• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontinuitas Dan Perubahan Busana Pengantin Gaya Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kontinuitas Dan Perubahan Busana Pengantin Gaya Yogyakarta"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN

BUSANA PENGANTIN GAYA YOGYAKARTA

TESIS

PENGKAJIAN SENI

untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat magister dalam bidang Seni, Minat Utama Seni Kriya Tekstil

Sri Ika Damayanti

NIM: 1320779412

PROGRAM PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN

PASCASARJANA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2015

(2)

TESIS

PENGKAJIAN SENI

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN BUSANA

PENGANTIN GAYA YOGYAKARTA

Oleh

Sri Ika Damayanti

NIM. 1320779412

Telah dipertahankan pada tanggal 9 Juli 2015 di depan Dewan Penguji yang terdiri dari

Pembimbing Utama, Penguji Ahli,

Dr. Rina Martiara M. Hum. Dr. Yulriawan Dafri, M. Hum.

Ketua Tim Penilai,

Dr. Fortunata Tyas Rinestu, M.Si.

Yogyakarta,………. Direktur,

Prof. Dr. Djohan Salim, M.Si.

(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi manapun.Tesis ini merupakan hasil penelitian yang didukung berbagai referensi, dan sepengetahuan saya belum pernah ditulis dan dipublikasikan kecuali yang secara tertulis diacu dan disebutkan dalam kepustakaan.

Saya bertanggungjawab atas keaslian tesis ini, dan saya bersedia menerima sanksi apabila dikemudian hari ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini.

Yogyakarta, 9 Juli 2015 Yang membuat pernyataan,

Sri Ika Damayanti NIM: 1320779412

(4)

STUDY OF CONTINUITY AND CHANGE A

YOGYAKARTA CUSTOM WEDDING DRESS

Thesis

Postgraduate Program of Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta By Sri Ika Damayanti

ABSTRACT

Yogyakarta style wedding dress which used to had its own rule of usage is currently experiencing growth in various forms. Use of Yogyakarta original style wedding dress should only be used by relatives of the palace while today it can be used by various groups. Therefore, it becomes interesting to study about the development of Yogyakarta custom wedding dress which occurs in a common society. This study use a approach of social design history by collecting data through interviews, observation, and library research documentation. The data obtained were analyzed textualy and contextualy to determine the value of the contunuity and change of Yogyakarta wedding dress.

The result of the research, shows that of the custom a social environment habits unconsciously has affected the continuity and change of the custom wedding dress.The development of Yogyakartatraditional weddingdressactuallyhave a positive impact on the sustainability of the application of traditional wedding today’s dynamic. Changing and styling the wedding dress are a form of creativity as a cultural regeneration. It does not necessarily take over the position of clasical Yogyakarta wedding dress, since a classical culture can never be better. The existence of the wedding dress modification under the Yogyakarta classicalwedding dress.

This research is occurs be a contribution to the development of fashion design, especially in Yogyakarta custom wedding dress which gets varied and to bea reference for the future research.

(5)

v

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN BUSANA

PENGANTIN GAYA YOGYAKARTA

Tesis

Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta Oleh Sri Ika Damayanti

ABSTRAK

Busana pengantin gaya yogyakarta yang semula memiliki aturan pemakaian tersendiri, saat ini mengalami perkembangan bentuk yang beragam. Penggunaan busana pengantin gaya Yogyakarta semula hanya boleh digunakan oleh kerabat keraton sedangkan saat ini dapat digunakan oleh berbagai kalangan. Maka menjadi menarik untuk diungkapkan mengenai perkembangan busana pengantin adat Yogyakarta yang ada di masyarakat umum. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah sosial desain dengan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pengamatan, dan sumber tertulis. Data yang diperoleh dianalisis secara tekstual dan kontekstual untuk mengetahui nilai yang bertahan dan berubah pada busana pengantin gaya Yogyakarta.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebiasaan yang ada lingkungan sosial secara tidak sadar telah mempengaruhi kontinuitas dan perubahan busana pengantin. Perubahan yang ada pada pada busana pengantin gaya Yogyakarta justru berdampak positif pada keberlanjutan penerapan pernikahan adat dalam dinamika masa kini. Perubahan dan penggayaan yang ada pada busana pengantin merupakan wujud kreatifitas sebagai upaya regenerasi budaya. Hal tersebut tidak lantas mengambil alih posisi busana pengantin gaya Yogyakarta yang pakem, karena suatu budaya yang klasik tidak dapat lagi ditandingi. Keberadaan modifikasi busana pengantin di bawah busana pengantin gaya Yogyakarta klasik.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap perkembangan desain busana, khususnya pada busana pengantin adat Yogyakarta yang semakin beragam dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ini dapat selesai. Tesis dengan judul Kontinuitas dan Perubahan Busana Pengantin Gaya Yogyarta ini dapat selesai tepat waktu karena bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui ini penulis turut menyampaikan terimakasih setulus-tulusnya kepada;

1. Prof. Dr. Djohan Salim, M.Si. selaku Direktur Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

2. Dr. Rina Martiara, M. Hum. selaku pembimbing yang telah memberi banyak bimbingan dan masukan demi kemajuan tesis penulis.

3. Dr.Yulriawan Dafri, M.Hum. selaku penguji ahli.

4. Dr. Fortunata Tyas Rinestu, M.Si. selaku ketua tim penila. 5. Seluruh Dosen dan staff karyawanPascasarjana ISI Yogyakarta.

6. Seluruh narasumber dan responden yang telah banyak membantu dalam proses penelitian, terutama Ibu Djiyah dan segenap karyawan salon Dewi

7. Suami sekaligus sahabat dan rekan menyelesaikan tugas akhir, Prasetiyo Yunianto yang dengan sabar mendampingi selama penelitian.

8. Kedua orang tua terkasih, Bapak dan Ibu untuk kasih sayang yang tak pernah henti. Adik dan seluruh keluarga besar yang senantiasa mendukung penulis

(7)

vii

9. Seluruh rekan bertukar pendapat terhadap penelitian ini dan teman Pascasarjana ISI Yogyakarta, khususnya angkatan 2013.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam karya tulis ini, karenanya saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kemajuan penulis kedepan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya di lingkup kriya.

Yogyakarta, 9 Juli 2014 Sri Ika Damayanti

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

ABSTRAK... .. iv

ABSTRACT... ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Arti Penting Topik ... 7

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 18

B. Landasan Teori ... 16

1. Sejarah Sosial Desain ... 16

2. Estetika ... 19

BAB III. METODE PENELITIAN ... 31

BAB IV. TINJAUAN UMUM PERNIKAHAN ADAT YOGYAKARTA A. Pernikahan Adat Yogyakarta 1. Prosesi Persiapan Pernikahan ... 35

a. Nontoni ... 35 b. Lamaran ... 36 c. Nyekar ... 38 d. Peningsetan ... 39 e. Pasang Tarub ... 41 f. Siraman ... 44 g. Upacara Ngerik ... 48 h. Dulangan Pungkasan ... 50 i. Midodareni ... 50 2. Upacara Pernikahan a. Ijab ... 53 b. Panggih ... 55

(9)

ix

a. Tata Rias Pengantin Perempuan ... 63

b. Perlengkapan Busana Pengantin Perempuan ... 67

c. Tata Rias Pengantin Pria ... 68

d. Perlengkapan Busana Pengantin Pria ... 68

2. Corak Paes Ageng a. Tata Rias Pengantin Perempuan ... 70

b. Perlengkapan Busana Pengantin Perempuan ... 73

c. Tata Rias Pengantin Pria ... 75

d. Perlengkapan Busana Pengantin Pria ... 76

BAB V. Kontinuitas dan Perubahan Busana Pengantin Gaya Yogyakarta A.Kronologi Perkembangan Busana Pengantin Gaya Yogyakarta ... 78

B.Faktor Penyebab Kontinuitas dan Perubahan Busana Pengantin Adat Yogyakarta ... 90

C.Kontinuitas dan Perubahan Busana Pengantin Gaya Yogyakarta ... 100

BAB VI. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 121

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Perkembangan pemakaian busana pengantin gaya Yogyakarta . 2

Gambar 1. 2. Busana pengantin adat disesuaikan dengan selera pribadi ... 4

Gambar. 2.1. Unsur garis dalam struktur busana ... 21

Gambar. 2.2 Ilusi visual pada busana ... 22

Gambar 2.3 Unsur arah pada busana ... 23

Gambar 2.4 Unsur bidang pada desain busana ...24

Gambar 2.5 Ilusi visual gelap terang pada busana ... 28

Gambar 4.1 Memasang Bleketepe ... 42

Gambar 4.2 Prosesi siraman ... 45

Gambar 4.3 Akad nikah ... 53

Gambar 4.4 Penyerahan pisang sanggan ... 55

Gambar 4.5 Gepyok kembar mayang ... 56

Gambar 4.6 Prosesi balangan gantal ... 57

Gambar 4.7 wijikan ... 58

Gambar 4.8. Sungkeman ... 60

Gambar 4.9 Corak Putri ... 62

Gambar 4.10 Corak Paes Ageng ... 62

Gambar 4.11 Cengkorongan paes corak putri ... 64

Gambar 4.12 Sanggul Pelik ... 66

Gambar 4.13. Rias wajah corak paes ageng ... 71

Gambar 5.1 Kirab Pernikahan GKR Pembayun ... 79

Gambar 5.2 Pernikahan Putra SBY ... 81

Gambar 5.3. Busana pengantin adat muslim tanpa paes ... 84

Gambar 5.4. Busana kanigaran modifikasi ... 87

Gambar 5.5. Paes ageng muslim ... 88

Gambar 5.6. Yogya Putri muslim ... 89

Gambar 5.7. Suasana kirab pernikahan putri Sultan HB X ... 91

Gambar 5.8. Juru rias memakaikan dodot ... 98

Gambar 5.9 Adaptasi rancangan Anne Avantie ... 96

Gambar 5.10. Pengaruh publik figur pada busana pengantin... 98

Gambar 5.11. Majalah khusus pernikahan ... 99

Gambar 5.12. Corak paes yogya putri dan yogya putri muslim ... 102

Gambar 5.13 Corak paes ageng dan paes ageng muslim ... 103

Gambar 5.14 Adaptasi penggunaan veil ... 112

Gambar 5.15. Perubahan busana kebaya akad nikah ... 112

Gambar 5.16. Perubahan busana kebaya resepsi ... 113

Gambar 5.17. Modifikasi hiasan kepala ... 114

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan merupakan tahapan penting yang memiliki makna mendalam dan diharapkan hanya terjadi sekali pada hidup manusia. Upacara pernikahan pada dasarnya merupakan suatu peralihan terpenting dalam life cycle (daur hidup) seseorang yaitu peralihan dari tingkat remaja ke tingkat hidup berkelurga (rite

passage) (Koentjaraningrat, 1981:90). Pernikahan berfungsi sebagai proses

peresmian ikatan dua manusia yang diterima secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Pada fungsi sosial, upacara pernikahan merupakan pernyataan kepada masyarakat luas mengenai tingkat hidup baru yang telah dicapai, maka menjadi suatu kewajaran apabila pernikahan seringkali dilaksanakan sebagai perhelatan istimewa yang melibatkan banyak orang di lingkungannya sebagai wujud bahagia dan syukur. Prosesi pernikahan akan disambut sukacita dengan diikuti serangkaian ritual.

Pernikahan dengan adat Jawa, khususnya gaya Yogyakarta memiliki rangkaian prosesi yang kaya simbol dan makna, dengan berbagai macam

ubarampe. Setiap tata upacara dan atribut pendukungnya menjadi perpanjangan harapan akan doa dan kebaikan bagi sang pengantin. Rias dan busana pengantin termasuk hal yang diperhatikan didalamnya, ada makna yang terkandung di dalamnya. Namun dalam perkembangannya di masyarakat, tata upacara

(12)

pernikahan yang bersumber pada Keraton telah mengalami perubahan (variasi) menyesuaikan dengan masyarakat setempat (Suwarna, 2006:17).

Pada pernikahan adat Yogyakarta terdapat pola dan aturan, termasuk dalam penggunaan busana yang bersumber dari Keraton Yogyakarta. Ada beberapa gaya dalam busana pengantin Yogyakarta, yaitu busana pengantin paes ageng, paes ageng kanigaran, paes ageng jangan menir, yogya putri, kasatrian ageng, dan kasatrian. Di dalam keraton, jenis busana dan rias tersebut memiliki fungsinya masing-masing, menyesuaikan dengan prosesi acara. Pada masyarakat umum, jenis rias dan busana tersebut seringkali disesuaikan dengan selera dan kebutuhan pribadi. Misalnya gaya paes ageng yang digunakan ketika prosesi

panggih di keraton, saat ini banyak digunakan untuk akad atau pemberkatan pernikahan masyarakat umum. Sebelumnya, corak paes ageng hanya boleh digunakan oleh kerabat dalam keraton saja. Ketika era pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX, pada tahun 1940 tata rias paes ageng mulai diizinkan untuk dikenakan di luar keraton.

(13)

3

Pemilihan busana menjadi suatu bagian yang penting bagi seorang calon pengantin, karena pernikahan merupakan momen yang dinantikan sebagai pintu masuk kehidupan bersama pasangan pilihannya.Terlebih apabila mengingat pernikahan siklus kehidupan yang selalu diharapkan terjadi sekali didalam hidup, maka setiap calon pengantin menginginkan busana terbaik untuk dikenakan pada hari pernikahannya. Terutama bagi calon pengantin perempuan, busana pengantin yang akan dikenakan biasanya akan dipertimbangkan sebaik-sebaiknya. Merupakan suatu yang menarik disaat dunia menyajikan beraneka ragam trend gaya busana dan make up pengantin, rias dan busana gaya Yogyakarta masih eksis digunakan saat pernikahan.

Pada perkembangannya, penggunaan tata rias pengantin gaya Yogyakarta banyak yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi pemakai sehingga tidak lagi sama persis dengan aturan keraton. Perkembangan busana pengantin pada masyarakat umum tetap tidak dapat lepas dari keraton Yogyakarta sebagai sumbernya walaupun telah mengalami modifikasi. Keraton merupakan akar dalam tata cara pernikahan adat Yogyakarta termasuk tatanan busana pengantin yang memiliki simbol dengan falsafah tertentu. Ajaran kehidupan orang jawa hampir selalu disimbolkan dengan sesuatu sebagai salah satu bentuk pengingat.

Busana pengantin sebagai bentuk artefak budaya tentunya menghasilkan perkembangan bentuk visual yang dapat ditinjau dari aspek desain, ragam hias, fungsi, maupun teknik pembuatannya. Busana pengantin dan tata rias tradisional dalam penerapan ragam hias, bentuk, teknik pembuatan, dan fungsi menyesuaikan

(14)

dengan makna dan pengharapan, sedangkan pada busana pengantin yang telah dimodifikasi mengalami berbagai penyesuaian. Perubahan kostum di Jawa secara umum tidak terlalu berhubungan dengan iklim, namun lekat dengan pernyataan-pernyataan tentang kekayaan, keyakinan, peran sosial dan harapan–harapan si individu (Nordholt, 2005: 160). Pendapat tersebut berlaku juga untuk perubahan kostum busana pengantin dengan tata rias gaya Yogyakarta yang dikenakan oleh masyarakat umum.

Gambar 1.2 Busana pengantin adat disesuaikan dengan tema warna pernikahan dan selera pribadi Sumber: Sari, 2013

Kebudayaan tidaklah bersifat statis karena ia selalu berubah. Tanpa adanya pengaruh yang disebabkan oleh masuknya unsur budaya asing sekalipun suatu kebudayaan pasti akan mengalami perubahan, sejajar dengan perubahan waktu, salah satu contoh, yaitu bentuk dan cara pemakaian busana (Ihromi, 1981:32).

(15)

5

perancang busana, perias, dan pemakainya mengadaptasi dan memodifikasi. Di dalam penelitian ini, yang dijadikan pijakan dasar adalah bagaimana perkembangan desain, bentuk, ragam hias busana pada pengantin yang menggunakan tata rias gaya Yogyakarta. Kondisi budaya dan sosial akan membentuk estetika baru. Estetika berkaitan dengan kondisi sosial, sementara kebutuhan masyarakat dipengaruhi oleh lingkunganya. Melihat perkembangan busana pengantin saat ini muncul beberapa kecenderungan desain dan gaya yang menonjol antara lain kebaya aplikasi dan perpaduannya dengan busana muslim yang nantinya akan dikaji lebih lanjut.

Pembuatan busana pengantin memerlukan waktu yang lebih lama daripada pembuatan busana biasa, dibuat dengan detail dan seringkali tahap akhirnya dibuat dengan tangan (manual). Proses pembuatan busana pengantin dan perlengkapannya lebih rumit membutuhkan kemampuan craftmanship yang baik. Tidak jarang pengantin direpresentasikan sebagai raja dan ratu sehari, demikian pula terhadap busana yang dikenakan, akan dipilih dan dibuat dengan proses yang lebih istimewa. Busana dan atribut pelengkapnya merupakan salah satu produk kriya yang berkaitan erat dengan nilai-nilai sosial dan hampir selalu memiliki kepentingan dibalik unsur visualnya. Penggunaan busana pengantin tidak terlepas dari tujuan untuk memperpelihatkan identitas dan karakter pemakainya. Menurut Van Dick, pakaian merupakan ekspresi tentang cara hidup. Pakaian dapat mencerminkan perbedaan status dan pandangan politik atau religius, dengan demikian, cara kita memilih pakaian dapat berfungsi sebagai suatu pernyataan, sebagai sarana untuk menunjukkan bahwa kita berasal dari kelompok tertentu

(16)

yang berbagi sekumpulan idea tertentu (dalam Nordholt, 2005:58). Hal tersebut menjelaskan bahwa pemilihan busana oleh seorang pengantin juga turut merepresentasikan identitasnya. Penggunaan busana pengantin adat Yogyakarta di pernikahan secara tidak langsung akan menimbulkan pemahaman bahwa pemakainya adalah orang suku Jawa.

Busana dapat dimetaforakan sebagai “kulit sosial dan kulit budaya”, yang dapat menunjukkan identitas pemakainya dan juga menentukan citra. Sedangkan menurut Koentjaraningrat pakaian juga merupakan suatu benda kebudayaan yang sangat penting untuk hampir semua suku bangsa di dunia. Thomas Caycle berpendapat bahwa pakaian menjadi pelambang jiwa (emblems of the soul) dan menurut Umberto Eco, “Aku berbicara lewat pakaianku” (I speak through my cloth). Dari hal tersebut memunculkan suatu pemaknaan bahwa visualisasi busana memiliki hubungan sebab akibat dari lingkungan sosialnya yang juga dipengaruhi gaya personal. Adanya kecenderungan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pada busana pengantin adat yang sudah memiliki pola tertentu.

Perkembangan busana pengantin dengan tata rias gaya Yogyakarta dapat dilihat sebagai suatu gejala budaya yang menarik untuk diteliti lebih lanjut karena berkaitan pula dengan gambaran jiwa zaman. Perubahan-perubahan dalam penampilan tubuh menawarkan petunjuk-petunjuk transformasi yang luas (Nordholt, 2005:121). Melalui penelitian mengenai kontinuitas dan perubahan busana pengantin dapat melihat bagaimana perkembangan busana pengantin gaya

(17)

7

Yogyakarta, dengan demikian dapat melihat bentuk baru yang dihasilkan oleh pelaku budayanya.

B. Arti Penting Topik

Topik mengenai busana pengantin bukanlah hal yang sepenuhnya baru, dan beberapa kali sudah pernah dijadikan tulisan ilmiah. Busana pengantin merupakan hasil budaya yang tak pernah habis termakan zaman, sehingga selalu ada celah bagi peneliti untuk mengungkapkan hal-hal menarik tentangnya. Selama ini penelitian mengenai busana pengantin lebih sering menyangkut pada tata cara pemakaian busana dan tata rias, kumpulan foto sebagai ide busana pengantin, sedangkan pada tulisan ilmiah lebih kepada sejarah dan makna yang terikat di dalam atribut pelengkapnya. Penelitian sebelumnya lebih mengarah pada busana pengantin di dalam keraton sehingga tidak menitikberatkan pada masalah yang benar-benar baru. Perkembangan yang terjadi di dalam keraton tidaklah terlalu tampak, mengalami sentuhan perubahan kecil dengan pakem yang masih terikat erat. Hal tersebut kurang menyentuh persinggungan budaya yang berasal dari keraton dengan penerapan di masyarakat umum.

Dalam kajian ini yang menjadi pijakan dasar adalah penelitian mengenai pekembangan busana pengantin pada acara pernikahan masyarakat umum yang menggunakan rias gaya Yogyakarta. Merupakan suatu yang menarik untuk diungkapkan bagaimana masyarakat umum menerapkannya dalam prosesi pernikahan. Sementara pemakaian busana dengan rias gaya Yogyakarta, terutama

(18)

digunakan diluar keraton, tetapi lebih sering oleh orang yang berkedudukan. Saat ini penggunaan rias gaya Yogyakarta digunakan oleh berbagai kalangan.

Pemakaian busana pengantin oleh masyarakat memiliki faktor-faktor penyebab tertentu sehingga mereka masih ingin mengenakannnya di era yang menawarkan gaya tanpa batas. Masalah ini menarik bagi penulis karena di tengah dinamika suatu masa yang dapat menyajikan dan menyediakan bentuk gaya yang hampir tak terbatas, rias pengantin gaya Yogyakarta masih digemari. Jawabannya tentu tidak sekedar karena mereka menikah menggunakan adat Yogyakarta, pernah ditemui pula orang yang menggunakan rias gaya Yogyakarta tanpa mengikuti prosesi adat. Ada hal-hal yang berkaitan dengan impian, kenangan, selera keindahan, citra, pandangan sosial atau justru trend dalam menentukannya. Persinggungan antara tradisi yang sudah memiliki pakem kuat dengan sentuhan kreatif dan keinginan personal pun menjadi menarik karena berkaitan dengan lingkungan sosial pendukungnya.

C. Batasan Masalah

Pada penelitian busana pengantin gaya Yogyakarta ini terdapat batasan masalah supaya tidak melebar dan lebih fokus. Dalam penulisan ini yang menjadi pijakan dasar adalah penelitian mengenai pekembangan busana pengantin pada acara pernikahan masyarakat umum yang menggunakan rias gaya Yogyakarta.

Rentang waktu pada penelitian ini adalah penggunaan busana pengantin gaya Yogyakarta mulai dari tahun 2000. Pemilihan waktu karena pada jangka waktu tersebut dapat dilihat nilai-nilai kebaruan yang ada, dan mulai pada masa

(19)

9

itu trend mode busana di Indonesia mengalami kemajuan yang turut memberi pengaruh pada busana pengantin.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah untuk penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan busana pengantin gaya Yogyakarta kaitannya terhadap bentuk, gaya, dan ragam hiasnya?

2. Bagaimana wujud yang bertahan dan yang berubah pada busana pengantin gaya Yogyakarta?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

a) Mengetahui perkembangan busana pengantin gaya Yogyakarta, dengan demikian dapat melihat bentuk baru yang dihasilkan oleh pelaku budaya.

b) Menganalisis perkembangan bentuk, gaya, dan ragam hias busana pengantin gaya Yogyakarta

c) Memahami cara pandang, kondisi sosial, aspek kebudayaan yang mempengaruhi perkembangan busana pengantin.

2. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai sumbangan pemikiran ilmiah mengenai perkembangan busana pengantin gaya Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1.2  Busana pengantin adat disesuaikan dengan tema warna pernikahan dan selera pribadi  Sumber: Sari, 2013

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan survey yang disebar, diperoleh angka kepuasan sebesar 78.2% yang berarti dibuatnya sistem ini akan mempermudah orangtua dalam hal memonitor bayinya, yang mana dengan

Begitu juga dengan penelitian dari Andi,dkk(2011) menunjukkan bahwa kepuasan kerja terbukti memiliki Hubungan yang positif dengan nilai hubungan sedang signifikan

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan asing dan rasio pajak pada perusahaan menengah dan kecil, hal ini berbeda dengan pada

Hasil penelitian tentang budaya orga- nisasi dalam bentuk inovasi, kemantapan, kepedulian, orientasi hasil, perilaku pemimpin dan orientasi tim, hanya perilaku pemimpin

Adapun urutan cara menggunakan kartu situasi ada empat yaitu (1) siswa dan teman sebangku mengambil dua kartu situasi yaitu kartu situasi A dan kartu situasi

Jawab : Strategi dalam mengembangkan budaya islami adalah pengenalan agar siswa tertarik melakukan kegiatan islami, setelah itu pembiasaan agar dengan

Objektif kajian ini untuk menghasilkan MPK yang mempunyai skop kandungan isi serta ciri-ciri yang menarik supaya dapat membantu meningkatkan kefahaman pelajar serta menarik

Penelitian pengawetan bambu segar (baru ditebang) dengan cara transpirasi telah dilakukan oleh Findlay (1985), yaitu dengan cara mencelupkan pangkal batang bambu ke dalam