• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembiakan Tanaman Secara Vegetatif denga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pembiakan Tanaman Secara Vegetatif denga"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBIAKAN TANAMAN

ACARA 1

PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN CARA MERUNDUK (LAYERAGE) DAN MENCANGKOK (AIR LAYERAGE)

TRIA PITOYO 131510501162

GOLONGAN F / KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

BAB 1. PENDAHULUAN Tanaman dapat menyediakan kebutuhan bahan pokok mulai dari sandang, pangan, dan papan. Tanaman adalah makhluk hidup yang tentunya berkembang biak, secara alami akan melakukan pembiakan baik secara generatif maupun vegetatif.

Pembiakan tanaman dapat terjadi secara alami terutama pembiakan secara generatif, akan tetapi untuk pembiakan secara vegetatif akan lebih efisien bila dilakukan dengan bantuan manusia sehingga dapat memperoleh hasil yang sesuai dengan keinginan baik dalam jumlah atau kualitas yang diharapkan sebaik induknya. Pada dasarnya pembiakan secara vegetative merupakan pembiakan yang tidak mempertemukan sel jantan serta sel betina seperti pada pembiakan secara generatif. Pembiakan secara vegetatif sangat banyak macamnya salah satunya dengan cara layerage. Pembiakan dengan cara ini ada dua macam yaitu mencangkok (air layerage) dan merunduk (layerage).

(3)

Pembiakan tanaman tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak memenuhi syarat. Syarat dari pencangkokan diantaranya adalah harus mempunyai batang yang besar dengan diameter yang cukup. Ini bertujuan agar yang menjadi batang nantinya mempunyai daya sokong yang tinggi untuk pertumbuhan, serta nantinya bila hasil pencangkokan telah mengeluarkan akar maka tanaman tersebut mempunyai batang yang baik.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan mempelajari cara mencangkok dan merunduk. 2. Mengetahui pertumbuhan akar cangkokan dan rundukan.

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pembiakan tanaman bertujuan untuk memperbanyak bibit dengan waktu yang relatif lebih cepat dengan kualitas sebaik induknya. Menurut Putri dan Sudianta (2009), perbanyakan secara generatif melalui biji memerlukan waktu yang relatif lebih lama dan seringkali tanaman tersebut sulit/tidak menghasilkan biji. Perbanyakan secara vegetatif relatif lebih mudah untuk dilakukan bila dibandingkan secara generatif. Kelebihan perbanyakan secara vegetatif antara lain tanaman baru yang dihasilkan sama dengan tanaman induk, memiliki umur yang seragam, tahan terhadap penyakit dan dalam waktu yang relatif singkat dapat dihasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan stek, yaitu pemotongan/pemisahan bagian tumbuhan agar bagian tanaman tersebut membentuk akar dan menjadi individu baru. Pembiakan vegetatif dengan cara layerage ada dua yaitu merunduk dan mencangkok.

Banyak cara yang bisa dilakukan dalam perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan tanaman yang biasa dilakukan adalah dengan cara cangkok. Pencangkokan dilakukan dengan langkah pertama menguliti bagian batang yang diinginkan, diusahakan batang yang digunakan tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Cara perbanyakan dengan pencangkokan dapat digunakan untuk menyediakan dan memperbanyak bahan tanam dalam jumlah yang lebih besar dari perbanyakan yang tidak menggunakan cangkok, dan hasil pebanyakan tersebut digunakan untuk pembibitan ( Pribadi, 2011).

2.1 Pembiakan Vegetatif dengan Cara Merunduk (Layerage)

(5)

Sugianto dan Hanim (2009) menjelaskan bahwa keberhasilan perundukan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain hubungan spesies antara batang atas dan batang bawah, teknik penyambungan, faktor lingkungan, serta serangan hama dan penyakit. Faktor lingkungan yang berpengaruh pada penyambungan diantaranya media tanam dan ketersediaan hara bagi tanaman. Media tanam berfungsi untuk menopang bibit, menyimpan dan menyediakan air, serta memberikan unsur hara bagi bibit. Media tanam yang baik adalah gembur, aerasi baik, porositas tinggi, mampu menahan air dan menyediakannya bagi tanaman, dan mampu menyediakan unsur hara.

Zinga (2013) menjelaskan bahwa pengaruh agroklimat zona diuji pada kelimpahan whitefly (asumsi Poisson distribusi), kehadiran hama arthropoda, kejadian penyakit dan distribusi tanaman tergantung pada skor keparahan (dengan asumsi distribusi binomial), menggunakan Model Generalized Linear dengan kemungkinan uji rasio (uji Chi-square). Tes perbandingan berpasangan digununakan berdasarkan Chi-squared untuk membandingkan kejadian global hama dan penyakit, dan persentase tanaman gejala terinfeksi dengan memotong antara zona agroklimat. Pengujian perbedaan antara zona agroklimat di proporsi sampel yang terinfeksi oleh ACMV, berdasarkan EACMV-UG dan oleh kedua virus.. Arti penting dari perbedaan antara keparahan ditentukan menggunakan non-parametrik.

2.1 Pembiakan Vegetatif dengan Cara Mencangkok (Air Layerage)

(6)

kelangsungan hidup cabang dan bibit juga tergantung pada kualitas media tumbuh. Ada banyak media tanam komersial yang digunakan untuk meningkatkan bibit dan cabang, tetapi banyak yang mahal dan tidak tersedia secara lokal. Ada kebutuhan untuk membangun media tanam biaya yang sesuai dan rendah untuk memastikan bahwa bibit pohon bisa mencapai ukuran yang cocok untuk melapis dalam waktu satu tahun. Mengubah media tanam dengan pupuk dapat mempromosikan bibit dan bercabang pertumbuhan, pembentukan dan kelangsungan hidup (Ahmad et al., 2014)

Menurut Purnomosidhi dkk. (2007), mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang pertumbuhan perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Cara merangsang pertumbuhan akar dapat dilakukan dengan mengupas kuliit luas cabang dan selanjutnya cabang yang terkupas diberi media tanah. Prastowo (2006) menjelaskan bahwa tehnik ini relatif sudah lama dikenal oleh petani dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada cara mencangkok akar tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Keuntungan pembibitan dengan sistem cangkok: produksi dan kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya, tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi atau di pematang kolam ikan. Kerugian pembibitan dengan sistem cangkok: pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering, tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang, pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong, dalam satu pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini.

(7)

kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman induknya, dan tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak ai tanahnya tinggi atau pematang kolam ikan (Affianto, dkk, 2011).

Langkah-langkah perbanyakan dengan cara cangkok menurut Osterc dan Stampar (2011) adalah sebagai berikut:memiilih pohon induk sesuai dengan sifat-sifat yang dikehendaki, memilihlah cabang pada pohon induk yang memenuhi persyaratan pada bagian a, mengupaslah kulit cabang pada salah satu buku selebar kira-kira 4 cm, membersihkanlah kambium yang terdapat pada cabang yang telah dikupas, dan keringkanlah selama 1 hari, untuk tanaman yang bergetah keringkanlah 3-4 hari, membuatlah media berupa campuran pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 1: 2, menempelkanlah media pada cabang yang telah dikupas dan bungkuslah dengan sabut kelapa atau plastik, mengikat kedua ujung bungkusan dengan tali, menyiiramlah cangkokan secara teratur, menunggu sampai akar berkembang, memotong cangkokan di bawah bungkusan bila akar sudah banyak.

Slip (bagian yang dapat dicangkok) adalah tunas yang tumbuh pada tangkai buah, terletak berdekatan sekali dengan bagian bawah buah, biasanya tumbuh dengan berdaun lebat hanya kematangan hasilnya tidak merata. Sucker adalah tunas yang tumbuh pada bagian batang, pertumbuhan selanjutnya tampak berdaun banyak dan hasilnya agak tinggi akan tetapi kematangannya tidak merata dan dalam peneanaman cukup sukar (Ardisela, 2010).

(8)
(9)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pembiakan Tanaman Pembiakan Vegetatif dengan Cara Merunduk (Layerage) dan Mencangkok (Air Layerage) dilaksanakan pada tanggal 26 September 2014 bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Jember pukul 13.00 WIB.

3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan

1. Tanaman yang akan di stek 2. Tanaman yang akan di rundukkan 3. Serabut kelapa

4. Pupuk kompos dan tanah

3.2.2 Alat 1. Tali rafia 2. Plastik gelap

3. Botol semprot (hand sprayer) 4. Kantong kresek

5. Pengait

6. Pisau tajam (cutter) baru 7. Timba/sprayer

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Mencangkok (Air Layerage)

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.

(10)

4. Memberi media pada bagian yang luka secukupnya dengan pupuk kompos dan tanah, kemudian ditutup dengan serabut kelapa plastik.

5. Menjaga kelembaban media dengan cara menyiram air.

3.3.2 Merunduk (Layerage)

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Memilih batang dan cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Memilih batang tanaman yang dapat dirundukkan ke dalam tanah dan tidak patah. 3. Menyayat/menghilangkan kulit dan kambium pada batang atau cabang pada bagian ujung tanaman tersebut sepanjang + 10 cm.

4. Memberikan media tanam yang dibenamkan ke dalam tanah dan kompos sedalam 3-5 cm.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Affianto, A., S. Danarto., I. Bantara., N.J. Adi., dan R. Sanyoto. 2011. Teknik Persemaian dan Perbanyakan tanaman (Vegetatif & Generatif). Indonesian Forestry and Governence Institute: Yogyakarta.

Ahmad, S., F. Wahid, M. Sajid, I. Hussain, S. Ahmed, N, Ahmad, K.Zeb, A. A. Awan, dan N. Ahmed. 2014. Propagation of Olive Cultivars through Air Layerage. Agriculture and Veteriany Science, 7(2): 121-125

Ardisela, D. 2010. Pengaruh Dosis Rootone-F TerhadapPertumbuhan Crown Tanaman Nenas (Ananas comosus). Agribisnis dan Pengembangan Wilayah,1(2): 58-62.

Osterc, G., dan F. Stampar. 2011. Difference in Endo/Eogenous Auxsin Profile in Cuttings of Different Physiological Ages. Plant Physiology, 168: 2088-2092.

Prastowo, N. H., J. M. Roshetko, G. E. S. Maurung, E. Nugraha, J. M. Tukan, F. Harum. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock Internasional.

Pribadi, A. Illa Anggraeni. 2011. Pengaruh Temperatur dan Kelembaban Terhadap Tingkat Kerusakan Daun Jabon (Anthocephalus cadamba) Oleh Artrochista hilaralis. Penelitian Hutan Tanaman, 8(1): 1- 7.

Purnomosidhi, P., Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman. 2007. Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan: Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Sawo. Bogor: ICRAF.

Putri, D. M. S. dan I. N. Sudianta. 2009. Aplikasi Penggunaan ZPT pada Perbanyakan Rhododendron javanicum Benn. (Batukau, Bali) Secara Vegetatif (Setek Pucuk). Biologi, 13(1): 17-20.

Sugianto dan H. Hanim. 2009. Pengaruh Kompisisi Media Pembibit dan Dosis Pupuk NPK pada Pertumbuhan Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) dengan Penyambungan. Agrotropika, 14(2): 43-48.

(12)

Upadhya, B. Baral, D, B. Gautam, D. M. Shresta, S. M. 2014. Influence of Rootstock Age and Pre-Defoliation of Scion on the Success of Epicotyl Grafting of Mango. Reseach, 1(7):172-182.

(13)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

(14)

yang tidak mempertemukan sel jantan serta sel betina seperti pada pembiakan secara generatif. Pembiakan secara vegetatif sangat banyak macamnya salah satunya dengan cara layerage. Pembiakan dengan cara ini ada dua macam yaitu mencangkok (air layerage) dan merunduk (layerage).

Menurut Purnomosidhi dkk. (2007), mencangkok adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang pertumbuhan perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru. Sedangan rundukan atau layerage merupakan perbanyakan dengan cara membenamkan tanaman tersebut kedalam tanah dengan cara dilengkungkan. Ada hal yang harus diingat dengan proses tersebut bahwasannya tanaman yang bisa seperti itu adalah tanaman dengan perakaran yang lentur dan mudah dibengkokkan. Biasanya tanaman yang akan dibenamkan dilukai terlebih dahulu agar menstimulus akan terbentuk akar yang baru sebelum di pisahkan dari tanaman induknya.

Kegiatan mencangkok dan merunduk tidak seterusnya akan lancar memunculkan akar tanaman. Ada beberapa hal yang mempengaruhi leberhasilan dari mencangkok maupun merunduk, antara lain keberadaan gangguan oleh hama dan gulma, temperetur, kelembaban, pH, curah hujan, iklim, dan lain-lain. Kelembaban sangat perlu diperhatikan karena rendah tingginya kelembaban akan berpengaruh terhadap hal-hal lain yang akhirnya mengganggu aktifitas tanaman. Saat membuat media tanam juga perlu memperhatikan kelembabannya. Kelembaban pada media tanam yang terlalu tinggi akan membuat media tanam dapat terserang jamur atau malah membuat batang busuk. Kelembaban juga dapat memunculkan masalah yang berkaitan dengan munculnya hama. Pada kondisi kelembaban rendah, tanaman akan lebih mudah terserang OPT, sehingga pertumbuan tanaman perundukan terganggu (Pribadi dan Anggraini, 2011).

(15)
(16)

merusak akar muda yang akan tumbuh, sedangkan serabut kelapa digunakan agar cangkokan dapat mendapatkan oksigen dengan baik, sehingga akan memberikan pengaruh positif pada cangkokan. Pembungkusan menggunakan plastik harus dilakukan dalam dua kali ulangan dengan arah berbeda. Setelah pembungkusan media cangkokan dilakukan dengan benar. Pembungkus harus segera diikat dengan erat. Biasanya pengikatan menggunakan tali rafia atau sejenisnya. Khusus untuk cangkokan yang telah dibungkus dengan plastik hitam, harus diberi perlakuan tambahan dengan membarikan ruang udara pada plastik pembungkus atau mudahnya cangkokan yang terbungkus plastik hitam harus ditusuk-tusuk hingga terdapat lubang yang akan berguna sebagai lubang udara untuk udara yang keluar dan masuk serta masuknya air dan keluarnya akar saat tumbuh. Setelah itu, cangkokan harus segera disiram untuk menjaga kelembaban dan memberikan pelarut untuk hara dialam cangkokan. Persyaratan yang tidak boleh ditinggalkan adalah pembuatan cangkok dalam jumlah banyak tidak boleh dilakukan pada satu pohon sekaligus, karena dapat mengganggu pertumbuhan pohon bahkan resiko terburuknya dapat merusak dan membuata pohon mati.

(17)

Pemilihan tanaman hampir serupa dengan pemilihan tanaman pada teknik mencangkok, tetapi ada tambahan pada pemilihan tanaman. Bagian tanaman yang dapat dirundukkan bukan hanya batang melainkan juga akar. Untuk cabang, cabang yang dipilih harus dapat dibengkokkan kebawah menyentuh tanah. Cabang tanaman yang dipilih juga jangan yang terlalu tua dan jangan terlalu muda, agar dalam pengelupasan kulit dan penghilangan kambium tidak mengalami kesulitan. Jika pada akar hanya dapat diterapkan pada akar udara atau akar yang terdapat dipermukaan tanah. Panjang pengelupasan kulit harus disesuaikan dengan diameter batang atau akar. Panjang pengelupasannya dapat dikira-kira dengan memperhatikan kekuatan batang atau akar yang akan dirundukkan. Semua hal tadi harus diperhatikan agar keberhasilan perundukan dapat tinggi. Pembuatan media tanama juga sama dengan pembuatan media pada teknik cangkok, tetapi dikarenakan teknik merunduk ini menggunakan media tanam, jadi media tanam diletakkan pada polibag berlainan sebagai cara untuk mempermudah pemisahan tanaman baru hasil perundukan. Cabang atau akar yang telah dikelupas dan dihilangkan kambiumnya diberi ZPT untuk merangsang tumbuhnya akar. Kemudian batang atau akar segera dirundukkan dengan kedalaman pananaman 3 – 5 cm, untuk menjaga batang atau akar agar tetap berada didalam tanah, batanag atau akar harus di beri penahan berupa pengait dan kemudian dipendam dengan media tanam hingga batang atau akar yang dilukai dapat tertutupi oleh tanah. Setelah akar tumbuh potong batang yang berada pangkal atau belakang akar perundukan. Waktu pemotongan akan berpengaruh pada kecapatan berbunga pada tanaman hasil perundukan. Tanaman yang dipotong 5 minggu setelah tanam akan lebih cepat melakukan pembungaan dibandingkan dengan pemotongan 8 minggu setelah tanam (Prastowo dkk, 2006).

(18)

akar dan panjang akar. Pada tanaman durian yang dibungkus dengan serabut kelapa tidak ada yang tumbuh akar namun pada ulangan ke-1 dan ke-2 tumbuh kalus, sedangkan pada perlakuan dibungkus plasstik gelap tidak ada yang tumbuh kalus akan tetapi semua ulangan ditumbuhi dengan kalus. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman durian yang dibungkus dengan plastik gelap lebih cepat menghasilkan kalus dibandingkan dengan menggunakan serabut kelapa. Semua perlakuan tidak tumbuh akar karena waktu satu bulan masih kurang untuk tanaman durian yang memang pertumbuhan akarnya kurang cepat dibanding jenis tanaman lain seperti jambu, mangga, dsb.

Pada praktikum perundukan tanaman melati dilakukan dengan dua perlakuan yaitu media tanam hanya tanah tanpa campuran apapun dan tanah yang dicampur dengan kompos. Setiap perlakuan tersebut dilakukan maasing-masing 3 ulangan. Parameter pengamatan yang digunakan adalah banyaknya akar yang muncul dari batang yang dirundukkan dan panjang akar yang tumbuh. Pada perlakuan tanah ulangan ke 3 tumbuh akar sebanyak 4 dan panjang akarnya 2,4 sedangkan ulangan 1 dan 2 tidak tumbuh akar. Perlakuan media tanam tanah yang dicampuri kompos tidak menghasilkan akar namun pada ulangan 1 menghasilkan kalus.

(19)
(20)

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Mencangkok atau air layerage adalah suatu teknik perbanyakan tanaman dengan cara merangsang pertumbuhan perakaran pada cabang pohon sehingga dapat ditanam sebagai tanaman baru.

2. Rundukan atau layerage merupakan perbanyakan dengan cara membenamkan tanaman tersebut kedalam tanah dengan cara dilengkungkan.

3. Pada praktikum ini perlakuan tanah dan kompos dengan penutup plastik gelap lebih baik dibanding dengan serabut kelapa.

5.2 Saran

Gambar

Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Layerage

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengatasinya, maka dicoba pembuatan bibit dengan cara setek, tetapi bahan induk yang digunakan adalah berasal dari tanaman unggul hasil kultur jaringan.. Teknik perbanyakan

Dari ketiga metode yang perbanyakan tanaman pasak bumi, perbanyakan secara generatif dengan cabutan alam memberikan rerata hasil lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Biji

Teknologi pencacahan daun pada anggrek phaleonopsis merupakan teknologi perbanyakan secara vegetatif yang dapat membantu dalam perbanyakan tanaman hias anggrek,

Teknologi pencacahan daun pada anggrek phaleonopsis merupakan teknologi perbanyakan secara vegetatif yang dapat membantu dalam perbanyakan tanaman hias anggrek,

Berikut ini adalah contoh format penilaian produk menurut Kunandar (2014, h. 308) Langkah-langkah penilaian kompetensi keterampilan dengan menggunakan penilaian

Untuk mengatasinya, maka dicoba pembuatan bibit dengan cara setek, tetapi bahan induk yang digunakan adalah berasal dari tanaman unggul hasil kultur jaringan.. Teknik perbanyakan

Robert J. Clements melihat sastra bandingan sebagai disiplin akademis yang memiliki pendekatan yang mencakup aspek (1) tema, (2) jenis/bentuk, (3) gerakan/trend, (4) keterhubungan sastra dengan disiplin dan media seni lain, dan (5) sejarah teori sastra. Obyek (1), (2), (3) dan (5) sebenarnya merupakan wilayah sastra. Teori-teori sastra dapat dimanfaatkan, terutama teori struktural, formalisme, semiotik, untuk membandingkan beberapa karya sastra. Yang diharapkan, kelak dapat menyusun pula sejarah sastra, kritik sastra, dan teori baru tentang sastra. Adapun obyek (4) merupakan analisis yang terkait dengan interdisipliner sastra. Bangunan teoritik yang dikehendaki merupakan studi sastra dalam multidisiplin. Sastra bandingan adalah studi sastra yang memiliki perbedaan bahasa dan asal negara dengan suatu tujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan dan pengaruhnya antara karya yang satu terhadap karya yang lain, serta ciri-ciri yang dimilikinya (dalam Endraswara, 2011: 192). Pendapat ini lebih menekankan bahwa penelitian sastra bandingan harus berasal dari negara yang berbeda sehingga mempunyai bahasa yang berbeda pula. 3. Sapardi Djoko Damono Menurut Damono (2009:1) sastra bandingan adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori tersendiri. Boleh dikatakan teori apapun bisa dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan juga disebut sebagai studi dan kajian. Dalam langkah-langkah yang dilakukannya, metode perbandinganlah yang utama. Lanjut Damono (2009:1) perbandingan yang sebenarnya merupakan salah satu metode juga selalu dilaksanakan dalam penelitian seperti halnya memberikan dan menguraikan, tetapi dalam sastra bandingan metode itu merupakan langkah utama. Jadi menurut Damono, sastra bandingan bukan hanya sekedar mempertentangkan dua sastra dari dua negara atau bangsa. Sastra bandingan juga tidak terpatok pada karya-karya besar walaupun kajian sastra bandingan sering kali berkenaan dengan penulis-penulis ternama yang mewakili suatu zaman. Kajian penulis baru yang belum mendapat pengakuan dunia pun dapat digolongkan dalam sastra bandingan. Batasan sastra bandingan tersebut menunjukkan bahwa perbandingan tidak hanya terbatas pada sastra antarbangsa, tetapi juga sesama bangsa sendiri, misalnya antarpengarang, antargenetik, antarzaman, antarbentuk, dan