MANAJEMEN ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN
MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN
Kelompok 1
1.
Bizar Adha Setiawan
2.
Candra Devi
3.
Gilang Alamsyah
4.
Malika Citra Amalia
5.
Sabila Nur Sabila
Fakultas Bahasa dan Seni
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur marilah kita haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen Pendidikan
yang berjudul “Manajemen Organisasi Lembaga Pendidikan”. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan, Bapak Setya Raharja,
M.Pd karena telah memberikan penugasan berupa makalah yang mengupas manajemen sebuah
organisasi pendidikan. Tak lupa kami sampaikan juga kepada orangtua kami masing-masing
yang telah mensupport kami secara moril.
Lembaga Pendidikan atau yang biasa kita kenal berwujud sekolah merupakan sebuah
lembaga yang mempunyai sistem pengorganisasian yang khas. Oleh karena itu, penting bagi kita
sebagai calon pendidik untuk mengerti bagaimana sistem organisasi di lembaga pendidikan.
Agar nantinya, diharapkan kami selaku calon pendidik mengerti dan paham benar mengenai
sistem organisasi di lembaga pendidikan apapun jenisnya.
Kami menyadari bahwa apa yang terdapat di dalam makalah ini mungkin terdapat
kesalahan yang tidak kami sadari. Oleh karena itu, kami meminta maaf atas kesalahan yang
terdapat di makalah ini.
Terima kasih
Wassalamualaikum wr.wb
Yogyakarta, 31 Oktober 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manajemen organisasi lembaga pendidikan adalah hal yang penting untuk diketahui oleh
setiap calon pendidik yaitu mahasiswa dengan platrform kependidikan ataupun tenaga pendidik
yaitu guru dan staf sekolah. Sayangnya, banyak diantara calon tenaga kependidikan yaitu
mahasiswa keguruan yang belum memahami organisasi lembaga pendidikan. Organisasi
kelembagaan pendidikan dibuat untuk memudahkan adanya pembagian dan transfer wewenang
antar elemen-elemen dan segenap pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan.
Organisasi lembaga pendidikan bukanlah suatu sistem yang sederhana. Karena organisasi
lembaga pendidikan memiliki jenjang-jenjang yang terbagi atas ruang lingkup geografis negara
Indonesia. Penting bagi kita untuk memahami struktur dan karakter serta pembagian wewenang
antar organisasi lembaga pendidikan untuk menghindari kesalahpahaman yang sering terjadi di
dunia pendidikan belakangan ini. Contohnya adalah seringkali perkara administrasi semuanya
menumpuk di Kantor Dinas Pendidikan tingkat kabupaten/kotamadya. Padahal tidak semuanya
dapat ditujukan untuk kantor dinas pendidikan tingkat kabupaten/kotamadya, ada beberapa hal
yang merupakan wewenang dari kantor wilayah Departemen Pendidikan tingkat Provinsi.
Untuk menghindari kesalahan ini terulang lagi, maka dari penting sekali bagi calon
pendidik untuk memahami struktur organisasi kependidikan di Indonesia mulai dari tingkat
tertinggi sampai tingkat terendah.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari organisasi, manajemen, dan lembaga pendidikan?
2. Bagaimanakah bentuk manajemen organisasi lembaga pendidikan?
3. Mencakup apa sajakah lembaga pendidikan itu?
4. Apa kriteria sebuah lembaga pendidikan bisa dikatakan berhasil dalam menjalankan
C.
Tujuan
1. Memenuhi syarat pembelajaran mata kuliah Manajemen Pendidikan
2. Memberikan sekilas pandang mengenai tata sistem manajemen Organisasi Pendidikan.
3. Memberikan gambaran mengenai manajemen organisasi pendidikan
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Organisasi bisa didefinisikan dengan bermacam cara yang pada intinya adalah mencakup
berbagai faktor yang menimbulkan interaksi dari beberapa orang yang menimbulkan sebuah
kerjasama dengan menetapkan sebuah tujuan bersama yang telah ditetapkan untuk dicapai dalam
rentang waktu tertentu, dan merupakan sebuah sistem yang saling berkaitan satu dengan yang
lain. Menurut Sutarto (1998:40) bahwa organisasi adalah sistem yang saling pengaruh antar
orang dalam kelompok yang bekerja sama untuk saling mencapai tujuan tertentu.
Adapun istilah manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management (yang diserap
ke dalam bahasa Indonesia) mengandung arti yaitu sebagai proses atau kegiatan mengatur.
Manajemen bermakna proses atau kegiatan pun juga terdapat dua macam arti, yaitu :
1. Menyelenggarakan atau melaksanakan sesuatu.
2. Mengontrol atau mengendalikan sesuatu.
Terkait dengan manajemen pendidikan ada yang disebut sebagai organisasi pendidikan.
Dalam membicarakan organisasi pendidikan, hendaknya tidak dikacaukan dengan definisi umum
organisasi sebagai “himpunan dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mengerjakan
sesuatu”. Organisasi pendidikan dalam hal ini dimaksudkan sebagai tatanan penyelenggaraan
pendidikan yang terbagi atas dua bentuk yaitu: (1) organisasi pelaksana pendidikan, dan (2)
organisasi pengelola dan penyelenggara pendidikan.
1. Organisasi pelaksana pendidikan
Adalah struktu pelaksana pendidikan . pelaksanaan pendidikan disusun ke dalam
jenis, jenjang dan bentuk (umum, kejuruan,agama, serta dasar, menengah dan tinggi).
Dasar dari pengorganisasian ini adalah karakteristik dan perkembangan pedidik dan
wawasan mengenai kebutuhan pembangunan bangsa. Jenjang pendidikan disusun
2. Organisasi pengelola dan penyelenggara pendidikan
Adalah organisasi atau lembaga yang melakukan kegiatan mengelola serta
menyelenggarakan kegiatan pendidika. Organisasi penyelenggara pendidikan
terwujudkan dalam bentuk pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak, sekolah,
perguruan tinggi. Termasuk di dalamnya berupa pondok pesantren, balai latihan kerja,
dan juga berbagai padepokan serta sejenisnya.
B. Bentuk Organisasi Pendidikan
Struktur organisasi merupakan bentuk dari organisasi secara keseluruhan dari berbagai
segmen dan fungsi organisasi yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, ukuran, jenis
teknologi, dan sasaran yang hendak dicapai. Biasanya struktur organisasi digambarkan dalam
peta atau skema organisasi, yang memberikan gambaran mengenai keseluruhan serta proses yang
terjadi organisasi.
Kaitannya dengan organisasi pendidikan adalah adanya tuntutan untuk kemandirian dari
desentralisasi pendidikan pada kabupaten/kotamadya dalam bidang kemandirian mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang dimiliki untuk mengimplementasikan kebijakan yang sudah
ditetapkan oleh otoritas pusat dan provinsi. Tetapi, seringkali sumber daya antar daerah memiliki
perbedaan dalam menangani urusan kependidikan ini. Perbedaan akan terlihat dalam
mengorganisasikan instansi pengelola pendidikan, sedangkan untuk pengorganisasian lembaga
penyelenggara pendidikan tetap menganut ketentua nasional tentang jenis dan jenjang
pendidikan.
Dalam UU nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS)
yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Tahunan dinyatakan adanya perintisan
pembentukan Dewan pendidikan di setiap kabupaten dan kotamadya, serta pembentukan komite
Bagan 1
Garis Saluran Jenjang Organisasi Pendidikan 1. Dewan Pendidikan
Selanjutnya berkenaan dengan pengelolaan pendidikan dikeluarkan Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional nomor 44 Tahun 2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Dewan Pendidikan adalah badan yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelola pendidikan di kabupaten dan kota.
Dewan Pendidikan berperan sebagai
1. Pemberi perrtimbangan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
2. Pendukung baik berupa finansial, pemikiran mapun tenaga dalam penyelenggara
pendidikan.
3. Pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan.
4. Mediasi antara penyelenggaraan pemerintah dan DPRD dengan masyarakat.
Anggota Dewan Pendidikan maksimal 17 orang terdiri dari unsur masyarakat, birokrasi,
dan legislatif.
Bagan 2. Hubungan antara Dewan Pendidikan dengan Instansi terkait
Atau bisa digambarkan sebagai berikut.
Bagan 3. Model Hubungan Dewan Pendidikan dengan Instansi terkait 2. Komite Sekolah
Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam
rangka peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi pendidikan di satuan pendidikan. Adapun
peran komite sekolah adalah :
1. Pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di
sekolah.
2. Pendukung upaya penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan terkait dengan
dukungan berupa finansial, pemikiran ataupun tenaga.
3. Pengontrol dalam rangka transparansi pengelolaan pendidikan.
4. Mediator antara pemerintah dan DPRD dengan masyarakat di satuan pendidikan
tertentu.
Model struktur organisasi satu komite sekolah untuk satuan pendidikan dapat
digambarkan seperti bagan di bawah ini
Bupati/ Walikota
Komisi E DPRD Dewan
Pendidikan Dinas
Pendidikan
Sekwilda
DPRD
Bagan 4. Struktur komite sekolah C. Jenis, Jenjang, dan Jalur Pendidikan
Jenis, Jenjang dan Jalur Pendidikan dapat dilihat dan diwujudkan dalam satuan
pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab IV Pasal 16).
1. Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan
pendidikan suatu tujuan satuan pendidikan. Jenis pendidikan mencakup atas pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan vokasi, pendidikan akademik, pendidikan profesi,
pendidikan keagamaan, pendidikan khusus. (UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 15)
- Pendidikan umum
Pendidikan umum adalah merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
berfokus pada perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta didik guna
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya seperti sekolah dasar (SD),
sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).
- Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuaran adalah merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik untuk bekerja di bidang pekerjaan tertentu. Contoh
satuan pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Ketua
Bendahara
Anggota
Sekretaris
- Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi adalah merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal
dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
-
Pendidikan akademikPendidikan akademik adalah pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana
yang diarahkan pada penguasaan bidang ilmu pengetahuan tertentu. Contohnya
Universitas, Institut, Akademi, Politeknik.
- Pendidikan profesi
Pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang
mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang
profesional. Pendidikan kedinasan merupakan salah satu contoh pendidikan profesi
yang disiapkan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
Contohnya adalah STIN, AKMIL, AKPOL,STAN, IPDN
- Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang
mempersiapkan peserta didik dengan pengetahuan umum dan pengetahuan
keagamaan untuk dapat menjalankan peranan sebagai yang menuntut penguasaan
ilmu-ilmu keagamaan. Contohnya Pesantren, Seminari
- Pendidikan khusus
Pendidikan khusus merupakan pendidikan dasar dan menengah yang dipersiapkan
untuk peserta dengan kebutuhan khusus. Contohnya SLB.
2. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang akan
dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas jenjang pendidikan dasar, menengah dan
a. Jenjang pendidikan dasar
Jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang dilakukan selama 9
(sembilan) tahun pertama pada masa anak-anak yang melandasi pendidikan
menengah. Pendidikan dasar terbagi dua yaitu setingkat sekolah dasar (SD)/madrasah
ibtidaiyah (MI) selama enam tahun pertama, lalu dilanjutkan ke setingkat sekolah
menengah pertama (SMP)/madrasah tsanawiyah (MTs).
b. Jenjang pendidikan menengah
Jenjang pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan yang dilanjutkan
selama tiga tahun setelah menjalani jenjang pendidikan dasar selama sembilan tahun.
Adapun satuan pendidikan yang terdapat di jenjang pendidikan menengah adalah
Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah
Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
c. Jenjang pendidikan tinggi
Jenjang pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan yang dilanjutkan setelah
sekolah menengah. Adapun satuan pendidikan yang terdapat di pendidikan tinggi
berupa universitas, institut, akademi, dan lain-lain.
3. Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi
peserta didik dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Ada tiga
jalur yang yang berperan dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia, yaitu
a. Jalur pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah. Jalur pendidikan ini yang mempunyai jenjang yang jelas, mulai dari
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan formal dapat
diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diadakan oleh pemerintah pusat,
Semua lembaga pendidikan formal diberikan hak untuk memberikan gelar akademik
untuk peserta didik yang menyelesaikan pendidikan di satuan pendidikan yang dilalui
oleh peserta didik yang bersangkutan.
b. Jalur pendidikan nonformal
Jalur pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diadakan di luar pendidikan
formal yang dapat disusun secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai penambah, pelengkap, dan pengganti dari pendidikan formal dalam
rangka mendukung program pendidikan sepanjang hidup. Pendidikan nonformal
berfungsi sebagai wadah peserta didik untuk mengembangkan potensinya dalam
menekankan pada aspek pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta
pengembangan sikap, karakter dan kepribadian profesional.
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.
c. Jalur Pendidikan Informal
Jalur Pendidikan Informal merupakan jalur pendidikan yang dilakukan di lingkungan
keluarga dan masyarakat berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Penyelenggaraan
pendidikan informal tertuang pada pasal 27 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
dan juga di pasal 116 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010. Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
D. Evaluasi dan Kriteria Keberhasilan Organisasi Pendidikan
Evaluasi organisasi pendidikan penting dilakukan karena hasil evaluasi tata manajemen
organisasi pendidikan merupakan rujukan yang penting untuk pembenahan tata kelola organisasi
pendidikan. Dalam pasal 78 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menyebutkan bahwa, evaluasi pendidikan meliputi :
1. Evaluasi kinerja pendidikan yang dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan;
2. Evaluasi kinerja oleh Pemerintah;
4. Evaluasi kinerja oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
5. Evaluasi kinerja oleh lembaga evaluasi mandiri yang dibentuk masyarakat atau
organisasi profesi untuk menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
Adapun evaluasi tersebut dilakukan untuk memberikan gambaran kepada stakeholder
terkait bidang kependidikan tentang dunia pendidikan. Evaluasi dilakukan terhadap pengelola,
satuan pendidikan, jenjang pendidikan, jalur pendidikan, dan jenis pendidikan, pada pendidikan
dasar dan menengah, serta pendidikan nonformal termasuk pendidikan anak usia dini, secara
berkala (Pasal 81 PP No 19 Tahun 2005).
Evaluasi organisasi pendidikan sekurang-kurangnya mencakup beberapa hal, yaitu :
1. Tingkat kehadiran peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan
2. Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kegiatan ekstrakulikuler
3. Hasil belajar peserta didik
4. Serapan dan realisasi anggaran.
Evaluasi juga dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh keberhasilan sebuah
organisasi pendidikan dalam rangka mencapai tujuannya. Pengorganisasian organisasi
pendidikan sebagai pembagian tugas dalam penugasan yang lebih kecil dan membebankan tugas
tersebut kepada orang yang kemampuannya sesuai dan mengalokasikan sumberdaya, serta
mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi. Oleh sebab itu,
diperlukan adanya kriteria keberhasilan dalam rangka pengukuran dan pencapaian tujuan
organisasi pendidikan tersebut.
Pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang efektif dan efisien merupakan syarat mutlak
dalam keberhasilan sebuah organisasi lembaga pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal memerlukan suatu sistem pengelolaan yang profesional. Sebagai komponen utama dalam
keberlangsungan jalannya pendidikan yang menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas, sekolah harus dikelola dengan baik. Keberhasilan lembaga pendidikan (sekolah)
merupakan keberhasilan dari kepala sekolah dalam memahami sekolah sebagai organisasi yang
rumit dan kompleks. Pemahaman kepala sekolah tentang kondisi sekolah membuat kepala
sekolah melahirkan keputusan-keputusan efektif dan menimbulkan efek nyata yang baik di
Pembelajaran adalah inti dan muara segenap proses pengelolaan pendidikan. Kualitas
sebuah lembaga pendidikan juga pada hakikatnya diukur dengan adanya penilaian terukur dalam
hal kualitas pembelajaran yang berlangsung, selain diukur dari output dan outcome yang
dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut. Oleh karena itu, kriteria dan penilaian mutu
pembelajaran yang dibuat secara rinci sehingga benar-benar menjadi pengukuran yang dapat
diukur keakuratannya dan diobservasi secara nyata perkembangan (precise measureabling and
obvious observation).
Adapun kriteria keberhasilan sebuah lembaga pendidikan yaitu :
1. Objektivitas dalam setiap penyelenggaraan evaluasi terhadap sistem kependidikan;
2. Penyebaran pengaruh yang baik ke lingkungan sekitar lembaga pendidikan;
3. Menghasilkan ouput dan outcome yang memiliki kompetensi yang baik dan bersaing;
4. Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang baik dengan proses yang menarik
dan dikemas dalam kreativitas pendidik;
5. Sinergi yang baik antar sesama komponen dalam lembaga pendidikan;
6. Pengelolaan keuangan yang baik;
7. Sarana dan prasarana yang dirawat dengan baik;
8. Mendapatkan pengakuan dari masyarakat/lingkungan sekolah;
9. Transparansi dan kredibilitas mengenai laporan penggunaan anggaran;
10.Peserta didik yang merasa bahagia dalam menjalani proses kegiatan belajar mengajar.
Dengan adanya penilaian yang dilakukan kepada sebuah lembaga pendidikan, harapannya
akan memacu sebuah lembaga pendidikan tersebut terus bertransformasi dan memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam proses jalannya kegiatan, baik kegiatan belajar mengajar,
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Organisasi pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks karena lembaga
pendidikan menyelenggarakan pendidikan yang mempunyai manajemen tersendiri.
Tujuannya adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional yang menerapkan dan menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan budaya, serta memberikan kontribusi positif terhadap
lingkungannya.
2. Jenis, Jenjang dan Jalur pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan dalam kekhususan tujuan
pendidikan dalam suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan mencakup pendidikan
umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan dan khusus.
Jenjang pendidikan terdiri atas jenjang pendidikan dasar, menengah dan dasar.
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik dalam mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
3. Evaluasi dan kriteria dalam keberhasilan sebuah organisasi lembaga pendidikan terdiri
Daftar Pustaka
Dosen, Tim AP. 2010. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press
Fattah, Nanang. 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaran
Pendidikan