KOMPETENSI GURU DALAM PELAKSANAAN
EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SD ISLAM NGADIREJO TAHUN 2009-2010
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh
LAILY YUNIARTI
NIM 11408067
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
Jurusan : Tarbiyah/ PAI Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
Dosen STAIN Salatiga
Nota Pembimbing
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Sdr. Laily Yuniarti
Lamp : 3 eksemplar Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum wr.wb
Setelah membaca, meneliti, dan mengadakan bimbingan dan perbaikan
seperlunya maka bersama ini kami merekomendasikan bahwa skripsi saudara :
Nama : Laily Yuniarti
Nim : 11408067
Judul : KOMPETENSI GURU DALAM PELAKSANAAN EVALUASI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD
ISLAM NGADIREJO TAHUN 2009-2010
Setelah memenuhi segala persyaratan yang ditentukan, agar hendaknya
skripsi tersebut bisa dimunaqosahkan. Demikian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb
Salatiga, 9 Agustus 2010
Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
KEMENTERIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl.Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax323433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id : administrasi@stainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi Saudara Laily Yuniarti dengan Nomor Induk Mahasiswa 11408067 yang
berjudul Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Di SD Islam Ngadirejo Temanggung Tahun 2009-2010 telah
dimunaqosahkan dalam Sidang Panitian Ujian Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu 28 Agustus
2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I.).
Salatiga, 18 Ramadhan 1431 H. 28 Agustus 2010 M .
Panitia Ujian
Ketua Sidang Sekertaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag, Dr. Rahmat Hariyadi
NIP. 19580827198303 1 002 NIP. 19670112199203 1 005
Penguji I Penguji II
Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag Hanung Triyoko, M. Hum, M. Ed
NIP. 19570812198802 2 001 NIP. 197308151999903 1 003
Pembimbing
Drs. Imam Baihaqi, M.Ag
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Laily Yuniarti
Nim : 11408067
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yag terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Temanggung, Agustus 2010
Yang menyatakan,
MOTTO
“Belajarlah untuk kepentingan ilmu, ketenangan hati dan kelembutan budi”
“Berendah dirilah kepada siapa engkau menimba ilmu, niscaya
murid-muridmu akan berlaku taat kepadamu ( Rapaka )”
Hidup ini seolah buku yang tengah kita baca tanpa tau apa yang terjadi
dihalaman berikutnya ( Katon )
Ketika aku bertekad berpijak, biarpun senja makin pekat mimpi tak
akan pernah sirna
Menanti tanpa bertindak adalah hal yang paling bodoh yang diambil
untuk mewujudkan sebuah mimpi
PERSEMBAHAN
Pak Muyono dan Ibu Sofiyah tercinta, membuatku ingin sedikit
membahagiakan mereka dengan selesainya tugas ini
Ana fitriyah, A’Imatul Inayah dan Nurul Hidayah, satu karunia terbesar
dalam hidup bisa menjadi adik dan kakak kalian, terimakasih
dukungannya
Eyang Putri yang selalu mendoakan
Sahabat yang senasib dan seperjuangan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah YaRahman. Puji syukurku atas semua nikmat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis
mampu menyelsaikan penyusunan skripsi ini tanpa rintangan suatu apapun.
Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
yang telah mengantar manusia dari zaman jahiliya h menuju zaman islamiyah dan
ilmiyah seperti sekarang ini.
Keberhasilan penulis menyelsaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan
banyak pihak dalam bentuk apapun selama proses penyusunan skrpsi, baik berupa
dukungan arahan dari persiapan hingga pelaksanaan penelitian sehingga tersusun
skripsi ini. Untuk itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga
2. Drs. Djoko Sutopo selaku ketua program Ekstensi
3. Drs. Imam Baihaqi, M.Ag selaku dosen pembimbing yang dengan penuh
kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga skripsi ini
dapat terselsaikan
4. Para dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu kepada
penulis
5. Orang tua Penulis, Bapak Muyono dan Ibu Sofiyah kebanggan tersendiri
6. Kepala SD Islam Ngadirejo Temanggung yang telah memberi izin atas
penelitian ini
7. Dewan guru SD Islam Ngadirejo Temanggung yang telah membantu
kelancaran penyusunan skripsi ini
8. Keluarga besar mbah kerto yang terus memberikan dorongan pada penulis
untuk lulus
9. Peri kecilku chalwa, terima kasih senyumnya yang mengiringi tante saat
jenuh dengan semua ini
10.Sebuah nama, sebuah cerita. Selalu ada proses untuk menyenangkan satu
hati dan selalu tersimpan harap dalam lilin kecilku
11.Anak-anak ekstensi 8E, yang unik, menyebalkan, menyenangkan, kompak,
jalan kita masih panjang
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna, karenanya dengan
senang hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi
penulis dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, Agustus 2010
ABSTRAK
Yuniarti, Laily. 2010. Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evaluasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SD Islam Ngadirejo Temanggung 2009-2010. Skripsi. Juruasan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Drs. Imam Baihaqi, M.Ag.
Kata Kunci : Kompetensi guru
Skripsi ini mengkaji tentang kompetensi guru dalam hal pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Pembahasan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui kompetensi guru yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam serta untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.
Kompetensi guru merupakan kemampuan, keahlian dan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru dalam menjalankan proses pembelajaran yang meliputi
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai kepada
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN DISPOSISI PEMBIMBING……… ii
HALAMAN PENGESAHAN………. iii A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah……… 6
C. Tujuan Penelitian……… 7
D. Manfaat Penelitian……….. 8
E. Landasan Teori……… 8
F. Metode Penelitian……… 9
G. Sistematika Penulusuran Skripsi………. 16
BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Guru……… 18
B. Evaluasi Pembelajaran……… 30
C. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam……….. 48
D. Hubungan Antara Kompetensi Guru dengan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam……… 49
BAB III HASIL PNELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah……….. 52
B. Penyajian Data………. 59
BAB IV Analisis Data Tentang Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam A. Analisis Pendahuluan………. 73
B. Analisis Terhadap Kompetensi Guru………. 74
D. Analisis Lanjutan……… 105 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……….. 106
B. Saran……… 107
DAFTAR PUSTAKA………...
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel.1 : Daftar guru dan karyawan ………. 56
Tabel. 2 : Data Siswa………. 57
Tabel. 3 : Sarana dan Prasarana ………. 58
Tabel. 4 : Data Responden ………. 60
Tabel. 5 : Kisi-kisi Angket ………. 62
Tabel. 6 : Data Kompetensi Guru ……… 63
Tabel. 7 : Nilai Angket ……… 65
Tabel. 8 : Rumusan Tujuan Evaluasi ……….. 67
Tabel. 9 : Rumusan Tujuan Evaluasi Sesuai Karakteristik Siswa ……….. 67
Tabel. 10 : Penetapan Aspek Afektif, Koknitif dan Psikomotorik ……….. 68
Tabel. 11 : Pemilihan Teknik Evaluasi ……….. 69
Tabel. 12: Pembuatan Kisi-kisi Butir Soal ……….. 69
Tabel. 13 : Penilaian Acuan Patokan ……….. 70
Tabel. 14 : Penentuan Frekuensi Evaluasi ……….. 71
Tabel. 15 : Penggunaan Kisi-kisi Soal ……… 71
Tabel. 17 : Penggunaan Instrumen Non Tes ……… 73
Tabel. 18 : Pembuatan Soal Sesuai Dengan Sub Materi …. 73 Tabel. 19 : Penentuan Reliabelitas Dan Validitas Butir Soal ….. 74
Tabel. 20 : Pertimbangan Taraf Kesukaran Soal ………….. 75
Tabel. 21 : Daya Pembeda Penulisan Soal ………. 75
Tabel. 22 : Kesesuaian Soal Dengan Materi ………. 76
Tabel. 23 : Penggunaan Tes Lisan Untuk Materi AL-Qur’an …. 87 Tabel. 24 : Penyediaan Kunci Jawaban ……… 77
Tabel. 25 : Pemberian Tugas Dalam Mengevaluasi ………….... 77
Tabel. 26 : Verifikasi Data ……… 78
Tabel. 27 : Pemberian Skor Pada Butir Soal ……… 79
Tabel. 28 : Pembertahuan Tentang Hasil Evaluasi ………. 80
Tabel. 29 : Pembahasan Hasil Evaluasi ………. 80
Tabel. 30 : Membantu Menyelsaikan Soal Sulit ………. 82
Tabel. 31 : Megklasifikasi Kesalahan-kesalahan Dalam Menjawab Soal ……….. 83
Tabel. 32 : Melaporkan Hasil Evaluasi Kepada Kepala Sekolah ……….. 84
Tabel. 33 : Penyusunan Profil Kemajuan Siswa ……….. 85
Tabel. 34 : Pengadaan Perbaikan ………... 85
Tabel. 35 : Pembatasan Nilai Dari KKM ……… 86
Tabel. 37 : Peningkatan Nilai Setelah Remedial ………. 87
Tabel. 38 : Menindaklanjuti Hasil Evaluasi ……….... 87
Tabel. 39 : Penggunaan Metode Pembelajaran ……… 88
Tabel. 40 : Pemberian Analisis Nilai ……… 89
Tabel. 41 : Penindaklanjutan Proses Belajar Mengajar ….. 89
Tabel. 42 : Pelanjutan Materi ……….. 90
Tabel. 43 : Pemberian Pelajaran Tambahan ……… 91
Tabel. 44 : Pemberian Tugas Tambahan ……… 91
Tabel. 45 : Pemberian Bimbingan Konsling ……… 92
Tabel. 46 : Pemaduan Tes Tertulis, lisan dan Perbuatan …… 92
Tabel. 47 : Pengadaan Ekstrakurikuler ……… 93
Tabel. 48 : Skoring Kompetensi Guru ………. 94
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak
untuk mmimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. Pendidikan juga dapat
diartikan sebagai proses transfer nilai-nilai dari orang dewasa ( guru atau orang
tua ) kepada anak-anak agar menjadi dewasa dalam segala hal. Pendidikan pada
dasarnya merupakan suatu upaya yang bertujuan mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaan pada anak didik dalam mempersiapkan anak didik untuk
menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.
Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa yang sedang
membangun dan dalam masa berkembang. Upaya dalam melaksanakan perbaikan
pendidikan merupakan salah satu hal yang harus dilaksanakan agar suatu bangsa
dapat maju dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Beberapa
upaya yang dilaksanakan antara lain penyempurnaan kurikulum, peningkatan
kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan sarana-sarana
pendidikan dan lain-lain.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam
UU No.20 Tahun 2003 (Sisdiknas, pasal 3), pendidikan nasional berfungsi
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Mulyasa,
2007:4)
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam lembaga pendiikan formal
yaitu sekolah, keberhasilan suatu pendidikan akan ditentukan oleh pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, yaitu keterkaitan antara kegiatan guru dengan siswa.
Kegiatan belajar siswa ditentukan oleh kegiatan guru dalam mengajar. Salah satu
usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran adalah dengan cara memperbaiki
pengajaran yang banyak dipengaruhi oleh guru, karena pengajaran adalah suatu
sistem, maka perbaikannya harus mencakup keseluruhan komponen dalam sistem
pengajaran tersebut. Komponen-komponen yang penting diantaranya adalah
tujuan, materi dan evaluasi.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru, maka seorang guru harus memiliki dan menguasai
perencanaan kegiatan belajar mengajar, melaksanakan kegiatan yang
direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar
mengajar.
Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan pengajaran.
yang erat hubungannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar
yang mendidik. Guru sebagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak
sebatas memberikan bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika
prilaku dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat.
Sebagai seorang pengajar, guru hendaknya mempunyai perencanaan yang
maksimal. Perencanaan tersebut diantaranya tujuan pengajaran, bahan pengajaran,
kegiatan belajar, metode mengajar dan evaluasi. Perencanaan ini merupakan
bagian dari keseluruhan tanggung jawab guru dalam proses pembelajaran.
Dalam segi kurikulum yang diberlakukan pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan adalah KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ). Faktor
guru merupakan hal yang paling penting. Seorang guru harus mempunyai kualitas
yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik. Oleh sebab itu, maka dalam
melaksanakan tugasnya guru harus mempunyai kompetensi.
Kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila
kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten
dalam melakukan tugasnya. Dalam syari’at Islam, meskipun tidak terpaparkan
secara jelas, namun terdapat hadits yang menjelaskan bahwa segala sesuatu itu
Artinya : “ Dari Abu Hurairah r.a,ia berkata “ Rasulullah SAW bersabda: Jika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah saat
kehancurannya.”H. R Bukhori (Hadits Bukhori, 220H:26)
Dari hadits ini dijelaskan bahwa seseorang yang menduduki suatu jabatan
tertentu, haruslah sesuai dengan ilmu atau keahliannya. Hal ini sejalan dengan
pesan kompetensi itu sendiri yang menuntut adanya profesionalitas dan kecakapan
diri. Namun bila seseorang tidak mempunyai kompetensi dibidangnya ( pendidik
), tentu tidak akan menghasilkan suatu prestasi yang optimal.
Dengan kompetensi yang dimiliki, selain menguasai materi dan mengolah
program belajar mengajar, guru juga harus melaksanakan evaluasi dan
pengadministrasiannya. Kemampuan guru dalam melaksanakan evaluasi
merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Sedemikian pentingnya evaluasi
ini sehingga kelas yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan
pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan proses pembelajaran serta
penguasaanya terhadap bahan ajar, dan juga tidak cukup dengan kemampuan guru
dalam menguasai kelas, akan tetapi harus dilengkapi dengan evaluasi terhadap
perencanaan kompetensi siswa yang sangat menentukan dalam konteks
berikutnya, atau kebijakan perlakuan terhadap siswa terkait dengan konsep belajar
tuntas. (Ngalim Purwanto, 2004:3). Dengan kata lain tidak ada satupun usaha
yang dapat memperbaiki mutu proses belajar mengajar yang dapat dilakukan
Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh
dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat
alternatif-alternatif keputusan. (Subari, 1994:174)
Guru harus mampu mengukur kompetensi yang telah dicapai oleh siswa
dari setiap proses pembelajaran atau setelah beberapa unit pelajaran, sehingga
guru dapat menentukan keputusan terhadap siswa tersebut, apakah perlu diadakan
perbaikan serta menentukan rencana pembelajaran berikutnya baik dari segi
materi ataupun rencana strateginya. Oleh karena itu, guru setidaknya mampu
menyusun instrumen tes maupun non tes, mampu membuat keputusan bagi posisi
siswanya, apakah telah dicapai harapan penguasaannya secara optimal atau belum.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru kemudian menjadi suatu kegiatan rutin
yaitu membuat tes, melakukan pengukuran, dan mengevaluasi dari kompetensi
siswa-siswanya sehingga mampu menetapkan kebijakan pembelajaran
selanjutnya.
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu usaha untuk memperbaiki mutu
proses belajar mengajar. Informasi-informasi diperoleh dari pelaksanaan evaluasi
pembelajaran pada gilirannya digunakan untuk memperbaiki kualitas proses
belajar mengajar.
Melihat kenyataan di atas, maka penulis menganggap perlu untuk meneliti
kompetensi guru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama
1. Kompetensi guru mempunyai peran yang sangat besar terhadap
keberhasilan pendidikan.
2. Kompetensi guru merupakan tuntutan yang harus dimiliki agar dapat
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan sehingga proses pembelajaran
akan berjalan optimal.
3. Pentingnya evaluasi pembelajaran yang merupakan suatu usaha untuk
memperbaiki mutu proses belajar mengajar. Informasi-informasi yang
diperoleh dari proses evaluasi pembelajaran pada gilirannya digunakan
untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar
4. Penulis mengambil lokasi SD Islam Ngadirejo Temanggung karena
dilokasi tersebut belum ada yang mengadakan penelitian tentang masalah
tersebut, di samping itu penulis ingin mengetahui kompetensi guru dalam
pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan agama islam di SD Islam
Ngadirejo Temanggung.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa terdorong untuk mengkaji
dan meneliti lebih lanjut mengenai kompetensi guru dalam melaksanakan
tugas-tugasnya yang berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran dalam bentuk
skripsi yang berjudul Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan Evalusai
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Islam Ngadirejo Temanggung
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan, maka untuk
akan membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas sebagai
berikut:
1. Kompetensi yang dimaksud disini adalah kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar khususnya kompetensi profesional.
2. Evaluasi pembelajaran yang akan dikaji adalah evaluasi
formatif Pendidikan Agama Islam yang pada pelaksanaannya
lebih dikenal dengan Ulangan Harian.
Dari latar belakang masalah tersebut,maka dapat ditarik beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Kompetensi Guru dalam Pelaksanaan Evaluasi
Pembelajaran di SD Islam Ngadirejo ?
2. Bagaimana Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang diterapkan di SD Islam Ngadirejo?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penyusunan sekripsi ini
adalah:
1. Untuk mengetahui kompetensi Guru dalam melaksanakan
tugas-tugasnya yang berkaitan dengan evaluasi proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SD Islam Ngadirejo.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SD Islam Ngadirejo.
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi dunia pendidikan
dan sebagai masukan bagi guru betapa pentingnya kompetensi guru dalam
menigkatkan mutu pembelajaran dan keterkaitan kompetensi guru dalam
pelaksanaan evaluasi pembelajaran sehingga dapat menghasilkan hasil
belajar yang optimal.
E. LANDASAN TEORI
Dalam landasan teori ini menjelaskan hal-hal yang berhubungan antara
kompetensi dengan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
1. Pengertian kompetensi
Menurut Usman, kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan
kualifikasi atau kemampuan seseoarang baik kualitatif maupun kuantitatif.
(Kunandar, 2007:51)
Charles E. Johnson, mengemukakan bahwa kompetensi merupakan
perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai
dengan kondisi yang diharapkan. (Moh Uzer Usman, 2005:14)
2. Pengertian Evaluasi
Menurut Mehrens dan Lehman yang dikutip oleh Ngalim
Purwanto, evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
membuat alternative-alternatif keputusan. (Ngalim Purwanto, 2004:3)
Menurut Norman Gronlund, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto
sistematis untuk menentukan kepuasan sampai sejauh mana tujuan yang
dicapai oleh siswa (Ngalim Purwanto, 2004:3 )
Wrightstone dan kawan-kawan, evaluasi pendidikan adalah
penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah
tujuan-tujuan atau nilai yang telah diterapkan didalam kurikulum. (Ngalim
Purwanto, 2004:3)
G. METODE PENELITIAN
1. Populasi dan Sempel
a. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Suharsimi Arikunto,
1987:115). Sedangkan semua individu untuk siapa
kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan
disebut populasi atau universe. Berdasarkan kedua pendapat di atas
populasi adalah seluruh individu atau penduduk dalam wilayah
penelitian yang nantinya akan dikenai hasil penelitian. Populasi
penelitian ini mencakup semua guru kelas yang mengajar di SD Islam
Ngadirejo kecuali guru kelas lima karena disini sebagai peneliti,
sehingga jumlah keseluruhan ada lima orang guru yaitu guru kelas 1,
guru kelas 2, guru kelas 3, guru kelas 4, dan guru kelas 6.
b. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil
Hadi berpendapat sebagian dari populasi disebut sampel (Sutrisno
Hadi, 1978:221).
Sedangkan menurut Nana Sudjana sempel adalah sebagian dari
populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga
betul-betul mewakili populasi (Nana Sudjana, 1989:84).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sampel
adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari keseluruhan
subjek peneliti. Mengenai besar kecilnya sampel tidak ada ketentuan
tetapi perlu diingat bahwa semakin besar sampel yang diambil, maka
kesimpulan yang diperoleh semakin baik. Berdasarkan pendapat
Suharsimi Arikunto yaitu, jika subjeknya kurang dari seratus, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, sedangkan jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15%
atau 20-25% atau lebih, sesuai kemampuan. Mengingat bahwa di SD
Islam Ngadirejo guru agama dipegang oleh guru kelas maka penelitian
akan dilakukan pada seluruh guru kelas kecuali guru kelas lima,
sehingga penelitian ini disebut sebagai penelitian populasi.
2. Variabel Penelitian
Yang dimaksud Variabel adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. (Suharismi Arikunto, 1998:87).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah
kompetensi guru dalam evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam peneitian skripsi ini adalah metode
deskriptif analisis yang ditunjang oleh data yang diperoleh melalui
penelitian kepustakaan (Library Research), dan penelitian lapangan (Field
Research). Adapun penelitian kepustakaan (Library Research) adalah
menelaah, mengkaji dan mempelajari berbagai literature (referensi) yang
erat kaitannya dengan masalah yang akan dibahas. Penelitian lapangan
(Field Research), penulis terjun langsung ke lapangan atau dilakukan di
sekolah dengan melalui observasi, wawancara, angket dan studi
dokumentasi, guna memperoleh data yang jelas dan representatif
4. Definisi Operasional
a. Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau
kemampuan seseoarang baik. (Kunandar, 2007:51)
b. Evaluasi pembelajaran adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk
mengetahui, memahami, dan menggunakan hasil kegiatan belajar
siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. (Abdul Rahman,
2000:71)
c. Pendidikan Agama Islam adalah proses penyampaian
materi/pengalaman belajar atau penanaman nilai ajaran Islam
sebagaimana kepada peserta didik yang beragama Islam. (Chabib
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati data dan mencatat terhadap gejala-gejala yang ada
(Suharismi Arikunto, 1997:204). Observasi ini dilakukan dengan cara
mengamati instrumen-instrumen dalam proses evaluasi serta data yang
dapat menunjang kelengkapan penelitian ini.
b. Wawancara yaitu mengajukan sejumlah pertanyaan lisan yang
langsung ditujukan kepada orang yang banyak mengetahui
permasalahan yang diteliti yaitu Kepala SD Islam Ngadirejo, serta
segenap dewan guru, sehingga didapat informasi tentang Kompetensi
Guru dalam Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
c. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto,
1987:140). Sesuai dengan variabel penulis menggunakan metode
angket sebagai metode pokok dalam penggalian data. Metode angket
ini berguna untuk memperoleh informasi tentang hubungan
kompetensi guru dalam evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
Bentuk angket dibuat tertutup sehingga tidak memberi peluang
kepada guru mengisi secara bebas. Pertanyaan sudah tersedia jawabannya
memudahkan dalam menganalisis data yang dihimpun. Teknik ini penulis
gunakan untuk mengumpulkan data mengenai kompetensi guru dalam
evaluasi pembelajaran dengan responden guru SD Islam Ngadirejo.
Angket bersifat tertutup maksudnya setiap guru memilih jawaban yang
sudah ada dalam angket dan tidak diberi kesempatan untuk membuat
jawaban sendiri. Angket ini diberikan kepada guru kelas 1, 2, 3, 4 dan 6
yang mengajar di SD Islam, guna memperoleh data tentang pelaksanaan
evaluasi pembelajaran.
6. Teknik Analisis Data
Teknis pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
menguraikan keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data
tersebut dapat dipahami oleh penulis dan orang lain.
Untuk mengolah data hasil penelitian, penulis melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Dalam mengolah data, pertama kali yang harus dilakukan adalah
editing, yaitu melakukan edit, memilih atau meneliti angket satu persatu
tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket, sehingga terhindar
dari kekeliruan dan kesalahan.
b. Scoring
Setelah melewati tahap editing, maka selanjutnya penulis
memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam
Adapun pemberian skor untuk tiap jawaban adalah:
Selalu (S) 4
Sering (SR) 3
Kadang-kadang (KK) 2
Tidak Pernah (TP) 1
c. Tabulasi dan analisis
Tabulasi adalah perhitungan terhadap data yang sudah diberikan
skor berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif
yang kemudian diubah menjadi kuantitatif, maka teknik yang
digunakan adalah analisis statistik, yaitu dengan menggunakan rumus
statistik ( prosentase ) yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil
penelitian dengan rumus sebagai berikut:
P = F X 100% N
P : Prosentase Jawaban F : Frekuensi
N : Banyaknya responden
Setelah penulis melakukan penghitungan, selanjutnya
penulis mengkategorikan tentang kompetensi guru dan pelaksanaan
evaluasi pembelajaran berdasarkan skor yang diperoleh dari angket
yang diberikan kepada semua guru kelas kecuali guru kelas lima di
Skor 40-69 : menunjukkan kompetensi guru dalam pelaksanaan
evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
rendah
Skor 70-99 : menunjukkan kompetensi guru dalam pelaksanaan
evaluasi pembelajarn Pendidikan Agama Islam
kurang tinggi
Skor 100-129 : menunjukkan kompetensi guru dalam pelaksanaan
evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
sedang
Skor 130-160 : menunjukkan kompetensi guru dalam pelaksanaan
evaluasi pembelajaran Pendidkan Agama Islam
tinggi
F. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Untuk memberikan gambaran secara umum mengenai apa yang terkandung
dalam skripsi ini, disajikan garis besar sistematika skripsi sebagai berikut:
1. Bagian Awal Skripsi
Pada bagian ini terdapat sampul, lembar logo, judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto
dan persembahan, kata pengantar, abstraks, daftar isi, dan daftar table.
2. Bagian Isi Skripsi
Bagian isi terdiri dari lima bab yang berisi :
Pada bab ini membahas tentang alasan pemilihan judul, pembatasan
dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan
teori, metodologi penelitian dan sistematika skripsi.
b. Bab II Kajian Teori
Pada bab ini membahas tentang konsep-konsep teoritis yang mendasari
penelitian ini, yaitu : pengertian kompetensi guru, teori kompetensi
guru, urgensi kompetensi guru, macam-macam kompetensi guru,
pengertian evaluasi, tujuan evaluasi, fungus evaluasi, prinsip-prinsip
evaluasi, langkah-langkah evaluasi, evaluasi Pendidikan Agama Islam
dan hubungan antara kompetensi guru dengan pelaksanaan evaluasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
c. Bab III Hasil Penelitian
Pada bab ini membahas tentang gambaran umum sekolah yang
meliputi : sejarah singkat sekolah, visi misi sekolah, tujuan sekolah,
profil sekolah, struktur organisasi, data guru dan karyawan, data siswa,
sarana prasarana, kurikulum dan system belajar mengajar serta
penyajian data tentang kompetensi guru dan hasil evaluasi Pendidikan
Agama Islam.
d. Bab IV Analisis Data Tentang Kompetensi Guru Dalam Pelaksanaan
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian serta temuan-temuan
dalam penelitian.
Pada bab ini membahas tentang simpulan dan saran yang diberikan
berdasarkan hasil penelitian.
3. Bagian Akhir Skripsi
BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Guru
1. Pengertian Kompetensi Guru
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan utama dalam konteks
pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional
bangsa Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang
menempati posisi yang strategis dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4. Dalam
situasi pendidikan, khususnya pendidikan formal di sekolah, guru merupakan
komponen yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Ini disebabkan
guru berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain,
guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses
dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian upaya perbaikan apapun
yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan tidak akan memberikan
sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan
berkompeten. Oleh karena itu, diperlukanlah sosok guru yang mempunyai
kualifikasi, kompetensi dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas
profesionalnya.
Guru yang profesional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi
dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi berasal dari kata
competency, yang berarti kemampuan atau kecakapan. Menurut kamus bahasa
Indonesia, kompetensi dapat diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk
kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna diantaranya adalah sebagai
berikut:
Menurut Usman, kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan
kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun kuantitatif
(Kunandar, 2007:51).
Charles E. Johnson, mengemukakan bahwa kompetensi merupakan
perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan
kondisi yang diharapkan (Moch. User Usman, 2005:14).
Kompetensi merupakan suatu tugas yang memadai atas kepemilikan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang
(Rostiyah N.K, 1989:4). Kompetensi juga berarti sebagai pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak (Kunandar, 2007:52).
Pengertian kompetensi ini, jika digabungkan dengan sebuah profesi yaitu
guru atau tenaga pengajar, maka kompetensi guru mengandung arti kemampuan
seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung
jawab dan layak atau kemampuan dan kewenangnan guru dalam melaksanakan
profesi keguruannya (Moch. User Usman, 2005:14).
Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan
yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat
dan efektif (Kunandar, 2007:55).
Namun, jika pengertian kompetensi guru tersebut dikaitkan dengan
manusia, terutama dalam mencapai ketentraman batin dan kesehatan mental pada
umumnya. Agama Islam merupakan bimbingan hidup yang paling baik, pencegah
perbuatan salah dan munkar yang paling ampuh, pengendali moral yang tiada
taranya. Maka kompetensi guru agama Islam adalah kewenangan untuk
menentukan Pendidikan Agama Islam yang akan diajarkan pada jenjang tertentu
di sekolah tempat guru itu mengajar (Zakiyah Darajat, 1995:95).
Kemampuan guru tidak hanya memiliki keunggulan pribadi yang dijiwai
oleh keutamaan hidup dan nilai-nilai luhur yang dihayati serta diamalkan. Namun
seorang guru hendaknya memiliki kemampuan paedagogis atau hal-hal mengenai
tugas-tugas kependidikan seorang guru.
2. Urgensi Kompetensi Guru
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses
belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan
antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Agar proses pembelajaran
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka guru mempunyai tugas dan
peranan yang penting dalam mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai berbagai
kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Dengan
kompetensi tersebut, maka akan menjadikan guru profesional, baik secara
Masalah kompetensi guru merupakan hal urgen yang harus dimiliki oleh setiap
guru dalam jenjang pendidikan apapun. Guru yang terampil mengajar tentu harus
pula memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan social adjustment dalam
masyarakat. Kompetensi guru sangat penting dalam rangka penyusunan
kurikulum. Ini dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun berdasarkan
kompetensi yang dimiliki oleh guru. Tujuan, program pendidikan, sistem
penyampaian, evaluasi, dan sebagainya, hendaknya direncanakan sedemikian rupa
agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru secara umum. Dengan demikian
diharapkan guru tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik
mungkin. Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa, kompetensi
guru berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan
saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi
sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing
para siswa. Guru yang berkompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya,
sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal (Oemar Hamaliki,
2006:36)
Agar tujuan pendidikan tercapai, yang dimulai dengan lingkungan belajar
yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi dan meningkatkan
kompetensinya. Di antara kriteria-kriteria kompetensi guru yang harus dimiliki
meliputi:
b. Kompetensi afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang sikap,
menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-hal yang
berkenaan dengan tugas dan profesinya.
c. Kompetensi psikomotorik, yaitu kemampuan guru dalam berbagai
keterampilan atau berperilaku (Nana Sudjana, 1989:18).
3. Macam-macam Kompetensi Guru
Secara umum, guru harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki
capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang
ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang
baik dan mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas
keguruan, yakni terhadap tugas-tugas yang tidak semata di dalam kelas, tapi
sebelum dan sesudah kelas (Dede Rosyada, 2004:112-113)
Kedua kategori, capability dan loyality tersebut, terkandung dalam
macam-macam kompetensi guru. Kompetensi guru meliputi kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.
a. Kompetensi Personal
Dalam kompetensi personal ini telah mencakup kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial yang merupakan modal dasar bagi guru dalam menjalankan
tugas dan keguruannya secara profesional. Kompetensi personal guru menunjuk
perlunya struktur kepribadian dewasa yang mantap, susila, dinamik (reflektif serta
berupaya untuk maju), dan bertanggung jawab. Kompetensi kepribadian sangat
besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta
terperinci yaitu bahwa pendidik harus mempunyai kepribadian yang patut
diteladani. Kompetensi ini juga sangat penting dalam membentuk kepribadian
anak, guru menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta
mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara dan bangsa pada umumnya
(Mulyasa, 2007:117).
Sedangkan kompetensi sosial dimaksudkan bahwa guru mampu
memfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial di masyarakat dan lingkungannya
sehingga mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, serta
masyarakat sekitar (Mulyasa, 173-174).
Menurut A.S Lardizabal, kompetensi personal-sosial adalah sebagai berikut
(Samana, 1994:55-57) :
1) Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan
keimanan)
2) Guru hendaknya mampu bertindak jujur dan bertanggungjawab
3) Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di lingkup sekolah maupun
luar sekolah
4) Guru bersikap bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun
demi tujuan yang baik.
5) Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan
budaya masyarakatnya.
6) Dalam persahabatan dengan siapapun, guru hendaknya tidak kehilangan
7) Bersedia ikut berperan serta dalam bebagai kegiatan sosial.
8) Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil
9) Guru tampil secara pantas dan rapi.
10)Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan
11)Guru hendaknya mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan
penyelesaian tugas-tugasnya.
12)Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya secara bijaksana dan
Produktif.
b. Kompetensi Profesional
Dalam standar nasional pendidikan, kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Terdapat sepuluh kemampuan
dasar keguruan yang menjadi tolok ukur kinerjanya sebagai pendidik profesional,
diantaranya adalah sebagai berikut (Samana, 1994:61-69):
1) Guru dituntut menguasai bahan ajar. Penguasaan bahan ajar dari para guru
sangatlah menentukan keberhasilan pengajarannya. Guru hendaknya
menguasai bahan ajar wajib (pokok), bahan ajar pengayaan dan bahan ajar
penunjang dengan baik untuk keperluan pengajarannya, mampu
menjabarkan serta mengorganisasikan bahan ajar secara sistematis, relevan
dengan tujuan instruksional khusus (TIK), selaras dengan perkembangan
(mutakhir) dan dengan memperhatikan kondisi serta fasilitas yang ada di
sekolah dan atau yang ada di lingkungan sekolah.
2) Guru mampu mengolah program belajar mengajar. Guru diharapkan
menguasai secara fungsional tentang pendekatan sistem pengajaran, asas
pengajaran, prosedur-metode, strategi-teknik pengajaran, menguasai
secara mendalam serta berstruktur bahan ajar, dan mampu merancang
penggunaan fasilitas pengajaran.
3) Guru mampu mengelola kelas, usaha guru menciptakan situasi sosial
kelasnya yang kondusif untuk belajar sebaik mungkin.
4) Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran. Kemampuan
guru
dalam membuat, mengorganisasi, dan merawat serta menyimpan alat
pengajaran dan atau media pengajaran adalah penting dalam upaya
meningkatkan mutu pengajaran.
5) Guru menguasai landasan-landasan kependidikan. Guru yang menguasai
dasar keilmuan dengan mantap akan dapat memberi jaminan bahwa
siswanya belajar sesuatu yang bermakna dari guru yang bersangkutan.
6) Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar, guru mampu berperan
sebagai motivator, inspirator, organisator, fasilitator, evaluator, membantu
penyelenggaraan administrasi kelas serta sekolah, ikut serta dalam layanan
B.K di sekolah. Dalam pengajaran guru dituntut cakap dalam aspek
7) Guru mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Keahlian guru dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar siswa
mempunyai dampak yang luas, data penilaian yang akurat sangat
membantu untuk menentukan arah perkembangan diri siswa, memandu
usaha, optimalisasi dan integrasi perkembangan diri siswa. Yang
pertama-tama perlu dipahami oleh guru secara fungsional adalah bahwa penilaian
pengajaran merupakan bagian integral dari sistem pengajaran. Jadi
kegiatan penilaian yang meliputi penyusunan alat ukur (tes),
penyelenggaraan tes, koreksi jawaban siswa serta pemberian skor,
pengelolaan skor, dan menggunakan norma tertentu, pengadministrasian
proses serta hasil penilaian dan tindak lanjut penilaian hasil belajar berupa
pengajaran remedial serta layanan bimbingan belajar dan seluruh tahapan
penilaian tersebut perlu diselaraskan dengan kemampuan sistem
pengajaran.
8) Guru mengenal fungsi serta program pelayanan BK. Mampu menjadi
partisipan yang baik dalam pelayanan B.K di sekolah, membantu siswa
untuk mengenali serta menerima diri serta potensinya membantu
menentukan pilihan-pilihan yang tepat dalam hidup, membantu siswa
berani menghadapi masalah hidup, dan lain-lain.
9) Guru mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi sekolah,
guru dituntut cakap atau mampu bekerjasama secara terorganisasi dalam
10)Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan mampu
menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan
pengajaran. Tuntutan kompetensi dibidang penelitian kependidikan ini
merupakan tantangan kualitatif bagi guru masa kini dan yang akan datang.
Untuk keberhasilan dalam mengemban peran sebagai guru, diperlukan adanya
standar kompetensi, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Berdasarkan UU sisdiknas No. 14 tentang guru dan dosen
pasal 10, menentukan bahwa kompetensi guru meliputi kmpetensi padagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi (UU Sisdiknas, 2006:9).
a. Kompetensi Padagogik
Kompetensi padagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik (Mulyasa, 2007:75). Kompetensi ini meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi paedagogik merupakan
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut (Mulyasa, 2007:75) ;
1) Pemahaman wawasan / landasan kependidikan
2) Pemahaman terhadap peserta didik
3) pengembangan kurikulum / silabus
4) Perancangan pembelajaran
6) Pemanfaatan tekhnologi pembelajaran
7) Evaliasi Hasil Belajar (EHB)
8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian
Dalam standar nasional pendidikan, dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi
kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk
kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia
(SDM) serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada
umumnya (Mulyasa, 2007:117).
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua / wali peserta didik dan masyarakat
sekitar. Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk (Mulyasa,
2007:173) :
1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua / wali peserta didik; dan
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi,
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar
nasional pendidikan. Adapun ruang lingkup kompetensi profesional sebagai
berikut (Mulyasa, 2007:135-136)
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi,
psikologis, sosiologis, dan sebagainya
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembanga
peserta didik
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media dan
sumber belajar yang relevan
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik
8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik
Dengan diberlakukannya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
tugas kependidikan maka dalam melaksanakan kegiatan penilaian yang
merupakan salah satu ciri yang melekat pada pendidik profesional. Seorang
pendidik profesional selalu menginginkan umpan balik atas proses pembelajaran
yang dilakukannya. Hal tersebut dilakukan karena salah satu indikator
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh tingkat keberhasilan yang dicapai
peserta didik. Dengan demikian, hasil penilaian dapat dijadikan tolok ukur
keberhasilan proses pembelajaran dan umpan balik bagi pendidik untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilakukan. Adanya
komponen-komponen yang menunjukkan kualitas mengevaluasi akan lebih memudahkan
para guru untuk terus meningkatkan kualitas menilainya. Dengan demikian,
berarti bahwa setiap guru memungkinkan untuk dapat memiliki kompetensi
menilai secara baik dan menjadi guru yang bermutu (Kunandar, 2005:66)
1. Mempelajari fungsi penilaian
2. Mempelajari bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian
3. Menyusun teknik dan prosedur penilaian
4. Mempelajari kriteria penilaian teknik dan proseur penialaian
5. Menggunakan teknik dan dan prosedur penilaian
6. Mengolah dan menginterpretasikan hasil penilaian
7. Menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar
8. Menilai teknik dan prosedur penilaian
Dalam standar kompetensi guru Temanggung, hal penguasaan teknik
evaluasi, guru yang berkompeten mampu melaksanakan evaluasi proses dan hasil
serta manfaat pembelajaran yaitu dengan:
1. Mengidentifikasi berbagai jenis alat atau cara penilaian
2. Menentukan metode yang tepat dalam menilai hasil belajar
3. Membuat dan mengembangkan alat evaluasi sesuai kebutuhan
4. Menentukan kriteria keberhasilan dalam melakukan evaluasi
5. Menganalisis hasil evaluasi dan melaksanakan tindak lanjut
B. Evaluasi Pembelajaran
1. Pengertian, Tujuan, Fungsi Evaluasi
Dalam pendidikan terjadi proses belajar mengajar yang sistematis, yang
terdiri dari banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak
bersifat terpisah atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur,
saling bergantung dan berkesinambungan. Proses belajar mengajar pada dasarnya
adalah interaksi yang terjadi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan. Guru sebagai pengarah dan pembimbing, sedang siswa sebagai orang
yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh perubahan yang terjadi pada
diri siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, maka guru bertugas
melakukan suatu kegiatan yaitu penilaian atau evaluasi atas ketercapaian siswa
dalam belajar. Selain memiliki kemampuan untuk menyusun bahan pelajaran dan
keterampilan menyajikan bahan untuk mengkondisikan keaktifan belajar siswa,
karena evaluasi merupakan salah satu komponen penting dari kegiatan belajar
mengajar.
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation. Menurut Mehrens dan
Lehmann yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, evaluasi dalam arti luas adalah
suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat
diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Ngalim Purwanto,
2004:3). Dalam hubungan dengan kegiatan pengajaran, evaluasi mengandung
beberapa pengertian, diantaranya adalah:
a. Menurut Norman Gronlund, yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam
buku Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, evaluasi adalah
suatu proses yang sistematis untuk menentukan keputusan sampai sejauh
mana tujuan dicapai oleh siswa.
b. Wrightstone dan kawan-kawan, evaluasi pendidikan adalah penaksiran
terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau
nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum (Ngalim Purwanto, 2004:3)
Selanjutnya, Roestiyah dalam bukunya Masalah-masalah ilmu keguruan yang
kemudian dikutip oleh Slameto, mendeskripsikan pengertian evaluasi sebagai
berikut (Slameto, 2001:6):
a. Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan
mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil
keputusan.
b. Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,
mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong
dan mengembangkan kemampuan belajar.
c. Dalam rangka pengembangan sistem instruksional, evaluasi merupakan
suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program telah berjalan seperti
yang telah direncanakan.
d. Evaluasi adalah suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan
dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telah berada di jalan yang
diharapkan.
Seorang pendidik harus mengetahui sejauh mana keberhasilan pengajarannya
tercapai dengan baik dan untuk memperbaiki serta mengarahkan pelaksanaan
proses belajar mengajar, dan untuk memperoleh keputusan tersebut maka
diperlukanlah sebuah proses evaluasi dalam pembelajaran atau yang disebut juga
dengan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap
proses belajar mengajar. Secara sistemik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada
komponen-komponen sistem pembelajaran yang mencakup komponen raw input,
yakni perilaku awal (entry behavior) siswa, komponen input instrumental yakni
kemampuan profesional guru atau tenaga kependidikan, komponen kurikulum
(program studi, metode, media), komponen administrative (alat, waktu, dana),
komponen proses ialah prosedur pelaksanaan pembelajaran, komponen output
ialah hasil pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan pembelajaran (Oemar
Hamaliki, 1995-171)
Dilihat dari fungsinya yaitu dapat memperbaiki program pengajaran, maka
formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar
untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri (Nana
Sudjana, 1991:5). Menurut Anas Sudijono, evaluasi formatif ialah evaluasi yang
dilaksankan ditengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran,
yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan program pelajaran atau subpokok
bahasan dapat diselesaikan, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta
didik .telah terbentuk. sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan
(Anas Sudijono, 2006:23). Secara umum, dalam bidang penidikan, evaluasi
bertujuan untuk :
a. Memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana
tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam
pencapaian tujuan-tujuan kurikuler setelah menempuh proses
pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
b. Mengukur dan menilai sampai di manakah efektifitas mengajar dan
metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh
pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh peserta.
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evluasi dalam bidang
pendidikan adalah:
a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
Pendidikan.
b. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan
dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya (Anas Sudijono,
2006:17)
Evaluasi dalam pembelajaran dilakukan untuk kepentingan pengambilan
keputusan, misalnya tentang akan digunakan atau tidaknya suatu pendekatan,
metode, atau teknik. Dalam keadaan pengambilan keputusan proses pembelajaran,
evaluasi sangat penting karena telah memberikan informasi mengenai
keterlaksanaan proses belajar mengajar, sehingga dapat berfungsi sebagai
pembantu dan pengontrol pelaksanaan proses belajar mengajar. Dengan demikian,
betapa penting fungsi evaluasi itu dalam proses belajar mengajar. Dalam
keseluruhan proses pendidikan, secara garis besar evaluasi berfungsi untuk
(Slameto, 2001:15-16) :
a. Mengetahui kemajuan kemampuan belajar murid. Dalam evaluasi
formatif, hasil dari evaluasi selanjutnya digunakan untuk memperbaiki
cara belajar siswa.
b. Mengetahui status akademis seseorang siswa dalam kelasnya.
c. Mengetahui penguasaan, kekuatan dalam kelemahan seseorang siswa atas
suatu unit pelajaran.
d. Menegtahui efisiensi metode mengajar yang digunakan guru.
e. Menunjang pelaksanaan B.K di sekolah.
f. Memberi laporan kepada siswa dan orang tua
g. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan promosi siswa.
h. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk keperluan pengurusan (streaming)
serta
j. Memberi informasi kepada masyarakat yang memerlukan, dan
k. Merupakan feedback bagi siswa, guru dan program pengajaran.
l. Sebagai alat motivasi belajar mengajar
m. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan (Ngalim Purwanto, 1984:7)
Bagi guru fungsi evaluasi perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar
evaluasi yang diberikan benar-benar mengenai sasaran. Hal ini didasarkan karena
hampir setiap saat guru melaksanakan kegiatan evaluasi untuk menilai
keberhasilan belajar siswa serta program pengajaran.
2. Prinsip Evaluasi
Prinsip diperlukan sebagai pemandu dalam kegiatan evaluasi. Diantar
prinsip-prinsip evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Objektif
Evaluasi harus dilaksanakan secara objektif. Objektif artinya tanpa
pengaruh, karena evaluasi harus berdasarkan data-data yang nyata dan
harus berdasarkan testing yang telah dilaksanakan.
b. Prinsip Kontinu
Evaluasi harus dilaksanakan secara kontinu. Maksudnya evaluasi itu harus
dilaksanakan terus menerus.
Evaluasi hendaknya dilaksanakan secara komprehensif. Artinya evaluasi
itu hendaknya sejauh mungkin harus mengena pada semua aspek
kepribadian murid (Subari, 1994:172)
Sedangkan prinsip evaluasi menurut standar penilaian pendidikan
jenjang pendidikan dasar dan menengah, prinsip tersebut mencakup
(BSNP, 2007:4-6):
a. Sahih
Berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun
melalui prosedur sebagaimana dijelaskan dalam panduan agar memiliki
bukti kesahihan dan keandalan.
b. Objektif
Berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai. Oleh karena itu, pendidik perlu
menggunakan rubrik atau pedoman dalam memberikan skor terhadap
jawaban peserta didik atas butir soal uraian dan tes praktik atau kinerja
sehingga dapat meminimalkan subjektivitas pendidik.
c. Adil
Berarti penilaian tidak menguntungkan dan tidak merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus, perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, atau gender. Faktor-faktor
tersebut tidak relevan di dalam penilaian, oleh karena itu perlu dihindari
d. Terpadu
Berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang
tidak terpisahkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian
benar-benar dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
diselenggarakan oleh peserta didik. Jika hasil penilaian menunjukkan
banyak peserta didik yang gagal, sementara instrumen yang digunakan
sudah memenuhi persyaratan secara kualitatif, berarti proses pembelajaran
kurang baik. Dalam hal demikian, pendidik harus memperbaiki rencana
dan/atau pelaksanaan pembelajarannya.
e. Terbuka
Berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena
itu, pendidik menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian kepada
peserta didik, dan pihak yang berkepentingan dapat mengakses prosedur
dan kriteria penilaian serta dasar penilaian yang digunakan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan
Berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau
perkembangan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, penilaian bukan
semata-mata untuk menilai prestasi peserta didik melainkan harus
mencakup semua aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan
pembinaan.
Berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaian dirancang dan
dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.
Dalam penilaian kelas, misalnya, guru mata pelajaran agama menyiapkan
rencana penilaian bersamaan dengan menyusun silabus dan RPP.
h. Beracuan kriteria
Berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian disusun dengan merujuk
pada kompetensi (SKL, SK, dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan
didasarkan pada kriteria pencapaian yang telah ditetapkan.
i. Akuntabel
Berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan
mengikuti prinsip-prinsip keilmuan dalam penilaian dan keputusan yang
diambil memiliki dasar yang objektif.
3. Teknik-Teknik Evaluasi
Istilah teknik dapat diartikan sebagai alat. Jadi teknik evaluasi berarti alat yang
digunakan dalam rangka melakukan kegiatan evaluasi. Berbagai macam teknik
penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi sesuai dengan
kompetensi yang dinilai. Dalam konteks evaluasi hasil proses pembelajaran di
sekolah dikenal adanya 2 macam teknik, yaitu teknik tes, maka evaluasi dilakukan
dengan jalan menguji peserta didik, sedangkan teknik non test, maka evaluasi
a. Teknik tes
Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran
dan penilaian dibidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah oleh
testee sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku dengan
nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan dengan nilai standar
tertentu (Anas Sudijono, 2006:67)
Ditinjau dari segi fungsi yang dimiliki oleh tes sebagai alat pengukur
perkembangan belajar peserta didik, tes dibedakan menjadi tiga golongan:
1) Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui
kelemahankelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
siswa tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat (Suharsimi
Arikunto, 2002:63)
2) Tes formatif, adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sudah
sejauhmanakah peserta didik telah terbentuk sesuai dengan tujuan
pengajaran yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Di sekolah.sekolah tes formatif
ini dikenal dengan istilah ulangan harian.
3) Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan
satuan program pengajaran selesai diberikan, di sekolah tes ini dikenal
dengan .ulangan umum, dimana hasilnya digunakan untuk mengisi nilai
raport atau mengisi Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) atau Ijazah (Anas
Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu, tes
tertulis dan tes lisan (Anas Sudijono, 2006:75)
b. Teknik non tes
Dengan teknik non tes (Suharsimi Arikunto, 2002:27-31), maka penilaian
atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta
didik, melainkan dilakukan dengan cara :
1) Skala bertingkat (Rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu
hasil pertimbangan.
2) Quesioner (Angket)
Yaitu sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden)
3) Daftar cocok (Check list)
Yaitu deretan pernyataan dimana responden yang dievaluasi tinggal
membubuhkan tanda cocok (√) ditempat yang sudah disediakan.
4) Wawancara (Interview)
Suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
5) Pengamatan (observation)
Suatu tehnik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti serta pencatatan secara sistematis.