• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Di Kabupaten Maros Sul-Sel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Peningkatan Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Di Kabupaten Maros Sul-Sel"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP)

DI KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

Muh. Hatta Jamil1, Rahmawaty A. Nadja2, A. Nixia Tenriawaru3, Rusli Mohammad Rukka4, Ni Made Viantika Sulianderi5

1

Departemen Sosek, Prodi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar Email : hattaj@yahoo.com

Abstract

The aim of this research is to formulate a strategy to improve the performance of the Rural Extension Centers’ (RECs’) in an effort to improve the behavior of farmers as better competent and as more participatory in extension. The experiment was conducted at 14 the Rural Extension Centers’ (RECs’) in Maros, South Sulawesi Province by using different approaches as a result of the research methods of action of participation, the methods of experimental focus group discussion (FGD) as well as the methods of action through training with material that is designed based on the results to develop strategies to increase BPP performance. The formulation of the strategy performance improvement at RECs’ consists of: a). RECs’ development includes a vision, mission, goals, objectives, and strategies; b). RECs’ management, including governance, leadership, management systems, decision making, and working conditions; and c). RECs’ action program includes the preparation of programming, the RDK, RDKK, lesson plans, materials information technology, media, teaching methods, and evaluation of learning. This strategy was approved by a large majority (87.48%) of respondents on management level in RECs’. At farm level show that competence in running his farm in the working area of the RECs’ is high as a result of the high level of participation in following the implementation of the extension in each work area RECs’.

Keyword : strategy, performance, extension, competency and partisipatory

Abstrak

Sebuah penelitian ditujukan untuk merumuskan strategi peningkatan kinerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam upaya meningkatkan perilaku petani yang semakin kompeten dan partisipatif dalam penyuluhan. Penelitian dilaksanakan pada 14 BPP di Kabupaten Maros. Berbagai metoda yang digunakan adalah metode eksperimental, Focus Group Discussion, dan metode aksi melalui pelatihan. Materi pelatihan didesain berdasarkan hasil penelitian untuk mengembangkan strategi guna peningkatan kinerja BPP. Hasil kajian berupa rumusan strategis peningkatan kinerja BPP yang disepakati, meliputi: a). Pengembangan BPP (visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi); b). Pengelolaan BPP (tata kelola, kepemimpinan, sistem pengelolaan, penetapan keputusan, dan suasana kerja); dan c). Program aksi BPP (penyusunan programa, RDK, RDKK, rencana pembelajaran, materi informasi teknologi, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran). Rumusan strategi ini disetujui oleh sebagian besar (87,48%) responden pada tingkat manajemen BPP. Di tingkat petani, kompetensi dalam menjalankan usahataninya pada wilayah kerja BPP tergolong tinggi. Hal ini merupakan dampak tingginya tingkat partisipasi petani dalam mengikuti penyelenggaraan penyuluhan pada masing-masing wilayah kerja BPP. Diharapkan hasil kajian strategi ini menjadi model evaluasi bagi kinerja Balai Penyuluhan Pertanian di Indonesia.

(2)

PENDAHULUAN

Perubahan dalam tatanan penyuluhan pertanian sangat diperlukan karena peran dan fungsinya sangat strategis dalam pembangunan pertanian tidak hanya dalam peningkatan produksi, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga dapat menumbuhkembangkan partisipasi dan memberdayakan serta membangun kualitas sumberdaya manusia masyarakat sasaran secara demokratis, transparan, partisipatif, berkelanjutan, adil dan bertanggung gugat.

Pelaksanaan peran dan fungsi penyuluhan pertanian juga sangat dipengaruhi oleh kedudukan dan fungsi kelembagaan penyuluhan pertanian. Namun pada kenyataannya terjadi distorsi pemaknaan dan pengertian terhadap kedudukan dan fungsi kelembagaan penyuluhan pertanian yang berakibat pada beragamnya bentuk kedudukan dan struktur kelembagaan penyuluhan di daerah. Hal inilah yang menyebabkan peran dan fungsi kelembagaan penyuluhan pertanian menjadi kurang optimal.

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai salah satu kelembagaan penyuluhan yang berkedudukan di tingkat kecamatan merupakan titik sentral dalam struktur organisasi penyuluhan, karena selain menerima pelimpahan tugas dan menerjemahkan kebijakan dari struktur atas, juga dituntut harus mampu memahami permasalahan dan mengakomodir aspirasi petani dan menyelenggarakan penyuluhan di wilayah kerjanya. Cakupan fungsi Balai Penyuluhan Pertanian, meliputi: 1) Penyusunan programa penyuluhan pada tingkat kecamatan; 2) Pelaksanaan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan; 3) Penyediaan dan penyebaran informasi teknologi; 4) Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha; 5) Memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh; dan 6) Pelaksanaan proses pembelajaran. Fungsi itu sangat tergantung pada kemampuan organisasi mengaktualisasikan kinerjanya yang digambarkan melalui program aksi yang terdiri dari pengembangan program serta implementasinya yang menjadi pedoman dan arah dalam menyediakan sumberdaya, mendukung penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.

BPP sebagai wadah bagi para penyuluh pertanian untuk berinteraksi dan memanfaatkan segala sumberdaya untuk melaksanakan tugas dan fungsinya menuntut kelembagaan ini dapat memfasilitasi serta menyediakan sarana dan prasarana untuk penyelenggaraan proses penyuluhan secara memadai sesuai dengan dinamika penyelenggaraan penyuluhan pada wilayah kerja masing-masing. Kelemahan faktor internal yang menyebabkan ketidakmampuan BPP memfasilitasi serta menyediakan sarana dan prasarana akan menimbulkan persoalan yang dapat menyebabkan lemahnya perumusan program aksi dan pada akhirnya akan mempengaruhi rendahnya kinerja BPP. Akibatnya, selain tujuan organisasi tidak tercapai, pelaksanaan penyuluhan di lapangan kurang efektif. Dampaknya dapat dilihat dari perencanaan penyuluhan tidak bersentuhan langsung dengan kebutuhan petani sebagai sasaran sehingga proses pembelajaran tidak berjalan optimal karena petani hanya menjadi bagian dari keinginan penyuluh. Dampak lainnya adalah perilaku petani yang rendah, ditandai dengan pengelolaan usahatani yang tidak sesuai anjuran serta rendahnya tingkat partisipasi dalam pelaksanaan penyuluhan.

Sebagai upaya perbaikan organisasi BPP ke depan, kosep organisasi pembelajar (learning organization) dapat menjadi salah satu bagian yang diharapkan akan memberi kontribusi kerangka konsep mencapai tujuan. Model pembelajaran organisasi yang dikembangkan oleh Watkins dan Marsick dalam Rowe (2010) mengidentifikasi pembelajaran yang terjadi pada tim, individu atau kelompok, dan tingkat organisasi. Dimensi organisasi belajar adalah tindakan imperatif yang memfasilitasi pembentukan organisasi pembelajaran yang berlangsung di individu, tim, organisasi, dan tingkat pembelajaran masyarakat. Tindakan imperatif yang dimaksud adalah: (1) membuat

(3)

kesempatan belajar terus-menerus, (2) mempromosikan penyelidikan dan dialog, (3) mendorong kolaborasi dan tim belajar, (4) membangun sistem untuk berbagi dan memahami pembelajaran, (5) memberdayakan masyarakat terhadap visi kolektif, (6) menghubungkan organisasi terhadap lingkungannya, dan (7) memberikan kepemimpinan strategis untuk belajar. Bennis dan Nanus dalam Rowe (2010) mendefenisikan organisasi belajar sebagai proses dimana organisasi memperoleh dan menggunakan pengetahuan baru, peralatan, perilaku, dan nilai-nilai yang terjadi pada semua tingkat organisasi. Individu belajar sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari mereka, terutama saat mereka berinteraksi satu sama lain dan dunia luar. Pada semua tingkatan, pengetahuan baru dipelajari diterjemahkan juga tujuan baru, prosedur, harapan, struktur peran, dan ukuran keberhasilan. Penelitian ini diharapkan berkontribusi bagi peningkatan kinerja BPP pada masa yang akan datang serta peningkatan perilaku petani yang semakin kompeten dan partisipatif dalam penyuluhan. Oleh karena itu, peningkatan kinerja BPP akan menopang tugas pokok dan fungsi penyuluh serta pencapaian tujuan organisasi yang ditandai dengan kinerja organisasi yang semakin baik, sehingga kinerja organisasi dapat dirasakan oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) BPP.

METODE

Penelitian dilakukan pada 14 BPP di Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan dengan mengambil sampel pada masing-masing BPP sebanyak 1 orang manajemen (koordinator penyuluh/kepala tata usaha) BPP, 2 orang penyuluh pertanian dan 7 -8 orang petani di wilayah kerja BPP, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 14 orang manajemen BPP, 28 orang penyuluh pertanian BPP dan 117 orang petani di wilayah kerja BPP.

Pendekatan penelitian menggunakan berbagai metode sebagai akibat dari metode penelitian aksi partisipasi yang lebih menekankan pada pelibatan sasaran penelitian sebagai subjek yang aktif. Pengetahuan, keterampilan dan sikap serta pengalaman yang dimiliki sasaran penelitian dalam berinteraksi dengan BPP dan unsur-unsurnya menjadi bagian yang terintegrasi dalam penelitian. Kombinasi metode yang digunakan yakni metode eksperimental dengan menelaah dan mengkaji strategi peningkatan kinerja BPP yang didesain dan diterapkan dalam penelitian, metode focus group discussion (FGD) untuk mengungkap dan memahami permasalahan serta jalan keluar berdasarkan pemahaman sumberdaya manusia BPP sasaran penelitian, serta metode aksi melalui pelatihan dengan materi yang didesain berdasarkan hasil untuk mengembangkan strategi guna peningkatan kinerja BPP.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komponen dan Dimensi Strategi Peningkatan Kinerja BPP

Hasil Focus Group Discussion (FGD) terungkap beberapa komponen dan persetujuan akan pentingnya pengembangan komponen-komponen strategi untuk mendorong peningkatan kinerja BPP. Komponen – komponen yang ditemukan dan disepakati diuraikan secara rinci pada Tabel 1.

(4)

Tabel 1. Komponen dan dimensi Strategi Peningkatan Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

No. Komponen Strategi Peningkatan Kinerja BPP Dimensi Komponen Meningkatkan Kinerja BPP Indikator Komponen-Komponen Meningkatkan Kinerja BPP 1 Pengembangan BPP

Visi Gambaran masa depan BPP yang

dinginkan, yang menjadi cita-cita dan landasan utama dalam bertindak.

Misi Tugas-tugas yang perlu dilakukan untuk mencapai visi.

Tujuan Tindakan tertentu untuk mencapai setiap misi.

Sasaran Tindakan terukur yang mengarah kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

Strategi Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang harus dicapai.

2

Pengelolaan BPP

Tata kelola Tata kelola BPP dilakukan secara kredibel, transparan, akuntabel, dan adil.

Kepemimpinan Kepemimpinan BPP yang mampu mempengaruhi dengan pendekatan kepelayanan

Sistem pengelolaan Sistem pengelolaan BPP

dilaksanakan secara fungsional dan operasional.

Penetapan keputusan Penetapan keputusan dilakukan secara demokratis dan partisipatif. Suasana kerja Suasana kerja yang kondusif dan

kekeluargaan

3

Program aksi (Pengembangan program)

Programa (1)Pembentukan tim perencana programa kolaboratif, (2) Data sumberdaya alam, (3) Data sumberdaya manusia pertanian, (4) Data kelembagaan pendukung, (5) Data sarana/prasarana, (6) Teknologi yang digunakan, (7) Kebijakan yang berlaku, (8) Kesenjangan keadaan usahatani, (9) Gejala dan masalah sebenarnya, (10) Akar masalah, (11) komplek- sitas masalah, (12) prioritas masalah menggunakan berbagai criteria, (13) penyusunan programa

(5)

kelompok

RDKK Penyusunan rencana definitif

kebutuhan kelompok Program aksi

(Implementasi program aksi)

Rencana pembelajaran Membuat rencana kerja secara kolaboratif

Meteri informasi dan teknologi

Menyampaikan materi informasi dan teknologi sesuai kebutuhan sasaran

Media pembelajaran Menggunakan media yang sesuai informasi dan teknologi serta metoda yang digunakan

Metode pembelajaran (1) Menggunakan metoda sesuai tujuan, jenis informasi dan teknologi, kemapuan penyuluh, situasi dan kondisi sasaran, (2) Melaksanakan pembelajaran pada lokasi yang telah ditentukan, (3) Melaksanakan pembelajaran sesuai jadwal yang disepakati Evaluasi pembelajaran

(1) Evaluasi proses dan hasil, (2) Laporan dan rencana tindak lanjut, (3) Penyampaian hasil evaluasi kepada pihak-pihak terkait Sumber: Data Primer Setelah Di Olah, 2015.

Penilaian Terhadap Komponen dan Dimensi Peningkatan Kinerja BPP

Pengembangan organisasi BPP dapat dilakukan dengan memahami bahwa setiap organisasi harus memiliki visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi yang jelas dan utuh untuk mendukung program aksi yang akan dijalankan oleh BPP. Penciri peubah pengelolaan BPP yang terkait erat dengan program aksi meliputi tata kelola, mencakup tata kelola BPP dilakukan secara kredibel, transparan, akuntabel, dan adil. Sedangkan penciri peubah kepemimpinan mencakup kepemimpinan yang mendorong semangat, kreativitas dan tanggung jawab seluruh staf BPP, kemampuan membangun dan memelihara hubungan harmonis serta saling berbagi informasi dan kemampuan mengkomunikasikan visi dan misi, tujuan dan strategi BPP serta kemampuan memberikan arahan kepada seluruh staf BPP. Program aksi akan terlihat pada kemampuan BPP merumuskan programa, fasilitasi RDK dan RDKK, rencana pembelajaran, materi infotek, media dan metode pembelajaran serta evaluasi pembelajaran pada proses belajar yang diselenggaran oleh BPP. Perumusan program aksi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik apabila diyakini bahwa komponen program aksi tersebut dapat meningkatkan kinerja organisasi BPP. Pencerminan pemahaman akan komponen program aksi menjadi salah satu bagian yang dapat meningkatkan kinerja BPP sebagai strategi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga strategi peningkatan kinerja dan dimensi komponen-komponen untuk meningkatkan kinerja BPP yang telah dirumuskan mendapat tanggapan persetujuan dari responden BPP (manajemen dan penyuluh) rata-rata sebesar 87,48%, selebihnya rata-rata-rata-rata sebesar 10,02% menyatakan kurang setuju dan rata-rata sebesar 2,50% menyatakan tidak setuju. Rincian penilaian responden terhadap komponen strategi peningkatan kinerja BPP diuraikan pada Tabel 2.

(6)

Tabel 2. Penilaian responden terhadap komponen dan dimensi Strategi Peningkatan Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

No. Komponen Strategi

Penilaian Responden BPP (%)

Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju

1. Pengembangan BPP 83,82 12,38 3,80

2. Pengelolaan BPP 86,67 11,43 1,90

3. Program Aksi 91,97 6,25 1,79

Sumber: Data Primer Setelah Di Olah, 2015.

Kompetensi Petani dan Tingkat Partisinya dalam Penyelenggaraan Penyuluhan

Terkait dengan kompetensi secara umum, baik teknis maupun manajerial petani responden dalam menjalankan usahataninya sebagian besar atau 59,40% telah dikategorikan tinggi, selebihnya sebesar 26,92% dikategorikan sedang dan 13,67% dikategorikan rendah. Tingginya kompetensi petani tersebut sejalan dengan tingginya tingkat partisipasi petani dalam mengikuti penyelenggaraan penyuluhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani yang memiliki tingkat partisipasi mengikuti penyelenggaran penyuluhan dengan kategori tinggi adalah rata-rata sebesar 53,85%, selebihnya kategori tingkat partisipasi sedang rata sebesar 33,33%, dan tingkat partisipasi rendah rata-rata sebesar 12,82%.

Jika dibandingkan antara kompetensi teknis dan manajerial, kompetensi teknis dinilai masih lebih baik dibandingkan dengan kompetensi manajerial, karena petani yang memiliki kemampuan teknis kategori tinggi masih lebih besar, yakni sebesar 74,36% dan petani yang memiliki kemampuan manajerial kategori tinggi hanya sebesar 44,44%. Hal ini tergambar jelas sebagaimana data yang disajikan pada Tabel 3. Materi penyuluhan yang sebagian besar membahas hal-hal yang bersifat teknis menjadi penyebab tingginya kompetensi teknis petani dalam menjalankan usahatani dibandingkan dengan kompetensi manajerial yang masih lebih rendah.

Tabel 3. Penilaian Responden Terhadap Kompetensi Berusahatani di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

No. Kompetensi Petani Dalam

Berusahatani

Penilaian Responden Petani (%)

Tinggi Sedang Rendah

1. Teknis 74,36 23,93 1,71

2. Manajerial 44,44 29,91 25,64

Sumber: Data Primer Setelah Di Olah, 2015.

KESIMPULAN

1. Rumusan strategi peningkatan kinerja BPP terdiri dari tiga komponen strategi dan dimensi-dimensinya, yaitu a). Pengembangan BPP: visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi; b). Pengelolaan BPP: tata kelola, kepemimpinan, sistem pengelolaan, penetapan keputusan, dan suasana kerja; dan c). Program aksi BPP: penyusunan programa, RDK, RDKK, rencana pembelajaran, materi informasi teknologi, media pembelajaran, metode pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

2. Strategi peningkatan kinerja BPP yang telah dirumuskan dengan komponen-komponen pengembangan, pengelolaan dan program aksi BPP disetujui oleh sebagian besar (87,48%) responden pada tingkat manajemen BPP.

(7)

3. Kompetensi petani dalam menjalankan usahataninya pada wilayah kerja BPP tergolong tinggi hal ini dikarenakan tingginya tingkat partisipasi dalam mengikuti penyelenggaraan penyuluhan di wilayah kerja BPP.

REFERENSI

Ainsworth M, S. Smith, A. Millership. 2002. Managing Performance Managing People. Terjemahan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.

Bernardin JH, Russell J EA. 1993. Human resource management, International edition, Singapura: McGraw Hill,Inc.

Boyle PG. 1981. Planning Better Programs. New York: McGraw-Hill Book Company. Burton, RM, DeSanctis, Obel B. 2006. Organizational Design: A Step-By-Step

Approach. New York : Cambridge University Press.

Carton RB, Hofer CW. 2006. Measuring Organizational Performance: Metrics for Entrepreneurship and Strategic Management Research. Massachusetts 01060, USA: Edward Elgar Publishing, Inc.

Davies E. 2005. The Training Manager’s A Handbook: Buku Wajib bagi Para Manajer Bagaimana Menyelenggarakan Training. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Fulton A, Fulton D, Tabart T, Ball P, Champion S, Weatherley J, And Heinjus D. 2003. Agricultural Extension, Learning And Change: A Report For The Rural Industries Research And Development Corporation. Camberra, Australia: Rural Industries Research And Development Corporation (RIRDC).

Gani DS. 2003. Leadership in Indonesia: A Case for Managing Relationship Withing Organizations. Di dalam: Dean Tjosvold & Kwok Leung, editor. Leading in High Growth in Asia – Manging Relationship for Team Work and Change. Singapore: World Scientific.

Gibson LG, Ivancevich JM, Donnely,Jr. JH. 1984. Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Gruneberg MM. 1979. Understanding Job Satisfaction. Dissemination and Utilizing of Knowledge in Asia. Los Banos: PRRI.

Jamil M.Hatta. 2006. “Agricultural Extension System in Indonesian.” in Enhancement of Extension Systems In Agriculture. (Editors, Dr. V.P. Sharma). Tokyo: APO. Leeuwis, van den Ban A. 2004. Communication for Rural Innovation: Rethinking

Agricultural Extension. (third edition). Iowa USA: Blackwell Publishing Company. Parmenter D. 2010. Key Performance Indicators: Pengembangan, Implementasi, dan

Penggunaan KPI Terpilih. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sange PM, Kleiner A, Roberts C, Ross RB, Smith BJ. 1994. The Fifth Discipline Fieldbook: Strategies and Tools for Building a Learning Organization. New Swanson BE, Bentz RP, Sofranko AJ (ed.). 1997. Improving Agricultural Extension: A

Reference Manual. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nation.

van den Ban AW, Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

(8)

Brain RG, Irani TA, Hodges AW, Fuhrman NE. 2009. “Agricultural and Natural Resources Awareness Programming: Barriers and Benefits as Perceived by County Extension Agents.” Journal of Extension, April 2009 Volume 47 Number 2. http://www.joe.org/joe /2009april /a3.php (10 April 2010).

Cardy, Robert L, Dobbins, Gregory H, Carson, Kenneth P. 1995. TQM and HRM: ”Improving Perpormance Appraisal Research, Theory, and Practice.” Revue Canadienne des Sciences de l’Administration. Montreal: Juny 1995. Vol. 12, Edisi 2; pg.106, 10 pgs. http://proquest.umi.com/pqdweb? Did = 6722636&sid=6&Fmt=3&clientId=45625&ROT=309&VName=POD. (18 Pebruari 2011).

Davis WL, Verma Satish. 1993. “Performance Appraisal. How Extension Agen View the System.” Journal of Extension, Number 4 Volume 31 Winter 1993. www.joe.org/joe/1993winter/a.3php.(19 Februari 2010)

Foley KJ. 2007. From Quality Management To Organization Excellence: “Don’t Throw The Baby Out With The Bath Water.” Centre For Management Quality Research Royal Melbourne Institute of Technology, Sydney. http://www.

cmqr.rmit.edu.au/publications/kfbabyba.pdf (16 Januari 2010)

Greiling D. 2007. Trust and Performance Management in Non-Profit Organizations. The Innovation Journal: Public Sector Innovation Journal, Volume 12 (3), 2007, article 9.

Hampton C. 2011. Developing an Evaluation Plan. The Community Tool Box. http://ctb.ku.edu/en/tablecontents/subsectionmain1352.aspx (2 Pebruari 2010). International Information Support Centre. 2011. Developing an Action Plan.

http://www.asksource.info/support/manual/plan13.htm. (30 Januari 2011). Jenette N dan Stephen F. 2011. Developing an Action Plan. The Community Tool Box.

University of Kansas. http://ctb.ku.edu/en/tablecontents/ subsection main1089.aspx (16 Maret 2011).

Kinsey J. 2010. “Five Social Media Tools for the Extension Toolbox.” Journal of Extension, October 2010, Volume 48, Number 5. http://www.joe.org/joe/ 2010october/tt7.php (19 April 2011).

Lye JM. 2006. “Performance Measurement In The Public Sector: A Clarification And Agenda For Research.” Journal Australian Accounting Review. Melbourne: Jul 2006. Vol. 16, Iss. 2; pg. 25, 9 pgs. http://proquest.umi.

com/pqdweb?did=1081551401&Fmt=4&clientId=45625&RQT=309& V

Name=PQD (10 Januari 2011).

Lusthaus C, Adrien MH, Anderson G, Carden F, Montalván GP. 2002. “Organizational Assessment: A framework for improving performance.” IDRC. http://www.idrc.ca/en/ev-30266-201-1-do. html (25 April 2008).

Rowe E. 2010. “Looking at Extension as a Learning Organization” Journal of Extension. Number 4 Volume 48 August 2010. http://www.joe.org /joe /2010august/rb1.php (11 April 2011).

Suharto, Edi, 1997, Analisis Kebijakan Sosial, http://www.policy.hu/suharto/ modul_a/ makindo_17.htm , (7 Juli 2009).

(9)

Sundermeier A. 2005.“Exotic Pest Invasion--Plan of Action for Extension Educators.”

Journal of Extension. October 2005, Volume 43 Number 5.

http://www.joe.org/joe/ 2005october /tt5.php (17 April 2011).

Taiwo AS, Idunnu FO. 2007. “Impact of Strategic Planning on Organizational Performance and Survival.” Research Journal of Business Management. 1 (1) 62 – 71, 2007. http://scialert.net/qredirect.php?doi=rjbm.2007.62.71 &linkid=pdf (14 Desember 2010).

Teece DJ, Pisano G, Shue A. 1997. “Dynamic Capabilities And Strategic Management.”

Strategic Management Journal, Vol. 18:7, 509–533 (1997)

http://jpkc.zju.edu.cn/k/439/download /ktsj/02.pdf (11 April 2011).

Ward S. 2000. Vision Statemen. Canada : About.com Guide. http://sbinfocanada. about.com/od/ businessplanning/g/visionstatement.htm (2 April 2011).

The World of Library. 2010. Pengertian Kearsipan dan Beberapa Peranan Penting dari Kearsipan.http://www.g-excess.com/id/pengertian-kearsipan-dan-beberapa-peranan -penting-dari-kearsipan.html (9 April 2011).

Yuchtman, Seashore.1967. Performance. http://www.idrc.ca/en/ev-30226-201-1-DO_TOPIC.html. (8 Maret 2008).

Way TSA, Johnson DE. 2005. “Theorizing about the impact of strategic human resource management” Journal of Human Resource Management Review 15 (2005) 1–19. Elsevier Inc. All rights reserved (www. Sciencedirect. com) www.socscinet.com/bam/humres ( 9 Nopember 2009)

UU RI. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006. Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kelautan.

Departemen Pertanian. 2007. Peraturan Menteri Pertanian: Nomor 273/Kpts.OT.160/4/2007 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani: Pedoman Sistem Kerja Latihan dan Kunjungan (LAKU), Lampiran 3. Jakarta. Departemen Pertanian. 2007. Peraturan Menteri Pertanian: Nomor

273/Kpts.OT.160/4/2007 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani: Pedoman Penyusunan Rencana Definit Kelompok Tani (RDK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK), Lampiran 2. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2007. Peraturan Menteri Pertanian: Nomor 273/Kpts.OT.160/4/2007 Tentang Pedoman Penumbuhan dan Pengembanga Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani: Pedoman Sistem Kerja Latihan dan Kunjungan (LAKU), Lampiran 1. Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Komponen dan dimensi Strategi Peningkatan Kinerja  Balai Penyuluhan  Pertanian (BPP) di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan
Tabel 2. Penilaian responden terhadap komponen dan dimensi Strategi Peningkatan Kinerja Balai  Penyuluhan Pertanian (BPP)  di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Upaya untuk mendukung semua program kegiatan penyuluhan diperlukan adanya peran aktif masyarakat dan peran pemerintah kabupaten Pakpak Bharat untuk dapat merumuskan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tugas dan fungsi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu adalah memberikan jalan

Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung

Simpulan penelitian ini adalah pengembangan Balai Penyuluhan Pertanian dan adaptasi Balai Penyuluhan Pertanian secara statistik berpengaruh terhadap kinerja penyuluh

Lembaga penyuluhan tingkat Kabupaten di Kabupaten Kampar adalah Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di setiap Kecamatan. Sedangkan

Upaya untuk mendukung semua program kegiatan penyuluhan diperlukan adanya peran aktif masyarakat dan peran pemerintah kabupaten Pakpak Bharat untuk dapat merumuskan

Strategi komunikasi yang digunakan oleh penyuluh pertanian dalam melakukan komunikasi penyuluhan pertanian kepada petani di Desa Rejodadi Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin pada masa

Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan analisis indikator kinerja maka diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan penilaian petani terhadap kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano