PEMBIAKAN VEGETATIF (Laporan Praktikum Silvikultur)
Oleh
Syari Mela Simanjuntak 2114151033 Kelompok 4
JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sejak berabad-abad yang lalu petani melalui berbagai usaha taninya berupaya meningkatkan produktivitas lahannya dengan cara memilih jenis tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan. Sejak itu mereka telah menyadari bahwa ada perbedaan sifat keunggulan antara satu varietas tanaman dengan varietas lainnya. Perbedaaan sifat itu terjadi terutama pada tanaman yang dihasilkan secara seksual melalui biji yang dikenal dengan perbanyakan secara generatif. Perbanyakan generatif ini dianggap kurang optimal dengan harapan para petani yang ingin mendapatkan hasil pertanian yang banyak dan melimpah dari hasil pertanian mereka (Rosmalah, 2022).
Selanjutnya para ahli berusaha menemukan cara perbanyakan tanaman untuk menghasilkan tanaman yang sifat keunggulannya sama dengan sifat induknya.
Mereka merekomendasikan perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan cara menggunakan bagian vegetatif tanaman misalnya batang, akar, daun untuk menghasilkan tanaman baru. Beberapa cara perbanyakan vegetatif misalnya penambungan (grafting), okulasi (budding), setek (cutting), cangkok (layering) dan dengan berkembangnya teknologi kultur jaringan, telah ditemukan perbanyakan tanaman secara micropropagation melalui teknik kultur jaringan dan yang paling terakhir adalah teknik somatic embryogenesis (Rosmalah, 2022).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif memiliki beberapa keunggulan.
Keunggulan dengan perbanyakan generatif ini antara lain sifat tanaman yang dihasilkan persis sama dengan sifat induknya, dapat menghasilkan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu yang relative singkat. Sifat keunggulan yang ingin dikembangkan hanya diambil dari batang atas sedangkan batang bawah tidak
disarankan sebagai keturunan tumbuh. Batang bawah seperti namanya, hanya menyediakan akar dan bagian pendek dari batang (Kurniawan et al., 2021).
Teknik perbanyakan vegetatif yang paling banyak dilakukan para petani terutama pada tanaman perkebunan dan hortikultura adalah grafting (sambung) dan okulasi (tempel). Kedua teknik ini selain mudah dilakukan, juga bahan-bahan yang digunakan mudah didapat dan harganya murah. Selain itu kedua teknik ini dapat dilakukan dalam bebagai bentuk variasi tergantung jenis tanamannya, kondisi batang atas dan batang bawah, serta kondisi lingkungan dimana teknik perbanyakan tanaman tersebut dilakukan (Roslinda et al., 2022). Dalam praktikum kali ini, praktikan akan mempelajari beberapa pembiakan praktikum yang akan dipraktikkan secara langsung yaitu tekhnik setek, okulasi, cangkok, menganggur, sambung, dan kultur jaringan.
I.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa mengetahui cara-cara perkecambahan benih 2. Agar mahasiswa mengetahui persen dan daya kecambah
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknik Setek
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Tujuannya menggabungkan dua sifat baik pada tumbuhan sehingga didapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat lebih baik dari tanaman induk (Renvillia et al., 2016).
Santoso et al (2016) menjelaskan macam-macam setek, yaitu:
Setek batang, yaitu setek yang dilakukan dengan cara memotong batang tumbuhan yang akan dikembangbiakan kemudian menanamnya di dalam tanah. contoh: ketela pohon, tebu, sirih
Setek daun, yaitu mengambil bagian daun lalu menanamkannya pada media tanam. Umumnya dilakukan pada tanaman hias, biasanya yang daun nya bewarna hijau, caranya mudah, cukup meletakan daun di tanah dan kemudian akan membentuk tunas. Tunas dapat dipisahkan dari induknya dan membentuk tanaman baru. Contoh: cocor bebek, begonia, sansivera, kaktus, lidah buaya.
Setek akar, yaitu prose mengambil bagian akar lalu menanamkannya pada media tanam. Contoh: cemara dan sonokeling.
2.2 Teknik Menempel/Okulasi
Tempel atau okulasi adalah cara pembudidayakan tanaman dengan menempelkan tunas dari satu tumbuhan ke batang tumbuhan lain. Tunas dan batang itu dapat tumbuh menjadi tanaman yang mempunyai sifat lebih baik dari tanaman induk. berguna untuk menghasilkan tanaman yang lebih baik mutunya
danmenggabungkan dua tumbuhan berbeda sifatnya. Nantinya, akan dihasilkan tumbuhan yang memiliki dua jenis buah atau bunga yang berbeda sifat (Mutakin, 2020).
Namum demikian, Teknik tempel/okulasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan perbanyakan tanaman dengan menggunakan cara okulasi menurut Simatupang (2019) yaitu:
Dapat diperoleh tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi.
Ada beberapa warna di satu pohon.
Tanaman memiliki sifat yang baru.
Pertumbuhan tanaman yang seragam.
Penyiapan benih relatif singkat.
Kelemahan dari perbanyakan dengan cara okulasi (Simatupang, 2019):
Terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas
Perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini.
Bila salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan kegiatan okulasi akan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
2.3 Teknik Cangkok
Mencangkok merupakan salah satu teknik perbanyakan vegetatif dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Cangkok adalah cara perkembangbiakan pada tumbuhan dengan menanam batang atau dahan. Tanaman yang dapat dicangkok adalah tanaman yang mempunyai batang kayu dan berkambium, seperti jambu, rambutan, dan mangga (Prameswari, 2014).
Keuntungan mencangkok (Prameswari, 2014) antara lain:
Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji
Tumbuhan yang dicangkok memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk.
Produksi dan kualitas akan persis sama dengan tanaman induknya.
Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya tinggi
Kerugian mencangkok (Prameswari, 2014) antara lain:
Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering.
Tanaman mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar tunggang.
Pohon induk tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong.
Dalam satu pohon induk hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini
2.4 Teknik Menyambung
Mengenten/menyambung adalah perkembangbiakan buatan yang biasanya dilakukan pada tumbuhan sejenis buah-buahan atau ketela pohon, demi
mendapatkan kualitas buat yang baik. Mengenten atau menyambung adalah menggabungkan batang bawah dan batang atas dua tanaman yang sejenis. Tujuan menyambung adalah menggabungkan sifatsifat unggul dari dua tanaman,
sehingga diperoleh satu tanaman yang memiliki sifatsifat unggul (Lin, 2021).
Keuntungan Mengenten (Lin, 2021) yaitu:
Tanaman dapat berproduksi lebih cepat
Hasil produksi dapat sesuai dengan keinginan tergantung batang atas yang digunakan.
Kerugian mengenten (Lin, 2021) yaitu:
Pada saat mengenten, ukuran kedua batang harus sama, karena kambium pada kedua batang harus bertemu dengan tepat. Bila tidak, proses
mengenten akan gagal.
Jenis pohon yang bisa disambung jumlahnya terbatas, karena harus pohon yang sekeluarga
2.5 Teknik Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan metode guna mengisolasi salah satu bagian dari tanaman seperti sekelompok sel ataupun jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, yang dapat menyebabkan bagian tanaman tersebut untuk memperbanyak diri tumbuh menjadi sebuah tanaman yang lengkap kembali.
Adanya teknik kultur jaringan menjadi salah satu cara untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif. Pengertian kultur jaringan ialah teknik memperbanyak tanaman dengan menggunakan cara isolasi salah satu bagian tanaman seperti daun, mata tunas, dan untuk menumbuhkan bagian-bagian tersebut ke dalam media buatan secara aseptik dimana kaya akan nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah yang tertutup yang dapat tembus cahaya sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri serta bergenerasi menjadi sebuah tanaman lengkap (Ziraluo, 2021).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum Silvikultur dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 28 Februari 2023 pukul 15.00-17.50 WIB di Lab. Silvikultur, Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3.2 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah lup, bak perkecambahan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Benih Akasia carva yang sudah distrarifikasi, pasir, tissu, dan air biasa.
3.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Siapkan media campuran pasir dan tanah dalam bak perkecambahan 2. Seleksi benih yang baik dan seragam
3. Siramlah benih akasia dengan air panas sehingga benih terendam dan biarkan dingin, kemudian rendamlah selama 24 jam
4. Rendamlah biji akasia dengan air hangat selama 24 jam.
5. Taburkan 100 butir benih akasia yang sudah diskarifikasi pada media pasir dan tanah, kemudian taburkan pasir halus di atasnya sehingga merata.
Siramlah media pasir dan tanah tersebut dengan air sampai merata. Jaga kelembaban media tersebut.
6. Amatilah proses perkecambahannya. Hitung berapa jumlah benih yang berkecambah dan yang tidak berkecambah. Apa sebabnya ada benih yang tidak berkecambah?
7. Hitung persen kecambah, daya kecambah dan hari berkecambah 8. Waktu yang diperlukan untuk percobaan ini adalah 30 hari
4.2 Pembahasan
Perkecambahan atau germinasi (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel- sel embrio membesar) dan biji melunak (Sari et al., 2017).
Biji akasia berwarna hitam mengkilap dengan bentuk bervariasi, seperti longitudinal, elips, oval, hingga lonjong dengan ukuran 3-5 x 2-3 mm. Biji akasia melekat pada polong dengan tangkai yang berwarna oranye kemerahan. Untuk memutuskan masa dormansinya, biji akasia carva disiram dengan air panas sehingga benih terendam dan biarkan dingin kemudian direndam selama 24 jam.
Setelah direndam kemudian 100 butir benih akasia yang sudah diskarifikasi ditaburkan pada media pasir dan tanah, lalu pasir halus ditaburkan diatasnya sehingga merata. Media pasir dan tanah tersebut disiram dengan hati-hati agar tidak merusak benih. Selama proses perkecambahan, praktikan harus selalu menjaga proses perkecambahan dari gangguan dalam maupun gangguan luar.
Hasil dari perngamatan pada praktikum yang telah dilakukan yaitu jumlah benih yang berekecambah pada hari ke-1 berjumlah 100 (seratus) biji , hari ke-6 berjumlah 100 (seratus) biji, pada hari ke-8 berjumlah 98 (sembilan puluh delapan) biji, hari ke-10 berjumlah 96 (sembilan puluh enam) biji, hari ke-12 berjumlah 98 (sembilan puluh delapan) biji, hari ke-14 sampai hari ke-30 berjumlah 95 (sembilan puluh lima) biji. Hasil tersebut menandakan bahwa benih perekecamabahan yang kami amati tumbuh dengan baik dengan presentase 95%
dengan kategori tinggi, faktor yang membuat perkecambahan tumbuh dengan baik adalah tingkat kelembapan pasir yang optimal, serta cukupnya sinar matahari karena cahaya matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan morfologi
tanaman karena cahaya matahari dibutuhkan untuk proses penyatuan CO2 dan air dalam pembentukan karbohidrat (Wimudi et al., 2021).
Faktor utama yang menentuksn nilai persentase daya kecambah adalah kadar air benih dari masing-masing media penyimpanan. Tingginya kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi menurunnya kualitas benih selama penyimpanan. Kecambah normal memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi tanaman normal bila ditumbuhkan pada tanah yang baik dan dibawah kondisi kelembaban suhu dan cahaya serta kadar air yang optimum. Pengujian daya berkecambah benih padi digunakan untuk mendeteksi parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau daya tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum (Sari et al., 2017).
Faktor yang mempengaruhi perkecamabahan yaitu factor internal dan eksternal. Faktor-faktor yang mempengaruhi dapat berasal dari dalam benih (faktor internal) dan dari luar benih (faktor eksternal). Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain adalah tingkat kemasakan benih, ukuran benih, bobot benih serta dormansi benih, jumlah cadangan makanan dan mineral, serta keseimbangan air dalam benih. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perkecambahan benih antara lain suhu, oksigen, cahaya (Tanjung et al., 2017).
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, bahwa akasia carva masuk kedalam tipe perkecambahan epigeal. Hal ini ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah). Plumula akan muncul keatas permukaan tanah. Hipokotil yang awalnya berbentuk sebuah loop kemudian memanjang dengan mengangkat kotiledon ke permukaan tanah. Kotiledon yang sudah naik ke permukaan tanah akan menjadi daun pertama yang diikuti dengan perkembangan plumula (Sari et al., 2017).
V. KESIMPULAN
Dari praktikum Perkecambahan Benih yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan seperti berikut:
1. Cara perkecambahan biji akasia yaiti dengan disiram air panas sehingga benih terendam dan biarkan dingin kemudian direndam selama 24 jam. Setelah direndam kemudian 100 butir benih akasia yang sudah diskarifikasi ditaburkan pada media pasir dan tanah, lalu pasir halus ditaburkan diatasnya sehingga merata. Media pasir dan tanah tersebut disiram dengan hati-hati agar tidak merusak benih. Selama proses perkecambahan, praktikan harus selalu menjaga proses perkecambahan dari gangguan dalam maupun gangguan luar.
2. Daya kecambah merupakan nilai yang menunjukkan jumlah biji yang berkecambah dengan persentase dari hasil pengamatan pembenihan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Sedangkan cara menghitung persen kecambah adalah Persen kecambah dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu jumlah benih yang berkecambah dibagi jumlah benih yang dikecambah dikali dengan 100. Hasil dari praktikum ini adalah didapatkan hasil 95% benih telah berhasil berkecambah.
DAFTAR PUSTAKA
Iin, M. N. 2021. Pengaruh lama perendaman dan konsentrasi asam sulfat (H2SO4) terhadap perkecambahan biji sengon laut (Paraserianthes falcataria) sebagai materi pembelajaran Biologi SMA Kelas XII untuk Mencapai Kurikulum 2013. Jurnal Pembelajaran dan Materi Sains Biologi. 2(1):
230-236.
Kurniawan, Y., Septariani, D. N., Adi, R. K., dan Poniman, P. 2021. Pembibitan Vegetatif Stek dan Cangkok Jambu Biji (Psidium guajava) untuk Metode Tanaman Buah dalam Pot. In Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS. 5(1): 473-479.
Mutakin, J. 2020. Daya Tumbuh Bibit Jeruk Keprok Perbanyakan Okulasi Menggunakan Jenis Batang Bawah dan Mata Tempel yang
Berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian. 2(1): 36-41.
Prameswari, Z. K., Trisnowati, S., dan Waluyo, S. 2014. Pengaruh macam media dan zat pengatur tumbuh terhadap keberhasilan cangkok sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen) pada musim penghujan. Vegetalika. 3(4), 107-118.
Renvillia, R., Bintoro, A., dan Riniarti, M. 2016. Penggunaan air kelapa untuk setek batang jati (Tectona grandis). Jurnal Sylva Lestari. 4(1): 61-68.
Roslinda, E., Diba, F., dan Prayogo, H. 2022. Pelatihan pembibitan secara generatif dan vegetatif bagi petani di Kelurahan Setapuk Besar, Kota Singkawang. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat. 8(2): 212- 219.
Rosmalah, S. 2022. Eksistensi Usahatani dan Keberdayaan Petani Ladang di Pulau Wawonii. Penerbit NEM. Jakarta.
Santoso, J., Fatimah, Y., Antralina, M., dan Aryati, D. 2016. Pertumbuhan setek sambung kina (Cinchona sp.) Klon QRC akibat perbedaan panjang setek batang atas. Jurnal Agro. 3(1): 1-9.
Simatupang, B. 2019. Pengaruh Jenis Klon Aplikasi Pupuk Pelengkap Cair Gandasil D terhadap Pertumbuhan Diameter Batang Bibit Okulasi Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg). Jurnal AgroSainTa: Widyaiswara Mandiri Membangun Bangsa. 3(1): 21-28.
Ziraluo, Y. P. B. 2021. Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea Batatas Poiret) Dengan Teknik Kultur Jaringan Atau Stek Planlet. Jurnal Inovasi Penelitian. 2(3): 1037-1046.
LAMPIRAN
Gambar 1. Proses Strarifikasi Benih Akasia
Gambar 2. Hasil Pada Hari ke-1
Gambar 3. Hasil Pada Hari ke-18
Gambar 4. Hasil Pada Hari ke-30