• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penguraian Masalah pada Program Zakat Produktif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Penguraian Masalah pada Program Zakat Produktif"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Al-Muzara’ah Vol.4, No.2, 2016 142 (ISSN p: 2337-6333; e: 2355-4363)

Analisis Penguraian Masalah pada Program Zakat Produktif

Decomposition Analysis of Problems in the Productive Zakah Program

Widya Francisca Fitriani1, Anita Priantina2

1Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia, widya.ff22@gmail.com 2Dosen Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia, anitapriantina@tazkia.ac.id

Abstract. Productive zakah program that run by BAZNAS and LAZ was a real contribution to reduced poverty. Productive zakat aimed to made mustahiq became more productive. However, these goals had not been achieved maximum. There were two main problems in running productive zakah program. They were problem from internal party of BAZNAS/LAZ and problem from external party of BAZNAS/LAZ. Among the internal problems were: 1) Immaturity of program planning, 2) Less of capable human resources, 3) No fixed success indicators. The external problems were: 1) Lack of zakat institution management, 2) Lack of entrepreneurial spirit among mustahiq, 3) Mustahiq was not understand about the rule of productive zakah program. This study concluded that the dominant problem was an internal problem of the BAZNAS / LAZ – with priority problem lied in 'immaturity of program planning'.

Keywords: Amil Zakat Institution, ANP, Internal Problems and External Problems, Muzakki and Mustahiq, Zakah Productive Program.

Abstrak. Program zakat produktif yang dijalankan oleh BAZNAS dan LAZ merupakan suatu kontribusi nyata untuk mengurai tingkat kemiskinan. Zakat produktif bertujuan untuk menjadikan

mustahiq menjadi lebih produktif. Pada kenyataannya, tujuan besar tersebut masih belum secara maksimal tercapai. Terdapat dua permasalahan utama yang menyebabkan hal tersebut, yakni permasalahan dari pihak internal BAZNAS/LAZ dan dari pihak eksternal BAZNAS/LAZ. Diantara permasalahan internal BAZNAS/LAZ dalam meyelenggarakan program pemberdayaan melalui pendayagunaan zakat atau biasa disebut zakat produktif, adalah: 1) Belum matangnya perencanaan program, 2) Kurangnya SDM pendamping yang handal, 3) Belum adanya alat ukur keberhasilan program. Adapun permasalahan dari eksternal BAZNAS/LAZ adalah: 1) Lemahnya penataan sistematik kelembagaan BAZNAS/LAZ, 2) Rendahnya jiwa kewirausahaan mustahiq, 3)

Mustahiq tidak mengetahui aturan program zakat produktif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa masalah yang dominan adalah permasalahan pada internal BAZNAS/LAZ dengan prioritas masalahnya terletak pada ‘belum matangnya perencanaan program’.

Kata Kunci: ANP, Lembaga Amil Zakat, Masalah Internal BAZNAS/LAZ dan Eksternal BAZNAS/LAZ, Muzakki dan Mustahiq, Pemberdayaan, Program Zakat Produktif.

1 Pendahuluan

Zakat, infaq, dan shadaqoh mempunyai nilai ekonomis yang apabila dikelola dengan baik akan mampu memberdayakan potensi masyarakat. Salah satu hikmah berzakat adalah untuk menumbuhkan etos kerja sehingga, memotivasi untuk mendapatkan penghasilan yang halal. Potensi penghimpunan zakat nasional pada tahun 2014 yang mencapai Rp 217 trilliun rupiah (Suandi, 2014) menjadikan zakat sebagai salah satu solusi dalam mengentaskan kemiskikan dan memberdayakan masyarakat. Akan tetapi total penghimpunan zakat yang hanya mencapai Rp 2.73 trilliun atau satu persen dari total potensi penghimpunan zakat juga menjadi salah satu kendala belum maksimalnya pemberantasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia (Suandi, 2014).

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai lembaga resmi pemerintah yang bertugas dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat (UU No. 23 Tahun 2011) mempunyai program

(2)

Jurnal Al-Muzara’ah Vol.4, No.2, 2016 143 (ISSN p: 2337-6333; e: 2355-4363)

tersendiri yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat, yakni program zakat Produktif. Selama ini lembaga zakat menjalani pola penyaluran zakat produktif bukan tanpa masalah dan hambatan. Tantangan dalam mencapai target potensi penghimpunan zakat untuk mustahiq atau pihak yang berhak menerima zakat tidak terlepas dari kendala kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kehadiran lembaga amil zakat resmi pemerintah tersebut untuk menyalurkan zakat mereka. Lemahnya SDM untuk menangani permasalahan serupa juga masih banyak ditemukan di lembaga amil zakat terkait menyadarkan masyarakat untuk menyalurkan zakatnya melalui lembaga amil zakat yang terpercaya (Arif: 2012).

Permasalahan klasik yang selama ini terjadi pada program zakat produktif ialah, paradigma dan mental mustahiq yang belum siap untuk diberdayakan. Akibatnya, timbul sifat ketergantungan dari mustahiq terhadap lembaga amil zakat. Untuk menangani persoalan yang telah menjadi budaya bagi masyarakat miskin ini, bukanlah persoalan yang mudah. Mustahiq yang ingin menerima bantuan banyak, akan tetapi mustahiq yang layak diberikan bantuan permodalan lebih sedikit (Rahmat: 2015)1. Hal ini sejalan dengan penelitian K. Sathiabama (2010) yang menjelaskan bahwa salah satu kendala terkait pemberdayaan adalah rendahnya mental kewirausahaan dari penerima bantuan, sehingga bantuan tersebut cenderung dihabiskan untuk kebutuhan yang mendesak.

Dengan begitu, BAZNAS sebagai lembaga sosial yang berlandaskan agama melakukan penyaringan kepada mustahiq yang layak dalam kriteria ashnaf zakat, kompeten, dan dianggap memiliki pengetahuan agama yang cukup yang pantas untuk menerima bantuan permodalan dan layak diberdayakan (Deni: 2015)2. Sehingga zakat yang ‘tidak tepat sasaran’ tersebut dapat dihindari. Selain itu, masalah selanjutnya adalah daya tahan program zakat produktif ini biasanya hanya berjalan tidak lebih dari satu tahun sebab, ada ketidakseimbangan pada pengeluaran dan pemasukan yang dikelola mustahiq. Sementara, realitanya mustahiq dihadapkan pada dua dilema, yakni dilema sebagai muzakki yang harus membayar zakat dagang yang ia peroleh, sedangkan ia masih menjadi mustahiq yang wajib disantuni karena masih termasuk ashnaf miskin (Mansur: 2015)3.

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian kali ini adalah Beik (2013), Pambudi (tanpa tahun), Arif (2012), Meylani (2009), Muhamat, et.al (2013), dan Ibrahin et.al (2014), yang membahas tentang Zakat Produktif, Shirazi (2014), dan Shirazi et.al (2014) yang membahas tentang pengentasan kemiskinan, Armelia, et.al (tanpa tahun), dan Sathiabama (2010) yang membahas tentang Pemberdayaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat beberapa permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini, yakni:

1. Apa saja masalah yang dihadapi BAZNAS dan LAZ dalam menyelenggarakan program zakat produktif?

2. Apa yang menjadi masalah dominan dalam program zakat produktif yang dijalankan oleh BAZNAS dan LAZ?

3. Bagaimana solusi BAZNAS dan LAZ dalam mengatasi permasalahan tersebut?

2 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analisis kualitatif-kuantitatif yang mana bertujuan untuk mendapatkan pandangan mengenai penguraian masalah pada program zakat produktif.

1Hasil wawancara dengan Bpk. Rahmat Hidayat pada Senin, 10 Agustus 2015

2 Hasil wawancara dengan Bpk. Deni Hidayat, S.T pada Jum’at, 14 Agustus 2015

(3)

Jurnal Al-Muzara’ah Vol.4, No.2, 2016 144 (ISSN p: 2337-6333; e: 2355-4363)

Alat analisis yang digunakan adalah metode Analytic Network Process (ANP) dan diolah dengan menggunakan software Super Decision dan Ms Excel.

Analytic Network Process (ANP) merupakan teori matematis yang mampu menganalisa pengaruh pendekatan asumsi-asumsi untuk menyelesaikan bentuk permasalahan. Metode ini digunakan dalam bentuk penyelesaian dengan pertimbangan atas penyesuaian kompleksitas masalah secara penguraian sintesis disertai adanya skala prioritas yang menghasilkan pengaruh prioritas terbesar (Rusydiana: 2013).Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Thomas L Saaty, yang merupakan perkembangan dari metode Analytic Hierarchy Process (AHP).ANP merupakan pendekatan baru dalam proses pengambilan keputusan tanpa membuat asumsi. ANP menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level seperti pada hierarki yang digunakan dalam AHP, yang merupakan titik awal ANP. Kons ep utama dalam ANP adalah influence ‘pengaruh’, sementara konsep utama dalam AHP adalah preference ‘preferensi’ (Ascarya: 2005).

2.1 Analisa Data

2.1.1 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang terdapat pada program zakat produktif dibagi menjadi dua cluster utama, yakni masalah internal BAZNAS/LAZ, dan masalah eksternal BAZNAS/LAZ. Selain itu, terdapat cluster solusi, yakni solusi internal BAZNAS/LAZ, dan solusi eksternal BAZNAS/LAZ, diantaranya:

Tabel 1 Permasalahan BAZNAS/LAZ

No. Masalah Internal BAZNAS/LAZ Masalah Eksternal BAZNAS/LAZ 1. Perencanaan program Kurangnya penataan sistematik

kelembagaan BAZNAS/LAZ

2. Belum tersedia SDM pendamping handal Rendahnya jiwa kewirausahaan mustahiq 3. Belum ada alat ukur keberhasilan program

yang tetap

Mustahiq yang tidak mengetahui rule program zakat produktif (pemberdayaan)

Tabel 2 Solusi dari Permasalahan BAZNAS/LAZ

No. Solusi Internal BAZNAS/LAZ Solusi Eksternal BAZNAS/LAZ 1. Membuat SOP tetap Pengawasan melalui audit program,

keuangan, dan aspek syariah

2. Perbaikan Sumber Daya Manusia (amilin) Pelatihan dan motivasi kewirausahaan 3. Menetapkan indikator keberhasilan

program

Mengawasi kegiatan usaha mustahiq

2.1.2 Hasil Rater Agreement dan Geometric Mean Masalah

Hasil Rater Agreement Cluster Masalah

Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan nilai kesepakatan dari kelima responden terhadap permasalahan utama pada program zakat produktif dengan nilai kesepakatan W=0.36 yakni, ada pada ‘masalah internal BAZNAS/LAZ’. Dengan nilai Gometric Mean dari masalah internal BAZNAS/LAZ sebesar 0.58413 pada cluster masalah.

(4)

Jurnal Al-Muzara’ah Vol.4, No.2, 2016 145 (ISSN p: 2337-6333; e: 2355-4363)

Sumber: Super Decisions dan Microsoft Excel Gambar 1 Rater AgreementCluster Masalah

Kemudian dilanjutkan pada pengolahan data aspek internal BAZNAS/LAZ. Didapatkan dari hasil survei kelima responden terhadap masalah internal BAZNAS/LAZ menghasilkan tingkat kesepakatan W=0.48 dengan permasalahan dominan pada ‘perencanaan program’ dengan Geometricmean sebesar 0.3860 pada aspek masalah internal BAZNAS/LAZ.

Sumber: Super Decisions dan Microsoft Excel Gambar 2 Rater Agreement M1. Internal BAZNAS/LAZ

Selanjutnya pengolahan data pada aspek eksternal BAZNAS/LAZ. Didapatkan dari hasil survei kelima responden terhadap masalah eksternal BAZNAS/LAZ menghasilkan tingkat kesepakatan

0,4296 0,59343 0,5355 0,57271 0,61106 0,58413 0,5704 0,40657 0,4645 0,42729 0,38894 0,41587 0 0,2 0,4 0,6 0,8 Pakar 1 Pakar 2 Praktisi 1 Praktisi 2 Akademisi GM

M2. Eksternal BAZ/LAZ M1. Internal BAZ/LAZ

W= 0.36 Rater Agreement Cluster MASALAH 0,37533 0,37768 0,33118 0,39481 0,37666 0,38604 0,33124 0,30059 0,29909 0,33645 0,33116 0,34363 0,29343 0,32173 0,36972 0,26874 0,29219 0,27033 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Pakar 1 Pakar 2 Praktisi 1 Praktisi 2 Akademisi GM

Rater Agreement M1. Internal BAZ/LAZ

3. Alat ukur keberhasilan program (x) 2. SDM pendamping handal (x) 1. Perencanaan program

(5)

Jurnal Al-Muzara’ah Vol.4, No.2, 2016 146 (ISSN p: 2337-6333; e: 2355-4363)

W=0.12 dengan permasalahan dominan pada ‘penataan sistematik kelembagaan’ dengan Geometricmean sebesar 0.3842 pada aspek masalah eksternal BAZNAS/LAZ..

Sumber: Super Decisions dan Microsoft Excel

Gambar 3 Rater Agreement M2. Eksternal BAZNAS/LAZ Hasil Geometric Mean Cluster Masalah

Pada cluster masalah yang telah diolah dan dianalisa, didapatkan nilai kesepakatan dari kelima responden secara keseluruhan dengan tingkat kesepakatan W=0.36 yang menyatakan bahwa prioritas permasalahan pada cluster masalah adalah masalah internal BAZNAS/LAZ dengan nilai normalized 0.58413. Kemudian dianalisa Geometric Mean antara aspek masalah internal BAZNAS/LAZ dan eksternal BAZNAS/LAZ yang masing-masing memiliki tiga node dari permasalahan kedua aspek tersebut. Masalah internal BAZNAS/LAZ yang menjadi prioritas utama adalah ‘perencanaan program’ dengan nilai normalized limiting 0.197 yang artinya adalah elemen ‘perencanaan program’ pada permasalahan internal BAZNAS/LAZ merupakan elemen prioritas yang disepakati responden. Kemudian, diikuti oleh elemen ‘belum adanya SDM pendamping handal’ pada posisi prioritas kedua dengan nilai normalized limiting 0.176, dan elemen ‘belum adanya alat ukur keberhasilan program’ pada posisi prioritas terakhir dengan nilai normalized limiting 0.138.

Masalah eksternal BAZNAS/LAZ yang menjadi prioritas utama adalah ‘penataan sistematik kelembagaan’ dengan nilai normalized limiting 0.188 yang artinya adalah elemen ‘penataan sistematik kelembagaan’ pada permasalahan eksternal BAZNAS/LAZ merupakan elemen prioritas yang disepakati responden. Kemudian, diikuti oleh elemen ‘mustahiq yang tidak mengetahui rule program’ pada posisi prioritas kedua dengan nilai normalized limiting 0.154, dan elemen ‘kurangnya jiwa entrepreneur mustahiq’ pada posisi prioritas terakhir dengan nilai normalized limiting 0.147.

Hasil Rater Agreement Cluster Solusi

Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan nilai kesepakatan dari kelima responden terhadap solusi utama pada program zakat produktif dengan nilai kesepakatan W=0.36 yakni, ada pada ‘solusi internal BAZNAS/LAZ’. Dengan nilai Gometric Mean dari solusi internal BAZNAS/LAZ sebesar 0.6143 pada cluster solusi.

0,28982 0,42577 0,34352 0,42718 0,41165 0,38415 0,32374 0,29437 0,26745 0,29167 0,31767 0,30121 0,38644 0,27986 0,38903 0,28114 0,27068 0,31464 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Pakar 1 Pakar 2 Praktisi 1 Praktisi 2 Akademisi GM

Rater Agreement M2. Eksternal BAZ/LAZ

3. Mustahiq tidak mengetahui rule program 2. Jiwa Entrep. Mustahiq (-)

1. Penataan sistematik kelembagaan (-)

(6)

Jurnal Al-Muzara’ah Vol.4, No.2, 2016 147 (ISSN p: 2337-6333; e: 2355-4363)

Sumber: Super Decisions dan Microsoft Excel Gambar 4 Rater AgreementCluster Solusi

Kemudian dilanjutkan pada pengolahan data aspek solusi internal BAZNAS/LAZ. Didapatkan dari hasil survey kelima responden terhadap solusi internal BAZNAS/LAZ menghasilkan tingkat kesepakatan W=0.04 dengan solusi dominan pada ‘menetapkan indikator keberhasilan’ dengan Geometricmean sebesar 0.35356 pada aspek solusi internal BAZNAS/LAZ.

z Sumber: Super Decisions dan Microsoft Excel

Gambar 5 Rater Agreement S1. Solusi Internal BAZNAS/LAZ

Selanjutnya pengolahan data pada aspek solusi eksternal BAZNAS/LAZ. Didapatkan dari hasil survey kelima responden terhadap solusi eksternal BAZNAS/LAZ menghasilkan tingkat

0,60517 0,60204 0,5876 0,48005 0,6378 0,6143 0,39483 0,39796 0,4124 0,51995 0,3622 0,3857 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 Pakar 1 Pakar 2 Praktisi 1 Praktisi 2 Akademisi GM

Rater Agreement Cluster SOLUSI

S2. Eksternal BAZ/LAZ S1. Internal BAZ/LAZ

W= 0.36 0,36296 0,23622 0,37276 0,35829 0,23296 0,30693 0,30874 0,3952 0,30019 0,35567 0,3472 0,33952 0,3283 0,36858 0,32705 0,28603 0,41983 0,35356 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Pakar 1 Pakar 2 Praktisi 1 Praktisi 2 Akademisi GM

Rater Agreement S1. Solusi Internal BAZ/LAZ

3. M'tetapkan indikator keberhasilan 2. Perbaikan SDM

1. Membuat SOP program tetap

(7)

Jurnal Al-Muzara’ah Vol.4, No.2, 2016 148 (ISSN p: 2337-6333; e: 2355-4363)

kesepakatan W=0.28 dengan solusi dominan pada ‘pelatihan dan motivasi kewirausahaan’ dengan Geometricmean sebesar 0.3375 pada aspek solusi eksternal BAZNAS/LAZ.

Sumber: Super Decisions dan Microsoft Excel

Gambar 6 Rater Agreement S2. Solusi Eksternal BAZNAS/LAZ Hasil Geometric Mean Cluster Solusi

Pada cluster masalah yang telah diolah dan dianalisa, didapatkan nilai kesepakatan dari kelima responden secara keseluruhan dengan tingkat kesepakatan W=0.36 yang menyatakan bahwa prioritas solusi pada cluster solusi adalah solusi internal BAZNAS/LAZ dengan nilai normalized 0.6143. Kemudian dianalisa Geometric Mean antara aspek solusi internal BAZNAS/LAZ dan eksternal BAZNAS/LAZ yang masing-masing memiliki tiga node dari kedua aspek tersebut. Solusi internal BAZNAS/LAZ yang menjadi prioritas utama adalah ‘menetapkan indikator keberhasilan’ dengan nilai normalized limiting 0.182 yang artinya adalah elemen ‘menetapkan indikator keberhasilan’ pada solusi internal BAZNAS/LAZ merupakan elemen prioritas yang disepakati responden. Kemudian, diikuti oleh elemen ‘perbaikan SDM’ pada posisi prioritas kedua dengan nilai normalized limiting 0.175, dan elemen ‘membuat SOP program tetap’ pada posisi prioritas terakhir dengan nilai normalized limiting 0.158.

Solusi eksternal BAZNAS/LAZ yang menjadi prioritas utama adalah ‘pelatihan dan motivasi kewirausahaan’ dengan nilai normalized limiting 0.164 yang artinya adalah elemen ‘pelatihan dan motivasi kewirausahaan’ pada solusi eksternal BAZNAS/LAZ merupakan elemen prioritas yang disepakati responden. Kemudian, diikuti oleh elemen ‘monitoring kegiatan usaha mustahiq’ pada posisi prioritas kedua dengan nilai normalized limiting 0.161, dan elemen ‘pengawasan melalui audit’ pada posisi prioritas terakhir dengan nilai normalized limiting 0.160.

Hasil Rater Agreement Cluster Strategi

Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan nilai kesepakatan dari kelima responden terhadap strategi pada program zakat produktif dengan nilai kesepakatan W=0.28 yakni, ada

0,25779 0,28735 0,32087 0,45459 0,32117 0,33053 0,4166 0,32512 0,26564 0,26936 0,32777 0,3375 0,3256 0,38753 0,41349 0,27606 0,35106 0,33197 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Pakar 1 Pakar 2 Praktisi 1 Praktisi 2 Akademi si GM

Rater Agreement S2. Solusi Eksternal BAZ/LAZ

3. Monitoring keg. usaha mustahiq 2. Pelatihan dan motivasi kewirausahaan 1. Pengawasan melalui audit

(8)

Jurnal Al-Muzara’ah Vol.4, No.2, 2016 149 (ISSN p: 2337-6333; e: 2355-4363)

pada ‘penguatan kapasitas lembaga dan SDM’, dengan nilai Gometric Mean sebesar 0.4476 pada cluster strategi.

Sumber: Super Decisions dan Microsoft Excel Gambar 7 Rater AgreementCluster Strategi Hasil Geometric MeanCluster Strategi

Pada cluster strategi yang telah diolah dan dianalisa, didapatkan nilai kesepakatan dari kelima responden secara keseluruhan dengan tingkat kesepakatan W=0.28 yang menyatakan bahwa prioritas solusi pada cluster solusi adalah solusi ‘penguatan kapasitas lembaga dan SDM’ dengan nilai normalized 0.44762. Kemudian dianalisa Geometric Mean antara strategi 1) penentuan titik pemberdayaan, 2) penguatan kapasitas lembaga dan SDM, 3) strategi penghimpunan zakat. Strategi ‘penguatan kapasitas lembaga dan SDM’ yang menjadi prioritas utama pada strategi pada program zakat produktif dengan nilai normalized limiting 0.448 yang artinya adalah elemen ini merupakan elemen prioritas yang disepakati responden. Kemudian, diikuti oleh elemen ‘penentuan titik pemberdayaan’ pada posisi prioritas kedua dengan nilai normalized limiting 0.293, dan elemen ‘strategi penghimpunan zakat’ pada posisi prioritas terakhir dengan nilai normalized limitig 0.260.

5 Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa faktor yang menjadi permasalahan pada pelaksanaan program zakat produktif yang dijalankan oleh BAZNAS/LAZ. Beberapa masalah tersebut dibagi menjadi permasalahan pada internal BAZNAS/LAZ dan permasalahan pada eksternal BAZNAS/LAZ. Permasalahan yang dihadapi oleh internal BAZNAS/LAZ adalah 1) belum matangnya perencanaan program; 2) belum tersedianya SDM pendamping yang handal; 3) belum adanya alat ukur keberhasilan program yang tetap. Dan permasalahan yang dihadapi oleh eksternal BAZNAS/LAZ adalah 1) kurangnya penataan sistematik kelembagaan

0,33253 0,26629 0,36228 0,29456 0,2537 0,29276 0,52002 0,4674 0,47722 0,28031 0,46441 0,44762 0,14745 0,26631 0,16049 0,42513 0,28189 0,25962 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 Pakar 1 Pakar 2 Praktisi 1 Praktisi 2 Akadem isi GM

Rater Agreement 5 Responden-STRATEGI

3. Strategi penghimpunan zakat

2. Penguatan kapasitas lembaga dan SDM 1. Penentuan titik pemberdayaan

(9)

Jurnal Al-Muzara’ah Vol.4, No.2, 2016 150 (ISSN p: 2337-6333; e: 2355-4363)

BAZNAS/LAZ; 2) rendahnya jiwa kewirausahaan mustahiq; 3) Mustahiq tidak mengetahui rule program zakat produktif.

2. Yang menjadi prioritas permasalahan secara keseluruhan responden dengan nilai rater agreement W=0.36 adalah permasalahan pada internal BAZNAS/LAZ dengan prioritas masalahnya ada pada ‘belum matangnya perencanaan program’. Kemudian yang menjadi prioritas permasalahan pada masalah eksternal BAZNAS/LAZ ada pada ‘kurangnya penataan sistematik kelembagaan BAZNAS/LAZ’.

3. Untuk mengatasi permasalahan yang ada maka, diputuskan lah solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan yang ada pada program zakat produktif. Solusi dibagi menjadi dua yakni, solusi internal BAZNAS/LAZ dan solusi eksternal BAZNAS/LAZ. Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan internal BAZNAS/LAZ adalah 1) membuat SOP program yang tetap; 2) perbaikan SDM (amilin); 3) menetapkan indikator keberhasilan program. Dan didapatkan solusi yang menjadi prioritas untuk mengatasi permasalahan internal BAZNAS/LAZ adalah ‘menetapkan indikator keberhasilan program’. Kemudian, solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan eksternal BAZNAS/LAZ adalah 1) pengawasan melalui audit program, keuangan, dan aspek syariah; 2) pelatihan dan motivasi kewirausahaan; 3) mengatasi kegiatan usaha mustahiq. Dan didapatkan solusi yang menjadi prioritas untuk mengatasi permasalahan eksternal BAZNAS/LAZ adalah ‘pelatihan dan motivasi kewirausahaan’.

Daftar Pustaka

Arif, Syafrudin.,Redistribusi Hak Orang Miskin Melalui Zakat Produktif. Iqtishaduna, Volume III No. 1, Juni: 2012.

Armelia, Gita Rosalita dan Damayantie, Anita., Peran PTPN VII Dalam Pemberdayaan Home Industri Keripik Pisang (Studi Pada Home Industri Keripik Pisang Mitra Binaan PTPN VII Lampung), Jurnal Sociologie, Vol. 1, No. 4: 336-343.

Ascarya.,Analytic Network Process (ANP): Pendekatan Baru Studi Kualitatif, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia, Jakarta: Januari 2005.

Beik, Irfan Syauqi., Economic Role of Zakat in Reducing Poverty and Income Inequality: A Case Study in the Province of DKI Jakarta, Indonesia, LAP LAMBERT Academic Publishing, Germany: 2013.

K, Sathiabama.,Rural Women Empowerment and Entrepreneurship Develompent. eSS Student papers Sathiabama, Women Empowerment, April: 2010.

Meylani, Wina.,Analisis Pengaruh Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Sebagai Modal Kerja Terhadap Indikator Kemiskinan dan Pendapatan Mustahiq (Studi Kasus: Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulan, Kabupaten Bogor) [Skripsi], Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor: 2009.

Muhamat, et al., An Appraisal On The Business Success of Entrepreneurial Ashnaf: An Empirical Study On The State Zakat Organization (the Selangor Zakat Board or Lembaga Zakat Selangor) in Malaysia. Emerald, Journal of Financial Reporting and Accounting, Vol. 11 No.1: 2013.

Pambudi, Deni Aji., Peranan Zakat Produktif Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin (Studi kasus pada Badan Amil Zakat (BAZNAS) Kabupaten Kebumen). [Year: by request]

Rusydiana, Aam S. dan Devi, Abrista., Mengurai Masalah dan Solusi Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah di Indonesia: Pendekatan Metode BOCR ANP, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islami, Volume III Nomor 1, Juni: 2013.

Shirazi, Nasim Shah., Integrating Zakat and Waqf into the Poverty Reduction Strategy of the IDB Member Countries, Islamic Economic Studies, Vol. 22 No.1, May: 2014.

Shirazi, Nasim Shah and Mohammed, Obaidullah.,Why Poverty Reduction Porgrams of Pakistan Did Not Bring Significant Change: An Appraisal. IRTI Working Paper, 21 Dhul-Qadah 1435 H, Sept: 2014.

Gambar

Gambar 2 Rater Agreement M1. Internal BAZNAS/LAZ
Gambar 3 Rater Agreement M2. Eksternal BAZNAS/LAZ
Gambar 4 Rater Agreement Cluster Solusi
Gambar 6 Rater Agreement S2. Solusi Eksternal BAZNAS/LAZ
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada konfigurasi port knocking, penggunaan firewall filter rule digunakan untuk menutup semua akses yang masuk pada port remote access seperti SSH, telnet, winbox, ataupun

Berdasarkan nilai rata-rata postes dan n-gain , siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan pada setiap indikator keterampilan berpikir kreatif yang lebih tinggi

Sesuai dengan pemetaan kebutuhan yang dilakukan di tahap perencanaan, persyaratan calon konselor sebaya yang ditetapkan pada rekrutmen adalah sebagai berikut;

Persentase balita dengan Pneumonia ditangani adalah Balita dengan Pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di sarana kesehatan diantara jumlah

Ayat (3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: a. Peningkatan iman dan takwa;

Dengan melihat Gambar 4.8, suhu tertinggi terjadi di Bulan Agustus yaitu sebesar 31,88°C pada bulan ini sedang terjadi musim timur, suhu menurun sampai menjelang

Secara tradisional, pencegahan dan pengelolaan ulkus dekubitus difokuskan pada pengaturan kembali posisi pasien dengan sering guna membebaskan tekanan