Daftar isi
Pengertian dan konsep dasar
Analisis angka pengganda (
multiplier)
Input-output region tunggal
Input-output antarregion
Analisis keterkaitan antarsektor
Proses produksi
INPUT OUTPUT
Input primer (primary input)
Input antara
(intermediate input)
Pemakai akhir (final demander/user)
Transaksi input antara
Dalam konteks input antara terjadi arus/perpindahan
barang antarsektor. Misalkan dari sektor
i
ke sektor
j
.
Bisa juga terjadi intrasektor, yaitu dari sektor i ke i itu sendiri
X
iialah bahwa total output sektor
i
,
z
ijialah nilai uang dari arus barang
--atau nilai transaksi-- dari sektor
i
ke sektor
j
Y
iialah total permintaan akhir sektor
i
.
Untuk seluruh perekonomian
Terdapat n-buah (artinya n-baris) persamaan seperti di atas, yang
Baris vs. kolom
Secara baris, kita melihat
struktur distribusi output
antara masing-masing sektor Ke pemakai antara dan
pemakai akhir
Secara kolom, kita melihat
distribusi input antara masing-masing sektor
Sampai saat ini …
Seluruh informasi mengenai struktur input dan output
produksi telah diletakkan dalam suatu tabel yang relatif
utuh
Tabel tersebut tidak lain adalah suatu gambar atau
potret perekonomian di satu titik waktu
Koefisien input-output (i-o coefficient)
Nama lain: koefisien input langsung (direct input coefficient)
ij ij
j
z
a
X
a32 = 0,3 berarti untuk memproduksi setiap Rp 1 output sektor 2, dibutuhkan input
Matriks teknologi
Jika ada n sektor, maka akan
ada nxn banyaknya koefisien input-output aij.
Keseluruhan koefisien tersebut
dapat disajikan dalam sebuah matriks A sebagai berikut
Matriks ini disebut pula matriks
teknologi
Salah satu konsekuensi dari
perhitungan koefisien input-output ialah sebagai berikut:
Dengan beberapa manipulasi aljabar …
Dengan menyatakan bahwa
zij = aij . Xj
maka sistem persamaan kita yang terdahulu dapat
Sehingga jika kita bertanya:
Bagaimanakah efek suatu perubahan eksogen (yaitu perubahan
pada nilai permintaan akhir Y) terhadap output X?
Kita ketahui bahwa (I – A)X = Y. Maka,
Matriks
Leontief Inverse
-1
Efek langsung dan tidak langsung
Jika terjadi tambahan permintaan akhir tentunya tambahan tersebut
haruslah diproduksi, dan otomatis menjadi tambahan output. Di contoh kasus kita di atas, terjadi tambahan permintaan akhir untuk sektor 1 sebesar 200. Otomatis output sektor 1 harus naik
setidaknya sebesar 200 tersebut. Inilah yang disebut dengan EFEK LANGSUNG
Memproduksi tambahan output akibat efek langsung tadi
Jika dilakukan terus menerus …
Bagaimana membuktikan bahwa jika tahap-tahapan
tersebut dilakukan terus menerus hingga tambahan
output yang diperlukan oleh setiap sektor adalah nol,
maka nilai total output yang diperlukan tersebut akan
Konsekuensi efek langsung
Presentasi grafis sistem solusi
Dalam model 2-sektor, sistem persamaannya adalah sbb.:
Secara grafis, harus didapatkan sedemikian hingga solusinya ada di kuadran I (yaitu, jumlah input yang digunakan haruslah positif
Kedua persamaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
X2 = f ( X1)
Syarat solusi yang relevan:
Dua persamaan garis
Maka harus dipenuhi kendala bahwa:
Dua komponen ini harus positif
Ini tidak lain adalah determinan matriks A, sehingga | I – A | > 0
Efek tidak langsung – IO Indonesia 1990
Kode tabel 1 Pertanian
2 Pertambangan & penggalian 3 Industri
Analisis angka
Angka pengganda
Analisis angka pengganda mencoba melihat apa yang
terjadi terhadap variabel-variabel endogen, yaitu output
sektoral, apabila terjadi perubahan variabel-variabel
eksogen, seperti permintaan akhir, di perekonomian
Perubahan variabel eksogen --- konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah
---Perubahan variabel endogen output/produksi
Tiga macam angka pengganda
Pengganda output (
output
multiplier
)
Pengganda pendapatan rumah tangga
(
income
multiplier
)
Angka pengganda output
Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu
sektor tertentu (katakan sektor
i
), berapa besar
tambahan output sektor tersebut?
Rp 1 tambahan final demand
di sektor i
--- konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah
---Tambahan output di sektor i
Dari contoh kasus hipotetis terdahulu
A 1,228 0,351
0,526 1,579
1 (I A)
Katakan terdapat tambahan final demand sebesar Rp 1 untuk sektor 1 sementara final demand sektor 2 tidak berubah. Dituliskan,
1 Dengan menggunakan
1,228 0,351 1 1,228 0,526 1,579 0 0,526
1 unit uang
O
Untuk sektor 2, dan seterusnya …
Dengan cara yang sama, jika terdapat tambahan final demand sebesar Rp 1 untuk sektor 2, sementara final demand sektor 1 tidak berubah, maka
0
1,228 0,351 0 0,351 0,526 1,579 1 1,579
1 unit uang
O
Angka pengganda (multiplier) output sektor 2: Dengan menggunakan
1
Angka pengganda pendapatan RT
Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor tertentu
(katakan sektor i), berapa besar tambahan pendapatan rumah tangga di sektor tersebut?
Pendapatan rumah tangga berasal dari penerimaan gaji/upah tenaga
kerja – yang pada gilirannya merupakan proporsi tertentu dari output yang diproduksi
Rp 1 tambahan final demand
di sektor i
--- konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah
---Tambahan output di sektor i
Angka pengganda output (output multiplier)
Tambahan pendapatan rumah tangga
di sektor i
Angka pengganda pendapatan rumah tangga
Hubungan output-pendapatan rumah tangga
Pendapatan rumah tangga berasal dari pembayaran upah/gaji oleh sektor produksi
Untuk setiap Rp1 output sektor i, berapakah
proporsi yang dikeluarkan untuk membayar upah/gaji?
Dapat dilihat pada mat-riks input primer. Biasa-nya diletakkan sebagai
Dari contoh kasus hipotetis terdahulu
1,228 0,351 0,526 1,579
1
(I A)
Tambahan pendapatan rumah tangga:
1 (0,2)(1,228) +(0,35)(0,526)=0,4297
H
2 (0,2)(0,351) (0,35)(1,579) 0,6228
H
Ini adalah SIMPLE HOUSEHOLD INCOME MULTIPLIER, dinotasikan:
Efek awal alternatif
Type-I multiplier
Di contoh terdahulu, angka multiplier didapatkan dengan menggunakan efek awal (initial effect) dari
perubahan sektoral, yaitu sebesar Rp 1. Sehingga:
1
0,4297 unit uang
0,4297 1 unit uang
H
Alternatif lain adalah dengan
menggunakan efek awal sebesar proporsi upah/gaji dalam total output, yaitu koefisien an+1,j. Sehingga:
1
(0,2)(1,228) (0,35)(0,526)
2,148 0,2
Y
Ini disebut dengan
TYPE-1 HOUSEHOLD INCOME MULTIPLIER
1 (0,2)(1,228) +(0,35)(0,526)=0,4297
Angka pengganda tenaga kerja
Jika ada tambahan final demand sebesar Rp 1 di satu sektor
tertentu (katakan sektor i), berapa besar tambahan penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut?
Terdapat hubungan yang proporsional antara output yang
diproduksi dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Jika kita ketahui besar tambahan output yang akan diproduksi, maka dapat dihitung pula jumlah tenaga kerja yang diperlukan
Rp 1 tambahan final demand
di sektor i
--- konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah
---Tambahan output di sektor i
Angka pengganda output (output multiplier)
Tambahan serapan tenaga kerja
di sektor i
Angka pengganda tenaga kerja
Dari contoh kasus hipotetis terdahulu
1,228 0,351 0,526 1,579
1
(I A)
Tambahan jumlah pekerja:
Ini adalah SIMPLE EMPLOYMENT MULTIPLIER, dinotasikan:
Kita membutuhkan data jumlah pekerja Di setiap sektor. Katakan data yang ada: Sektor 1 = 4 orang pekerja
Sektor 2 = 10 orang pekerja
Selanjutnya dapat dihitung rata-rata output sektoral untuk tiap pekerja:
j
Berarti: 1
4
Efek awal alternatif
Type-I multiplier
Di contoh terdahulu, angka multiplier didapatkan dengan menggunakan efek awal (initial effect) dari
perubahan sektoral, yaitu sebesar Rp 1. Sehingga:
Alternatif lain adalah dengan
menggunakan efek awal sebesar proporsi upah/gaji dalam total
output, yaitu koefisien wj. Sehingga:
Ini disebut dengan
TYPE-1 EMPLOYMENT MULTIPLIER
(1,228)(0,004) (0,526)(0,005) 0,0075
Data input-output Indonesia 1990
Kode tabel 1 Pertanian
2 Pertambangan & penggalian 3 Industri
Motivasi
Mengapa mempelajari input-output tingkat regional?
Karakteristik dan ciri suatu perekonomian regional bisa jadi berbeda
dengan perekonomian nasionalnya.
Semakin kecil suatu perekonomian, semakin besar
ketergantungannya kepada faktor-faktor eksogen dari luar perekonomian tersebut
Input-output nasional tidak begitu saja dapat digunakan untuk
Input-output regional
Input-output region tunggal
Koefisien teknologi regional
Koefisien teknologi regional bisa didapatkan dengan dua
cara:
Metode survei, menanyakan kepada pelaku ekonomi di region
ybs. tentang struktur produksinya
Metode non-survei, dengan mengambil suatu patokan (biasanya
Metode survei
Perusahaan ditanyai tentang struktur inputnya: input
antara dan input primer
Untuk mendapatkan koefisien teknologi regional, maka
perusahaan juga perlu memberitahukan besarnya input
yang berasal dari dalam region sendiri dan besarnya
input yang berasal dari luar region
Metode non-survei
Mengambil patokan (proxy) bagi perekonomian regional yang
sedang diteliti
Alternatifnya?
Perekonomian nasional
Asumsinya ialah bahwa struktur produksi (atau teknologi) di tingkat nasional sama dengan di tingkat regional
Perekonomian region lain
Bagaimana memilih region lain yang “mirip” dengan region yang sedang diteliti
Melakukan proses penyesuaian (adjustment) dari koefisien nasional
Penyesuaian nasional-regional
Matriks teknologi (A)
Nasional
Matriks teknologi (A)
Regional
Koefisien Penyesuaian (1)
Location quotient
LQ dapat dihitung dengan data pendapatan atau tenaga kerja
Kriteria penyesuaian:
Dengan begitu, didapatkan matriks A baru yang relevan untuk
region yang sedang diteliti
Data yang dibutuhkan hanyalah data untuk menghitung LQ (untuk
tiap sektor)
Koefisien Penyesuaian (2)
Regional supply percentage
piR = 0,7 berarti 70% dari keseluruhan persediaan barang sektor i,
yang ada di region tersebut, berasal dari produksi region itu sendiri. Selebihnya (yaitu yang 30%) berasal dari luar region
Metode penyesuaian:
Kalikan baris i dari matriks teknologi A dengan regional supply
percentage piR . Maka akan didapatkan matriks A baru yang relevan
untuk region yang sedang diteliti
Data yang dibutuhkan adalah output, ekspor dan impor setiap
sektor di tingkat regional
Metode RAS partial-survey
Metode survei seringkali menjadi terlalu mahal untuk dapat
membuat matriks transaksi input-output. Di samping itu pertanyaan yang harus dijawab oleh sektor usaha sangatlah rinci dan sulit
Namun, metode non-survei seringkali dianggap terlampau
sederhana untuk menangkap kondisi perekonomian daerah
Metode partial-survey merupakan kompromi, di mana survey yang
Prinsip dasar metode RAS
Matriks transaksi antara (A)
Total input antara
Total input
T
Matriks transaksi antara (A) regional
???
Nasional
Regional
Total input Total input antara
Analisis input-output regional
Setelah didapatkan matriks koefisien input regional,
maka analisis dapat dilakukan seperti halnya dengan
input-output nasional
Sebagai contoh, analisis angka pengganda (multiplier), analisis
Input-output
Struktur IO region tunggal
Transaksi antarindustri
Permintaan akhir
Input primer
Sektor
Total Input
Sektor
Input Primer
Transaksi
antarindustri Koefsien input (A) Leontief inverse (I-A)
Struktur IO antarregion
Permintaan akhir
C I G
Total Output
Struktur data survei
Selain transaksi intraregion, juga dibutuhkan data
mengenai transaksi antarregion
Lebih spesifik lagi, sektor usaha harus dapat
Jenis analisis keterkaitan
Backward Linkage
Forward Linkage
Beberapa aplikasi:
Backward linkage – keterkaitan ke belakang
Peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan
output sektor-sektor lainnya, melalui dua cara.
Pertama peningkatan output sektor i akan meningkatkan
permintaan input sektor i tersebut.
Input sektor i tadi ada yang berasal dari sektor i sendiri, ada pula
yang berasal dari sektor lain, katakan (di model dua sektor) sektor j. Sektor i meminta output sektor j lebih banyak dari sebelumnya,
yang berarti harus ada peningkatan output sektor j.
Peningkatan output sektor j ini, pada gilirannya, akan meningkatkan
permintaan input sektor i itu sendiri, Begitu seterusnya, terjadi keterkaitan antarsektor industri tersebut.
Keterkaitan antarsektor industri yang seperti ini disebut dengan
Ukuran backward linkage
Direct backward linkage
Total backward linkage
Terdiri dari komponen efek langsung dan efek tidak
langsung, di mana b adalah elemen Leontief inverse
Forward linkage – keterkaitan ke depan
Peningkatan output sektor tertentu akan mendorong peningkatan
output sektor-sektor lainnya, melalui dua cara.
Pertama peningkatan output sektor i akan meningkatkan distribusi
output sektor i tersebut. Hal ini membuat sektor lain memiliki input produksi yang lebih banyak.
Karena itu sektor-sektor lain akan meningkatkan pula proses
produksinya, yang pada gilirannya mendistribusikan output produksi yang lebih banyak lagi
Keterkaitan antarsektor industri yang seperti ini disebut dengan
Ukuran forward linkage
Direct forward linkage
Total forward linkage
Terdiri dari komponen efek langsung dan efek tidak
langsung, di mana b adalah elemen Leontief inverse
Contoh kasus hipotetis
150 170 190 230
25 30 40 95
23 32 35 38
24 33 31 22
19 32 25 15
155 190 200 250
tahun 1 tahun 2 tahun 3 transaksi antarsektor
forward linkage
backward linkage
Multiplier product matrix (MPM)
Beberapa analisis melihat keterkaitan antarsektor lebih
dari sekedar penghitungan keterkaitan ke belakang dan
ke muka.
Satu metode analisis yang dapat digunakan ialah
dengan menghitung
multiplier product matrix
atau MPM.
Penghitungan MPM ini dilakukan dengan membuat dua
indeks seperti yang diusulkan oleh Rasmussen.
Pertama ialah
power dispersion for the backward
BL dan FL, sekali lagi …
Power dispersion for the backward linkage
Indices of sensitivity of dispersion for forward linkage
Kedua indeks BL dan FL ini dinormalisir dengan rata-rata elemen
matriks kebalikan Leontief
Membandingkan total kolom/baris matriks kebalikan Leontief bisa jadi
bukan perbandingan yang setara. Kesetaraan didapat dengan
menormalisir total kolom/baris tersebut dengan suatu nilai rata-rata yang didapatkan dari matriks kebalikan Leontief yang bersangkutan
Formula MPM
MPM pada prinsipnya adalah suatu teknik penyajian
peringkat sektor-sektor berdasarkan nilai
forward
dan
backward linkage
. Secara formal rumusannya ialah
sebagai berikut
m
iji
d
B
i
d
F
V
Karakteristik MPM
Matriks
M
ini memiliki karakteristik yang identik dengan
karakteristik matriks kebalikan Leontief perekonomian
yang bersangkutan.
Berdasarkan penjumlahan kolom
Berdasarkan penjumlahan baris
Teknik penyajian
Kolom dan baris matriks
M
dapat diperingkatkan
menurut peringkat
backward linkage
(untuk kolom) dan
peringkat
forward linkage
(untuk baris). Dengan
Kasus hipotetis terdahulu
MPM Indonesia - 19 sektor
10131415 163
8181112 2 5 15163818
11122514 61917
Metode ekstraksi (extraction method)
Pada awalnya, metode ini diarahkan untuk mencari
besarnya
tingkat kepentingan
suatu sektor di
perekonomian
Dengan metode ini, pertanyaan yang diajukan adalah:
Berapa besar dampak output apabila suatu sektor hilang
(extracted out) dari perekonomian ?
Ekstraksi: sektor vs. region
Hilangnya suatu sektor
Perubahan definisi sektoral
Perubahan struktur ekonomi dalam jangka panjang
Hilangnya suatu region
Perpecahan region dari suatu negara: Ceko-Slovenia, Rusia,
TimTim, dsb.
Jangka pendek – dari situasi perdagangan ke situasi
Region 1 hilang dari perekonmian
Matriks koefisien input (A) dan kebalikan Leontief (L) dapat
dituliskan sebagai berikut:
Ekstraksi berarti komponen A1R and AR1 be dipaksa menjadi nol.
Output di sistem ini menjadi
Selisihnya dengan output ketika belum ter-ekstraksi ialah
Output hilang di region 1: dua dampak
Output hilang di region 1 karena region 1 tidak lagi berhubungan
dengan R
Dampak langsung atau lokal (local or direct impact) dicerminkan
oleh komponen pertama. Ini adalah jumlah output yang tidak akan diproduksi dalam konteks permintaan akhir region 1
Dampak tidak langsung (indirect impact) dicerminkan oleh
komponen kedua. Ini adalah sejumlah output yang tidak akan tercipta dalam konteks permintaan akhir dari R
1 1 ( 11 ( 11) )1 1 1R R
Output hilang di region R: dua dampak
Output hilang di region R karena region R tidak lagi berhubungan
dengan 1
Dampak langsung atau lokal (local or direct impact) dicerminkan
oleh komponen pertama. Ini adalah jumlah output yang tidak akan diproduksi dalam konteks permintaan akhir region R
Dampak tidak langsung (indirect impact) dicerminkan oleh
komponen kedua. Ini adalah sejumlah output yang tidak akan tercipta dalam konteks permintaan akhir dari 1
( ( ) )1 1 1
R R RR RR R R
Efek hilangnya Timor Timur
Dampak total Rp 4241.52 billion
Dampak antarregional Rp 4154.92 billion (97.9% dari total)
Distribusi interregional Sumatra 4.5% Jawa-Bali 54.4% Kalimantan 30%
Sulawesi 9.0%
Determinan dampak ekstraksi
Model dasar:
di mana EI
ijadalah dampak output di region i karena
ekstraksi region j; Z
idan Z
jadalah karakteristik ekonomi
region i dan region j.
( , )
ij i j
Hasil regresi
Makin tinggi PDRB
makin tinggi dampak ekstraksi
makin tinggi interaksi
Pengeluaran pemerintah daerah cenderung meningkatkan dampak ekstrasi -- sementara peningkatan
pengeluaran pemerintah pemerintah pusat cenderung menurunkan dampak ekstraksi Pengeluaran pemerintah secara umum cenderung meningkatkan