• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA MENURUT A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA MENURUT A"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

MENURUT AL-QUR’AN

(Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon

Oleh:

ROBEAH FERAWATI

NIM. 06410341

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(2)
(3)

ROBEAH FERAWATI

:

“Pendidikan Anak Dalam Keluarga Menurut

Al-Qur’an (Studi Analisis Terhadap Q.S

Luqman ayat 12-19)"

Al-Qur’anmerupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupannya, agar memperoleh kebahagiaan lahir dan batin, di dunia dan di akherat kelak. Konsep-konsep yang dibawa al-qur’an selalu relevan dengan problema yang dihadapi manusia, karena ia

turun untuk memberikan penjelasan tentang pendidikan dalam beberapa surat didalamnya salah satunya terdapat dalam surat Luqman ayat 12-19.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui isi kandungan tentang

pendidikan dalam Qur’an surat Luqman ayat 12-19 menurut pendapat Mufassirin, untuk mengetahui tentang konsep pendidikan anak dalam keluarga menurut ilmu pendidikan Islam, untuk mengetahui tentang analisis terhadap pendidikan anak yang terkandungdalam Qur’an surat Luqman ayat 12-19.

Berangkat dari kerangka pemikiran bahwa pentingnya pentingnya pendidikan dalam keluarga merupakan konsekuensi dari rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, anak merupakan amanat Allah bagi orang tuanya. Oleh karena itu orang tua dituntut untuk menjadi pendidik yang mampu memberikan pengetahuan pada anak-anaknya, dan memberikan sikap yang positif dengan mengikuti konsep pendidikan yang dipakai Luqman kepada anaknya.

Penelitian ini dilakukan dengan cara eksplorasi terhadap paparan para mufassirin melalui kitab-kitab yang ditulisnya, diantaranya: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Jalalain, Tafsir Fi Zhilail Qur’an, Tafsir Al-Misbah. Serta dilengkapi dengan buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan anak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an surat Luqman ayat 12 -19. Isi kandungan dalam Qur'an Surat Luqman ayat 12-19 bahwa Luqman adalah orang yang saleh yang diberi hikmah oleh Allah SWT berupa ilmu pengetahuan. Pendidikan anak dalam keluarga menurut ilmu pendidikan Islam yang telah diterapkan adalah bahwa Anak merupakan makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani maupun rohani. Analisis yang

(4)

(Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”

PERSETUJUAN

Oleh:

ROBEAH FERAWATI NIM. 06410341

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Suteja, M.Ag. Drs. Mahbub Nuryadien, M.Ag

NIP. 19630305 199903 1 001 NIP. 19670109 200312 1 001

Ketua Jurusan PAI

(5)

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon Di Cirebon

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah melaksanakan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan skripsi saudari ROBEAH FERAWATI NIM. 06410341, berjudul:

“PENDIDIKANANAK DALAM KELUARGA MENURUT AL-QUR’AN (Studi

Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”.

Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut di atas sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon untuk dimunaqosahkan.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Suteja, M.Ag. Drs. Mahbub Nuryadien, M.Ag

(6)

Bismilahirrohmanirrahim

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENDIDIKAN

ANAK DALAM KELUARGA MENURUT AL-QUR’AN (Studi Analisis

Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”.

ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang sesuai dengan etika yang berlaku dalam keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi apapun yang akan dijatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Cirebon, Januari 2011

Yang membuat pernyataan

(7)

Identitas Penulis:

1. Nama : Robeah Ferawati

2. Tempat / Tanggal Lahir : Cirebon, 16 Maret 1987 3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Alamat Rumah : Desa Pesanggrahan Blok Karang Anyar Plumbon - Cirebon.

6. Nama Orang Tua : a. Ayah : Syahidin (Alm) b. Ibu : Suranti

Riwayat Pendidikan:

1. SDN 3 Kaliwadas–Cirebon, lulus tahun 1999

2. MTs Ash-Shiddiqiyyah Sumber - Cirebon, lulus tahun 2002 3. MA Ash-Shiddiqiyyah Sumber Cirebon, lulus tahun 2005

(8)

(Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”

Oleh:

ROBEAH FERAWATI

NIM. 06410341

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

(9)
(10)
(11)

Skripsi yang berjudul “PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA MENURUT AL-QUR’AN (Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”

olehROBEAH FERAWATI,Nomor Pokok: 06410341, telah diujikan dalam sidang Munaqosah pada tanggal 27 Januari 2011.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon.

Cirebon, 27 Januari 2011

Sidang Munaqosah,

Ketua Sekretaris

Merangkap Anggota, Merangkap Anggota,

Drs. H. Suteja, M.Ag. Akhmad Affandi, M.Ag.

NIP. 19630305 199903 1 001 NIP. 19721214 200312 1 003

Anggota,

Penguji I Penguji II

Drs. Taqiyuddin, M.Pd. Sopidi, S.Ag. SS.MA.

(12)
(13)

i Bismilahirrohmanirrahim

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul . “PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA MENURUT AL

-QUR’AN (Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”

Skripsi disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan bimbingan, fasilitas dan kesempatan yang didapat selama ini. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. DR. H. Maksum, MA.. Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

2. Dr. Septi Gumiandari, M.Ag., Pgs. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

3. Drs. H. Suteja, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Drs. H. Suteja, M.Ag., Pembimbing I

5. Drs. Mahbub Nuryadien, M.Ag, Pembimbing II

(14)

ii

kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan semoga skripsi ini dapat memberikan kemanfaatan bagi kita semua. Amin.

Cirebon, Februari 2011

(15)

iii HALAMAN JUDUL

ABSTRAK PERSETUJUAN PENGESAHAN NOTA DINAS

PERNYATAAN OTENTISITAS DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

BAB I :PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Kerangka Pemikiran... 8

E. Langkah-langkah Penelitian... 11

F. Sistematika Penulisan... 14

BAB II :TAFSIR AYAT 12-19 QUR’AN SURAT LUQMAN... 15

A. Pendekatan Bahasa... 15

1. Biografi Luqman ... 15

2. Teks dan Terjemah... 16

(16)

iv

B. Pendapat Mufassir ... 21

1. Mufassir Klasik... 21

2. Mufassir Modern ... 28

C. Pendapat Ahli Didik Muslim Tentang Ayat 12-19 Qur’an Surat Luqman... 54

1. Ahmad Zayidi dan Abdul Majid... 54

2. Fachrudin... 56

BAB III : KONSEP PENDIDIKAN ANAK USIA 7-12 TAHUN... 60

A. Teori Tentang Anak Usia 7-12 Tahun... 60

1. Karakter Umur Anak. ... ... 60

2. Perkembangan Fisik Anak... 63

3. Perkembangan Intelek Anak ... .... 66

4. Perkembangan Moral Anak... 72

5. Perkembangan Sosial Anak... 74

6. Perkembangan Keagamaan Anak... 76

B. Teori Tentang Pendidikan Anak... ... .... 80

1. Dasar dan Tujuan... ... 80

2. Pendidik ... .. 84

3. Materi………. 86

4. Metode... 88

5. Media ... .. 95

(17)

v

TERKANDUNG DALAM AL-QUR’AN SURAT

LUQMAN AYAT 12-19 ... 100

A. PendidikanTauhid ...…. ... 100

1. Pengertian Pendidikan Tauhid... 100

2. Metode Penanaman Keimanan kepada Anak... 101

B. Pendidikan Akhlak ...…….... 102

1. Pengertian Akhlak Secara Etimologi dan Terminologi... 102

2. Bentuk Perbuatan Akhlak... 104

3. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak... 106

4. Metode Pembentukan Akhlak... 108

5. Hikmah Pendidikan Akhlak terhadap Kejiwaan Anak... 109

C. Pendidikan Ibadah... ... .. ... 109

1. Pengertian Ibadah... 109

2. Macam-macam Ibadah... .. 110

3. Hikmah Pendidikan Ibadah terhadap Kejiwaan Anak. 111 D. Pendidikan Sosial ... ... 112

1. Pengertian Pendidikan Sosial... 112

2. Hikmah Pendidikan Sosial terhadap Kejiwaan Anak.... 114

(18)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian dari fenomena interaksi kehidupan sosial manusia, artinya didalam kehidupan ini manusia membutuhkan pendidikan untuk bisa berinteraksi dengan baik dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Pendidikan sebagai proses upaya meningkatkan nilai peradaban individu atau masyarakat dari suatu keadaan tertentu menjadi suatu keadaan yang lebih baik, secara institusional peranan dan fungsinya semakin dirasakan oleh sebagian besar masyarakat (Taqiyuddin, 2008: 42 ).

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya.

(19)



mengabdi kepada-Ku”.(DEPAG RI, 2000: 862)

Pelaksanaan syari’at ini menuntut adanya pendidikan manusia sehingga

manusia pantas untuk memikul amanat dan menjalankan perintah dari Allah, pendidikan yang dimaksud adalah pendidkan Islam. Pendidikan Islam adalah pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkah laku serta emosinya berdasarkan agama Islam, dengan maksud merealisasikan tujuan Islam di kehidupan individu dan masyarakat yakni dalam seluruh lapangan kehidupan (Abdurrahman an-Nahlawi, 1996: 49).

Pendidikan Islam merupakan pendidikan mutlak dapat dilaksanakan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Pengertian tersebut lebih menekankan pada perubahan tingkah laku, dari yang buruk menuju yang baik, cara mengubah tingkah laku itu melalui pengajaran.

(20)

Keterpaduan antara manusia dan pendidikan itu sangat erat hubungannya dan karena manusia membutuhkan pendidikan maka keluarga sebagai wahana pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.

Keluarga merupakan pokok pertama yang mempengaruhi anak karena di lingkungan ini anak diperkenalkan kehidupan sosial, adanya interksi anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya, selain itu anak dapat mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kasih sayang, tolong menolong dan sopan santun. Dengan demikian dalam keluargalah anak akan dibentuk watak, budi pekerti dan kepribadiannya.

Anak merupakan amanat dari Allah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 16) bahwa anak adalah keturunan yang kedua atau manusia yang masih kecil. Oleh karena anak merupakan manusia yang masih kecil maka anak perlu mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari orang tua, agar anak menjadi anak yang baik dan memiliki penyesuaian sosial yang baik juga. Jadi, pendidikan dalam keluarga memiliki peranan yang sangat urgen bagi anak.

(21)

mendo’akan anaknya dan keturunannya agar senantiasa beriman dan bertaqwa kepada

Allah swt., sejak anak mulai berada dalam kandungannya. (Ahmad Tafsir, 2004 :111) Pengaruh keluarga terhadap kepribadian anak itu sangat besar, dimana sebagai orang tua dituntut untuk mengajar, membimbing, dan mendidik mereka. Proses itu dilakukan orang tua mulai anak lahir terus berangsur meningkat ke usia remaja dan sampai menjadi dewasa. Rosulullah bersabda:

َﺣ

Artinya: “Di riwayatkan dari Abi Hurairah radhiyallahu’anhu. Dia telah berkata: Rosulullah Shallallahu’alaih wasallam telah bersabda : “ setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, kedua orangtuanya lah yang membuatnya menjadi yahudi, nasrani, atau majusi, sebagaimana seekor ternak yang melahirkan anaknya dengan sempurna, apakah kamu pernah merasa bahwa ia akan lahir cacat?” (Ahmad Mudjab Mahalli dan Ahmad Rodli Abdullah, 2004: 579).

Hadis tersebut menjelaskan bahwa setiap anak yang lahir itu menurut fitrahnya, ia dalam keadaan bersih dan memeluk agama Islam, tergantung orang tuanya dalam mendidik anak, ia akan dibuat menjadi manusia yang baik atau yang jahat, itu semua sudah ditakdirkan oleh Allah SWT.

(22)

menggali kembali suatu konsep pendidikan Islam dengan mengikuti pendidikan yang diajarkan Luqman kepada anaknya dengan menggunakan metode mau’idzah (nasehat).

Di dalam buku Ellen J. Langer (2008) mengenai “membongkar 7 mitos

pembelajaran yang menyesatkan” mengatakan bahwa:

1. Ketika dalam pembelajaran terdapat latihan yang kemudian membuahkan ketidaksempurnaan. Salah satu mitos yang paling dijunjung tinggi dalam dunia pendidikan atau pelatihan adalah bahwa untuk mempelajari suatu keterampilan, seseorang harus melatihnya hinga mampu melakukannya tanpa berpikir (Ellen J. Langer, 2008: 10)

2. Adanya pengalihan perhatian yang kreatif. Ketika anak-anak atau orang dewasa teralihkan, mereka menaruh perhatian pada sesuatu yang lain. (Ellen J. Langer, 2008: 38)

3. Mitos kepuasan tertunda. Agar anak-anak belajar bahwa mereka harus menunda kesenangan yang segera dan menggunakan waktu dan tenaga untuk aktivitas-aktivitas yang akan memberikan ganjaran yang lebih besar dikemudian hari, mereka berasumsi bahwa dunia itu adil, teratur, dan bisa diramalkan. (Ellen J. Langer, 2008: 60)

(23)

5. Pandangan baru tentang lupa. Orang yang paling terganggu oleh pandangan negatif tentang lupa adalah orang-orang yang sudah lanjut usia. (Ellen J. Langer, 2008: 96)

6. Mindfulness dan kecerdasan.Kemampuan untuk menempatkan serpihan-serpihan pengalaman kita dalam relasinya satu sama lain merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk menilai kecerdasan (Ellen J. Langer, 2008: 112)

7. Ilusi tentang jawaban yang benar. Ketika hendak mengajar pendidik seringkali toleran terhadap kesalahan siswa-khususnya ketika kita percaya bahwa siswa-siswa itu memiliki kecerdasan yang terbatas-tetapi kita tidak terpikir untuk melihat jawaban mereka bukan sebagai kesalahan, melainkan sebagai respons terhadap konteks yang berbeda. (Ellen J. Langer, 2008:144)

Dari sebuah permasalahan yang ada didalam buku “membongkar 7 mitos

pembelajaran yang menyesatkan”. Sebenarnya pendidikan keluarga bagi anak, tidak

harus seperti itu. Karena di dalam Al-Qur’an telah diajarkan mengenai pendidikan

keluarga bagi anaknya. Hal itu, terdapat dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19. Penulis

Karena Al-Qur’an adalah sumber yang pertama dan utama dalam

(24)

terkandung banyak unsur dan nilai-nilai pendidikan Islam dalam rangka membimbing umat manusia pada kehidupan sehari-hari. Salah satu kandungan al-Qur'an yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan adalah surat Luqman ayat 12-19. Sekalipun dalam surat ini hanya sebatas kisah yang menceritakan tentang nasehat Luqman kepada anaknya, namun dalam ayat-ayat tersebut sebenarnya menunjukkan keseluruhan nasehat dan hikmah-hikmah bagi umat manusia dalam sisi pengalamannya.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji masalah ini dalam penulisan skripsi dengan judul “PENDIDIKANANAK DALAM KELUARGA MENURUT AL-QUR’AN (Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam dalam skripsi ini penulis membagi ke dalam tiga bagian, yaitu:

1. Identifikasi Penelitian a. Wilayah Penelitian

Wilayah penelitian dalam menyusun Skripsi ini adalah tafsir Tarbawi. b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan Penelitian yang di gunakan dalam menyusun skripsi ini adalah menggunakan pendekatan normatif yakni semua bahan yang di butuhkan bersumber dari bahan- bahan tertulis.

(25)

Jenis masalah dalam penelitian ini adalah masyarakat belum memahami

secara benar tentang konsep pendidikan yang terdapat dalam Qur’an surat

Luqman ayat 12-19. 2. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ketidakjelasan dalam masalah ini, maka permasalahan akan di batasi pada konsep Pendidikan Keluarga yang terkandung

dalam Qur’an Surat Luqman ayat12-19 dengan mengemukakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

3. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana isi kandungan dalam Qur’an Surat Luqmanayat 12-19 menurut pendapat Mufassirin?

b. Bagaimana konsep pendidikan anak dalam keluarga menurut ilmu pendidikan Islam?

c. Bagaimana analisis terhadap pendidikan anak yang terkandung dalam

al-Qur’an suratLuqman ayat 12-19?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memperoleh data isi kandungan tentang pendidikan dalam Qur’an

surat Luqman ayat 12-19 menurut pendapat Mufassirin.

(26)

3. Untuk memperoleh data tentang analisis terhadap pendidikan anak yang terkandung dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19.

D. Kerangka Pemikiran

Pentingnya Pendidikan dalam keluarga merupakan konsekuensi dari rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, anak merupakan amanat Allah bagi orang tuanya. Oleh karena itu orang tua dituntut untuk menjadi pendidik yang mampu memberikan pengetahuan pada anak-anaknya, dan memberikan sikap yang positif.

Dalam ilmu pendidikan kita mengenal tiga macam lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiganya sering memberi pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam upaya mencapai kedewasaannya (Abdul Rahman Shaleh, 2005 : 270).

Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan dalam keluarga diharapkan dapat mencetak anak yang mempunyai kepribadian yang baik agar dapat dikembangkan dalam lingkungan pendidikan berikutnya, dengan demikian akan ada kombinasi pendidikan yang diperoleh dari keluarga dan pendidikan dari sekolah serta lingkungan masyarakat.

(27)

Dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak didik dari orang tuanya adalah:

1. Dasar pendidikan budi pekerti, memberi norma pandangan hidup tertentu walaupun masih dalam yang sederhana kepada anak didik.

2. Dasar pendidikan sosial, melatih anak dalam tata cara bergaul yang baik terhadap lingkungan dikitarnya.

3. Dasar pendidikan intelek, anak diajarkan kaidah pokok dalam percakapan, bertutur bahasa yang baik, kesenian yang disajikan dalam bentuk permainan. 4. Dasar Pembentukan Kebiasaan, pembinaan kepribadian yang baik dan wajar

yaitu membiasakan kepada anak untuk hidup yang teratur, bersih, tertib dan disiplin.

5. Dasar pendidikan kewarganegaraan, memberikan norma nasionalisme dan patrotisme, cinta tanah air dan berperikemanusiaan yang tinggi.

6. Dasar pendidikan agama, melatih dan membiasakan ibadah kepada Allah SWT (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2008:229).

(28)





Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(DEPAG RI, 2000: 951)

Ayat di atas adalah bentuk tanggung jawab orang tua sebagai pendidik dalam keluarga , dengan melihat tanggung jawab orang tua begitu besar dalam pendidikan maka tanggung jawab keluarga dalam pendidikan sangat dominan dalam membentuk kepribadian anak. Oleh karena itu untuk dapat mendidik anak dengan baik dibutuhkan konsep pendidikan dalam keluarga yang terdapat dalam Qur’an Surat

Luqman Ayat 12-19.

E. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah yang di gunakan oleh Penulis dalam penulisan Skripsi ini sebagai berikut:

1. Metode Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Tafsir Maudhu’i,

yaitu metode yang di tempuh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang satu masalah atau tema (maudlu’) serta

(29)

turunnya berbeda, tersebar pada berbagai surat dalam Al-Qur’an dan berbeda pula

waktu dan tempat turunnya (Said Agil Husin Al-Munawar, 2003:75).

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode maudhu’i adalah:

a. Memilih tema.

b. Menghimpun seluruh ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengannya.

c. Menentukan urutan ayat-ayat sesuai dengan masa turunnya dan mengemukakan asbab-alnuzul-nya.

d. Menjelaskan munasabah (relevansi) antar ayat.

e. Membuat sistematika kajian dalam kerangka yang sistematis dan lengkap dengan out linenya yang mencakup semua segi dan tema kajian.

f. Mengemukakan hadis-hadis yang berkaitan dengan tema, lalu diakhrij untuk diterangkan derajat hadis-hadis tersebut.

g. Merujuk kepada kalam (ungkapan-ungkapan bahasa) Arab dan syair-syair mereka yang berkaitan untuk menjelaskan lafadz-lafadz yang terdekat pada ayat-ayat yang berbicara tentang tema.

h. Kajian terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang tema kajian dilakukan

lafadz ‘am, khasb, muqayyad, mutlak syarat, jawab, hukum-hukum fiqh,

nasikh dan yang mansukh, jika ada unsur balaghah dan i’jaz, berusaha

(30)

berbagai qira’at, menerangkan makna ayat-ayat terhadap kehidupan kemasyarakatan dan tidak menyimpang dari sasaran yang dituju tema kajian (Said Agil Husin Al-Munawar, 2003:75)

2. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data Normatif yaitu data yang ada hubungan dan Relevansinya dengan penelitian ini yang diperoleh dari Teori-teori yang terdapat dalam literatur kepustakaan.

3. Sumber Data

Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah: a. Sumber data primer, diperoleh dari beberapa tafsir yaitu Tafsir

Al-Mishbah karya M.Quraish Shihab, Tafsir Jalalain karya Imam Jalaluddin Al-Mahalli & Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Ibn katsir karya Ibn katsir, dan tafsirFiidzilalil Qur’ankarya Sayyid Quthb.

b. Sumber data sekunder, diperoleh dari buku kedua yaitu Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam karya Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam karya Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, dan literatur kepustakaan lainnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalama penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan.

(31)

Data yang terkumpulkan dan diolah kemudian di analisa dengan pendekatan kualitatif yaitu mengadakan sistemisasi terhadap bahan-bahan tertulis, terutama yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain kegiatan yang dilakukan yaitu:

a. Menginfentarisasi Ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah

Konsep Pendidikan dalam Keluarga menurut ajaran Islam.

b. Menghimpun pendapat para ahli tafsir dalam memahami penjelasan terhadap nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Qur’an surat Luqman ayat 12 -19 tentang Konsep Pendidikan dalam keluarga.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih terarah dan sistematika dalam pembahasan skripsi ini, penulis mencoba menggunakan sistematika dan pembahasan dalam lima bab dan dari lima bab tersebut di rinci lagi menjadi sub bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, terdiri dari enam sub bab yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, kerangka pemikiran, langkah-langkah penelitian dan Sistematika penulisan.

BAB II Tafsir ayat Q.S Luqman 12-19, yang terdiri dari tiga sub bab yaitu pendekatan bahasa, pendapat mufassir, dan pendapat ahli didik muslim.

(32)

tentang penddikan anak, dan urgensi pendidikan anak usia 7-12 tahun.

BAB IV Analisis terhadap pendidikan anak yang terkandung dalam

Al-Qur’an surat Luqman 12-19, yang terdiri dari empat sub bab yaitu materi tentang pendidikan tauhid, materi tentang pendidikan akhlak, materi tentang pendidikan ibadah, dan materi tentang pendidikan sosial.

(33)
(34)

TAFSIR AYAT 12-19 QUR’AN SURAT LUQMAN

A. Pendekatan Bahasa

1. Biografi Luqman Al-Hakim

Nama lengkapnya Luqman bin 'Anqo' bin Sadun, anaknya bernama Tsaron, Ia seorang hamba yang shalih, bukan seorang nabi. Menurut tarikh tentang umat-umat dan agamanya, maka bani Israil mengakui bahwa Luqman termasuk dari golongannya. Ia hidup di masa nabi Daud as dan memilih diberi hikmah daripada kenabian. Sedangkan orang Yunani mengaku ia dari golongannya. Dan memanggilnya Isyub dari desa Amartum yang dilahirkan sesudah berdirinya kota

Roma selang 200 tahun. Adapun daerah asalnya menurut hadits yang mu’tamad

berasal dari Sudan.

(35)

al-Hakim. Diantara hikmah yang diberikan Allah kepada Luqman adalah ilmu, keagamaan, ketepatan dalam perkataan, dan banyak hikmah yang lainnya.

Mengenai makam Luqman menurut keterangan al-Suyuti berada di tanah Ramalah, yaitu nama tempat antara masjid Ramalah dan pasarnya, dimana terdapat makam 70 nabi setelah Luqman. Dikatakan dalam kitab fath al-Rahman bahwa kuburan Luqman berada di daerah Sarfandi, yaitu daerah di luar kota Palestina yang terletak diantara Syam dan Mesir. ( Miftahul Huda, 2008:191)

(36)

(37)

3. Penjelasan Kosa Kata

ن ﺎ ﻤ ﻘ ﻟ

- Luqman : dia adalah seorang tukang kayu, kulitnya hitam dan dia

termasuk diantara penduduk Mesir yang berkulit hitam, serta dia adalah orang yang hidup sederhana, Allah telah memberinya hikmah dan menganugerahkan kenabian kepadanya.

ﺔ ﻤ ﻜ ﺤ ﻟ ا

-Al-Hikmah: artinya kebijaksanaan dan kecerdikan banyak perkataan

bijak yang berasal dari Luqman, antara lain perkataannya kepada anak lelakinya,

“Hai anakku, sesungguhnya dunia tu adalah laut yang dalam, dan sesungguhnya

banyak manusi yang tenggelam ke dalamnya. Maka jadikanlah perahumu di dunia bertakwa kepada Allah SWT. muatannya iman dan lautannya bertawakkal kepada Allah. Barangkali saja kamu dapat selamat (tidak tenggelam ke dalamnya) akan tetapi aku yakin kamu dapat selamat.”

ﺮ ﻜ ﺸ ﻟ ا

- Asy-Syukru : memuji kepada Allah, menjurus kepada perkara yang

hak, cinta kebaikan untuk manusia, dan mengarahkan seluruh anggota tubuh serta semua nikmat yang diperoleh kepada ketaatan kepada-Nya.

ﺔ ﻈ ﻌ ﻟ ا

- Al-‘Idzah : mengingatkan dengan cara baik, hingga hati orang

yang diingatkan lunak karenanya.

(38)

ل ﺎ ﺼ ﻔ ﻟ ا

-Al-Fisal : menyapih.

كﺪھﺎﺟ

- Jaahadaka : keduanya menginginkan sekali kamu mengikuti

keduanya dalam kekafiran.

ب ﺎ ﻧ أ

-Anabu : kembali (bertaubat).

ل ﺎ ﻘ ﺜ ﻤ ﻟ ا

- Al-Misqalu : sesuatu yang dijadikan standar timbangan. Dan

lafadz Misqalu Habbatil Khardal merupakan suatu peribahasa yang menunjukkan arti sesuatu yang bentuknya sangat kecil.

ﻒﯿﻄﻟ

- Latifun : ilmu Allah meliputi yang samar dan tidak kelihatan.

ﺮﯿﺒﺧ

- Khabirun: Maha mengetahui eksistensi segala sesuatu hakikat-hakikatnya.

ر ﻮ ﻣ أ ﻷ ا م ﺰ ﻋ ﻦ ﻣ

- Min ‘azmil Umur : termasuk diantara perkara-perkara yang telah

diwajibkan oleh allah untuk dilaksanakan.

ﺮﯿﻌﺼﺗ

ﺪ ﻠ ﺨ ﻟ ا

-Tash’irul khaldi : memalingkan muka dan menampakkan

bagian samping muka (pipi), perbuatan seperti ini merupakan sikap yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang sombong.

ﺮ ﻌ ﺻ ﻷ ا

- Al-As’ar : artinya seseorang yang memalingkan mukanya

(39)

ﺎ ﺣ ﺮ ﻣ

- Marahan : gembira yang dibarengi dengan rasa sombong.

ل ﺎ ﺘ ﺨ ﻤ ﻟ ا

- Al-Mukhatal : orang yang bersikap angkuh dalam berjalan.

ر ﻮ ﺨ ﻔ ﻟ ا

- Al-Fakhur : berasal dari mashdar al-Fakhr, artinya orang yang

membangga-banggakan harta dan kedudukan yang dimilikinya, serta membanggakan hal-hal lainnya.

ﺪ ﺼ ﻗ أ

-Aqsid : bersikap pertengahanlah atau bersikap sederhanalah.

ﻀ ﻏ أ

-Ughdud : rendahkanlah dan kurangilah kekerasan suaramu.

ر ﺎ ﻜ ﻧ أ

ﻷ ا

ت ا ﻮ ﺻ

- Ankarul Aswat : suara yang paling buruk dan tidak enak

didengar oleh telinga. Kata itu berasal dari lafaz Nukr, Nukarah, artinya sulit (Ahmad Mustafa Al-Maraghi, 1992:145-152).

4. Isi Kandungan Qur’an Surat Luqman ayat 12-19

Dalam Qur’an surat Luqman ayat 12-19 terdapat isi yang terkandung didalamnya, isi kandungan ayat tersebut adalah:

(40)

b. Sikap bijak Luqman ditunjukkan dengan menerapkan rasa syukur kepada Allah SWT.

c. Luqman memberikan nasehat atau mendidik anaknya yang mencakup materi tentang pendidikanakidah, syari’ah dan pendidikan akhlak.

B. Pendapat Mufassir 1. Mufassir Klasik

a. Ibnu Katsier (Al-Imam Ibn Katsir, 2006: 411-415)

Ibnu katsier memberikan tafsiran ayat 12 adalah berbeda pendapat para ulama ahli tafsir tentang siapakah Luqman yang termaksud dalam ayat ini? Apakah ia seorang nabi atau hanya seorang yang salehtanpa diberi kenabian? Dan pendapat yang kedua inilah yang dianut oleh kebanyakan ulama, bahkan kebanyakan diantara mereka mengatakan bahwa Luqman adalah seorang berkulit hitam dari afrika, seorang sahaya dari Sudan. Dikisahkan bahwa pada sutu waktu ia diperintah oleh majikannyamenyembelih seekor kambing, kemudian setelah disembelihnya, ia disuruh mengeluarkan dua potong (dua suap) yang paling enak dimakan dari anggota kambing itu, maka diberikanlah kepada sang majikan hati dan lidah kambing yang disembelih itu.

Selang beberapa waktu kemudian, Luqman disuruh lagi menyembelih seekor kambing oleh majikannya dan mengeluarkan dari kambing yang disembelih itu dua potong (dua suap) yang paling busuk, maka dikeluarkanlah

(41)

perintahkan kepadamu tempo hari untuk mengeluarkan dua potong yang terbaik, maka engkau berikan kepadaku hati dan ldah, dan sekarang engkau berikan kepadaku juga hati dan lidah, padahal aku minta dua potong yang busuk”. Luqman menjawab: “memang tidak ada yang lebih dari kedua anggota itu jika

sudah menjadi baik dan tidak ada yang lebih busuk dari keduanyajika sudah

menjadi busuk”.(Al-Imam Ibn Katsir, 2006: 411-413)

Selanjutnya tafsiran ayat 13-15 adalah Allah Swt. berfirman mengkisahkan Luqman tatkala memberi pelajaran dan nasihat kepada puteranya yang bernama Tsaran. Berkata Luqman kepada puteranya yang paling disayang

dan dicintai itu: “Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan sesuatu dengan

Allah, karena syirik itu adalah perbuatan kedzaliman yang besar”. dan Allah

(42)

Allah dan kembali bertaat dan bertaubat kepada-Nya. (Al-Imam Ibn Katsir, 2006: 413)

Pada ayat 16-19 menafsirkan tentang beberapa nasehat dan wasiat yang bermanfaat yang dilukiskan oleh ayat-ayat diatas sebagai diucapkan oleh Luqman

kepada anaknya. Berkata Luqman: “Hai anakku, perbuatan dosa dan maksiat

walau seberat dan sekecil biji sawi dan berada didalam batu, di langit atau di bumi akan didatangkanlah oleh Allah di hari kiamat untuk memperoleh balasannya, burukkah perbuatan itu atau baik akan mendapat balasan yang setimpal, sesungguhnya Allah Maha Halus, ilmunya meliputi segala sesuatu bagaimanapun kecilnya, sehingga seekor semut yang melata dimalam yang gelap gulitapun tidak akan luput dari pengetahuan-Nya.

Berkata selanjutnya Luqman: “Hai anakku, dirikanlah shalat laksanakannya

tepat pada waktunya sesuai dengan ketentuan-ketentuannya, syarat-syaratnya dan rukun-rukunnya, lakukanlah amar ma’ruf nahi mungkar sekuat tenagamu dan

bersabarlah atas gangguan dan rintangan yang engkau hadapi selagi engkau

melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi mungkar itu. Dan janganlah engkau

(43)

suaramu dan janganlah berteriak-teriak tanpa ada perlunya, karena seburuk-buruknya suara adalah suara keledai. (Al-Imam Ibn Katsir, 2006: 414-415)

b. Jalalain (Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, 2008: 474-478)

Tafsir ayat 12 yaitu:

ﺪ ﻘ ﻟ و

ﺔﻤﻜﺤﻟا نﺎﻤﻘﻟ ﺎﻨﯿﺗأ

(Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Luqman

hikmah) antara lain ilmu, agama dan tepat pembicaraannya, dan kata-kata mutiara yang diucapkannya cukup banyak serta diriwayatkan secara turun temurun. Sebelum Nabi Daud diangkat menjadi Rasul, dia selalu memberikan fatwa, dan dia sempat mengalami zaman diutusnya Nabi Daud, lalu ia meninggalkan fatwa dan belajar menimba ilmu dari Nabi Daud. Sehubungan dengan hal ini Luqman pernah

mengatakan: “Aku tidak pernah merasa cukup apabila aku merasa berkecukupan”.

Pada suatu hari pernah ditanyakan orang kepadanya: “Siapakah orang yang paling

buruk itu?” Luqman menjawab: :Dia adalah orang yang tidak memperdulikan orang

lain sewaktu mengerjakan keburukan” -

ن أ

(yaitu) dan kami katakan kepadanya,

hendaklah – (bersyukurlah kamu kepada Allah) atas hikmah yang telah

dilimpahkan-Nya kepadamu.-

ﮫﺴﻔﻨﻟ ﺮﻜﺸﯾ ﺎﻤﻧﺈﻓ ﺮﻜﺸﯾ

ﻦ ﻣ و

(Dan barang siapa yang

bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri)

karena pahala bersyukurnya itu kembali kepada dirinya sendiri

ﺮ ﻔ ﻛ ﻦ ﻣ و

(dan

(44)

kepadanya -

ﻲ ﻨ ﻏ ﷲ

ن ﺈ ﻓ

(maka sesungguhnya Allah Maha Kaya) tdak

membutuhkan makhluk-Nya -

ﺪﯿﻤﺣ

(lagi Maha Terpuji) Maha Terpuji didalam

ciptaan-Nya (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008:474-475).

Tafsir ayat 13 yaitu:

و (Dan) ingatlah -

ﻲﻨﺑ ﺎﯾ ﮫﻈﻌﯾ ﻮھ و ﮫﻨﺑﻹ نﺎﻤﻘﻟ لﺎﻗ

ذ إ

(ketika Luqman berkata

kepada anaknya, di waktu ia menasihatnya: “Hai anak) lafaz bunayya adalah

bentuk tasghir, yang dimaksud adalah memanggil anak dengan nama

kesayangannya-

ك ﺮ ﺸ ﻟ ا

ن إ

(janganlah kamu mempersekutukan) Allah

itu -

ﻢﯿﻈﻋ

ﻢ ﻠ ﻈ ﻟ

(adalah benar-benar kedzaliman yang besar”) maka anaknya itu

bertobat kepada Allah dan masuk Islam (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008:475).

Tafsir ayat 14 yaitu:

ﮫﯾﺪﻟاﻮﺑ نﺎﺴﻧﻻا ﺎﻨﯿﺻوو

(Dan kami wasiatkan kepada manusia terhadap kedua orang

ibu bapaknya) maksudnya Kami perintahkan manusi untuk berbakti kepada kedua

orang ibu bapaknya -

ﮫﻣأ

ﮫﺘﻠﻤﺣ

(ibunya telah mengandungnya) dengan susah

payah -

ﻦھو ﻰﻠﻋ

ﺎﻨھو

(dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah) ia lemah

karena mengandung, lemah sewaktu mengeluarkan bayinya, dan lemah sewaktu

mengurus anaknya di kala bayi -

ﮫﻠﺼﻓ

و

(dan menyapihnya) tidak menyusuinya

(45)

ﺮﯿﺼﻤﻟا ﻲﻟا ﻚﯾداﻮﻟ و ﻲﻟ

(bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu

bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu) yakni kamu akan kembali (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008: 475-476).

Tafsir ayat 15 yaitu:

ﻢﻠﻋ ﮫﺑ ﻚﻟ ﺲﯿﻟ ﺎﻣ ﻲﺑ كﺮﺸﺗ نا ﻰﻠﻋ كاﺪھﺎﺟ نا و

-(Dan jika keduanya memaksamu

untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu) yakni pengetahuan yang sesuai dengan

kenyataannya,

ﺎﻓوﺮﻌﻣ ﺎﯿﻧﺪﻟا ﻲﻓ ﺎﻤﮭﺒﺣﺎﺻ و ﺎﻤﮭﻌﻄﺗ ﻼﻓ

(maka janganlah kamu

mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya didunia dengan cara yang makruf) yaitu dengan berbakti kepada keduanya dan menghubungkan silaturahmi dengan

keduanya

ﻞﯿﺒﺳ ﻊـﺒﺗ

ا و

(dan ikutilah jalan) tuntunan

ب ﺎ ﻧ أ ﻦ ﻣ

(orang yang kembali)

orang yang bertaubat -

ﻲ ﻟ ا

(kepada-Ku) dengan melakukan ketaatan

ﻢ ﺛ

ن ﻮ ﻠ ﻤ ﻌ ﺗ ﻢ ﺘ ﻨ ﻛ ﺎ ﻤ ﺑ ﻢ ﻛ ﺄ ﺒ ﻧ ﺄ ﻓ ﻢ ﻜ ﻌ ﺟ ﺮ ﻣ ﻲ ﻟ ا

(kemudian hanya kepada-Kulah kembali

kalian, maka Kuberitahukan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan) (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008: 476).

Tafsir ayat 16 yaitu:

ﺎﯾ

ﺎﮭﻧا ﻰﯿﻨﺑ

(Hai anakku, sesungguhnya) perbuatan yang buruk itu ﺔ ﺒ ﺣ ل ﺎ ﻘ ﺘ ﻣ ﻚ ﺗ ن إ

ض ر ﻷ ا ﻲ ﻓ و أ ت ا ﻮ ﻤ ﺴ ﻟ ا ﻲ ﻓ و أ ة ﺮ ﺨ ﺻ ﻲ ﻓ ﻦ ﻜ ﺘ ﻓ ل د ﺮ ﺧ ﻦ ﻣ (jika ada sekalipun hanya biji sawi,

(46)

mendatangkannya) maksudnya Dia kelak akan menghisabnya.

ﻒﯿﻄﻟ ﷲ

ن ا

(

Sesungguhnya Allah Maha Halus) untuk mengeluarkannya-

ﺮﯿﺒﺧ

(lagi Maha

waspada) tentang tempatnya (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008: 476-477).

Tafsir ayat 17 yaitu:

ﺮ ﻣ

ﻚﺑ ﺎﺻ أ ﺎﻣ ﻰﻠﻋ ﺮﺒﺻ او ﺮﻜﻌﻤﻟا ﻦﻋ ﮫﻧ او فوﺮﻌﻤﻠـﺑ أ و ة ﻼ ﺼ ﻟ ا ﻢ ﻗ ا ﻲ ﻨ ﺑ ﺎﯾ (Hai anakku,

dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpa

kamu) disebabkan amar ma’ruf dan nahi mungkar-mu itu. –

م ﺰ ﻋ ﻦ ﻣ

ﻚ ﻟ ذ ن إ

ر ﻮ ﻣ ﻷ ا

(sesungguhnya yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu- (termasuk

hal-hal yang ditekankan untuk diamalkan) karena mengingat hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang wajib (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008: 477).

Tafsir ayat 18 yaitu:

و

ﺮ ﻌ ﺼ ﺗ ﻻ (Dan janganlah kamu memalingkan) -س ﺎ ﻨ ﻟ ك ﺪ ﺧ (mukamu dari manusia)

janganlah kamu memalingkannya dari mereka dengan rasa takabbur-

ﺶ ﻤ ﺗ ﻻ و

ﻲ ﻓ

ﺎ ﺣ ﺮ ﻣ ض ر ﻷ ا (dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh) dengan

rasa sombong. –

ل ﺎ ﺘ ﺨ ﻣ ﻞ ﻛ

ﺐﺤﯾ ﻻ ﷲ

ن ا

(Sesungguhnya Allah tidak menyukai

(47)

-ر ﻮ ﺨ ﻓ

(lagi membanggakan diri) atas manusia (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan

Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008:477). Tafsir ayat 19 yaitu:

ﺪ ﺼ ﻗ أ و

ﻚﯿﺸﻣ ﻲﻓ (Dan sederhanalah kamu dalam berjalan) ambillah sikap

pertengahan dalam berjalan, yaitu antara pelan-pelan dan berjalan cepat, kamu

harus tenang dan anggun - ﻀ ﻏ ا و (dan lunakkanlah) rendahkanlah-

ﻚ ﺗ ﻮ ﺻ

ﻦ ﻣ

ﺮ ﻜ ﻧ ا ن ا

ت ا ﻮ ﺻ ﻷ ا

(suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara) suara yang

paling jelek itu - ﺮﯿﻤﺤﻟا تﻮﺼﻟ (ialah suara keledai”) yakni pada permulaannya

adalah ringkikkan, kemudian disusul oleh lengkingan-lengkingan yang sangat tidak enak didengar (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008: 477-478).

2. Mufassir Modern

a. Fi Zhilalil Qur’an (Sayyid Quthb,2004:173-178)

Sayyid Quthb dalam menafsirkan ayat 12 adalah Luqman yang dipilih oleh

Al-Qur’an untuk memaparkan dengan lisannya tentang perkara akhirat ini,

(48)

Kemudian ada pendapat bahwa dia seorang yang berasal dari Habasyah (Etiopia). Ada pula yang mengatakan bahwa dia seorang Nambia. Ada juga yang mengatakan bahwa dia seorang hakim di antara hakim-hakim yang ada dalam bangsa bani Israel. Siapa pun yang bernama Luqman itu, Al-Qur’an telah

menetapkan bahwa dia adalah seorang yang diberi hikmah dan kebijaksanaan oleh Allah, yaitu hikmah yang mengandung dan menuntut kesyukkuran kepada Allah.

Ayat 12 ini merupakan pengarahan Al-Qur’an yang mengandung seruan

kepada kesyukuran kepada Allah sebagai sikap meneladani Luqman yang bijaksana, dimana Al-Qur’an memaparkan kisah-kisahnya dan nasihatnya.

Disamping pengarahan yang terkandung itu, terdapat pula pengarahan yang lain. Karena, kesyukuran hanyalah bekal yang tersimpan bagi yang menyatakannya dan ia bermanfaat baginya. Sedangkan Allah adalah Maha kaya dan tidak membutuhkannya. Jadi, Allah dengan diri-Nya sendiri pasti terpuji walaupun tidak seorang pun dari hamba-Nya yang memuji-Nya. Jadi, sangat jahil dan sebodoh-bodohnya orang bila dia tidak bertolak belakang dengan hikmah ini dan tidak membekali dirinya dengan bekal itu (Sayyid Quthb, 2004:173)

Tafsir ayat 13 yaitu:

(49)

dari berbuat syirik, dan dia memberikan alasan atas kezaliman yang besa. Pernyataan Luqman tentang hakikat ini dipeerkuat dengan dua tekanan. Yang pertamadengan mengawalinya dengan larangan berbuat syirik dan alasannya. Dan yang kedua dengan hurufinna‘sesungguhnya’ dan hurufla‘benar-benar’.

Jadi, maksudnya nasihat seorang ayah kepada anaknya adalah bebas dari segala syubhat dan jauh dari segala prasangka. Sesungguhnya perkara tauhid dan larangan berbuat syirik merupakan perkara lama yang selalu diserukan oleh orang-orang yang dianugerahkan hikmah oleh Allah di antara manusia. Tidak ada kehendak lain dibaliknya melainkan kebaikan semata-mata, dan sama sekali tidak meenghendaki selain yang demikian (Sayyid Quthb, 2004:173-174).

Tafsir ayat 14 dan 15 yaitu:

Dalam nuansa nasihat seorang bapak kepada anaknya, AlQur’an

(50)

karena fitrah itu sendiri telah menjamin pengasuhan orang tua terhadap anak-anaknya. Jadi, fitrah selalu mendorong seseorang agar mengasuh generasi baru yang tumbuh untuk menjamin penerusan kehidupan manusia di bumi ini sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.

Sesungguhnya orang tua pasti mengeluarkan segalanya bagi anak-anaknya baik apapun yang mereka miliki dalam jasadnya, dalam umurnya, dalam ototnya maupun segala yang mereka miliki dengan penuh kasih sayang. Walaupun hal itu sangat sulit dan dibayar dengan mahal, mereka tidak pernah mengeluh dan mengadu. Bahkan, tanpa menghtung-hitung malah sangat bersemangat, gembira, dan senang seolah-olah mereka berdualah yang menikmatinya.

Jadi, maksud dari gambaran yang mengisyaratkan itu fitrah saja sudah cukup sebagai wasiat bagi orang tua untuk menjamin kehidupan anak-anaknya tanpa memerlukan wasiat-wasiat lain. Sedangkan, anak-anak membutuhkan wasiat yang berulang-ulang agar menoleh dan mengingat generasi yang telah berkorban, berlalu dan telah hilang dari lembaran kehidupan setelah menghabiskan umurnya, ryhnya, dan kekuatannya untuk generasi yang sedang menghadapi masa depan dalam kehidupan. Seorang anak tidak mungkin dapat dan tidak akan sampai mampu membalas budi kedua orang tuanya, walaupun anak tersebut mewakafkan seluruh umurnya bagi keduanya. Ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat.

(51)

cnta yang lebih dalam, lembut, dan halus. Diriwayatkan oleh hafidz Abu Bakar al-Bazzar dalam musnadnya dari sanadnya Buraid dari ayahnya bahwa seorang sedang dalam barisan tawaf menggendong ibunya untuk membawanya bertawaf . kemudian

dia bertantanya kepada Nabi Muhammad saw, “apakah aku telah menunaikan

haknya?” Rosulullah menjawab, “Tidak, walaupun satu tarikan napas.”

Demikianlah, walaupun satu tarikan napas baik dalam proses kehamilan dan kelahirannya, tetap tidak dapat dibalas oleh seorang anak. Pasalnya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah.

Dari sela-sela nuansa gambaran yang diliputi dengan kasih sayang itu,

Al-Qur’an mengarahkan agar bersyukur kepada Allah sebagai Pemberi nikmat yang

pertama. Kemudian berterima kasih kepada kedua orang tua sebagai dua orang yang menjadi sarana nikmat itu pada urutan berikutnya.

(52)

Namun, perbedaan akidah dan perintah dari Allah agar tidak taat kepada orang tua dalam perkara yang melanggar akidah, tidaklah menjatuhkan hak kedua orang tua dalam bermuamalah dengan baik dan dalam menjalin hubungan yang memuliakan mereka (Sayyid Quthb, 2004: 174-176).

Sayyid Quthb dalam menafsirkan ayat 16 adalah:

Tidak ada satu pun ungkapan lain yang dapat menggambarkan tentang ketelitian dan keluasan ilmu Allah yang meliputi segalanya, tentang kekuasaan Allah, dan tentang hisab teiti dan timbangan yang adil...melebihi gambaran yang dilukiskan oleh ungkapan ayat ini. Inilah salah satu keistimewaan Al-Qur’an

sebagai mukjizat, dimana susunanya sangat indah dan sentuhannya sangat dalam. “....sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi....”

Kecil, remeh, dan tidak memiliki nilai dan harga. “.... Dan berada dalam batu...”

Keras dan ia tersebar didalamnya, tidak tampak dan tidak memungkinkan sampai kepadanya dan menemukannya,

“...Atau di langit...”

Dalam benda berwujud yang besar dan luas ini, dimana bintang yang besar pun tampak seperti titik kecil yang mengambang dan biji sawi yang mengapung.

“...Atau di dalam bumi,...”

(53)

Jadi, ilmu Allah dapat mendeteksinya, dan kekuasaan-Nya tidak akan luput darinya (Sayyid Quthb, 2004:176).

Tafsir ayat 17 yaitu:

Redaksi meneruskan kisah Luqman kepada anaknya, yaitu menghadap Allah dengan mendirikan shalat dan mengarahkan kepada manusia untuk berdakwah kepada Allah. Juga bersabar atas beban-beban dan konsekuensi yang pasti ditemui.

Inilah jalan yang telah dirumuskan. Yaitu, mengesakan Allah, merasakan pengawasan-Nya, mengharapkan apa yang ada di sisi-Nya, yakin kepada keadilan-Nya, dan takut terhadap pembalasan dari-Nya. Kemudian ia beralih kepada dakwah untuk menyeru manusia agar memperbaiki keadaan mereka, serta menyuruh mereka kepada yang makruf dan mencegah mereka dari yang mungkar. Juga bersiap-siap sebelum itu untuk menghadapi peperangan melawan kemungkaran, dengan bekal yang pokok dan utama yaitu bekal ibadah dan menghadap kepada-Nya (dengan mendirikan shalat, serta bersabar atas segala yang menimpa dai di jalan Allah).

Azmil umur adalah melewati rintangan dan meyakinkan diri untuk menempuh jalan setelah membulatkan tekad dan keinginan (Sayyid Quthb, 2004:176).

Tafsir ayat 18-19 yaitu:

Luqman meneruskan secara panjang lebar tentang wasiatnya yang diceritakan oleh Al-Qur’an di sini hingga sampai kepada bahasan tentang adab

(54)

membolehkan dan mengizinkan seseorang berbusung dada atas manusia dan bersombong diri atas nama pemimpin bagi mereka kepada kebaikan. Apalagi bila ketinggian hati dan kesombongan itu dilakukan oleh orang yang tidak mengajak kepada kebaikan, maka hal itu adalah lebih buruk dan lebih hina.

Ash-Sha’ru adalah sebuah penyakit yang menimpa onta sehingga membengkokkan lehernya. Gaya bahasa Al-Qur’an dalam memilih ungkapan ini

bertujuan agar manusia lari dari gerakan yang mirip dengan gerakan ash-sha’ruini. Yaitu, gerakan sombong dan palsu, dan memalingkan muka dari manusia karena sombong dan merasa tinggi hati.

Berjalan di mika bumi dengan membusung adalah cara berjalan dengan cara yang dibuat-buat, bersiul dan sedikit acuh tak acuh terhadap orang. Ia adalah perilaku yang dibenci dan dilaknat oleh Allah dan juga oleh para makhluk. Ia merupakan gambaran tentang perasaan yang sakit dan penyakit jiwa yang tidak percaya terhadap diri sendiri. Sehingga, timbulnya dalam gaya jalannya yaitu gaya jalan-jalan orang yang sombong.

Kata al-qashdu dalam ayat ini bisa berasal dari kesederhanaan yang dimaksudkan dengan berjalan biasa dan tidak berlebih-lebihan, dan tidak menghabiskan tenaga untuk mendapatkan pujian, siulan, dan kekaguman.

(55)

Kemudian di dalam sikap menahan suara terdapat adab dan keyakinan terhadap diri sendiri,serta ketenangan terhadap diri sendirikebenaran pembicaraan dan kekuatannya. Seseorang tidak akan berteriak atau mengeraskan dalam pembicaraannya, melainkan dia adalah orang yang buruk adabnya, ragu terhadap nilai perkataannya atau nilai kepribadiannya, dan dia berusaha untuk menutupi keraguannya itu dengan bahasa yang pedas, keras, dan berteriak yang mengejutkan (Sayyid Quthb, 2004: 176-178).

b. Al-Mishbah (Quraish Shihab, 2002: 120-140)

Quraish Shihab memandang bahwa pada ayat 12 ada hubungannya dengan ayat sebelumnya (6). Adapun dalam menafsirkan ayat ini Quraish Shihab mengambil beberapa kata yaitu:

Katadan pada ayat 12 di atas, berhubungan dengan ayat 6 yang lalu, yaitu

“Dan di antara manusia ada yang membeli ucapan yang melengahkan.” Ia berfungsi

menghubungkan kisah an-Nadhr Ibn al-Harits itu dan kisah Luqman disini, atas dasar persamaan keduanya dalam daya tarik kejadian dan keanehan. Yang pertama keanehan dalam kesesatan, dan yang kedua dalam perolehan hidayah dan hikmah.

Al-Biqa’i menghubungkannya dengan sifat Allah al-Aziz al-Hakim/ Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana, atau satu kalimat yang dihasilkan oleh

(56)

menyatakan: Allah telah menyesatkan mereka berdasar hikmah kebijaksanaan-Nya dan sungguh Kami (Allah) telah menganugerahkan kepada Luqman.

Kata hikmah telah disinggung makna dasarnya ketika menafsirkan ayat 2 diatas. Disini, Quraish Shihab menambahkan bahwa para ulama mengajukan aneka keterangan tentang makna hikmah. Antara lain al-Biqa’i memandang bahwa hikmah berarti “Mengetahui yang paling utama dari segala sesuatu, baik

pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah ilmu amaliah dan ilmu ilmiah. Ia adalah ilmu yang didukung oleh amal, dan amal yang tepat didukung oleh ilmu.

Imam al-Ghazali memandang kata hikmah dalam arti pengetahuan tentang sesuatu yang paling utama- ilmu yang paling utama dan wujud yang paling agung

–yakni Allah swt. jika demikian–menurut al-Ghazali- Allah adalah Hakim yang sebenarnya. Karena Dia yang paling mengetahui ilmu yang paling abadi. Dzat serta sifat-Nya tidak tergambar dalam benak, tidak juga mengalami perubahan. Hanya Dia yang mengetahui wujud yang paling mulia, karena hanya Dia yang mengenal hakikat, dzat, sifat dan perbuatan-Nya. Jika Allah telah menganugerahkan hikmah kepada seseorang, maka yang dianugerahi memperoleh kebajikan yang banyak.

(57)

rasa cinta kepada-Nya, dan dorongan untuk memuji-Nya dengan ucapan sambil melaksanakan apa yang di dikehendaki-Nya dari penganugerahan itu. Syukur didefinisikan oleh sementara ulama dengan memfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

Ia adalah menggunakan nikmat sebagaimana yang dikehendaki oleh penganugerahannya, sehingga penggunaannya itu mengarah sekaligus menunjuk penganugerah. Tentu saja untuk maksud ini, yang bersyukur perlu mengenal penganugerah (dalam hal ini Allah swt), mengetahui nikmat yang dianugerahkan kepadanya, serta fungsi dan cara menggunakan nikmat itu sebagaimana dikehendaki-Nya, sehingga yang dianugerahi nikmat itu benar-benar mengunakannya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Penganugerah. Hanya dengan demikian, anugerah dapat berfungsi sekaligus menunjuk kepada Alllah, sehingga ini pada gilirannya mengantar kepada pujian kepada-Nya yang lahir dari rasa kekaguman atas diri-Nya dan kesyukuran atas anugerah-Nya.

Firman-Nya: (

ن أ

)an usykur lillah adalah hikmah itu sendiri yang

(58)

itu, ia akan melakukan amal yang sesuai dengan pengetahuannya, sehingga amal yang lahir adalah amal yang tepat pula.

Ayat di atas menggunakan bentuk mudhari’/ kata kerja masa kini dan datang

untuk menunjuk kesyukuran (

ﺮﻜﺸﯾ

) yasykur, sedang ketika berbicara tentang

kekufuran, digunakan bentuk kata kerja lampau (

ﺮ ﻔ ﻛ

). Al-Biqa’i memperoleh

kesan dari penggunaan bentuk mudhari’ itu bahwa siapa yang datang kepada

Allah pada masa apapun, Allah menyambutnya dan anugerah-Nya akan senantiasa

tercurah kepadanya sepanjang amal yang dilakukannya. Thabatha’i memperoleh

kesan lain bahwa. Di sisi lain kesyukurannya itu hendaknya ditampilkan secara bersinambung dari saat ke saat. Ssebaliknya penggunaan bentuk kata kerja masa

lampau pada kekufuran / ketiadaan syukur (

ﺮ ﻔ ﻛ

) adalah untuk mengisyaratkan

bahwa jika itu terjadi, walau sekali maka Allah akan berpaling dan tidak menghiraukannya.

Kata (ﻲ ﻨ ﻏ ) ghaniyyun/Maha Kaya terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf (غ )ghain,(ن )nundan (ي )ya’yang yang maknanya berkisar pada dua hal, yaitu kecukupan, baik menyangkut harta maupun selainnya.

Menurut Imam al-Ghazali, Allah yang bersifat Ghaniyy, adalah “Dia yang

(59)

Kata (

ﺪﯿﻤﺣ

) Hamid/Maha Terpuji, terambil dari akar kata yang terdiri dari

huruf-huruf (

ـھ

)ha’ (

م

) mim dan (

د

) dal, yang maknanya adalah antonim

tercela. Kata hamid /pujian digunakan untuk memuji yang diperoleh oleh kita. Berbeda dengan kata syukur yang digunakan untuk konteks nikmat yang diperoleh oleh kita. Jika demikian saat kita berkata Allah hamid/ Maha Terpuji, maka ini adalah pujian kepada-Nya baik kita memperoleh nikmat atau tidak, sedang bila kita mensyukurinya, maka itu karena kita merasakan adanya anugerah yang kita peroleh.

Ada tiga unsur dalam perbuatan yang harus dipenuhi oleh pelaku agar apa yang dilakukannya dapat terpuji.

1. Perbuatannya indah atau baik. 2. Dilakukannya secara sadar

3. Tidak atas dasar terpaksa atau dipaksa

Kata Ghaniyy yang merupakan sifat Allah pada umumnya – didalam

(60)

Tafsir ayat 13 yaitu:

Setelah ayat yang lalu menguraikan hikmah dianugerahkan kepada Luqman yang intinya adalah kesyukuran kepada Allah, dan yang tercermin pada pengenalan terhadap-Nya dan anugerah-Nya, kini melalui ayat 13 dilukiskan pengamalan hikmah itu oleh Luqman, serta pelestariaannya pada kepada anaknya. Ini pun mencerminkan kesyukuran beliau atas anugerah itu. Kepada Nabi Muhammad saw. atau siapa saja, diperintahkan untuk merenungkan anugerah Allah kepada Luqman itu dan mengingatkan orang lain. Ayat ini berbunyi: dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya dalam keadaan dia dari saat ke saat menasihatinya bahwa wahai anakku sayang! Janganlah engaku mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, dan jangan juga mempersekutukan-Nya sedikit persekutuan pun, lahir maupun batin. Persekutuan yang jelas maupun tersembunyi. Sesungguhnya syirik yakni mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang sangat besar. itu adalah penempatan sesuatu yang agung ke tempat yang sangat buruk.

Kata Luqman yang disebut oleh surah ini ayat ke-13 adalah seorang tokoh yang diperselisihkan identitasnya. Orang arab mengenal dua tokoh yang bernama

(61)

Banyak pendapat mengenai siapa Luqman al-Hakim. Ada yang mengatakan bahwa ia berasal dari Nuba, dari penduduk Ailah. Ada juga yang menyebutnya dari Etiopia. Pendapat lain mengatakan bahwa ia berasal dari Mesir Selatan yang berkulit hitam. Ada lagi yang menyatakan bahwa ia seorang Ibrani. Profesinya pun diperselisihkan. Ada yang berkata dia penjahit atau pekerja pengumpul kayu atau tukang kayu atau juga penggembala.

Hampir semua riwayat yang menceritakan bahwa Luqman bukan seorang Nabi. Hanya sedikit yang berpendapat bahwa ia termasuk salah seorang Nabi. Kesimpulan lain yang diambil dari riwayat–riwayat yang menyebutkannya adalah bahwa ia adalah bukan orang arab. Ia seorang yang bijak. Ini pun dinyatakan dalam al-Qur’an.

Kata (

ﮫﻈﻌﯾ

) ya’izhuhu terambil dari kata (

ﻆ ﻋ و

) wa’azh yaitu nasihat

menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah dia berkata untuk memberi tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anak.

Kata (

ﻲ ﻨ ﺑ

) bunayya adalah patron yang menggambarkan kemungilan.

Asalnya adalah (

ﻲ ﻨ ﺑ ا

) ibniy, dari kata (

ﻦ ﺑ ا

) ibn yakni anak lelaki. Pemungilan

(62)

diatas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh kasih sayang terhadap peserta didik (Quraish Shihab, 2002:124-127).

Quraish Shihab memberikan tafsiran pada ayat 14 kedalam penggalan satu ayat yaitu:

Kata (

ﺎﻨھو

)wahnanpada ayat 14 berarti kelemahan atau kerapuhan. Yang

dimaksud disini kurangnya kemampuan memikul beban kehamilan, penyusuan dan pemeliharaan anak. Patron kata yang mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai ia dilukiskan bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan telah menyatu dalam dirinya dan dipikulnya.

Firman-Nya : (

ﻦﯿﻣﺎﻋ ﻲﻓ

ﮫﻟﺎﺼﻓو

) wafishaluhu fi ‘amaini / dan

penyapiannya didalam dua tahun, mengisyaratkan betapa penyusuan anak sangat penting dilakukan oleh ibu kandung. Tujuan penyusuan ini bukan sekedar untuk menumbuhkembangkan anak dalam kondisi fisik dan psikis yang prima (Quraish Shihab, 2002:127-131).

Tafsir ayat 15 yaitu:

(63)

satunya, lebih-lebih kalau orang lain – bersungguh-sungguh memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, apalagi setelah Aku dan rasul-rasul menjelaskan kebatilan mempersekutukan Allah, dan setelah engkau mengetahui bila menggunakan nalarmu, maka janganlah engkau mematuhi keduanya. Namun demkian jangan memuruskan hubungan dengannya atau tidak menghormatinya. Tetapi tetaplah berbakti kepada keduanya selama tidak bertentangan dengan ajaran agamamu, dan pergaulilah keduanya di dunia yakni selama mereka hidup dan dalam urusan keduniaan –

bukan akidah- dengan cara pergaulan yang baik, tetapi jangan sampai hal ini mengorbankan prinsip agamamu, karena itu perhatikan tuntunan agama dan ikutilah jalan orang yang selalu kembali kepada-Ku dalam segala urusanmu, karena semua urusan dunia kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku-lah juga di akhirat nanti-bukan kepada siapa pun selain-Ku – kembali kamu semua, maka Ku-beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan dari kebaikan dan keburukan, lalu masing-masing Ku-beri alasan dan ganjaran.

Kata (

كاﺪھﺎﺟ

) jahadaka pada ayat ke-15 terambil dari kata (

ﺪﮭﺟ

) juhd

(64)

Yang dimaksud dengan (

ﻢﻠﻋ ﮫﺑ

ﻚ ﻟ

ﺲﯿﻟ

ﺎ ﻣ

) ma laisa laka bihi ‘ilm/yang

tidak ada pengetahuanmu tentang itu, artinya tidak ada pengetahuan tentang kemungkinan terjadinya. Tiadanya pengetahuan berarti tidak adanya obyek yang diketahui. Ini berarti tidak ada wujudnya sesuatu yang dapat dipersekutukan dengan Allah SWT. bukti-bukti tentang keesaan Allah dan tiada sekutu bagi-Nya terlalu banyak, sehingga penggalan ayat ini merupakan penegasan tentang larangan mengikuti siapa pun – walau kedua orang tua dan walau dengan memaksa anaknya mempersekutukan Allah.

Kata (

ﺎ ﻓ و ﺮ ﻌ ﻣ

)ma’rufanmencakup segala hal yang dinilai oleh masyarakat

baik, selama tidak bertentangan dengan akidah islamiah.dalam konteks diriwayatkan bahwa Asma puteri Sayyidina Abu Bakr ra. Pernah didatangi oleh

ibunya yang ketika itu masih musrikah. Asma’ bertanya kepada Nabi sebagaimana

seharusnya ia bersikap. Maka Rosul saw. memerintahkannya untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan memberinya hadiah serta mengunjugi dan menyambut kunjungannya.

Inb ‘Asyur berpendapat bahwa kewajiban menghormati orang tua dan

(65)

Thabatha’i menjelaskan kata (

ﺎﯿﻧﺪﻟا

) ad-dunya mengandung tiga pesan

yang pertama, bahwa mempergauli dengan baik itu, hanya dalam urusan keduniaan, bukan keagamaan. Kedua, bertujuan meringankan beban tugas itu, karena ia hanya untuk sementara yakni selama hidup di dunia yang hari-harinya terbatas, sehingga tidak mengapalah memikul beban kebaktian kepada-Nya. Dan yang ketiga, bertujuan memperhadapkan kata dunia dengan hari kembali kepada Allah yang dinyatakan di atas dengan kalimat hanya kepada-ku kembali kamu (Quraish Shihab, 2002:131-133).

Tafsir ayat 16 yaitu:

Ketika menafsirkan kata (

ل د ﺮ ﺧ

) khardal pada Q.S al-Anbiya ayat 47,

Quraish Shihab mengutip penjelasan Tafsir al-Muntakhab yang melukiskan biji tersebut. Disana dinyatakan bahwa satu kilogram biji khardal/ moster terdiri atas 913.000 butir. Dengan demikian berat satu butir biji moster hanya sekitar satu perseribu gram, atau ± 1 mg, dan merupakan biji-bijian teringan yang diketahui umat manusia sampai sekarang. Oleh karena itu biji ini sering digunakan oleh

al-Qur’an untuk menunjuk sesuatu yang sangat kecil dan halus.

Kata (

ﻒﯿﻄﻟ

)lathif pada ayat ke-16 terambil dari akar kata (

ﻒ ﻄ ﻟ

)lathafa

yang huruf-hurufnya terdiri dari (

ل

) lam, (

ط

) tha dan (

ف

) fa’, kata ini

(66)

Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa yang berhak menyandang sifat ini adalah yang mengetahui perincian kemaslahatan dan seluk beluk rahasianya, yang kecil dan yang halus, kemudian menempuh jalan untuk menyampaikannya kepada yang berhak secara lemah lembut bukan kekerasan.

Kalau bertemu kelemahlembutan dalam perlakuan, dan perincian dalam pengetahuan, maka wujudlah apa yang dinamai al-luthf, dan menjadilah pelakunya wajar menyandang nama Lathif. Ini tentunya tidak dapat dilakukan kecuali oleh allah yang Maha Mengetahui itu.

Sekelumit dari bukti “kelemahlembutan” Illahi (kalau istilah ini dapay dibenarkan) dapat terlihat bagaiman Dia memelihara janin dalam perut ibu dan melindunginya dalam tiga kegelapan, kegelapan perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim. Demikian juga memberinya makan melalui tali pusar sampai ia lahirkemudian mengilhaminya menyusu, tanpa diajar oleh siapa pun. Termasuk juga dalam bukti-bukti kewajaran-nya menyandang sifat ini apa yang dihamparkan-Nya di alam raya untuk makhluk-Nya, memberi melebihi kebutuhan, namun tidak membebani mereka dengan beban berat yang tidak terpikul.

(67)

berbuat baik, apalagi kepada orang tua yang berbeda agama, merupakan salah satu bentuk dari luthf Allah swt. karena betapa pun perbedaan atau perselisihan antara anak dan ibu bapak, pasti hubungan darah yang terjalin antara mereka tetap berbekas di hati masing-masing.

Kata (

ﺮﯿﺒﺧ

) khabir, terambil dari kata yang terdiri dari huruf-huruf (

خ

)

kha’ (

ب

) ba’ dan (

ر

) ra’ yang maknanya berkisar pada dua hal, yaitu

pengetahuan dan kelemahlembutan. Khabir dari segi bahasa dapat berarti yang mengetahui dan juga tumbuhan yang lunak. Sementara pakar berpendapat bahwa

kata ini terambil dari kata (

ض

ر ﻷ ا

ت ﺮ ﺒ ﺧ

) khabartu al-ardha dalam arti

membelah bumi. Dan dari sinilah lahir pengertian”mengetahui”, seakan-akan yang bersangkutan membahas sesuatu sampai dia membelah bumi untuk menemukannya. Menurut Imam al-Ghazali, Allah adalah khabir karena tidak tersembunyi bagi-Nya hal-hal yang sangat dalam dan yang disembunyikan, serta tidak terjadi sesuatu apapun dalam kerajaan-Nya dibumi maupun dialam raya kecuali diketahui-Nya. Tidak bergerak satu zarrah atau diam, tidak bergejolak jiwa, tidak juga tenang, kecuali ada beritanya di sisi-Nya.

(68)

keesaan Allah dan keniscayaan hari kiamat. Dua prinsip dasar akidah Islam yang seringkali mewakili semua akidahnya (Quraish Shihab:2002:133-136).

Tafsir ayat 17 yaitu:

Luqman as. melanjutkan nasihatnya kepada anaknya nasihat yang dapat menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran Illahi dalam kalbu sang anak. Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan panggilan mesra: wahai anakku sayang, laksanakanlah shalat dengan sempurna syarat, rukun dan sunah-sunahnya. Dan disampng engkau memperhatikan dirimu dan membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, anjurkan pula orang lain berlaku serupa. Karena itu perintahkanlah secara baik-baik siapa pun yang mampu engkau ajak mengerjakan yang ma’ruf dan cegahlah mereka dari kemungkaran. Memang engkau akan mengalami banyak tantangan dan rintangan dalam melaksanakan tuntunan Allah, karena itu tabah dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu dalam melaksanakan aneka tugasmu. Sesungguhnya yang demikian itu yang sangat tinggi kedudukannya dan jauh tingkatnya dalam kebaikan yakni shalat,

amar ma’ruf dan nahi mungkar atau kesabaran termasuk hal-hal yang diperintah Alah agar diutamakan, sehingga tidak ada alasan untuk mengabaikannya.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “ Pengaruh Citra Merek dan Persepsi Label Halal Terhadap Minat Pembelian Ulang Produk Champ Nugget” disusun untuk memenuhi serta melengkapi syarat

Penggunaan fermentasi tepung lemna pada pakan buatan ikan nila (O. niloticus) memberikan pengaruh yang nyata terhadap total konsumsi pakan (TKP), efisiensi pemanfaatan

adi neo-vernacular berarti bahasa setempat yang di ucapkan dengan cara baru, arsitektur neo-vernacular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik

Pada skenrio pertama dilakukan simulasi sistem Analog ROF dengan NG-PON 2, dengan menggunakan splitter 1:4 diasumsikan sebagai ODC dan 1:16 ODP sehingga mampu

Penguatan bursa Asia ditopang oleh data inflasi Korea Selatan bulan Januari yang diumumkan sebesar 0,6% YoY , lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,5% YoY

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Research and Development (R&D) dari Sukmadinata (2011). Hasil tanggapan siswa terhadap aspek keterbacaan dan

Setelah sistem selesai dirancang dengan benar dan diobservasi sehingga tidak ada yang salah dalam pemasangan dan koneksi dari setiap sensor yang dipergunakan,

Menurut hasil pengamatan terdapat perilaku beberapa mahasiswa Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Uiversitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung