• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asimilasi Sosial Budaya etnis Arab di In

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asimilasi Sosial Budaya etnis Arab di In"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Asimilasi Sosial-budaya Etnis Arab di Indonesia

Tugas Akhir Bahasa Indonesia Akademik

Harry Fajar Surya

Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok.

Abstrak

Masyarakat Arab telah lama mendiami wilayah Indonesia dan membentuk kelompok masyarakat baru sebagai salah satu warga negara Indonesia. Penulisan ini menjelaskan tentang bagaimana sejarah dan proses asimilasi antara Etnis Arab dengan Masyarakat Indonesia terutama Betawi. Proses ini terjadi di Condet, Jakarta, karena komunitas etnis Arab di daerah tersebut merupakan etnis Arab yang unik dan mempunyai ciri yang berbeda dengan Etnis lain. Keterbukaan dari masyarakat Condet yang mayoritas bersuku Betawi terhadap etnis Arab membuat sebuah corak Budaya baru, yaitu etnis Arab-Indonesia atau Arab Betawi.

Kata Kunci: Etnis Arab, Betawi, Jakarta, Batavia, Asimilasi Sosial-budaya.

1. Pendahuluan

Etnis Arab atau Orang keturunan timur tengah, telah mendiami Indonesia dari beberapa abad silam. etnis Arab di Indonesia adalah sebuah kelompok masyarakat yang mempunyai ciri kebudayaan campuran antara dari negeri induknya, yaitu Arab dan Indonesia.1 Kedatangan etnis Arab ke Indonesia bertujuan untuk mencari kemakmuran dengan cara berdagang. Perkembangan selanjutnya yaitu dengan menyebarkan Islam di kalangan pribumi.

Proses Asimilasi antara Arab dan Indonesia terjadi akibat sikap toleransi dari kedua masyarakat tersebut. Asimilasi yang di Batavia yang sekarang menjadi Jakarta terjadi karena Jakarta merupakan kota besar sehingga etnis Arab berkumpul dan berdagang di daerah yang ramai pembelinya. Proses asimilasi ini terjadi dalam jangka waktu yang lama sehingga melahirkan sebuah kebudayaan baru yang khas dan sedikit merubah kebiasaan dari dua kebudayaan induknya.

(2)

Bentuk asimilasi kebudayaan ini terutama berasal dari perkawinan campuran. Budaya mayoritas (Jakarta) yang mempunyai keterbukaan dengan budaya luar memicu proses percampuran ini. Daya tarik itulah yang membuat orang Arab datang dan mengadu nasib di Indonesia.2 Sebagian besar orang Arab di Jakarta telah bercampur dengan penduduk lokal. Corak bahasa dan kebudayaan mereka mulai berbeda dengan budaya Arab. Mereka juga membentuk kosakata Bahasa Indonesia dengan campuran aksen Arab yang khas, kadang anak-anak keturunan campuran tidak dapat menggunakan bahasa induknya yaitu Arab. Mereka senantiasa menggunakan Bahasa Indonesia dengan kosakata Arab yang disisipkan pada bagian kata tertentu.

Dalam pembahasan selanjutnya, penulis ingin menjelaskan tentang bagaimana cara bangsa Arab datang ke Indonesia. Dalam bagian tersebut dijelaskan secara menyeluruh tentang sejarah dan persebaran penduduk Arab yang mendiami Indonesia dan membentuk sebuah corak masyarakat baru yang khas. Campuran ini berawal dari ketiadaan isteri dari golongan Arab yang berasal dari Hadramaut membuat anak-anak keturunan Arab-Indonesia sedikit banyak mempunyai darah campuran.3 Percampuran ini secara terus menerus membentuk sebuah pola campuran yang menggabungkan dua kebudayaan menjadi sebuah budaya baru.

Setelah membentuk sebuah corak baru kebudayaan, etnis Arab di Indonesia memiliki hasil asimilasi yang khas sesuai dengan daerah tempat mereka tinggal. Salah satu yang terlihat adalah contoh kasus di Condet, Jakarta, mereka menggunakan bahasa Indonesia dan betawi dicampur dengan beberapa kosakata Arab dan akses orang Arab. Pada kasus lain di Purwakarta, Jawa barat, mereka mencampur beberapa bahasa sunda dengan kosakata Arab yang umum kita dengar. Kosakata ini lahir karena mereka sesungguhnya tidak dapat berbicara bahasa Arab secara utuh, hanya beberapa kosakata saja yang mampu mereka katakan karena telah mengalami proses asimilasi secara berkelanjutan dari beberapa generasi.4 Bentuk asimilasi dari ini akan dijelaskan dalam penulisan ini.

2 L. W. G. Van Den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, 2010 (Jakarta: Komunitas Bambu), hlm. 122.

3 Ibid, hlm. 191.

(3)

2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan mengenai etnis Arab dari sejarahnya yang panjang hingga dapat membentuk koloni dan berinteraksi dengan masyarakat pribumi. Selanjutnya adalah proses asimilasi yang dilakukan oleh etnis Arab keturunan dengan masyarakat Betawi yang membentuk kebudayaan baru. Setelah membentuk kebudayaan baru yang khas, etnis Arab di Jakarta yang merupakan hasil perkawinan campuran membuat beberapa ciri yang membedakan mereka dengan orang Arab asli. Pada akhirnya, penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik dengan hasil yang memuaskan.

2.1 Sejarah Kedatangan Bangsa Arab di Indonesia

Masyarakat Arab yang datang ke wilayah Nusantara sebagian besar berasal dari Hadramaut.5 Adapun yang berasal dari daerah lain namun tidak banyak jumlahnya seperti yang datang dari Hadramaut. Hadramaut merupakan sebuah daerah yang berada pada garis pantai wilayah Arab Selatan. Orang Hadramaut datang ke wilayah nusantara dan yang nanti menjadi Indonesia baru pada abad ke-18, mereka baru membentuk sebuah koloni besar di nusantara pada abad setelahnya. Perkampungan Arab banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, misalnya di Jakarta (Pekojan), Bogor (Empang), Surakarta (Pasar Kliwon), Surabaya (Ampel), Gresik (Gapura), Malang (Jagalan), Cirebon (Kauman), Mojokerto (Kauman), Yogyakarta (Kauman), Probolinggo (Diponegoro), Bondowoso, dan Banjarmasin (Kampung Arab), serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota lainnya seperti Palembang, Banda Aceh, Sigli, Medan, Lampung, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Ampenan, Sumbawa, Dompu, Bima, Kupang, dan Papua.

Pada tahun 1870 Terusan Suez mulai dibuka, sehingga kapal dari Eropa ke Timur termasuk Hindia Belanda bisa langsung melalui Suez. Kemudian pelabuhan Tanjung Priok, Batavia mulai dibangun tahun 1877 secara modern, selanjutnya

Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM), yaitu perusahaan pelayaran Belanda

(4)

memungkinkan orang Arab Hadramaut atau Arab Mesir datang ke Hindia-Belanda. Kedatangan mereka secara berangsur-angsur mulai tahun 1870 hingga setelah tahun 1888. Terjadi migrasi orang Arab dan Mesir ke Hindia-Belanda secara besar-besaran. Mereka naik kapal api dari Suez dan mereka tidak membawa keluarga sesuai tradisi Arab, bahwa wanita tidak boleh bepergian apalagi sejauh ke Hindia-Belanda.6

Saat ini diperkirakan jumlah keturunan Arab Hadramaut di Indonesia lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah mereka yang ada di tempat leluhurnya sendiri. Penduduk Hadramaut sendiri hanya sekitar 1,8 juta jiwa. Bahkan sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah, seperti Basyeiban dan Haneman. Namun di Indonesia Marga tersebut jumlahnya masih cukup banyak. Keturunan Arab Hadramaut di Indonesia, seperti negara asalnya Yaman, terdiri dua kelompok besar yaitu kelompok Alawi, dan kelompok Qabili. Di Indonesia, kadang-kadang ada yang membedakan antara kelompok Alawiyyin yang umumnya pengikut organisasi Jamiat al-Kheir, dengan kelompok Syekh atau Masyaikh yang biasa pula disebut Irsyadi atau pengikut organisasi al-Irsyad.

Orang Arab yang menetap di Indonesia bukan merupakan golongan kelas atas dan kaya di Hadramaut. Golongan kaya tentunya merasa nyaman di daerahnya dan memilih untuk menetap karena sudah mapan. Sama seperti bangsa Eropa, mereka datang ke wilayah baru untuk mencari kehidupan baru yang layak. Orang Arab yang datang ke Indonesia banyak mengambil sektor ekonomi. Mereka menganut sunnah Rasul yang berasal dari pedagang untuk mencari kemakmuran. Di Batavia, koloni Arab memiliki usaha dagang yang kurang maju dibandingkan dengan Etnis Tionghoa.

Khusus bagi koloni Arab yang telah datang ke Batavia, merupakan koloni yang terbesar di Hindia-Belanda.7 Pada abad ke-19 koloni Arab di Indonesia sudah sangat ramai dan penuh, sehingga pemerintah kolonial segera membuat kebijakan pada koloni tersebut untuk segera memilih pemimpin koloni. Sebelumnya, wilayah koloni etnis Arab di Indonesia adalah wilayah orang-orang

6 Ibid, hlm. 5.

(5)

Melayu, namun lama kelamaan karena orang Arab berkembang dan datang secara terus menerus membuat wilayah ini secara keseluruhan ditinggali oleh etnis Arab.

Kebanyakan etnis Arab yang telah berinteraksi langsung dengan golongan pribumi lahir di wilayah Indonesia. Keadaan tersebut membuat pergaulan antara golongan Pribumi dan golongan Arab terjadi secara terus menerus. Pada era selanjutnya, secara otomatis akan menjadikan mereka terintegrasi atau tergabung dalam masyarakat dan kebudayaan di Indonesia. Proses asimilasi yang terjadi secara intensif akibat dari sikap tolerasni atara kedua kebudayaan tersebut. Fenomena tersebut dapat terlihat pada contoh kasus di Jakarta. Pada daerah Ibukota ini terdapat banyak daerah yang masyarakatnya berasal dari etnis Arab.

2.2 Proses Asimilasi

Asimilasi terjadi jika ada kedua masyarakat yang mempunyai latar belakang yang berbeda, saling berinteraksi dan bergaul secara intensif untuk waktu yang cukup lama sehingga kedua kebudayaan yang tadi saling berinteraksi menjadi berubah sifatnya dan menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.8 Golongan yang tercampur dalam asimilasi ini biasanya adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Pada kasus ini, golongan minoritas adalah Etnis Arab yang bermukim di Indonesia dan golongan mayoritas merupakan masyarakat Indonesia atau pribumi.

Asimilasi tersebut didukung oleh beberapa faktor. Asimilasi sebagai proses sosialisasi antara etnis Arab dengan pribumi akan berjalan baik jika antara dua komunitas tersebut memiliki faktor-faktor yang mendukung asimilasi. Faktor tersebut adalah adanya sikap toleransi budaya, perkawinan campuran, dan adanya kesamaan agama.9

Faktor tersebut merupakan pendukung terjadinya etnis Arab campuran yang mendiami beberapa wilayah di Indonesia. Faktor pertama adalah adanya toleransi budaya atau sikap saling menghargai adat-istiadat seperti berbahasa, cara membuat makanan, dan cara berpakaian menjadi faktor yang memudahkan

8 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, 1990(Jakarta: PT Rineka Cipta), hlm. 225.

(6)

terjadinya proses asimilasi antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Jakarta khususnya Betawi.

Faktor yang kedua adalah perkawinan campuran, yaitu perkawinan yang terjadi antara masyarakat keturunan Arab campuran dengan masyarakat Jakarta. Sikap saling menghargai atau menerima etnis yang berbeda dalam sebuah perkawinan tentu akan sangat memudahkan terjadinya asimilasi. Karena telah berinteraksi lama, masyarakat Arab dan masyarakat Betawi seperti melebur menjadi sebuah kebudayaan baru.

Faktor ketiga adalah kesamaan agama. Dalam kehidupan sehari-hari faktor agama menjadi suatu hal yang sangat penting menjadi pendorong terwujudnya asimilasi sosial yang baik. Adanya nilai, ajaran etika sosial, dan perilaku keagamaan yang dimiliki oleh individu bertujuan untuk terciptanya hubungan yang harmonis antara keturunan Arab dengan masyarakat Betawi. Adanya agama yang seragam menghilangkan perbedaan antara mereka bagi segi etnis maupun budaya yang memiliki latar belakang yang berbeda. Sesungguhnya, Islam mengajarkan bahwa seluruh manusia yang memeluk agama Islam adalah bersaudara berdasarkan agama sehingga mereka merasa memiliki ikatan tidak langsung dari agama tersebut.

2.3 Bentuk Asimilasi Sosial-Budaya

Di Indonesia, konsep asimilasi pada umumnya dihubungkan dengan masalah perkawinan antargolongan etnis. Proses asimilasi keturunan Arab di Indonesia merupakan proses sosialisasi mereka untuk mengidentifikasi jatidiri mereka sebagai sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Keturunan Arab di Condet sebagai contoh, kita akan melihat sistem sosial-budaya mereka sebagai suatu bentuk dari asimilasi. Ciri yang terlihat adalah jika seseorang bertamu, maka kita harus menghabiskan makanan dan masuk jika diijinkan oleh sang tuan rumah, hal ini merupakam budaya Arab yang diadopsi melalui etnis Arab di Indonesia. Hal tersebut merupakan bagian kecil dari bentuk asimilasi yang terjadi, selanjutnya dijabarkan beberapa contoh dari asimilasi secara lengkap.

(7)

Ciri lain dari Asimilasi tersebut adalah ciri biologis yang khas misalnya bentuk wajah, hidung, warna kulit yang membedakan dengan etnis lain. Bahasa yang mereka gunakan juga memiliki sebuah kosakata yang khas sebagai sarana komunikasi. Cara mereka berkomunikasi mereka menggunakan bahasa Indonesia dengan aksen campuran. Sebagian besar masyarakat Arab yang telah bercampur dengang masyarakat Indonesia tidak menguasai bahasa Arab secara utuh, mereka hanya dapat mengemukakan beberapa kosakata yang umum digunakan oleh para orangtuanya. Hal ini disebabkan karena dari orangtua mereka juga tidak dapat berbicara bahasa Arab dan proses ini telah berlangsung sejak lama.

Salah satu ciri khas dari orang Arab adalah dari segi bahasa, namun karena sudah terjadi asimilasi dengan masyarakat Betawi, orang Arab ini perlahan-lahan meninggalkan bahasa Arab dan memilih bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa mereka, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya merupakan bahasa campuran antara bahasa Indonesia dengan bahasa Arab, dengan komposisi bahas Indonesia yang mayoritas.

Pengaruh bahasa nampaknya sangat terlihat dan membedakan Etnis Arab di Indonesia dengan orang Arab asli. Percampuran banyak terjadi dan membentuk sebuah kosakata baru yang unik. Berdasarkan sumber yang ditemukan, kosakata-kosakata tersebut sering dijumpai dalam percakapan sehari-hari dan umum. Bentuk asimilasi tersebut adalah campuran dari bahasa Indonesia dan Arab.

Berikut ini adalah beberapa cuplikan percakapan sebagai contoh campur kode yang memuat kosakata-kosakata:10

Panggilan untuk anggota keluarga A. X: “Datang ke sini sama siapa?”

Y: “Sama Njid” (Kakek) B. X: “Mana Waliduk?” (Ayah)

Y: “Ada entu di Bait” (rumah)

10 Titin Widarti, Bahasa dalam Komunitas Arab Condet, Jakarta Timur, (Jakarta: UIN, 2010), hlm. 30. (diakses pada website

(8)

Cuplikan percakapan di atas merupakan sebagian kecil dari contoh kosakata dan percakapan dari Etnis Arab di Jakarta. Mereka pada umumnya mencampurkan bahasa Indonesia, Betawi, dan Arab sebagai sarana komunikasi sehari-hari. Berdasarkan contoh di atas, terlihat campuran bahasa dari dialek yang khas. Sebagian besarkata tersebut berbahasa Indonesia, namun terdapat campuran kata dari Arab sebagai sebuah kebiasaan dan mereka yang menggunakan sudah menjadi bahasa sehari-hari dan memudahkan mereka dalam berkomunikasi.

2) Perkawinan

Bentuk asimilasi melalui budaya dapat terlihat dari prosesi perkawinan. Jika keturunan Arab itu perempuan, pria yang harus menikahinya adalah laki-laki keturunan Arab namun jika keturunan Arab tersebut adalah laki-laki, wanita yang harus dinikahinya boleh dari masyarakat pribumi atau etnis Arab keturunan. Tambahan asimiliasi terdapat pada adanya malam pacar, yaitu malam sebelum akad nikah calon pengantin perempuan melakukan tradisi yang biasa dilakukan. Tradisi tersebut adalah memasang pacar di kuku calon pengantin perempuan yang dilakukan oleh kerabat ataupun teman dekat.11

Kemudian terdapat sebuah tarian yaitu Tarian Syamar yang merupakan tarian orang Arab yang dilakukan oleh kaum laki-laki saat resepsi pernikahan, mereka biasanya menari diikuti irama gendang yang ditabuh oleh masyarakat Arab maupun Betawi. Musik marawis juga tidak luput dari acara resepsi tersebut sebagai peramai dan pelengkap acara. Cara berpakaian pengantin juga mengadopsi gaya Arab dengan memakai jubah panjang. Makanan yang disajikan juga beragam, ada yang merupakan makanan khas Arab adapula yang menyajikan makanan khas Betawi.

3) Agama

Salah satu kegiatan yang masih membudaya antara keturunan arab dan masyarakat Betawi adalah kegiatan keagamaan yang masing-masing saling mengamalkan ilmu agamanya sebagai bentuk kerjasama dalam mensyiarkan ajaran Islam di lingkungan masyarakat setempat. Berbeda dengan para leluhurnya,

(9)

tujuan etnis Arab sudah mengalami banyak perkembangan. Sebelumnya mereka hanya mencari kemakmuran dan pindah dari daerah asalanya, namun sekarang tujuan mensyiarkan agama muncul karena mereka dipercaya dekat secara darah dengan Arab yang idientik dengan daerah suci.

Faktor agama nampaknya menjadi faktor yang paling kuat mempengaruhi asimilasi. Dengan adanya kesatuan dan kegiatan keagamaan yang sama dapat mewujudkan suatu persatuan dan kesatuan antara etnis Arab dan masyarakat Betawi. Akhirnya, etnis Arab yang sudah diindonesiakan muncul, mereka membentuk sebuah keunikan dan komunitas yang berbeda dengan orang Arab asli dan orang Indonesia asli.

Asimilasi terjadi dalam bentuk yang sangat nyata. Dalam kasus ini etnis Arab di Indonesia menjadi seutuhnya masyarakat Indonesia yang khas dan memiliki corak baru. Asimilasi sosial-budaya ini merupakan sebuah campuran yang membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan tersebut adalah akibat agama yang sama dan bercampur dari tata cara pelaksanaannya.

3. Penutup

Masyarakat Arab di Indonesia adalah salah satu contoh identitas bangsa Indonesia. Interaksi antara etnis Arab dan masyarakat pribumi terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini membuat kebudayaan mereka secara langsung maupun tidak telah bercampur. Bagi masyarakat pribumi yang tempat tinggalnya berdekatan dengan kampung etnis Arab, mereka secara langsung mempunyai interaksi yang cukup besar dan memicu asimilasi pada era selanjutnya.

(10)

berangsur-angsur. keturunan campuran ini memiliki budaya yang juga bercampur antara budaya Arab dan pribumi.

Proses yang terjadi tidak hanya berdasarkan perkawinan saja, sifat masyarakat pribumi dan Arab yang terbuka membuat mereka dapat bertukar kebudayaan dan membentuk kebudayaan baru. Kesamaan agama juga menjadi faktor utama dalam terjalinnya asimilasi sosial-budaya etnis Arab di Jakarta. Mereka seperti bersatu dalam sebuah payung agama. Proses ini memicu dan nantinya membuat sebuah ciri asimilasi sosial-budaya Etnis Arab di Jakarta.

Di Condet, banyak keturunan Arab yang telah bercampur dengan masyarakat pribumi terutama Betawi. Ciri mereka sangat terlihat dari fisiknya, yaitu bentuk wajah, kulit, rambut, dan hidung. Mereka juga memiliki aksen yang khas dari cara berbicaranya. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Indonesia, namun dengan aksen Arab dan beberapa kosakata Arab yang umum didengar. Pada dasarnya mereka tidak dapat menggunakan bahsa Arab secara utuh karena proses asimilasi tersebut telah berlangsung dari beberapa generasi. Bentuk asimilasi tersebut juga banyak terlihat dari cara perkawinan yang bercampur dari cara perkawinan Arab dan perkawinan Betawi. Keadaan fisik dan ciri tersebut membuat mereka biasa disebut dengan Arab Betawi atau Arab Condet.

Daftar Pustaka

Buku:

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Selo Soemardjan. 1988. Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial.

Jakarta:Pustaka Grafika Kita.

Van Den Berg, L.W.G. 2010. Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara. Jakarta: Komunitas Bambu.

(11)

Widarti, Titin. 2010. Bahasa dalam Komunitas Arab Condet, Jakarta Timur. Skripsi belum diterbitkan. Jakarta: Universitas Islam Negeri.

Website:

http://www.scribd.com/doc/90097658/Bangsa-Arab-Di-Indonesia#force_seo

(12)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa Laporan penelitian ini disusun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.

Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada Saya.

Depok, 24 Desember 2014

Referensi

Dokumen terkait

Gaya yang sangat besar yang dapat menyebabkan terjadinya dislokasi pada sendi panggul, karena itu dislokasi pada sendi panggul biasanya juga disertai dengan fraktur, biasanya

Asosiasi Profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (8) menyampaikan dokumen Pemohon dan Berita Acara Hasil Verifikasi dan Validasi Awal Dokumen Permohonan dengan

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.. Kami selaku

perencanaan, yang pada akhir dari siklus ini adalah terbitnya DIPA untuk Ombudsman RI.. Realisasi sasaran/ program kegiatan 1 untuk tahun 2015 adalah 1 dari target yang

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aspek reproduksi ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) yang meliputi tingkat kematangan gonad, fekunditas, indeks

Untuk menghindari terjadinya residu antibiotika pada susu dari segi kesehatan masyarakat dapat dilakukan beberapa pencegahan diantaranya pemeriksaan secara rutin dan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa kelembagaan kemitraan yang efektif dan berkelanjutan pada model kelembagaan kemitraan usaha kebun kelapa sawit belum terwujud

Packed Red Cell mungkin dapat meningkatkan pasokan hemin sebagai unsur yang diperlukan H.influenza dalam pertumbuhannya.. banyak eritrosit yang ditambahkan, semakin