• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia Terhadap Pengembangan Bakat Anak (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia di SCTV Terhadap Pengembangan Bakat Anak SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia Terhadap Pengembangan Bakat Anak (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia di SCTV Terhadap Pengembangan Bakat Anak SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

JUDUL

Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia Terhadap Pengembangan Bakat Anak (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia di SCTV Terhadap Pengembangan Bakat Anak SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi)

SKRIPSI

NAMA : Umi Hayati NIM : 070904012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Umi Hayati

NIM : 070904012 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia Terhadap Pengemba-nga Bakat Anak (Studi Korelasional Tentang PePengemba-ngaruh TayaPengemba-ngan Super Boy Indonesia di SCTV terhadap Pengembangan Bakat Anak SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi)

Medan, 06 Februari 2014

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Emilia Ramadhani,S.Sos., M.A) (Dra.FatmaWardy Lubis, M.A)

NIP : NIP : 196208281987012001

Dekan FISIP USU

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : UMI HAYATI

NIM : 070904012

Departemen : ILMU KOMUNIKASI

Judul Skripsi :Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia Terhadap Pengembangan Bakat Anak

(Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia di SCTV Terhadap Pengembangan Bakat Anak SD Neger 164518 Kota Tebing Tinggi)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera utara.

Majelis Penguji

Ketua penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di :

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, sebab hanya karena ridho, rahmat, dan hidayah-Nya lah, peneliti mampu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Kepada kedua orang tua tercinta Eddy Erwansyah dan Fatmawati yang selalu mendukung dan memberikan motivasi peneliti dalam penulisan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini yang tidak sempurna, peneliti banyak menghadapi kesulitan karena keterbatasan dan kemampuan, namun peneliti bersyukur dan berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak memberikan perhatian dan dukungan serta bantuan dalam penyelesaian skripsi ini hingga akhir. Maka, dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi

3. Ibu/ Kakak Emilia Ramadhani, S.sos., M.A selaku dosen pembimbing peneliti yang telah banyak membantu dan membimbing peneliti dalam penyelesaian tulisan ini. Terima kasih telah banyak meluangkan waktu terhadap peneliti, sehingga peneliti mampu menyelesaikan tulisan ini tepat waktu.

4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.

5. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta Kak Maya yang baik hati dan sabar membantu semua urusan peneliti dalam penulisan skripsi ini.

6. Kak Hanim, Kak Puan dan seluruh staf Laboratorium Ilmu Komunikasi. 7. Ibu Kepala Sekolah SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi yang telah

(5)

8. Seluruh siswa-siswi SD Negeri 164518 yang telah bersedia untuk bekerja sama dalam mengisi kuesioner penelitian.

9. Kakak ku Aulina Sari dan adik-adik ku Dina dan Nisha yang telah memberi semangat kepada peneliti dalam mengerjakan skripsi.

10. Semua teman-teman peneliti, Rafika Andriani yang sudah membantu mengerjakan SPSS. Semua adik-adik kos yang telah memberi semangat pada peneliti dalam mengerjakan skipsi.

11. Semua pihak yang tidak bisa peneliti uraian satu persatu telah turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik disadari maupun tidak disadari.

Peneliti menyadari sepenuhnya tulisan ini belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, peneliti bersedia untuk diberikan saran. maupun kritik yang bertujuan membangun penelitian peneliti agar lebih baik lagi. Terima kasih.

Peneliti

(6)

LEMBAR PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Umi Hayati

NIM : 0709014

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royaliti Non Eksklusif (Non ekslusive Royality- Frre Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royaliti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir yang saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Pada Tanggal Yang Menyatakan

(7)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Program “Super Boy Indonesia” dan Pengembangan Bakat (Studi Korelasional tentang Pengaruh Program “Super Boy Indonesia” di SCTV terhadap Pengembangan bakat Siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Program “Super Boy Indonesia” di SCTV terhadap Pengembangan Bakat Siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Komunikasi Massa, Perkembangan Teknologi Komunikasi, Media Massa, Televisi , Motivasi, Bakat, Teori Jarum Hipodermik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara Program “Super Boy Indonesia” di SCTV terhadap Pengembangan bakat Siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi, yaitu kelas III, IV,V dan VI yang berjumlah 160 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 20-25% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 40 orang. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Perhitungan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 20.0, Dan menggunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y juga menggunakan piranti lunak SPSS versi 20.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan koefisien korelasi dengan menggunakan skala Guilford, di mana hasil yang didapat adalah 0,702 dan hasil tersebut berada pada skala 0,40- 0,70. Itu artinya : “terdapat hubungan yang cukup berarti antara pengaruh Program “Super Boy Indonesia” di SCTV terhadap Pengembangan Bakat Siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi.

Kata Kunci:

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBARAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masala ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ... 6

2.2 Kerangka Konsep ... 40

2.3 Variabel Penelitian ... 41

2.4 Defenisi Operasional ... 43

2.5 Hipotesis ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

3.2 Metode Penelitian ... 53

3.3 Populasi dan Sampel ... 54

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.5 Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 pengumpulan Data ... 60

4.2 Pengolahan Data ... 60

4.3 Analisi Tabel Tunggal ... 61

4.4 Analisis Tabel Silang ... 85

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Operasional Variabel ... 41

Tabel 3.1 Populasi ... 54

Tabel 3.2 Sampel ... 55

Tabel 4.1 Jenis Kelamin responden ... 61

Tabel 4.2 Kelas responden ... 62

Tabel 4.3 Hasil analisis Intensitas menonton program “Super Boy Indonesia” ... 62

Tabel 4.4 Hasil analisis Durasi Program “Super Boy Indonesia” ... 63

Tabel 4.5 Hasil analisis Tema-tema Program”Super Boy Indonesia” ... 63

Tabel 4.6 Hasil analisis Materi acara Program “Super Boy Indonesia” ... 64

Tabel 4.7 Hasil analisis Waktu Penayangan Program “Super Boy Indonesia ... 65

Tabel 4.8 Hasil analisis Sikap Pembawa Acara Program “Super Boy Indonesia” ... 66

Tabel 4.9 Hasil analisis Penampilan Para Peserta Program “Super Boy Indonesia” ... 66

Tabel 4.10 Hasil analisis komentar yang diberikan juri Program “Super Boy Indonesia” ... 67

Tabel 4.11 Hasil analisi konsep acara yang ditampilkan Program “Super Boy Indonesia” ... 68

Tabel 4.12 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia” membuat lebih suka untuk membaca... 69

Tabel 4.13 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia” membuat lebih sering membaca ... 69

(10)

membuat untuk menggapai cita-cita ... 71 Tabel 4.16 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat rasa ingin tahu yang tinggi ... 72

Tabel 4.17 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat selalu berusaha untuk mengerjakan tugas sendiri ... 72 Tabel 4.18 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat lebih suka memberikan jawaban yang baik ... 73 Tabel 4.19 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat lebih suka memberikan pemikiran yang baik ... 74 Tabel 4.20 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat lebih mudah untuk berfikir ... 75 Tabel 4.21 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat lebih peduli pada lingkungan ... 75 Tabel 4.22 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat lebih mengamati sesuatu dengan teliti... 76 Tabel 4.23 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat lebih berkosentrasi terhadap pekerjaan ... 77 Tabel 4.24 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat berfikir kritis ... 77 Tabel 4.25 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat lebih suka mencoba hal-hal baru ... 78 Tabel 4.26 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

mempunyai daya ingat yang kuat ... 79 Tabel 4.27 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

memiliki banyak hobi ... 80 Tabel 4.28 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat berperilaku fokus ... 80 Tabel 4.29 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat senang terhadap kegiatan sekolah ... 81 Tabel 4.30 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

(11)

Tabel 4.31 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat tidak cepat puas dengan prestasi ... 82

Tabel 4.32 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

selalu menggunakan insting ... 83 Tabel 4.33 Hasil analisis Program “Super Boy Indonesia”

membuat daya imajinasi yang kuat ... 84 Tabel 4.34 Hasil analisis hubungan ketertarikan akan tema Program

Super Indonesia dengan membuat lebih suka mencoba hal baru ... 85 Tabel 4.35 Hasil analisis hubungan paham akan komentar yang diberikan juri Program Super Indonesia dengan membuat tidak cepat

puas dengan prestasi ... 87 Tabel 4.36 Hasil analisis hubungan kemenarikan konsep Program Super

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner

(14)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Program “Super Boy Indonesia” dan Pengembangan Bakat (Studi Korelasional tentang Pengaruh Program “Super Boy Indonesia” di SCTV terhadap Pengembangan bakat Siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Program “Super Boy Indonesia” di SCTV terhadap Pengembangan Bakat Siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi.

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Komunikasi Massa, Perkembangan Teknologi Komunikasi, Media Massa, Televisi , Motivasi, Bakat, Teori Jarum Hipodermik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan, seberapa erat hubungan dan berarti tidaknya hubungan antara Program “Super Boy Indonesia” di SCTV terhadap Pengembangan bakat Siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi, yaitu kelas III, IV,V dan VI yang berjumlah 160 orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Arikunto dengan presisi 20-25% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 40 orang. Sementara teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang (Rank Order) oleh Spearman. Perhitungan menggunakan piranti lunak Statistical Product and System Solution (SPSS) versi 20.0, Dan menggunakan skala Guilford. Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel X terhadap variabel Y serta mengetahui besar kekuatan pengaruh variabel X terhadap variabel Y juga menggunakan piranti lunak SPSS versi 20.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan koefisien korelasi dengan menggunakan skala Guilford, di mana hasil yang didapat adalah 0,702 dan hasil tersebut berada pada skala 0,40- 0,70. Itu artinya : “terdapat hubungan yang cukup berarti antara pengaruh Program “Super Boy Indonesia” di SCTV terhadap Pengembangan Bakat Siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi.

Kata Kunci:

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat manusia. Oleh karena itu, ilmu komunikasi saat ini sedang berkembang pesat. Salah satu bagian dari ilmu komunikasi yang sedang berkembang pesat yaitu komunikasi Massa. Komunikasi Massa adalah komunikasi dengan menggunakan media massa (Effendy, 2006: 20). Media massa dibagi menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik. Media cetak terdiri dari surat kabar, majalah, tabloid dan lain-lain, sedangkan yang termasuk media elektronik terdiri dari radio, film, telivisi dan lain-lain.

Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia perkembangan keberadaannya melampaui media massa lain seperti koran, majalah. Televisi pada saat ini telah menjadi salah satu persyaratan yang harus berada di tengah-tengah kita. Sebuah rumah dikatakan lengkap jika saja ada televisi didalamnya. Hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kota yang relatif kaya, melainkan telah merambah ke pelosok desa di pinggiran-pinggiran sungai kota ataupun di bawah jembatan layang (Wikipedia, 2006: viii).

(16)

mengudara dalam massa percobaan siaran televisi bahana TV (Sumber: http//id,Wikipedia.org/wiki/kota Medan).

Jika pada awalnya televisi berfungsi sebagai media penyampai informasi, kini TV telah berperan sebagai media hiburan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh komisi penyiaran Indonesia diketahui bahwa 10 % tayangan televisi telah menampilkan unsur hiburan daripada pendidikan dan informasi televisi telah menghadirkan berbagai bentuk acara di tengah-tengah masyarakat. Mulai dari tayangan sinetron, film, komedi situasi, talk show, berita, infotainment, kuis, iklan, program olahraga dan lain-lain

Dengan majunya perkembangan televisi di Indonesia, dewasa ini maka semakin marak pula acara-acara yang menarik untuk dinikmati pemirsanya. Salah satu acara yang banyak menjadi pilihan stasiun televisi untuk ditayangkan adalah acara animasi/kartun untuk menarik perhatian audience-nya khususnya anak-anak. Diantaranya Sinchan dan Doraemon di RCTI, Spongebob, Tsubasha, Naruto dan Avatar di Global TV, Detective Conan dan Bleach di Indosiar, Popeye dan Tom and Jerry di MNC TV. Sekarang ini juga banyak menjadi bahan pembicaraan dan program favorit karena mampu menarik minat penonton yaitu program talent show untuk anak- anak.

Dimana program ini menampilkan bakat anak-anak seperti menari, mendongeng, bernyanyi, berdakwah juga memainkan alat musik. Program ini sangat bagus ditayangkan di media. Selain itu, progam “Talent Show” ini juga dapat digunakan sebagai wadah terjadinya proses peniruan dimana hal ini juga menjadi faktor penting bagi seorang anak. Faktor daya khayal sendiri sangat demikian dalam kehidupan anak-anak. Daya khayal merupakan unsur yang memungkinkan dan mendukung kreativitas, daya khayal pada umumnya bersumber pada keinginan anak-anak akan kebabasan, juga merupakan kelanjutan dari hasrat dan kebutuhan tertentu yang ada dalam dirinya. Dapat dikatakan dominasi untuk berfantasi dalam kehidupan anak-anak sangat besar.

(17)

Citra Televisi. Diharapkan akan menjadi spesifikasi dalam penyebaran informasi di banding pendidikan dan berfungsi sebagai pembelajaran masyarakat. SCTV berkomitmen untuk memberikan sajian terbaik bagi pemirsa diseluruh tanah air melalui peningkatan kualitas kepada pemirsanya. SCTV berinisiatif menayangkan program “ talent show” yaitu Super Boy Indonesia.

Prrogram Super Boy Indonesia merupakan acara pencarian bakat anak khususnya anak-anak laki-laki yang berumur 2-8 tahun. Program ini telah dimulai sejak bulan Agustus. Dimana pada sebelumnya para peserta di audisi di kota masing masing hingga terpilih 30 anak laki-laki yang berumur 2-8 tahun untuk berkompetisi di Jakarta. Setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda seperti menari, bernyanyi, berdakwah, mendongeng, acting, dan juga memainkan alat musik. Dimana setiap minggunya mereka harus menampilkan performance yang berbeda-beda. Selama mereka berada di Jakarta mereka di karantina dan diberi para pelatih (mentor) yang mempunyai keahlian masing-masing, mereka juga di damping oleh orang tua mereka selama di karantina. Acara ini disiarkan pada hari Minggu. Acara ini di pandu oleh Eza dan farid (MC) dan juga keempat juri, yakni: Uya Kuya, Astrid, Andhika Pratama, dan Ussy Sulistiawaty. Mereka selalu siap dan antusias pada saat melihat dan mengomentari penampilan para peserta Super Boy Indonesia. Program “Super Boy Indonesia” ini pun menjadi acara yang paling ditunggu penggemar-penggemarnya terutama para orang tua dan juga anak-anaknya. Dengan munculnya Program “Super Boy Indonesia” ini menunujukkan bahwa banyak bakat-bakat terpendam yang dimiliki oleh anak-anak Indonesia, dan terbukti memberi dorongan dan motivasi khususnya bagi para orang tua dan anaknya untuk mengasah bakat atau talenta yang dimilikinya. Motivasi muncul setelah menyaksikan program tersebut sehingga keinginan untuk menjadi seperti yang disaksikanya semakin kuat karena telah termotivasi dan juga dapat mengembangkan bakat mereka.

(18)

miliki menjadi daya tarik tersendiri dari acara talent show yang lain. Pengaruh terbesar terjadi pada anak-anak. Kesamaan usia menjadi pendorong untuk lebih mengembangkat bakat yang dimiliki. Anak-anak disini adalah anak-anak yang berusia 3-8 tahun dan peneliti merasa SD cukup mewakili jenjang usia tersebut.

SD Negeri 164518 salah satu sekolah yang terletak di jalan pulau Samosir Kota Tebing Tinggi. Sekolah ini merupakan sekolah binaan yang menjadi percontohan bagi Sekolah Dasar (SD) yang ada di Kota Tebing Tinggi. Siswa-siswinya banyak berprestasi dan juga siswa-siswa yang ingin bersekolah di sekolah ini harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi. Para pengajar di sekolah ini juga memiliki latar belakang pendidikan mengajar yang baik. Kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah ini juga bisa memotivasi siswa untuk mengembangkat bakat dan potensi dirinya. Seperti kegiatan paduan suara, kegiatan olah raga dll. Karena hal diatas yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian disana.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih mendalam mengenai sejauh mana Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia di SCTV Terhadap Pengembangan Bakat Siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

“Sejauhmana pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia di SCTV terhadap pengembangan bakat siswa SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi?”

1.3. Pembatasan Masalah

(19)

1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.

2. Objek penelitian ini adalah siswa kelas III, IV, V, dan VI SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi dan program “Super Boy Indonesia” di SCTV yang ditayangkan setiap hari Minggu pada pukul 12.30 WIB.

3. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2013.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian sudah pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis intensitas menonton Program “Super Boy Indonesia” di SCTV.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat anak.

3. Untuk menganalisis pengaruh Program “Super Boy Indonesia” di SCTV terhadap pengembangan bakat anak SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis, sebagai wadah untuk menerapkan ilmu yang diterima penulis selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta menambah cakrawala pengetahuan dan wawasan penulis terhadap dunia penyiaran.

(20)
(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Setiap penelitian memiliki kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan dan menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995: 39). Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi pada variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6). Teori-teori yang digunakan adalah Komunikasi Massa, Perkembangan Teknologi Komunikasi, Media Massa, Televisi, Motivasi, Pengembangan Diri, dan teori Jarum Hipodermik.

2.1.1 Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Komunikasi massa berasala dari istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan dari mass media communiaction. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan- pesan komunikasi yang sama. Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengartikan massa sebagai meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain dari saluran.

Komunikasi Massa bisa didefenisikan dalam tiga ciri:

(22)

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks, yang mungkin membutuhkan biaya yang besar (Severin, Warner J & James W. Tankard, 2005: 4).

Sedangkan menurut Joseph A. Devito (dalam Ardianto, 2004: 11) merumuskan komunikasi Massa yakni pertama, Komunikasi Massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi. Kedua, Komunikasi Massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi Massa barangkali akan lebih logis bila didefenisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, dan buku.

Komunikasi Massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial kearah satu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan sosial yang dimiliki Komunikasi Massa dan hasil yang dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah, oleh karena itu efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis sosial (Ardianto, 2004: 48).

Efek Media Massa sebagai benda fisik, meliputi:

1. Efek ekonomi: adanya pertumbuhan dalam bidang ekonomi dengan hadirnya media massa.

2. Efek sosial: berkaitan dengan perubahan struktur atau ineraksi sosial masyarakat pengguna media massa.

(23)

4. Efek hilangnya perasaan tidak nyaman: untuk memenuhi kebutuhan psikologis dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman.

5. Efek menumbuhkan perasaan tertentu: media dapat menimbulkan perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. (Ardianto, 2004: 39).

Sedangkan efek pesan Media Massa, yaitu:

1. Efek Kognitif: berhubungan dengan pikiran atau penalaran sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya bingung menjadi jelas.

2. Efek Afektif: berkaitan dengan perasaan, akibat menyaksikan tayangan tertentu dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.

3. Efek Behavioral: berkaitan dengan niat, tekad, usaha yang cenderung melakukan suatu tindakan atau kegiatan, yang sebelumnya didahului oleh efek kognitif dan afektif. (Ardianto, 2004: 40)

Untuk memahami proses komunikasi massa perlu dilakukan pemahaman dengan bentuk analisis makro dan analisis mikro, walaupun pada akhirnya memiliki hasil yang sama dengan alasan khalayak menggunakan media. Ada beberapa motif memilih media, yaitu:

1. Coginition (Pengamatan)

Media digunakan sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan masyarakat terhadap pengetahuan dan wawasan bahkan beberapa masyarakat menggunakan media untuk membangkitkan ide.

2. Diversion (Diversi)

Media digunakan sebagai sarana untuk relax dan memeuaskan kebutuhan secara emosional bahkan bisa membangkitkan semangat setelah begitu jenuh dari rutinitas hidup sehari-hari.

3. Social Utility (Kegunaan Sosial)

(24)

4. Withdraw (Menarik)

Media juga digunakan sebagai alasan untuk melakukan tugas dan untuk menjaga privacy agar tidak diganggu orang lain.

5. Linkage (Pertalian)

Media massa dapat menyatukan khalayak yang beragam sehingga membentuk suatu pertalian yang berdasarkan minat dan kepentingan yang sama. (Dominick, 2002: 43)

Sumber utama dalam komunikasi massa adalah lembaga atau organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi (institutionalized person). Yang dimaksud dengan lembaga dalam hal ini adalah perusahaan surat

kabar, stasiun radio, televisi, majalah, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud institutionalized person adalah redaktur surat kabar (sebagai contoh). Melalui

tajuk rencana menyatakan pendapatnya dengan fasilitas lembaga. Oleh karena itu, ia memiliki kelebihan dalam suara atau wibawa dibandingkan berbicara tanpa fasilitas lembaga.

Pers adalah suatu lembaga sosial. Dalam UU RI no 40 tahun 1999 tentang pers, pasal 1 ayat (1) menyatakan: “Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya.dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia”. Bentuk institusi media massa dipertegas lagi pada pasal 1 ayat (2) yang menyatakan: “Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi”.

(25)

menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami oleh audiennya.

Harold D.Laswell (dalam Wiryanto, 2005) memformulasikan unsur-unsur komunikasi dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Unsur who (sumber atau komunikator). Sumber utamanya dalam komunikasi massa adalah lembaga. Organisasi atau orang yang bekerja dengan fasilitas lembaga atau organisasi. Yang dimaksud lembaga atau organisasi adalah perusahaan surat kabar, stasiun radio atau televisi, studio film, penerbit buku atau majalah.

2. Unsur says what (pesan). Pesan-pesan komunikasi massa dapat diproduksi dalam jumlah yang sangat besar dan dapat menjangkau audien yang sangat banyak. Pesan-pesan itu berupa berita, pendapat, lagu, iklan, dan sebagainya.

3. Unsur in which channel (saluran atau media). Unsur ini menyangkut semua peralatan yang digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi massa. Media yang mempunyai kemampuan tersebut adalah surat kabar, televisi, majalah, radio, internet, dan sebagainya. 4. Unsur to whom (penerima, khalayak, audien). Penerima pesan-pesan

komunikasi massa biasanya disebut audien atau khalayak. Orang yang membaca surat kabar, menonton televisi, mendengarkan radio, browsing internet merupakan beberapa contoh dari audien.

5. Unsur with what effect (dampak). Dampak dalam hal ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audien sebagai akibat dari terpaan pesan media. Perubahan ini biasanya berlangsung secara berurutan.

2.1.2 Perkembangan Teknologi Komunikasi

(26)

Penemuan di bidang teknologi dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi kita, misalnya dalam melakukan pertukaran informasi, transaksi, maupun transportasi. Perkembangan teknologi juga meningkatkan standar hidup manusia, meningkatkan mutu informasi, hiburan dan pendidikan. (http://digilib.itb.ac.id/gdl.php)

Teknologi adalah aplikasi praktis suatu pengetahuan, khususnya dalam satu bidang tertentu. Teknologi berkembang semakin cepat dari waktu ke waktu karena penemuan suatu teknologi baru dapat mempercepat penemuan teknologi berikutnya. Dalam sejarah peradaban manusia, terdapat banyak penemuan yang dapat berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia.

( Istilah teknologi komunikasi seringkali diucapkan dalam nafas yang sama dengan istilah teknologi informasi, karena pengertian yang terkandung pada masing-masing istilah tersebut memang saling berkaitan satu sama lain. Namun, istilah teknologi komunikasi mencakup pengertian yang lebih luas, termasuk sistem, saluran, perangkat keras, dan perangkat lunak dari komunikasi modern, dimana teknologi informasi merupakan bagian dari padanya.

Rogers, 1986 (dalam Lubis, 1997: 42), mendefenisikan teknologi komunikasi sebagai “alat perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial yang digunakan, untuk mengumpulkan, memproses, dan mempertukarkan informasi dengan orang lain”.

(27)

kini dapat diatasi dengan berkembangnya berbagai sarana komunikasi mutakhir. Dengan penggunaan satelit misalnya, hampir tidak ada lagi batas jarak dan waktu untuk menjangkau khalayak yang dituju dimanapun dan kapan saja diperlukan. (Nasution, 1989: 6)

Perubahan terbesar di bidang komunikasi sejak munculnya televisi adalah penemuan dan pertumbuhan internet. Internet merupakan bagian dari komunikasi digital. Komunikasi digital juga mencakup elemen yang tidak ada pada internet, seperti CD-ROM, multimedia, atau perangkat lunak computer VR/ Virtual Reality yaitu gambar tiga dimensi yang seperti nyata. (Severin dan Tankard, 2005: 443)

Sementara itu Haag dkk, 2000 (dalam Bungin, 2006: 113) membagi teknologi komunikasi informasi menjadi 6 kelompok yaitu:

a. Teknologi Masukan (input technology) b. Teknologi Keluaran (output technology)

c. Teknologi Perangkat Lunak (software technology) d. Teknologi Penyimpanan (stroge technology)

e. Teknologi Telekomunikasi (telecommunication technology)

f. Mesin Pemroses (processing machine) atau lebih dikenal dengan istilah CPU.

Bell, 1979 (dalam Nasution, 1989:11), menyebutkan beberapa wujud sistem komunikasi yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi, yaitu:

1. Jaringan pengolahan data yang kelak memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan tombol-tombol comput er dirumah masing-masing.

2. Jaringan pengolahan data yang kelak memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan tombol-tombol computer dirumah masing-masing.

(28)

4. Sistem faksimil, yang memungkinkan pengiriman dokumen secara elektronik.

5. Jaringan komputer interaktif, yang memungkinkan pihak-pihak berkomunikasi mendiskusikan informasi melalui komputer.

Menurut Ploman (dalam Nasution, 1989: 1), kemajuan teknologi komunikasi tersebut ditandai oleh tiga karakteristik berikut ini:

1. Tersedianya keluwesan dan kesempatan memilih diantara berbagai metode dan alat untuk melayani kebutuhan manusia dalam komunikasi. Bila pada masa lalu hanya ada alat peralatan “berat”, yang professional, dan mahal, maka kini tersedia bermacam sarana yang lebih “ringan”, metode yang hanya memerlukan keterampilan minimal, serta murah. Dengan kata lain, ki ni kita bisa memilih sendiri tingkat teknologi yang kita perlukan.

2. Kemungkinan mengkombinasikan teknologi, metode, dan sistem- sistem yang berbeda dan terpisah selama ini. Berbagai bentuk baru transfer komunikasi dan informasi telah dimungkinkan dengan pengkombinasian tersebut.

3. Kecenderungan kearah desentralisasi, individualisasi dalam konsep dan pola pemakaian teknologi komunikasi.

Berdasarkan karakteristik serta bentuk-bentuk wujud fisik teknologi komunikasi tersebut, dapat diperkirakan betapa luasnya potensi teknologi komunikasi sehingga penerapannya pun akan meliputi berbagai bidang kehidupan manusia.

(29)

2.1.3 Media Massa

Media massa adalah media komunikasi yang mampu menimbulkan keserempakan, dalam arti khalayak dalam jumlah yang relatif sangat banyak serta memperhatikan pesan yang dikomunikasikan melalui media tersebut, misalnya surat kabar, radio, televisi siaran dan film teatrikal yang ditayangkan digedung bioskop (Kuswandi, 1996: 15).

Media massa dibagi menjadi dua yakni media cetak dan media elektronik. Media massa cetak yakni surat kabar, majalah dan lain-lain merupakan media komunikasi yang pertama kali muncul dan digunakan. Sebelum kemunculan media elekronik, media cetak menjadi sarana masyarakat untuk mendapatkan informasi. Namun, setelah teknologi berkembang pesat, media cetak mulai berkurang jumlah penggunaannya karena mereka beralih ke media elektronik yang dirasa cukup memberikan kemudahan. Media massa elektronik yaitu televisi sebagai bagian dari media komunikasi saat ini tidak bisa dihilangkan keberadaanya. Media ini sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia terutama dalam mengisi aktivitas kesehariannya. Bahkan dibandingkan dengan media cetak seperti surat kabar, majalah, maka media elektronik ini jauh lebih banyak penggunaannya. Beberapa alasan orang menggunakan media elektronik dalam hal ini televisi, karena media ini , memberikan informasi secara cepat, sifatnya yang audio-visual memudahkan orang untuk memahami informasi yang diberikan baik secara langsung disaat kejadian maupun mengerjakan aktivitas lainnya. Kemudahannya inilah, maka pengguna media elektronik semakin banyak.

(30)

Sementara itu Robert K. Avery. 1980 (dalam Wahyudi: 45) berpendapat bahwa, individu dalam menerima pesan-pesan dari media massa apakah itu berbentuk berita, pendidikan, hiburan ataupun iklan akan memberikan reaksi terhadap pesan-pesan itu, berupa:

1. Selective attention, masing-masing hanya kan memilih program atau berita yang menarik minatnya.

2. Selective perception, individu akan menafsirkan sendiri pesan-pesan yang diterima melalui media massa.

3. Selective Retention, individu hanya mengingat hal-hal yang ingin dia ingat.

Dalam kaitannya dengan televisi, maka yang dimaksud dengan media massa disini ialah media massa periodik seperti surat kabar, majalah (media massa cetak), radio, televisi, dan film (media massa elektronika). Media massa sendiri mempunyai pengertian saluran/ media yang dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan massa. Ini perlu diingat karena massa pada media massa non periodik manusia (rapat umum) dan massa pada tatap muka (face to face communication), dimana satu komunikator menghadapi massa komunikan

misalnya pada rapat umum, maka massa disini berada disuatu tempat yang sama dan dapat memberikan reaksi secara langsung (two way trafic communication) sesuai dengan sifat komunikasi tatap muka (Wahyudi, 1986: 43).

Laswell, 1948 (dalam Wahyudi, 1986: 43- 44) melihat tiga fungsi utama media massa, yaitu:

a. Fungsi pengamatan lingkungan atau dalam bahasa yang sederhana pemberi informasi dan penyampaian berita.

(31)

c. Sebagai sarana untuk memindahkan nilai dan warisan budaya dari generasi ke generasi.

Ahli komunikasi lain menambahkan fungsi utama media massa adalah sebagai media hiburan. Sedangkan Wilbur Schramm menambahkan fungsi kelima dari media massa adalah sebagai media advertising /iklan. Dengan demikian kelima fungsi utama dari media massa adalah pemberi informasi, seleksi berita/ informasi, pendidikan, hiburan, dan iklan/ advertising.

Ditinjau dari sasaran/ komunikan dari media massa maka setiap manusia menerima pesan dari media massa apakah itu surat kabar, majalah, radio, film, maupun televisi akan mengadakan reaksi yang berbeda-beda karena setiap manusia mempunyai karakter dan kepentingan yang berbeda pula.

Robert K. Avery, 1980 (dalam Wahyudi, 1986: 45-46), memberikan karakteristik media massa dibandingkan dengan komunikasi tatap muka/face to

face communication/ interpersonal communication yang digolongkan enam

macam, yaitu:

a. Komunikator tidak dapat berhubungan langsung dengan massa komunikan, karena saluran yang dipakai adalah media eletronik atau media cetak. Komunikasi tatap muka antara komunikator dan komunikan dapat berhubungan langsung.

b. Sistem komunikasi massa sangat kompleks dibandingkan dengan komunikasi tatap muka.

c. Komunikasi pada komunikasi tatap muka dapat berlangsung dua arah, atau komunikan dapat memberikan feedback secara langsung.

d. Pesan singkat dari komunikator melalui media massa dapat diterima olehmassa komunikan, dengan demikian media massa sangat efektif biladigunakan untuk media iklan.

(32)

f. Media massa dapat mengirimkan pesan kepada komunikan yang berbeda tempat diseluruh dunia secara mendadak dan berurutan.

McQuail, 1987 (dalam Wahyudi, 1986: 47-48), menyebutkan ciri-ciri khusus lembaga media massa adalah sebagai berikut:

a. Memproduksi dan mendistribusikan pengetahuan dalam wujud informasi, pandangan, dan budaya. Upaya tersebut merupakan respon terhadap kebutuhan sosial kolektif dan permintaan individu.

b. Menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang lain, dari pengirim ke penerima, dari anggota audien ke anggota audien lainnya, dari seseorang ke masyarakat dan institusi masyarakat terkait. Semua itu bukan sekedar saluran fisik jaringan komunikasi, melainkan juga merupakan saluran tata cara dan pengetahuan yang menentukan siapakah sebenarnyayang patut atau berkemungkinan untuk mendengar sesuatu dan kepada siapa ia harus mendengarnya.

c. Media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan publik, dan merupak intitusi terbuka bagi semua orang untuk peran serta sebagai penerima (atau dalam kondisi tertentu sebagai pengirim). Institusi media juga mewakili kondisi publik, seperti yang tampak bila mana media massa menghadapi masalah yang berkaitan dengan pendapat publik (opini publik) dan ikut berperan membentuknya (bukan masalah pribadi, pandangan ahli, atau penilaian ilmiah).

(33)

e. Industri media dikaitkan dengan industri dan pasar karena ketergantungannya pada imbalan kerja, teknologi, dan kebutuhan pembiayaan.

f. Meskipun institusi media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian media, mekanisme hukum, dan pandanga-pandangan menentukan yang berbeda antara negara yang satu dengan lainnya.

2.1.4 Televisi

Televisi sudah tidak terdengar asing dalam kehidupan masyarakat. Televisi dapat dikatakan sebagai suatu hal yang mampu melengkapi kehidupan masyarakat dalam memperoleh informasi. Namun walaupun dianggap penting, banyak masyarakat yang tidak mengetahui apakah sebenarnya arti televisi itu sendiri.

Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media massa

yang selain mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur- unsur kata, musik dan sound effect, juga memiliki keunggulan yang lain yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan yang mendalam bagi pemirsanya (Effendy, 2004: 192).

(34)

Pada hakikatnya, media televisi terlahir karena perkembangan teknologi. Berawal dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan dari gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari suatu tempat ke tempat yang lain. Hal ini terjadi sekitar tahun 1883 sampai 1884. Atas perwujudan dari gagasan Nipkov, maka ia diakui sebagai “Bapak” televisi sampai sekarang. Televisi sendiri mulai dinikmati oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1939 yaitu, ketika berlangsungnya “World Fair” di Kota New York hingga saat ini. Televisi memberikan banyak pengaruh pada kehidupan manusia. Pengaruh itu bisa berupa pengaruh sosial, politik, ekonomi, budaya dan pertahanan suatu keamanan negara (Kuswandi, 1996:6).

Televisi adalah produk dari teknologi canggih dan kemajuaannya sendiri sangat tergantung dari kemajuan-kemajuan di bidang teknologi, khususnya teknologi elektronika. Wajarlah bila pengadaan dan pengelolaannya memerlukan biaya yang sangat mahal dan melibatkan banyak tenaga yang memiliki keahlian yang berbeda-beda. Landasan tunggal, dari pengelola siaran televisi yang memiliki keahlian yang berbeda ini ialah kreatifitas perorangan. Tanpa kreatifitas siaran televisi akan monoton dan sangat menjemukan penontonnya (Wahyudi, 1986: 49-51).

(35)

harus melakukan proses encoding dari gelombang yang ditransmisikan oleh stasiun televisi. Awalnya untuk mencari siaran televisi juga dilakukan secara manual layaknya frekuensi radio (masih analog), kemudian mulai dikembangkan teknologi yang lebih digital maka tercipta remote dan untuk melakukan tuning siaran televisi cukup dengan menekan tombol dari remote pada masa ini hanya stasiun local dan nasional yang dapat dinikmati.

Apalagi televisi yang ada sekarang ini, batas-batas negara pun bukan lagi hal yang sulit untuk diterjang melainkan begitu mudah untuk diterobos. Karena itu, bila informasi media televisi dari berbagai belahan dunia tidak terkontrol maka akan menimbulkan efek yang cukup besar, misalnya penjajahan negara dalam hal informasi.

Posisi dan peran media televisi dalam operasionalisasinya di masyarakat, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Robert K. Afery dalam bukunya “Communication and The Media” dan Stanford B. Weinberg dalam “Message-A

Reader in Human Communication’ Random House, New York 1980,

mengungkapkan tiga fungsi media yaitu:

a. The surveillance of the environment yaitu mengamati lingkungan. b. The corelation of the part of society in responding the environment

yaitu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi.

c. The transmition of the social heritage from one generation to he

next, maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya sari suatu

generasi ke generasi berikutnya.

(36)

memberikan kemajuan bagi manusia sebagai aset informasi dan komunikasi (Kuswandi, 1996: 24-25).

Karakteristik Televisi

Ditinjau dari stimulasi alat indera, dalam radio siaran, surat kabar, dan majalah hanya ada satu indera yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indera pendengaran, Surat Kabar dan majalah dengan indera penglihatan.

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar

kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambardan suara. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Betapa menjengkelkan bila acara televisi hanya terlihat gambarnya tanpa suara, ataupun suara tanpa gambar. Karena sifatnya audiovisual, maka acara siaran berita harus dilengkapi dengan gambar diam seperti foto, gambar peta (still picture), maupun film berita, yakni rekaman peristiwa yang menjadi topik berita. Apabila siaran berita televisi tidak dilengkapi dengan unsur visual, sama saja dengan berita siaran radio.

2. Berpikir dalam gambar

(37)

dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Objek tersebut bisa manusia, benda, kegiatan dan lain sebagainya.

3. Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih komplek dan lebih banyak melibatkan orang untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk pengoperasiannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah, atau radio siaran.

Beberapa kelebihan televisi diantaranya: (Wahyudi, 1986: 55)

a. Televisi yang bersifat audiovisual, telah membuat siapa saja baik yang berpendidikan maupun yang buta huruf dapat menikmati acara yang disajikan. Gabungan dari media dengar dan gambar dalam penyampaian pesannya seolah-olah komunikator dan komunikan berinteraksi secara langsung sehingga pesan yang disampaikan oleh televisi lebih mudah untuk dimengerti karena terdengar jelas secara audio dan terlihat secara visual.

b. Televisi merupakan media yang persuasif dan tangguh dalam mendemonstrasikan penggunaan suatu barang.

c. Kombinasi suara, gerak, dan warna dapat memberikan creative advantages dibanding media lainnya, sehingga dapat mengkreasikan Brand Images lebih dramatis.

d. Dapat menyaksikan kejadian di tempat jauh tanpa harus pergi ke tempat tersebut. Hal ini dapat dinikmati dalam siaran langsung pertandingan olahraga atau konser musik.

e. Dapat menikmati beragam tayangan hiburan dengan gratis. Tak perlu pergi ke movie theater untuk menyaksikan film yang bermutu.

(38)

g. Banyaknya channel dalam televisi membuat semua orang dapat menyaksikan program favorit masing-masing.

Walaupun demikian, televisi juga memiliki kelemahan, antara lain: (Wahyudi, 1986: 56)

a. Dibatasi oleh durasi program dan panjangnya visualisasi, media televisi memakan biaya yang besar.

b. Tidak bisa didengarkan sambil lalu. Orang yang keranjingan televisi biasanya suka melupakan aktifitasnya.

c. Sifatnya yang transitority mengakibatkan isi pesan tidak dapat dimemori oleh pemirsa seperti halnya media cetak misalnya Koran, majalah yang dapat dikliping.

d. Sebagai media elektronik, pesan yang disampaikan bersifat selintas (tidak dapat disimpan).

e. Televisi tidak dapt melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung seperti halnya media cetak. Hal ini disebabkan karena faktor penyebaran siaran televisi begitu luas kepada massa yang heterogen. Pengaruh televisi cenderung menyentuh aspek psikologis massa sedangkan media cetak lebih mengandalkan efek rasionalitas.

Menurut Prof. DR. R. Mar’at, (dalam Effendy, 2006: 122), acara televisi ada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan menonton, sebab salah satu pengaruh psikologis dari televisi seakan-akan menghipnotis penonton sehingga terhanyut atas sajian-sajian televisi.

Ada tiga dampak yang ditimbulkan dalam setiap tayangan televisi terhadap pemirsanya, yaitu: (Wahyudi, 1986: 57)

1. Dampak kognitif, berhubungan dengan pikiran atau pemahaman yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan oleh televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsanya.

(39)

pemirsa untuk menyerap pesan sehingga timbul perasaan tertentu, berupa perasaan suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung hingga sadar atau tidak sadar.

3. Dampak konatif yang berhubungan dengan perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang ditayangkan di televisi yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.5 Motivasi

Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara motivasi dari dalam adalah motivasi yang munculnya dari inisiatif diri kita. (Siagian, 1995: 41).

Mitchell 1982, dalam Winardi (2002: 28-29) menjelaskan, motivas memiliki sejumlah sifat yang mendasarinya, yaitu:

a. Ia merupakan fenomena individual, artinya masing-masing individu bersifat unik, dan fakta tersebut harus diingat pada riset motivasi,

b. Motivasi bersifat intensional, maksudnya apabila seseorang karyawan melaksankan suatu tindakan, maka hal tersebut disebabkan karena orang tersebut secara sadar, telah memilih tindakan tersebut,

c. Motivasi memiliki macam-macam fase. Para ahli telah menganalisis berbagai macam aspek motivasi, dan termasuk di dalamnya bagaimana motivasi tersebut ditimbulkan, bagaimana ia diarahkan, dan pengaruh apa menyebabkan timbulnya persistensinya, dan bagaimana motivasi dapat dihentikan.

(40)

ketidak seimbangan. Hasibuan (2003: 95) mendefinisikan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Wahjosumidjo (1984: 50) mengemukakan motivasi dapat diartikan sebagai suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.

Proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsic dan extrinsic. Faktor di dalam diri seseorang bisa berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan sedang faktor dari luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagi faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi baik faktor ekstrinsik maupun faktor intrinsik motivasi timbul karena adanya rangsangan.

Memperhatikan uraian di atas, Gibson (dalam Winardi, 2002: 4) menjelaskan bahwa apabila kita mempelajari berbagai macam pandangan dan pendapat mengenai motivasi, dapat ditarik sejumlah kesimpulan:

a. Para teoritisi menyajikan penafsiran-penafsiran yang sedikit berbeda tentang motivasi dan mereka menitikberatkan faktor-faktor yang berbeda-beda.

b. Motivasi berkaitan dengan perilaku dan kinerja. c. Motivasi mencakup pengarahan ke arah tujuan.

d. Dalam hal mempertimbangkan motivasi, perlu memperhatikan faktor-faktor fsiologikal, psikologikal, dan lingkungan sebagai faktor-faktor-faktor-faktor penting.

(41)

Motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan yang muncul dalam diri seseorang. Motif diarahkan ke arah tujuan tujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi di bawah sadar. Motif-motif merupakan “mengapa” dari perilaku. Mereka muncul dan mempertahankan aktivitas, dan mendeterminasi arah umum perilaku seorang individu. (Winardi, 2002: 33)

Hubungan antara motif, tujuan, dan aktivitas dapat ditunjukan pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1

Sebuah Situasi yang Memotivasi

Sumber: Winardi, 2002: 41

Gambar 1 menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi, di mana motif-motif seorang individu, diarahkan ke arah pencapaian tujuan. Motif terkuat, menimbulkan perilaku, yang bersifat diarahkan kepada tujuan atau aktivitas tujuan. Mengingat bahwa tidak semua tujuan dapat dicapai, maka para individu tidak selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas dari kekuatan motif yang ada. Jadi dengan demikian aktivitas tujuan dinyatakan dalam gambar berupa garis putus-putus.

Berdasarkan uraian di atas, dalam konsep motif terkandung makna:

a. motif merupakan daya pendorong dari dalam diri individu. b. motif merupakan daya pendorong dari dalam diri individu.

c. motif diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motif dapat didefinisikan sebagai daya pendorong dari dalam diri individu Motif Aktifitas yang

diarahkan kepada

Tujuan

Perilaku

(42)

sebagai penyebab terjadinya aktivitas, yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses motivasi:

a. Tujuan

Tujuan merupakan alasan utama mengapa seseorang memiliki motivasi. Motivasi itu muncul karena seseorang tersebut ingin mencapai tujuan dalam hidupnya.

b. Mengetahui Kepentingan

Untuk mendapatkan sebuah motivasi seseorang tersebut harus mengetahui serta menyadari kepentingan apa yang menjadi tujuan untuk mencapai sesuatu.

c. Komunikasi Efektif

Motivasi itu muncul apabila kita mempunyai komunikasi yang efektif dengan orang lain. Dengan komunikasi yang efektif akan membantu kita dalam mendapatkan motivasi dari orang lain.

d. Integritas Tujuan

Dalam memotivasi diri, selain kita perlu mengetahui tujuan yang akan kita capai, kita juga perlu mengintegrasikan tujuan kita tersebut agar kita mudah dalam mencapainya.

e. Fasilitas

Fasilitas yang baik dan lengkap menjadi faktor pendorong yang ampuh dalam memotivasi seseorang. Dengan fasilitas yang tersedia, maka seseorang itu akan semangat serta termotivasi. (Siagian: 1995: 46)

Atas dasar sumber dan proses perkembangan, terjadi penggunaan berbagai macam istilah yang sering dipertukarkan.untuk keperluan studi psikologi telah diadakan penertiban dengan diadakannya penggolongannya. Antara lain sebagai berikut ini. (Siagian, 1995)

(43)

Menunjuk kepada motif yang tidak dipelajari untuk itu sering juga digunakan istilah dorongan. Golongan motif ini pun dibedakan lagi ke dalam:

(a) Dorongan fisiologis yang bersumber pada kebutuhan organis yang mencakup antara lain lapar, haus, pernapasan, seks, kegiatan, dan istirahat. Untuk menjamin kelangsungan hidup organis diperlukan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut sehingga mencapai keadaan fisik yang seimbang.

(b) Dorongan umum dan motif darurat, termasuk didalamnya dorongan takut, kasih sayang, kegiatan, kekaguman dan ingin tahu, dalam hubungannya dengan rangsangan dari luar, termasuk dalam golongan melarikan diri, menyerang, berusaha dan mengejar untuk menyelamatkan diri.

2. Motif Sekunder

Menunjukkan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari kedalam golongan sebagai berikut :

(a) Takut yang dipelajari (learned fears)

(b) Motif Sosial (ingin diterima, ingin dihargai, konformitas, afiliasi dll) (c) Motif-motif Obyektif (eksplorasi, manipulasi, dan minat)

(d) Maksud (purpose) dan aspirasi

(e) Motif berprestasi (Achievement Motive)

Dari pengertian serta penggolongan, motifasi tersebut, motivasi jika dihubungkan dengan proses pengembangan diri seseorang berarti segala alasan dan pendorong dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang tersebut mengembangkan dirinya sehingga bisa lebih baik dari sebelumnya.

(44)

Menurut Kartono (1995: 39), defenisi dari pengembangan diri adalah “Individu-individu yang mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan-kemampuan mereka melalui usaha-usaha yang diarahkan oleh diri mereka sendiri”. Dari definisi diatas jelas bahwa cara pendekatan tersebut merefleksikan prinsip-prinsip keikutsertaan dan kemandirian. Cara pendekatan pengembangan diri secara implisit memasukkan ciri penting otonomi belajar yang terkandung dalam penciptaan kemandirian, tanggung jawab, dan keberanian mengambil resiko.

Bagi jiwa yang selalu ingin maju, pengembangan diri merupakan salah satu syarat utama yang tidak bisa dilewati. Dalam pengembangan diri sendiri sering kali kita dituntut untuk rela berkorban, menginvestasikan materi ataupun waktu sendiri. Bisa berupa mengikuti seminar-seminar dalam bidang yang ingin dikembangkan. Atau membeli buku-buku sebagai bahan referensi pengembangan diri. Hal-hal tersebut yang berhubungan dengan pengorbanan untuk mengembangkan diri, sering disebut self-infestment. Pengorbanan tersebut sebetulnya adalah wujud sebuah investasi, ada harapan meraup sebuah keuntungan yang lebih besar tentunya. Karena memang seperti itu wujud sesuatu yang namanya investasi. Namun banyak orang, terutama di negara-negara berkembang menuju miskin yang tidak menyadari semua itu. Padahal, individu yang sadar dan bisa melakukan self-investment ini sudah pasti akan berkembang, atau minimal bisa mengakselarasi perkembangan dirinya. Melakukan pengembangan diri adalah satu-satunya jalan untuk memberikan nilai beda dibanding orang-orang sekeliling.

Tujuan Pengembangan Diri

Tujuan kita mengembangkan diri, yaitu: (Kartono, 1995: 53)

1. Mendapatkan Rasa Aman

(45)

luar seperti itu, melainkan keamanan dari dalam, yaitu keamanan batin. Keamanan seperti itu kita dasarkan atas kemampuan untuk memberi sumbangan di dalam hidup, kecakapan dalam kerja, watak, dan kepribadian yang sudah berkembang secara lengkap dan utuh: lahir-batin, jasmani-rohani, material-spiritual. Kita merasa aman karena kita telah berhasil memodifikasi sikap dan perilaku kita menjadi lebih baik, menambah kemampuan dan kecakapan kita, serta meningkatkan prestasi kerja kita.

2. Kemantapan Hidup

Kemantapan hidup adalah keadaan hidup dimana kita tidak mudah goyah dan digoyahkan, baik oleh faktor-faktor yang ada di dalam diri.

Upaya Pengembangan Diri

Dalam melakukan pengembangan diri, kita memerlukan tolak ukur yang nyata dan aplikatif untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan yang telah kita capai. Konsep Sharpening Our Concept and Tools (SHOCT) yang dikembangkan oleh Lembaga Manajemen Terapan Trustco berikut ini dapat kita jadikan sebagai contoh daftar aktivitas pengembangan diri.

1. Memperluas pengetahuan mengenai fakta situasional. Jangan bersikap acuh tak acuh dengan lingkungan sekitar.

2. Menjalin hubungan dengan orang lain. 3. Mengelola waktu secara efektif

4. Menjaga keaktualan pengetahuan agar tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas mencari pengetahuan baru.

5. Berlatih untuk mengumpulkan fakta dan membuat asumsi.

6. Membuat jurnal pribadi dengan menggunakancatatan harian agar jadwal kita menjadi teratur.

Proses Pengembangan Diri

(46)

menjadi kuat dalam menghadapi percobaan dan menjalani hubungan yang baik dengan sesamanya.

1. Pancarkan Antusiasme Anda

Menerapkan prinsip-prinsip bertindak ke dalam kehidupan nyata akan mempertinggi jiwa Anda dan mengangkat semangat Anda. Anda akan menjalani hari-hari yang penuh dan lebih baik. Hal ini terjadi karena Anda telah memanfaatkan saat-saat hening anda untuk berpikir, mengorganisasikan dan memprioritaskan hidup anda. Anda akan mencintai banyak hal dan hal-hal tersebut akan menjadi bagian dari hari-hari Anda. Anda akan selalu berada dibawah kendali. Setiap hari-hari Anda akan melakukan hal-hal baik untuk diri Anda sendiri maupun orang lain.

2. Master Sukses

Ada master di dalam diri Anda yang menjadi panutan. Master tersebut adalah Anda dalam kondisi yang terbaik. Teruslah berusaha. Anda tenang, tenggang rasa, sabar dan percaya diri. Anda jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan dapat diandalkan. Anda loyal dan menarik. Anda rendah hati dan menghormati orang lain. Anda tangguh, tekun, dan pekerja keras. Anda selalu ingin tahu dan mau diajar. Anda sehat, bersemangat, dan entusiastik.

3. Berani Mengambil Resiko Gagal

(47)

gagal untuk sementara waktu, tetapi perbedaannya pada bagaimana respon Anda. Kebanyakan orang mencari jaminan sebelum mengambil tindakan. Namun, dalam usaha pencarian jaminan tersebut, mereka sering menerima peringatan yang dapat dengan mudah digunakan sebagai alasan untuk tidak bertindak.

4. Ciptakan Perubahan

Status quo mungkin kondisi yang menyenangkan, namun karena harus

terjadi perkembangan, maka harus ada perubahan. Karena Anda mencari perkembangan, maka Anda harus mencari perubahan. Jangan Anda lihat lingkungan Anda sebagaimana adanya, namun bagaimana seharusnya Anda mencari perubahan karena Anda perlu mencari jati diri yang lebih baik sehingga Anda dapat memainkan peran Anda dalam menciptakan dunia yang lebih baik.

5. Terimalah Perbedaan

Lihatlah setiap orang sebagai individu dan bukan sebagai bagian sebuah kelompok. Seluruh manusia dari seluruh negara dan budaya pada dasarnya adalah sama tanpa memandang ras, warna, keyakinan atau jenis kelamin. Tolaklah kebijakan yang bersifat stereotip, memecah belah dan merendahkan diri serta mengelompokkan orang kedalam kategori-kategori. Jadilah orang pertama yang membangun jembatan toleransi dan kesepahama.

Beberapa Metode Pengembangan Diri

Selain metode-metode formal seperti misalnya kursus-kursus dan program-program pelatihan, ada berbagai macam metode yang dapat digunakan dan diatur oleh individu itu sendiri. Metode yang paling umum digunakan adalah : (Dariyo, 2004: 5)

• Observasi

(48)

kemampuan seseorang melalui tayangan di televisi. Pengamatan ini sangat membantu proses pengembangan diri siswa tersebut.

• Refleksi

Metode ini mengacu pada memikirkan dan menganalisis hasil observasi. Ini juga mencakup refleksi pada prilaku, kinerja dan alasan-alasan utama dari individu itu sendiri. Ini merupakan aspek penting pengembangan diri.

• Bacaan Penuntun

Membaca buku-buku teks, jurnal-jurnal, dan artikel-artikel merupakan cara yang mudah untuk meningkatkan pengetahuan. Meminta saran dari orang yang lebih berpengalaman akan sangat bermanfaat dalam proses pengembangan diri.

• Mencari Umpan Balik

Mencari umpan balik merupakan hal yang penting dalam proses belajar dan pengembangan diri, khususnya dalam pengembangan keterampilan walaupun metode ini sedikit lebih beresiko. Umpan balik juga dapat digunakan untuk memonitor kemajuan individu. Satu hal yang penting dalam metode ini adalah memilih target-target umpan balik dengan hati-hati.

• Paket-paket Siap Pakai

(49)

menjadi kuat dalam menghadapi percobaan, peka terhadap diri sendiri dan peka terhadap orang lain.

2.1.7 Bakat

Bakat atau aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam suatu bidang atau kemampuan tertentu, seorang lebih berbakat dalam bidang bahasa sedangkan yang lain dalam matematika, yang lain lagi lebih menunjukkan bakatnya dalam sejarah dsb. Seperti halnya kecerdasan, maka pada bakat pun beberapa ahli memberikan rumusan yang tidak selalu sama tentang bakat. (Nana Syaodaih Skmadinata, 2005: 101)

W.B. Michel (1960) merumuskan bakat sebagai “pattern of behavior involved in the performance of a task respect to which the individual has had or

no previous trainin”. Berarti bahwa bakat merupakan suatu kapasitas atau potensi

yang belum dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar, bakat berkenaan dengan kemungkinan menguasai suatu pola tingkah laku dalam aspek kehidupan tertentu.

Guilford (1959) memberikan defenisi yang sedikit berbeda, menurut dia: “aptitude pertains to abilities to perform. There are actually as many ability as

there are actions to be performe, hence traits of this kind are very numerous”.

Menurut Guilford bakat itu banyak sekali, sebanyak perbuatan atau kreatifitas individu. Ada tiga komponen dari bakat menurut Guilford yaitu komponen Intelektual, perceptual, dan psikomotor. Komponen intelak tual terdiri atas beberapa aspek yaitu aspek pengenalan, ingatan, berpikir konvergen, berfikir divergen dan evaluasi. Komponen perceptual juga meliputi beberapa aspek yaitu pemusatan perhatian, ketajaman indera, orientasi ruang dan waktu. Keluasan dan kecepatan mempersepsi. Komponen psikomotor terdiri atas aspek-aspek rangsangan, kekuatan dan kecepatan gerak, ketepatan, koordinasi gerak dan kelenturan.(Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 101-102)

(50)

dalam matematika atau catur, tetapi defenisi itu sekarang meliputi siswa yang mempunyai kemampuan yang unggul dalam berbagai kenis kegiatan, termasuk seni.(Robert E. Slavin, 2011: 125)

Ada dua kelompok bakat yang dimiliki individu yaitu bakat sekolah dan bakat pekerjaan. Bakat sekolah atau scholastic aptitude, merupakan bakat yang dimiliki seseorang yang mendukung penyelesaian tugas-tugas atau perkembangan sekolah atau pendidikan. Bakat ini terutama berkenaan dengan kapasitas dasra menguasai pelajaran atau perkuliahan. Bakat pekerjaan vocational aptitude merupakan bakat yang dimiliki seseorang berkenaan bidang pekerjaan atau jabatan tertentu, seperti bakat di bidang pertanian, ekonomi, hukum, dsb. Sesungguhnya sekolah merupakan persiapan kearah bekerja. Dengan demikian bakat sekolah juga tidak secara langsung merupakan bagian dari bakat pekerjaan. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 102)

Alat untuk mengukur bakat disebut tes bakat (aptitude test). Tes baku atau tes standar pada umumnya hanya bisa dilaksanakan pada pengembangan tes bakat. Tes bakat umumnya disusun oleh para ahli pengukuran (Psichometrist). Ada beberapa tes bakat yang terkenal diantaranya adalah DAT, MAT, FCAT, MT. DAT atau Differential Aptitude test disusun oleh Benet, terdiri atas tujuh sub test yaitu bakat verbal atau verbal reasoning, kecepatan dan ketelitian atau clerical speed and accuary dan bakat menggunakan bahasa atau language usage. MAT

atu Multiplle uptitude Test terdiri atas sepuluh sub tes, yaitu pengetahuan umum, perbendaharaan kata, berhitung, deret bilangan, pemahaman mekanis, memahami huruf, memahami kata, kecepatan-ketelitian dan tilikan ruang. Kombinasi tes kesatu sampai kelima menunjukkan kecerdasan seseorang. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 103-104)

(51)

bakat dalam bidang psikologi atau bakat memimpin, dan bidang psikomotor). Defenisi ini juga membedakan antara bakat sebagai potensi dan bakat yang sudah tampak dari prestasi, tetapi keduanya memerlukan pelayanan pendidikan khusus.(Utami Munandar, 199: 27-28).

Anak berbakat

Anak berbakat menurut defenisi dari U.S. Office of Education (1971), adalah anak-anak yang didefenisikan oleh orang-orang professional, yang karena kemampuannya yang sangat menonjol, dapat memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayan di luar jangkauan program sekolah yang biasa, untuk mewujudkan sumbangannya terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat (Alex Shobur, 2011: 181-182). Sedangkan menurut Utami Munandar, anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang professional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuan-kemampuan-kemampuan tersebut, kemampuan-kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni dan kemampuan psikomotor seperti dalam olah raga.(Utami Munandar, 1999: 23)

Anak berbakat (Gifted) punya kecerdasan diatas rata-rata (biasanya punya IQ diatas 130) dan atau punya bakat unggul di beberapa bidang,seperti seni, music atau matematika. Program untuk anak berbakat di sekolah biasanya didasarkan pada kecerdasan dan prestasi akademik. Kriteria ini diperluas dengan memasukkan faktor-faktor seperti kreativitas dan komitmen. (John W. Santrock, 1999:24)

(52)

minat dan kemampuannya, hal ini sesuai dengan UU No.2 Pasal 24 Ayat (1). (Utami Munandar, 1999:24)

Ellen Winner, seorang ahli di bidang kretivitas dan anak berbakat, mendeskripsikan tiga criteria yang menjadi ciri anak berbakat:

1. Dewasa lebih dini (Precocity)

Anak berbakat adalah anak dewasasebelum waktunya apabila diberi kesempatan untuk menggunakan bakat atau talenta mereka. Dalam banyak kasus, anak bebakat dewasa lebih dini karena mereka dilahirkan dengan membawa kemampuan di domain tertentu, walaupunbakat-bakat sejak lahir ini tetap harus dipelihara dan di pupuk.

2. Belajar menuruti kemauan mereka sendiri

Anak berbakat belajar secara berbeda dengan anak lain yang tidak berbakat. Mereka tidak membutuhkan banyak dukungan atau scaffolding dari orang dewasa. Mereka juga kerap membuat penemuan dan memecahkan masalah sendiri dengan cara yang unik di bidang menjadi bakat mereka. Tapi kemampuan mereka di bidang lain boleh jadi normal atau bisa juga di atas normal.

3. Semangat untuk menguasai.

Gambar

Gambar 1 menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi, di mana motif-
Gambar 2.2 Model Toritis
Gambar 3.1
Tabel 3.1 Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Today, palm oil price is expected to trade lower as weaker overnight soyoil and crude oil price would indicate the Malaysia palm market. Market will also be looking at exports

Deferred tax assets and liabilities are measured at the tax rates that are expected to apply to the period when the asset is realized or the liability is settled, based on tax

There is no one size its all solution, tidak ada satu solusi yang dapat mengatasi semua permasalahan, namun setidaknya penerapan biosekuriti dapat mengurangi kerugian ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik berdasarkan penelitian sebelumnya, khususnya pada Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dan

[r]

Jumlah pasien yang menggunakan tempat tidur dalam waktu 24. jam yang menunjukkan beban kerja unit perawatan

judul “ APLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE PADA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA

Pengaruh Tayangan MY TRIP MY ADVENTURE Terhadap Minat Berwisata di Dalam Negeri di Kalangan Komunitas Backpacker di Kota Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia|