• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pembiakan Vegetatif pada Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW) Melalui Cutting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Pembiakan Vegetatif pada Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW) Melalui Cutting"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA KAYU KUKU

(

Pericopsis mooniana

THW) MELALUI

CUTTING

WULAN DWI AYUNING PUTRI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Pembiakan Vegetatif pada Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW) Melalui Cutting adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

WULAN DWI AYUNING PUTRI. Studi Pembiakan Vegetatif pada Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW) Melalui Cutting. Dibimbing oleh ANDI SUKENDRO.

Kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) merupakan salah satu jenis kayu mewah dengan penyebaran alami di wilayah Borneo dan Sulawesi. Perbanyakan tanaman melalui

cutting (stek) dilakukan sebagai alternatif budidaya jenis kayu kuku. Penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif perbanyakan tanaman kayu kuku melalui stek pucuk dan stek batang, mengetahui efektivitas stek pucuk dan stek batang sebagai teknik produksi bibit kayu kuku, serta mengetahui efektivitas zat pengatur tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) konsentrasi rendah, IBA konsentrasi tinggi, dan Rootone-F terhadap pertumbuhan akar stek kayu kuku. Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor bahan dan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT). Bahan yang digunakan yaitu pucuk dan batang, sedangkan ZPT yang digunakan yaitu IBA 0 ppm (kontrol), 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, dan Rootone-F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pucuk sebagai bahan stek lebih efektif dengan persentase hidup dan persentase berakar sebesar 70.48%. Pemberian IBA 60 ppm menghasilkan persentase hidup dan jumlah akar sekunder terbaik yaitu 66.67% dan 6. Persentase berakar stek hanya mencapai 40% pada batang. Pemberian IBA 60 ppm cenderung lebih efektif digunakan untuk pertumbuhan akar stek kayu kuku dibanding perlakuan lainnya.

Kata kunci: kayu kuku, stek, zat pengatur tumbuh

ABSTRACT

WULAN DWI AYUNING PUTRI. Study of Vegetative Propagation on Pericopsis

mooniana THW. with Cutting. Supervised by ANDI SUKENDRO.

Kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) is one of the vancy wood species which grow naturally in Bomeo and Sulawesi territory. The plants propagation through cutting has been done as the alternative of kayu kuku cultivation. This study aims to find the alternative of kayu kuku propagation through tip and stem cuttings, to discover the effectiveness of tip and stem cuttings as the techniques of kayu kuku seed production, and to discover the effectiveness of plant growth regulator IBA (Indole Butyric Acid) low concentration, IBA high concentration, and Rootone-F towards the growth of kayu kuku cutting’s root. Experimental design used on this study was Completely Randomized Desain with factorial including two factors, such as material and provision of plant growth regulator factors. The material used are bud and stem, meanwhile the PGRused are IBA 0 ppm (control), 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, and Rootone-F. The result of the study indicates that the utilization of tip as the cuttings material is more effective with the live and rooted percentage of 70.48% and 14.29%. The IBA provision of 60 ppm generates percentage of live and the optimum amount of secondary root of 66.67% and 6. Percentage of root is only on stem. The IBA provision of 60 ppm tends to be more effective to be used for the growth of kayu kukucutting’s root compared to other treatments.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Silvikultur

STUDI PEMBIAKAN VEGETATIF PADA KAYU KUKU

(

Pericopsis mooniana

THW) MELALUI

CUTTING

WULAN DWI AYUNING PUTRI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Studi Pembiakan Vegetatif pada Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW) Melalui Cutting

Nama : Wulan Dwi Ayuning Putri NIM : E44100041

Disetujui oleh

Ir Andi Sukendro MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini mengenai pembiakan vegetatif melalui stek, dengan judul Studi Pembiakan Vegetatif pada Kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) Melalui Cutting.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Andi Sukendro MSi selaku pembimbing, yang telah banyak memberi arahan dan saran selama penelitian berlangsung dan dalam penulisan skripsi ini, kepada Bapak Ir Edje Djamhuri selaku ketua sidang, Bapak Dr Ir Rachmad Hermawan MScF selaku dosen penguji, serta Bapak Dr Ir Prijanto Pamoengkas MScFtrop yang telah memberi masukan untuk penulisan skripsi ini. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Ir Husna MP yang sudah banyak membantu penelitian serta penulisan skripsi ini, kepada Bapak Priyanto SHut MSi, Rissa Rahmania, dan Tiara Adyantari yang telah membantu dalam pengolahan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta Ibu Wedar Dradjat Pudji Sri Wahyuti, Bapak Rudi Rasmedi, kakak Winda Rahayu Andini atas segala doa dan kasih sayangnya, Iqbal Setiawan, teman terdekat Netty, Alin, Irma, Dwi, Pebi, keluarga besar Silvikultur terutama Silvikultur 47 dan AGRIC IPB serta pihak lain yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian studi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

METODE 4

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Alat dan Bahan 4

Prosedur Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 11

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

(10)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan percobaan 5

2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh bahan stek dan pemberian ZPT terhadap beberapa parameter stek kayu kuku 8 3 Uji lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap persentase hidup

stek umur 60 HST 9

4 Uji lanjutan Duncan pengaruh pemberian ZPT terhadap persentase

hidup stek umur 60 HST 9

5 Persentase berakar stek kayu kuku umur 60 HST pada

masing-masing perlakuan 9

6 Uji lanjutan Duncan pengaruh pemberian ZPT terhadap jumlah akar

sekunder stek umur 60 HST 11

DAFTAR GAMBAR

1 Sungkup tampak depan (a) dan samping (b) 6

2 Bagian pangkal stek 7

3 Pemberian ZPT dengan cara direndam (a) dan dioles (b) 7 4 Grafik jumlah akar primer stek kayu kuku umur 60 HST 10 5 Grafik panjang akar primer stek kayu kuku umur 60 HST 10 6 Jamur yang tumbuh pada stek batang (a) dan menyerang stek pucuk

(b) 13

7 Pertumbuhan akar pada perlakuan IBA 60 ppm 13

8 Kebun pangkas setelah 60 hari pengamatan 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap

persentase hidup stek 16

2 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap

persentase berakar stek 16

3 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap

jumlah akar primer stek 16

4 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap

panjang akar primer stek 16

5 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap

Jumlah akar sekunder stek 17

6 Pengamatan suhu dan kelembaban udara di dalam sungkup stek kayu

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan ekosistem kompleks yang di dalamnya terdapat interaksi antar komponen-komponen yang masing-masing komponen tersebut bermanfaat untuk keberlangsungan hidup setiap makhluk. Salah satu manfaat langsung dari keberadaan hutan yaitu sebagai penghasil kayu yang dapat digunakan untuk bahan baku bangunan, perabot rumah tangga, dan bahan baku industri serta penghasil non kayu berupa getah dan buah.

Laju pertumbuhan penduduk yang terjadi sangat cepat mengakibatkan peningkatan kebutuhan lahan serta produk-produk dari hutan, salah satunya kebutuhan akan kayu. Data dari Badan Pusat Statisktik (BPS) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2010 sampai dengan 2015 diperkirakan mengalami peningkatan sebanyak 1,38 % dengan jumlah total penduduk pada tahun 2010 sebanyak 238,5 juta jiwa. Peningkatan permintaan kayu apabila tidak ditindaklanjuti dengan baik maka akan menyebabkan terjadinya penebangan liar. Jenis kayu yang banyak dijadikan permintaan yaitu jenis untuk kayu pertukangan.

Kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) merupakan salah satu jenis kayu mewah yang tersebar alami di wilayah Sulawesi dan Borneo. Lembaga International Union for Conservation of Nature (IUCN) menempatkan kayu kuku atau disebut juga nandu wood sebagai spesies flora yang statusnya rawan punah. Upaya budidaya perlu dilakukan untuk mempertahankan keberadaan jenis ini, salah satunya dengan pembiakan vegetatif melalui cutting (stek). Perbanyakan tanaman secara vegetatif ini diharapkan mampu menunjang program pemuliaan pohon.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mencari alternatif perbanyakan tanaman kayu kuku melalui stek pucuk dan stek batang.

2. Mengetahui efektivitas stek pucuk dan stek batang sebagai teknik produksi bibit kayu kuku.

3. Mengetahui efektivitas zat pengatur tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) konsentrasi rendah, IBA konsentrasi tinggi, dan Rootone-F terhadap pertumbuhan akar bibit kayu kuku.

Manfaat Penelitian

(12)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW)

Klasifikasi dari tanaman Kayu Kuku adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Spesies : Pericopsis mooniana THW

Pericopsis mooniana Thwaiters merupakan jenis tanaman yang memiliki ukuran sedang hingga cukup besar, dengan tinggi mencapai 40 m. Batang utama lurus atau terputar dengan tinggi bebas cabang hingga 20 m. Pembungaan berupa tandan atau malai dan bunga berkelamin dua. Buah berupa polong lonjong, pipih agak berkayu, tidak merekah, bergagang, bagian pangkal sempit. Biji berukuran besar, pipih membulat hingga jorong, berwarna coklat kemerah-merahan (Husna 2010).

Kayu kuku dapat ditemui di hutan-hutan Indonesia. Daerah tempat tumbuhnya tersebar di beberapa negara, antara lain Indonesia, Malaysia, Micronesia, Papua Nugini, Filipina, dan Sri Lanka (IUCN 2013). Di wilayah Sulawesi terdapat di Minahasa (Sulawesi Utara), Kadas, dan Kepulauan Talaud. Khusus di Sulawesi Tenggara kayu kuku menyebar secara alami di daerah Kolaka sekitar Kecamatan Watubangga dan Pomalaa meliputi Desa Welulu, Lameda, Toari, Tangketada, Andiwai, Batubangga, dan Lameuru atau dari sungai Toari sampai sungai Oko-oko seluas lebih kurang 55.000 ha, dan Buton (Lasalimu dan Pasar Wajo) (Dephut 2001 dalam Husna 2010).

Jenis kayu kuku dapat tumbuh pada tanah ultisol dan aluvial. Selain itu, jenis ini tumbuh pada tanah yang mempunyai kemasaman (pH) antara 4-6, tanah kurus dan berbatu yang berdrainase baik dan selalu tumbuh di sepanjang pantai laut, dimana petak hutannya sewaktu-waktu digenangi air laut dan juga sering ditemukan sepanjang muara sungai yang termasuk hutan payau atau hutan pantai (Husna dan Taheteru 2007 dalam Husna 2010).

Di Sulawesi Tenggara, jenis kayu ini merupakan salah satu jenis kayu yang tumbuh di hutan musim dataran rendah dengan curah hujan 1000 mm dan tumbuh pada iklim C menurut Schmidt dan Ferguson, serta tumbuh pada tanah podsolik dan aluvial. Menurut Soerianegara dan Lemmens (1994) dalam Husna (2010), kayu kuku di Sulawesi Tenggara dapat berasosiasi dengan Actinodaphne glomerata Nees, Calophylum soulatri Burm.f, Dehaasia curtisii dan Metrosideros petiolata Koor, Agathis sp., dan Lagerstroemia .

Perkembangbiakan Vegetatif Stek

(13)

3 masalah pembibitan untuk jenis-jenis tanaman yang bermasalah dengan pembiakan generatifnya (Mulyana et al. 2011). Mangoendidjojo (2003) menyatakan bahwa tanaman yang dibiakkan secara vegetatif akan mempunyai keseragaman secara genetik karena dikembangkan dari induk yang sama. Dengan demikian, cara pembiakan ini dapat melestarikan sifat-sifat yang dimiliki oleh suatu tanaman. Menurut Edmond, Senn, dan Andrews (1964) dalam Djamhuri et al. (1989) alasan-alasan dilakukannya pembiakan vegetatif yaitu:

a. Tanaman tertentu hanya menghasilkan biji sedikit atau tidak menghasilkan sama sekali

b. Biji yang dihasilkan tanaman tertentu sukar berkecambah

c. Dapat dilakukan penggabungan beberapa karakter yang baik pada satu individu tanaman

d. Jenis-jenis tanaman tertentu lebih ekonomis bila dibiakkan secara vegetatif Kegiatan pembiakan vegetatif salah satunya dapat dilakukan dengan cara stek. Stek berasal dari kata stuk (Bahasa Belanda) dan cottage (Bahasa Inggris) yang artinya potongan. Perbanyakan ini dilakukan dengan menanam potongan pohon induk ke dalam media agar tumbuh menjadi tanaman baru. Keunggulan teknik ini adalah dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah banyak walaupun bahan tanam yang tersedia sangat terbatas (Redaksi Agromedia 2008). Mulyana et al. (2011) menyatakan bahwa stek merupakan teknik produksi bibit dengan cara penumbuhan bagian tanaman. Bagian tanaman ini dapat berupa pucuk, daun, akar, dan batang.

Masalah utama pada pembiakan dengan cara stek adalah masalah pembentukan akar. Jika masalah ini sudah terpecahkan, maka cara ini merupakan perbanyakan yang paling baik, praktis, dan ekonomis (Rochiman dan Harjadi 1973 dalam Djamhuri et al. 1989).

Zat Pengatur Tumbuh

Faktor pertumbuhan adalah bahan yang dibutuhkan oleh sel untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya tetapi tidak dapat diproduksi oleh sel itu sendiri (Heddy 1989). Berdasarkan asal senyawanya, faktor pertumbuhan dibedakan menjadi dua, antara lain:

a. Pengatur tumbuh (growth regulator), yakni senyawa-senyawa yang datang dari luar tumbuhan

b. Hormon, yakni senyawa yang dihasilkan dalam tubuh tumbuhan

Overbeek dkk (1954) dalam Harjadi (2009) menyatakan bahwa Plant Growth Regulator (PGR) atau zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang dalam konsentrasi rendah merangsang, menghambat, atau memodifikasi suatu proses fisiologi dalam tumbuhan. Senyawa organik tersebut tidak termasuk nutrient, yaitu bahan yang memasok energi dan unsur mineral esensial. Perangsangan perakaran merupakan salah satu aplikasi penggunaan auksin dalam pertanian, khususnya dalam perbanyakan vegetatif. Pada tanaman berkayu, akar dapat berasal dari sel-sel floem sekunder yang masih muda, kambium, atau empulur (Harjadi 2009).

(14)

4

dan antokalin (merangsang pembungaan). Hormon-hormon ini termasuk dalam golongan auksin yaitu IAA (Indole Acetic Acid), NAA (Naphtalene Acetic Acid), dan IBA (Indole Butiric Acid). Akan tetapi, hormon yang terdapat pada tanaman jumlahnya sangat sedikit, maka perlu ditambah agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat (Wudianto 2002).

Rochiman dan Harjadi (1973) dalam Abidin dan Lontoh (1984) menyatakan bahwa IBA bersifat lebih baik dan efektif, karena kandungan kimia IBA lebih stabil, daya kerjanya lebih lama dan kemungkinan berhasil lebih besar dalam pembentukan akar. IBA yang diberikan pada stek akan tetap berada di sekitar tempat pemberian, sehingga dapat diharapkan respon yang baik terhadap pembentukan akar. IAA bersifat lebih mudah menyebar ke bagian-bagian lain dan akan menghambat perkembangan serta pertumbuhan tunas sebelum waktunya. Sedangkan NAA mempunyai sifat memperkecil batas konsentrasi optimum perakaran, sehingga penggunaan NAA mengandung kerugian bila belum diketahui konsentrasi yang sebenarnya bagi suatu tanaman.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB, pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan April 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain pot tray, cutter, sekop tanah, kompor gas, wajan, gelas aqua, hand sprayer, ember, timbangan elektrik, pipet, kamera digital, alat tulis, serta Microsoft Excel dan SAS 9.1 untuk pengolahan data. Bahan yang digunakan untuk penelitian antara lain bibit kayu kuku sebanyak 105 buah, Rootone F, IBA 1000 ppm dan 1500 ppm, IBA 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm, bedeng bersungkup, aquades, kompos, pasir, arang sekam, tanah murni, polybag 10x15 cm sebanyak 30 buah, fungisida Benlox, dan alkohol 70%.

Prosedur Analisis Data

Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor dan ulangan sebanyak tiga kali. Jumlah unit ulangan sebanyak 5, sehingga jumlah seluruh kombinasi perlakuan sebanyak 210 bahan vegetatif. Faktor penelitian tersebut antara lain:

1. Faktor perbedaan bahan stek (A), yang terdiri dari dua taraf: A1 = Pucuk

A2 = Batang

(15)

5

Rancangan percobaan dibuat untuk memudahkan dalam melakukan analisis data seperti yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1 Rancangan percobaan

Perlakuan bahan stek Perlakuan zat pengatur tumbuh (ZPT) B0 B1 B2 B3 B4 B5 B6

A1 A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A1B5 A1B6

A2 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A2B5 A2B6

Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan pada saat panen kemudian dianalisis dengan menggunakan model linier:

Yijk = µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk

dimana,

Yijk : respon dari pengamatan pada faktor A (bahan stek) taraf ke-i,

faktor B (ZPT) taraf ke-j dan ulangan ke-k µ : nilai rataan umum

αi : pengaruh perlakuan bahan stek ke-i

βj : pengaruh perlakuan pemberian ZPT ke-j

(αβ)ij : pengaruh interaksi faktor bahan stek pada taraf ke-i dengan

pemberian ZPT pada taraf ke-j

εijk : pengaruh acak faktor bahan stek pada taraf ke-i dengan

faktor pemberian ZPT pada taraf ke-j dan ulangan ke-k i : bahan stek (pucuk dan batang)

j : pemberian ZPT (0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, dan Rootone-F)

k : ulangan 1, 2, dan 3

Analisis data dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap penelitian ini melalui sidik ragam dengan uji F. Data diolah menggunakan SAS 9.1, dengan ketentuan sebagai berikut,

a. Jika nilai P-value > α (0,05), maka perlakuan tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar primer, panjang akar primer, dan jumlah akar sekunder.

(16)

6

Gambar 1 Sungkup tampak depan (a) dan samping (b)

Persiapan Media Tumbuh

Media yang digunakan yaitu kompos, pasir, dan arang sekam dengan perbandingan 2:2:1. Campuran media tersebut disterilisasi dengan cara disangrai selama 30 menit kemudian didinginkan, setelah itu dimasukkan ke dalam pot tray. Media kemudian diberi fungisida Benlox untuk mencegah tumbuhnya cendawan.

Persiapan Bahan Vegetatif

Bahan vegetatif berasal dari bibit kayu kuku yang berumur 8 bulan sebanyak 105 buah. Bibit berasal dari pembiakan secara generatif menggunakan benih dari Cagar Alam Lamedai kabupaten Kolaka.

Persiapan ZPT

ZPT yang digunakan yaitu IBA konsentrasi rendah (ZPT 1), IBA konsentrasi tinggi (ZPT 2), dan Rootone-F (ZPT 3). Konsentrasi yang digunakan pada ZPT 1 sebesar 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm. IBA yang digunakan berasal dari IBA murni yang kemudian diambil sebanyak 12 mg. IBA murni yang sudah didapat kemudian dilarutkan dengan etanol atau alkohol 70% secukupnya. IBA yang sudah dilarutkan kemudian diencerkan dengan aquades sebanyak 200 ml untuk mendapatkan konsentrasi sebesar 60 ppm. Volume dari IBA 60 ppm hanya diambil sebanyak 100 ml, sisanya digunakan untuk membuat konsentrasi IBA 20 ppm dan IBA 40 ppm. IBA 20 ppm didapat dengan mengencerkan 40 ml IBA 60 ppm dengan aquades sebanyak 80 ml, sedangkan IBA 40 ppm didapat dengan mengencerkan 60 ml IBA 60 ppm dengan aquades sebanyak 30 ml.

Konsentrasi dari ZPT 2 yang digunakan sebesar 1000 ppm dan 1500 ppm yang berupa tepung. IBA ini dilarutkan terlebih dahulu dengan aquades secukupnya hingga berbentuk pasta sebelum digunakan. Penggunaan ZPT 3 sama seperti ZPT 2, yakni dilarutkan dengan aquades hingga berbentuk pasta.

Persiapan Bahan Stek

Bibit yang sudah disiapkan kemudian dipotong pada bagian pucuk dan bagian batang kurang lebih 5-8 cm. Bagian pangkal dipotong miring kurang lebih 45° tepat di bawah buku seperti yang terlihat pada Gambar 2.

(17)

7

Gambar 2 Bagian pangkal stek

Pemberian ZPT

Pemberian IBA konsentrasi rendah (20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm) dilakukan dengan cara perendaman bagian pangkal stek selama 30 detik sampai dengan 1 menit, sedangkan pada pemberian IBA konsentrasi tinggi (1000 ppm dan 1500 ppm) dan Rootone-F dilakukan dengan cara dioles pada bagian pangkal stek seperti yang terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Pemberian ZPT dengan cara direndam (a) dan dioles (b)

Penanaman

Penanaman stek pucuk dan stek batang dilakukan pada pagi hari, yaitu pukul 07.00 - 09.00 WIB atau pada sore hari pukul 15.00 – 17.00 WIB. Stek ditanam secara vertikal pada media yang sudah tersedia. Media dilubangi terlebih dahulu dengan kedalaman ± 3 cm sebelum dilakukan penanaman. Setelah stek ditanam, lubang yang masih terbuka dirapatkan kembali agar stek dapat tertanam dengan tegak.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan hanya penyiraman dan pemberantasan hama atau penyakit pada stek pucuk dan stek batang kayu kuku. Penyiraman dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 – 09.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 – 17.00 WIB. Penyemprotan fungisida dilakukan kembali ketika stek terserang jamur.

(18)

8

Pengamatan dan Pengambilan Data

Parameter yang diamati dan diukur pada penelitian ini adalah persentase hidup stek, persentase berakar, jumlah akar primer, dan panjang akar primer, dan jumlah akar sekunder. Pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan setiap hari selama 60 hari pada saat pagi, siang, dan sore hari. Pengambilan data dilakukan pada saat panen, yaitu 60 hari setelah tanam (HST).

Pengamatan Kebun Pangkas

Indukan stek yang sudah digunakan kemudian disapih sebanyak 30 indukan ke dalam polybag yang berukuran 10x15 cm. Media yang digunakan yaitu tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Bibit yang sudah disapih lalu dipindahkan ke shaded area sebagai kebun pangkas. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui terubusan yang muncul apakah dapat dijadikan bahan stek atau tidak setelah 60 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter yang digunakan pada penelitian ini yaitu persentase hidup stek, persentase berakar, jumlah akar primer, panjang akar primer, dan jumlah akar sekunder. Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter yang diukur dapat dilihat pada Tabel 2. Faktor tunggal perlakuan bahan stek dan pemberian ZPT memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase hidup stek. Perlakuan tunggal pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap jumlah akar sekunder. Interaksi antara kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati.

Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh bahan stek dan pemberian ZPT terhadap beberapa parameter stek kayu kuku

Parameter Perlakuan

Bahan Stek (A) Pemberian ZPT (B) Interaksi AxB

% Hidup ** ** tn

% Berakar tn tn tn

Jumlah akar primer tn tn tn

Panjang akar primer tn tn tn

Jumlah akar sekunder tn ** tn

Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata, ** = berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99% (P-value < 0.01)

Persentase Hidup

(19)

9 Tabel 3 Uji lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap persentase hidup stek

umur 60 HST

Perlakuan % Hidup

A1 (Pucuk) 70.48a

A2 (Batang) 22.86b

Uji lanjutan Duncan dilakukan pada perlakuan pemberian ZPT seperti yang tercantum pada Tabel 4. Rata-rata persentase hidup terbaik ditunjukkan pada perlakuan pemberian IBA 60 ppm sebesar 66.67%. Perlakuan pemberian ZPT lainnya tidak menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase hidup stek.

Tabel 4 Uji lanjutan Duncan pengaruh pemberian ZPT terhadap persentase hidup stek umur 60 HST

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 99%.

Persentase Berakar

Persentase stek yang berakar dilihat dari perbandingan antara stek yang hidup dan berakar terhadap jumlah seluruh stek yang ditanam. Hasil pengamatan dan pengukuran pada saat panen didapat bahwa rata-rata persentase berakar stek secara keseluruhan sebesar 13.33% dengan persentase masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Persentase berakar tertinggi hanya mencapai 40% pada stek batang dengan perlakuan 60 ppm.

(20)

10

Jumlah Akar Primer

Akar primer dihitung berdasarkan jumlah akar primer yang tumbuh per satuan stek kayu kuku yang berakar. Hasil pengamatan setelah panen dapat dilihat pada Gambar 4. Jumlah akar yang muncul berkisar antara satu sampai dua akar saja, oleh sebab itu perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar primer.

Gambar 4 Grafik jumlah akar primer stek kayu kuku umur 60 HST

Panjang Akar Primer

Panjang akar primer dihitung berdasarkan jumlah seluruh panjang akar yang tumbuh pada setiap stek dibagi dengan jumlah akar primer yang tumbuh pada setiap stek. Rata-rata panjang akar primer yang tumbuh pada setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 5, dimana rata-rata panjang akar primer berkisar antara 0 . cm sehingga perbedaan panjang akar pada setiap perlakuan tidak signifikan. Oleh sebab itu, perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar primer stek kayu kuku.

(21)

11

Jumlah Akar Sekunder

Pengamatan jumlah akar sekunder dihitung berdasarkan jumlah akar sekunder yang tumbuh pada setiap akar primer. Hasil sidik ragam pada Tabel 2 menyatakan bahwa perlakuan pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap jumlah akar sekunder stek kayu kuku. Oleh sebab itu, dilakukan pengujian lanjutan dengan uji wilayah berganda Duncan yang dapat dilihat pada Tabel 6. Rata-rata jumlah akar sekunder tertinggi ditunjukkan pada perlakuan IBA 60 ppm sebanyak 6 akar sekunder.

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 99%.

Pembahasan

Pembiakan vegetatif dengan stek pada umumnya dilakukan untuk menanggulangi tanaman yang tidak mungkin diperbanyak dengan biji, memperoleh keturunan yang identik dengan indukannya, memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman, dan untuk menunjang program pemuliaan pohon. Faktor yang perlu diperhatikan dalam proses penyetekan antara lain kelembaban, suhu lingkungan, kondisi media tanam, intensitas cahaya, dan tempat pengambilan material stek (Mulyana et al. 2011).

Media perakaran yang baik adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek (Hartmann et al. 1990). Pasir telah digunakan secara luas sebagai media perakaran stek karena media ini relatif murah dan mudah tersedia, bersih, serta memiliki daya rekat tinggi. Pasir tidak menyimpan kelembaban sehingga membutuhkan frekuensi penyiraman yang lebih. Penggunaan tunggal tanpa campuran dengan media lain membuatnya sangat kasar sehingga tidak memberikan hasil yang baik (Hartmann dan Kester 1990 dalam Mafuz et al. 2003). Kompos memiliki sifat yang mampu mengikat air lebih banyak dan lebih lama, tetapi dapat menyebabkan gangguan sirkulasi udara ke dalam media sehingga kadar oksigen rendah dan tingkat kelembaban tinggi (Prastoyo et al. 2003). Selain itu, kompos yang digunakan untuk campuran media berfungsi sebagai sumber unsur hara, sedangkan arang sekam yang digunakan berfungsi sebagai pengikat air.

(22)

12

berumur 8 bulan dapat dikembangbiakan dengan cara stek. Berdasarkan Tabel 5, persentase berakar pada stek pucuk dan stek batang yang tidak diberi perlakuan (kontrol) masing-masing sebesar 6.67% dan 26.67%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa stek kayu kuku yang berumur 60 HST menghasilkan tanaman baru sebesar 6.67% dari stek pucuk dan 26.67% dari stek batang dengan tanpa perlakuan. Oleh sebab itu, jenis kayu kuku ini memiliki potensi untuk dibudidayakan dengan cara stek.

Pucuk yang digunakan sebagai bahan stek memiliki persentase hidup yang lebih baik dibandingkan dengan batang. Daun yang terdapat pada pucuk disisakan 1/3 bagian untuk proses respirasi dan fotosintesa. Leopold (1955) serta Rochiman dan Harjadi (1973) dalam Djamhuri et al. (1989) menyatakan bahwa adanya daun pada stek berpengaruh baik terhadap pembentukan akar, hal ini disebabkan karena daun dapat memproduksi karbohidrat melalui proses fotosintesa dan dapat menghasilkan auksin. Oleh sebab itu, stek pucuk memiliki kandungan karbohidrat sebagai cadangan makanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan stek batang sehingga memiliki persentase berakar yang lebih tinggi dibandingkan batang.

Penyebab kegagalan stek untuk mempertahankan hidup diduga karena pengaruh faktor lingkungan yang tidak sesuai untuk kondisi optimum stek. Suhu yang diamati di dalam sungkup berkisar antara 21°C 32°C, sedangkan kelem a an erkisar antara 5 .5 96%. Rochiman dan Harjadi (1973) dalam Djamhuri et al. (1989) menyatakan bahwa temperatur udara yang optimum untuk pembentukan akar berbeda-beda menurut jenis tanaman. Pada kebanyakan tanaman, temperatur udara optimum berkisar 29°C. Kelembaban udara yang rendah akan menyebabkan stek cepat mati karena kandungan air dalam stek pada umumnya sangat rendah sehingga stek menjadi kering sebelum membentuk akar. Menurut Mahlstede dan Haber (1957) dalam Djamhuri et al. (1989), kelembaban udara yang optimum untuk perakaran stek berdaun adalah sekitar 90% pada saat belum terbentuk perakaran dan minimum 75% ketika mulai terbentuk akar-akar yang masih lemah. Suhu yang optimum untuk pembentukan akar kayu kuku masih belum ada, tetapi rentangnya melebihi dari suhu optimum pada kebanyakan tanaman. Kelembaban udara dalam sungkup yang mencapai 52.5% diduga menjadi salah satu penyebab stek mati, dimana kelembaban tersebut terukur ketika siang hari, dengan suhu yang mencapai 32ºC. Selain itu, pada siang dan sore hari cahaya matahari yang ada langsung mengenai sungkup tanpa adanya shading net atau paranet yang menaungi, sehingga panas dari sinar matahari langsung terserap seluruhnya ke dalam sungkup. Intensitas cahaya matahari yang tinggi akan menyebabkan suhu di dalam sungkup menjadi tinggi dan kelembaban udaranya menjadi rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan stek mengalami proses transpirasi yang tinggi sehingga stek mengalami kekeringan dan kemudian mati. Optimalisasi sungkup sangat diperlukan untuk mempertahankan kelembaban udara di dalam sungkup. Selain itu, pemberian shading net perlu dilakukan untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam sungkup sehingga suhu di dalam sungkup tidak terlalu tinggi.

(23)

13 dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol sebelum diberi perlakuan. Cendawan yang tertinggal pada bahan stek setelah dibersihkan diduga menjadi pemicu stek membusuk dan kemudian mati. Selain itu, aliran udara yang terjadi diduga membawa patogen masuk ke dalam sungkup dan menetap pada media yang kurang steril dan basah akibat penyiraman yang rutin. Jamur yang menyerang stek pucuk biasanya memiliki gejala yang diawali oleh membusuknya bagian pangkal stek lalu menyebar ke seluruh bagian stek. Pada stek batang, jamur yang tumbuh berwarna putih dan menempel pada kulit batang. Kondisi stek yang terserang jamur dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Jamur yang tumbuh pada stek batang (a) dan menyerang stek pucuk (b) Media stek yang terlalu lembab ternyata tidak dapat membantu stek untuk bertahan hidup pada suhu yang tinggi. Kondisi tersebut disebabkan belum tumbuhnya akar pada stek sehingga air yang terikat pada media tidak dapat diserap oleh stek. Stek yang dapat bertahan hidup pada kondisi seperti ini dipengaruhi oleh faktor tanaman itu sendiri.

Perlakuan pemberian ZPT berpengaruh nyata terhadap persentase hidup stek dan jumlah akar sekunder. Rata-rata ZPT terbaik dari dua parameter tersebut yaitu IBA 60 ppm dengan persentase hidup sebesar 66.67% dan jumlah akar sekunder sebanyak 6. Pengaruh IBA 60 ppm terhadap jumlah akar sekunder dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan pada Tabel 5, persentase berakar stek hanya mencapai 40%, yaitu pada stek batang dengan perlakuan 60 ppm.

Gambar 7 Pertumbuhan akar pada perlakuan IBA 60 ppm

Stek yang tidak diberi perlakuan (kontrol) memiliki rata-rata persentase hidup sebesar 50% dan jumlah akar sekunder sebanyak 2. Berdasarkan beberapa parameter yang diamati, stek kayu kuku yang diberikan perlakuan IBA 60 ppm memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Dengan kata lain,

(24)

14

pada penelitian ini pemberian IBA 60 ppm merupakan perlakuan yang terbaik untuk perbanyakan tanaman jenis kayu kuku melalui stek. Kebun pangkas yang berumur 60 hari sudah banyak menghasilkan terubusan, akan tetapi terubusan tersebut masih belum dapat dijadikan bahan stek seperti yang terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Kebun pangkas setelah 60 hari pengamatan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perbanyakan tanaman jenis kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) melalui stek pucuk dan stek batang dapat lakukan sebagai alternatif perbanyakan tanaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pucuk sebagai bahan stek lebih efektif dibandingkan batang, dengan persentase hidup sebesar 70.48%. Pemberian IBA 60 ppm menghasilkan persentase hidup dan jumlah akar sekunder terbaik yaitu 66.67% dan 6, serta persentase berakar stek hanya sebesar 40% pada batang. Pemberian IBA 60 ppm cenderung lebih efektif digunakan untuk pertumbuhan akar stek kayu kuku dibanding perlakuan lainnya.

Saran

Perlu dilakukan penelitian pendahuluan agar faktor lingkungan yang optimal dapat dipenuhi, seperti optimalisasi sungkup dan pemberian shading net. Waktu pengamatan sebaiknya dilakukan lebih lama, yaitu sekitar 3-4 bulan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan konsentrasi IBA cair yang lebih besar dari 60 ppm agar besar persentase berakar stek sama dengan persentase hidup stek kayu kuku.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin AS, Lontoh AP. 1984. Usaha perbanyakan tanaman secara cepat dengan teknik pembiakan vegetatif dan pemakaian zat tumbuh. Proyek peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi. Tidak dipublikasikan.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

(25)

15

http://demografi.bps.go.id/proyeksi/index.php/jumlah-dan-laju-pertumbuhan-penduduk.

Djamhuri E, Setiadi Y, Sukendro A. 1989. Usaha penyediaan bahan tanaman Dipterocarpaceae dengan pembiakan vegetatif se agai ahan ‘clonal seed orchard’ dalam rangka pem angunan hutan tanaman industri. Bogor (ID): Tidak dipublikasikan.

Harjadi SS. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

Hartmann HT, Kester DE, Davies FT. 1990. Plant Propagation Principles and Practices. Fifth edition. London (UK): Prentice Hall.

Heddy S. 1989. Hormon Tumbuhan. Jakarta (ID): Rajawali.

Husna. 2010. Pertumbuhan bibit kayu kuku (Pericopsis mooniana THW) melalui aplikasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) dan ampas sagu pada media tanah bekas tambang nikel [tesis]. Kendari (ID): Universitas Haluoleo.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2013. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.2. [diunduh 2013 Desember 5]. Tersedia pada www.iucnredlist.org.

Mafuz, Fauzi MA, Hamdan AA. 2003. Pengaruh media dan dosis rootone F terhadap keberhasilan stek pucuk pulai (Alstonia scholaris (L)R.Br.). Pemuliaan Tanaman Hutan. 1(1): 1-9

Mangoendidjojo W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta (ID): Kanisius

Mulyana D, Asmarahman C, Fahmi I. 2011. Panduan Lengkap Bisnis & Bertanam Kayu Jabon. Jakarta (ID): AgroMedia

Prastyono, Adinugraha HA, Suwandi. 2003. Keberhasilan pertumbuhan stek pucuk Eucalyptus pellita F. Muell pada beberapa media dan hormon perangsang pertumbuhan. Pemuliaan Tanaman Hutan. 1(2):63-70.

Redaksi Agromedia. 2008. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

(26)

16

Lampiran 1 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap persentase hidup stek

Keterangan: Berbeda nyata pada selang kepercayaan 99%

Lampiran 2 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap persentase berakar stek

Lampiran 3 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap jumlah akar primer stek

(27)

17 Lampiran 5 Sidik ragam pengaruh bahan stek dan dan pemberian ZPT terhadap

Jumlah akar sekunder stek

Keterangan: Berbeda nyata pada selang kepercayaan 99%

Lampiran 6 Pengamatan suhu dan kelembaban udara di dalam sungkup stek kayu kuku selama 60 hari

Hari ke- Pagi (07.00-09.00) Siang (12.00-13.00) Sore (15.00-17.00)

(28)

18

Hari ke- Pagi (07.00-09.00) Siang (12.00-13.00) Sore (15.00-17.00)

Suhu (°C) RH (%) Suhu (°C) RH (%) Suhu (°C) RH (%)

36 26.5 70.5 30.5 54 23.5 89

37 22 95 26 64 23 89

38 21 96 27 62 22 95

39 25 81 30 55.5 21 96

40 23.5 89 26.5 63 20.5 96

41 25 85 29 61.5 23 89.5

42 24 88 29 60 23 88

43 26 74 31 53 24 86

44 24 88.5 28.5 63 23.5 87

45 22 91 28 62 22 92.5

46 22 91 28 62 22 93

47 24 87.5 29 61 21 95

48 24 87 30 53 22.5 92

49 25.5 87 29 60 23 90

50 24.5 88 28.5 65 23 89.5

51 23 91 26 65.5 22 88.5

52 24 85 26 64 21 96

53 26 75.5 31 53.5 23.5 90

54 25 78 28 60.5 24 86.5

55 22 90 26 63 23 89.5

56 21 95 26 65 23 89

57 23 91 27.5 63 22 96

58 25 87 29 62.5 24.5 86.5

59 22.5 94 28.5 62.5 23 88

(29)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 3 Januari 1992 dari pasangan Rudi Rasmedi dan Wedar Dradjat Pudji Sri Wahyuti dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan penulis dimulai dari taman kanak-kanak di TK Kartika 3 Kota Bogor pada tahun 1997-1998, SD Negeri Polisi 4 Kota Bogor pada tahun 1998-2004, SMP Negeri 5 Kota Bogor pada tahun 2004-2007, kemudian SMA Negeri 5 Kota Bogor pada tahun 2007-2010. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010.

Selama perkuliahan, penulis pernah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) yang dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Ciremai dan Indramayu, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) yang dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi, serta Praktik Kerja Profesi (PKP) yang dilaksanakan di Persemaian Permanen BPDAS Citarum-Ciliwung, Dramaga, Bogor, Kabupaten Bogor, pada Februari-April 2014. Selama kuliah, penulis juga aktif mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bola basket AGRIC sebagai anggota, dan organisasi Himpunan Profesi Tree Grower Community (TGC) sebagai anggota.

Gambar

Tabel 2  Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh bahan stek dan pemberian ZPT terhadap beberapa parameter stek kayu kuku
Tabel 3  Uji lanjutan Duncan pengaruh bahan stek terhadap persentase hidup stek umur 60 HST
Gambar 5  Grafik panjang akar primer stek kayu kuku umur 60 HST
Tabel 6  Uji lanjutan Duncan pengaruh pemberian ZPT terhadap jumlah akar sekunder stek umur 60 HST
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (2001) yang disesuaikan dengan objek penelitian pembelajaran online di Universitas Ciputra, maka indikator

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Toulson dan Smith (1994), yang menyatakan bahwa iklim organisasi adalah sesuatu yang dapat diukur pada lingkungan

pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja memberikan nilai R-Square sebesar 0,506 yang dapat di interpretasikan bahwa variabel konstruk kepuasan kerja yang

Kesimpulan dari penelitian ini adalah lahan yang tergolong kelas sangat sesuai untuk perluasan kawasan budidaya ubi Cilembu di (abupaten Sumedang tersebar di Kecamatan

Finally, at the end of the research, the researcher compare the mean score students’ writing of experimental class and control class to prove whether or not students who were taught

Petunjuk pengisian : dari angka 0 sampai 10, jika 0 dianggap tidak ada nyeri dan angka 10 mewakili rasa nyeri yang sangat berat, di angka mana nyeri yang anda rasakan, berilah

Solvents/co-solvents , Buffering agents, Preservatives, Anti-oxidants, Wetting agents, Anti-foaming agents , Thickening agents, Sweetening agents, Flavouring agents ,

Perempuan itu adalah ibu tiri, ibu kandung, anak kandung, saudara kandung, saudara seayah atau seibu, bibi dari ayah, bibi dari ibu, keponakan dari saudara