• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana M02248

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan ": Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana M02248"

Copied!
299
0
0

Teks penuh

(1)

Konser Karya Ilmiah 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

(2)

Konser Karya Ilmiah 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

i

PROSIDING

KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL 2017

(3)

Konser Karya Ilmiah 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

(4)

Konser Karya Ilmiah 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

iii

ISSN: 2460-5506

KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL 2017

MENGHADAPI TANTANGAN DAN

MERAIH KEMANDIRIAN PERTANIA

INDONESIA

Balairung Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga, 5 Mei 2017

Editor:

Budi Widianarko

Wiranto

Sony Heru Priyanto

Lasmono Tri Sunaryanto

Tinjung Mary Prihtanti

Yuliawati

Suprihati

Hendrik Johanes Nadapdap

Yoga Aji Handoko

(5)

Konser Karya Ilmiah 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

iv

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH NASIONAL 2017

MENGHADAPI TANTANGAN DAN

MERAIH KEMANDIRIAN PERTANIA INDONESIA

Copyright ©FPB, Universitas Kristen Satya Wacana, 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang

All rights reserved

Editor:

Budi Widianarko Wiranto

Sony Heru Priyanto Lasmono Tri Sunaryanto Tinjung Mary Prihtanti Yuliawati

Suprihati

Yoga Aji Handoko

Desain sampul & tata letak: Yoga AH

Diterbitkan oleh: Fakultas Pertanian dan Bisnia, Universitas Kristen Satya Wacana

Kampus 1 UKSW, Jln. Diponegoro 52-6a, Salatiga, Jawa Tengah Telp.: 098-321212 ext 354; Fax.: 0298-3419228

x + 295 hlm.; A4 ISSN: 2460-5506

(6)

vii

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

P

KATA PENGANTAR

uji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya maka kegiatan Konser Karya Ilmiah Nasional (KKIN) 2017 Fakultas Pertanian dan Bisnis (FPB) – Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dapat terselenggara dengan baik. Kegiatan KKIN 2017 merupakan kegiatan ilmiah rutin tahunan dalam bentuk Seminar berskala Nasional, yang diselenggarakan melalui paparan ilmiah oleh keynote speaker serta pemaparan hasil penelitian para peneliti, dosen, mahasiswa, dan praktisi yang secara langsung ditelaah, didiskusikan, serta dinilai oleh para reviewer. Pelaksanaan KKIN 2017 diharapkan mampu memberikan kontribusi IPTEKS bagi bangsa Indonesia untuk menuju kemandirian pertanian. Oleh karena itu tujuan pelaksanaan KKIN 2017 adalah terciptanya komunikasi aktif para ilmuwan, praktisi dan masyarakat serta terjadinya publikasi dan desiminasi hasil kajian ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dimanfaatkan oleh para akademisi maupun masyarakat luas untuk pengembangan sektor pertanian dan pendukungnya. Berdasarkan dari latar belakang dan tujuan tersebut maka tema KKIN 2017 adalah ”Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia”. Bentuk publikasi kegiatan KKIN 2017 adalah diterbitkannya Buku Prosiding KKIN 2017 yang merupakan kumpulan artikel hasil penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah diseminarkan dalam kegiatan KKIN 2017.

Atas kerja keras semua pihak kami ucapkan banyak terimakasih karena peran sertanya sangat membantu terlaksananya kegiatan dan penerbitan Buku Prosiding KKIN 2017, untuk itu diucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Muhammad Dimyati Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristek Dikti sebagai keynote speaker KKIN 2017.

2. Rektor UKSW yang telah memfasilitasi semua kegiatan KKIN 2017.

3. Reviewer KKIN 2017 yang telah memberikan evaluasi yang membangun untuk semua naskah atau makalah KKIN 2017.

4. Panitia kegiatan KKIN 2017, dosen dan mahasiswa FPB UKSW yang telah mendukung segala kegiatan KKIN 2017.

5. Peserta KKIN 2017 yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan KKIN 2017.

6. Penyunting, redaksi, editor dan penerbit Buku Prosiding KKIN 2017 yang telah berkerja keras sehingga buku prosiding ini dapat diterbitkan.

7. Lembaga sponsor kegiatan KKIN 2017 yang telah bekerja sama dengan panitia sehingga kegiatan KKIN 2017 dapat terlaksana dan Buku Prosiding KKIN 2017 dapat diterbitkan, secara online.

8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan bagi terselenggaranya KKIN 2017.

Harapan kami, buku prosiding KKIN 2017 dapat memberikan manfaat bagi referensi pengembangan ilmu dan teknologi pertanian dan pendukungnya di Indonesia. Tiada gading yang tak retak, mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Saran dan kritik membangun kami harapkan untuk kesempurnaan kegiatan dan penerbitan buku prosiding pada waktu-waktu berikutnya.

(7)

viii

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... iv

Tim Penyelia ... v

Sambutan Ketua Panitia ... vi

Daftar Isi ... vii

Sub Tema: Kemandirian Pangan ... 1

1.1 APLIKASI PUPUK NPK DAN PUPUK HIJAU TERHADAP pH, P-

TERSEDIA, SERAPAN P SERTA HASIL PAKCOY (Brassica rapa L.) PADA ULTISOLS JATINANGOR

Eso Solihin, Anni Yuniarti, Maya Damayani, M. Iqbal Fauzan ... 2-9

1.2 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK P-ALAM PADA TANAH INCEPTISOL

TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG

Tia Rostaman dan A. Kasno ... 10-17

1.3 BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH DAN HASIL KEDELAI

(Glycine max (L.) MERILL) KULTIVAR EDAMAME AKIBAT PEMBERIAN PUPUK ANORGANIK DAN VERMIKOMPOS PADA INCEPTISOLS

Yuniarti A, Emma Trinurani S dan Karina ... 18-25

1.4 KARAKTERISTIK TANAH SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN

PADI LAHAN SAWAH

Antonius Kasno ... 26-38

1.5 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI UMBI BENIH G1 MENGGUNAKAN SETEK TUNAS UMBI DARI BEBERAPA VARIETAS KENTANG (Solanum tuberosum L.)

Kasih PZ, Fatchullah D, Endang Pudjihartati ... 39-46

1.6 EFEKTIVITAS APLIKASI ATRAKTAN SEBAGAI ALAT

PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros L.)

Samsuri dan Ridoi Krieleson ... 47-52

1.7 PERTUMBUHAN BIBIT Laeis guineensis Jacq. DENGAN NUTRISI LARUTAN KOMPOS ECENG GONDOK + KASCING PADA BERBAGAI MEDIA TANAM PADA SISTEM HIDROPONIK

Yohana Theresia Maria Astuti, Retni Mardu Hartati, Imam Nazhari ... 53-60

1.8 KELARUTAN PUPUK NPK MAJEMUK PADA TANAH OXISOL DAN

INCEPTISOL DI DAERAH BOGOR

Tia Rostaman dan A. Kasno ... 61-72

1.9 AKTIVITAS SELULASE PADA LAHAN PERTANAMAN KENTANG

DI DIENG

Suprihati, Dina RV Banjarnahor, Bistok H. Simanjuntak dan

Andree W. Setiawan ... 73-75

1.10 PERIODE KRITIS TANAMAN GANDUM VARIETAS DEWATA TERHADAP PERSAINGAN DENGAN GULMA

(8)

ix

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

Sub tema: Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi ... 88

2.1 POSISI PENYULUH PERTANIAN DI ERA MASYARAKAT INFORMASI

Kadhung Prayoga ... 89-94

2.2 KAJIAN KEBUTUHAN INFORMASI PERTANIAN DAN KORELASINYA

DENGAN KARAKTERISTIK PETANI PADI DI DESA ADIRAJA KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP

Lilik Haryanti dan Tinjung Mary Prihtanti ... 95-103

2.3 TINGKAT KEBUTUHAN INFORMASI DAN MOTIVASI KOGNITIF

PENYULUH PERTANIAN SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PENGGUNAAN SUMBER INFORMASI DI DESA

KARANGANYAR, GEDONG TATAAN, KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG

Dini Laraswati Santoso dan Tinjung Mary Prihtanti ... 104-113

2.4 EVALUASI ZONA AGROEKOLOGI KABUPATEN SUMBA TENGAH

BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Uska Peku Jawang, Bistok Hasiholan Simanjuntak,

Tinjung Mary Prihtanti ... 114-122

2.5 EROSI KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI BERBASIS SIG

STUDI KASUS TAHUN PENGAMATAN 2014, 2015 DAN 2016

Erik Kado Nugroho, Bistok H. Simanjuntak, Suprihati ... 123-138

2.6 PENELITIAN PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN KERING

DESA KEBONDOWO, KECAMATAN BANYUBIRU, KABUPATEN SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PEMETAAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)

Rai Kresnandaru Zagoto dan Dina Banjarnahor ... 139-144

2.7 PENILAIAN STATUS KESUBURAN TANAH PADA LAHAN

PENANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum) DI DATARAN TINGGI DIENG

Bistok Hasiholan Simanjuntak, Suprihati dan Dina Rotua Banjarnahor .... 145-160

2.8 KAJIAN MATRIX PRIMING TERHADAP MUTU BENIH KEDELAI

VARIETAS GROBOGAN KELAS BENIH POKOK KADALUWARSA

Ika Putri Riani, Endang Pudjihartati ... 161-175

2.9 EKSPRESI GEN HMGR, ADS, FPS , ALDH1 DAN KANDUNGAN

ARTEMISININ PADA TANAMAN Artemisia Cina Berg ex Poljakov TETRAPLOID

Maria Marina Herawati1, Endang Pudjihartati, Suwijiyo Pramono,

Endang Sulistyaningsih dan Aziz Purwantoro ... 176-187

2.10 MENGEMBANGKAN KELOMPOK PETANI ORGANIK: PENGALAMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN DI PUNTHUK SETUMBU

Lasmono Tri Sunaryanto, Hendrik Johanes Nadapdap,

(9)

x

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

Sub tema: Sosial humaniora-seni budaya-pendidikan, dan Sub tema lain yang berkaitan dengan bidang pertanian ... 195

3.1 INDEPENDENT RECONSTRUCTION: WHAT ARE STUDENTS’

PERCEPTIONS TOWARDS THIS STAGE?

Listyani, Mursid Saleh, Ahmad Sofwan, Januarius Mujiyanto ... 196-208

3.2 SUPERVISI GURU YANG MENGINSPIRASI

Slameto, Agustina Tyas Asri Hardini, Donald Samuel ... 209-216

3.3 STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH SALURAN IRIGASI SUBAK

AYUNAN DI KABUPATEN BADUNG-BALI

Anom Wirasanjaya, Ni Gst.Ag.Gde Eka Martiningsih dan

Gusti Ngurah Alit Wiswasta ... 217-224

3.4 PERAKITAN MEDIA TANAM BENIH VIOLA (Viola cornuta L.)

Alfa Sada Saputra dan Suprihati ... 225-232

3.5 PENGARUH KOMPOSISI GULA SEMUT KELAPA DAN GULA TEBU

TERHADAP KARAKTER FISIK, KIMIAWI, DAN ORGANOLEPTIK HARD CANDY

Shanies Tri Pinasthi, Nugraheni Widyawati dan Theresa Dwi Kurnia ... 233-244

3.6 PENGARUH POPULASI DAN PEMANGKASAN PUCUK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN BENTUK KRISAN POT (Chrysanthemum spp.)

Febbrilliana Andrya dan Nugraheni Widyawati ... 245-253

3.7 PRODUKSI DAN RISIKO PRODUKSI USAHATANI SAYURAN SEMI

ORGANIK DAN KONVENSIONAL DI KABUPATEN SEMARANG

Yuliawati ... 254-273

3.8 STUDI KOMPARATIF METODE PENINGKATAN RENDEMEN VIRGIN

COCONUT OIL

Yoan Erivan,Wamilia Yulianingsih, Yoga Aji Handoko ... 274-280

3.9 PENGARUH KONSENTRASI AIR KELAPA TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH

Mega Achtari dan Maria Marina Herawati ... 281-288

3.10 ANALISIS KELAYAKAN EKONOMIS SUBSTITUSI TEPUNG LOKAL PADA PEMBUATAN KERIPIK DAUN SINGKONG

(10)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

1

(11)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

2

APLIKASI PUPUK NPK DAN PUPUK HIJAU TERHADAP pH, P-TERSEDIA, SERAPAN P SERTA HASIL PAKCOY

(Brassica rapa L.) PADA ULTISOLS JATINANGOR

Application NPK Fertilizer and Green Fertilizer On pH, P-Available, P Absorption and Pakchoy Yield (Brassica Chinensis, L.) in Ultisols Jatinangor

Eso Solihin, Anni Yuniarti, Maya Damayani, M. Iqbal Fauzan UniversitasPadjadjaran, Jatinangor, 45363,

Email korespondensi :[email protected]

ABSTRACT

The objective of this research was to determine the effect of Application NPK Fertilizer and

Green Fertilizer On pH, P-Available, P Absorption and Pakchoy Yield (Brassica Chinensis,L.).

This research has been done in research garden of Agricultural Faculty, University of Padjadjaran Jatinangor. This research began on October 2016 to January 2017. The research design using a Randomized Block Design (RAK), consisting of 8 treatment combinations and 3 times replication and continued with Duncan Multiple Range Test 5% for data analysis.

The experimental results showed Application NPK Fertilizer and Green Fertilizer that there were significant the pH, P-Available, P Absorption and Pakchoy Yield (Brassica Chinensis,L.) in ultisols Jatinangor. The treatment combination of NPK Fertilizer 225 kg/ha (0.5625 g/polybag)

and Green Fertilizer Chromolaena odorata 15 ton/ha (37.5 g/poly bag) give the best effect in

ultisols Jatinangor pakcoy plants with total fresh weight of 63.71 g and a weight of 57.54 g fresh consumption.

Key words:Green Fertilizer, NPK Fertilizer, Pakchoy Yield, Ultisols.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk NPK dan pupuk hijau terhadap kandungan pH, P-tersedia, serapan P serta hasil pakcoy (Brassica rapa L.). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai dengan Januari 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 8 kombinasi perlakuan dengan ulangan sebanyak 3 kali.sedang analisis data menggunakan analisis varians dan dilanjutkan dengan uji Duncan pada tingkat signifikasi 5 %.

Hasil percobaan menunjukan pemberian pupuk NPK dan pupuk hijau berpengaruh terhadap pH, P tersedia tanah, serapan P dan hasil pakcoy pada Ultisols Jatinangor. Perlakuan kombinasi pupuk majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan pupuk hijau Chromolaena odorata 15 ton/ha (37,5 g/polibeg) memberikan hasil terbaik tanaman pakcoy pada Ultisols Jatinangor dengan bobot segar total sebesar 63,71 g dan bobot segar konsumsi sebesar 57,54 g.

Kata kunci : hasil pakcoy, pupuk NPK, pupuk hijau, ultisol

PENDAHULUAN

(12)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

3

2013 meningkat menjadi 583.770 ton, sehingga perlu dilakukan peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Di daerah tropis pakchoy dapat tumbuh sepanjang tahun.Negara Indonesia tergolong daerah tropis yang didominasi oleh Ultisol yang relatif kurang subur, dengan permasalahan pencucian hara yang intensif, miskin unsur hara, serta reaksi tanah yang masam.Masalah penting yang terdapat di Ultisol adalah ketersediaan P yang rendah karena difiksasi oleh Al, Fe, atau Mn (Munir, 1996).Salah satu usaha untuk meningkatkan kesuburan Ultisol adalah dengan pemupukan.DiIndonesia, sebagian besar petani masih mengandalkan menggunakan anorganik.Pemberian pupuk anorganik sebaiknya diimbangi dengan pemberian bahan organik.Pemberian bahan organik akan mendorong terjadinya perbaikan kesuburan tanah, baik kesuburan fisik, kimia maupun biologi tanah sehingga akan mampu memperbaiki pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Magdalena et. al, 2013).

Salah satu jenis pupuk yang dapat digunakan adalah pupuk hijau.Pupuk hijau dapat diaplikasikan langsung dengan dibenamkan saat masih hijau atau dengan dikomposkan (Rachman, 2007).Pupuk hijau yang digunakan dalam penelitian ini adalah paitan (Tithonia diversifolia) dan kirinyuh (Chromolaena odorata).Biomassa tithonia sangat tinggi mengandung nutrisi sebagai berikut: 3.5% N, 0.37% P and 4.1% K (Jama, B. et. al, 2000) sehingga aplikasi Tithonia diversifolia dapat meningkatkan kandungan N, P, dan K tanah. Chromolaena odorata juga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan organik.Chromolaena memiliki kandungan 2.65% N dan 1.90% K sehingga chromolaenajuga dapat dijadikan salah satu sumber pupuk hijau.(Setyowati et. al, 2008).

Berdasarkan uraian di atas diharapkan pemberian pupuk majemuk NPK dan pupuk hijau dapat berpengaruh terhadap pH, P-tersedia, serapan P dan hasil pakcoy pada Ultisols Jatinangor.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran di Ciparanje, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan Januari 2017.Tanah yang digunakan adalah Ultisol asal Jatinangor, kabupaten Sumedang propinsi Jawa Barat.

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok sederhana yang terdiri dari delapan perlakuan yang diulang sebanyak empat kali.Jumlah polibeg percobaan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 polibeg percobaan.

Perlakuan yang diaplikasikan yaitu kombinasi NPK majemuk serta pupuk hijau yang terdiri dari 8 kombinasi dan diulang sebanyak tiga kali, yaitu :

A = Tanpa pupuk (kontrol)

B = Pupuk majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg)

C = Pupuk majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan Pupuk Hijau Tithonia diversifolia 10 ton/ha (25 g/polibeg)

D = Pupuk majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan Pupuk Hijau Tithonia diversifolia 15 ton/ha (37,5 g/polibeg)

E = Pupuk majemuk NPK 150 kg/ha (0,375 g/polibeg) dan Pupuk Hijau Tithonia diversifolia 20 ton/ha (50 g/polibeg)

F = Pupuk majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan Pupuk Hijau Chromolaena odorata 10 ton/ha (25 g/polibeg)

G = Pupuk majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan Pupuk Hijau Chromolaena odorata 15 ton/ha (37,5 g/polibeg)

(13)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

4

Analisis data percobaan dengan menggunakan metode linear Rancangan Acak Kelompok dan disusun analisis sidik ragam Rancangan Acak Kelompoknya kemudian, pengujian perbedaan pengaruh rata-rata perlakuan dilakukan dengan analisis ragam. Apabila dengan analisis ragam terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut jarak berganda Duncan pada taraf 5%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kemasaman Tanah (pH)

Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan kombinasi pupuk majemuk NPK dan pupuk hijau berpengaruh nyata terhadap nilai pH tanah dengan kisaran pH agak masam. Rata-rata nilai pH tanah dapat dilihat pada Tabel 1 di halaman berikut. Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 1 terlihat terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan G yaitu pupuk majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan pupuk hijau Chromolaena odorata 15 ton/ha (37,5 g/polibeg dengan perlakuan B, D, dan F.Pemberian pupuk majemuk NPK dapat menyebabkan pH tanah menurun. Pupuk majemuk NPK dapat menurunkan pH tanah karena pupuk majemuk NPK mengandung sulfur dan amonium yang akan terhidrolisis menghasilkan ion H+ yang menyebabkan pH tanah

menurun (Starast et al, 2003).

Tabel 1. pH Tanah dengan Perlakuan Kombinasi Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Hijau

Perlakuan pH H2O

A = Kontrol (Tanpa pupuk) 5,97 ab

B = Pupuk Majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) 5,64 a

C = Pupuk Majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Tithonia diversifolia 10 ton/ha (25 g/polibeg) 5,93 ab D = Pupuk Majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Tithonia diversifolia 15 ton/ha (37,5 g/polibeg) 5,74 a E = Pupuk Majemuk NPK 150 kg/ha (0,375 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Tithonia diversifolia 20 ton/ha (50 g/polibeg) 5,85 ab F = Pupuk Majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Chromolaena odorata 10 ton/ha (25 g/polibeg) 5,79 a G = Pupuk Majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Chromolaena odorata 15 ton/ha (37,5 g/polibeg) 6,19 b H = Pupuk Majemuk NPK 150 kg/ha (0,375 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Chromolaena odorata 20 ton/ha (50 g/polibeg) 5,97 ab Keterangan : huruf yang sama menunjukkan hasil uji jarak berganda Duncan 5% yangtidak

berbeda nyata.

Selain itu, penurunan nilai pH dapat terjadi akibat dari penambahan bahan organik.Hal ini sejalan dengan pendapat Suntoro (2003) bahwa penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau malah menurunkan pH tanah, tergantung pada jenis bahan organik yang ditambahkan.

(14)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

5

organik tersebut dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga dapat mengurangi kemasaman tanah. Dilaporkan bahwa penambahan bahan organik pada tanah masam, antara lain Inseptisol, Ultisol dan Andisol mampu meningkatkan pH tanah dan mampu menurunkan Al tertukar tanah (Suntoro, 2001).

P-Tersedia Tanah

Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 2, terlihat bahwa P-tersedia tertinggi dicapai pada perlakuan F yaitu pupuk majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan pupuk hijau Chromolaena odorata 10 ton/ha (25 g/polibeg)yakni sebesar 8,15 mg/kg namun perlakuan tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan C yaitu pupuk majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan pupuk hijau Tithonia diversifolia 10 ton/ha (25 g/polibeg) dan H yaitu pupuk majemuk NPK 150 kg/ha (0,375 g/polibeg) dan pupuk hijau Chromolaena odorata 20 ton/ha (50 g/polibeg). Hal ini disebabkan penambahan pupuk hijau chromolaena dapat mengkhelat Mn yang mengikat P sehingga P masuk ke larutan menjadi P-tersedia pada tanah.P-tersedia yang terkandung pada perlakuan F ini dikarenakan pada pupuk hijau chromolaena mengandung bahan organik dan P-tersedia cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan unsur hara bagi tanaman.

Perlakuan A (kontrol) memiliki nilai P-tersedia terendah yaitu sebesar 3,44 mg/kg namun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan B yaitu pupuk majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg). Hal ini disebabkan karena pada perlakuan A (kontrol) tidak diberikan pupuk majemuk NPK dan pupuk hijau sehingga P masih diikat oleh Mn dan P-tersedia dalam tanah masih sedikit atau belum tersedia.Ernita (2004) menyatakan bahwa permasalahan utama fosfor adalah ketersediaannya yang rendah bagi tanaman karena adanya fiksasi ion penjerap P di dalam tanah seperti Al3+, Fe2+,

dan Mn2+.Pada kondisi pH masam, beberapa unsur seperti Fe dan Al dapat mengubah fosfor

menjadi tidak tersedia bagi tanaman (Iman, 2012).

Tabel 2. Pengaruh Macam Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Hijau Terhadap P Tersedia

Perlakuan P-Tersedia (mg/kg)

A = Kontrol (Tanpa pupuk) 3,44 a

B = Pupuk Majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) 4,41 ab

C = Pupuk Majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan Pupuk Hijau

Tithonia diversifolia 10 ton/ha (25 g/polibeg) 7,22 d

D = Pupuk Majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Tithonia diversifolia 15 ton/ha (37,5 g/polibeg) 6,24 c E = Pupuk Majemuk NPK 150 kg/ha (0,375 g/polibeg) dan Pupuk Hijau

Tithonia diversifolia 20 ton/ha (50 g/polibeg) 5,76 c

F = Pupuk Majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan Pupuk Hijau

Chromolaena odorata 10 ton/ha (25 g/polibeg) 8,15 d

G = Pupuk Majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan Pupuk Hijau

Chromolaena odorata 15 ton/ha (37,5 g/polibeg) 5,28 bc

H = Pupuk Majemuk NPK 150 kg/ha (0,375 g/polibeg) dan Pupuk Hijau

Chromolaena odorata 20 ton/ha (50 g/polibeg) 7,51d

Keterangan: huruf yang sama menunjukkan hasil uji jarak berganda Duncan 5% yang tidak berbeda nyata.

(15)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

6

Al(Fe)(H2O2)3-(OH)2H2PO4+Khelat → PO42-(larut)+Kompleks Al-Fe-Khelat.

Kandungan Mn pada Ultisols Jatinangor lebih tinggi jika dibandingkan dengan unsur Fe.Kandungan Mn yang tinggi ini menyebabkan pengikatan P oleh Mn lebih besar jika dibandingkan dengan Fe. Reaksi yang terbentuk oleh ikatan ini adalah Mn(OH)2H2PO4- yang sukar larut dalam air. Bahan organik yang diberikan dapat menghasilkan asam-asam organik sehingga P dapat terlepas oleh ion logam Mn dan akibatnya dapat meningkatkan pH tanah.

Peningkatan P-tersedia terjadi diduga akibat dari unsur P dari pupuk majemuk NPK tersedia lebih cepat, sehingga dapat diserap oleh tanaman. Pupuk majemuk NPK mengandung unsur P dalam bentuk P2O5 sebanyak 7% yang tersedia, sehingga penambahan pupuk P akan menambah jumlah P tersedia di dalam tanah. Peningkatan P-tersedia tanah diakibatkan oleh pemberian pupuk P yang kelarutannya lambat sehingga sampai saat panen ketersediannya masih tetap tinggi.(Dharmayanti et al., 2013).Peningkatan P-tersedia ini juga disebabkan oleh pemberian pupuk hijau. Diketahui, Tithonia diversifolia mengandung fosfor 0,27-0,38% P, sedangkan Chromolaena odorata mengandung 0,53 % P (Suntoro, et. al, 2001). Kedua pupuk hijau ini dapat meningkatkan unsur hara P yang ada di dalam tanah dan memberikan pengaruh yang nyata terhadap P-tersedia. Peningkatan P-tersedia dalam Ultisols disebabkan pengaruh langsung dari pemupukan P, dengan semakin besar dosis pupuk majemuk NPK dan bahan organik yang diberikan maka akan semakin besar pula kandungan P dalam tanah.

Serapan P Tanaman

Hasil statistik menunjukkan kombinasi berbagai pupuk majemuk NPK dan macam pupuk hijau memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap serapan P pada tanaman pakcoy (Tabel 3). Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 3, serapan P tertinggi terdapat pada perlakuan F yaitu pupuk majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan pupuk hijau Chromolaena odorata 10 ton/ha (25 g/polibeg) sebesar 16,48 mg/tanaman namun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C dan G.

Tabel 3. Pengaruh Macam Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Hijau Terhadap Serapan P Tanaman.

Perlakuan Serapan P

(mg/tanaman)

A = Kontrol (Tanpa pupuk) 2,37 a

B = Pupuk Majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) 10,35 c

C = Pupuk Majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Tithonia diversifolia 10 ton/ha (25 g/polibeg) 14,60 d D = Pupuk Majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Tithonia diversifolia 15 ton/ha (37,5 g/polibeg) 10,45 c E = Pupuk Majemuk NPK 150 kg/ha (0,375 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Tithonia diversifolia 20 ton/ha (50 g/polibeg) 5,17 b F = Pupuk Majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Chromolaena odorata 10 ton/ha (25 g/polibeg) 16,48 d G = Pupuk Majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Chromolaena odorata 15 ton/ha (37,5 g/polibeg) 15,37 d H = Pupuk Majemuk NPK 150 kg/ha (0,375 g/polibeg) dan Pupuk

Hijau Chromolaena odorata 20 ton/ha (50 g/polibeg) 4,70 b Keterangan : huruf yang sama menunjukkan hasil uji jarak berganda Duncan 5% yang tidak

(16)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

7

Peningkatan serapan P yang dicapai pada perlakuan C, G, dan F dikarenakan akibat dari penambahan pupuk hijau tithonia dan chromolaena serta pupuk majemuk NPK yang dapat meningkatkan unsur hara dalam tanah sehingga serapan P menjadi meningkat. Pupuk hijau tithonia mengandung 0,27-0,38% P, sedangkan Chromolaena odorata mengandung 0,53 % P (Suntoro, et. al., 2001) sehingga kedua pupuk tersebut dapat dijadikan sebagai sumber P bagi tanaman.

Perlakuan A (konrol) memiliki nilai serapan P terendah sebesar 2,37 mg/tanaman dan berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hal ini disebabkan pada perlakuan A tidak diberikan pupuk majemuk NPK maupun pupuk hijau sehingga tidak ada penyuplai unsur hara yang terkandung di tanah sehingga serapan P menjadi rendah.Poerwowidodo (1993) menyatakan bahwa penyerapan P dipengaruhi beberapa faktor seperti pH tanah, kandungan bahan organik, kandungan liat, temperatur tanah, dan tata udara tanah.Pentingnya unsur P pada tanaman sebagai unsur hara essensial memiliki fungsi sebagai pemindah energi (ATP dan ADP) sampai segi-segi gen (koenzim DNA) yang tidak dapat digantikan hara lain (Poerwowidodo, 1993).

Hasil Tanaman Pakcoy

Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian dosis pupuk majemuk NPK dan pupuk hijau berpengaruh terhadap hasil tanaman pakcoy kemudian dilakukan uji lanjut Duncan (Lampiran 19) seperti disajikan pada Tabel 4.

Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 4, setiap perlakuan dapat meningkatkan bobot segar total tanaman maupun bobot segar konsumsi tanaman pakcoy kecuali pada perlakuan E yaitu pupuk majemuk NPK 150 kg/ha (0,375 g/polibeg) dan pupuk hijau Tithonia diversifolia 20 ton/ha (50 g/polibeg). Secara analisis statistik (Lampiran 18 dan 19), tidak diperoleh perlakuan tertinggi kombinasi pupuk majemuk NPK dan pupuk hijau yang memberikan hasil pakcoy. Pemberian pupuk majemuk NPK dapat berpengaruh baik terhadap peningkatan kandungan hara tanah dan hasil bobot segar tanaman karena N, P dan K adalah unsur hara makro utama untuk membentuk sel dan jaringan (Sutejo, 2002). Kombinasi pupuk majemuk NPK dan pupuk hijau menghasilkan sinergisme yang menyebabkan peningkatan hasil tanaman pakcoy dibandingkan perlakuan kontrol.

Bobot segar konsumsi tertinggi terdapat pada perlakuan F yaitu pupuk majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan pupuk hijau Chromolaena odorata 10 ton/ha (25 g/polibeg) sebesar 70,29 gram. Namun, hasil ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, C, dan G. Hal ini dikarenakan Chromolaena odorata memiliki kandungan N lebih tinggi dibandingkan dengan Tithonia diversifolia.

(17)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

8

Tabel 4. Pengaruh Kombinasi Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Hijau pada Ultisols Jatinangor terhadap Bobot Basah Tanaman Pakcoy dan Bobot Segar Konsumsi Pakcoy

C = Pupuk Majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan Pupuk Hijau Tithonia diversifolia 10 ton/ha (25 g/polibeg)

60,52 c 52,55 bc

D = Pupuk Majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625

g/polibeg) dan Pupuk Hijau Tithonia diversifolia 15 ton/ha (37,5 g/polibeg)

47,31 b 45,65 b

E = Pupuk Majemuk NPK 150 kg/ha (0,375 g/polibeg) dan Pupuk Hijau Tithonia diversifolia 20 ton/ha (50 g/polibeg)

27,23 a 25,5 a

F = Pupuk Majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan Pupuk Hijau Chromolaena odorata 10 ton/ha (25 g/polibeg)

66,75 c 64,36 d

G = Pupuk Majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan Pupuk Hijau Chromolaena odorata 15 ton/ha (37,5 g/polibeg)

63,71 c 57,54 cd

H = Pupuk Majemuk NPK 150 kg/ha (0,375 g/polibeg) dan Pupuk Hijau Chromolaena odorata 20 ton/ha (50 g/polibeg)

47,32 b 47,25 b

Keterangan : huruf yang sama menunjukkan hasil uji jarak berganda Duncan 5% yang tidak berbeda nyata.

Disimpulkan bahwa perlakuan yang paling efisien dalam meningkatkan hasil tanaman pakcoy adalah perlakuan G yaitu pupuk majemuk NPK 225 kg/ha (0,5625 g/polibeg) dan pupuk hijau Chromolaena odorata 15 ton/ha (37,5 g/polibeg) sebesar 57,54 g karena hasil bobot segar konsumsinya tidak berbeda nyata dengan perlakuan F yaitu pupuk majemuk NPK 300 kg/ha (0,75 g/polibeg) dan pupuk hijau Chromolaena odorata 10 ton/ha (25 g/polibeg) sebesar 64,36 g.

KESIMPULAN

(18)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

9

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2014. Statistik Indonesia. Badan pusat Statistik , Jakarta. Online ; http//www.bps.go.id (Diakses tanggal 20 Februari 2017).

Dharmayanti N.K. S.,, A.A. Nyoman dan I Dewa M. A. 2013. Pengaruh Pemberian Biourine dan Dosis Pupuk Anorganik (N,P,K) Terhadap Beberapa Sifat KimiaTanah Pegok dan Hasil Tanaman Bayam (Amaranthus sp.). Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Bali. JurnalAgroekoteknologi Tropika Vol. 2 hal.165-174.

Hakim, N. 2005.Pengelolaan Kesuburan Tanah Masam dengan Teknologi PengapuranTerpadu. Andalas University Press, Padang.

Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Jama, B., Palm, C.A., Buresh, R.J. A. Niang, C. Gachengo, G. Nziguheba, B. Amadalo. 2000. Tithonia diversifolia as a green manure for soil fertility improvement in

western Kenya. Agroforestry Systems.Vol. 49. No. 201-221.

Magdalena, F., Sudiarso, dan Titin Sumarni.2013. Penggunaan Pupuk Kandang danPupuk Hjau Crotalaria juncea L. Untuk Mengurangi Penggunaan Pupuk Anorganik Pada Tanaman Jagung (Zea mays L.).Jurnal Produksi Tanaman Vol.1 No.2.

Munir, M. 1996. Tanah Utama Indonesia. Dunia Pustaka Jaya. Jakarta.

Poerwowidodo, M. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa Bandung.

Rachman, Achmad, dkk. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Hal 41-54. Balai BesarPenelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.http//balittanah.litbang.deptan.go.id. [2 Februari 2016].

Setyowati, N., Uswatun N, dan Devi Haryanti. 2008. Gulma Tusuk Konde (Wedelia trilobata) dan Kirinyu (Chlomolaena odorata) Sebagai Pupuk Organik Pada Sawi(Brassica chinensis L.). Jurnal Akta Agrosia Vol. 11 No.1

Starast, M., K. Karp, U. Moor, E. Vool and T. Paal.2003. Effect Of Fertilization on Soil pH and Growth of LowBush Blueberry (Vaccinium angustifoliumAit). Estonian Agricultural University, Tartu.

Suntoro,2003.Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Suntoro, 2001. Pengaruh Residu Penggunaan Bahan Organik, Dolomit dan KCl padaTanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae. L.) pada Oxic Dystrudept di Jumapolo,Karanganyar, Habitat, 12(3) 170-177.

(19)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

10

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK P-ALAM PADA TANAH INCEPTISOL TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG

The Effect of P-Natural Fertilizer on The Soil Inceptisol to Enhancement The Produtivity of Maize

Tia Rostaman dan Antonius Kasno

Balai Penelitian Tanah, Jl. Tentara Pelajar, 12A, Cimanggu, Bogor Email: [email protected]

ABSTRACT

The essential nutrient in plant growth is nutrient P. P content is widely available at natural phosphate fertilizer which is a source of nutrient P which has advantages over other sources. Research aims at studying the effect of P-Natural fertilizer on the productivity of maize. Research carried out on Inceptisol dry land belonging farmers in Darmaga-Bogor, West Java. Research held in February to the month of June 2013. Experiment using a randomized design, with 8 treatments and replications, treatment consist of 5 doses of P fertilizer, fertilizer tested is P-Natural. As a standard fertilizer used SP-36 and P-Nature Tunisia with a dose of 40kg P/ha. P fertilizer doses tested were : 0, 10, 20, 40, 60 and 80 kg P/ha. Besides fertilizer P as treatment, each experiment plot plus 2 t manure/ha, 400 kg Urea/ha and 150 kg KCL/ha as a basic fertilizer. Plot measuring 5 m x 6 m, BISI 2 varieties used as test plants, at the age of 30 and 60 days after planting, fertilizer P well of P-Natural and fertilizer SP-36 as standard, no effect on plant height. The result showed that fertilization P-Nature with a dose of 10 kg/ha significantly increased dry weight of corn compared to control (without P). Increasing doses higher P fertilization can not improve the dry weight of corn seed fertilization compared with 10 kg/ha. The optimum dosage of fertilizer P-Natural reached at 30 kg P/ha (235 kg P-Natural fertilizer/ha) with maize yields were achieved 6,58 t/ha. P-Natural fertilizers effectively and economically improve corn yields indicated by value RAE > 100 % and B/C >1.

Key words : Productivity of maize, fertilizer doses, fertilizer P-Natural

ABSTRAK

Hara makro yang penting dalam pertumbuhan tanaman adalah hara P.Kandungan P banyak terdapat pada pupuk fosfat alam merupakan sumber hara P yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan sumber P lainnya.Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pupuk P-Alam terhadap produktivitas jagung. Penelitian dilakukan pada lahan kering milik petani pada tanah inceptisol di Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, di laksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2013.

Penelitianmenggunakan Rancangan Acak Kelompok, dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari 5 dosis pupuk P, pupuk P yang diuji adalah P-alam, sebagai pupuk standar digunakan SP-36 dan P-alam Tunisia dengan dosis 40 kg P/ha. Dosis P yang diuji adalah: 0, 10, 20, 40, 60, dan 80 kg P/ha. Perlakuan, setiap petak percobaan ditambah 2 t pupuk kandang/ha, 400 kg Urea/ha dan 150 kg KCl/ha sebagai pupuk dasar. Petakan berukuran 5 m x 6 m, varietas BISI 2 digunakan sebagai tanaman uji. Pada umur 30 dan 60 hari setelah tanam, pemupukanP-alam maupun pupuk SP-36 sebagai standar tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan P-alam dengan dosis 10 kg P/ha nyata meningkatkan bobot kering biji jagung dibandingkan kontrol (tanpa P). Peningkatan dosis pemupukan P yang lebih tinggi tidak dapat meningkatkan bobot kering biji jagung dibandingkan dengan pemupukan 10 kg P/ha. Dosis optimum pupuk P-alam dicapai pada 30 kg P/ha (235 kg pupuk P-alam/ha) dengan hasil jagung yang dicapai 6,58 t/ha.Pupuk P-alam efektif dan ekonomis meningkatkan hasil jagung ditunjukkan dengan nilai RAE > 100% dan B/C > 1.

(20)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

11

PENDAHULUAN

Pemberian pupuk yang tepat merupakan salah satu faktor pendukung dalam meningkatkan produktivitas jagung, baik penggunaan dosis maupun jenisnya. Hal ini mendorong pemerintah untuk mengatur regulasi dan sistem pengawasan pupuk yang beredar sehingga diharapkan terjamin mutu dan kualitas pupuk yang beredar di masyarakat. Salah satu hara makro yang pentingdalam pertumbuhan tanaman adalah hara P. Hara P merupakan hara makro kedua setelah N yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang cukup banyak (A. Kasno et al, 2006). Santoso et al., (2000) telah melakukan penelitian SP-36 pada tanah Typic Dystropept di Desa Pauh Menang, Provinsi Jambi menunjukkan pemberian SP-36 dengan dosis 57 kg P ha-1 dapat meningkatkan hasil jagung 600 %. Salah satu sumber hara P, berasal dari pupuk fosfat alam yaitu memiliki keunggulan dibandingkan dengan sumber P lainnya, misalnya TSP atau SP-36, dikarenaharga per unit P2O5 lebih murah, sesuai untuk tanah masam, melepas P secarabertahap

(slow release), mempunyai pengaruh residu lebih lama, dan ramah lingkungan. Dengan sifat P-alam yang lambat tersedia, fiksasi P oleh Al dan Fe-hidroksida menjadi kecil terutama pada tanah-tanah bereaksi masam, sehingga efisiensi penggunaan pupuk lebih tinggi dan cocok untuk tanaman berumur panjang. Pupuk P-alam mengandung hara Ca yang cukup tinggi yang dapat menetralkan pengaruh Al. Kelarutan hara P dari P-alam terbesar pada tanah dengan pH 5,8 disusul pada pH 7,8 dan 8,75 (Selvi et al., 2004). Oleh karena itu prospek penggunaan pupuk P-alam cukup baik untuk mendorong pembangunan pertanian yang kompetitif terutama pada tanah masam seperti Ultisols, Oxisols dan Inceptisols.

Kualitas pupuk fosfat alam dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat mineralogi, kelarutan, besarbutir, kadar karbonat bebas, kadar P2O5 total dan larut dalam asam sitrat 2%.

Efektivitas penggunaan pupuk fosfat alam sangat ditentukan oleh reaktivitas P-alam, ukuran butir, sifat-sifat tanah, waktu dan cara aplikasi, dosis pupuk fosfat, jenis tanaman dan pola tanam (Lehr dan Mc Cleallan, 1972; Chien, 1996), curah hujan (FAO, 2004), grade P-alam, kesesuaaian manfaat dan reaktivitas (Van Kauwenbergh, 2001). Reaktivitas pupuk P-alam dipengaruhi oleh subtitusi fosfat oleh karbonat, rock fosfat yang reaktif mempunyai perbandingan PO4:CO3 antara

3,5-5.

Pupuk P-alam sesuai digunakan pada tanah-tanah yang bersifat masam, seperti Ultisol dan Oxisol. Penelitian efektivitas dan residu pupuk fosfatalam padatanah Ultisols di Terbanggi menunjukkan bahwa pupuk P-alam Christmas dengankadarseskuoksida Fe2O3dan Al2O3sebesar

2,5 dan 3,1% memberikan efektivitas yang sama dengan TSP. Pemberian 80 kg P/ha/tahun sekaligus saat tanam nyata lebih baik daripada pemberian dua kali. Demikian juga fosfat alam Tunisia memberikan efektivitas yang sebanding dengan TSP terhadap tanaman padi dan kedelai pada tanah Ultisols di Rangkasbitung (Hartatik dan Sri Adiningsih, 1989). Moersidi (1999) melaporkan penggunaan fosfat alam pada tanah miskin P dan mempunyai pH <5 pada tanaman pangan memberikan respon sama dengan penggunaan TSP.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan hasil tanaman jagung dengan pemberian pupuk P-alam.

MATERI DAN METODE

(21)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

12

Tabel 1. Perlakuan dan dosis pupuk P-alam untuk tanaman jagung di Dramaga, Bogor

Perlakuan Urea P KCl Pupuk

Hasil Analisis Pupuk P-alam yang digunakan mengandung hara P2O5 total cukup tinggi, yaitu

29,20%, kadar P2O5 terlarut dalam asam sitrat 2% adalah 9,14% dan kadar air 1,61%. Kehalusan

pupuk P-alam 80% lolos pada saringan 80 mesh dan 100% lolos pada saringan 25 mesh. Kadar Cd, Pb, As, dan Hg dibawah batas ambang yang diperbolehkan. Berdasarkan syarat mutu pupuk fosfat alam untuk pertanian (SNI 02-3776-2005).

Petak perlakuan berukuran 5 m x 6 m, sebanyak 8 perlakuan dan 3 ulangan.Saluran antarperlakuan dibuat dengan prinsip untuk menghindari kontaminasi pupuk antarpetak perlakuan. Jagung varietas BISI 2 digunakan sebagai tanaman uji. Benih jagung ditanam ditanam dengan jarak tanam 75 cm x 25 cm, dengan dua tanaman per lubang. Jagung yang sudah tumbuh dipelihara sampai panen dengan dua tanaman per rumpun.

Pengamatan pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman jagung pada umur 1 dan 2 bulan setelah tanam, serta menjelang panen. Contoh tanaman yang diamati 10 tanaman secara acak di dalam petakan termasuk dalam petak panen. Tinggi tanaman jagung diukur dari pangkal batang atau permukaan tanah sampai bagian tanaman tertinggi. Panen dilakukan pada luas ubinan 3 m x 4 m. Hasil panen yang diamati meliputi berat tanaman kering, berat biji kering ubinan dan dikonversi ke dalam t/ha.

Contoh tanah sebelum diberi perlakuan diambil di setiap ulangan, setiap petak/perlakuan diambil 2 titik anak contoh dengan kedalaman 0-20 cm (lapisan olah) sehingga diperoleh 16 anak contoh, digabungkan, diaduk sampai rata kemudian diambil + 1 kg. Kemudian contoh tanah dari ketiga ulangan digabungkandandicampursampai rata dandiambilcontoh 1 kg. Contoh tanah dianalisis tekstur pasir, debu, dan liat, pH, C-Organik, N-Total, PengekstrakHCl 25% dan Bray 1, K terekstak HCl 25 %, Ca, Mg, K, Na dan KTK terekstrak NH4OAC 1 N pH 7 yang ditetapkan

berdasarkan Eviati dan Sulaeman (2009).

Contoh tanaman diambil pada saat panen secara acak pada masing-masing ubinan per perlakuan, kemudian dimasukkan dalam kantong kertas (yang sudah dilubangi kecil-kecil) diberi label yang memuat namapercobaan, ulangan, perlakuan dan tanggal pengambilan. Dikeringkan di bawah sinar matahari sampai kering atau oven (suhu 70oC) selama 24 jam. Kemudian segera

digiling sampai halus dan dianalisis hara P total cara pengabuan basah dengan HNO3 dan HClO4

(Eviati dan Sulaeman, 2009)

Data pengamatan tinggi tanaman, bobot kering tanaman dan biji jagung, serta analisis tanah dianalisis statistik dengan program IRRISTAT/SPSS. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan analisis dengan tingkat ketelitian 5 % berdasarkan Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Untuk membandingkan efektivitas pupuk alternatif digunakan perhitungan Relative Agronomic Effectiveness (RAE) masing-masing pupuk yang diuji terhadap pupuk standar. RAE dihitung menurut (Machay et al., 1984, Chien, 1996).

Hasil pada pupuk yang diuji – hasil pada kontrol

RAE = ______________________________________ x 100%

(22)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

13

Analisa usahatani jagung dihitung dengan menghitung nilai B/C ratio. Analisa usahatani berupa analisis B/C ratio bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan dengan membagi hasil dalam rupiah (output) dengan biaya produksi yang digunakan (input). Hasil usahatani dikatakan menguntungkan apabila output lebih besar daripada input atau nilai B/C ratio lebih besar daripada satu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis tanah sebelum percobaan pemupukan P-Alam disajikan pada tabel 2. Tanah percobaan bertekstur liat, bersifat masam (pH 4,8). pH larut dalam air lebih tinggi daripada pH larut dalam 1 N KCl, data ini menunjukkan bahwa tanah yang digunakan bermuatan negatif sehingga tanah dapat memegang hara kation yang ditambahkan melalui pupuk maupun yang ada dalam tanah.

Kandungan C-organik dan N-total sedang, kandungan P potensial terekstrak HCl 25% tinggi, dan kandungan K rendah. KTK tanah tinggi, dan kejenuhan basa 39%, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kation dalam tanah adalah kation bersifat asam. Batas rendah kejenuhan Al untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah <30% (Dierolf et al., 2000). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanah yang digunakan mempunyai tingkat kesuburan tanah yang sedang.

Pengaruh pemupukan P-alam terhadap tinggi tanaman jagung umur 30 dan 60 hari setelah tanam serta menjelang panen di Darmaga disajikan pada Tabel 3. Pada umur 30 dan 60 hari setelah tanam, pemupukan P baik dari P-alam, P-alam Tunisia maupun pupuk SP-36 sebagai standar tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan kontrol dan pemupukan P, Berdasarkan penelitian A. Kasno et al, 2006.,di daerah Cibatok, Bogor pada MK 2004, Peningkatan dosis pupuk P dari 20 menjadi 80 kg.ha-1 tidak meningkatkan tinggi tanaman jagung. Peningkatan dosis pupuk P berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung.

Pada saat menjelang panen pemupukan P belum konsisten berpengaruh terhadap peningkatan tinggi tanaman. Pemupukan P-alam dengan dosis 10 kg P/ha nyata meningkatkan tinggi tanaman, sedangkan pemupukan dengan dosis P yang lebih tinggi tidak meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan kontrol. Demikian juga pemupukan P yang berasal dari pupuk SP-36 dan P-alam Tunisia tidak dapat meningkatkan tinggi tanaman sampai menjelang panen.

Tabel 2. Hasil analisis tanah inceptisols pada percobaan pemupukan P-alam tanaman jagung di Dramaga, Bogor.

Sifat Tanah Satuan Nilai Harkat

(23)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

14

Tabel 3. Tinggi Tanaman jagung pada umur 30 dan 60 hari setelah tanam serta menjelang panen dengan pemupukan P-alam di Darmaga

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) pada umur

30 HST 60 HST Menjelang

panen

Kontrol (-P) 0 68,7 a* 235,6 a 246,5 b

P-alam 10 74,4 a 245,8 a 256,3 a

P-alam 20 69,6 a 239,0 a 248,6 ab

P-alam 40 67,3 a 230,8 a 246,4 b

P-alam 60 68,5 a 235,0 a 248,4 ab

P-alam 80 66,3 a 235,7 a 247,4 b

SP-36 40 67,6 a 239,2 a 251,8 ab

P-alam Tunisia 40 66,7 a 234,5 247,8 ab

Keterangan: * Angka dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda berdasarkan DMRT pada taraf 5%, HST = Hari Setelah Tanam

Pengaruh pemupukan P-alam terhadap bobot biji jagung dan tanaman kering disajikan pada Tabel 4. Pemupukan alamnyata meningkatkan bobot biji dan tanaman kering. Pemupukan P-alam dengan dosis 10 kg P/ha nyata meingkatkan bobot kering biji jagung dibandingkan kontrol (tanpa P). Peningkatan dosis pemupukan P yang lebih tinggi tidak dapat meningkatkan bobot kering biji jagung dibandingkan dengan pemupukan 10 kg P/ha.

Tabel 4. Bobot kering biji jagung dan tanaman pada pemupukan P-alam di Darmaga

Perlakuan Bobot kering biji Bobot kering tanaman

...t/ha ...

Kontrol (-P) 0 4,31 c 6,55 b*

P-alam 10 6,15 ab 8,26 ab

P-alam20 6,58 ab 7,35 ab

P-alam 40 6,03 abc 8,39 ab

P-alam 60 5,76 abc 8,00 ab

P-alam 80 7,33 a 9,78 a

SP-36 40 5,35 bc 8,04 ab

P-alam Tunisia 40 6,81 ab 7,09 b

Keterangan: * Angka dalam kolom yang diikuti dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda berdasarkan DMRT pada taraf 5%

Pemupukan P-alam dengan dosis 80 kg P/ha nyata meningkatkan bobot kering tanaman dibandingkan kontrol. Bobot kering tanaman pada dosis pemupukan P yang sama pada pupuk P-alam sama dengan pada pemupukan SP-36. Hal ini menunjukkan bahwa pupuk P-P-alam efektif untuk hasil jagung.

Pada dosis setara 40 kg P/ha bobot kering biji jagung pada pemupukan P-alam dan P-alam Tunisia tidak berbeda nyata, namun lebih tinggi dibandingkan dengan pemupukan SP-36. Dengan demikian dapat disampaikan bahwa pupuk P-alam efektif digunakan untuk pemupukan tanaman jagung.

(24)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

15

Gambar 1. Hubungan antara dosis pupuk P-alam dan bobot biji jagung kering pada tanah inceptisol, Dramaga, Bogor.

Berdasarkan turunan persamaan kuadratik dari Gambar 1 diketahui bahwa dosis maksimum pupuk P-alam adalah 77 kg P/ha dan bobot kering biji jagung maksimum yang dicapai adalah 7,32 t/ha. Sedang berdasarkan Linier Plato diketahui bahwa dosis optimum pupuk P-alam Premium Ikan Paus adalah 30 kg P/ha dengan hasil yang diperoleh 6,58 t/ha.

Nilai RAE pupuk P-alam terhadap bobot kering biji jagung disajikan pada Tabel 5. Nilai RAE tertinggi dicapai pada dosis 80 kg P/ha. Nilai RAE semua dosis pupuk P-alam CIRP Premium Ikan Paus yang digunakan > 100%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk P-alam CIRP Premium Ikan Paus efektif digunakan untuk usahatani jagung.

Tabel 5. Nilai RAE pupuk P-alam CIRP Premium Ikan Paus terhadap bobot kering biji jagung pada MK. 2013 di Darmaga

Keterangan: RAE = Relative Agronomic Effectiveness

Hammond dan Leon (1983) dalam FAO (2004) membagi nilai RAE menjadi 4, yaitu tinggi (> 90%), sedang (70-90%), rendah (30-70%) dan sangat rendah (< 30%). Nilai RAE pupuk P-alam termasuk tinggi.

Analisis usahatani sederhana dilakukan dengan menghitung besarnya biaya (tenaga kerja, benih, dan pupuk) dan besarnya hasil dalam rupiah. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan harga di tingkat petani pada saat penelitian dilaksanakan, dengan perincian harga benih Rp 289.000/5 kg, pupuk urea Rp 85.000 per karung (50 kg), SP-36 Rp 110.000 per karung (50 kg) dan KCl Rp 400.000 per karung (50 kg), sedangkan harga pupuk P-alam CIRP Premium Ikan Paus ditetapkan sebesar Rp 1.900/kg. Harga jagung pipilan kering di tingkat petani Rp 2.500/kg. Perhitungan hasil usaha tani jagung dengan menggunakan pupuk P-alam di Dramaga,

y = -0.0004x2+ 0.0617x + 4.9382

(25)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

16

Bogordisajikan pada Tabel 6. Usahatani jagung dengan menggunakan pupuk P-alam menguntungkan, hal ini ditunjukkan oleh nilai B/C > 1. Keuntungan tertinggi dicapai pada pemupukan P-alam dengan dosis 20 kg P/ha. Nilai B/C usahatani jagung dengan menggunakan pupuk P-alam lebih besar daripada penggunaan pupuk SP-36 dan hampir sama dengan P-alam Tunisia.

Tabel 6. Analisis usahatani jagung dengan pemupukan P-alam di Daerah Bogor, MK. 2013

Perlakuan

Pengeluaran

Total

Input Output B/C Tenaga kerja Benih Pupuk

……… Rp ………

Kontrol (-P) 0 3.250.000 1.445.000 2.000.000 6.695.000 10.775.000 1,61

P-alam 10 3.250.000 1.445.000 2.148.960 6.843.960 15.375.000 2,25

P-alam 20 3.250.000 1.445.000 2.298.110 6.993.110 16.450.000 2,35

P-alam 40 3.250.000 1.445.000 2.596.030 7.291.030 15.075.000 2,07

P-alam 60 3.250.000 1.445.000 2.894.140 7.589.140 14.400.000 1,90

P-alam 80 3.250.000 1.445.000 3.192.250 7.887.250 18.325.000 2,32

SP-36 40 3.250.000 1.445.000 2.559.900 7.254.900 13.375.000 1,84

P-alam Tunisia 40 3.250.000 1.445.000 2.586.150 7.281.150 17.025.000 2,34

KESIMPULAN

Pupuk P-alam mengandung hara P2O5 total 29,20% dan P2O5 larut dalam asam sitrat 2% 9,14%

baik digunakan sebagai sumber hara P dalam pemupukan berimbang tanaman jagung. Pemupukan P-alam nyata meningkatkan bobot pipilan kering biji jagung. Dosis optimum pupuk P-alam dicapai pada 30 kg P/ha (235 kg pupuk P-alam/ha) dengan hasil jagung yang dicapai 6,58 t/ha. Pupuk P-alam efektif dan ekonomis meningkatkan hasil jagung ditunjukkan dengan nilai RAE > 100% dan B/C > 1.

DAFTAR PUSTAKA

A. Kasno. 2009. Respon tanaman jagung terhadap pemupukan fosfor pada typic dystrudepts. Jurnal Tanah Tropika., vol 14. No. 2, Hlm 111-118.

A. Kasno., D. Setyorini dan E. Tuherkih. 2006. Pengaruh pemupukan fosfat terhadap produktivitas tanah inceptisol dan ultisol. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Volume 8, No. 2, Hlm. 91-98.

Chien, S. H. 1996. Evalution of Gafsa (Tunisia) and Djebel Onk (Algeria) phosphate rocks and soil testing of phosphate rock for direct application. In Nutrient Management for Sustainable Crop Production in Asia, Bali, Indonesia, 9-12 December 1996, p.175-185. Edited by A.E. Johnston and J.K. Syers.

Dierolf T., T.H. Fairhurst, and E.W. Mutert. 2000. Soil fertility kit: a toolkit for acid upland soil fertility management in Southeast Asia. GTZ, FAO, PT. Katom, PPI, PPIC. Page 131.

(26)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

17

Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2004. Use of phosphate rocks for sustainable agriculture. Fertilizer and Plant Nutrition Bulletin No. 13: 155.

Hartatik, H. dan J. Sri Adiningsih. 1989. Pembandingan efektivitas dan residu sumber pupuk fosfat pada tanah Podsolik Merah Kuning Terbanggi. Risalah Hasil Penelitian Tanah, hal. 185-194. Pusat Penelitian Tanah, Bogor.

Lehr, J.R. and G.H. McCleallan. 1972. A revised laboratory reactivity scale for evaluating phosphate rock for direct application. Bull. 4-43. TVA. Alabama. U.S.A.

Machay, A. D. J. K. Syers. and P.E.H. Gregg. 1984. Ability of chemical extraction procedures to assess the agronomic effectiveness of phosphate rock material. New Zealand Journal of Agricultural Research 27: 219 – 230.

Moersidi, S. 1999. Fosfat alam sebagai bahan baku dan pupuk fosfat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. 82 hal.

Santoso, D., J. Purnomo., I.G. P. Wigena, Sukristiyonubowo dan R.D.B Lefroy. 2000. Management of phosphorus and organic matter on an acid soil in Jambi, Indonesia. J. Tanah Iklim 18 : 64-72.

Selvi. D., S. Mahimairaja, P. Saanthy and B. Rajkannan. 2004. Studies on factors affecting the dissolution of low grade rock phosphates in rice soil. Madres Agric. J. 91(1-3): 109 -112.

Standar Nasional Indonesia. 2005. Pupuk fosfat alam untuk pertanian (SNI 02-3776-2005).

(27)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

18

BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH DAN HASIL KEDELAI

(

Glycine max

(L.) Merill) KULTIVAR EDAMAME

AKIBAT PEMBERIAN PUPUK ANORGANIK DAN VERMIKOMPOS PADA

INCEPTISOLS

Some soil chemical properties and yield of Edamame Soybean (Glycine max (L.)

Merill) due to applications of anorganic fertilizer and vermicompost on Inceptisols

Yuniarti A1, Emma Trinurani S1, dan Karina2 1Staf pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran

2Alumni Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Jatinangor Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363

Email: [email protected]

ABSTRACT

Inceptisols is the type of soil in Indonesia that has low fertility. It is necessary to improve the soil fertility through the use of fertilizers and organic matter to raise the quality of Inceptisols. The objectives were to determine the effect of anorganicfertilizer and vermicompost toward some soil chemical properties and yield of Edamame soybean on Inceptisols. The experiment was carried out from March to June 2016 at Ciparanje Experimental Farm, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang at an altitude about ± 765 meters above sea level. The experiment was conducted using the Randomized Blocked Design (RBD) consisted of eight treatments and three replications. The treatments were: control (no treatment), ½, 1, and 1 ½ dose recommendation of anorganicfertilizer (Urea 100 kg ha-1 + SP-36 150 kg ha-1 + KCl 125 kg ha -1), also, 5 and 10 t ha-1 vermicompost. The experimental results showed that combination

treatment of anorganic fertilizer and vermicompost significantly increased Organic-C, Total N, C/N and yeild of Edamame soybean. The combination of 1 dose recommendation of anorganic fertilizer ha-1and5 t ha-1 vermicompost ha-1 gives the best result that produce 116,5 g plant (10,4 t

/h)yeild of Edamame soybean.

Keywords: anorganic Fertilizer, Edamame Soybean, Inceptisols, Vermicompost.

ABSTRAK

Inceptisols merupakan ordo tanah di Indonesia yang tingkat kesuburannya rendah. Perbaikan tanah perlu dilakukan melalui penggunaan pupuk anorganik danorganik untuk meningkatkan kualitas tanah Inceptisol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi pupuk anorganik dengan vermikompos terhadap beberapa sifat kimia tanah dan hasil kedelai Edamame pada Inceptisols. Percobaan ini dilakukan dari bulan Maret hingga Juni 2016 di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang dengan ketinggan tempat ± 765 meter di atas permukaan laut. Percobaan ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari delapan perlakuan dan diulang sebanyak tiga kali. Kombinasi tersebut terdiri dari kontrol (tanpa perlakuan), ½, 1, dan 1 ½ dosis rekomendasi N, P, K (Urea 100 kg ha-1 + SP-36 150 kg ha-1 + KCl 125 kg ha-1), serta 5 dan 10 t ha-1vermikompos.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan vermikompos berpengaruh terhadap peningkatan kandungan C-Organik, N total, C/N dan hasil kedelai Edamame. Dosis kombinasi yang memberikan hasil terbaik adalah 1 rekomendasi N, P, K ha-1+

5 t ha-1vermikompos yang menghasilkan kedelai Edamame sebesar 116,5 g/ tanaman ( 10,4 t/ ha).

(28)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

19

PENDAHULUAN

Inceptisols memiliki kesuburan dan bahan organik yang rendah serta memiliki reaksi tanah masam (Abdurrachman, 2008).Kebutuhan pupuk Nitrogen (N) pada Inceptisols lebih tinggi dibandingkan dengan tanah Oksisol dan Andisol, karena unsur N pada Inceptisols tergolong rendah (Nursyamsi dan Suprihati, 2005).Inceptisols adalah salah satu ordo tanah berpotensi yang berkembang dan cukup luas tersebar di Indonesia yang terdapat 52,0 juta ha(Kasno, 2009).Luasnya Inceptisols tersebut ternyata tidak selalu berkorelasi positif dengan kesuburan dan bahan organik yang tinggi.Penanaman tanaman yang tepat dengan budidaya yang tidak begitu rumit dapat dilakukan pada tanah tersebut, contohnya tanaman kedelai.

Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merill) ialah tanaman multiguna untuk berbagai macam jenis kebutuhan, baik untuk pangan, pakan, bahan baku industri manufaktur dan olahan. Kedelai menjadi salah satu komoditas penting di Indonesia, namun perkembangan tanaman kedelai selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup besar yakni lebih dari 50%, baik dalam produksi dan juga luasan arealnya (Adisarwanto, 2005). Permintaan kedelai yang terus meningkat sebesar 7,22% per tahun, namun tidak diimbangi oleh produksi dalam negeri untuk memenuhi konsumsi rata-rata 8,12 kg per kapita pertahun (Sudaryanto dan Swastika, 2007). Produktivitas lokal masih sangat rendah yaitu 1,2t ha-1dibandingkan dengan produktivitas kedelai

di Amerika Serikat sebagai salah satu negara produsen kedelai terbesar di dunia yang mencapai 3,6 t ha-1.

Kedelai edamame atau kedelai sayur (vegetable soybean) termasuk spesies Glycine max (L). Merill ini merupakan jenis bahan makanan yang populer sebagai makanan ringan maupun bahan campuran makanan.Kedelai dengan kultivar ini masih terbilang sedikit dibudidayakan di Indonesia. Kedelai Edamame mengandung kadar gizi yang cukup tinggi yaitu 582 kkal 100 g-1,

protein 11,4 g 100 g-1, karbohidrat 7,4 g 100 g-1, lemak 6,6 g 100 g-1 vitamin A atau karotin 100

mg 100 g-1,B1 0,27 mg100 g-1, B2 0,14 mg 100 g-1, B3 1 mg 100 g-1, dan vitamin C 27%, serta

mineral-mineral seperti fosfor 140 mg 100 g-1, kalsium 70 mg 100 g-1, besi 1,7 mg 100 g-1, dan

kalium 140 mg 100 g-1 (Johnson et al., 1999). Edamame memiliki ukuran biji jauh lebih besar

dari kedelai biasa, bobot 100 polong 30 g, jumlah biji per polong >2, warna bulu abu, tekstur biji dan polong lembut, aroma kacang-kacangan yang lebih kuat, dan daya hasil polong muda mencapai 7-10 ton ha-1 (Asadi, 2009). Warna kulit, jumlah biji per polong, ukuran biji, merupakan

indikator kualitas Edamame di pasaran. Kualitas edamame yang baik memiliki kriteria 2-4 biji/polong, panjang keliling kira-kira 2,5 inchi, serta bebas hama dan penyakit saat di panen (Tripama dan Suroso, 2003).

Penanaman kedelai Edamame ini dapat dilakukan hingga tiga kali dalam kurun waktu satu tahun karena masa tanamnya yang cukup singkat yaitu 3–4 bulan.Penggunaan lahan budidaya kedelai secara terus-menerus akan mengakibatkan unsur hara di dalam tanah semakin berkurang. Salah satu upaya menggantikan unsur hara yang hilang di dalam tanah dan cara meningkatkan pertumbuhan serta kualitas hasil tanaman kedelai adalah dengan memberikan suplai hara yang cukup dan seimbang melalui pemupukan yang berimbang antara pupuk organik dan pupuk anorganik.

(29)

Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .

20

Vermikompos merupakan pupuk hasil pengomposan limbah organik dengan bantuan cacing tanah (hewan yang potensial dalam penguraian bahan organik) yang mampu menyuburkan tanah (Kusnadi, 2000).Selain itu, penggunaan vermikompos lebih efisien daripada pupuk organik lain karena vermikompos mempunyai pengaruh lebih cepat dan dosis pemakaiannya lebih sedikit, sehingga pemakaian vermikompos dapat menghemat pemakaian pupuk anorganik.

Kebutuhan pupuk dasar untuk tanaman kedelai edamame ini diperlukan cukup besar.Kandungan unsur hara Inceptisols yang umumnya rendah sehingga perlu tambahan hara melalui pemupukan adalah kandungan C-Organik, yang merupakan unsur utama dalam pupuk organik. Tujuannya ialah untuk meningkatkan kandungan C-organik tanah yang umumnya rendah dalam tanah terutama Inceptisols.Selain itu, kandungan yang dibutuhkan selanjutnya adalah N Tanah, yang dapat diperoleh dari pupuk urea yang merupakan pupuk N bersenyawa dasar amida.Sifat utama N yang memiliki mobilitas tinggi menyebabkan perlunya penambahan kandungan N di dalam tanah.

Salah satu aspek penting dari keseimbangan hara total adalah rasio organik C dengan N yang merupakan kandungan penting dalam tanah. Nisbah C, N akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara karena C/N berbanding terbalik dengan ketersediaan unsur hara. Bila C/Nterlalu tinggi maka kandungan unsur hara sedikit tersedia untuk tanaman karena bahan organiknya belum terdekomposisi sempurna, sedangkan jika C/Ncukup rendah maka ketersediaan unsur hara tinggi dan tanaman dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Sihaloho et al.,(2015) menyatakan bahwa terdapat pengaruh nyata dari kombinasi pupuk N, P, K dengan vermikompos terhadap pertumbuhan kedelai. Pemberian pupuk vermikompos sebanyak 0,75 g/tanaman dapat meningkatkan jumlah polong/tanaman sebanyak 23,57% dan produksi/tanaman 29,97% dibandingkan dengan tanpa vermikompos. Pembentukan polong dipengaruhi oleh kondisi dan kandungan media tanam yang digunakan, vermikompos mengandung banyak hormon pertumbuhan tanaman.Hal ini sesuai dengan pendapat Sihaloho et al., (2015) yang menyatakan bahwa vermikompos dihasilkan oleh aktivitas cacing tanah dengan mikrobiota tanah lain, sehingga mengandung banyak hormon pertumbuhan tanaman, enzim tanah dan kaya hara yang bersifat lepas lambat yang dapat memperbaiki pertumbuhan dan kualitas hasil pertanian.

Pupuk anorganik N, P, K adalah sebagai penambah unsur hara dalam tanah dan nutrisi tanaman.Manfaat pupuk anorganik pada umumnya adalah menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang dapat langsung diserap oleh tanaman, praktis, dan tersedia dalam jumlah banyak. Unsur yang paling banyak atau paling dominan terdapat dalam pupuk anorganik adalah unsur N, P dan K. Nitrogen merupakan unsur yang sangat dibutuhkan tanaman dan tersedia dalam pupuk anorganik. Sebagian besar N tanah berada dalam bentuk N-organik.Nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium (NH4+), dan jika lingkungan baik,

ammonium dioksidakan menjadi nitrit (NO2-)kemudian nitrat (NO3-).Nitrogen yang berlebih

dapat menyebabkan keterlambatan kematangan tanaman yang diakibatkan berlebihnya pertumbuhan vegetatif, batang lemah dan mudah roboh serta tanaman menjadi rentan terhadap penyakit (Hardjowigeno, 2010).

Fosfor merupakan unsur yang juga sangat dibutuhkan tanaman karena menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah dan biji (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).Fosfor diserap tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer (H2PO42-) dan

sekunder (HPO4-).Gejala defisiensi P menyebabkan pertumbuhan terhambat karena pembelahan

Gambar

Tabel 1. pH Tanah dengan Perlakuan Kombinasi Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Hijau
Tabel 2. Pengaruh Macam Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Hijau Terhadap P Tersedia
Tabel 3. Pengaruh Macam Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Hijau Terhadap Serapan P Tanaman.
Tabel 4.  Pengaruh Kombinasi Pupuk Majemuk NPK dan Pupuk Hijau pada Ultisols Jatinangor terhadap Bobot Basah Tanaman Pakcoy dan Bobot Segar Konsumsi Pakcoy
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanah Ultisol mempunyai kandungan bahan organik yang rendah, unsur hara makro seperti P dan K yang sering kahat,reaksi tanah masam hingga sangat masam serta kejenuhan Al

biofertilizer (pupuk hayati) untuk perbaikan kesuburan tanah, pemanfaatan residu jerami padi untuk meningkatkan produktivitas tanah sulfat masam, peran ligan

Responden yang memiliki nilai kemampuan berhitung &gt;70 cenderung bermain game tidak lama atau ≤3 jam sehingga dapat dikatakan bahwa bermain game dengan durasi

Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah Perangkat Bahan Ajar Matematika berbasis Karakter di kelas 4 yang berada pada kategori Baik dan

Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Soemantri, bahwa anak dengan intellectual disability tidak hanya memiliki kemampuan intellectual dibawah

Analisis korelasi menggunakan Pearson Product Moment didapatkan hasil bahwa sub variabel sosiodemografi: jenis kelamin memiliki hubungan negatif yang sangat

Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan aplikasi software untuk seleksi program pembinaan minat dan bakat istimewa olahraga ” berbasis it yang memiliki

penambahan bahan organik yang rendah akan mengakibatkan pH tanah menjadi lebih masam, disebabkan oleh penambahan H+ dalam tanah dari proses sintesis pupuk anorganik dalam tanah.. Bahan