• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI JENIS KARANG YANG MENGALAMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTIFIKASI JENIS KARANG YANG MENGALAMI"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI JENIS KARANG YANG MENGALAMI PEMUTIHAN

KARANG (

CORAL BLEACHING

) DI UPT KAWASAN KONSERVASI

PERAIRAN, BALI

LAPORAN PRAKTIK KERJA MAGANG

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN

KELAUTAN

Oleh :

Ramanto Lukman Yassar

NIM. 135080601111014

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

IDENTIFIKASI JENIS KARANG YANG MENGALAMI PEMUTIHAN

KARANG (

CORAL BLEACHING

) DI UPT KAWASAN KONSERVASI

PERAIRAN, BALI

LAPORAN PRAKTIK KERJA MAGANG

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN

KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh :

Ramanto Lukman Yassar

NIM. 135080601111014

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam laporan Praktek Kerja Magang yang saya tulis ini benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan Praktek Kerja Magang ini hasil penjiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 10 Oktober 2016 Penulis

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyelesaian Laporan Praktik Kerja Magang ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah S.W.T yang senantiasa selalu memberikan kesehatan sehingga Praktik Kerja Magang (PKM) ini berjalan dengan lancar

2. Ayahanda Gunaryo Singgih dan Ibunda Rahimah Barack, dan kakak-kakak saya yang senantiasa mendoakan dan memberikan segala sesuatunya yang terbaik.

3. Dr. Ir. Guntur, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia mendampingi, memberikan waktu dan ilmu pengetahuan serta bimbingannya. 4. Akhyar Maududi dan Ninik Ika selaku rekan se-perjuangan yang selalu

memberikan motivasi, kritik dan saran sejak awal hingga saat ini.

5. Pak Nyoman Karyawan selaku pembimbing lapang dan Mas Eed selaku pembimbing materi di UPT KKP (Kawasan Konservasi Perairan) atas bimbingan dan waktunya.

6. Teman-teman Ilmu Kelautan 2013 dan kakak-kakak 2012 yang luar biasa yang tidak bisa saya sebut satu-persatu untuk semangat dan bantuannya. 7. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan

(7)

iii RINGKASAN

Ramanto Lukman Yassar. 135080601111014. Praktik Kerja Magang Tentang Identifikasi Jenis Karang yang mengalami Pemutihan Karang (Coral Bleaching) di Kawasan Konservasi Perairan (KKP), Bali. (Dibawah bimbingan Dr. Ir Guntur, MS).

Coral Bleaching merupakan fenomena pemudaran warna karang akibat punahnya alga simbiotik yang hidup di dalam jaringan karang. Pada karang yang sehat, alga memberikan energi dan memunculkan warnanya. Bila terjadi pemutihan, alga akan mengalami stres dan terlepas dari jaringan karang sehingga warna karang memudar. Makin sedikit alga dalam karang makin terang/putih warna karang.

Bali merupakan salah satu ekowisata yang pengunjungnya selalu meningkat, namun ini juga berbanding lurus dengan peningkatan prosentase coral bleaching yang sebagian besar akibat pemanasan global ataupun predator. Selama ini peran lembaga, masyarakat, dan pemerintah masih tertuju pada eksploitasi sumberdaya laut sehingga diperlukan perlakuan konservasi atau pelestarian berkelanjutan terhadap pemutihan karang yang terus meningkat.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui, mengidentifikasi dan memahami spesies terumbu karang target yang mengalami pemutihan dan mengetahui hubungan dampak pemutihan karang dengan nilai aktivitas penduduk pesisir. Adapun tipe klasifikasi karang yang diteliti berdasarkan bentuk pertumbuhannya yaitu Brancing, Boulder, Plate dan Soft.

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Mu penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktik Kerja Magang yang berjudul Identifikasi Jenis Karang yang mengalami Pemutihan Karang (Coral Bleaching) di Kawasan Konservasi Perairan, Bali dengan baik. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Guntur, MS selaku dosen pembimbing karena telah menyempatkan diri melakukan bimbingan.

Penulis menyadari bahwa dalam proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal ini. Penulis juga berharap proposal ini dapat memberikan manfaat serta memperkaya pengetahuan bagi semua pihak.

Malang, 10 Oktober 2016 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

2.3 Prosedur Praktik Kerja Magang ... 8

3. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

3.1 Sejarah dan Profil Instansi ... 10

3.2 Partisipasi Aktif dan Kegiatan Magang ... 13

3.3 Penelitian Praktik Kerja Magang ... 16

4. PENUTUP ... 23

4.1 Kesimpulan ... 23

4.2 Kendala dan Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Lokasi Pengambilan Data ... 5

Gambar 2 Struktur Lembaga Pengelola ... 11

Gambar 3 Struktur Organisasi UPT KKP ... 12

Gambar 4 Koordinasi Praktik Kerja Magang ... 14

Gambar 5 (A) Kegiatan sosialisasi Kawasan Konservasi Perairan di SD, (B) Pembagian hadiah berupa poster Mola-Mola ... 15

Gambar 6 (A) Kegiatan patroli laut di Perairan Nusa Lembongan, (B) Kegiatan patrol di perairan Toyopakeh. ... 15

Gambar 7 Metode Pengambilan Data ... 16

Gambar 8 Nilai Distribusi Substrat di Stasiun 1 ... 17

Gambar 9 Nilai Distribusi Substrat di Stasiun 2 ... 18

Gambar 10 Nilai Distribusi Substrat di Stasiun 3 ... 19

Gambar 11 Nilai Distribusi Substrat di Stasiun 4 ... 20

Gambar 12 Nilai Distribusi Substrat di Stasiun 5 ... 21

Gambar 13 Fenomena Bleaching Soft Coral di Stasiun 1 ... 31

Gambar 14 Fenomena Bleaching Soft Coral di Stasiun 1 ... 31

Gambar 15 Fenomena Dead Coral di Stasiun 4 ... 32

Gambar 16 Pengambilan Data di Stasiun 2 ... 32

Gambar 17 Fenomena Bleaching Branching Coral di Stasiun 3 ... 33

Gambar 18 Kegiatan Patroli Laut oleh CTC dan UPT KKP... 33

Gambar 19 Pengambilan Data Karang di Stasiun 3 ... 34

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Terumbu karang di kawasan Segitiga Terumbu Karang (Indonesia, Filipina, Malaysia bagian timur, dan Timor Leste) terus mengalami penurunan disebabkan oleh penangkapan ikan berlebih, sedimentasi, polusi dari aktivitas perkotaan maupun industri sebagai imbas dari pembangunan pesisir yang berkembang sangat pesat (Wilkinson, 2008).

Tekanan-tekanan tersebut diperparah dengan perubahan iklim yang telah menjadi tekanan terbesar bagi terumbu karang secara global. Perubahan iklim berdampak banyak bagi terumbu karang. Salah satu yang paling serius adalah pemutihan karang (coral bleaching) massal akibat peningkatan suhu permukaan air laut (Simarangkir, 2015).

Mengklasifikasikan spesies karang sangat sulit. Sehingga Kelompok karang yang mudah diidentifikasi sering dipakai saat mencatat data tentang penutupan karang atau kesehatan karang secara umum. Untuk memudahkan klasifikasi tipe karang cukup dideskripsikan melalui bentuk dasar pertumbuhannya, atau bentuk koloni karang. Coral Watch menggunakan empat tipe klasifikasi karang agar memudahkan dalam pengklasifikasian terumbu karang. Branching menggambarkan karang yang bercabang, misalnya spesies Acropora. Boulder merupakan karang batu yang besar dan bulat, misalnya beberapa spesies Platygyra dan Porites. Plate merupakan karang yang membentuk lempeng/piring, misalnya spesies Acropora yang berbentuk tabular/meja, sementara Soft merupakan karang yang tidak memiliki kerangka yang keras, misalnya spesies-spesies Xenia (Dean, 2012).

(14)

karang dapat mati jika tetap terekspos kondisi ekstrim dalam jangka waktu yang cukup lama. Pemulihan dapat terhambat oleh lapisan alga dan karang lunak yang dengan cepat mengambil alih kerangka karang yang mati dan tidak membentuk substrat yang sesuai untuk rekolonisasi karang. Secara alami, respons terumbu karang terhadap perubahan dan tekanan lingkungan adalah berusaha bertahan dan pulih (Nybakken, 1992).

Bentuk karang keras secara umum yang mendominasi daerah Cawayan MPA adalah massive, branching dan digitate. Bentuk lifeform karang massive tumbuh sangat lambat namun mereka mampu menahan aksi dari gelombang. Pertumbuhan karang branching dan digitate cepat tumbuh tetapi mereka sensitif terhadap gelombang yang kuat maka dengan mudah terfragmentasi. Predator karang seperti Crown-of-Thorn Starfish (Acanthasterplancii) diamati pada daerah Cawayan MPA, ini bisa menjadi faktor mengapa tingginya persentase dari karang mati saat pengamatan di Cawayan MPA karena karang bercabang seperti spesies Acropora merupakan makanan bagi predator tersebut (Piquero, 2015).

(15)

(Photo Line Intercept Transect) lebih unggul daripada metode LIT (Line Intercept Transect). Kedua metode ini secara teknis pelaksanaan berbeda namun hasil pengamatan nilai yang didapatkan hampir sama (Rosi, 2016).

Di Indonesia, pada tahun 1997-1998, pemutihan karang yang mencapai sekitar 50% atau lebih dari tutupan karang tercatat terjadi di Taman Nasional Bali Barat (mencapai hingga 100%), Karimun Jawa, Taman Nasional Pulau Seribu, Kepulauan Gili, Lombok (mencapai hingga 90%) dan Kalimatan Timur. Tingkat kematian dari karang yang terkena pemutihan tersebut di Karimun Jawa mencapai 50-60%. Sedangkan pada tahun 2000-an, tepatnya 2010 fenomena coral bleaching tersebut mulai muncul lagi akibat beberapa faktor. Ini dijelaskan dalam survey instansi Reef Check Indonesia (RCI) yang bekerjasama dengan dive operator lokal yaitu Oceans 5 Gili air dan Blue Marling Gili. Sebelumnya, pemantauan sejak Mei hingga Juni lalu, suhu di perairan Gili mencapi 30 hingga 31°C dan mengakibatkan beberapa lokasi mengalami bleaching hingga 20% (Goblue, 2015).

(16)

1.2 Tujuan

1.

Mengetahui, mengidentifikasi dan memahami spesies terumbu karang target yang mengalami pemutihan.

2.

Mengetahui hubungan dampak pemutihan karang dengan nilai aktivitas penduduk pesisir.

1.3 Manfaat

(17)

BAB 2. METODOLOGI 2.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi pratik kerja magang berada di UPT KKP (Kawasan Konservasi Perairan) Nusa Penida, sedangkan lokasi penelitian berada di Nusa Besar atau Nusa Penida yang berlokasi di 5 titik yaitu Kubu Ganesha, Pelabuhan Toyopakeh, SD Point, Pelabuhan Buyuk dan Crystal Bay. Adapun peta lokasi penelitian dan titik koordinatnya.

Gambar 1 Peta Lokasi Pengambilan Data Tabel 1 Titik Lokasi Pengambilan Data

No Koordinat Keterangan

(18)

4 8°40'28'' S 115°32'44'' T Buyuk 5 8°42'58'' S 115°27'28'' T Crystal Bay

Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Magang (PKM) ini pada tanggal 18 Juli 2016 sampai 17 Agustus 2016 di UPT Kawasan Konservasi Perairan, Desa Sampalan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.

2.2 Alat dan Bahan

Dalam pengambilan data digunakan alat berikut sebagai penunjang pengambilan data, adapun alat-alat yang digunakan adalah :

Tabel 2 Alat Praktik Kerja Magang

(19)

4 Komputer atau Laptop

Memasukkan dan analisa data

5 Kamera Dokumentasi dan Koordinat

Adapun bahan yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut :

Tabel 3 Bahan Praktik Kerja Magang

(20)

2.3 Prosedur Praktik Kerja Magang

Adapun prosedur Praktik Kerja Magang dibagi atas 3 proses yaitu proses administrasi, pelaksanaan praktik kerja magang dan penyusunan laporan.

2.3.1 Proses Administrasi

Proses Administrasi dalam Praktik Kerja Magang yang dilakukan adalah meliputi administrasi fakultas dan administrasi instansi. Pertama-tama mahasiswa harus melakukan pengajuan surat keterangan telah memenuhi SKS dan mengajukan secara online topik dan dosen pembimbing. Proses selanjutnya yaitu konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai topik dan judul bersamaan dengan membuat surat pengajuan judul, surat untuk melakukan praktik kerja magang dan penyusunan proposal. Proses administrasi instansi adalah memasukkan berkas ke UPT. Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida yaitu berkas proposal Praktik Kerja Magang dan surat ijin melakukan magang di instansi terkait. Semua hal yang berkaitan dengan proses administrasi dilaksanakan mulai dari April sampai dengan bulan Mei yang bertempat di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

2.3.2 Pelaksanaan Praktik Kerja Magang

(21)

2.3.3 Penyusunan Laporan

(22)

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Sejarah dan Profil Instansi

UPT KKP (Kawasan Konservasi Perairan) Nusa Penida diinisia oleh TNC (The Nature Conservasion) pada tahun 2008 dimana dengan maksud meningkatkan fasilitas masyarakan dan menyediakan fasilitator pulau.

3.1.1 Visi dan Misi

Visi jangka panjang (20 tahun) dari pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida adalah “Terwujudnya pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida yang efektif, berbudaya dan berkelanjutan untuk kesejahteraan

masyarakat”

Misi jangka panjang (20 tahun) pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan visi yang ada adalah:

a. Mendorong pengelolaan secara kolaboratif antara para pemangku kepentingan di dalam kawasan konservasi perairan Nusa Penida

b. Mempromosikan pariwisata bahari yang lestari dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat

c. Menerapkan sistim perikanan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan

3.1.2 Struktur Organisasi

(23)

Gambar 2 Struktur Lembaga Pengelola

Dewan Kolaborasi yang diketuai oleh Bupati Klungkung dan terdiri dari unsur Pemerintah Kabupaten Klungkung, khususnya Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (PPK) dan para pemangku kepentingan di Nusa Penida memiliki fungsi dan wewenang sebagai berikut:

a. memberikan arahan dan memutuskan rencana pengelolaan 5 dan 1 tahunan dengan mengacu kepada rencana jangka panjang pengelolaan KKP Nusa Penida yang akan dilaksanakan oleh Management Unit.

(24)

Gambar 3 Struktur Organisasi UPT KKP 3.1.3 Tujuan dan Sasaran Pengelolaan

Tujuan dari pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida antara lain:

1. Ekosistem terumbu karang, hutan bakau dan padang lamun yang sehat sebagai sumber perikanan dan wisata bahari.

2. Biota laut yang khas dan unik seperti ikan Mola mola, ikan pari manta, penyu, dugong, paus, lumba-lumba, napoleon dan hiu yang lestari sebagai atraksi wisata bahari .

(25)

wisata bahari pemerintah Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali dan Pusat di dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida.

4. Payung hukum yang jelas dan kuat di dalam implementasi pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida.

5. Badan pengelola dengan kapasitas yang cukup sehingga dapat diberikan tanggung jawab sekaligugus wewenang di dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida.

6. Rencana pengelolaan jangka panjang (20 tahun), jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1 tahun) yang memberikan arahan kepada badan pengelola untuk mengelola kawasan konservasi perairan Nusa Penida.

7. Mekanisme pengawasan dan pendanaan jangka panjang di dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida.

Sasaran dari pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida adalah nelayan Nusa Penida dan luar Nusa Penida, pengusaha wisata bahari Nusa Penida dan dari luar Nusa Penida, petani rumput laut, lembaga adat, pemerintah Kabupaten Klungkung, pemerintah Propinsi dan pemerintah Pusat.

3.2 Partisipasi Aktif dan Kegiatan Magang

3.2.1 Kegiatan Administratif dan Perkantoran

(26)

terdiri dari tujuan peneliti dan hasil yang diperoleh nantinya dapat digunakan oleh instansi terkait dan tentunya bagi peneliti.

Gambar 4 Koordinasi Praktik Kerja Magang 3.2.2 Sosialisasi Kawasan Konservasi Perairan

(27)

Gambar 5 (A) Kegiatan sosialisasi Kawasan Konservasi Perairan di SD, (B) Pembagian hadiah berupa poster Mola-Mola

3.2.3 Patroli Laut

Patroli laut dilakukan setiap 1 bulan sekali oleh CTC (Coral Triangle Center) yang bertempat di Sanur, Bali dan bekerja sama dengan UPT KKP Nusa Penida dan didampingi oleh anggota BKSDA, TNI-AL, dan Pemda Klungkung. Tujuan dari patrol laut yaitu untuk mendata jumlah wisatawan dan banyaknya boat yang berlabuh di perairan Nusa Penida, serta memantau zonasi yang rawan akan pelanggaran seperti di zona inti.

Gambar 6 (A) Kegiatan patroli laut di Perairan Nusa Lembongan, (B) Kegiatan patrol di perairan Toyopakeh.

3.2.4 Bersih Pantai

Bersih pantai merupakan kegiatan rutin setiap bulan UPT KKP, dimana bersih pantai dilakukan kerja sama dengan masyarakat lokal. Bersih pantai

(A)

(B)

(28)

secara tidak langsung bertujuan agar menarik banyak partisipan untuk ikut peduli kebersihan pesisir pantai maupun yang di dasar laut. Banyak ditemukan sampah plastic maupun selendang-selendang bali yang biasa digunakan untuk sembahyang.

3.3 Penelitian Praktik Kerja Magang

Tahapan dalam pengambilan data yang dilakukan di setiap titik lokasi adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama yang dilakukan yaitu memilih site dengan melakukan Manta Tow atau Timed Swim di lokasi yang akan dipasang roll meter 2. Tarik roll meter sepanjang 100 meter dan dibagi menjadi 4 segment, lalu

catat koordinat titik awal dan akhir

3. Lakukan pencatatan karang setiap 1 meter.

4. Catat jenis/tipe karang berdasarkan bentuk dasar pertumbuhan atau bentuk koloni karang (Branching, Plate, Soft Coral, Boulder).

5. Lakukan analisa hasil dan pengolahan data tesebut dengan menggunakan Microsoft Excel

(29)

3.3.1 Deskripsi dan Kondisi Terumbu Karang Stasiun Penelitian 3.3.1.1 Stasiun 1 (Kubu Ganesha)

Stasiun pengamatan satu terletak di sisi utara Nusa Penida dan berada dalam zona pelabuhan. Pantainya memiliki pasir putih dengan banyak patahan rumput laut. Daerah ini sering digunakan sebagai tempat berlabuh speedboat. Pengambilan data dilakukan pada kedalaman 3 – 5 meter. Berikut merupakan data hasil pengamatan pada stasiun 1 :

Gambar 8 Nilai Distribusi Substrat di Stasiun 1

(30)

3.3.1.2 Stasiun 2 (Toyopakeh)

Stasiun pengamatan 2 terletak di desa Toyopakeh yang berada di Barat Laut Nusa Penida. Perairan ini tertutupi oleh Pulau Ceningan di seberangnya sehingga kondisi arus dan gelombang tidak begitu kuat. Perairan ini terdapat beberapa ponton, lalu lalang speed boat dan menjadi satu-satunya destinasi penyeberangan ke Pulau Lembongan. Pengambilan data dilakukan pada kedalaman 3 – 5 meter. Berikut merupakan hasil pengamatan pada stasiun 2 :

Gambar 9 Nilai Distribusi Substrat di Stasiun 2

(31)

3.3.1.3 Stasiun 3 (SD Point)

Stasiun pengamatan 3 terletak di desa PED yang merupakan dive site dan berada di utara Nusa Penida. Terdapat pura besar di depannya, pantai berpasir putih, terdapat sisa budidaya rumput laut dengan vegetasi alami yang ditumbuhi pepohonan liar dan pohon kelapa. Pengambilang data dilakukan pada kedalaman 3 - 5 meter. SD point termasuk dalam zona pariwisata bahari khusus. Berikut merupakan hasil pengamatan stasiun 3 :

Gambar 10 Nilai Distribusi Substrat di Stasiun 3

(32)

7%, secara keseluruhan live coral yang sehat sebesar 55%, sehingga terumbu karang bisa dikatakan berada dalam kondisi baik.

3.3.1.4 Stasiun 4 (Pelabuhan Buyuk)

Stasiun pengamatan 4 terletak di Pelabuhan Buyuk, dimana kondisi geografisnya memiliki pasir putih, vegetasi didominasi oleh pohon kelapa dan terdapat banyak mooring. Di timur pelabuhan terdapat wahana bermain Crystal Ocean 7. Perairan ini saat menjelang siang hari memiliki arus yang kuat sehingga menjadi kendala saat menggelar transek dan pengambilan data. Pengambilan data dilakukan pada kedalaman 3-5 meter.

Gambar 11 Nilai Distribusi Substrat di Stasiun 4

(33)

dengan presentase 13%. Jenis soft coral mampu mencapai presentase 19% karena tidak terpengaruh oleh faktor gelombang yang kuat, namun terjadi tingkat bleaching sebesar 10% dan didominasi oleh soft coral dari 53% live coral yang terdata.

3.3.1.5 Stasiun 5 (Crystal Bay)

Stasiun pengamatan 5 terletak di desa Sakti dan menjadi salah satu destinasi tamu wisatawan. Kondisi perairan yang jernih, berpasir putih, banyak boat singgah untuk snorkeling dan diving, dan banyak ditumbuhi vegetasi pohon kelapa. Crystal Bay terletak seperti di sebuah teluk dan memiliki banyak karang Acropora di dekat tebing-tebing, dan juga menjadi salah satu lokasi singgahnya ikan mola – mola di kedalaman 15 – 25 meter. Pengambilan data pengamatan dilakukan pada kedalaman 3 – 5 meter.

Gambar 12 Nilai Distribusi Substrat di Stasiun 5

(34)
(35)

BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh pada Praktik Kerja Magang (PKM) adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan tipe identifikasi karang berdasarkan bentuk pertumbuhannya, terdapat 4 jenis yaitu branching, plate, soft dan boulder, dimana kondisi terumbu karang di Nusa Penida masih tergolong baik dengan tingkat bleaching yang paling tinggi yaitu di Stasiun 1 (Kubu Ganesha) 14% dan yang paling sedikit yaitu di Crystal Bay 4%.

2. Masyarakat pesisir Nusa Penida sebagian besar bekerja sebagai petani rumput laut, maka dari itu fenomena bleaching tidak terlalu dirasakan oleh masyarakat sekitar. Namun kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat dan konservasi yang dilakukan UPT KKP terus berlangsung setiap bulan agar terpantau kondisi lapangan, seperti bersih pantai, patrol laut, dan sosialisasi ke masyarakat sekitar.

4.2 Kendala dan Saran

4.2.1 Kendala

Adapun kendala yang dihadapi mahasiswa ketika melakukan Praktik Kerja Magang (PKM) di UPT Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Bali adalah sebagai berikut:

1. Terkendala dalam sarana dan prasarana yang sangat minim, seperti set scuba dive, alat keselamatan penyelaman, dan alat untuk kegiatan monitoring ekosistem perairan.

(36)

3. Kurangnya pegawai UPT KKP khususnya yang fokus bergelut di bidang perikanan dan kelautan, serta pelatihan secara mendasar dalam kegiatan penyelaman maupun patrol laut.

4.2.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya diberikan dalam Praktik Kerja Magang (PKM) di UPT Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida, Bali adalah sebagai berikut:

1. Sarana dan Prasarana yang telah ada harus terus dikembangkan dan dirawat lagi terutama untuk Prasarana agar kinerja mendampingi tamu dari luar atau peserta magang dapat memuaskan.

2. Referensi terkait data yang ada di website resmi maupun secara tertulis harus lebih diperbanyak agar memudahkan dalam penyelesaian laporan atau bisa menjadi data pembanding dari UPT lain.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Dean, Angela. 2012. Coral Reef and Climate Change. Workbook – field and classroom activites. Coral Watch. University of Queenslad: Australia

GoBlue. 2015. www.goblue.or.id . Laporan Coral Bleaching (Pemutihan Karang) 2010 di Indonesia. Diakses pada tanggal 2 Maret 2016 pukul 16.00 WIB Nybakken, JW. 1992. Biologi laut: suatu pendekatan ekologis. Diterjemahkan

oleh Eidman HM, Koesoebiono, Bengen DG, Hutomo M, Sukardjo S. 1992. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Piquero, Alfonsos S., et al. 2015. Coral Lifeform Structure in Selected Marine Protected Areas in Southern Sebu, Philippines. Tropical Technology Journal Volume 19, Issue 1, Article 2.

Rosi, Fahror., Insafitri., Effendy. 2016. Persentase Tutupan Dan Tipe Life Form Terumbu Karang Di Pulau Mandangin Kabupaten Sampang. Universitas Trunojoyo: Madura.

Simarangkir, Omega Raya. 2015. Pemulihan Komunitas Karang Keras Pasca Pemutihan Karang di Amed Bali. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Vol.

(38)

LAMPIRAN

(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 13 Fenomena Bleaching Soft Coral di Stasiun 1

(44)

Gambar 15 Fenomena Dead Coral di Stasiun 4

(45)

Gambar 17 Fenomena Bleaching Branching Coral di Stasiun 3

(46)

Gambar 19 Pengambilan Data Karang di Stasiun 3

Gambar

Gambar 1 Peta Lokasi Pengambilan Data
Tabel 2 Alat Praktik Kerja Magang
Tabel 3 Bahan Praktik Kerja Magang
Gambar 2 Struktur Lembaga Pengelola
+7

Referensi

Dokumen terkait

Prestasi akademik siswa akan tercatat di rapor yang akan ditunjukan kepada orang tuanya. Tentunya semua siswa tidak menginginkan prestasi akademik mereka menurun. Untuk itu semua

Tes Kesegaran Jasmani Indonesia adalah bagian dari pembinaan fisik atau salah satu bentuk alat ukur untuk mengukur, mengetahui, dan menentukan tingkat kesegaran jasmani siswa,

Pemanfaatan surfaktan jenis ini pada beberapa produk adalah karena metil ester sulfonat memperlihatkan karakteristik dispersi yang baik, sifat deterjensi yang baik terutama pada

dipantau dengan ketat untuk kemungkinan perdarahan (Bahiyatun, 2009; h.115). Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul Asuhan Kebidanan

Penelitian lain dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah, menunjukkan pengetahuan mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian malaria (p

Bilamana posisi perusahaan cukup kuat, maka perusahaan lebih dapat memaksakan penjualan secara tunai, sehingga akan memperbesar angka penerimaan kas, sebaliknya posisi perusahaan

ini ditujukan untuk memetakan fenomena yang terjadi dimasyarakat dalam memperlakukan ruang sesuai dengan aspek teks (dalam arti mencari fenomena faktor pembentuk

Dalam penelitian ini akan dilakukan pemodelan analitik dari perpindahan panas konveksi pada teras reaktor nuklir berbahan bakar silinder dengan susunan sub buluh segi enam