Some soil chemical properties and yield of Edamame Soybean (Glycine max (L.) Merill) due to applications of anorganic fertilizer and vermicompost on Inceptisols
MATERI DAN METODE
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2014 Penelitian dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium kimia, Balai Penelitian Tanah di Bogor. Penelitian kelarutan pupuk NPK majemuk 16.8.18+2Si+2S dilakukan pada dua jenis tanah, yaitu Oxisol dan Inceptisol. Contoh tanah yang digunakan untuk percobaan adalah tanah Oxisol dan Inceptisol, yang diambil di Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg (06o 33’ 22,3” LS 106o 32’ 54,0” BT) dan
Desa Cimanggu, Kecamatan Cibungbulang (06o 34’ 28,4” LS, 106o 39’ 56,9” BT), Kabupaten
Bogor.
Percobaan dilakukan menggunakan rancangan petak terpisah, sebagai petak utama adalah jenis tanah oxisol dan inceptisol dan sebagai anak petak antara lain 1. Kontrol (tanpa pupuk); 2. NPK tunggal sebagai standar; 3. NPK 15-15-15; 4. NPK Majemuk, dan Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 24 pot.
Dosis pupuk NPK majemuk yang digunakan 750 kg/ha, sedangkan pupuk urea, SP-36 dan KCl disesuaikan dengan kandungan hara N, P2O5 dan K2O dalam pupuk NPK Majemuk. Dosis
pupuk NPK majemuk 15-15-15 dihitung untuk mensetarakan hara P2O5 dari pupuk tunggal.
Pengamatan kelarutan hara N, P dan K pada semua perlakuan dan ketiga ulangan. Kelarutan hara makro N, P, K dalam tanah: N terekstrak Kjeldahl, P dan K terekstrak 25% HCl, P terekstrak Bray 1. Pengamatan dilakukan pada 3, 6, 9, 14, 28, 42, 56, 70, dan 84 hari setelah diberi pupuk. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik tanah
Tanah jenis oxisol yang digunakan dalam percobaan dari desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg bertekstur lempung berliat, bersifat masam (pH 4,2). Pada pH larut dalam air lebih tinggi daripada pH larut dalam KCl 1 N (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa tanah yang digunakan bermuatan negatif sehingga tanah dapat memegang hara kation yang ditambahkan melalui pupuk maupun yang ada dalam tanah.
Kandungan C-organik dan N-total rendah, kandungan P potensial terekstrak HCl 25% tinggi, dan kandungan K sedang. KTK tanah rendah, dan kejenuhan basa 41%, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar kation dalam tanah adalah kation bersifat asam. Kejenuhan Al tanah Oxisol yang digunakan untuk pengujian adalah 34%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanah yang digunakan untuk percobaan mempunyai tingkat kesuburan tanah yang rendah.
Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .
64
Tabel 1. Sifat fisika dan kimia tanah pada penelitian uji kelarutan pupuk majemuk, di Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, MK 2014
Sifat Tanah Unit Oxisol, Cigudeg Kriteria
Tekstur :
Pasir % 24 Lempung berliat
Debu % 41 Liat % 35 pH H2O 4,2 Masam KCl 1 N - 4,0 Bahan organik : C-organik % 1,39 Rendah N-total % 0,14 Rendah C/N 10 Ekstrak HCl 25 % : K2O mg/100 g 9 Sedang Bray 1 mg P2O5/kg 44,5 Tinggi Ekstrak NH4OAc 1 N pH 7 : Ca Cmol(+)/kg 2,63 Rendah Mg Cmol(+)/kg 0,73 Rendah K Cmol(+)/kg 0,16 Rendah Na Cmol(+)/kg 0,07 Rendah KTK Cmol(+)/kg 8,66 Rendah KB % 41 Sedang Ekstrak KCl 1N : Al Cmol(+)/kg 2,06 H Cmol(+)/kg 0,35
Tanah Inceptisol dari Cibungbulang yang digunakan untuk penelitian bertekstur lempung berdebu, bersifat masam dan pH terekstrak KCl 1 N lebih rendah daripada pH yang terekstrak H2O. Kandungan C-organik dan N-total terekstrak Kjeldhal rendah, kandungan P terekstrak HCl
25% dan Bray 1 tinggi. Kandungan K terekstrak HCl 25% sedang, dan K terekstrak NH4OAc 1
N pH 7 rendah. Kandungan Ca, Mg dan Na terekstrak NH4OAc 1 N pH 7 rendah, kapasitas tukar
Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .
Tabel 2. Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol, Cibungbulang pada penelitian uji kelarutan pupuk majemuk
Sifat Tanah Unit Oxisol, Cigudeg Kriteria
Tekstur : Pasir % 24 Lempung berdebu Debu % 51 Liat % 25 pH H2O 4,6 Masam KCl 1 N - 4,1 Bahan organik : C-organik % 1,11 Rendah N-total % 0,12 Rendah C/N 9 Ekstrak HCl 25 % : P2O5 mg/100 g 96 Tinggi K2O mg/100 g 13 Sedang Bray 1 mg P2O5/kg 14,7 Tinggi Ekstrak NH4OAc 1 N pH 7 : Ca Cmol(+)/kg 4,98 Rendah Mg Cmol(+)/kg 0,94 Rendah K Cmol(+)/kg 0,13 Rendah Na Cmol(+)/kg 0,12 Rendah KTK Cmol(+)/kg 12,55 Rendah KB % 49 Sedang Ekstrak KCl 1N : Al Cmol(+)/kg 0,55 H Cmol(+)/kg 0,28
Berdasarkan hasil analisis tanah kedua tanah tersebut termasuk kurang subur, hal tersebut ditandai dengan kandungan C-organik, N, K, Ca, Mg, dan KTK tanah yang rendah.
Hasil analisis pupuk majemuk dan tunggal yang digunakan untuk uji kelarutan pupuk NPK majemuk 16.8.18+2Si+2S disajikan pada Tabel 3. Dari hasil analisa pada Tabel 3 yang dilakukan di Laboratorium Kimia, Balai Penelitian Tanah Bogor menunjukkan bahwa masing- masing formula pupuk yang diuji memiliki komposisi relatif sama. Jumlah hara N, P2O5 dan K2O
dalam pupuk NPK majemuk >30% dan kadar air dibawah batas maksimum yang diperbolehkan. Tabel 3. Hasil analisis pupuk majemuk dan tunggal yang digunakan untuk uji kelarutan pupuk
NPK majemuk
Pupuk N P2O5 K2O Kadar air
... % ... NPK Phonska (15-15-15) 15,36 14,04 15,08 6,50 NPK 16.8.18+2Si+2S 16,02 8,63 18,33 3,87 Urea 44,90 0,23 SP-36 35,91 4,48 KCl 60,83 2,63
Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .
66
Tabel 4. Pemupukan NPK baik tunggal maupun majemuk nyata meningkatkan kadar N total dalam tanah. Kelarutan hara N tertinggi terjadi pada tanah yang dipupuk NPK 15-15-15, baik pengamatan kelarutan hari ke 3 – 84 setelah pemupukan. Secara statistik kelarutan N pada pemupukan NPK Majemuk relatif sama baik dari pengamatan kelarutan hara N hari ke 3 – 84 setelah pemupukan dibandingkan dengan pemupukan NPK tunggal.
Tabel 4. Kelarutan hara N-Kjeldhal dari pupuk NPK Majemuk pada tanah Oxisol Perlakuan Kadar N dalam tanah (%) pengamatan hari ke
3 6 9 14 28 42 56 70 84
Kontrol 0,123 bc 0,140 c 0,123 c 0,093 c 0,060 b 0,167 c 0,093 c 0,263 c 0,127 b
NPK Tunggal 0,167 b 0,187 b 0,150 c 0,137 bc 0,110 a 0,307 b 0,143 b 0,467 b 0,200 b
NPK 15-15-15 0,250 a 0,383 a 0,280 a 0,267 a 0,120 a 0,467 a 0,223 a 0,817 a 0,360 a
NPK Majemuk 0,140 bc 0,193 b 0,187 b 0,143 b 0,067 b 0,270 bc 0,137 bc 0,490 b 0,180 b
Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
Kelarutan hara P2O5 terekstrak Bray 1 dari pupuk NPK Majemuk pada tanah Oxisol disajikan
pada Tabel 5. Pemupukan NPK baik tunggal maupun majemuk nyata meningkatkan kadar P2O5
terekstrak Bray 1 dalam tanah. Kelarutan hara P2O5 terekstrak Bray 1 tertinggi dicapai pada
pemupukan NPK 15-15-15 yang dimulai saat 3 – 84 hari setelah pemupukan. Sedangkan kelarutan P2O5 pada pemupukan NPK Majemuk lebih rendah dibandingkan pada pemupukan
NPK tunggal.
Tabel 5. Kelarutan hara P2O5 terekstrak Bray 1 dari pupuk NPK Majemuk pada tanah Oxisol Perlakuan Kadar P2O5 dalam tanah (mg/kg) pengamatan hari ke
3 6 9 14 28 42 56 70 84
Kontrol 25,48 c 21,44 c 24,17 c 27,98 d 18,91 c 18,73 c 29,28 d 26,70 c 19,38 c NPK Tunggal 37,28 ab 36,69 a 40,55 b 42,34 b 35,22 a 31,76 a 45,23 ab 37,87 b 28,71 a NPK 15-15-15 43,39 a 32,05 ab 46,99 a 49,06 a 38,93 a 29,88 a 51,23 a 47,99 a 30,61 a NPK Majemuk 32,72 bc 28,71 b 36,91 b 37,02 cb 28,33 b 23,24 b 38,51 bc 37,74 b 27,06 ab
Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
Kelarutan hara P2O5 terekstrak HCl 25% dari pupuk NPK Majemuk pada tanah Oxisol
disajikan pada Tabel 6. Penambahan pupuk NPK baik tunggal maupun majemuk nyata meningkatkan kadar P2O5 dibandingkan kontrol. Kelarutan hara P2O5 terekstrak HCl 25% pada
perlakuan pupuk NPK Majemuk lebih rendah dibandingkan pada pupuk NPK tunggal. Kelarutan hara P2O5 tertinggi diperoleh pada pemupukan NPK 15-15-15, hal ini menunjukkan bahwa hara
P dalam pupuk NPK 15-15-15 cepat tersedia bagi pertumbuhan tanaman.
Tabel 6. Kelarutan hara P2O5 terekstrak HCl 25% dari pupuk NPK Majemuk pada tanah Oxisol
Perlakuan Kadar P2O5 dalam tanah (mg/100 g) pengamatan hari ke
3 6 9 14 28 42 56 70 84
Kontrol 77,0 c 69,3 c 73,0 c 71,0 d 77,0 c 76,3 c 74,0 c 72,0 b 72,0 c NPK Tunggal 93,0 b 59,9 a 95,8 b 91,3 b 101,0 a 93,7 ab 92,3 b 82,0 b 89,0 ab NPK 15-15-15 104,0 a 98,0 a 106,3 a 98,7 a 104,7 a 99,7 a 110,7 a 98,7 a 93,0 a NPK Majemuk 88,3 b 85,0 b 96,5 b 84,3 c 89,0 b 88,0 b 81,7 bc 82,0 b 84,3 b
Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
Kelarutan hara K2O terekstrak HCl 25% dari pupuk NPK Majemuk pada tanah Oxisol
disajikan pada Tabel 7. Pemupukan NPK baik tunggal maupun majemuk nyata meningkatkan kelarutan hara K2O dalam tanah Oxisol. Kelarutan hara K2O dalam tanah Oxisol yang dipupuk
Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .
Tabel 7. Kelarutan hara K2O terekstrak HCl 25% dari pupuk NPK Majemuk pada tanah Oxisol
Perlakuan Kadar K2O dalam tanah (mg/100 g) pengamatan hari ke
3 6 9 14 28 42 56 70 84
Kontrol 7,3 c 7,7 c 5,3 c 4,7 c 7,0 d 5,7 d 6,3 c 5,7 d 1,3 c NPK Tunggal 13,0 b 12,7 b 9,7 b 9,7 b 12,0 bc 11,0 b 12,0 b 10,0 c 8,3 ab NPK 15-15-15 23,7 a 20,3 a 15,3 a 15,3 a 21,7 a 18,0 a 21,3 a 17,3 a 10,7 a NPK Majemuk 12,0 b 12,0 b 9,3 b 9,3 b 11,7 c 10,3 c 11,0 b 10,7 b 7,7 b
Keterangan: Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT
Kelarutan hara N, P dan K dalam pupuk majemuk NPK majemuk pada Oxisol disajikan pada Gambar 1 s/d 4. Penambahan pupuk NPK baik tunggal maupun majemuk dapat meningkatkan kelarutan hara N, P dan K pada Oxisol. Kelarutan hara N dari pupuk NPK majemuk pada hari ke 3 dan 6 setelah pemupukan lebih rendah daripada NPK tunggal, sedangkan pada hari ke 9 dan 70 kelarutan hara N dari pupuk NPK majemuk lebih tinggi dibandingkan NPK tunggal. Hal ini dapat dikatakan bahwa pupuk NPK majemuk lebih lambat tersedia dibanding NPK tunggal. Pada kelarutan hara N dari pupuk NPK 15-15-15 pada hari ke 3 sampai 84 setelah pemupukan paling tinggi dibandingkan dengan pemupukan yang lainnya, hal ini dapat dikatakan bahwa kelarutan hara N pada pupuk NPK 15-15-15 sangat tinggi.
Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .
68
Kelarutan hara P pupuk NPK Majemuk baik terekstrak Bray 1 dan HCl 25% lebih rendah dibandingkan dengan pupuk NPK tunggal dimulai dari hari ke 3 – 84. Hal ini mungkin bahwa kelarutan hara P dalam pupuk sangat rendah.
Gambar 2. Kelarutan hara P2O5 terekstrak Bray 1 pupuk NPK Majemuk pada tanah Oxisol
Gambar 3. Kelarutan hara P2O5 terekstrak HCl 25% pupuk NPK Majemuk pada tanah Oxisol
Kelarutan hara K terekstrak HCl 25% dari pupuk NPK Majemuk hampir sama dengan pupuk NPK tunggal, hal ini terlihat pada grafik kelarutan hara K yang menunjukkan kecenderungan yang hampir sama antara pemupukan menggunakan NPK Majemuk dengan NPK tunggal, sedangkan pada kelarutan K terekstar HCl 25 % dari pupuk NPK 15-15-15 menunjukkan kelarutan hara yang paling tinggi dibandingkan dengan pupuk yang lain.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pupuk NPK Majemuk merupakan pupuk dengan hara N dan K yang lambat tersedia pada tanah Oxisol.
Gambar 4. Kelarutan hara K2O terekstrak HCl 25% pupuk NPK Majemuk pada tanah Oxisol
Kelarutan hara N, P, dan K pupuk NPK Majemuk pada Inceptisol disajikan pada Gambar 5 s/d 8. Kelarutan hara N pupuk NPK Majemuk pada hari ke 3 – 42 cenderung lebih rendah daripada NPK tunggal, dan pada hari ke 70 lebih tinggi daripada NPK tunggal, hal ini menunjukkan kelarutan hara N pada tanah Inceptisol dengan pemupukan NPK Majemuk lebih lambat tersedia dibandingkan NPK tunggal.
Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .
Gambar 6. Kelarutan hara N-total pupuk Majemuk pada tanah Inceptisol
Kelarutan hara P baik terekstrak Bray 1 dan HCl 25% dari pupuk NPK Majemuk lebih rendah daripada pupuk NPK tunggal baik mulai dari hari ke 3 – 84 setelah pemupukan. Hal ini berarti bahwa tingkat kelarutan hara P pupuk NPK Majemuk tersebut rendah.
Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .
70
Gambar 8. Kelarutan hara P2O5 terekstrak HCl 25% pupuk NPK Majemuk pada tanah Inceptisol
Kelarutan hara K pada tanah inceptisol dengan menggunakan pengekstrak K2O HCl 25 %
pada pupuk NPK Majemuk lebih rendah pada hari ke 3 – 14, sedangkan kelarutan hari ke 28 – 70 sama dengan pupuk NPK tunggal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pupuk NPK Majemuk merupakan pupuk yang hara N dan K nya lambat tersedia. Sedangkan hara P dari pupuk NPK Majemuk memiliki kelarutan lebih rendah daripada hara P dari pupuk NPK tunggal.
Gambar 9. Kelarutan hara K2O terekstrak HCl 25% dari pupuk NPK Majemuk pada tanah
Inceptisol
KESIMPULAN
1. Jumlah hara N, P2O5 dan K2O dalam pupuk NPK majemuk >30%, memenuhi syarat sebagai
pupuk NPK majemuk padat.
2. Kelarutan hara N, P, K pada pupuk NPK 15-15-15 lebih tinggi daripada pupuk NPK Majemuk dan NPK tunggal.
3. Kelarutan hara N pupuk NPK Majemuk pada Oxisol dan Inceptisol hari ke 3 lebih rendah, namun pada pengamatan hari ke 6, 9 dan 14 sama dan hari ke 28 dan 42 lebih rendah daripada NPK tunggal. Pupuk NPK Majemuk merupakan pupuk dengan hara N dan K yang lambat tersedia baik pada Oxisols dan Inceptisols. Demikian juga hara P kelarutannya lebih rendah daripada NPK tunggal.
4. Kelarutan hara P2O5 terekstrak Bray 1 dan HCl 25% pupuk NPK Majemuk a Oxisol dan
Inceptisols lebih rendah dibandingkan dengan NPK tunggal. DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan arah pengembangan agrobisnis: tinjauan aspek kesesuaian lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Edisi II. Hlm 30.
Bansiwal, A.K., Sadhana Suresh Rayalu, Nitin Kumar Labhasetwar, Asha Ashok Juwarkar, and Sukumar Devota. 2006. Surfactant-modified zeolit as a slow release fertilizer for phosphorus. J. Agric. Food Chem, 54:4773-4779.
Eviati dan Sulaeman. 2009. Analisis kimia tanah, tanaman, air dan pupuk. Petunjuk Teknis Edisi 2. Diedit: B.H. Prasetyo, Djoko Santoso, dan Ladiyani Retno W. Balai Penelitian Tanah. Hal: 203.
Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .
Hartatik, W. Dan K. Idris. 2008. Kelarutan fosfat alam dan SP-36 dalam gambut yang diberi bahan amelioran tanah mineral. Jurnal Tanah dan Iklim, No. 27:45-56.
Jagadeeswaran, R., V. Murugappan and Govindaswamy. 2005. Effect of slow release NPK fertilizer sources on the nutrient use efficiency in turmeric (Curcuma longa L.). World Journal of Agricultural Science 1 (1):65 – 69.
Mulyani, A. Dan A. Hidayat. 2009. Peningkatan kapasitas produksi tanaman pangan pada lahan kering. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 3, No.2:73-84.
Parman, Sarjana. 2007. Pengaruh pemberian pupuk organic cair terhadap pertumbuhan dan produksi kentang (Solanum tuberosum L.). Buletin Anatomi dan Fisiologi 2: 2-3
Subbarao Ch.V., G. Kartheek, and D. Sirisha. 2013. Slow release of potash fertilizer through polymer coating. International Journal of Applied Science and Engineering, 2013. 11, 1:25 – 30.
Sutono, S., M.S. Djunaedi, D. Erfandi, dan U. Kurnia. 2005. Pengankutan hara oleh erosi, aliran permukaan, perkolasi, dan tanaman cabai rawit pada tanah Typic Kanhapludults di Tamanbogo. Pros. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim. Buku II: 97 – 121.
Swastika, I.W., M.T. Sutriadi dan A. Kasno. 2005. Pengaruh pupuk kandang dan fosfat alam terhadap produktivitas jagung di Typic Hapludox dan Plintic Kandiudults Kalimantan Selatan. Pros. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya Tanah dan Iklim, Bogor, 14-15 September 2004: 191 – 201.
Trenkel. 1997. Improving fertilizer use efficiency: controlled-release and stabilized fertilizers in agriculture. International Fertilizer Industry Association. Paris. Page: 123.
Konser Karya Ilmiah Nasional 2017 - Menghadapi Tantangan dan Meraih Kemandirian Pertanian Indonesia 5 Mei 2017, Salatiga – Jawa Tengah, Indonesia .
72
AKTIVITAS SELULASE PADA LAHAN PERTANAMAN KENTANG