• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vokatif Bahasa Prancis dalam Percakapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Vokatif Bahasa Prancis dalam Percakapan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Vokatif Bahasa Prancis dalam Percakapan Facebook

Fierenziana Getruida Junus University of Indonesia fierenziana@gmail.com

Abstract

In communicating, the way and the content of the conversation are two things inseparable. The speakers should be good to package the message with considering the relationship with their interlocutor. Wardaugh (2010: 274) states that the things should be considered in maintaining the communication are: pronominal choice, the use of naming and address terms and the employment of politeness markers.

This article based on a research about vocative in French Facebook conversation (FFC). According to Biber et al (1999: 1108), vocative is an expression used as the address by the participant in the conversation. They are important in defining and maintaining sosial relationships between participants. There are several theories of some scholars, such as Arnold Zwicky (1974), Friederike Braun (1988) and Douglas Biber et al (1999), that are used to analyze the data,

The objective of this article is to categorize vocatives used in FFC. There are about 555 files of FFC used as corpus. The result shows that almost all the vocative categories have been found in FFC, with several variations of form, formation and meaning. The use of vocative in spoken conversations and FB conversations are the same, but in FB conversation, there is another category namely “full account name”, which also has a different function with vocative function in spoken conversations. This category become a typical vocative category of Facebook conversation.

Keywords : address, French vocative, Facebook, full account name, hypocorism.

Pendahuluan

Dalam berkomunikasi baik cara penyampaian maupun isi percakapan menjadi dua hal yang sulit dipisahkan. Setiap penutur harus mampu mengemas pesan yang disampaikan dengan mempertimbangkan hubungannya dengan lawan tuturnya. Wardaugh (2010, hal. 274) mengatakan bahwa yang harus dipertimbangkan dalam membangun komunikasi ada 3 hal yaitu : pemilihan pronominal, penggunaan nama dan sapaan, dan penggunaan penanda kesopanan. Vokatif yang merupakan bagian dari sapaan menjadi hal yang penting dalam membangun percakapan dan menjaga komunikasi dengan penutur lain (Zago, 2015).

Perkembangan teknologi selama lebih dari satu dasa warsa ini, memengaruhi perkembangan komunikasi manusia. Model komunikasi manusia berubah, dari yang sifatnya tatap muka menjadi kegiatan yang berhadapan dengan perangkat teknologi, dari yang bersifat lisan menjadi tulisan. Percakapan tulisan pun dikemas sedemikian rupa sehingga menghidupkan suasana bercakap secara lisan oleh para penutur (Junus & Laksman-Huntley, 2016). Perkembangan teknologi ini menurut Watt (2010) berdampak pada perubahan bahasa.

(2)

2

menarik mengingat belum banyak yang menjadikannya sebagai objek penelitian penggunaan bahasa. Salah satu yang menarik untuk diteliti menurut penulis adalah vokatif yang sering digunakan oleh pengguna FB dalam percakapan mereka. Penelitian yang penulis lakukan adalah terutama mengenai bentuk dan proses pembentukan vokatif serta makna dan fungsinya.

Sumber data penelitian ini diambil dari laman FB (http: //www.facebook.com/). Analisis dilakukan dengan menggunakan korpus data berupa 555 fail yang berisi percakapan para pengguna FB.

Apakah Vokatif itu?

Vokatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah panggilan, ajakan atau seruan. Vokatif menurut Karl Bühler merupakan salah satu fungsi bahasa dari tiga fungsi bahasa yang dikemukakannya dalam organon model yaitu appelfunktion, selain fungsi bahasa ekspresif dan fungsi bahasa referensial. Fungsi bahasa vokatif atau biasa juga disebut fungsi konatif merupakan fungsi bahasa untuk menarik perhatian lawan tutur dan menentukan perilakunya (Parpalea, 2011). Pembahasan mengenai vokatif sebagai salah satu fungsi bahasa merupakan pembahasan yang sangat luas. Namun penulis mendasarkan penelitian ini pada pendapat Schaden (2010) yang mengatakan bahwa vokatif dalam arti sempit merupakan frasa nomina yang mengidentifkasi atau menggambarkan lawan tutur kepada siapa ujaran ditujukan.

Pada bagian berikut akan dipaparkan penelitian vokatif yang dilakukan beberapa ahli bahasa yaitu Arnold Zwicky (1974), Friederike Braun (1988), Douglas Biber, Stig Johanson, Geoffrey Leech, Susan Conrad dan Edward Finnegan (1999).

A. Menurut Arnold Zwicky

Dalam artikelnya Hey What’syourname! (Zwicky, 1974), Zwicky mengatakan bahwa vokatif adalah sebuah unsur yang terpisah dalam sebuah kalimat, biasanya dipisahkan oleh intonasi dan bukan merupakan penjelasan dari kata kerja dalam kalimat tersebut. Dalam artikelnya Zwicky membedakan frasa nomina yang merupakan vokatif dan frasa nomina yang merupakan referensi. Menurut Zwicky vokatif merujuk langsung pada lawan tutur. Misalnya dalam kalimat “Jacquie, your grammar leaks”. Jacquie merupakan vokatif berbeda dengan kalimat “I’m going to tell Jacquie that her grammar leaks” di mana Jacquie hanya berupa referensi dan merupakan penjelasan dari verba tell.

Vokatif menurut Zwicky memiliki 2 fungsi yaitu dapat berupa panggilan ataupun sapaan. Panggilan ditujukan untuk menarik perhatian lawan tutur, sapaan untuk membangun atau menekankan kontak antara penutur dan lawan tutur. Keduanya dapat ditemukan dalam bentuk selain frasa nominal dan juga dengan cara yang non-linguistik. Kita dapat menarik perhatian seseorang dengan menggunakan kata ‘hey’ misalnya atau dengan sentuhan di bahu atau dengan sebuah lambaian.

Zwicky membuat beberapa kategori mengenai vokatif yaitu:

(3)

3

Rice, Grandma Myshkin (f) Gelar + Nama depan seperti Lady Jane, Reverend Bob; (g) Prefiks + nama depan, misalnya Mr. Albert, Miss Susan; (h) Nama depan + nama belakang, misalnya Herbert Hanson, Herbie Hanson; (i) Nama belakang, misalnya Abercrombie.

2. Kintitle atau gelar yang menjelaskan hubungan kekeluargaan, seperti grandma, brother, dll 3. Vokatif dapat saja berupa kalimat lengkap dengan menggunakan pronominal you seperti

You with the sweater on, move about a foot to the left!”

4. Vokatif dapat berupa ciri yang bersifat rasial atau kelompok bangsa tertentu seperti Jap (Jepang), Niger (Nigeria), dll.

5. Vokatif dapat berupa kata sifat yang menunjukkan ciri seseorang seperti slim, skinny, dll. 6. Vokatif yang menjelaskan pekerjaan seperti waiter, driver, cabie, dll.

7. Vokatif juga dapat dibedakan dalam penggunaan kata-kata sosial tertentu yang menunjukkan interaksi yang terjadi dalam percakapan misalnya,

- nilai positif atau negative - sopan atau tidak sopan

- tingkat keformalan, dari yang cukup formal hingga yang bersifat casual

- menyangkut penilaian diri terhadap lawan tutur : superior atau inferior ataupun setara - tingkat keintiman dari yang sangat dekat hingga yang sangat berjarak

8. Berdasarkan ciri atau identitas lawan tutur : - Jenis kelamin, seperti son, daughter, dll. - Usia, seperti grandma,young man, dll - Pekerjaan seperti, doc, cabbie, dll

- Karakter fisik seperti skinny, carot-top, dll - Karakter pribadi, seperti creep, dope, dll - Hubungan keluarga father, uncle, dll

- Status pernikahan Miss Fonda, Mrs Hayden.

9. Berdasarkan kelompok dari lawan tutur (klas sosial, sub kultur dan dialek), misalnya Mary, Grace, Ella yang digunakan dalam komunitas gay.

Menurut Zwicky vokatif dalam bahasa Inggris hampir tidak pernah netral, vokatif mengekspresikan atau menunjukkan kesopanan, formalitas, status, keintiman atau peran hubungan dan juga menjelaskan siapa pembicara.

B. Friederike Braun

Dalam bukunya yang berjudul Terms of Address Braun (1988) tidak menyebut secara eksplisit tentang vokatif. Ia lebih banyak membahas mengenai address atau kata sapaan dan berbagai hal mengenai sapaan tersebut. Dalam bukunya Braun membagi bentuk sapaan dalam tiga kategori gramatikal yaitu pronomina, verba dan nomina. Kata sapaan berupa pronomina terbagi menjadi sapaan yang sopan bentuk V (V form) dan yang familiar atau akrab yaitu bentuk T (T form). Sementara untuk verba adalah semua bentuk sapaan yang sudah ada dalam verba sebuah kalimat. Kasus ini hanya dapat terjadi pada bahasa tertentu seperti bahasa Prancis. Ketika seseorang

mengucapkan “Vas y” ‘pergilah’ maka akan diketahui bahwa penutur menggunakan sapaan tu

(4)

4

(1) Nama yang berupa sapaan dalam bentuk nomina yang ada dalam semua jenis bahasa. Dapat berupa nama diri, bergantung budaya masing-masing;

(2) Kinship term atau sapaan berupa hubungan kekerabatan yang digunakan oleh dan untuk mereka yang memiliki hubungan darah. Ketika sapaan ini digunakan untuk menyapa seseorang yang tidak mempunyai hubungan darah dengan penutur ini disebut dengan hubungan kekerabatan fiktif.

(3) Dalam banyak bahasa ada bentuk-bentuk sapaan yang sama dengan dalam bahasa Inggris seperti Mr/Mrs, atau bahasa Jerman Herr/Frau, Polandia pan/pani, etc. Semua ini merupakan bentuk umum yang tidak harus dilihat sebagai gelar khusus.

(4) Gelar merupakan sesuatu yang diberikan atau dicapai dengan prestasi (dokter, mayor) atau yang diwariskan (seperti duke, count).

(5) Nomina abstrak yaitu bentuk sapaan yang merujuk pada kualitas abstrak dari lawan tutur seperti (Your Excelency, Your Grace, etc.)

(6) Sapaan dengan menggunakan jenis pekerjaan misalnya pelayan, supir, dsb. Terkadang dikombinasikan dengan Mr/Mrs bergantung aturan sapaan penghormatan yang berlaku. (7) Kata-kata khusus untuk hubungan tertentu digunakan sebagai bentuk sapaan dalam berbagai

bahasa. Seperti bahasa Turki arkadas ‘teman’, Jerman college ‘kolega’, Arab da:ri ‘tetangga’.

(8) Ungkapan kasih sayang digunakan untuk menyapa anak kecil atau orang kepada siapa seseorang merasa dekat, hampir sering yang digunakan merupakan nomina yang dapat digunakan sebagai bentuk sapaan..

(9) Beberapa bentuk sapaan menentukan lawan bicara sebagai ayah, saudara laki-laki, istri, atau saudara perempuan dari seseorang yang lain lewat ungkapan hubugan lawan bicara kepada orang lain. Misalnya dalam bahasa Arab abu Ali ‘ayahnya Ali’, bint Ahmed ‘anak perempuan Ahmed’, dsb. Atau menggunakan bentuk seperti ‘Ayah Ali’ untuk menghindari penggunaan nama diri lawan bicara.

Perbedaan antara Zwicky dan Braun adalah dalam hal gelar. Bagi Braun gelar adalah sesuatu yang diberikan atas pencapaian ataupun warisan. Namun Zwicky bahkan menganggap panggilan yang berhubungan dengan hubungan kekerabatan sebai gelar (kintitle). Selain itu Braun menambahkan beberapa kategori yang tidak disebutkan oleh Zwicky karena kasus yang dibahas oleh Zwicky hanya kasus bahasa Inggris sementara kasus yang diteliti oleh Braun mencakup bahasa lain selain bahasa Inggris sehingga banyak fenomena lain yang muncul.

C. Menurut Douglas Biber dkk

Vokatif, menurut Biber dkk, merupakan bagian dari bentuk sapaan. Vokatif penting dalam menentukan dan membangun hunbungan antara partisipan dalam percakapan. Ada tiga fungsi vokatif menurut Biber dkk (1999) yaitu : (a) menarik perhatian orang; (b) mengidentifikasikan seseorang sebagai lawan tutur; (c) membangun dan memertahankan hubungan sosial. Posisi vokatif dalam ujaran menentukan fungsi apa yang dijalankan oleh vokatif tersebut. Jika vokatif berada pada awal ujaran maka fungsi (a) dan (b) yang sedang dijalankannya. Sementara jika vokatif terletak pada akhir ujaran maka fungsi yang dijalankannya adalah fungsi (b) dan (c). Biber dkk membuat kategori vokatif yang merepresentasikan hubungan para partisipan dalam percakapan dari yang sangat familiar atau intim sampai pada yang paling berjarak dan respektif, sebagai berikut :

(5)

5

2. Family terms atau penggunaan istilah hubungan kekeluargaan. Seperti mummy, mum, mom, ma, dad,dll

3. Familiarizers atau panggilan untuk membangun hubungan yang akrab, seperti guy, bud, man, dll.

4. Familiarized first name atau proses mengakrabkan nama depan seperti Marj, Paulie, Jackie, dll.

5. First name in full atau dengan menggunakan nama depan secara lengkap, seperti Marjorie, Paul, Jason, dll

6. Title and surname atau gelar dan nama belakang, misalnya Mrs. John dan Mr Graham. 7. Honorifics atau panggilan hormat seperti, sir dan madam

8. Others, lainnya termasuk julukan atau nickname seprti, boy, red dog, lazy, dll

Dibandingkan dengan pemaparan yang dilakukan Zwicky dan Braun, vokatif yang dirumuskan Biber dkk sedikit lebih sederhana namun hampir mencakup semua yang diungkapkan kedua ahli sebelumnya. Tiga karya mereka membuat pengategorian yang kurang lebih saling beririsan, meskipun dalam penyebutan ada perbedaan. Perbedaan yang paling mencolok dari ketiganya adalah penyebutan gelar. Biber menyebut Mr/Mrs sebagai gelar, sedangkan Braun tidak menganggapnya sebagai gelar melainkan sebagai sebutan yang umum, sementara Zwicky menyebutnya sebagai prefiks. Dalam hal ini penulis lebih setuju dengan Braun yang mengatakan bahwa gelar adalah sesuatu yang diperoleh lewat prestasi ataupun diwariskan, sementara untuk Mr/Mrs atau yang sejenis dengan itu penulis sepakat dengan Zwicky yang menyebutnya sebagai prefiks.

Vokatif dalam Facebook

Dalam mengidentifikasi vokatif yang ada dalam percakapan Facebook berbahasa Prancis, penulis menggunakan istilah yang dikemukakan oleh ketiga literatur di atas. Penetapan istilah yang digunakan berikut didasarkan pada kesesuaian atau ketepatan penjelasannya dengan data yang ditemukan dalam penelitian. Nama pemilik akun FB dalam data akan disingkat menjadi inisial untuk menjaga kerahasiaan identitas pemilik akun, kecuali dalam kasus dimana penyebutan nama tersebut sulit dihindari untuk kepentingan analisis.

A. Terms of endearment atau sapaan yang memperlihatkan rasa kasih sayang, biasanya digunakan untuk orang yang sudah sangat akrab. Biasanya menandai ikatan kedekatan dan perasaan antara anggota keluarga yang dekat, pasangan seksual ataupun orang yang disukai (Biber, 1999). Dalam korpus ditemukan ada 14 vokatif yang dikategorikan lagi menjadi a. Menggunakan nama hewan. Panggilan dengan menggunakan kata yang merujuk pada

(6)

6

perempuan. Sedangkan mon loup dan mon loulou (2), ma biche (3), dan ma puce (4) ditujukan baik kepada laki-laki maupun perempuan dan digunakan oleh baik penutur laki-laki maupun perempuan.

(1) VQ (pr) : a toi ossi poulette.... ‘Kau juga, sayang’ PS (pr) : merci ma poule.... ‘Terimakasih, sayangku’

(2) PAM (lk) : Une porte de plus qui se ferme...[…] ‘Satu pintu lagi tertutup ‘ EC (pr) : courage mon loulou[...] ‘Semangat, sayangku’

(3) OC (lk) : Bh moi j'ai pas retrouvé .. ‘Saya tidak menemukannya’ CB (pr) : Ça viendra ma biche, […] ‘Segera datang, sayangku’

(4) AT (lk) : je vais le defenser lol ‘Saya akan membelanya lol et vous me manquer saya merindukan kalian’ SFA (pr) : tu viens quand tu veux ma puce ‘datanglah kapan kau mau

sayangku’

b.Menggunakan kata benda abstrak seperti amour ‘cinta’, amoureux ‘pencinta’, dan cheri/e ’sayang’. Lebih sering ditambahkan dengan posesif orang pertama tunggal. Vokatif ini digunakan baik oleh penutur perempuan maupun laki-laki kepada lawan tutur laki-laki dan perempuan.Biasanya digunakan bersama posesif untuk orang pertama. Seperti berikut :

(5) TD (lk) : Mon amour je t' ! ‘Sayangku, akumencintaimu’ LTTD (pr) : Je t'aime aussi mon amour ‘Aku mencintaimu juga, sayangku’ (6) CR : trop belle ma Cherie ‘Cantik sekali, sayangku’

(7) AE : Au top mon amoureux ‘Keren, sayangku’

c. Kata benda lain yang digunakan adalah coeur ‘jantung’ dan bébé ‘bayi’ beserta variannya berupa abreviasi yaitu bb ataupun penambahan posesif untuk orang pertama tunggal. Digunakan oleh penutur baik laki-laki maupun perempuan kepada lawan tutur baik laki-laki maupun perempuan

(8) DP : Moi aussi je t'aime pour toujour ‘Saya juga mencintaimu selamanya,

mon coeur sayangku

(9) LP : Pv bébé ‘Jalur pribadi, sayang’

CD : Ok bébé ‘ok, sayang’

d.Menggunakan kata yang merujuk hubungan keluarga seperti nenette dan pepette. Menurut kamus daring Reverso, nenette dalam bahasa yang familiar berarti fille ’anak

(7)

7

(apokop) kata poupée ‘boneka’. Kata tersebut kemudian mendapatkan sufiks –ette menjadi pepette yang memberikan makna diminutif. Vokatif nenette dan pepette ini ditujukan kepada anak perempuan atau perempuan yang lebih muda dari penutur. Keduanya juga digunakan dengan posesif untuk orang pertama tunggal, seperti dalam kalimat berikut :

(10) ST (pr) : Trop belle ma nenette ‘cantik sekali, sayang‘ JA (pr) : Merci moi aussi ‘terima kasih, saya juga’

(11) CT (pr) : trop belle aussi ma pepette ‘cantik sekali, sayang’ LTTD(pr) : Merci tata ‘terima kasih, tante’

Dalam pembentukan vokatif untuk menunjukkan rasa sayang, yang sering terjadi adalah hypocorism atau pembentukan panggilan dengan mengikuti cara anak-anak mengucapkan. Seperti yang terjadi pada beberapa contoh di atas misalnya nenette, pepette, bibiche, dst. B. Istilah kekerabatan, vokatif ini digunakan oleh penutur yang memiliki hubungan keluarga

atau kekerabatan dengan lawan tutur. Dalam data ditemukan 21 jenis vokatif untuk kategori ini. Yaitu mama ‘ibu’, papa ‘ayah’, fille ‘anak perempuan, fils ‘anak laki-laki’, frère ‘saudara laki-laki’, sœur ‘saudara perempuan’, gars ‘anak laki-laki’, mamie ‘nenek’, tonton ‘paman’, tata ‘bibik’, cousin ‘sepupu laki-laki’, cousine ‘sepupu perempuan’, mari ‘suami’, neveu ‘keponakan laki-laki’, dan nice ‘keponakan perempuan’. Dengan varian lain seperti untuk frère terdapat varian seperti petit frère, frero, dan frr atau soso sebagai varian dari

sœur. Varian lain yaitu dengan menggunakan posesif untuk orang pertama tunggal seperti mon frère, mon petit frère, mon frero, mon frr, mon neveu, mon gars, dan mon mari ‘suamiku’. Yang menarik dari data ini adalah bahwa vokatif untuk mamie ‘nenek’ ditemukan sementara untuk papie ‘kakek’ tidak ditemukan, hal ini mungkin disebabkan kurangnya lelaki usia lanjut yang menggunakan facebook atau mereka tidak berinteraksi dengan cucu mereka di media sosial seperti FB.

C. Familiarizer atau istilah pergaulan yaitu vokatif yang digunakan untuk mengakrabkan hubungan antara penutur dan lawan tutur. Kata yang digunakan ada yang merupakan kata-kata yang digunakan dalam hubungan keluarga atau kekerabatan. Seperti frère ‘saudara laki -laki’, sœur ‘saudara perempuan’ atau dengan varian masing-masing seperti fréro, frr, atau soso. Kata lain yang digunakan adalah kata yang menunjukkan hubungan antara penutur dan lawanan tutur seperti ami/e, amie, copain,, copine dan variannya coco, camarade yang semuanya bermakna ‘teman’. Kata lain yang bermakna kurang lebih sama adalah pote

sobat yang merupakan penggalan dari kata poteau ‘tiang’atau bisa juga merujuk pada betis. Kata ini merupakan argot yang digunakan sebagai panggilan pada pergaulan anak muda. Coco, camarade dan pote digunakan oleh penutur baik laki-laki maupun perempuan kepada lawan tutur baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu digunakan berdasarkan jenis kelamin dari setiap lawan tutur. Kesemua vokatif ini juga mendapatkan posesif seperti dalam kalimat di bawah ini :

(12) AP : C bien min copain ‘Bagus, teman’

(8)

8

parle de croyance pfff bisous ngobrol tentang keyakinan mmmuah (16) MP : Felicitations coco ‘selamat, teman’

(17) AL : Wesh ya quoi frere ? ‘Wasalam ada apa, teman?’

D. First name in full atau nama depan lengkap yang digunakan sebagai vokatif. Dalam korpus ditemukan data seperti Benoit, Arnaud, Mathilde, Melinda, Julie, Sylvain, dll. Ada juga vokatif yang menggunakan posesif seperti mon Jordan.

E. Familiarized first name atau perubahan nama depan. Untuk vokatif ini nama lawan tutur diubah oleh penutur dengan tujuan untuk mengakrabkan diri dengan lawan tutur. Dalam korpus data, nama depan mengalami pemenggalan silaba akhir atau apokop seperti pada Valerie yang menjadi Val, Florentin menjadi Flo, Kevin menjadi Kev, Nicolas menjadi Nico dll. Selain itu ada juga yang mengalami proses reduplikasi setelah apokop, seperti Coralie atau Corentin menjadi Coco; Jerôme atau Geoffrey menjadi Jeje; Julien atau Julie menjadi Juju, Yohan menjadi Yoyo; Laurence menjadi Lolo, dst. Atau setelah mengalami apokop diberi tambahan –ie, seperti Charles menjadi Charlie atau –ette yang memberi makna diminutif untuk mengungkapkan rasa sayang seperti Claire menjadi Clairette; Ada pula yang mengalami proses pemenggalan pada silaba awal atau aferesis kemudian direduplikasi misalnya Lio menjadi Yoyo dan Arnaud menjadi Nono.

F. Penggunaan Monsieur/Madame/Mademoiselle. Dalam bahasa Prancis panggilan penghormatan yang digunakan adalah Monsieur (M.) untuk laki-laki, Madame (Mme) untuk perempuan. Penggunaan Monsieur maupun Madame ini biasanya juga diikuti oleh nama belakang. Dalam beberapa kasus panggilan ini digunakan untuk merujuk pada status pernikahan lawan tutur. Terutama untuk perempuan, dikenal dengan panggilan Madame untuk yang menikah dan Mademoiselle (Mlle) untuk yang belum menikah. Misalnya Mme + nama belakang merujuk pada perempuan yang menikah dengan lelaki pemilik nama belakang tersebut. Seperti misalnya Madame Dubois, merujuk pada perempuan yang menikah dengan Monsieur Dubois. Sedangkan Mlle + nama belakang merujuk pada perempuan yang belum menikah yang merupakan anak dari lelaki pemilik nama belakang tersebut. Misalnya, Mademoiselle Dubois berarti anak perempuan dari M. Dubois.

Uniknya dalam korpus yang penulis teliti tidak ditemukan penggunaan Monsieur, madame maupun mademoiselle yang diikuti oleh nama belakang melainkan Monsieur + nama depan (18) atau Madame + julukan (19), atau tidak diikuti oleh nama (20), (21), seperti pada contoh berikut :

(18) AG : Waa!! Effectivement très beau Komentar yang bagus, […] commentaire, […] MONSIEUR Vincent! Tuan Vincent’

(19) MC : Ça manque de ponctuations, vraiment... ‘Kurang tanda baca, serius. Mais sinon j'adore. Kalau tidak, saya pasti suka CBR : Madame pertinence ‘Nyonya EYD’

(20) AP : Ok madame calma por favor ‘Oke, Nyonya… sabarlah’ (21) LS : Oo non oO comment oser vous ‘tidak .. beraninya Anda dire cela mademoiselle ! mengatakan hal itu Nona! LC : Mais monsieur je dis la simple ‘Tapi tuan, saya hanya

(9)

9

Penggunaan vokatif kategori ini hanya digunakan untuk bercanda, cenderung untuk saling mengolok-olok satu sama lain di kalangan penutur muda FB.

G. Nickname atau dengan menggunakan julukan. Pemberian julukan yang penulis temukan dalam korpus yaitu :

1. Berdasarkan kategori gramatikal pembentuknya terdiri dari kata benda dan kata sifat. Biasanya diawali dengan posesif untuk orang pertama tunggal. Untuk kata benda misalnya (mon) prince, (mon) ange, (mon) con, (mon) salop, dan (mon) salaud. Sedangkan untuk kata sifat (ma) belle, (mon) gros dan (mon) grand.

2. Berdasarkan cirri dan identitas lawan tutur ditemukan karakter fisik yaitu (ma) belle, (mon) gros.(mon) grand, (mon) petit, (ma) petite, dll.

3. Menurut karakter pribadi atau yang bersfat non-fisik lawan tutur seperti, genius, (mon) salop, (mon) salaud, (mon) con, (mon) gland, dll

4. Kategori penggunaan kata yang bersifat sosial, seperti belle ‘cantik’, genius ‘jenius’, prince ‘pangeran’, angel ‘malaikat’ yang bernilai sosial positif dan salop, gland, salaud, con, dll yang bersifat negatif karena rujukannya kepada ‘pelacur’. Walau demikian dalam penggunaannya penutur tidak bermaksud untuk merendahkan lawan tutur, melainkan vokatif tersebut digunakan untuk memperlihatkan keakraban antara penutur dan lawan tutur, terutama ketika ditambahkan dengan posesif orang pertama tunggal. 5. Berdasarkan kelompok sosial seperti pada vokatif (Ma) petite parisienne ‘orang Parisku

yang kecil’

H. Full account name atau penggunaan akun FB secara lengkap. Dalam FB pemilik sebuah akun bisa saja tidak menggunakan nama sebenarnya. Mereka biasanya membuat nama akun yang berbeda dengan nama mereka sebenarnya meski banyak juga yang tetap menggunakan nama mereka yang sebenarnya. Dalam percakapan FB, jarang terjadi komunikasi diadik. Biasanya terjadi percakapan yang saling silang oleh lebih dari dua orang, karena begitu banyaknya partisipan dalam percakapan. Untuk menandai lawan tutur biasanya digunakan fitur tag (menandai) yang disediakan oleh FB. Penggunaan tag dalam FB dimaksudkan untuk memberi label kepada akun tertentu. Awalnya proses tagging pada FB hanya disediakan untuk gambar yang diunggah, namun belakangan ini FB menambahkan fungsi fitur tersebut untuk menandai akun lain dalam percakapan. Fungsi menandai dari fitur tag ini kini menjadi fungsi vokatif, yaitu menentukan kepada siapa komentar atau ujaran ditujukan oleh penutur. Dalam percakapan FB letak vokatif dapat saja di awal ujaran (22) atau di akhir ujaran (23).

(22) AP : Celia Paolini pas trop déçut? ‘Celia Paolini, tidak terlalu kecewa?’

(23) LM : Par contre je suis dégoûtée qu'il le ‘Sebaliknya saya jijik dia fasse pas Helene Marcaggi melakukan hal itu, Helene

Marcaggi’

(10)

10

sering berfungsi (d) mengajak pengguna FB yang belum berkomentar untuk berpartisipasi dalam percakapan tersebut.

Simpulan

Vokatif dalam percakapan FB tidak berbeda dengan vokatif dalam percakapan lisan. Dalam korpus data ditemukan sekitar 9 kateogri vokatif yaitu ungkapan sayang, istilah kekerabatan, istilah pergaulan, penggunaan nama depan secara lengkap, perubahan nama depan, panggilan penghormatan, nama julukan, dan nama akun lengkap. Kategori yang terakhir merupakan kategori khas yang hanya ada dalam percakapan FB. Selain sebagai kategori yang khas, vokatif ini juga memiliki fungsi yang berbeda dengan vokatif lain yaitu mengajak pengguna akun lain yang belum berkomentar dalam percakapan untuk ikut berpartisipasi, baik dengan memberi komentar maupun menunjukkan reaksi seperti suka, tertawa, sedih, dll.

Kategori yang tidak ditemukan dalam korpus data adalah vokatif yang menunjukan penghormatan (honorific), merujuk pekerjaan dan penggunaan gelar. Hal ini mungkin disebabkan adanya kesetaraan hubungan antara para pengguna FB dalam korpus data yang diteliti. Sementara alasan untuk tidak menggunakan istilah yang berhubungan dengan pekerjaan mungkin disebabkan konteks yang ada dalam percakapan tersebut bukanlah konteks suasana yang mengharuskan pengguna FB dalam korpus data menggunakan vokatif tersebut. Untuk lebih memastikan hal tersebut diperlukan penelitian lain dengan korpus yang berbeda.

Daftar Pustaka

Biber, D., Johansson, S., Leech, G., Conrad, S., & Finnegan, E. (1999). Longman Grammar of spoken and written English. Harlow: Pearson Education.

Braun, F. (1988). Terms of address: problems of patterns ussage in various languages and cultures. Berlin, New York, Amsterdam: Mouton de Gruyter.

Junus, F. G., & Laksman-Huntley, M. (2016). Typical French Linguistic Process in Facebook. The Asia-Pacific Research in Social Sciences and Humanities. Depok.

Parpalea, M. (2011). The Functional Approach In German Linguistics. Transilvania , Vol. 4 (53) No.2., 115-122.

Schaden, G. (2010). Vocatives: A Note on Addressee-Management. 33rd Annual Penn Linguistic Colloquium (hal. 176-185). Pensnsylvania: Penn Libraries.

Wardaugh, R. (2010). An introduction to sociolinguistic. UK: Wiley-Blackwell.

Watt, H. J. (2010). How does the use of Modern Communication Technology Influence Language". Contemporary Issues in Science Communication and Disorders, hal. 144-148.

(11)

11

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian adalah dengan melihat pola sebaran pengunjung sehingga dapat dilihat bagaimana fasilitas pendukung dapat menjadi salah satu obyek pasif ataupun

Dalam mendorong partisipasi masyarakat untuk melakukan simulasi evakuasi mandiri secara serentak pada tanggal 26 April 2018 maka ditahapan persiapan dapat

[r]

Tanggung jawab sosial dalam perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap

Untuk menghindari terjadinya hal-hal tersebut maka dilakukan perancangan dan pembuatan pintu gerbang yang dapat membuka dan menutup secara otomatis.. Cara kerja

Secara garis besar Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Lampung telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian

‘Tata bahasa’ ini kemudian banyak dianggap sebagai dasar penting kerangka analisa multimodality , dan bersandar pada kerangka ini banyak kajian telah dilakukan

PROGRAM STUDI KEAHLIAN: KEUANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN: AKUNTANSI.. JUDUL BUKU: