• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEFINISI PANCASILA YANG BENAR manjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DEFINISI PANCASILA YANG BENAR manjur "

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

I. FILSAFAT A. DEFINISI

Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa yunani , yaitu philosofia. Kata itu terdiri dari dua kata yaitu philien , yang mempunyai arti cinta atau pencinta atau mencintai dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan , hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harafia istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.

Berfilsafat berarti menerung terhadap sesuatu secara metodik , sistematik , menyeluruh dan universal untuk mencari hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat adalah ilmu yang paling umum yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan dan cinta akan kebijakan.

Kata filsafat untuk pertama kali digunakan oleh phythagoras (582-496SM). Dia adalah seorang ahli pikir dan pelopor matematika yang menganggap bahwa intisari dan hakikat dri semesta ini adalah bilangan. Namun demikian, banyak nya pengertian filsafat sebagaimana yang diketahui sekarang ini adalah sebanyak tafsiran parafilsuf itu sendiri. Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :

1. Keheranan sebagai filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidik.

2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.

(2)

Kemudian muncul kesadaran akan keterbatasan bahwa diluar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu, ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai pandangan hidup. Disamping itu , dikenal pula filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.

B. PENGERTIAN

Filsafat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan , ilmu, konsep, pemikiran pemikiran dari para filsuf pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem filsafat tertentu, misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme dan lain sebagainya. 2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh

manusia sebagai hasil dari aktifikas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber pada akal manusia.

Filsafat sebagai suatu proses :

1. Yaitu bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam proses pemecahan suatu permasalahan dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objeknya.

C. OBJEK FILSAFAT

(3)

hasil pemikiran yang sedalam dalamnya tentang kesemestaan , secara mendasar ( fundalmental dan hakiki). Filsafat sebagai hasil pemikiran pemikir ( filsuf ) merupakan suatu ajaran atau sistem nilai, Baik berwujud pandangan hidup ( filsafat hidup) maupun sebagai ideologi yang dianut suatu masyarakat atau bangsa dan negara.

Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik objek yang tidak terbatas yang ditinjau dari sudut isi atau subtansi dapat dibedakan menjadi :

1. Objek material filsafat : yaitu objek pembahasan filsafat yang mencakup segala sesuatu baik yang bersifat material kongkrit seperti manusia, alam, benda, binatang, dll. Maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti nilai nilai, ide ide, ideologi, moral, pandangan hidup, dan sebagainya.

2. Objek formal filsafat : cara memandang seorang peneliti terhadap objek material tersebut.

Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah

a. Metafisika, yang membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis yang meliputi bidang : ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan ragam kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum mengenai proses kenyataan dan ontropologi).

b. Epistemologi, adalah pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau kebenaran.

c. Metodologi, ilmu membicarakan cara atau jalan untuk memperoleh pengetahuan.

(4)

e. Etika, membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku manusia tentang baik-buruk.

f. Estetika, membicarakan hal-hal berkaitan dengan hakikat keindahan-kejelekan.

D. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT

a. Aliran materialisme, mengajarkan bahwa hakikat realistas kesemestaan, termasuk makhluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas ditentukan oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan) dan terikat dalam hukum alam, yaitu hukum sebab akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif. b. Aliran idealisme/ spiritualisme aliran ini mengajarkan bahwa

ide dan spirit manusia yang menentukan hidup dan pengertian manusia.

c. Aliran realisme, aliran ini menggambarkan bahwa kedua aliran diatas adalah bertentangan, tidak sesuai dengan kenyataan (tidak realistis). Oleh karena realitas adalah panduan benda (materi dan jasmaninya ) dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Jadi menurut aliran ini, realitas merupaka sintesis antara jasmaniah, rohaniah, materi dan non materi. E. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

1. Pancasila sebagai jatidiri bangsa indonesia

(5)

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa indonesia. Proses terjadinya pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme karena nilai-nilai dalam pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Satu pertanyaan yang sangat fundamental disadari sepenuhnya oleh para pendiri negara republik indonesia adalah : “ di atas dasar apakah negara indonesia didirikan “ kerika mereka bersidang untuk pertama kali di lembaga BPUPKI. Mereka menyadari bahwa makna hidup bangsa indonesia harus ditemukan dalam budaya dan peradapan bangsa indonesia sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki, diyakini dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya.

II. DEFINISI PANCASILA

Pancasila adalah lina sika yang merupakan satu kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur yang berumber dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dan beragam dalam artian BHINEKA TUNGGGAL IKA. Objek materi filasfat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik materal konkrit dan abstrak. Pancasila mempunyai

beberapa tujuan sebagai berikut:

Pancasila sebagai Dasar Negara.

(6)

negara mempunyai fungsi dan kedudukakn sebagai kaidah Neara yang fundamental atau mendasar, sehingga sifatnya tetap, kuat dan tidak dapat dirubah oleh siapaun termasuk oleh MMPR/DPR hasil pemilihan umum.

Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional.

Dalalm ilmu hukum istilah sumber hukum bearti sumber nilai-nilai yang menjadai penyebab timbulnya aturan hukum. Jadi dapat diartikan Pancasila sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional, yaitu segala aturan hukum yang berlaku di negara kita tidak boleh bertentangan dan harus bersumber pada Pancasila.

Pancasila sebagai Pandangan hidup Bangsa Indonesia.

Mengandung majna bahwa semua katifitas kehidupan bangsa Indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila daripada Pancasila, karena Pancasila juga merupakan krtistalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki dan bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri.

Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia.

Pada saat bangsa Indonesia bangkit untuk hdiup sendiri sebagai bangsa yang merdeka, bangsa Indonesia telah sepakat untuk menjadikan Pancasila sebagai Dasar Negara. Kesepakatan itu terwujud pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan disahkannya Pancasila sebagai Dasar Negara oleh PPKI yang mewakili seluruh bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai Ideologi Negara.

Merupakan sebuah tujuan bersama Bangsa Indonesia yang diimplementasikan dalam Pembangunan Nasional yaitu

(7)

dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa.

Bangsa Indonesia yang pluarilis dan wilayah Nusantara yang terdiri dari berbagai pulau-pulau, maka sangat tepat apabila Pancasila dijadikan Pemersatu Bangsa, hal ini dikarenakan Pancasila mempunyai nilai-nilai umum dan universal sehungga

memungkinkan dapat mengkoordinir semua perikehidupan yang berbhineka dan dapat diterima oleh semua pihak.

III. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Pancasila dalam kajian sistem filsafat, yang secara khusus Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa, di dalam dirinya bertolak atau

berlandaskan pada hakikat kodrat manusia. Meskipun hal ini tidak dipikirkan oleh para tokoh pendiri negara, namun perenungannya bagitu dalam maka dengan sendirinya dijiwai oleh hakikat manusia dalam hidup bersama. Untuk itu perlu ditelaah secara dalam dengan menggunakan penalaran yang runtut, apakah benar Pancasila dalam kajian sistem filsafat yang juga berlandaskan pada hakikat kodrat manusia. Untuk menelaah Pancasila sebafai sistem filsafat, kita harus berangkat pada ciri-ciri yang melekat pada filsafat itu sendiri.

A. Pengertian

Sistem adalah suatu kebetulan atau keseluruhan, yang bagian dan unsurnya saling berkaitan ( sinkron), saling berhubungan

(konektivitas), dan saling berkejasama satu sama lain untuk satu tujuan tertentu dan merupakan keseluruhan yang utuh.

(8)

dasarnya satu bagia/unit-unti yang saling berkaitan satu sama lain, dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing.

B. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila yang terdiri atas bagian-baguian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asa sendiri. Fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang sistematis.

1. Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia.

Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai dengan konteksnya. Misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara RI, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri secara sendiri-sendiri namun

bilamana dikelompokan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar filsafat negara dan

pandangan hidup bangsa Indonesia.

Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, yang berakar dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari proses terjadinya Pancasila yaitu melalui suatu proses yang disebut kuasa materalisme karena nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Satu pertanyaan yang sangat fundanental disadari

(9)

majna hidup bagi bangsa Indonesia harus ditemukan dalam

budaya dan peradaban bangsa Indonesia sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki,

diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat sepanjang masa dalam sejarah perkembangan dan pertumbuhan bangsa sejak lahirnya. Nilai-nilai itu adalah buah hasil pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik.

Jadi nilai-nilai Pancasila itu diungkapkan dan dirumuskan dari sumber nilai utama yaitu :

a. Nilai-nilai yang bersifat fundamental, universal, mutlak, dan abadi dari Tuhan Yang Maha Esa yang tercermin dalam inti kesamaan ajaran-jaran agama dalm kitab suci. b. Nilai-nilai yang bersifat kolektif nasional yang merupakan

intisari dari nilai-nilai yang luhur budaya masyarakat (inti kesatuan adat0istiadat yang baik) yang tersebar di

seluruh nusantara.

2. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Pancasila yang teridir atas lima sila pada hakikatnya

merupakan suatu sistem filsafat. Pengertiuan sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling

bekerjasama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan usatu kesatuan yang utuh. Lazimnya sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Suatu kesatuan bagian-bagian

b. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri c. Saling berhubungan dan saling ketergantungan

d. Kesemuanya dimaksudkan utnuk emncapai suatu tujuan bersaa (tujuan sistem)

(10)

Pada hakikatnya setiap sila Pancasila merupakan suatu asas sendiri sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun demikian secara keseluruhan adalah suatu kesatuan yang sistematis dengan tujuan (bersama) suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

3. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak) dari kesatuan Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila merupakan suatu kesatuan yag majemuk tunggal, dengan akibat setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri

terlepas dari sila-sila lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan.

Kesatuan sila-sila yang bersifat organuis tersebut pada hakikatnya secara filisofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu manusia “monopluralis” yang memiliki unsur-unsur susunan atau landasan filsafat Pancasila sebagai berikut :

a. Kodrat jasmani-rohani.

Dua unsur susunan kodrat ini besar pengaruhnya terhadap pola hidup manusia. Jika manusia hanya mementingkan segi kejiwaan termasuk juga

kerokhaniannya tanpa memperhatikan raganya, maka orang tersebut aka sulit untuk mencapai kebahagiaan jasmani atau kebahagiaan duniawi, demikian juga sebaliknya.

b. Sifat kodrat individu-makhluk sosial.

Manusia pada hakikatnya adalah bersifat indicidu dan

(11)

manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sifat ini dapat dilihat dan dirasakan dalam diri manusia, bahwa pada suatu saat sifat individunya lebih besar dan dominan, dapat juga suatu saat sosialnya yang lebih besar dan dominan. Sifat kodrat ini tidak lepas dari manusia, tidak bisa dihilangkan oleh manusia. Sifat kodrat ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama lain dan merupakan satu kesatuan utuh.

Untuk itu masyarakat yang diidealkan oleh Pancasila adalah masyarakat yang penuh kebahagiaan, didsarkan atas hubungan manusia dengan masyarakatnya yang selaras, serasi, dan seimbang, yaitu masyaraka yang diwarnai oleh kebarsamaan, kekeluargaan, dan gotong royong.

c. Kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Manusia pada hakekatnya adalah berkedudukan sebagai pribadi mandiri dan juga sebagai makhluk Tuhan. Dua unsur ini memperlihatkan bahwa manusia sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri dapat berkreasi dan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri dan

(12)

4. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis dan Berbentuk Piramidal Hirarkhis dan priamidal mempunyai pengertian yang sangat matematis yang digunakan untuk mengambarkan hubungan sila-sila Pancasila-sila dalam hal urut-urtuan luas (kuantitas) dan juga dalam hal isi sifatnya. Dengan demikian, dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang kuat pada setiap silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu keseluruhan yang bulat. Secara ontologis hakikat Pancasila mendasarkan setiap silanya pada landasan, yaitu : Tuhan,

Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil. Oleh karena itu, hakikat itu harus selalu berkaitan dnegan sifat dan hakikat negara Indonesia.

(13)

piramidal ini adalah sebagai berikut :

Dengan melihat tata urutan sila-sila Pancasila yang membentuk susunan hirarkis piramidal di atas, dan sila Ketuahanan Yang Maha Esa sebagai basisnya maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Sekelompok manusia yang merupakan bagian dari umat manusia seluruhnya mempunyai sifat khusus

ber-Ketuhanan Ynag Maha Esa.

b. Sekelompok manusia yang ber-Ketuuhanan Yang Maha Esa saling mencintai dan menghargai sesama manusia

S ila V : d ilip u ti d a n d ijiw a i o le h s ila 1 , 2 , 3 , d a n 4

S il a IV : d ilip u ti d a n d ijiw a i o e lh s ila 1 , 2 , 3 d a n m e lip u ti d a n m e n jiw a i s ila 5

S ila III : d ilip u ti d a n d ijiw a i s ila 1 , 2 d a n m e lip u ti s e r ta m e n jiw a i s ila k e 4 d a n 5

S il a II : d ilip u ti d a n d ijiw a i s ila 1 d a n m e n jiw a i s e r ta m e n jiw a i s il a k e 3 , 4 , 5

(14)

maupun sesama makhluk Tuhan, saling menghormati sesuai dengan hak dan harkat martabatnya.

c. Sekelompok manusia yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa saling mencintai dan menghargai sesama manusia, yang berbeda suku, adat istiadat, mempunyai persamaan cita-cita suatu kesatuan bangsa sebagai bangsa

Indonesia.

d. Sekelompok manusia sebagai bangsa Indonesia ber-Ketuhanan Ynag Maha Esa yang saling mencintai dan menghargai sesama manusia meskipun berbeda suku dan adat, namun demikian dalam penyelenggaraan negara diatur secara kekeluargaan atau kerakyatan dengan melalui lembaga-lembaga Permusyawaratan Perwakilan.

e. Sekelompok manusia sebagai bangsa Indonesia yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa saling mencintai dan

menghargai sesama manusia meskipun berbeda suku dan adat yan dalam penyelenggaraan negara diatur secara kerayatan serta bercita-cita membentuk suatu masyarakat yang berkeadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia.

Ada juga yang berpendapat bahwa untuk susunan Pancasila hirarki piramidal itu sila pertama ditempatkan di atas sebagai titik pusatnya dan memancar ke bawah. Sedangkan sila kelima

merupakan pancaran terakhir sebagai tujuan. Dilihat dari sudut pandang logika, susunan yang demikian ini mempunyai

perbandingan terbalik antara besarnya isi dan luas cakupan

(15)

luas cakupannya, sebaliknya makin besar isinya tetapi makin kecil atau sedikit cakupannya.

Dari penjelasan di atas, mengenai perbandingan luas cakupan pengertian sila-sila Pancasila, nampaklah bahwa luas himpunan sila 1 meliputi sila 2 dan meliputi juga sila 3, 4, 5.

Sebaliknya sila 3, 4, dan 5 termasuk dalam sila 2 dan termasuk juga dalam sila 1. Hal ini dapat dilihat dalam diagram Vent di bawah :

S 1

S 2 S 3, 4, 5

5. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi Dan Saling Mengkualifkasi.

(16)

mengkualifikasi. Hal itu dimaksudkan bahwa setiap sila terkandung nila keempat sila lainnya dengan kata lain dalam setiap sila

Pancasila senantiasa dikualifikasikan oleh keempat sila lainnya.

C. Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat

Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patutu diperhatikan yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduannya sangat berguna untuk memahami Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologi dan dasar aksiologis sila-sila Pancasila.

1. Aspek Ontologi

Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya

keberadaan atau eksistensi. Sementara Aristoteles menyebutkan

sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi adalahbidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika, dan kesemestaan atau kosmologi.

Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis.

2. Aspek Epistemologi

(17)

dasar bagi Bangsa Indonesia dalam memandang realitas alam seesta, manusia, masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia Indonesia untuk

menyelesaikan maslaah yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan.

Pancasila dalam pengertian seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma menjadi ideologi yang mengandung 3 unsur yaitu : a. Logos (rasionalitas atau penalaran)

b. Pathos (penghayatan) c. Ethos (kesusilaan) 3. Aspek Aksiologi

Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki :

a. Tingkah laku moral yang berwujud etika

b. Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan c. Sosio politik yang berwujud ideologi

Kehidupan manusia sebagai makhluk subyek budaya, pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar

mencari memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika, ketuhanan dan agama.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikemukakan pula bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu yang bersifat

nonmaterial/rohaniah.

(18)

Apabila memahami nilai-nilai dari sila-sila Pancasila akan

terkandung beberapa hubungan manusia melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antar hubungan tersebut, yaitu :

1. Hubungan Vertikal

Adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai penjelmaan dari nilai-nilai Ketuahanan Yang mhaa Esa. Dalam hubungannya dengan itu, manusia memiliki kewajiban untuk melaksanakan perintah-Nya dan menjauhkan atau menghentukan larangan-Nya, sedangkan hak yang diterima manusia adalah rahmat yang tidak terhingga yang diberikan dan pembalasan amal perbuatan di akhirat nanti.

2. Hubungan Horisontal

Adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai warga masyarakat, warga bangsa maupun warga negara. Hubungan itu melahirkan hak dan kewajiban yang

seimbang.

3. Hubungan Alamiah

Adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam dengan segala kekayaannya. Seluruh alam dengan segala isinya adalah untuk kebutuhan manusia. Manusia berkewajiban untuk melestarikan.

E. Dasar Axiologis (Hakikat, Nilai, Kriteria) Sila-Sila Pancasila

Bidang Adiologis adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai, seumber nilai, jenis dan tingkatan nilai serta hakikat nilai seperti alamiah dan jasmaniah, tanha subur, udara bersih, air bersih, cahaya dan panas cahaya matahari.

1. Menurut tinggi rendahnya, nilai dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan :

a. Nilai kebenaran, bersumber dari akal, rasio, budi atau cipta manusia

(19)

c. Nilai kebaikan, berumber pada unsur kehendak manusia d. Nilai religius, merupakan nilai keharmonian tertinggi dan

bersifat mutlak

2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat memiliki beberapa nilai yaitu Nilai Obyektif dan Subyektif

Nilai-nilai sistem filsafat Pancasila adalah sebagai berikut (Objektif) :

a. Rumusan dari sila-sila Pancasila menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum, universal dan abstrak. Karena pada hakikatnya Pancasila adalah nilai.

b. Inti nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang. Artinya keberlakuannya sejak jaman dahulu, masa kini, dan masa yang akan datang, untuk bangsa Indonesia boleh jadi untuk Negara lain yang secara esksplisit tampak dalam adat istiadat,

kebudayaan, tata hidup kenegaraan dan tata hidup beragama c. Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945

memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang

fundamental, sehingga merupakan suatuu sumber hukum positif di Indonesia.

Nilai-nilai sistem filsafat Pancasila adalah sebagai berikut (Subyektif) :

a. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia itu sendiri, deologi Pancasila berbeda dengan ideologi lain karena isi

Pancasila diambil dari nilai budaya bangda dan religi yang telah merekat erat sehingga jiwa Pancasila adalah jiwa bangsa

Indonesia sendiri. Sedangkan ideologi lain (liberalis, sosialis, komunis , dsb) merupakan hasil dari pemikiran filsafat orang. b. Nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia, menjadi

(20)

diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, keadilan,

kebaikan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia, karena bersumber dari kepribadian bangsa.

F. Pendekatan yang Digunakan

Pendekatan yang digunakan oleh Pancasila dengan filsafat menggunakan 2 pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan induktif Pancasila , ialah karena Pancasila lahir,

tumbuh, dan berkembang dari persada nusantara kita sendiri yang berupa adat istiadat, tradisi, budaya, dan keagamaan bangsa kita sendiri, maka kemudian berkembang menjadi adat nasional atau budaya nasional.

2. Pendekatan deduktif Pancasila, yaitu Pancasila sebagai pemersatu seluruh kehidupan Bangsa Indonesia yang beraneka ragam corak budayanya.

G. Intisari Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa makna dasar Pancasila sebagai sistem filsafat adalah dasar mutlak dalam berpikir dan

berkarya sesuai dengan pediman tentungan dengan saling mengaitkan antara sila yang satu dengan yang lainnya. Dengan

kesemua sila-sila tersebut saling mencakup, bukan hanya di nilai satu persatu. Semua unsur (5 sila) tersebut memiliki fungsi atau makna dan tugas masing-masing memiliki tujuan tertentu.

a. Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia Merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Pancasila memberi petunjuk mencapai

kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Sehingga akan memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan kompetensi dari mata pelajaran PAI, dalam penyusunan perencanaan pembelajaran dilaksanakan dengan

al, paradigm pendidikan Islam upaya mengefektifkan pendidikan agama Islam di sekolah , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.75-80.. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi

“Dalam perencanaan mema ng semuanya harus jelas, karena di RPP itukan menyangkut apa-apa yang akan kami lakukan dalam pembelajaran, walaupun nantinya dalam proses tidak

Based on the results and discussion that has been obtained, it can be concluded that: The process of application of learning models of children learning in

Dari beberapa masalah yang diungkapkan di atas, maka perlu dilakukan inovasi (pembaruan) terhadap pembelajaran yang dilakukan agar pembelajaran tersebut mampu melibatkan

This study aim to create cognitive profiles of elementary school teachers who have been and have not been following the workshop PMRI, before and after they learning

Ada pengaruh metode resitasi berbasis LKS terhadap minat belajar siswa. kelas VIII di MTs Darul Falah Bendijati Kulon Tahun