• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KOPI KERINCI DENGAN CITRA MEREK SEBAGAI VARIABEL MODERATING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KOPI KERINCI DENGAN CITRA MEREK SEBAGAI VARIABEL MODERATING"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN KOPI KERINCI DENGAN CITRA MEREK SEBAGAI

VARIABEL MODERATING

Oleh

SOHARJONI

NPM. 1210018212088

(2)

Pengaruh Produk dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Kopi Kerinci dengan Citra Merek sebagai VariabelModerating

aSoharjoni., Sefnedi, Ph.D., Dr. Kardiman

a

Program Pascasarjana Magister Ilmu Manajemen Universitas Bung Hatta

email:jhonsals4@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research was to inversigate the moderating effect of brand image on the relationship between product, price and buying decision of coffee in Sungai Penuh city. The research population was all customers who have been consuming kerinci coffee since six months in Sungai Penuh city. This research performed purpossive sampling to get the samples. In order to test hypotheses, this study conducted multiple, single and moderated regression analyses. The results of analysis found that a) Product positively and significantly influenced consumer buying decision. b) Price positively and significantly influenced consumer buying decision. c) Brand image positively and significantly influenced consumer buying decision. d) Brand image was found as moderating variable and stengthened the relationship between product, price and consumer buying decision. The findings of this research recommended that in order to increase the numbers of Kerinci coffee selling future, it is needed to develop product and pricing decisions.

Keywords:Product, Price, Brand Image and Buying Decision.

PENDAHULUAN

Sektor pertanian memainkan

peranan penting di Indonesia

mengingat Indonesia merupakan

negara agraris yang terluas di Asia

Tenggara. Salah satu daerah di

Indonesia yang mengandalkan

pengembangan industri pertaniannya

adalah Kabupaten Kerinci yang

memiliki Kawasan Budidaya tersebut

sekitar 150.164 dan 38.864 ha lahan

non pertanian.

Salah satu hasil pertanian yang

menjadi unggulan di Kabupaten

Kerinci adalah kopi dimana kopi

kerinci merupakan salah satu komoditi

ekspor pilihan masyarakat dan

merupakan produk inti dari sektor

perkebunan. Namun saat ini kopi

kerinci dihadapkan pada persaingan

yang sangat tajam dari kopi merek

nasional seperti Tora Bika, Caffucino,

Kapal Api, Kopi Mix, Kopi Ginseng,

Kopi Luwak, Kopi ABC dan lain-lain.

Tingginya tingkat persaingan

dalam industri kopi, telah memaksa

para produsen kopi kerinci untuk

berupaya mengembangkan strategi

(3)

Diantara strategi pemasaran

tersebut adalah memahami perilaku

konsumen dalam mengambil

keputusan pembelian serta

faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini

disebabkan karena perusahaan yang

mampu memahami perilaku konsumen

dalam keputusan pembelian serta

faktor-faktor yang mendorong

konsumen melakukan pembelian akan

mampu menguasai pasar (Kotler dan

Keller, 2011).

Berdasarkan data skunder yang

diterbitkan oleh Disperindag dan UKM

Kota Sungai Penuh (2013) dapat

dilihat selama Tahun 2013 volume

penjualan kopi kerinci mengalami

fluktuasi dari bulan ke bulannya dan

pertumbuhan penjualannya

memperlihatkan angka yang tidak

terlalu menggembirakan bahkan dari

bulan September-Oktober 2013

mengalami penurunan dan selama

bulan Oktober-Desember 2013 tidak

mengalami pertumbuhan sama sekali.

Kondisi tersebut merupakan fenomena

menarik dan menunjukkan bahwa

keputusan konsumen dalam membeli

kopi kerinci semakin kurang baik.

Kotler dan Keller (2011)

menjelaskan bahwa keputusan

pembelian konsumen adalah suatu

proses penyelesaian masalah yang

terdiri dari pengenalan kebutuhan,

pencarian informasi, evaluasi alternatif

pembelian, keputusan pembelian dan

perilaku setelah pembelian

Disisi lain, Schiffman dan Kanuk

(2008) menjelaskan bahwa keputusan

pembelian konsumen diantaranya

dipengaruhi oleh produk dan harga.

Produk merupakan segala sesuatu yang

dapat ditawarkan produsen baik yang

bersifat berwujud maupun tidak

berwujud untuk diperhatikan, diminta,

dicari, dibeli, digunakan atau

dikonsumsi dalam upaya memenuhi

kebutuhan dan keinginan (Tjiptono,

2008). Sementara harga adalah nilai

ekonomis yang dikorbankan atau

dikeluarkan oleh konsumen untuk

mendapatkan produk atau jasa yang

berguna sebagai alat pemuas

kebutuhan dan keinginan (Kotler dan

Keller, 2011).

Berdasarkan kajian literatur

empiris, ditemukan gap lietaratur

dimana pengaruh variabel produk

terhadap keputusan pembelian

konsumen masih bersifat ambigu.

Dengan kata lain bahwa sebagian

peneliti menemukan bahwa variabel

produk berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian

konsumen (Sri, 2013; Sarini, 2013;

Aprih & Bambang, 2009) dan peneliti

lain menemukan produk tidak

(4)

keputusan pembelian konsumen

(Hafrizal, 2012; Krissandi, 2013).

Begitu juga dengan pengaruh

variabel harga terhadap keputusan

pembelian konsumen dimana sebagian

peneliti menemukan bahwa variabel

harga berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian konsumen (Setyo

& Maya, 2012; Hendri & Sumanto,

2010; Aprih & Bambang, 2009) dan

sebagian peneliti lainnya menemukan

bahwa harga tidak berpengaruh

signifikan terhadap keputusan

pembelian konsumen (Yuda, 2012;

Rusydi, 2005).

Menurut Baron dan Kenny (1986)

dalam Sekaran (2009) menjelaskan

bahwa apabila pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat masih bersifat

ambigu, maka peneliti berikutnya

dapat menempatkan variabel

moderating, tetapi variabel moderating

yang ditempatkan tersebut harus

pernah diuji sebelumnya sebagai

variabel bebas terhadap variabel

terikat. Variabel moderating dapat

memperjelas pengaruh yang bersifat

ambigu dimana peranan variabel

moderating akan memperkuat atau

memperlemah pengaruh satu variabel

terhadap variabel lain.

Berdasarkan penjelasan diatas,

penulis mempertimbangkan variabel

brand image sebagai variabel

moderating, dimana para peneliti

terdahulu pernah menguji variabel

brand image sebagai variabel bebas

terhadap keputusan pembelian

konsumen (Muhamad, 2013; Anisa,

2013; Sri, 2013). Dengan demikian

dapat dikemukakan kerangka

konseptual penelitian ini sebagai

berikut:

Gambar 1. Kerangka Konseptual

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh konsumen yang

melakukan pembelian kopi kerinci di

Kota Sungai Penuh selama Tahun 2013

yang jumlahnya tidak diketahui (non

probability) dengan jumlah sampel

sebanyak 100 orang. Teknik penarikan

sampel yang digunakan adalah

purpossive sampling yaitu penarikan

sampel yang dilakukan dengan

pertimbangan kriteria tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti. Adapun

kriteria yang penulis pertimbangkan

(5)

Mengkonsumsi kopi kerinci minimal 6

bulan, dan 3) berdomisili di Kota

Sungai Penuh

Definisi dan Operasional Variabel

Keputusan pembelian adalah

Proses perilaku konsumen dalam

melakukan pembelian kopi kerinci di

Kota Sungai Penuh (Kotler dan Keller,

2011) yang diukur dengan 5 item

(Schiffman dan Kanuk, 2008). Produk

adalah kopi kerinci yang dapat

ditawarkan kepada konsumen di Kota

Sungai Penuh untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginannya (Kotler

dan Keller, 2011) dan diukur dengan 4

item (Henri dan Sumanto, 2010).

Harga merupakan nilai ekonomis

yang dikorbankan atau dikeluarkan

konsumen di Kota Sungai Penuh untuk

mendapatkan kopi kerinci yang

berguna dalam pemenuhan kebutuahan

dan keinginannya Kotler dan Keller,

2011) dan diukur dengan 3 item (Aprih

dan Bambang, 2009). Sementara citra

merek adalah keseluruhan persepsi

konsumen terhadap kopi kerinci yang

didapat atau diperoleh melalui proses

informasi dari berbagai sumber (Kotler

dan Keller, 2011) yang diukr dengan 6

item (Evawati, 2012).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Instrumen

Uji intrumen terdiri dari uji

validitas dan reliabilitas. Validitas

merupakan alat uji untuk mengetahui

apakah suatu butir pertanyaan

dinyatakan valid atau tidak (Sekaran,

2009). Untuk mengetahui apakah

pertanyaan-pertanyaan valid atau tidak,

maka digunakan nilai corrected

item-total correlation. Apabila suatu butir

pertanyaan memiliki nilai corrected

item-total correlation lebih besar dari

0,30 maka butir pertanyaan tersebut

dinyatakan valid, dan sebaliknya

(Maholtra, 2009).

Sedangkan reliabilitas merupakan

alat uji untuk mengetahui kehandalan

variabel. Uji reliabilitas menggunakan

cronbach alpha lebih lebih besar dari

0,70 (Sekaran, 2009). Ringkasan hasil

uji instrument dapat dilihat sebagai

berikut:

Tabel 1. Hasil Uji Instrumen

Variabel Jumlah

item

Tidak Valid

Valid Cronbach’s

Alpha

Keterangan

Keputusan Pembelian (Y) 5 - 5 0,856 Reliabel

Produk (X1) 4 - 4 0,779 Reliabel

Harga (X2) 3 - 3 0,774 Reliabel

(6)

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Deskripsi Variabel

Hasil analisis deskriptif tentang

skor rata-rata dan tingkat capaian

responden (TCR) masing-masing

variabel dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2. Skor Rata-Rata dan TCR

No Variabel Skor Rata-Rata TCR (%) Keterangan

1 Keputusan Pembelian (Y) 4,12 82,4 Baik

2 Produk (X1) 3,72 74,4 Cukup Baik

3 Harga (X2) 3,82 76,4 Cukup Baik

4 Citra Merek (M) 4,09 81,8 Baik

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terdiri dari uji

normalitas, uji linearitas, uji

multikolonearitas dan uji

heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011).

Berdasarkan hasil analisis tentang uji

asumsi klasik ditemukan bahwa semua

uji normalitas (

Kolmogorov-Smirnov), linearitas (compare means),

mulikolinearitas (Tolerence dan VIF),

dan heteroskedastisitas (Uji Glajser)

memenuhi persyarakatan.

Pengujian Hipotesis

Pengaruh Produk dan Harga terhadap Keputusan Pembelian

Hipotesis H1 dalam penelitian ini

adalah produk berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian kopi

Kerinci. Sedangkan hipotesis H2

adalah harga berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian kopi

Kerinci. Hasil pengujian H1 dan H2

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3. Pengaruh Produk dan Harga terhadap Keputusan Pembelian

Konstanta dan Variabel Bebas Koefisien Regresi

Signifikan Keputusan

Konstanta (a) 2,318 0,000

-Produk (X1) 0,252 0,000 H1 diterima

Harga (X2) 0,232 0,001 H2 diterima

F hitung 26,095 0,000

R2 0,350

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Tabel 3 diatas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Koefisien regresi variabel produk

(X1) diperoleh sebesar 0,252

dengan signifikan 0,000 (lebih

kecil dari 0,05). Dengan demikian

dapat simpulkan bahwa produk

(7)

signifikan terhadap keputusan

pembelian kopi Kerinci di Sungai

Penuh (Y), sehingga H1 dapat

diterima.

b. Koefisien regresi variabel harga

(X2) diperoleh sebesar 0,232

dengan signifikan 0,001 (lebih

kecil dari 0,05). Dengan demikian

dapat simpulkan bahwa harga (X2)

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian kopi

Kerinci di Sungai Penuh (Y),

sehinggaH2 dapat diterima.

c. F hitung diperoleh 26,095 dengan

signifikan 0,000 (lebih kecil dari

0,05). Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa model

penelitian tentang pengaruh produk

dan harga terhadap keputusan

pembelian adalah layak.

d. Besaran R2 (R square) diperoleh

0,350 yang bermakna bahwa

kontribusi variabel produk dan

harga dan harga terhadap

keputusan pembelian kopi di

Sungai Penuh adalah 35%,

sedangkan sisanya sebesar 65%

merupakan kontribusi variabel

lainnya.

Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian

Hipotesis H3 dalam penelitian ini

adalah citra merek berpangaruh

signifikan terhadap keputusan

pembelian kopi Kerinci. Hasil

pengujian hipotesis H3 dapat dilihat

sebegai berikut:

Tabel 4. Pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian

Konstanta dan Variabel Moderasi

Koefisien Regresi

Signifikan Keputusan

Konstanta (a) 3,641 0,000

-Citra Merek (M) 0,131 0,001 H3 diterima

F hitung 11,552 0,000

R2 0,105

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Tabel 4 diatas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Koefisien regresi variabel citra

merek (M) diperoleh sebesar 0,131

dengan signifikan 0,001 (lebih

kecil dari 0,05). Dengan demikian

dapat simpulkan bahwa citra merek

(M) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan

pembelian kopi Kerinci di Sungai

Penuh (Y), sehingga H3 dapat

diterima.

b. F hitung diperoleh 11,552 dengan

(8)

0,05). Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa model

penelitian tentang pengaruh citra

merek terhadap keputusan

pembelian adalah layak.

c. Besaran R2 (R square) diperoleh

0,105 yang bermakna bahwa

kontribusi variabel citra merek

terhadap keputusan pembelian kopi

di Sungai Penuh adalah 10,5%,

sedangkan sisanya sebesar 89,5%

merupakan kontribusi variabel

lainnya.

Pengaruh Citra Merek sebagai Moderasi

Hipotesis H4 dalam penelitian ini

adalah citra merek berperan sebagai

variabel moderasi antara produk dan

keputusan pembelian kopi Kerinci.

Sedangkan hipotesis H5 adalah citra

merek berperan sebagai variabel

moderasi antara harga dan keputusan

pembelian kopi Kerinci.

Untuk menguji hipotesis H4 dan

H5 digunakan hierarchical regression

analysis. Tujuan menggunakan

hierarchical regression analysis dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui

peranan variabel citra merek (M)

sebagai variabel moderasi pada

pengaruh produk (X1), harga (X2)

terhadap keputusan pembelian (Y).

Hasil pengujian hipotesis H4 dan H5

dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5. Pengaruh Citra Merek sebagai Moderasi

Model 1 Model 2 Model 3 Konstanta, Variabel

Bebas dan Moderasi Koefisien Regresi

Konstanta (a) 2,381 0,000 2,143 0,000 2,501 0,000 Produk (X1) 0,252 0,000 0,244 0,000 0,219 0,285

Harga (X2) 0,232 0,001 0,204 0,004 0,537 0,145

Citra Merek (M) - - 0,086 0,010 0,031 0,389

X1M - - - - 0,159 0,044

X2M - - - - 0,189 0,032

F hitung 26,095 0,000 20,734 0,000 15,656 0,000

Rsquare 0,350 0,393 0,454

Sumber: Data Primer, 2014

Tabel 5 diatas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Model 1

1. Koefisien regresi variabel

produk (X1) adalah 0,252 dan

signifikan 0,000 (lebih kecil dari

0,05). Dengan demikian, dapat

diartikan bahwa produk (X1)

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian (Y),

sehingga H1diterima.

2. Koefisien regresi variabel harga

(9)

0,001 (lebih kecil dari 0,05).

Dengan demikian, dapat diartikan

bahwa harga (X2) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian (Y), sehingga

H2diterima.

3. F hitung diperoleh sebesar

26,095 dengan signifikan 0,000

(lebih kecil dari 0,05). Dengan

demikian, dapat disimpulkan

bahwa model penelitian tentang

pengaruh produk (X1) dan harga

(X2) terhadap keputusan pembelian

(Y) dinyatakan layak.

4. Nilai R square (R2) diperoleh

sebesar 0,350 yang berarti bahwa

variasi keputusan pembelian kopi

kerinci di Kota Sungai Penuh

dijelaskan oleh variabel produk dan

harga sebesar 35%, sementara

sisanya sebesar 65% dijelaskan

oleh variabel-variabel lain yang

tidak termasuk dalam Model 1.

Model 2

1. Koefisien regresi variabel citra

merek (M) diperoleh sebesar 0,086

dengan signifikan 0,010 (lebih

kecil dari 0,05). Hasil ini dapat

diartikan bahwa citra merek (M)

berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian kopi

Kerinci (Y). Dengan demikian, H3

diterima

2. Nilai F hitung diperoleh sebesar

20,734 dengan signifikan 0,000

(lebih kecil dari 0,05). Dengan

demikian, dapat disimpulkan

bahwa Model 2 dalam hierarchical

regression analysis dinyatakan

layak.

3. Nilai R square (R2) diperoleh

sebesar 0,393 yang berarti bahwa

variasi keputusan pembelian kopi

kerinci di Kota Sungai Penuh

dijelaskan oleh variabel produk,

harga dan citra merek sebesar

39,3%, sementara sisanya sebesar

60,7% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain yang tidak termasuk

dalam Model 2.

Model 3

1. Variabel X1M (interaksi antara

produk dan citra merek) memiliki

nilai signifikan sebesar 0,044 (lebih

kecil dari 0,05). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa citra

merek berperan sebagai variabel

moderasi pada pengaruh produk

terhadap keputusan pembelian

(Baron dan Kenny, 1986).

2. Variabel X2M (interaksi antara

harga dan citra merek) memiliki

nilai signifikan sebesar 0,032 (lebih

kecil dari 0,05). Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa citra

merek berperan sebagai variabel

(10)

terhadap keputusan pembelian

(Baron dan Kenny, 1986).

3. Pada Model 1 ditemukan R2

sebesar 0,350 sedangkan R2 Model

3 adalah 0,454. Dengan demikian

terjadi peningkatan R2 sebesar

0,104, sehingga dapat disimpulkan

bahwa citra merek sebagai variabel

moderasi memperkuat pengaruh

produk dan harga terhadap

keputusan pembelian sebesar

10,4%, sehingga demikian H4 dan

H5 dapat diterima

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis pertama (H1) diketahui

bahwa variabel produk berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian kopi Kerinci. Hal

ini berarti bahwa jika semakin baik

produk kopi Kerinci yang

dipersepsikan oleh konsumen maka

akan semakin baik keputusan

konsumen dalam melakukan

pembelian kopi Kerinci di Kota Sungai

Penuh. Sebaliknya, jika semakin tidak

baik produk kopi Kerinci yang

dipersepsikan oleh konsumen maka

akan semakin tidak baik pula

keputusan konsumen dalam melakukan

pembelian kopi Kerinci di Kota Sungai

Penuh. Hasil penelitian ini didukung

oleh temuan penelitian terdahulu

(Aprih & Bambang, 2009; Sri, 2013;

Sarini, 2013)

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis kedua (H2) diketahui bahwa

variabel harga berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan

pembelian kopi Kerinci. Hal ini berarti

bahwa jika semakin baik penetapan

harga kopi Kerinci yang dipersepsikan

oleh konsumen maka akan semakin

baik keputusan konsumen dalam

melakukan pembelian kopi Kerinci di

Kota Sungai Penuh. Sebaliknya, jika

semakin tidak baik penetapan harga

kopi Kerinci yang dipersepsikan oleh

konsumen maka akan semakin tidak

baik pula keputusan konsumen dalam

melakukan pembelian kopi Kerinci di

Kota Sungai Penuh. Hasil penelitian

ini didukung oleh temuan penelitian

terdahulu (Setyo & Maya, 2012; Aprih

& Bambang, 2009; Hendri & Sumanto,

2010).

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis ketiga (H3) diketahui bahwa

variabel citra merek berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian kopi Kerinci. Hal

ini berarti bahwa jika semakin baik

citra kopi Kerinci yang dipersepsikan

oleh konsumen maka akan semakin

baik keputusan konsumen dalam

(11)

Kota Sungai Penuh. Sebaliknya, jika

semakin tidak baik citra kopi Kerinci

yang dipersepsikan oleh konsumen

maka akan semakin tidak baik pula

keputusan konsumen dalam melakukan

pembelian kopi Kerinci di Kota Sungai

Penuh. Hasil penelitian ini didukung

oleh temuan penelitian terdahulu (Sri,

2013; Muhamad, 2013; Anisa, 2013).

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis keempat (H4) diketahui

bahwa variabel citra merek berperan

sebagai variabel moderasi pada

pengaruh produk terhadap keputusan

pembelian kopi Kerinci. Temuan

penelitian ini memberikan makna

bahwa jika semakin baik citra kopi

Kerinci yang dipersepsikan oleh

konsumen di Kota Sungai Penuh maka

akan semakin kuat pengaruh variabel

produk terhadap keputusan pemeblian

kopi Kerinci di Kota Sungai Penuh.

Sebaliknya, jika semakin tidak baik

citra kopi Kerinci yang dipersepsikan

oleh konsumen di Kota Sungai Penuh

maka akan semakin lemah pengaruh

variabel produk terhadap keputusan

pemeblian kopi Kerinci di Kota Sungai

Penuh.

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis kelima (H5) diketahui bahwa

variabel citra merek berperan sebagai

variabel moderasi pada pengaruh harga

terhadap keputusan pembelian kopi

Kerinci. Temuan penelitian ini

memberikan makna bahwa jika

semakin baik citra kopi Kerinci yang

dipersepsikan oleh konsumen di Kota

Sungai Penuh maka akan semakin kuat

pengaruh variabel harga terhadap

keputusan pemeblian kopi Kerinci di

Kota Sungai Penuh. Sebaliknya, jika

semakin tidak baik citra kopi Kerinci

yang dipersepsikan oleh konsumen di

Kota Sungai Penuh maka akan

semakin lemah pengaruh variabel

harga terhadap keputusan pemeblian

kopi Kerinci di Kota Sungai Penuh.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Produk berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan

pembelian kopi Kerinci di Sungai

Penuh.

2. Harga berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan

pembelian kopi Kerinci di Sungai

Penuh.

3. Citra merek berpengaruh positif

dan signifikan terhadap keputusan

pembelian kopi Kerinci di Sungai

Penuh.

4. Citra merek memperkuat pengaruh

produk terhadap terhadap

keputusan pembelian kopi Kerinci

(12)

5. Citra merek memperkuat pengaruh

harga terhadap terhadap keputusan

pembelian kopi Kerinci di Sungai

Penuh.

Implikasi

1. Dalam upaya meningkatkan

keputusan pembelian kopi Kerinci

di Kota Sungai Penuh untuk masa

yang akan datang, maka para

pengusaha kopi Kerinci di Kota

Sungai Penuh hendaknya lebih

berupaya untuk meningkatkan

kualitas produk (kopi kerinci) dan

memperbaiki kebijakan harga. Hal

ini disebabkan karena hasil

penelitian ini telah membuktikan

bahwa variabel produk dan harga

memiliki pengaruh yang berarti

terhadap keputusan konsumen

dalam melakukan pembelian kopi

Kerinci di Kota Sungai Penuh.

2. Peningkatan kualitas produk

sebagaimana yang dimaksud diatas

dapat dilakukan yaitu: a)

Pengusaha Kopi kerinci di Kota

Sungai Penuh hendaknya

menawarkan produk kopi Kerinci

dalam bentuk berbagai ukuran atau

memperpanjang lini produk, dan b)

para pengusaha kopi Kerinci di

Kota Sungai Penuh, dalam

pengembangan produk kopi

Kerinci hendaknya menyesuaikan

selera konsumen di Kota Sungai

Penuh

3. Perbaikan kebijakan harga

dilakukan yaitu a) dalam penetapan

harga jual kopi kerinci, para

pengusaha hendaknya

memperhatikan kemampuan

masyarakat, dan b) Para pengusaha

kopi kerinci hendaknya

memberikan potongan harga jika

konsumen melakukan pembelian

dalam jumlah yang banyak.

4. Disamping memperhatikan faktor

produk dan harga, para pengusaha

kopi kerinci di Kota Sungai Penuh

hendaknya selalu berupaya

memperbaiki citra kopi kerinci di

mata konsumen. Hal ini disebabkan

karena hasil penelitian ini

membuktikan bahwa variabel citra

merek memiliki peranan penting

dalam memperkuat pengaruh

produk dan harga terhadap

keputusan pembelian kopi kerinci

di Kota Sungai Penuh. Perbaikan

cira kopi kerinci tersebut dapat

dilakukan dengan cara yaitu a)

merubah logo kopi kerinci yang

mudah diingat oleh konsumen, dan

b) meningkatkan hubungan dengan

konsumen (customer relationship)

agar para konsumen kopi kerinci

merasa dihargai dan pada akhirnya

(13)

dalam mengkonsumsi kopi merek

kerinci

Saran Peneliti Berikutnya

1. Peneliti yang akan datang

disarankan agar menggunakan

seluruh populasi atau seluruh

konsumen kopi kerinci di Kota

Sungai Penuh sebagai responden

penelitian agar mendapatkan hasil

yang lebih baik.

2. Peneliti yang akan dapat dapat

mereplikasi model penelitian ini

dan selanjutnya diujikan pada

konsumen kopi kerinci yang berada

pada daerah-daerha lain.

3. Peneliti berikutnya juga dapat

mengembangkan model penelitian

ini dengan mempertimbangkan

atau menambahkan variabel lain

yang mempengaruhi keputusan

pembelian seperti promosi dan

distribusi.

DAFTAR PUSTKA

Anisa, Kurnia S (2013). Pengaruh Citra Merek dan Keluarga terhadap Keputusan Pembelian Honda Beat.

Jurnal Ilmu Manajemen, Vol 1 No1.

Aprih, Santoso dan Bambang,

Kunarto.(2009). “Analisis

Pengaruh Faktor Internal

Mahasiswa dan Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Teh (Studi Kasus Mahasiswa Kos di Semarang). Jurnal Dinamika Sosbud Volume 11 Juni 2009:1-14 ISSN 1410-9859

Baron, R.M dan Kenny, D.A (1986). The Moderator-Mediator Variable Distinction in Social Psychological Research: Conceptual, Strategic, and Statistical Considerations.

Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 51 No.6. pp 1173-1182.

Evawati (2012). Pengaruh Kualitas Produk dan Citra Merek (Brand

Image) terhadap Kepuasan

Konsumen. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Sosial Jilid 1 No 2.

Hafrizal, Okta. (2012). Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa Terhadap

Keputusan Pembelian Kartu

Pradana Prabayar XL di Kota Padang. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Volume 3 Nomor 1 Januari 2012 ISSN : 2086-5031 Hendri, Sukotjo dan Sumanto, Radix,

A. (2010). Analisa Marketing Mix (Produck, Price, Promotion, Place, Partisipant, Process, dan Physical Evidence) Terhadap Keputusan

Pembelian Produk Klinik

Kecantikan Teta di Surabaya.

Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisinis Vol. 1, No. 2, Oktober 2010, 216-228 ISSN 2087-1090.

Kotler, Philip & Keller, Kevin Lane. (2011). Manajemen Pemasaran Jilid I Edisi Ke-13. Diterjemahkan oleh Bob Sabran. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Krissandi, Dewantoro. (2013).

Pengaruh Bauran Pemasaran

Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Wisma Annisa Batik di Kapupaten Bangkalan). Jurnal Pendidikan Tata Niaga (JPTN). Vol.1 No. 1 2013

Malhotra K. N. (2009). Aplikasi Riset Pemasaran. Terjemahan. Bumi Aksara, Jakarta.

(14)

Pembelian Jasa Terminix di Kota Manado.Jurnal EMBA Vol 1 No 4. Rusydi, Abu Bakar. (2005). Pengaruh

Pelaksanaan Bauran Pemasaran

Terhadap Proses Keputusan

Pembelian Konsumen Pada

Industri Jamu di Banda Aceh.

Jurnal Sistem Teknik Industri, Volume 6 Nomor 3 Juli 2005. Sarini, Kodu (2013). Harga, Kualitas

Produk dan Kualitas Pelayanan Pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota Avanza.

Jurnal EMBA. Vol 1 No 3.

Schiffman, Leon dan Kanuk, Leslie Lazar. (2008).Perilaku Konsumen. Diterjemahkan oleh Zoelkifli Kasip. Jakarta: Indeks.

Sekaran, Uma. (2009). Metode

Penelitian untuk Bisnis Buku I Edisi- Ke-4. Diterjemahkan oleh Kwan Men Yen. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Setyo, F.W dan Maya, P.K (2012). Pengaruh Iklan Televisi dan Harga terhadap Keputusan Pembelian

Sabun Lux (Survey pada

Pengunjungn Mega Bekasi

Hypermall). Jurnal Riset

Manajemen Sains Indonesia, Vol 3 No 1.

Sri, Wahyuni (2013). Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas

Produk, Citra Merek dan

Dukungan Layanan Purna Jual terhadap Keputusan Konsumen dalam Membeli Skuter Metik Merek Honda di Kota Semarang.

Jurnal Pengembangan Humaniora, Vol 13 No, 2.

Tjiptono, Fandy. (2008). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset.

Yuda, Melisa. (2012). Pengaruh Bauran Pemasaran Ritel Terhadap

Keputusan Pembelian Ulang

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konseptual
Tabel 5. Pengaruh Citra Merek sebagai Moderasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tipe pola asuh terbanyak yang diterapkan oleh orang tua adalah tipe pola asuh otoritatif yaitu sebanyak 24 responden (80,0%), hal ini tidak terlepas

Meskipun gula dan vitamin C tersusun dari jenis unsur yang sama tetapi mempunyai sifat yang berbeda, hal ini disebabkan karena jumlah masing-masing unsur dalam senyawa

At a minimum the management plan shall include: a) the objectives of forest management. c) how the objectives will be met, harvesting methods and silviculture. d) harvest plans

Melihat fenomena yang terjadi, maka perlu adanya tindak lanjut mengenai pembelajaran apresiasi seni tari di SD Nasima dengan menerapkan model pelatihan apresiasi seni tari

Teknik analisis data yang digunakan Cochran Q- Test untuk mengetahui alasan-alasan mahasiswa Kampus 1 Universitas Sanata Dhrarma menggunakan jasa laundry and dry cleaningd. Hasil

normatif” yang berarti jenis penelitian yang fokus kajiannya menitikberatkan pada asas-asas hukum dan kaidah-kaidah hukum yang terdapat dalam berbagai ketentuan

Effect of microcrystalline cellulose (mcc) from sugar palm fibres and glycerol addition on mechanical properties of bioplastic from avocado seed. starch (persea americana

8.2 Setiap batang baja tulangan beton harus diberi tanda pada ujung-ujung penampangnya dengan warna yang tidak mudah hilang sesuai dengan kelas baja seperti pada Tabel 7.. Heat