LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN KESEHATAN TERNAK
SANITASI DAN PEMBERIAN OBAT CACING
Dosen :
Drh. Agus Wijaya Ph d
Oleh :
Farhan Haidar ( )
Riovan Manarihon M ( )
Moch Rizky Pratama ( )
Nurlita Agustina ( )
Yaumil Ikhsan ( )
Fathia Mahira ( )
TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK
PROGRAM DIPLOMA
PENDAHULUAN
Latar Belakang :
Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil.Mengapa dikatakan demikian, ruminansia atau hewan pemamah biak mempunyai ciri khusus berupa 4 lambung yang teridiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dan juga mengalami proses memamah biak atau proses pemgembalian makanan dari lambung ke mulut untuk di mamahbiak. Beternak domba memiliki prospek yang baik karena di Indonesia permintaan pasar akan daging domba terus meningkat dari tahun ke tahun.Hal ini merupakan celah bagi calon pengusaha yang akan memulai bisnis dan mencapai kesuksesan. Jika tidak di iringi dengan usaha dan manejemen pemeliharaan yang baik maka kesuksesan itu akan sulit untuk dicapai. Banyak orang mengalami kendala dalam berbisnis terutama dalam hal manajemen, contohnya dalam manajemen pemeliharaan, berupa sanitasi dan pengendalian kesehahatan ternak. Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk kebersihan kandang dan
lingkungannya. Kegiatan ini penting karena dengan keadaan kandang serta lingkungan yang bersih, maka kesehatan ternak maupun pemiliknya menjadi terjamin. Sanitasi erat kaitannya kebersihan, jika suatu kandang tidak bersih maka akan menimbulkan bibit penyakit dan menyebabkan ternak itu sakit. Penyakit endoparasit seperti cacing adalah penyakit sering kita temui pada ternak domba. Domba yang terjangkit penyakit cacing akan kurus karena nutrisinya ikut diserap oleh cacing sehingga pengobatan perlu dilakukan. Prinsip dan teknik pengobatan harus diperhatikan. Teknik yang tidak baik akan menyebabkan ternak yang sakit sembuh tapi malah lebih parah atau mati.
Tujuan :
Untuk mengetahui perbedaan antara domba lokal dan luar negeri. Untuk mengetahui cara pemeliharaan kandang (sanitasi).
BAB II
Persiapkan alat yang dibutuhkan untuk sanitasi seperti : cangkul, sapu lidi, serokan, selang air, karung.
Masuklah ke kandang dengan tidak berisik.
Pindahkan domba yang kandangnya akan dibersihkan untuk menjaga agar domba tersebut tidak stres.
Gunakan cangkul dengan cara mengayunkan secara perlahan pada lantai dasar kangdang sampai bersih.
Gunakan sapu untuk membersihkan kotoran-kotoran dan masukan kedalam karung. Jika lantai kandang sudah bersih masukan kembali domba dan mulailah
membersihkan tempat pakan dengan menggunakan tangan Taruh pakan hijauan yang cukup untuk domba.
Mulailah membersihkan kolong kandang. Seroklah kotoran menggunakan serokan.
Masukan kedalam karung atau tampung terlebih dahulu kedalam tempat sementara. Siram bagian permukaan kolong kandang tersebut dengan air.
Serok kembali air yang menggenang dengan serokan yang bersih. Siram dan serok kembali sampai bersih.
Cucilah peralatan yang sudah dipakai agar tidak timbul bibit penyakit yang baru.
Pemberian Obat cacing
Alat dan bahan :
Spoid Domba
Tali tambang
Prosedur :
Keluarkan domba yang telat ditentukan untuk diberi obat cacing dari kandang.
Siapkan spoid lalu isi obat cacing dengan perhitungan dosis BB dibagi 5 setelah diperoleh hasil dalam satuan mL.
Handling domba terlebih dahulu.
Buka mulut domba dan masukan ibu jari kedalam mulut kiri domba sampat tembus di bagian kanan mulut domba.
Masukan obat cacing pada bagian sisi kiri atau kanan jangan masukan ditengah karena bisa saja masuk dan meracuni paru-paru.
Setelah selesai masukan lagi domba atau biarkan diladang exercise.
HASIL DAN PEMBAHASAAN
Teknik/tata cara sanitasi
Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk kebersihan kandang dan lingkungannya Berbicara tentang sanitasi tentu kita berbiacara tentang kebersihan .Sanitasi adalah salah satu cara yang dilakukan agar ternak tidak terkena hama atau penyakit untuk mencapai produksi yang optimal. Salah satunya dengan cara pembersihan kandang yang rutin. Pembersihan kandang yang rutin bertujuan agar hama dan penyakit bisa ditekan dengan prilaku sanitasi meskipun kita tau bahwa untuk menekan hama dan penyakit bisa dilakukan dengan antiboitik dan antibakteri. Namun, jika kebersihan kandang dan ternak yang tidak terkontrol akan penyebabkan bibit-bibit baru maka antibiotik dan antibakteri akan percuma atau hanya membuang uang saja. Secara umum pengendalian hama dan penyakitt yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:
1. Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang. 2. Mengontrol anak domba (cempe) sesering mungkin.
3. Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
4. Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
6. Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu. 7. Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
8. Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
Tabel sanitasi
Alat dan
bahan
Media
Keterangan
Cangkul
Lantai/permukaan kandang
Lakukan dengan perlahan
Sapu lidi
Lantai
Bersihkan secara
menyeluhur
Serokan
Bagian bawah kandang
Keruk kotoran dan
masukan ke gerobak lalu
buang
Selang air
Bagian bawah kandang
Siram bagian bawah
kandang
Pengendalian kesehatan yang buruk akan menyebabkan kematian pada ternak. Ternak sakit akan menyebabkam kerugian bisnis karena ternak tersebut akan menurun tingkat produksinya terlebih jika penyakit yang menjangkit adalah jenis penyakit menular. Dalam beternak domba penyakit cacing sering ditemui mengingat hewan ruminansia membutuhkan pakan hijauan/ berserat. Siklus hidup cacing erat kaitannya dengan rumput. Beberapa cacing menyimpan menaiki bagian atas daun pada rumput. Hal tersebut terjadi pada saat rumput masih basah dan berembun. Rumput yang basah dan berembun kemungkinan terdapat larva karena pada saat itu cacing naik keatas daun dan menyimpan larva mereka. Pengetahuan yang kuran bagi peternak/pegawai yang tidak tahu menyebabkan rumput yang diberikan terdapat cacing. Jika sudah terjangkit maka pengobatanlah yang harus dilakukan. Namun jika peternak rutin dalam memberika obat cacing angka morbiditas dan mortalitas ternak sakit akibat cacing bisa diminimalisir. Teknik pemberian obat sebenarnya banyak tetapi kami akan membahas tentang teknik pemberian obat parental dan non parental/per oral/sublingual
Dalam dunia kedokteran, obat dapat disuntikkan ke dalam hampir seluruh organ atau bagian tubuh, termasuk sendi, ruang cairan sendi, tulang punggung bahkan dalam kondisi gawat dapat disuntikkan dalam jantung. Lain halnya dalam dunia perunggasan, teknik injeksi yang biasanya diaplikasikan adalah suntikan intramuskuler dan subkutan.
Suntikan intramuskuler
Injeksi intramuskuler dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam otot (daging). Obat tersebut selanjutnya akan terabsorpsi ke pembuluh darah yang terdapat pada otot. Tempat penyuntikkan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf-syaraf utama atau pembuluh darah utama. Selain itu, hendaknya dipilih otot dengan suplai pembuluh darah dan kontraksi (pergerakan) otot yang banyak. Aplikasi ini harus dilakukan dengan hati-hati dengan memperhatikan titik tempat jarum ditusukkan dan di mana obat ditempatkan. Jika terjadi kesalahan maka bisa
mengakibatkan terjadinya paralisis akibat rusaknya syaraf, abses, kista, emboli, hematom maupun terkelupasnya kulit. Produk yang diberikan secara intramuskuler antara lain Gentamin, Vet Strep atau Injeksi Vitamin B Kompleks.
Suntikan subkutan
Sedikit berbeda dengan suntikan intramuskuler, lokasi penyuntikan subkutan berada di bawah permukaan kulit (di antara daging/otot dengan kulit).
Obat yang diaplikasikan dengan suntikan subkutan adalah obat yang tidak mengiritasi jaringan kulit. Setelah obat disuntikkan ke bawah kulit, obat akan berdifusi di cairan antar sel kulit, kemudian terabsorpsi ke pembuluh darah. Efek pengobatan dengan teknik ini relatif lebih lambat (efek depo atau sustained effect) jika dibandingkan dengan suntikan intramuskuler.
Volume obat yang disuntikan dengan teknik ini relatif lebih kecil daripada jumlah obat yang diberikan secara intramuskuler. Obat-obat yang bisa mengiritasi sebaiknya tidak diberikan dengan suntikan subkutan karena dapat memicu timbulnya rasa sakit, lecet atau abses dan rasa nyeri.
Intravena (IV)
Hangatkan hewan uji di bawah lampu panas atau alat pemanas lainnya, pastikan untuk tidak terlalu panas pada binatang. Suhu tidak boleh melebihi 85-90 ° Fahrenheit pada tingk
at binatang. Lepaskan hewan uji dari sumber panas harus segera setiap perubahan dalam tingkat respirasi atau air liur berlebihan dapat diamati. Alat pemanas lainnya, seperti handwarmers sekali pakai, dapat digunakan sebagai pengganti lampu yang panas.
Prep ekor dengan 70% etanol. Memulai usaha suntikan di tengah atau sedikit bagian distal ekor. Dengan ekor ketegangan di bawah, masukkan jarum, bevel up, kira-kira sejajar dengan vena dan masukkan jarum minimal 3 mm ke dalam pembuluh darah. Dalam proses penyuntikan jangan sekali-kali memasukkan udara karean akan menyebabakan vena rusak atau tidak stabil. Menyuntikkan materi yang lambat, gerakan fluida. Anda harus dapat melihat vena jarum pucat jika diposisikan dengan benar. Jika ada pembengkakan di tempat suntikan atau injeksi terjadi perlawanan, keluarkan jarum dan Masukkan kembali itu sedikit di atas awal injeksi. Pemberian secara injeksi intravena menghasilkan efek yang tercepat, karena obat langsung masuk ke dalam sirkulasi. Efek lebih lambat diperoleh dengan injeksi intramuskular, dan lebih lambat lagi dengan injeksi subkutan karena obat harus melintasi banyak membran sel sebelum tiba dalam peredaran darah.
DAFTAR PUSTAKA
http://info.medion.co.id/index.php/artikel/layer/pengobatan-a-vaksinasi/pengobatan-cara-parenteral/2-pengobatan-a-vaksinasi/268-pengobatan-secara-parenteral