• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iklan Pond’s White Beauty Dan Keputusan Membeli (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan Iklan Pond’s White Beauty di Televisi Terhadap Keputusan Membeli pada Mahasiswi FISIP USU)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Iklan Pond’s White Beauty Dan Keputusan Membeli (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan Iklan Pond’s White Beauty di Televisi Terhadap Keputusan Membeli pada Mahasiswi FISIP USU)"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

IKLAN POND’S WHITE BEAUTY DAN KEPUTUSAN MEMBELI (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan Iklan Pond’s White Beauty

di Televisi Terhadap Keputusan Membeli pada Mahasiswi FISIP USU)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun Oleh :

HERMAWATI NAINGGOLAN

090922039

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Iklan Pond’s White Beauty dan Keputusan Membeli, sebuah studi korelasional tentang hubungan antara Tayangan Iklan Pond’s White Beauty di televisi terhadap keputusan membeli pada mahasiswi FISIP USU. Adapun permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah “Sejauhmanakah tayangan iklan pond’s white beauty berpengaruh terhadap keputusan membeli pada mahasiswi FISIP USU.”

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: komunikasi, komunikasi, komunikasi massa, iklan, media iklan televisi, dan teori AIDDA.

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi FISIP angkatan 2010. dimana jumlah populasi mahasiswa regular sebanyak 475 mahasiswi. Untuk menghitung jumlah sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Ari Kunto yaitu apabila jumlah populasi sedikit diambil semua sebagai sampel, dan apabila jumlah populasi banyak maka penarikan sampel dapat digunakan dengan cara mengambil sampel sebanyak 10-15% atau 20-25%. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 10% dari total populasi yaitu sebanyak 48 mahasiswi. Sementara teknik penarikan sampel dilakukan dengan tiga tahap, yaitu dengan menggunakan Stratufied Proporsional Random Sampling, purposive sampling, dan accidental sampling.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Ada 2 (dua) variabel yang ditelii dalam penelitian ini yaitu Tayangan Iklan Pond’s White beauty (X) dan Keputusan Membeli (Y). Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis menggunakan rank Spearman. Analisis statistik dengan menggunakan alat bantu berupa perangkat lunak SPSS 15.0 for Windows.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur hormat dan kemuliaan ditempat yang maha tinggi bagi Tuhan

Yesus Kristus karena berkat dan kasih karunianya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh tayangan iklan Pond’s White

Beauty di Televisi Terhadap Keputusan Membeli pada Mahasiswi FISIP USU”. Skripsi ini untuk memenuhi prasyarat dalam menyelesaikan pendidikan

strata satu Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang terdalam kepada kedua orang tua terkasih,

Ayahanda M.H. Nainggolan dan Ibunda D. Aritonang dan juga kepada keluarga

besar penulis tercinta, K’Henny, B’Feby sekeluarga, B’Roy sekeluarga, K’Asri

sekeluarga, dan D’Purni untuk setiap doa, kasih sayang, nasehat, dukungan moral

dan materil dan segala sesuatu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MSi selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, MA selaku Ketua departemen Ilmu Komunikasi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Drs. Dayana, Msi selaku Sekreatis Departemen Program SI Ilmu

Komunikasi, yang telah membantu proses kelancaran dalam persetujuan

(4)

4. Ibu Dra. Rusni, MA selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan,

petunjuk dan nasehat petunjuk bagi penulis selama mengerjakan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Mazdalifah, Msi selaku dosen wali yang telah memberikan

nasehat-nasehat akademik yang berguna bagi penulis.

6. Seluruh staf pengajar/dosen-dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP

USU, yang telah memberikan ilmunya dan bimbingan kepada penulis selama

menempuh pendidikan.

7. Seluruh staf administrasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU,

khususnya K’Maya, K’Cut, dan K’Ros yang telah membantu kelancaran

administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Jimmy Martin Situngkir, seorang yang memberikan perhatian dan kasih sayang

dan dukungan serta semangat kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan ekstensi’09, buat Amy, Putri, B’Hardman, B’July,

dan lainya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang memberi masukan

10. Rekan-rekan mahasiswi FISIP USU angkatan 2010 yang telah bersedia

membantu penulis dalam menyebarkan dan mengisi kuisioner.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan oleh

karena itu, peneliti menerima segala kritik dan saran guna membangun dalam

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2011

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

I.8 Operasional Variabel...16

I.9 Defenisi Operasional ...17

I.10 Hipotesis ...19

BAB II URAIAN TEORITIS ...21

II.1. Komunikasi ...21

II.1.1 Definisi Komunikasi ...21

II.1.2 Proses Komunikasi ...21

II.1.3 Bentuk Komunikasi...26

II.1.4 Sifat Komunikasi ...27

II.1.5 Fungsi dan Tujuan Komunikasi ...27

II.1.6 Teknik Komunikasi ...28

II.1.7 Metode Komunikasi ...29

II.2. Komunikasi Massa ...30

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ...30

II.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa ...31

II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa ...32

(6)

II.4. Media Iklan ...41

III.1.2 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara ...50

III.1.3 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Perkembangannya ...51

III.1.4 Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara ...55

III.2 Sejarah Peusahaan Unilever ...57

III.2.1 Riwayat Pond’s ...66

III.2.2 Deskripsi Iklan Pond’s White Beauty di Televisi ...68

III.3 Metode Penelitian ...59

III.3.1 Populasi dan Sampel ...59

III.3.2 Teknik Penarikan Sampel ...71

III.3.3 Teknik engumpulan Data...73

III.3.4 Teknik Analisis Data ...74

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...78

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ...78

IV.2 Teknik Pengolahan Data ...79

IV.3 Analisis Tabel Tunggal ...80

IV.4 Analis tabel Silang ...97

IV.5 Uji Hipotesis………..104

IV.6 Pembahasan……….…107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..109

V.1. Kesimpulan………....109

V.2. Saran………..110

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Operasional Variabel ...17

Tabel 2 : Populasi Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 ...70

Tabel 3 : Stratified Proporsional Random Sampling ...72

Tabel 4 : Usia Responden ...80

Tabel 5 : Uang Saku Perbulan Responden ...81

Tabel 6 : Aksen bahasa ...82

Tabel 7 : Penyampaian kalimat ...83

Tabel 8 : Penggunaan kata-kata ...84

Tabel 9 : Pesan dalam iklan singkat, padat, dan jelas ...85

Tabel 10 : Slogan iklan ...86

Tabel 11 : Tata gambar ...87

Tabel 12 : Warna dominan ...88

Tabel 13 : Tampilan gambar ...89

Tabel 14 : Bintang iklan ...90

Tabel 15 : Musik latar/jingle ...91

Tabel 16 : Perhatian (Attention) ...92

Tabel 17 : Ketertarikan (Interest) ...93

Tabel 18 : Keinginan (Desire) ...94

Tabel 19 : Keputusan (Decision) ...95

Tabel 20 : Tindakan (Action) ...96

Tabel 21 : Hubungan aksen bahasa dalam iklan Pond’s White Beauty dengan menumbuhkan ketertarikan terhadap Pond’s White Beauty...98

Tabel 22 : Hubungan pesan dalam iklan Pond’s White dengan keinginan untuk menggunakan Pond’s White Beauty...100

Tabel 23 : Hubungan Tata gambar dengan perhatian terhadap Pond’s White Beauty...102

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Iklan Pond’s White Beauty dan Keputusan Membeli, sebuah studi korelasional tentang hubungan antara Tayangan Iklan Pond’s White Beauty di televisi terhadap keputusan membeli pada mahasiswi FISIP USU. Adapun permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah “Sejauhmanakah tayangan iklan pond’s white beauty berpengaruh terhadap keputusan membeli pada mahasiswi FISIP USU.”

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah: komunikasi, komunikasi, komunikasi massa, iklan, media iklan televisi, dan teori AIDDA.

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswi FISIP angkatan 2010. dimana jumlah populasi mahasiswa regular sebanyak 475 mahasiswi. Untuk menghitung jumlah sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Ari Kunto yaitu apabila jumlah populasi sedikit diambil semua sebagai sampel, dan apabila jumlah populasi banyak maka penarikan sampel dapat digunakan dengan cara mengambil sampel sebanyak 10-15% atau 20-25%. Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 10% dari total populasi yaitu sebanyak 48 mahasiswi. Sementara teknik penarikan sampel dilakukan dengan tiga tahap, yaitu dengan menggunakan Stratufied Proporsional Random Sampling, purposive sampling, dan accidental sampling.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi. Ada 2 (dua) variabel yang ditelii dalam penelitian ini yaitu Tayangan Iklan Pond’s White beauty (X) dan Keputusan Membeli (Y). Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis menggunakan rank Spearman. Analisis statistik dengan menggunakan alat bantu berupa perangkat lunak SPSS 15.0 for Windows.

(10)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Seiring perkembangan dunia yang pesat, perkembangan kondisi pasar

sekarang ini telah membawa pengaruh terhadap strategi yang harus diterapkan

oleh perusahaan dalam menawarkan dan memasarkan produk mereka. Bergulirnya

waktu ke waktu konsumen semakin well-informed, di mana segala produk yang

diinginkan dapat diketahui dengan cepat melalui informasi yang tersedia. Oleh

sebab itu, perusahaan harus pintar dalam memilih cara yang tepat untuk

menginformasikan produk perusahaannya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk meraih sukses dalam mencapai

pasar sasaran suatu perusahaan, diperlukan strategi yang tepat sasaran. Untuk

mencapai sasaran dalam suatu usaha pemasaran selalu membutuhkan alat dalam

penyampaian informasi kepada konsumennya, salah satunya adalah dengan cara

mengeluarkan iklan tentang produk suatu perusahaan yang menarik bagi

konsumen. Penyampaian iklan akan membantu dalam mengenalkan produk

kepada konsumen, iklan mempunyai peranan penting dalam menancapkan merek

suatu produk ke pikiran konsumen. Pola hidup masyarakat modern sangat

tergantung oleh keadaan dunia luar, baik dari segi pola pikir, sikap maupun

tingkah laku yang berkembang di dunia luar akan cepat diamati kemudian

diikuti. Segala sesuatu yang membuat seseorang tampil lebih menarik akan

(11)

Iklan yang baik tidak hanya mampu menggugah, dan menarik minat

masyarakat sehingga terdorong kearah tindakan pembelian, namun juga memberi

keuntungan-keuntungan yang lain kepada perusahaan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh William Spriegel bahwa kegiatan periklanan yang baik dengan kalkulasi dalam proporsi yang sebenarnya, dapat menghasilkan adanya penurunan dari harga penjualan. Hal ini terjadi karena berkurangnya kegiatan berupa pengeluaran biaya usaha penjualan dan penurunan harga satuan produk. Justru karena itu, kegiatan periklanan yang baik telah menghasilkan bahwa calon konsumen sendiri mencari barang atau jasa yang dibutuhkannya itu.(Susanto, 1997:207).

Media atau saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam

bentuk iklan ini diantaranya adalah televisi, radio, majalah dan surat kabar.

Pengiklanan di media televisi hingga saat ini masih dianggap cara yang paling

efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia yang

masyarakatnya masih brand minded dimana merek yang pernah muncul di iklan

televisi lebih digemari daripada yang tidak diiklankan di televisi.

Saat ini media televisi sudah menjadi bagian hidup masyarakat modern

dari segala lapisan, baik eksekutif puncak, staf biasa, mahasiswa, ibu rumah

tangga maupun remaja. Saat ini sudah tidak dapat dihitung lagi berapa banyak

iklan yang disampaikan melalui media televisi. Iklan-iklan ini dibuat semenarik

mungkin dan dengan tingkat kreatifitas yang tinggi yang diharapkan konsumen

akan tertarik pada produk yang diiklankan. Karena dengan mengeluarkan

promosi yang baik maka masyarakat luas akan tertarik dan kemudian

mengkonsumsi produk perusahaan tersebut

Dalam penayangannya, iklan televisi mempunyai jangkauan yang luas dan

(12)

penyampaian, pilihan kata-kata serta unsut format yang dapat didengar dan

disaksikan secara langsung oleh pemirsa. Biasanya iklan televisi ditayangkan

secara berulang-ulang agar pesan yang disampaikan dengan mudah diterima oleh

pemirsa. Selain itu juga tayangan iklan televisi yang ditampilkan mempunyai

keterbatasan jumlah setiap hari, biasaya ditayangkan disela-sela acara dengan

durasi waktu yang cukup singkat. Sedangkan pada umumnya pemirsa televisi

menyaksikan iklan, hanya pada iklan-iklan yang dianggap menarik atau karena

pemirsa penasaran terhadap pesan yang disampaikan oleh iklan tersebut. Tetapi

terkadang banyak juga pemirsa yang mengabaikan iklan, karena mereka

menganggap iklan tersebut kurang menarik atau mengganggu acara yang sedang

disaksikannya, sehingga sering pemirsa sering mengubah channel siaran televisi

pada waktu tayangan tersebut ditampilkan.

Kosmetik sebagai salah satu alat untuk mempercantik diri menjadi suatu

kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan oleh seseorang yang ingin tampil lebih

menarik. Pada umumnya masyarakat luas beranggapan bahwa dengan memiliki

kulit yang putih dan bersih akan nyaman, menarik dan memiliki nilai lebih.

Keadaan seperti ini merupakan suatu peluang bagi produsen produk kecantikan

untuk mengeluarkan suatu produk yang sedang dibutuhkan oleh pasar tersebut.

Promosi yang gencar dari perusahaan produk pemutih yang marak juga

menyebabkan semakin kuatnya tingkat konsumerisme pada produk pemutih.

Strategi untuk lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang suatu produk

pemutih, maka perusahaan berusaha mengenalkan produknya dengan

(13)

untuk menggunakan produk pemutih dari perusahaan tersebut, mengingat semakin

banyaknya perusahaan kosmetik yang meluncurkan produk sejenis.

Pond’s White Beauty sebagai salah satu produk pemutih wajah yang

bersaing mencoba untuk terus exist di pasarnya. Pond's memahami bahwa wanita

selalu merasa berkepentingan dengan kulit yang indah. Sebagai perusahaan

terkemuka dan terbesar dalam bidang produk perawatan wajah, Pond's selalu

berkomitmen untuk menghadirkan solusi kecantikan secara menyeluruh yang

dapat membuat kulit wanita lebih indah dari yang pernah ia harapkan. Produk

Pemutih Kulit Pond’s bukan hanya sekedar menjadikan kulit wanita menjadi

putih, namun juga membuat kulit berkilau cerah. Pond’s White Beauty memiliki

vitamin B3, B6, E dan C sebagai penghilang racun, yang menetralisir noda-noda

penyebab flek hitam yang terdapat di dalam lingkungan dan mengurangi

penumpukan zat melanin, sehingga membuat kulit menjadi halus, bersih dan cerah

Produk Pond's pertama dibuat pada tahun 1846, sejak saat itu merek

tersebut telah menjadi produk kelima perawatan diri yang paling menguntungkan

di seluruh dunia. Pada tahun 1886, Pond's diluncurkan kembali sebagai Pond’s

Extract dan pada tahun 1914 Pond’s Cold Cream dan Vanishing Cream menandai

evolusi merek menjadi lambang (ikon) kecantikan. Pada pertengahan tahun

1920an, Pond’s mencerminkan penguasaan posisi pasar ini dengan pengesahan

dari ratu, bintang Hollywood, dan masyarakat pemerhati masalah kecantikan.

Citra gayanya didukung oleh jaminan penyampaian produk dan pengertian

(14)

Untuk menghadapi persaingan antar perusahaan kosmetik yang

meluncurkan produk sejenis dalam menarik minat konsumen tentu saja

diperlukan promosi yang juga menarik bagi konsumen. Salah satu cara yang

digunakan oleh perusahaan pemutih wajah Pond’s White Beauty adalah dengan

mempromosikan produknya melalui media televisi yang diharapkan masyarakat

luas akan lebih mengenal produknya. Selain itu, iklan di media televisi juga

dimanfaatkan untuk mendongkrak citra dari perusahaan di mata masyarakat,

selain menunjukkan sebagai perusahaan yang modern juga menjadi salah satu

indikator bahwa perusahaan tersebut mampu bersaing di pasaran. Pada akhirnya

audience yang menyaksikan iklan secara terus-menerus akan terdorong untuk

mencoba produk sehingga memutuskan untuk membeli produk tersebut.

Salah satu sasaran produk whitening wajah, pond’s white beauty ini yaitu

kalangan mahasiswi. Karena pada dasarnya pond’s white beauty dirancang untuk

kalangan usia remaja, dan kandungan yang didalamnya yaitu lycopene adalah

anti-oksidan alami yang terdapat didalam kulit. Anti-Oksidan ini dikenal dapat

membantu mencegah kekusaman kulit, sehingga membantu membuat kulit anda

tampak lebih putih merona alami

merupakan komponen yang dapat menilai iklan pemutih wajah Pond’s White

Beauty dan menjadi pangsa pasar produk pemutih wajah Pond’s White Beauty.

Iklan Pond’s White Beauty telah banyak sebelumnya ditayangkan melalui

media televisi. Iklan Pond’s White Beauty yang telah terbit sebelumnya disajikan

dalam bentuk yang menarik. Ada beberapa versi iklan Pond’s White Beauty yang

(15)

versi guru taman kanak-kanak, iklan iklan Pond's White Beauty versi wajahmu

mengalihkan duniaku , iklan pond’s white beauty versi simata indah, iklan pond’s

white beauty versi cute girl, beautiful girl & A boy

Iklan Pond’s White Beauty yang diteliti oleh peneliti yaitu iklan Pond’s

White Beauty versi dinner bareng Afgan. Dalam iklan ini juga ada promo

mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp.10.000. Dengan lattar iklan yang mengambil

tempat dalam sebuah ruangan perpustakaan. Bintang iklan yang berperan dalam

iklan ini adalah tiga orang remaja (Eriska reinisa, Natasha rizki pradita dan Kiki).

Mahasiswi FISIP USU menjadi salah satu bagian dari segmentasi

pemasaran produk pemutih wajah Pond’s White Beauty yang sangat potensial.

Karena terdiri dari kalangan usia remaja dan cenderung rentan terhadap

penawaran dan promosi baru.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

tayangan iklan pond’s white beauty di televisi dan keputusan membeli pada

mahasiswi FISIP USU.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas yang telah diuraikan diatas

maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut ”Sejauhmanakah

tayangan iklan pond’s white beauty berpengaruh terhadap keputusan membeli

(16)

I.3 Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup ruang lingkup tidak terlalu luas dan permasalahan

yang diteliti menjadi jelas terarah dan spesifik maka pembatasan masalah yang

akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat korelasional

2. Masalah yang diteliti adalah tayangan iklan Pond’s White Beauty di

televisi.

3. Masalah yang akan diteliti adalah apakah ada hubungan antara tayangan

iklan Pond’s White Beauty terhadap keputusan membeli

4. Subjek yang diteliti adalah mahasiswi Reguler-S1 FISIP USU yang aktif

perkuliahan angkatan 2010 yang pernah melihat iklan Pond’s White

Beauty.

5. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juli 2011, dengan lama penelitian

disesuaikan dengan kebutuhan.

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Tujuan penelitian ini untuk mencari hubungan iklan pond’s white beauty

dalam mempengaruhi keputusan membeli di kalangan mahasiswi FISIP

USU Medan.

2. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat konsumsi mahasiswi FISIP

USU Medan terhadap pond’s white beauty.

3. Tujuan penelitian ini untuk mencari keputusan membeli produk Pond’s

(17)

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara akademis, penelitian ini di harapkan sebagai sumber bacaan

tentang komunikasi terutama periklanan di lingkungan Universitas

Sumatera Utara.

2. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang diterima penulis selama

menjadi mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta menambah

wawasan peneliti mengenai pengaruh iklan pond’s white beauty terhadap

keputusan membeli di kalangan mahasiswi FISIP USU.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkakan dapat menjadi masukan bagi

pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian sejenis.

I.6 Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian diperlukan kejelasan titik tolak atau landasan

berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya, untuk itu perlu disusun

kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari

sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39-40).

Menurut Kerlinger teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, konstruk,

defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara

sistematis dengan cara merumuskan hubugan antar konsep.

(singarimbun,1995:37).

Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah :

(18)

I.6.1 Komunikasi

Secara etimologis, komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris

berakar dari perkataan latin ”communis”, yang artinya sama, communico,

communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make

common), yang dimaksud dengan sama adalah sama makna atau sama arti

(Mulyana, 2007:41).

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah : Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Definisi Hovland mnunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap public (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting (Effendy 2006 : 10).

Sementara Harold Lasswel mengatakan bahwa cara yang baik untuk

menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says

What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Lasswel diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni : komunikator (communicator, source, sender), pesan (message), media (channel, media), komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient), dan efek (effect, impact, influence). Berdasarkan paradigma Lasswel tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy 2006 : 10).

I.6.2 Komunikasi Massa

Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi kemudian dilakukan

dengan menggunakan media, baik itu media cetak maupun media eletronik. Hal

tersebut menyebabkan proses pengiriman pesan dalam komunikasi dapat

(19)

dalam satu waktu tertentu. Kegiatan komunikasi semacam ini disebut juga sebagai

komunikasi massa.

Gerbner (Rahkmat, 1998:188) menyatakan bahwa komunikasi masa adalah produksi dari distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Sedikit berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Bittner (Rahkmat, 1998 : 188) bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.

I.6.3 Iklan

Iklan adalah pesan yang menawarkan suatu produk yang yang ditujukan

kepada suatu masyarakat lewat suatu media. Namun demikian untuk membedakan

dengan pengumuman biasanya iklan lebih diarahkan untuk membujuk seseorang

untuk membeli (Kasali, 1993:9). Secara sederhana yang menawarkan iklan

didefinisikan sebagai sebagai pesan menawarkan. suatu produk yang ditujukan

pada masyarakat melalui suatu media.

Iklan adalah segala bentuk tentang suatu produk yang disampaikan lewat

suatu media dan dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal serta ditujukan kepada

sebagian atau seluruh masyarakat.

Institusi periklanan Inggris mendefenisikan periklanan sebagai penjualan yang

paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang paling potensial

atas produk barang dan jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya

(Jefkins, 2003:5).

(20)

1. Berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai

tentang benda dan jasa yang ditawarkan.

2. Pemberitauan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang

dijual dan dipasang di media massa.

I.6.4 Media Iklan Televisi

Media merupakan alat yang digunakan dalam kegiatan periklanan. Media periklanan adalah sebuah lembaga yang mempunyai kegiatan usaha menciptakan dan meyelenggarakan media (alat komunikasi/penerangan) yang ditujukan kepada orang banyak atau masyarakat umum. beberapa contoh media adalah televisi, radio, majalah, dan surat kabar (Swasta, 2000:257).

Televisi merupakan salah satu media yang disukai oleh

perusahaan-perusahan dalam mengiklankan produknya agar lebih dikenal masyarakat.

Kemampuan audiovisual telah membuat televisi unggul dibandingkan dengan

media informasi lainnya karena ditayangkan secara masal sehingga dapat

mencapai pemirsa dalam jumlah besar pada saat yang bersamaan melintasi batas

geografis yang luas.

Oleh karena itu, program televisi biasanya dirancang untuk mass

distribution for common experience, dalam pengertian informasi yang disiarkan

dapat diterima oleh sejumlah pemirsa pada saat bersamaan lintas ruang sehingga

pemirsa tersebut akan memiliki pegalaman yang sama.

Media televisi merupakan media yang cukup efektif untuk menyampaikan

pesan iklan produk, positioning iklan terebut dalam sela-sela program siaran

televisi, maka semakin banyak waktu yang dihabiskan pemirsa untuk melihat

iklan dalam media tersebut. bentuk iklan di televisi yaitu: pensponsoran,

(21)

dampak yang kuat terhadap konsumen dalam hal menciptakan kelenturan dengan

mengkombinasikan audiovisual sehingga iklan dapat dikemas dalam bentuk yang

menarik.

Untuk melihat efektifnya pesan iklan dapat dilakukan melalui pendekatan

teori 7-C, menurut Cutlip Center & Broom, hal tersebut antara lain meliputi :

1. Credibility (kredibilitas), adalah suasana saling percaya yang diciptakan oleh komunikator secara sungguh-sungguh untuk melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respek.

2. Contex (konteks), menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan sosial, pesan yang harus disampaikan jelas serta sikap partisifatif.

3. Content (isi), pesannya menyangkut kepentingan orang banyak (publik). 4. Clarity (kejelasan), pesan disusun dengan kata-kata yang jelas.

5. Continuity (kontuinitas), penyampaian pesan secara berkesinambungan. 6. Consistency (konsisten), ketetapan terhadap makna pesan dimana isi atau

pesan materi harus konsisten dan tidak membingungkan audiensnya. 7. Capability (kapabilitas), memperhitungkan kemampuan yang dimiliki oleh

khalayak (Ruslan 2005 : 113, 114).

Menurut Kotler (2001 : 154-160) para pembuat atau pemasang iklan

televisi harus mempunyai konsep kreatif. Biasanya, penulis naskah iklan dan

pengarah seni akan bekerjasama untuk menghasilkan banyak konsep kreatif,

dengan harapan salah satu dari konsep-konsep tersebut akan menjadi ide besar

yang menarik. Oleh karena itu para pembuat iklan harus menetukan gaya

penyampaian, nada penyampaian, pilihan kata, dan unsur format yang menarik

perhatian pemirsa.

1. Nada penyampaian

(22)

sebaiknya dihindari karena dapat menilangkan daya tarik dan dapat menghalang-halangi perhatian konsumen terhadap produk itu sendiri (Sulaksana, 2003: 61-64).

2. Pilihan kata-kata

Pembuat iklan harus menggunakan kata-kata yang dapat menarik perhatian konsumen. Selain itu juga penulis iklandituntut untuk jeli melihat bagaimana kata-kata yang dirangkaiannya akan muncul dan tampak dimata dimata calon pembeli. Penataan kata yang diteliti dan cermat akan sangat membantu menarik perhatian. Oleh karena itu, pilihan kata-kata yang dapat dimengerti, dapat dipahami, sopan, dan dapat diingat diperlukan dalam iklan, sehingga konsumen akan mudah memahami pesan yang disampaikan yang pada akhirnya pesan tersebut akan dengan mudah mendapat respon dari konsumen (Kasali,1993:84-85).

3. Unsur format

Unsur format seperti ukuran iklan, gambar, warna, dan ilustrasi akan sangat mempengaruhi dampak iklan maupun biayanya. Iklan ukuran besar menarik lebih banyak perhatian, walau tidak sebesar perbedaan biayanya. Gambar, warna, dan ilustrasi yang menarik akan meningkatkan efektivitas iklan, sehingga akan mendorong konsumen untuk memperhatikan iklan tersebut (Kotler, 1997 : 244).

4. Gaya penyampaian

Semua pesan biasanya dapat disajikan dalam berbagai gaya penyampaian,

sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada konsumen, sehingga pesan

tersebut dengan mudah dapat diterima oleh konsumen. Diantara gaya

penyampaian pesan tersebut yaitu :

a. Gaya penyampaian menggunakan musik

Musik adalah komponen penting dalam periklanan. Musik yang sederhana dan mudah, baik nada maupun liriknya, akan dapat dengan mudah diingat atau bahkan dinyanyikan oleh pendengarnya dalam berbagai kesempatan, apalagi jika dinyanyikan oleh penyanyi yang sedang menjadi pujaan publik, sehingga pesan yang disampaikan akan sangat menarik (Kasali, 1993:92).

(23)

Gaya ini menunjukkan bagaimana suatu produk cocok degan gaya hidup

tertentu (Kotler, 2001:162).

I.6.5 Teori AIDDA

Menurut Effendi (1999:89) AIDDA adalah akronim dari kata-kata Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Decision (keputusan), dan Action (tingkatan/kegiatan). Konsep AIDDA ini adalah proses psikologis pada diri khalayak. Berdasarkan konsep AIDDA itu agar khalayak membaca dan melakukan action apa yang dianjurkan pihak penyusun berita atau tajuk atau artikel, maka pertama-tama mereka harus dibangkitkan perhatiannya (attention).

Konsep komunikasi juga tidak dapat melepaskan diri dari konsep AIDDA.

Dengan konsep AIDDA maka diharapkan konsumen melakukan tndakan (action)

setelah perhatiannya (attention) dialihkan kepada suatu produk.

Sebuah iklan akan memberikan efek bagi responden yang mendengarkan, dan, atau menyaksikan sebuah iklan. Adapun efek iklan menurut Jefkins, (1996:234-235) adalah :

a. Attention (perhatian)

Suatu iklan berhasil memenangkan perhatian, memecahkan perhatian pembaca dari berita editorial atau iklan lain, iklan yang dihasilkan tidak akan diperhatikan sedikitpun oleh pembaca. Beberapa stimulus mampu menarik perhatian, karena orang diajari atau dikondisikan untuk bereaksi terhadap iklan. Contoh musik/sound seperti telepon atau bel pintu, dan sirine yang meraung-raung terkadang dimasukkan sebagai latar belakang iklan radio dan televisi. Jalan cerita yang menggambarkan pesan iklan itu sendiri juga dianggap mampu menarik perhatian.

b. Interest (ketertarikan)

Tidak ada suatu patokan tertentu dalam penggunaan perangkat kreatif ini guna membuat orang tertarik pada iklan kecuali iklan itu juga berhasil meraih rasa ketertarikan mereka. Daya tarik iklan disini dengan menggunakan sederetan selebritis yang dianggap paling cantik dan elegan sesuai dengan image produk.

c. Desire (keinginan)

(24)

suatu iklan, karena konsumen sudah dimotivasi kebutuhannya sendiri untuk memproses iklan itu.

d. Decision (keputusan)

Sangat bagus bila mampu menciptakan keinginan untuk membeli, memiliki atau menikmati produk atau jasa yang diiklankan. Namun juga perlu menciptakan iklan yang mampu memunculkan keyakinan bahwa memang layak untuk melakukan pembelian dan hal ini akan memberikan kepuasan sebagaimana yang mereka inginkan, tentu saja keputusan disini mungkin dapat diraih dengan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang diiklankan.

e. Action (tindakan)

Bagaimana iklan mampu menimbulkan respon. Iklan cetak bersifat statis dan tidak mudah untuk membuat pembaca melakukan tindakan sesuai yang diinginkan. Tentu saja mungkin ada suatu pendekatan yang langsung memunculkan aksi pada headline, atau mungkin implisit dikeseluruhan iklan. Respon disini diharapkan dapat mengarah pada tindakan pembelian nyata dan atau pembelian ulang bagi konsumen yang mempunyai loyalitas.

I.7 Kerangka konsep

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian

yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat

mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi,2001:40).

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang akan digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak suatu fenomena yang hendak di uji (Singarimbun,

1995:32)

Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam

menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah

yang di uji kebenarannya. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel bebas (X), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lainya

yaitu variabel (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah iklan

(25)

b. Variabel terikat (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain yaitu

variabel (X). Variabel (Y) terikat dalam penelitian ini adalah keputusan

membeli.

I.8 Model Teoritis

Model teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1 Model Teoritis

I.9 Operasional Variabel

Defenisi konsep operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi

operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang

ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46)

Variabel (x)

iklan pond’s white beauty

Variabel (y)

(26)

Tabel 1

Operasional Variabel

I.10 Defenisi Operasional

Defenisi konsep operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan

bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, defenisi

operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang

ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

a. Variabel Bebas (Iklan pond’s white beauty)

1. Nada penyampaian : adalah penyajian iklan dengan menggunakan

nada penyampaian yang tepat, bentuk pemakaian bahasa yang cocok

menyatakan sesuatu yang bersifat positif tentang produk pond’s white

beauty.

Konsep Teoritis Variabel Operasional Variabel (X)

Iklan pond’s white beauty

1. Nada Penyampaian 2. Pilhan kata-kata

- Isi pesan 4. Gaya Penyampaian

- musik/jingle - bintang iklan Variabel (Y)

Keputusan Membeli

(27)

2. Pilihan kata-kata

1. Isi pesan : adalah pesan yang dibuat harus singkat, padat, dan

jelas sehingga komunikan mengetahui isi pesan iklan pond’s

white beauty.

2. Slogan : adalah kalimat atau kata-kata yang dibuat dalam iklan

pond’s white beauty untuk memunculkan keinginan khalayak.

3. Unsur format

1. Tata gambar : adalah penataan gambar dalam iklan pond’s

white beauty yang dapat menarik minat khalayak.

2. Warna : adalah warna yang ditampilkan dalam iklan pond’s

white beauty untuk menarik minat khalayak.

3. Tampilan : adalah tampilan iklan pond’s white beauty yang

dibuat untuk menarik perhatian khalayak.

4. Gaya penyampaian

1. Musik/jingle : adalah instrumen musik yang dibuat dalam

iklan pond’s white beauty untuk menarik perhatian khalayak.

2. Bintang iklan : adalah bintang iklan sebagai komunikator

dalam iklan pond’s white beauty.

b. Variabel Terikat ( Keputusan Membeli)

- Perhatian (Attention)

Yaitu waktu yang dihabiskan responden untuk memperhatikan

(28)

- Ketertarikan (interest)

Yaitu hal-hal yang menyenangkan (menarik) yang mendorong

responden untuk menonton Iklan Pond’s White Beauty.

- Keinginan (Desire)

Yaitu keinginan atau hasrat responden untuk menginginkan produk

Pond’s White Beauty yang diiklankan.

- Keputusan (Decision)

Yaitu keinginan responden sehingga memutuskan untuk membeli,

memiliki atau menikmati produk Pond’s White Beauty yang

diiklankan.

- Tindakan (Action)

Yaitu respon yang mengarah ke tindakan pembelian nyata.

I.11 Hipotesis

Hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui cara yang terkumpul.

(Arikunto, 2006:71).

Berdasarkan konsep dan teori sebagaiman yang telah peneliti kemukakan

diatas maka peneliti menggunakan hipotesis asosiasi. Hipotesis asosiasi

merupakan pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang hubungan antara dua

variabel atau lebih. Hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dapat

berbentuk hubungan korelasional dan hubungan sebab akibat. Metode statistik

untuk menguji kedua hubungan tersebut melalui analisis regresi, dan pengukuran

(29)

variabel atau lebih dalam bentuk fungsi atau persamaan, sedangkan korelasi

digunakan untuk mencari derajat keeratan hubungan dua variabel atau lebih

(Rakhmat, 2007:36).

Berdasarkan konsep dan landasan teori diatas maka dirumuskan hipotesis

penelitian ini sebagai berikut :

Ha : Terdapat pengaruh antara iklan pond’s white beauty terhadap keputusan

membeli di kalangan mahasiswi FISIP USU

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara iklan pond’s white beauty terhadap keputusan

(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi

II.1.1 Defenisi Komunikasi

Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication berasal dari

kata Latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Sama disini maksudnya adalah sama makna.

Melalui komunikasi orang berusaha mendefinisikan sesuatu, termasuk istilah ”komunikasi” itu sendiri. sampai saat ini terdapat banyak definisi komunikasi yang berasal dari banyak ahli. Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner ”komunikasi adalah gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah biasanyadisebut komunikasi” (Mulyana, 2007: 68).

Seperti ilmu-ilmu lainnya, ilmu komunikasi pun menyelidiki gejala

komunikasi. Tidak hanya dengan pendekatan secara ontologis (apa itu

komunikasi) tetapi juga secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya komunikasi

yang efektif) dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu dilaksanakan).

II.1.2 Proses Komunikasi

Dalam berkomunikasi ada proses yang terjadi untuk menyampaikan

pesan dari komunikator ke komunikan. Ada dua tahap proses komunikasi yaitu

(31)

a. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada oang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi karena bahasa yang mampu menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain. Baik berbentuk idea, informasi, atau opini, baik mnegenai hal yang kongkret maupun abstrak, bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada masa lalu dan masa yang akan datang.

Kial (gesture) memang dapat menerjemahkan pikiran seseorang sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapai tangan, atau memainkan jari-jemari atau mnegdipkan mata, atau menggerakkan anggota tubuh lainnya hanya dapat mengomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat terbatas).

Isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirene, dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu. Namun lambang tersebut amat terbatas kemampuannya dalam mentransisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasai melebihi kial, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan menerjemahkan pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Buku-buku yang ditulis dengan bahasa sebagai lambang untuk menerjemahkan pemikiran tidak mungkin diganti dengan gambar, apalagi oleh lambang-lambang lainnya. Namun demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya. Pikiran atau perasaan seseorang baru diketahui dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan oleh media primer tersebut yaitu lambang-lambang. Dengan demikian pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (content) dan lambang (symbol).

Proses komunikasi berlangsung pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Hal ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Setelah itu komunikan mengawa-sandi (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti komunikan menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikatordalam konteks pengertiannya. Yang penting dalam proses penyandian (coding) ialah bahwa komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat mengawa-sandi hanya ke dalam kata bermakna yang pernah diketahui dalam pengalaman masing-masing.

(32)

and meanings) yang pernah diperoleh komunikan. Menurut Schramm , bidang pengalaman (field of experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya bila pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalamn komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain (Effendy 2006 ; 11-13).

b. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi media adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan komunikasi dengan bahasa. Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, komunikasi bermedia (mediated communication) mengalami kemajuan dengan memadukan komunikasi berlambang bahasa dengan komunikasi berlambang gambar dan warna. Maka film, televisi, dan video pun sebagai media yang mengandung bahasa, gambar, dan warna.

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiennya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, atau televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang banyak. Akan tetapi komunikasi bermedia efektif dalam menyampaikan pesan yang bersifat informatif. Sementara untuk menyampaikan pesan persuasif komunikasi dengan tatap muka akan lebih efektif dan efisien karena acuan kerangka (frame of reference) komunikan dapat diketahui komunikator, sehingga umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui tanggapan atau reaksi komunikan pada saat itu juga.

Sementara dengan menggunakan komunikasi bermedia, komunikator tidak dapat mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung pada saat itu dan dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback). Hal ini karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu. Namun bagaimanapun juga dalam proses komunikasi bermedia, misalnya surat, poster, spanduk, radio, televisi, atau film, umpan balik akan terjadi.

(33)

pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. (Effendy 2006 : 16-18).

Berikut adalah model proses komunikasi yang ditampilkan oleh Philip

Kotler dalam bukunya, Marketing Management, berdasarkan paradigma Harold

Lasswell (Effendy 2006 ;18).

Gambar 2 Proses Komunikasi

Unsur-unsur dalam proses komunikasi

- Sender (komunikator)

Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber atau pengirim pesan, yaitu dimana gagasan, ide atau pikiran berasal, yang kemudian disampaikan ke pihak lainnya, yaitu penerima pesan. Sumber atau pengirim pesan disebut komunikator (sender).

- Encoding (penyandian)

Yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang. Atau dapat pula diatikan sebagai kegiatan yang dilakukan sumber untuk menerjemahkan pikiran dan ide-idenya ke dalam suatu bentuk yang dapat diterima oleh indra pihak penerima. Encoding dalam proses komunikasi dapat terjadi berkali-kali. Dalam percakapan tatap muka, pembicara melakukan encoding terhadap pikiran atau idenya dalam kata-kata.

- Message (pesan)

Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan komunikator. Pesan memiliki wujud (physical) yang dapat dirasakan atau diterima oleh indra. Dominick mendefinisikan pesan sebagai the actual

Sender Encoding Decoding Receiver

Noise

Feedback Response

(34)

physical product that the source encodes yaitu produk fisik aktual yang telah di encoding sumber (Morissan 2009; 19).

Antara encoding dan pesan keduanya tampak serupa. Encoding merupakan proses yang terjadi di otak untuk menghasilkan pesan, sedangkan pesan merupakan hasil dari proses encoding yang dapat dirasakan atau diterima oleh indra.

- Media (saluran atau channel)

Yakni jalan yang dilalui pesan yang disampaikan dari komunikator kepada komunikan.

Para komunikasi, pada mulanya berpendapat bahwa komunikasi tatap muka (face to face communication) atau disebut juga dengan komunikasi interpersonal sebagai bentuk komunikasi yang memiliki efek atau pengaruh yang paling kuat- jika dibandingkan dengan komunikasi massa- karena komunikasi interpersonal terjadi secara langsung, melibatkan sejumlah kecil orang atau mungkin hanya dua orang yang sedang berbicara, serta adanya umpan balik yang bersifat segera. Sedangkan komunikasi massa tidak dapat dilakukan secara langsung atau bersifat satu arah (linear), melibatkan sejumlah besar orang serta umpan balikyang tidak bersifat segera. Namun demikan, perkembangan perkembangan komunikasi massa menunjukkan bahwa pengaruh atau efek komunikasi massa saat ini sudah sangat sulit dibedakan dengan komunikasi interpesonal. Perkembangan ini menunjukkan bahwa umpan balik pada komunikasi massa bisa bersifat langsung dan segera. Kecepatan umpan balik yang diterima media penyiaran dari audiensnya, misalnya dalam program interaktif, memiliki kecepatan yang sama sebagaimana komunikasi tatap muka atau interpersonal (Morissan 2009 ; 20).

- Decoding

yaitu pengawasandian, proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Decoding merupakan kegiatan untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan fisik kedalam suatu bentuk yang memiliki arti bagi penerima. - Receiver (komunikan)

Penerima atau disebut juga audiens merupakan sasaran target dari pesan atau yang menerima pesan dari komunikator. Penerima dapat berupa satu individu, satu kelompok, lembaga atau bahkan suatu kumpulan manusia yang tidak saling mengenal.

- Feedback (umpan balik)

(35)

memungkinkan sumber untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang muncul. Umpan balik juga penting bagi penerima karena memungkinkan penerima berusaha untuk mengubah elemen-elemen dalam proses komunikasi.

- Noise (gangguan)

Gangguan yang tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. Gangguan yang sangat kecil mungkin dapat diabaikan, namun terlalu banyak gangguan dapat menghambat pesan untuk mencapai tujuannya. Gangguan ada tiga jenis yaitu gangguan semantik, gangguan mekanik, gangguan lingkungan. Gangguan semantik terjadi bilamana orang memiliki arti yang berbeda atas kata-kata atau ungkapan yang sama. Gangguan mekanik terjadi jika muncul masalah dengan alat yang digunakan untuk membantu terjadinya komunikasi. Gangguan lingkungan terjadi jika sumber gangguan berasal dari luar elemen-elemen komunikasi. Semakin besar gangguan, maka pesan yang diterima menjadi semakin tidak jelas.

II.1.3 Bentuk Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy ada beberapa bentuk komunikasi antara lain sebagai berikut :

1. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)

a. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communiation) b. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) 2. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

a. Komunikasi kelompok kecil (small group communication) 1. Ceramah (Lecture)

2. Diskusi Panel (Panel Discussion) 3. Simposium (Symposium)

4. Forum 5. Seminar

6. Curahsaran (brainstorming)

b. Komunikasi kelompok besar (large group communication/public speaking) 3. Komunikasi Organisasi (Organization Communication)

4. Komunikasi Massa (Mass communication)

a. Komunikasi massa cetak (printed mass communication) 1. Surat kabar

2. Majalah

3. Buku, dan lain-lain

b. Komunikasi massa elektronik (electronic mass communication) 1. Radio

(36)

3. Film, dan lain-lain. (Effendy, 2006:7).

II.1.4 Sifat Komunikasi

Komunikasi yang merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan memiliki beberapa sifat. Berdasarkan sifatnya

komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Komunikasi verbal (verbal communication)

a. Komunikasi lisan (oral communication)

b. Komunikasi tulisan (written communcation)

2. Komunikasi nonverbal

a. Komunikasi kial (gesture communication)

b. Komunikasi gambar (pictorial communication)

3. Komunikasi tatap muka (face-to-face communication)

4. Komunikasi bermedia (mediated communication)

(Effendy, 2006:7).

II.1.5 Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy, terdapat beberapa fungsi

komunikasi yaitu menginformasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur

(to intertain), mempengaruhi (to influence).

a. Menyampaikan informasi (to inform).

(37)

masyarakat melalui tatanan komunikasi, tetapi lebih banyak melalui kegiatan mass communication.

b. Mendidik (to educate)

Mendidik masyarakat. Kegiatan komunikasi pada masyarakat dengan memberikan memberikan informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, lebih maju, lebih berkembang kebudayaannya. Kegiatan masyarakat dalam arti luas adalah memberikan berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan masyarakat dengan tatanan komunikasi massa. Sedangkan kegiatan mendidik masyarakat dalam arti sempit adalah memberikan berbagai informasi dan juga berbagai ilmu pengetahuan melalui berbagai tatanan kelompok pada pertemuan-pertemuan, kelas-kelas, dan sebagainya

c. Menghibur (to intertain)

Menghibur masyarakat. Perilaku masyarakat menerima informasi selain untuk memenuhi rasa aman juga menjadi sarana hiburan masyarakat. Apalagi pada masa sekarang ini banyak penyajian informasi melalui sarana seni hiburan.

d. Mempengaruhi (to influence)

Mempengaruhi masyarakat. Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan sarana untuk mempengaruhi masyarakat

tersebut ke arah perubahan sikap dan perilaku yang diharapkan. (Effendy, 2006:20).

Komunikasi memiliki tujuan utama untuk menyampaikan pesan.

Penyampaian pesan adalah tujuan yang paling utama. Menurut Onong Uchjana

Effendy ada beberapa tujuan dari komunikasi antara lain sebagai berikut :

a. Mengubah sikap (to change the attitude), kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan supaya masyarakat akan berubah sikapnya.

b. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion), memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan akhirnya supaya masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan.

(38)

d. Mengubah masyarakat/perubahan sosial (to change the society), perubahan sosial dan partisipasi sosial, memberikan berbagai informasi pada masyarakat tujuan akhirnya supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi itu disampaikan.(Effendy, 2005:55).

II.1.6 Teknik Komunikasi

Kata metode berasal dari bahasa Inggris, artinya rangkaian yang

sistematis. Metode komunikasi berarti kegiatan-kegiatan yang terorganisir yang

meliputi :

1. Komunikasi infomatif (informatif communication)

2. Komunikasi persuasif (persuasif communication)

3. Komunikasi pervasif (pervasive communication)

4. Komunikasi koersif (coersif communication)

5. Komunikasi instruktif (instructuive communication)

6. Komunikasi manusiawi (human communication)

(Effendy, 2006:8)

II.1.7 Metode Komunikasi

Teknik berasal dari kata technicon bahasa yunani, yang berarti keterampilan komunikasi, maka teknik komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Jurnalistik (journalism)

2. Hubungan masyarakat (public relation) 3. Periklanan (advertising)

4. Pameran (exhibition/exposition) 5. Publisitas (publicity)

(39)

II.2 Komunikasi Massa

II.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Menurut pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri 1991, komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangant hetergen, dan menimbulkan efek tertentu. Definisi komunikasi yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalh pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto 2004 : 3).

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa harus

menggunakan media massa. Media komunikasi yang termasuk media massa

antara lain radio dan televisi (keduanya dikenal sebagai media elektronik); surat

kabar dan majalah (keduanya disebut sebagai media cetak); serta media film film

sebagai media komunikasi massa yaitu film bioskop).

Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. Devito merumuskan defenisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa,serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua item, yakni “pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berati bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefenisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancaryang audio dan/visual. Komunikasi massa akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikanmenurut bentuknya : televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film (Ardianto 2004 : 6).

Dari beberapa defenisi komunikasi massa yang dikemukakan para ahli

komunikasi, nampaknya tidak ada perbedaan yang mendasar atau prinsip, bahkan

defini terebut saling melengkapi satu sama lainnya. Bahkan secara tidak langsung

dari pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi massa

(40)

II.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa

Seperti yang dikatakan oleh Severin dan Tankard, Jr bahwa komunikasi itu adalah keterampilan, seni, dan ilmu, dikaitkan dengan pendapat Devito bahwa komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa dibandingkan dengan jenis-jenis komunikasi lainnya, maka komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik yang disebabkan oleh sifat-sifat komponennya (Effendy 2006 : 21).

Ada beberapa karakteristik komunikasi massa menurut Ardianto, yaitu

sebagai berikut :

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Hal ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Karena komunikasi yang dilakukan menggunakan media massa maka komunkator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. seperti dalam komunikasi antarpribadi. Dengan demikian komunikasi massa bersifat satu arah.

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga.

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Komunikator pada media massa,misalnya wartawan surat kabar atau penyiar televisi, karena media yang dipergunakan merupakan suatu lembaga dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sesuai dengan ketentuan surat kabar atau stasiun televisi yang diwakilinya.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya komunikasi massa ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok tertentu. Oleh karena itu pesan komunikasinya bersifat umum dan mengenai kepentigan umum.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Ciri lain dari komunikasi massa adalah memiliki kemampuan untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Dengan jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas, dan komunikaan uyang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.

(41)

Khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Dalam keberadaannya terpencar-pencar, satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribad,masing-masing berbeda dalam berbagai hal antara lain : jenis kelamin, usia, agama ideologi, pekerjaan, pendidikan,pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya.

6. Komunikasi massa mengutamakan isi ketimbang hubungan

Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpribadi hal tersebut sangan penting. Sebaliknya, pada komunikasi massa, yag penting adalah unsur isi. Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakterisktik media massa yang akan digunakan.

7. Stimulasi alat indra terbatas

Dalam komunikasi massa, sstimulasi alat indraberganrtung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

8. Umpan balik tertunda (delayed)

Pada komunikasi massa, komunikator tidak dapat mengetahui kerangka acuan khalayak yang menjadi sasaran komunikasinya, umpan balik tidak berlangsung pada saat itu dan dinamakan umpan balik tertunda (delayed feedback). Hal ini karena sampainya tanggapan atau reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu. (Ardianto, 2004:7-12).

II.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa bagi masyaratkat menurut Dominick , terdiri

dari surveillance (pengawasan), interpretation (penafsiran), linkage (pertalian),

transmission of values (penyebaran nilai), dan entertainment (hiburan).

Penjelasan dari fungsi komunikasi menurut Dominick adalah sebagai

berikut ini :

(42)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama : (1) warning or beware surveilance (pengawasan peringatan); (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehar-hari. Berita tentang apa yang sedang dimainkan dibioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, prodk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep masakan dan sebagainya.

2. Interpretation (penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiranterhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok.

3. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmisson of values (penyebarab nilai-nilai)

Fungsi penyebaran nilai tidak kentara. Fungsi ini juga disebut sosialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton didengar dan dibaca. Media massa mewakili dengan model peran yang kita amati dan diharapkan menirunya.

5. Entertainment (hiburan)

(43)

II.4 Iklan

II.4.1 Defenisi iklan

Iklan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi pemasaran,

bersama-sama dengan komponen lainnya seperti personal selling, promosi,

penjualan, dan publisitas semuanya merupakan komponen promosi dalam

marketing mix.

Kasali (1995:10) mengemukakan kata iklan (advertising) berasal dari

bahasa Yunani yang artinya ”mengubah jalan konsumen untuk membeli”. Iklan

adalah segala bentuk presentasi non-pribadi dan promosi gagasan barang atau jasa

oleh sponsor tertentu yang harus dibayar (Kotler, 2005:277).

Jadi iklan sebagai salah satu bagian dari komunikasi pemasaran,

merupakan suatu bentuk komunikasi massa dan dibiayai oleh sponsor, dalam hal

ini perusahaan produsen barang dan jasa yang di dalamnya menyediakan

informasi mengenai produk atau jasa yang dihasilkan. Bersifat persuasif sehingga

membangkitkan minat beli dari target audience.

II.4.2 Fungsi Iklan

Dengan adanya iklan berfungsi agar pesan yang disampaikan dalam

iklan dapat sampai kepada audience. Ada beberapa fungsi iklan antara lain adalah

sebagai berikut :

(44)

Periklanan membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru mendidik mereka terhadap berbagi fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek (brand image) yang positif. Karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang efektif, berkemampuan menjangkau khalayak luas dengan biaya yang relatif rendah. Periklanan memfasilitasi pengenalan (introducing) merek-merek baru, meningkatkan jumlah permintaan terhadap merek yang telah ada dan meningkatkan puncak kesadaran dalam benak konsumen (TOMA- top of mind awareness) untuk merek-merek yang sudah ada dalam kategori produk yang matang.

2. Persuasing (mempersuasi)

Iklan yang efektif akan mampu mempersuasi ( membujuk) pelanggan untuk mencoba produk dan jasa yang diiklankan. Persuasi berbentuk mempengaruhi permintaan primer. Yakni, menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk, lebih sering iklan berupaya untuk membangun permintaan sekunder yaitu permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik.

3. Reminding ( mengingatkan)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen Saat kebutuhan muncul yang berhubungan dengan produk yang diiklankan. Dampak periklanan di masa lalu memungkinkan merek pengiklan untuk hadir di benak konsumen sebagai suatu kandidat merek yang akan dibeli.

4. Adding value ( memberikan nilai tambah).

Periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang sebagai lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi dan bisa lebig unggul dari tawaran pesaing.

5. Assisting ( bantuan untuk upaya lain perusahaan).

Pada saat-saat lain, peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dari proses komunikasi pemasaran. Peran penting lain dari periklanan adalah membantu perwakilan penjualan. Iklan mengawali produk-produk penjualan dan memberikan pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum melakukan kontak personal dengan para pelanggan yang prospektif. (Shimp, 2003:357).

II.4.3. Tujuan Periklanan

Tujuan periklanan yang utama adalah menjual atau meningkatkan

penjualan barang, jasa atau ide. Adanya kegiatan periklanan sering mengakibatkan

(45)

terjadi pada waktu mendatang. Dari segi lain, periklanan yang rill adalah

mengadakan komunikasi secara efektif.

Menurut ( Swastha dan Irawan 1983:252) tujuan lain dari periklanan adalah:

1. Mendukung program personal selling dan kegiatan promosi lain.

2. Mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh tenaga penjualan ataupun salesman dalam jangka waktu tertentu.

3. Mengadakan hubungan dengan para penyalur, misalnya dengan mencantumkan nama dan alamatnya.

4. Memperkenalkan produk baru

5. Memasuki daerah pemasaran baru atau menarik pelanggan baru

6. Menambah penjualan industri

7. Mencegah tumbuhnya barang-barang tiruan

8. Memperbaiki reputasi perusahaan dengan memberikan pelayanan umum melalui periklanan.

Pemasaran bertujuan memberitau serta memberi petunjuk kepada

pembeli potensial dan untuk meningkatkan penjualan. Dalam periklanan

diusahakan agar dapat menarik perhatian, minat, keinginan, keyakinan serta

menimbulkan tindakan membeli dengan memanfaatkan media yang tersedia

seperti televisi, majalah, surat kabar dan lainya.

II.4.4 Dampak iklan

Menurut Kasali (1995 : 45 ) berpendapat bahwa secara umum iklan mempunyak dampak untuk :

1. Menarik calon konsumen menjadi konsumen yang loyal selama jangka waktu

(46)

2. Mengembangkan sifat positif calon konsumen yang diharapkan menjadi

pembeli yang potensial dimasa yang akan datang.

II.4.5 Strategi Periklanan

1. Periklanan yang berorientasi pada manfaat produk atau keistimewaan produk

(product benefit or oriented advertising)

Strategi iklan yang berorientasi pada manfaat produk atau

keistimewaan-keistimewaan produk adalah suatu strategi periklanan yang

menkomunikasikan kegunaan-kegunaan atau keistimewaan-keistimewaan suatu

merek atau produk kepada konsumen. hasil yang diperoleh akan lebih memuaskan

jika product feature atau produt benefit yang ditonjolkan bersifat unik, dalam arti

tidak dimiliki pesaing.

2. Periklanan yang berorientasi pada citra merek (brand image oriented

advertising)

Strategi ini merupakan suatu cara periklanan untuk memberikan atau

menempelkan suatu kepribadian (personality) pada suatu merek. Strategi ini

sering dijadikan bila produk yang diiklankan tidak memiliki product feature atau

benefit yang unik.

3. Periklanan yang berorientasi pada permasalahan atau peluang (problem or

opportunity oriented advertising)

Strategi iklan merupakan suatu strategi periklalan yang dijalalankan

Gambar

Gambar 1 Model Teoritis
Tabel 1
Gambar 2 Proses Komunikasi
Gambar 3 Logo Unilever
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesungguhnya Allooh akan selalu menerangi hati kita, jasat kita, dalam keadaan Sesungguhnya Allooh akan selalu menerangi hati kita, jasat kita, dalam keadaan   bertaqwa, mendapat

Pengolahan Tanah Secara Mekanis

improving students‟ reading comprehension skill for the 8 th grade students of Smp Islam Sudirman 1 Bancak?. 2) Whether any improvements of the students‟ reading comprehension

Cipta, karena dengan adanya Undang- Undang Hak Cipta saja tidak cukup menjamin terlindungnya hak dari pencipta, masih banyak pelanggaran- pelanggaran terhadap suatu

[r]

42/PBJ-KEMENAG- BARSEL/VIII/2012 tanggal 29 Agustus 2012, maka dengan ini kami umumkan pemenang lelang untuk paket Rehab Berat Madrasah Tsanawiyah Al-Hikmah Desa Patas yaitu

Raditya Danar Dana, M.Kom Yudhistira Arie Wijaya, S.Kom. Mengetahui, Pembantu Ketua

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan pada Perpustakaan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, untuk menghindari persamaan maka penelitian tentang “Sistem Pengawasan