• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PLH KONSERVASI TANAH DAN AIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PLH KONSERVASI TANAH DAN AIR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KONSERVARSI TANAH DAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KAPUAS KALIMANTAN BARAT

TUGAS KELOMPOK PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Disusun Oleh :

Fahira Trita Gading (2016820005)

Putri Kinanti (2016820016)

Dede Amelia (2016820042)

Dewi Putri Kusmiati (2016820048)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Provinsi Kalimantan Barat merupakan Provinsi yang dijuluki Provinsi Seribu Sungai. Julukan ini selaras dengan kondisi geografis Kalimantan Barat yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil. Di Kalimantan Barat sendiri memiliki 5(lima) wilayah sungai, yaitu wilayah sungai kapuas, wilayah sungai jelai kendawangan, wilayah sungai pawan, wilayah sungai mempawah, dan wilayah sungai sambas. Wilayah sungai Kapuas merupakan wilayah sungai terbesar yang ada di Provinsi ini. Wilayah sungai Kapuas ini sendiri memiliki 9 DAS didalamnya dan DAS Kapuaslah yang menjadi DAS terluas di wilayah sungai ini.

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan. Sedangkan menurut Asdak (1995) Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama.

DAS juga merupakan ekosistem dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimiawi berinteraksi secara dinamis dan didalamnya terdapat keseimbangan sirkulasi dari material dan energi. Ekosisitem DAS, terutama DAS di bagian hulu sangat penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan dari bagian DAS.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSERVASI TANAH DAN AIR DI SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT

Konservasi tanah dan air di kalimantan barat dapat dilakukan di daerah aliran sungai khususnya di daerah pesisir sungai kapuas kalimantan barat, karena didaerah pesisir sungai kapuas tersebut sering kali terjadi banjir, kekeringan, dan erosi, terutama setelah pergantian musim yaitu dari musim kemarau panjang ke musim hujan. Hal ini juga dikarenakan pengelolaan sumberdaya alam untuk kepentingan ekonomi terkadang mengabaikan faktor lingkungan yang berdampak pada kerusakan DAS. Bentuk usaha perekonomian ini telah menyebabkan menurunnya kualitas tanah dan air, sehingga berdampak pada kekeringan dan banjir. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan upaya konservasi dengan penekanan pada pemulihan kualitas lingkungan (tanah dan air), namun tetap memperhatikan ekonomi masyarakat disekitarnya yaitu dapat dilakukan konservasi tanah dan air dengan menggunaakan metode vegetatif yaitu dengan penanaman kembali pohon di daerah-daerah pesisir sungai kapuas yang sudah rusak, hal ini dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah yang sudah rusak dan mencegah terjadinya erosi kembali. Zona terpenting yang perlu diperhatikan dalam upaya pelestarian Daerah Aliran sungai terlebih dahulu yaitu bagian hulu sungai. Pengelolaan sumberdaya alam di daerah ini akan berdampak pada kualitas tanah dan air sekitar DAS kapuas. Untuk itu berusaha tani di daerah DAS, harus diikuti konservasi lahan.

Dalam konservasi tanah dan air dengan menggunakan metode vegetatif ini, ada hal yang perlu di perhatikan yaitu usaha pokok dalam pengawetan tanah dan air yang meliputi (Zulrasdi et, al. 2005):

1. Pengelolaan lahan

 Sesuai kemampuan lahan

 Mengembalikan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah

 Melindungi lahan dari ancaman erosi dengan menanam tanaman penutup tanah

 Penggunaan mulsa. 2. Pengelolaan Air

Pengelolaan air adalah usaha-usaha pengembangan sumberdaya air dalam hal :  Jumlah air yang memadai

 Kwalitas air

 Tersedia air sepanjang tahun 3. Pengelolaan Vegetasi

(4)

 Penanaman dengan tanaman berakar serabut seperti: bambu yang sangat dianjurkan di pinggiran sungai, kemudian diikuti dengan rumput makanan ternak seperti: Rumput gajah, Rumput Setaria, Rumput Raja, dan lain-lain sebagainya. Penanaman ini dimaksudkan untuk penghalang terjadinya erosi pada tanah.

 Penanaman tanaman semusim untuk lahan yang tidak memiliki kemiringan  Pembuatan teras. Bila pada lahan tersebut terdapat kemiringan, maka

perlu dibuat teras. 4. Usaha Tani Konservasi

Usaha tani konservasi adalah penanaman lahan dengan tanaman pangan serta tanaman yang berfungsi untuk mengurangi erosi (aliran permukaan) dan mempertahankan kesuburan tanah. Prinsip usaha tani konservasi :

 Mengurangi sekecil mungkin aliran air permukaan dan meresapkan airnya sebesar mungkin ke dalam tanah.

 Memperkecil pengaruh negatif air hujan yang jatuh pada permukaan tanah  Memanfaatkan semaksimal sumber daya alam dengan memperhatikan

kelestarian. B. GAMBARAN UMUM

Kalimantan Barat secara astronomis berada pada posisi 2005’LU serta 3005’LS serta diantara 108030’- 114010’ BT, dengan demikian garis khatulistiwa (garis lintang 00) melintasi provinsi ini dan menjadikan Kota Pontianak sebagai satu-satunya kota di Indonesia yang di atasnya tepat dilalui oleh garis tersebut.Kalimantan Barat termasuk salah satu yang dijuluki Provinsi “Seribu Sungai”. Sungai besar utama adalah Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia (1.086 km), Sungai Melawi (471 km), Sungai Sambas (233 km), Sungai Sekayam (221 km), dan Sungai Pawan (197 km).

Sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia dan di Kalimantan Barat memiliki 5 wilayah sungai antara lain, Wilayah Sungai Kapuas, Wilayah Sungai Jelai Kendawangan, Wilayah Sungai Pawan, Wilayah Sungai Mempawah, dan Wilayah Sungai Sambas. Wilayah Sungai (WS) Kapuas sendiri merupakan wilayah sungai yang terluas di Kalimantan barat ( 103.165,51 km2). Secara geografis lokasi WS Kapuas terletak pada koordinat 2º 00' LS - 2º 00' LU dan 108º 00' BT - 114º 30' BT dengan luas sekitar 103.165,51 Km2. WS Kapuas terdiri dari 9 daerah aliran sungai (DAS) yaitu : DAS Peniti Besar, DAS Kapuas, DAS Sekh, DAS Bunbun, DAS Gandawalan, DAS Kelelawar, DAS Penebangan, DAS Karimata, DAS Serutu,

C. DAS ( Daerah aliran sungai)

(5)

bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan: perlindungan sistem penyangga kehidupan; pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

DAS mempunyai ciri-ciri luas dan bentuk daerah, keadaan topografi, kepadatan drainase, geologi dan elevasi rata-rata DAS (Subarkah, 1980). Sedangkan keadaan fisik daerah aliran sungai dipengaruhi oleh tiga parameter yaitu tanah, vegetasi dan sungai. Faktor tanah meliputi luas DAS, topografi, jenis tanah, penggunaan tanah, kadar air tanah dan kemampuan tanah menyerap air. Sedangkan vegetasi meliputi jenis tanaman, kapasitas pengambilan air oleh tanaman, luasan hutan dan kemampuan tanaman mengendalikan air. Sungai meliputi luas penampang sungai, debit air sungai dan kapasitas penampungan sungai. Vegetasi menahan sebahagian hujan yang jatuh, sebahagiannya lagi jatuh di permukaan tanah. Jika kapasitas intersepsi, infiltrasi dan bagian yang cekung telah terpenuhi, maka akan terjadi proses aliran permukaan yang menyebabkan erosi (Subarkah, 1980).

Karena DAS dianggap sebagai suatu sistem, maka dalam pengembangannyapun DAS harus diperlakukan sebagai suatu sistem. Dengan memperlakukan sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi tujuan pembangunan berkelanjutan, maka sasaran pengembangan DAS akan menciptaka ciri-ciri yang baik sebagai berikut:

1. Mampu memberikan produktivitas lahan yang tinggi. Setiap bidang lahan harus memberikan produktivitas yang cukup tinggi sehingga dapat mendukung kehidupan yang layak bagi petani yang mengusahakannnya.

2. Mampu mewujudkan, pemerataan produktivitas di seluruh DAS. 3. Dapat menjamin kelestarian sumberdaya air. (Agus, dkk., 2007) Delineasi batas sub-DAS dan DAS Kapuas Hulu

Luasan wilayah daerah Kapuas Hulu sangat besar. Untuk melakukan kajian dengan baik dam menyeluruh mengenai pengaruh penggunaan lahan terhadap neraca air, wilayah DAS perlu dibagi menjadi sub-catchment yang lebih kecil. Bahkan, untuk keperluan pemodelan, wilayah DAS Kapuas Hulu dibagi menjadi 16 sub-catchment.Area yang menjadi fokus dalam studi ini adalah sub-DAS Sibau dan Mendalam, terutama Desa Sibau Hulu (sub-DAS 4) dan Desa Datah Dian (sub-DAS 9). Desa-desa ini merupakan desa di daerah hulu dan di sekitar hamparan dimana perubahan lahan yang dilakukan oleh masyarakat lokal terjadi.

(6)

D. PERSPEKTIF MASYARAKAT LOKAL DAN PEMBUAT KEBIJAKANMasyarakat dan pola penggunaan lahan

Masyarakat yang tinggal di DAS Kapuas Hulu sebagian besar berasal dari Suku Dayak dan sebagian kecilnya merupakan Suku Melayu. Suku Dayak yang ada di daerah ini terutama adalah Suku Dayak Pukat, Kantu’, Tamambaloh, Taman dan Iban. Masing-masing suku memiliki budaya dan kehidupan sendiri yang sesuai dengan sejarah kedatangan mereka ke daerah ini.

Lokasi pemukiman mereka berkaitan erat dengan pola penggunaan lahan yang ada serta sumber mata pencaharian, yang juga mempengaruhi persepsi dan pengetahuan mereka dalam mengelola sumber daya alam) Pola penggunaan lahan juga berbeda antara daerah hulu dan hilir. Di daerah hulu, pola penggunaan lahan bersifat semi permanen, subsisten, dan tradisional. Sumber mata pencaharian masyarakat hulu bersumber pada kegiatan berburu dan mengumpulkan hasil hutan. Sebetulnya, berburu dan mengumpulkan hasil hutan memiliki hasil yang lebih besar namun tingkat ketidakpastiannya pun cukup tinggi.

Hutan memiliki fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Secara ekologi, hutan dipercaya oleh masyarakat dapat berfungsi sebagai daerah resapan air serta pencegah banjir dan longsor. Secara ekonomi hutan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan kayu dan non kayu, serta areal untuk berburu dan mengumpulkan bahan obat-obatan. Masyarakat Dayak memiliki aturan dalam kegiatan pengelolaan hutan. Pengambilan hasil hutan seperti kayu hanya diperbolehkan untuk keperluan rumah tangga dengan seijin tetua adat. Pelanggaran terhadap aturan ini akan dikenakan sangsi secara adat. Hanya jenis-jenis tanaman dan hewan tertentu yang boleh diambil.

b) Tanaman, erosi, dan erosi sempadan sungai

(7)

tengkawang dan durian adalah jenis pohon yang memiliki perakaran kuat. Bayuan, tebelian air, sengkuang (Dracontomelon dao), rabug dan ensurai merupakan jenis tanaman yang dapat mencegah longsor di tebing sungai. Pohon Bungo dan Rumput araso baik untuk mencegah terjadinya longsor. Bagi masyarakat setempat, erosi dan longsor di tebing sungai disebabkan karena adanya penebangan di daerah hulu dan di sepanjang sempadan sungai. Hal ini juga dapat mengakibatkan berkurangnya pendapatan mereka.

c) Tanah

Masyarakat memahami berbagai jenis tanah dan sifat-sifatnya yang dapat diobservasi secara langsung oleh petani. Pemahaman ini menjadi dasar pemilihan lokasi dan penerapan pola budidaya pertanian masyarakat. Pola pertanian yang diterapkan masyarakat sangat terkait dengan kondisi kesuburan tanahnya. Petani sangat memahami bahwa untuk dapat memperoleh hasil panen yang mencukupi, mereka harus menerapkan sistem ladang berpindah atau gilir balik. Pengusahaan tanah selama satu tahun menyebabkan kesuburan tanah semakin merosot sehingga untuk perladangan berikutnya mereka harus mengistirahatkan lahan lama (bera) dan mencari lahan baru. Lahan lama yang ditinggalkan akan dibuka kembali lima tahun kemudian, setelah kesuburan tanahnya pulih kembali.

d) Banjir

Pada umumnya masyarakat melihat bahwa berkurangnya tutupan lahan merupakan penyebab banjir selain dari curah hujan yang tinggi. Namun, sebagian masyarakat yang lain juga menyatakan bahwa peristiwa banjir ini secara alami memang sudah seringkali terjadi sejak belum maraknya penggundulan hutan.

Masalah Hidrologi

Faktor-faktor penyebabnya meski ada perbedaan antar sub-DAS namun secara umum hamper sama. Di Sibau dan Mendalam, masyarakat menyatakan bahwa pembuatan jalur pintas (shortcut) menyebabkan sedimentasi. Adanya konsesi kepada suatu perusahaan penebangan di Mendalam menjadi permasalahan baru bagi masyarakat Mendalam. Sedangkan permasalahan di wilayah Kapuas Koheng adalah adanya pertambangan dan penebangan skala kecil. Masalah hidrologi yang menjadi perhatian para pembuat kebijakan dan berkaitan dengan masalah kualitas dan kuantitas air diuraikan sebagai berikut :

a. Fluktuasi debit, erosi dan sedimentasi

(8)

masalah yang serius dalam hal transportasi karena transportasi merupakan kebutuhan fital bagi masyarakat setempat untuk bepergian ke hulu dan ke hilir serta berkaitan erat dengan kepentingan ekonomi masyarakat. Para pembuat kebijakan menyatakan bahwa penebangan dan penambangan serta perubaha lahan hutan ke sistem lahan lain menjadi penyebab masalah hidrologi. Pembuatan jalur pintas juga menambah permasalahan ini. Jalur pintas ini dapat terbentuk secara alami maupun sengaja dibuat untuk mengurangi biaya bahan bakar serta mengatasi terjadinya banjir.

Gambar. Longsor tebing sungai di sepanjang sungai di Kapuas Koheng (kiri) dan Sibau (kanan)

b. Kekeruhan

(9)
(10)

E. NERACA AIR (DAS) KAPUAS HULU  Debit sungai DAS Kapuas Hulu

Data debit air sungai Kapuas yang digunakan untuk validasi model adalah data yang diukur di Sanggau, sekitar 590 km ke arah hilir kota Putussibau. Untuk menentukan besarnya debit sungai DAS Kapuas dilakukan perhitungan berdasarkan hasil perbandingan debit sungai per satuan luas daerah tangkapan air diantara kedua tempat tersebut.

 Klimatologi

DAS Kapuas Hulu termasuk daerah yang memiliki curah hujan tinggi. Besarnya curah hujan bervariasi antara 3300-4700 mm per tahun, dengan rata-rata sebesar 4100 mm. Demikian pula bila dilihat dari pola rata-rata-rata-rata bulanan juga menunjukkan bahwa DAS Kapuas Hulu merupakan daerah yang relatif basah sepanjang tahun (Gambar 16). Curah hujan tertinggi jatuh pada bulan November dan Desember sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret yaitu sekitar 300 mm.tahun-1.

 Pola aliran sungai dan pola curah hujan di DAS Kapuas Hulu

Pola aliran sungai di DAS kapuas hulu menunjukkan kesesuaian dengan pola distribusi curah hujan (Gambar 18). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa bulan kering terjadi pada bulan Juli sampai Agustus dengan debit sungai yang lebih stabil.

(11)

F. HUBUNGAN PENGGUNAAN LAHAN DENGAN KODISI HIDROLOGI DI DAS SUNGAI HULU

 Skenario perubahan penggunaan lahan

Berdasarkan hasil survei Pengetahuan Ekologi Pembuat Kebijakan dan Pengetahuan Ekologi Lokal, dapat diketahui bahwa isu hidrologi yang mengemuka di DAS Kapuas Hulu adalah (i) penurunan tinggi muka air selama musim kemarau yang mempengaruhi lalu lintas transportasi sungai dan (ii) penurunan kualitas air seperti kekeruhan dan pencemaran (racun ikan dan merkuri). Sebagian besar stakeholder (lokal, kabupaten dan tingkat provinsi) menyatakan bahwa masalah hidrologi disebabkan oleh adanya pengurangan areal tutupan hutan di daerah sempadan sungai. Upaya untuk memecahkan permasalahan itu dapat dilakukan dengan cara meningkatkan tingkat penutupan lahan melalui usaha penanaman pohon. Pendapat masyarakat juga menyatakan bahwa melalui upaya penanaman pohon dapat memecahkan masalah erosi, sedimentasi dan memberikan keuntungan secara ekonomis.

Berdasarkan isu-isu hirologi yang mengemukan di DAS Kapuas Hulu, maka dilakukan penilaian dampak perubahan lahan terhadap neraca air dan fungsi hidrologi DAS melalui pendekatan model dengan cara mengembangkan skenario perubahan penggunaan lahan. Skenario yang dikembangkan adalah (i) DAS sangat terdegradasi (2) area DAS yang telah terdegradasi diubah

1. Semua wilayah DAS Kapuas Hulu dikonversi menjadi hutan. 2. Semua areal hutan di DAS Kapuas Hulu dikonversi menjadi: (i)

kebun agroforestri, ( ii) Daerah Pertanian yang dikelola dengan baik (iii) lahan terbuka

3. Semua hutan di dalam areal konsesi dibuka dan berubah menjadi areal semak belukar.

 Dampak perubahan lahan terhadap neraca air

Pengaruh kondisi penutupan lahan saat ini hampir sama dengan kondisi hutan, dengan besarnya limpasan permukaan kurang dari 1%. Perubahan pada saat areal tutupan hutan diubah jadi sistem agroforestri, adalah terjadinya peningkatan limpasan permukaan sebesar 13%, aliran cepat tanah berkurang menjadi 5% sedangkan aliran dasar tetap stabil. Lebih lanjut hilangnya tutupan hutan akibat adanya penebangan hutan ataupun konversi menjadi lahan pertanian menyebabkan terjadinya peningkatan limpasan permukaan dan pengurangan aliran cepat tanah.

(12)

hujan. Tetapi karena kondisi penutupan lahan saat ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi penutupan lahan dalam skenario di atas, maka perubahan penutupan lahan tidak dapat dijadikan penyebab perubahan muka air yang ekstrim di musim kemarau

 Masalah hidrologi

Masalah hidrologi yang dihadapi oleh masyarakat lokal di Sibau Hulu dan Datah Dian lebih kurang sama dengan masyarakat yang tinggal di DAS Kapuas Hulu, yaitu:

1. Kekeruhan setelah hujan deras, sehingga air tidak lagi layak untuk dikonsumsi,

2. Longsor di sempadan sungai dan erosi,

3. Masalah transportasi pada saat permukaan air rendah,

4. Penggunaan racun dan tuba untuk menangkap ikan (masalah penyakit).

Gambar. menunjukkan peta transek desa Datah Dian (A) dan Sibau Hulu (B), yang menggambarkan pola penggunaan lahan di area tersebut. Lahan pangan (ladang) umumnya ditanami dengan padi, jagung, singkong, dan beberapa jenis sayuran lainnya, sementara bawas ditanami dengan karet, durian, dan aren, beberapa juga ditanami dengan coklat.

(13)

 Manusia dalam rangka menjaga hubungan interaksinya dengan lingkungan sekitarnya, termasuk menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah suatu perwujudan manifestasi dalam hal tahapan manusia menuju tahap akhlaq muhsin yang dalam terminologi hadits sesuai dengan sebuah pandangan trilogi agama sebagaimana arahan penggalan sebuah hadits sahih riwayat ‘Umar bin Khottob radiAllahu ‘anhu yang sangat populer itu, ialah bentuk sikap manifestasi iman, islam, dan ihsan.

: - – , - –

ههاررتر كرننرأركر هرلنرلا دربهععتر نعأر ملنسو هيلع هللا ىلنص هللا لوسر لراقر ؟ نناسرحعإنلعا نععر يننرعبنخعأرفر ملسلا هيلع ليربج لراقر

.

ملسم هاور كراررير ههننرإنفر ههاررتر نعكهتر معلر نعإنفر

“Jibril AS bertanya lagi kepada Rasulullah saw : “Ceritakanlah tentang Ihsan ?!”, lalu Rasulullah saw menjawab : “Ihsan itu ialah engkau menyembah Allah swt seakan-akan engkau dapat melihat-Nya, namun bila kau tak mampu melihat-Nya, maka yakinilah, sesungguhnya Allah swt melihatmu”. (HR Imam Muslim no hadits 9)  Manusia sebagai makhluk Allah awt, yang termulia diperintahkan untuk selalu

berbuat baik dan dilarang untuk berbuat kerusakan di atas bumi, sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-Qashasah (28) : 77

: (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. QS Al-Qohoshosh ; 77

 Di ayat lain, yakni QS. al-A’rāf (7) Allah swt juga ada menyinggung dalam penggalan firmanNya :

… :

نريننمنؤعمه معتنعكه نعإن معكلر رريخر معكلنذر اهرحلصعإن درععبر ضنرعلرا يف اودهسنفعته لور ىلاعت لاق

Terjemahnya : “… dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”. QS Al-A’rof ; 7

Ayat di atas, melarang untuk merusak lingkungan, dan justeru sebaliknya yakni ayat tersebut menganjurkan manusia untuk berbuat baik dan atau memelihara lingkungannya.

(14)

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas, sebagai berikut :

1. Keanekaragaman hayati memberikan kekhasan yang terdapat di dalam suatu ekologi sungai.

2. Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan keanekaragamn hayati 3. Konservasi merupakan salah satu cara dalam menjaga keanekaragaman hayati

4. Peningkatan populasi penduduk, konsumsi sumber daya alam yang tidak berkelanjutan merupakan factor pemicu hilangnya kenekaragaman hayati

5. Dalam pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan aspek social, lingkungan dan ekonomi dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati

Pengelolaan DAS terpadu mengandung pengertian bahwa unsur-unsur atau aspek-aspek yang menyangkut kinerja DAS dapat dikelola dengan optimal sehingga terjadi sinergi positif yang akan meningkatkan kinerja DAS dalam menghasilkan output, sementara itu karakteristik yang saling bertentangan yang dapat melemahkan kinerja DAS dapat ditekan sehingga tidak merugikan kinerja DAS secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

(15)

http://ilmuenergi.blogspot.co.id/2015/03/makalah-daerah-aliran-sungai-das.html

http://j2-fajar-fa.blogspot.co.id/2016/12/daerah-aliran-sungai-DAS-lengkap.html

http://geoenviron.blogspot.co.id/2013/01/konservasi-tanah-dan-air-konservasi.html

http://viapurwawisesasiregar.blogspot.co.id/2014/02/konservasi-tanah-dan-air-serta-metodenya.html

Gambar

Gambar.  Longsor  tebing  sungai di  sepanjang sungai  di  KapuasKoheng (kiri) dan Sibau (kanan)
Gambar. Penumpukan sampah kayu di tepi sungai menyebabkan tidakstabilnya debit sungai (kiri)
Gambar. Curah hujan harian dan pola debit Sungai Kapuas tahun 2001-2005
Gambar. menunjukkan peta transek desa Datah Dian (A) dan SibauHulu  (B),  yang  menggambarkan  pola  penggunaan  lahan  di  areatersebut

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian kemampuan literasi anak yang ditsimulasi menggunakan teknologi multimedia dilakukan dengan teknik pengamatan, hasil karya penugasan,

Memperhatikan kondisi calon HTI yang tidak subur, tentu saja akan mempunyai masalah dalam pertumbuhan tanaman tersebut, karena tanaman cepat tumbuh dan mempunyai riap

yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).. ini

SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN EVENT PEKAN OLAHRAGA KABUPATEN BERBASIS ANDROID.. STUDI KASUS PADA

20) Desain website layanan perpanjangan online sangat menarik dan mudah dipahami oleh pengguna baik dalam hal pewarnaan, template, dan struktur konten 21) Layanan

a. Dalam transaksinya nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. Dalam kapasitasnya

[r]

IAIN Walisongo Semarang telah berperan serta dalam mendorong pertumbuhan perbankan syari’ah di Kota Semarang melalui pengem- bangan wacana dan disiplin keilmuan ekonomi Islam