• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN NAPABALANO DALAM USAHATANI JAGUNG DI DESA PENTIRO KECAMATAN NAPABALANO KABUPATEN MUNA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "KINERJA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN NAPABALANO DALAM USAHATANI JAGUNG DI DESA PENTIRO KECAMATAN NAPABALANO KABUPATEN MUNA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Komunikasi Pembangunan Pertanian) 2023: 2 (3): 162 – 169

https://ojs.uho.ac.id/index.php/inovap/index doi: http://dx.doi.org/10.56189/jiikpp.v2i3.35612

KINERJA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN NAPABALANO DALAM USAHATANI JAGUNG DI DESA PENTIRO KECAMATAN NAPABALANO KABUPATEN MUNA

Siti Ramlan1, Usman Rianse1, Salahuddin1*, Mardin1

1 Jurusan Penyuluhan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara.

* Corresponding Author : salahuddin.saleh16@gmail.com

To cite this article:

Ramlan, S., Rianse, U., & Salahuddin, S., Mardin. (2023). Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano dalam Usahatani Jagung di Desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna. JIIKPP (Jurnal Ilmiah Inovasi dan Komunikasi Pembangunan Pertanian), 2 (2), 162-169. http://dx.doi.org/10.56189/jiikpp.v2i3.35612

Received: 25 April 2023; Accepted: 11 Juli 2023; Published: 28 Juli 2023

ABSTRACT

This study aims to determine the level of performance of the Napabalano Agricultural Extension Center in Corn Farming in Pentiro Village, Napabalano District. The location of this research was determined purposively or intentionally based on the consideration that the Agricultural Extension Center (BPP) in Napabalano District is still active and is still running well in accordance with the program that has been prepared and is one of the designated villages so that the agricultural sector can improve welfare, especially for corn farmers. The number of respondents was 22 farmers who were determined using the census method. Data were analyzed using the class interval formula. The results showed that the performance of the Napabalano Agricultural Extension Center was in a fairly good category with a score of 60.954 as seen from the level of responsiveness, service quality and responsibility.

Keywords: Performance Hall, Agricultural Extension, Corn Farming.

PENDAHULUAN

Sektor pertanian menempati posisi strategis dalam menghadapi tantangan global, dimana peran sektor pertanian tetap melekat dan dirasakan sebagai suatu keharusan untuk berperan lebih ke depan dalam mengatasi krisis ekonomi saat ini. Peran strategis tersebut dapat digambarkan karena sektor pertanian sebagai sumber produksi pangan dan penghasil bahan makanan pokok, bahan baku industri, sebagai sumber penghasilan bagi petani, merupakan tumpuan bagi sebagian besar penduduk dan merupakan penyumbang devisa bagi Negara (Firdaus, 2008).

Pertanian memiliki arti penting dan peran strategis dalam pembangunan nasional. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyedia pangan tetapi juga sumber penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

Sasaran akhir dari pembangunan pertanian adalah untuk dapat mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat (Isbah & Iyan, 2016).

Dalam mencapai tujuan akhir pembangunan pertanian maka diperlukan suatu lembaga atau instansi yang dapat menjalankan dan mendukung program pembangunan pertanian yang ada. Salah satu lembaga yang dimaksud adalah Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Balai Penyuluhan Pertananian merupakan satuan administrasi pangkal (satminkal) bagi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan yang berperan mengkoordinasikan, mensinergikan dan menyelaraskan kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian di wilayah kerja balai. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan

(2)

e-ISSN: 2809-9850 Siti Ramlan et al.

Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) tercermin dari rumusan dan penjabaran serta pelaksanaan program aksi yang meliputi pengembangan, pengelolaan, sumberdaya manusia, petani binaan, sumberdaya, adaptasi, dan program aksi BPP yang berhubungan dengan perilaku petani. Kinerja BPP yang berkembang dan meningkat, tentunya didukung dengan kemampuan dan keterampilan diri anggota yang dapat membentuk kinerja yang baik hingga akhirnya mendorong kinerja BPP yang semakin meningkat. Selain itu, juga dapat mendorong ke arah kompetensi dan partisipasi klien yang semakin tinggi dan pada akhirnya akan membantu klien meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan keluarganya. Dengan demikian BPP dalam kinerjanya harus melakukan perencanaan melalui program penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani secara kontekstual serta menjadi fasilitator dan motivator bagi petani dan pelaku agribisnis lainnya dalam mengembangkan usahataninya agar berdaya saing dan komersil (Jamil et al., 2015).

Sulawesi Tenggara merupakan provinsi di Indonesia bagian Tengah yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas, yang sebagian penduduknya menyadarkan kebutuhan hidup di bidang pertanian. Diketahui luas panen tanaman jagung sebesar 23.945 ha, dengan produksi sebesar 68.141 ton, serta produktivitas sebesar 28,46 kw/ha.

Kabupaten Muna adalah salah satu Kabupaten di Sulawesi Tenggara yang membudidayakan tanaman jagung, dimana salah satu daerah yang cukup berpotensi untuk pengembangan usahatani jagung. Diketahui luas panen tanaman jagung sebesar 13.159 ha dengan produksi sebesar 32.007 ton, serta produktivitas sebesar 24,32 kw/ha (BPS Sultra, 2020).

Desa Pentiro merupakan salah satu desa yang berpotensial untuk pengembangan usahatani jagung. Pada tahun 2015 luas panen 98 ha, dengan produksi 188,3 ton serta produktivitas 1.92 ton/ha. Sedangkan pada tahun 2020 luas panen jagung 131 ha, dengan produksi 326,9 ton, serta produktivita 6.12 ton/ha. Dari data tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan luas lahan, produksi dan produktivitas tanaman jagung pada tahun 2020 di Desa Pentiro. Hal ini didukung dengan sebagaian masyarakatnya bergelut di dalam usahatani jagung. Pertanian yang terdapat di Desa Pentiro sudah berlangsung lama dan sudah menjadi proses turun temurun. Pada proses pengolahan usahatani di Desa Pentiro hingga saat ini masih menggunakan sistem tradisional. Dalam melaksanakan pertaniannya petani di dampingi oleh seorang penyuluh pertanian, yang sudah bertugas selama 5 tahun. Bagi para petani kehadiran penyuluh sangat diharapkan, terutama untuk membantu para petani dalam mengenali kebutuhan petani. Namun pada kenyataannya masih belum semua kebutuhan petani dapat terpenuhi dengan baik, seperti kebutuhan petani terhadap sarana produksi yaitu herbisida, benih dan pupuk.

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Desa Pentiro berperan dalam memberikan informasi dan mengajarkan teknik budidaya yang baik dengan cara paraktek atau bercocok tanam langsung. Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano biasa melaksanakan metode ini dengan cara bekerja sama dengan petani yang ada di sekitar Balai Penyuluhan Pertanian. Balai Penyuluhan Pertanian memiliki lahan sekitar 1,5 hektar, yang dikelilingi oleh pagar serta sumber air berupa sumur dangkal. Potensi tersebut dimanfaatkan oleh para penyuluh untuk mengajak petani yang ada disekitar Balai Penyuluhan Pertanian belajar bersama dalam pengembangan tanaman yang disepakati bersama. Kerja sama yang diadakan oleh petani diantaranya yaitu mengembangakan salah satu komoditas tanaman pangan yaitu tanaman jagung. Hasil pembelajaran antara penyuluh dan petani dinilai menjadi dasar untuk petani mengaplikasikannya pada lahannya. Penyuluh pertanian menyiapkan sarana produksinya berupa herbisida, benih, pupuk dan lainnya yang dijadikan sebagai bahannya sedangkan petani mengaplikasikan pada lahannya. Setelah tanaman berhasil petani melanjutkan usaha ini atau mengganti jenis komoditas yang akan ditanam dengan bimbingan dari penyuluh pertanian yang ada di Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano.

Melihat kondisi lapangan bahwa informasi-informasi yang disampaikan penyuluh tidaklah sepenuhnya dapat diterima oleh petani karena adanya ketidak sesuaian dengan kebutuhan petani, hal ini mendorong sebagai penyuluh memperhatikan kebutuhan petani. Dengan keadaan demikian lembaga penyuluhan dapat mengevaluasi bentuk pelatihan atau materi-materi yang akan disampaikan. Selain permasalahan-permasalahan tersebut ada kecenderungan penyuluh menjadi pengelola proyek, hal ini merupakan kesalahan sehingga mengabaikan kelalaian dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai seorang penyuluh. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melihat lebih dalam tentang kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano dalam usahtani jagung di Desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna.

(3)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2022 sampai selesai yang berlokasi di Desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna. Lokasi penelitian ini ditentukan secara purposive atau sengaja dengan berdasarkan pertimbangan bahwa Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kecamatan Napabalano masih aktif dan masih berjalan dengan baik sesuai dengan program yang telah disusun. Balai Penyuluhan Pertanian dan Desa Pentiro salah satu desa yang diarahkan agar pertanian dapat meningkatkan kesejahteraan petani khususnya petani jagung. Populasi penelitian ini adalah seluruh petani yang mengusahakan tanaman jagung di Desa Pentiro sebanyak 22 petani. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sensus, dimana semua anggota populasi yaitu berjumlah 22 petani dijadikan sampel dengan pertimbangan bahwa anggota populasi relatif kecil (Rianse, 2009). Instrument yang digunakan berupa kuesiner dan data dikumpulkan dengan cara wawancara.

Analisis data yang digunakan secara analisis kuantitatif deskriptif. Rumusan masalah dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan rumus interval (Sugiyono, 2015) sebagai berikut.

𝑅 𝐼 = 𝐾 Keterangan :

I : Interval Kelas;

R : Rentang;

K : Banyaknya Kelas

HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden

Identitas responden merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan ciri atau atribut yang dimiliki oleh seorang responden. Ciri atau atribut yang dimaksud dalam penelitian ini berupa usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, luas lahan, dan lama berusahatani. Identitas responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Identitas Petani Jagung di Desa Pentiro Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna

No. Kategori Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Usia

0-14 Tahun (Non Produktif) 0 0

15-55 Tahun (Produktif) 19 86

> 55 Tahun (Non Produktif) 3 14

Jumlah 22 100

2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan Dasar (SD-SMP) 9 41

Pendidikan Menengah (SMA/SMK) 13 59

Pendidikan Tinggi (Diploma/sarjana) 0 0

Jumlah 22 100

3 Jumlah Tanggungan

1-4 Orang (Kecil) 19 86

> 4 Orang (Besar) 3 14

Jumlah 22 100

4 Luas Lahan

Sempit (0,25-0,49 Ha) 0 0

(4)

e-ISSN: 2809-9850 Siti Ramlan et al.

5 Lama Berusahatani

<5 Tahun 6 27

5 - 10 Tahun 12 55

>10 Tahun 4 18

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2022.

Tabel 1 menunjukkan bahwa petani yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 22 orang yang terdiri dari umur produktif dan non produktif. Sebanyak 19 orang (86%) yaitu berumur produktif, sedangkan 3 orang (14%) berumur non produktif. Umur dapat menunjukkan bahwa sebagian petani secara fisik mampu mengelola usahataninya dengan baik, hal ini dapat menunjang keahlian dan kecermatan dalam berusahatani. Prasetyo et al (2019) bahwa umur seorang petani pada umumnya dapat mempengaruhi aktivitas bertani dalam mengelola usahanya, dalam hal ini mempengarahi kondisi fisik dan kemapuan berpikir. Susanti (2016) menyatakan hal yang sejalan bahwa petani dengan umur produktif memiliki kemampuan fisik dan pola pikir yang sangat baik untuk mendukung kegiatan usahatani, dinamis, kreatif dan cepat dalam menyerap informasi inovasi dan teknologi baru serta mengaplikasikannya. Umur petani memengaruhi proses budidaya tanaman mulai dari proses pemikiran sampai proses berjalannya kegiatan budidaya yang dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang berumur produktif memiliki fisik dan kemampuan yang potensial untuk mendukung kegiatan usahatani.

Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden dominan pada pendidikan menengah (SMA/SMK) berjumlah 13 orang dengan persentase 59%. Sehingga dengan pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Pentiro akan mempengaruhi pola pikir masyarakat petani jagung dalam mengambil keputusan dalam kegiatan usahataninya, selain itu juga akan mempermudah penerimaan informasi yang lebih maju. Susanti ( 2016) menyatakan hal ini sejalan bahwa tingkat pendidikan formal mempengaruhi perubahan perilaku petani dalam kegiatan budidaya tanaman. Lebih lanjut Alonge et al (2014) mengungkapkan bahwa pendidikan berhubungan dengan kemandirian individu petani. Petani yang memiliki pendidikan lebih tinggi mempunyai wawasan yang lebih luas terutama dalam pemahaman pentingnya produktivitas.

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden dominan kecil 1–4 orang tanggungan sebanyak 19 orang (86%). Sehingga dengan jumlah tanggungan keluarga petani termasuk dalam kategori kecil, maka pengeluaran petani dari hasil yang didapatkan dari usahatani juga lebih kecil. Purwanto &

Taftazani (2018) menyatakan hal yang sejalan dengan hasil penelitian, yaitu bahwa jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi tingkat pengeluaran suatu keluarga, meningat kebutuhan konsumsi akan setiap harinya akan bertambah seiring banyaknya jumlah tanggungan.

Tabel 1 menunjukkan bahwa luas lahan responden dominan berada pada luas lahan >1,00 Ha yang berjumlah 18 orang (82%). Luas lahan berpengaruh terhadap produksi jagung dan pendapatan petani. Sesuai dengan pendapat Haryanto (2022) bahwa semakin luas lahan garapan yang diusahakan petani, maka akan semakin besar produksi yang dihasilkan dan pendapatan yang akan diperoleh bila disertai dengan pengolahan yang baik. Juliyanti & Usman (2018) menyatakan hal sejalan bahwa semakin besar lahan yang dipakai tentunya akan mendapatkan hasil semakin meningkat. Usahatani di ukuran kecil tidak mendapatkan untung untuk mencukupi kebutuhan petani dan keluarganya. Kebalikannya jika ukuran suatu lahan meningkat, maka kecenderungan dapat memperoleh hasil yang semakin tinggi.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani responden dominan pada 5-10 berjumlah 12 orang petani (55%) cukup berpengalaman. Sesuai dengan pendapat Haryanto et al (2022) bahwa lamanya pengalaman berusahatani akan berdampak pada cara pengambilan keputusan dalam menyelesaikan permasalahan dalam usahataninya. Semakin lama pengalaman usahatani yang dimiliki petani maka pengalaman tersebut dapat menjadi satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan juga berguna dalam proses pengembangan usahatani. Sehingga, pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani akan mendukung dan meningkatkan tingkat keberhasilan dalam berusahatani.

(5)

Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano

Kinerja atau performance merupakan hasil yang diperoleh individu atau tim dalam mencapai target atau sasaran yang dilaksanakan secara efektif dan efesien berdasarkan periode waktu tertentu untuk mencapai tujuan (Bahua, 2016 & Amalia et al., 2023). Sehingga kinerja Balai Penyuluhan Pertanian adalah suatu hasil yang diperoleh oleh lembaga dalam mancapai sasaran secara efektif dan efisien yang terukur dalam periode waktu tertentu. Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano akan diukur berdasarkan persepsi petani dengan menggunakan indikator responsivitas, kualitas layanan, dan responsibilitas.

Indikator responsibilitas yang dinilai dari misi dan tujuan penyuluhan pertanian dan program pembangunan pertanian. Indikator kualitas layanan yang dinilai berdasarkan pelayanan informasi dan penyuluhan, kecepatan dalam memberi pelayanan dan ketepatan materi dan teknik pelayanan informasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano

No Indikator Skoring Kategori Persentase (%)

1 Responsivitas 24,273 Cukup Baik 39,82

2 Kualitas Layanan 22,727 Cukup Baik 37,28

3 Responsibilitas 13,954 Cukup Baik 22,89

Rata-rata 60,954 Cukup Baik 100

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2022.

Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan analisis indikator kinerja maka diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan penilaian petani terhadap kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano mendapatkan skor 60,954 menunjukkan bahwa kinerja Balai Penyuluhan Pertanian berada pada kategori cukup baik. Artinya bahwa kemampuan Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano sudah cukup baik untuk dapat mengenali kebutuhan petani binaannya, mengembangkan program/kegiatan penyuluhan yang sesuai dengan keinginan/aspirasi petani setempat, dan memberikan pelayanan kepada petani. Kemampuan penentuan prioritas pelayanan yang dilakukan oleh BPP dalam membuat skala prioritas penanganan masalah usahatani masyarakat melalui pelayanan yang benar-benar dibutuhkan petani merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kinerja Balai Penyuluhan Pertanian (Hasugian et al., 2014).

Responsivitas

Wijayanto et al (2018), responsivitas merupakan suatu kemampuasn lembaga atau organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, serta mengembangkan program- program sesuai dengan kebutuhan dan apresiasi masyarakat. Di sini responsivitas merujuk pada keselarasan antara program dan kegiatan dengan kebutuhan masyarakat. Semakin banyak kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diprogramkan dan dijalankan oleh organisasi publik maka responsivitas organisasi tersebut dinilai semakin baik. Adapun kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano indikator responsivitas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano dalam Aspek Responsivitas

No Kategori Skoring Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Sangat Baik 25-35 4 18

2 Cukup Baik 16-24 18 82

3 Kurang Baik 7-15 0 0

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2022.

Tabel 3 menunjukkan bahwa kinerja Balai Penyuluhan Pertanian dari indikator responsivitas diketahui bahwa kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano termaksud dalam kategori cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa terdapat 18 responden dengan persentase 82% yang termaksud kategori cukup baik.

(6)

e-ISSN: 2809-9850 Siti Ramlan et al.

lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Hal ini sejalan dengan pendapat Wijayanto et al (2018) & Ardianto et al (2019) bahwa responsivitas yang baik akan mempengaruhi tingkat kepuasan masyarakat (naik atau pun turun).

Kualitas Layanan

Kualitas layanan adalah upaya untuk memenuhi segala keinginan dan kebutuhan pelanggan sehingga ketetapan penyampaiannya dapat mengimbangi harapan pelan (Septiani et al., 2020). Kualitas layanan merupakan sebagai hasil persepsi dari perbandingan antara harapan pelanggan dengan kinerja actual pelayanan.

Adapun kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano indikator kualitas layanan tertulis dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian dalam Aspek Kualitas Layanan

No Kategori Skoring Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Sangat Baik 25-35 6 27

2 Cukup Baik 16-24 16 73

3 Kurang Baik 7-15 0 0

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2022.

Tabel 4 menunjukkan bahwa kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano dari indikator kualitas layanan diketahui bahwa kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano termaksud dalam kategori cukup baik.

Hal ini ditunjukan dari hasil yang diperoleh bahwa terdapat 16 responden dengan persentase 73%. Artinya dalam kualitas pelayanan penyuluhan kepada petani masih dijumpai hal-hal yang kurang memuaskan. Pelaksanaan Latihan Kunjungan (Laku) belum optimal seperti materi dan metode yang digunakan belum sepenuhunya diterima oleh petani karena tidak sesuai dengan kondisi lapangan. kemudian kecepatan dalam memberikan pelayanan penyuluh tidak begitu rajin dalam melakukan kunjungan ke petani binaan karena ada hal lain yang dikerjakan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Ardianto et al (2019) bahwa kualitas layanan berpengaruh positif terhadap tingkat kepuasan petani. semain tinggi kepuasan yang dimiliki petani dalam pelayanan yang diberikan penyuluh, tentu akan berdampak pula pada peningkatan kinerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).

Responsibilitas

Suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan memberikan tanggung jawab penuh terhadap dampak yang ditimbulkan (Sinambela & Sembiring, 2020). Lebih lanjut Sjamsiar (2018) menjelaskan arti responsibilitas yaitu berkaitan dengan apakah telah dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi, baik yang emplisit maupun yang eksplisit. Adapun kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano dapat diukur dari indikator responsibliitas yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian dalam Aspek Responsibilitas

No Kategori Skoring Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Sangat Baik 14-20 1 5

2 Cukup Baik 9-13 21 95

3 Kurang Baik 4-8 0 0

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2022.

Tabel 5 menunjukkan bahwa kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano dalam aspek responsibilitas termasuk dalam kategori cukup baik. Hal ini ditunjukan dari hasil penelitian bahwa terdapat 32 responden dengan persentase 95% yang memilih kategori cukup baik. Artinya bahwa kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano cukup sesuai tergambar dari realisasi kerja penyuluh pertanian yang melaksanakan kegiatan yang cukup sesuai dengan perencanaan serta prinsip-prinsip penyuluhan. Kegiatan yang dilakukan pada umunya demonstrasi cara, kursus tani, dan temu karya. Pada pelaksaan kegiatan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi atau atau konsep-konsep teoritis, tetapi juga memberikan peluang dan kesempatan serta bimbingan kepada petani untuk

(7)

mencoba informasi dan teknologi yang berkembang sehingga petani memperoleh pengalaman kegiatan secara nyata (belajar sambil bekerja) yang sangat bermanfaat bagi petani.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano dalam kategori cukup baik. Artinya kinerja Balai Penyuluhan Pertanian Napabalano sudah baik tetapi masih perlu ditingkatkan pada beberapa aspek kinerja yaitu responsivitas, kualitas layanan dan responsibilitas.

Dengan meningkatnya ketiga aspek kinerja Balai Penyuluhan Pertanian (responsivitas, kualita layanan, dan responsibilitas) dapat mempengaruhi sudut pandang petani terhadap penyuluh pertanian dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya.

DAFTAR PUSTAKA

Alonge, H. O., Ige, A. M., & Osagıobare, O. E. (2014). Women Empowerment for Self-Reliance: Educational Management Strategies in Nigeria Case. Journal of Educational and Social Research, 4(1), 517–524.

https://doi.org/10.5901/jesr.2014.v4n1p517

Amalia, D. A. R., Setiyani, R., & Novitaningrum, R. (2023). Analisis Kinerja Penyuluh di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Tawangsari. In Seminar Nasional Fakultas Pertanian (Vol. 6, No. 1).

http://prosiding.univetbantara.ac.id/index.php/SNFP/article/view/189

Ardianto, Y., Yanti, A., & Sidanti, H. (2019). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk Dan Responsivitas Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Pdam. In SIMBA: Seminar Inovasi Manajemen, Bisnis, dan Akuntansi (Vol. 1). http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SIMBA/article/view/1257.

Badan Pusat Statistik. (2020). Sulawesi Tenggara dalam Angka. BPS Kota Kendari.

Firdaus, M. (2008). Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.

Gustiana, C., & Irwanto, I. (2017). Pengaruh Biaya Produksi, Pengalaman, Dan Keterampilan Terhadap Pendapatan Usahatani Kakao (Theobroma Cacao) di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang.

Jurnal Penelitian Agrisamudra, 4(2), 67–76. https://doi.org/10.33059/jpas.v4i2.286

Haryanto, A. (2022). Pengaruh Faktor-Faktor Produksi dalam Usaha Tani Jambu Mete di Desa Wagari Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, 2(3), 12-30.

https://doi.org/10.55606/optimal.v2i3.443

Haryanto, Y., Effendy, L., & Yunandar, D. T. (2022). Karakteristik Petani Milenial pada Kawasan Sentra Padi di Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan, 18(01), 25-35. https://doi.org/10.25015/18202236982

Hasugian, H., Sihombing, S & Salmiah, S. (2014). Evaluasi Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian (Bpp) Kabupaten Pakpak Bharat. Journal of Agriculture and Agribusiness Socioeconomics, 3(1), 1 - 12.

Isbah, U., & Iyan, R. Y. (2016). Analisis Peran Sektor Pertanian dalam Perekonomian dan Kesempatan Kerja di Provinsi Riau. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan, 7(19), 45-54.

https://jsep.ejournal.unri.ac.id/index.php/JSEP/article/view/4142

Jamil, M. H., Jahi, A., Gani, D. S., Sarma, M., & Purnaba, I. G. P. (2015). Kinerja Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan Dampaknya pada Perilaku Petani Padi di Sulawesi Selatan. Jurnal Penyuluhan, 8(2), 133–141.

https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v8i2.9885

Juliyanti, J., & Usman, U. (2018). Pengaruh Luas Lahan, Pupuk dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Produksi Padi Gampong Matang Baloi. Jurnal Ekonomi Pertanian Unimal, 1(1), 31-39.

https://doi.org/10.29103/jepu.v1i1.501

(8)

e-ISSN: 2809-9850 Siti Ramlan et al.

Prasetyo, K., Fariyanti, A., & Suharno, S. (2019). Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Mengikuti ProgramAsuransi Usahatani Padi (AUTP) di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Jurnal AgribiSains, 5(1), 1-12. https://doi.org/10.30997/jagi.v5i1.1591

Rianse, U. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Alfabeta.

Septiani, Y., Aribbe, E., & Diansyah, R. (2020). Analisis Kualitas Layanan Sistem Informasi Akademik Universitas Abdurrab Terhadap Kepuasan Pengguna Menggunakan Metode Sevqual (Studi Kasus: Mahasiswa Universitas Abdurrab Pekanbaru). Jurnal Teknologi Dan Open Source, 3(1), 131-143.

https://doi.org/10.36378/jtos.v3i1.560

Sinambela, E., & Sembiring, I. U. (2020). Analisis Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Dalam Meningkatkan Kinerja Keuangan Pemerintahan Kota Medan. Jurnal SALMAN (Sosial dan Manajemen), 1(3), 77-84. http://jurnal.fisarresearch.or.id/index.php/salman/article/view/21

Sugiyono. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Alfabetha.

Susanti, D., Listiana, N. H., & Widayat, T. (2016). The Influence of The Farmer Ages, Levels of Education and Land Area to Blumea Yields. Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia, 9(2), 75-82. DOI:10.22435/toi.v9i2.7848.75- 82

Winarsih, A., Mastuti, D., & Yunandar, D. T. (2020). Peningkatan Kinerja melalui Program Kostratani di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Prafi, Kabupaten Manokwari. Jurnal Triton, 11(2), 58-67.

Wijayanto, A., Gunawan, P. I. K., & Alaydrus, A. (2018). Pengaruh Responsivitas dan Komitmen Kerja Aparatur Desa Terhadap Kepuasan Masyarakatdesa Bukit Permata Kecamatan Kaubun Kabupaten Kutai Timur. e- Journal Ilmu Pemerintahan, 2017, 6 (1), 67 – 80. https://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/?p=2705

Referensi

Dokumen terkait

Penyuluhan pertanian dipandang sebagai suatu masalah penting untuk memajukan pembangunan sektor pertanian, didalam lembaga Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tugas dan fungsi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu adalah memberikan jalan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tugas dan fungsi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu adalah memberikan jalan

Indikator keberhasilan dari kegiatan kegiatan penyuluhan pertanian dan pelatihan pembuatan pupuk kompos antara lain tumbuh kesadaran petani sayur dan masyarakat Desa

Berdasarkan program penyuluhan pertanian yang dibentuk oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kuantan Hilir Seberang Kabupaten Kuantan Singingi pada tahun 2019

Sehubungan dengan itu, diperlukan suatu kajian tentang kualitas pelayanan penyuluh pertanian dan kepuasan petani terhadap pelayanan penyuluhan tersebut serta kaitannya dengan

Penilaian kinerja penyuluh dilakukan berdasarkan oleh tiga indikator utama, yakni; persiapan penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian dan evaluasi

Beberapa indikator yang menghasilkan kinerja yang sangat baik antara lain ialah tersusunnya program penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan petani, tersusunnya