104 lubang, kemudian benih ditanam pada media semai tersebut dengan jumlah 1 benih per lubang. Lubang tray yang tidak ditanami merupakan 4 lubang
bagian pojok. Berikut pola lubang tray dan letak penanamannya:
Gambar 3.2 Pola tray 104 lubang.
Seluruh tray berisi benih tersebut dimasukkan kedalam chamber dengan suhu 18o
C-22oC, intensitas cahaya 16 jam selama 5 hari atau hingga muncul radikula pada benih.
Selanjutnya setelah dikeluarkan dari chamber tray berisi benih disemprot dengan air murni. Perlakuan ini dilakukan pada seluruh tray persemaian untuk menghindarkan terjadinya
perbedaan perkecambahan benih karena faktor perbedaan kondisi lingkungan. Kemudian
seluruh tray persemaian diletakkan dalam ruang nursery hingga 14 hari. Berikut skema
kegiatan persemaian benih viola:
Hari ke- 0 4 5 14
Kegiatan Benih ditanam Kecambah normal
hari pertama
Tray dikeluarkan dari chamber
Akhri pengamatan perkecambahan
3.4.3 Pemeliharaan Bibit
Pemeliharaan bibit dilakukan setelah bibit berumur 14 HSS. Kecambah dipindah
tanam ke tray ukuran 45 dimulai dari 0 HSPT hingga berumur 21 HSPT. Berdasarkan hasil tahap persemaian, kecambah dari P4 digunakan sebagai asal bibit untuk ulangan 1, P3 untuk
ulangan 2 dan P0 untuk ulangan 3 pada fase pembibitan sehingga terjamin homogenitasnya.
Sampel yang diamati berjumlah 10 bibit per tray. Berikut tata letak sampel yang digunakan:
19 Penyiraman dilakuakan karena tanaman masih berupa bibit dan berada dalam ruang
tertutup, pemberian pupuk diberikan bersamaan dengan pemberian fungisida selama
pemeliharaan bibit. Pemberian pupuk dan fungisida dilakukan pada seluruh tray perlakuan untuk menghindarkan terjadinya perbedaan pertumbuhan bibit karena faktor perbedaan
kondisi lingkungan. Berikut skema pemberian pupuk dan fungisida pada pembibitan viola:
Hari ke- 0 1 5 7 8 12 14 15 16 21
Kegiatan HA + P HF + A Ca HA + P HF + A Ca
Keterangan:
HA : Pupuk Hortigro A dengan konsentrasi 0.5 g l-1
Pupuk Hortigro A (22 : 11 : 22)
HF : Pupuk Hortigro F dengan konsentrasi 0.5 g l-1
Pupuk Hortigro F (19 : 19 : 19)
Ca : Pupuk Ca dengan konsentrasi 0.5 g l-1
Pupuk Hortigro CNO (15.5 : 0 : 0 : 26.5)
P : Fungisida Previcur dengan konsentrasi 0.25 g l-1
A : Fungisida Antracol dengan konsentrasi 0.25 g l-1
3.4.4 Pengamatan
3.4.4.1Komponen perkecambahan
Pengamatan komponen perkecambahan benih diukur melalui nilai vigor benih yang
terdiri dari: kecepatan perkecambahan dan keserempakan perkecambahan, sedangkan nilai
viabilitas benih terdiri dari presentase daya perkecambahan. Data tersebut merupakan
pengamatan yang diolah dan dianalisis secara statistika. Berikut jadwal pengamatan parameter
perkecambahan benih viola:
20 Menurut Sutopo (1989) Kriteria berkecambah benih dibagi menjadi 3 yaitu N, Ab, dan Mati
dengan ketentuan berikut.
“N” merupakan benih yang mampu berkecambah normal dengan syarat:
1. Memiliki perkembangan batang dan akar yang baik terutama akar primer.
2. Perkembangan hipokotil yang sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringannya
3. Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan muncul dari koleoptil
atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yang normal.
4. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari benih monokotil. “Ab” merupakan benih yang berkecambah tidak normal dengan syarat:
1. Kecambah rusak, tanpa kotiledon, plumula atau radikula tidak tumbuh.
2. Perkembangan kecambah lemah atau kurang seimbang dari bagain – bagian yang
penting atau kerdil.
3. Kecambah cacat seperti plumula yang terputar atau membengkok, hipokotil, epikotil,
kotiledon yang membengkak dan koleoptil yang pecah atau tidak mempunyai daun.
4. Kecambah yang lunak.
“Mati” merupakan benih yang tidak mampu berkecambah dengan syarat:
1. Benih mati yang busuk sebelum berkecambah
2. Benih segar tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan
3. Benih keras tidak berkecambah namun bukan dalam keaadan dorman.
3.4.4.2Komponen pertumbuhan bibit
Pengamatan komponen pertumbuhan bibit diukur melalui tinggi bibit tanaman, diameter
bibit, jumlah daun, luas daun, bobot segar dan bobot kering bibit. Data tersebut merupakan
pengamatan yang diolah dan dianalisis secara statistika. Berikut jadwal pengamatan parameter
perrtumbuhan bibit viola:
21 3.4.4.3Komponen Pengamatan selintas
Data selintas merupakan pengamatan pendukung pengamatan utama yang tidak diolah
dan tidak dianalisis secara statistika. Komponen pengamatan selintas meliputi fase
perkecambahan, fase pembibitan, dan kondisi lingkungan seperti:
1. Rata-rata perkecambahan adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan benih viola untuk
berkecambah normal ( )
N: Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu, T: Jumlah waktu yang dibutuhkan, ƩN: Total benih yang berkecambah (Sutopo, 1989).
2. Suhu ruang, RH, pH media, dan EC media, dikur pada hari ke 0, 7, 14 HSS dan 0, 7, 14
HSPT.
3. Kandungan hara N, P, K awal media.
4. Serangan hama dan penyakit.
Jadwal pengamatan komponen pengamatan selintas sebagai berikut: