PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT
(Studi Empiris Pada Auditor KAP Jakarta Pusat) Jasmadeti1), Tri Widyastuti2), Suyanto3)
1), 2), 3)
Universitas Pancasila Abstract
In this Advanced Research which are at issue is whether there is influence of the professionalism of auditors and the simultaneous consideration of materiality levels for audit quality and auditor whether there is influence of professionalism and consideration materiality levels partially on the quality of audit in KAP Central Jakarta.
Research hypothesis is proposed: H1 the higher the professionalism of auditors, the higher the quality audit. H2 more and more consideration of materiality, it is increasingly improving the quality of the audit which led to higher audit and H3 simultaneously the high professionalism of the auditor and the many considerations of materiality, it is increasingly improving the quality of the audit which led to higher audit results.
The method used is survey method by using the instrument in the form of a questionnaire with Likert-scale models. Research activities conducted at the Junior and Senior auditor at the Jakarta KAP and sample as many as 86 people. From the results obtained: 1) There is a significant effect between the variables simultaneously Professionalism auditor (X1) and consideration materiality levels (X2) on audit quality (Y), so the higher the auditor's professional judgment and the lower the level of materiality, the more either the implementation of the audit. 2) There is the influence of auditor professionalism variable (X1) partially with respect to audit quality variables (Y), the higher the professionalism of the better quality of the resulting audit so that audit results can be used as a tool for performance improvement, decision making, and control activities. 3) There are variables influence the level of materiality considerations (X2) partially with respect to audit quality variables (Y). 4) There was a very strong relationship between the professionalism of auditors and consideration materiality levels for audit quality. 5) Professionalism of auditors and the level of materiality considerations influence contributed by 87% while the rest is influenced or explained by other variables not included in this research model.
Keywords: Quality audit, professionalism and level of Materiality Considerations
PENDAHULUAN
Pemberlakuan kawasan perdagangan bebas di ASEAN yaitu AFTA (Asean Free Trade Area) telah dimulai. Kita harus siap berkompetisi dengan negara-negara ASEAN di bidang perdagangan barang dan jasa pada umumnya, dan khususnya jasa yang disediakan oleh profesi akuntan.
Para akuntan publik di negara tetangga yang kualitas dan kredibilitasnya lebih baik telah bersiap-siap menyerbu pasar Indonesia. Ini dapat dimaklumi
karena besarnya potensi pasar di Indonesia. Bukan hanya merampas lahan-lahan besar, akan tetapi klien-klien menengah dan kecil pun akan dikuasai.
Menghadapi keadaan ini, para akuntan dalam negeri harus meningkatkan kualitas dan kredibilitasnya. Agar para pengguna jasa akuntan publik tidak memilih akuntan asing sebagai auditor independennya.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) harus memperhatikan dan mempersiapkan antisipasi terhadap hal-hal tersebut dengan
sebaik-baiknya. Upaya yang dilakukan diataranya adalah melaksanakan sistem pengendalian mutu KAP dan pengawasan dari pihak pemerintah (BPKP). Sesuai Keppres No 31 tahun 1983 pasal 3 huruf p yang menyatakan bahwa BPKP mempunyai fungsi untuk melakukan pengawasan kegiatan KAP. Pengawasan juga dilakukan pihak intern IAI dan memberikan sanksi apabila terjadi pelanggaran oleh anggotanya.
Peran profesi akuntan publik sangat penting sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kewajaran informasi keuangan yang diberikan kepada masyarakat. Karena perannya yang strategis itu menuntut para akuntan publik untuk bekerja lebih baik, tertib, mempunyai kompetensi dalam bidang akuntansi dan auditing sesuai dengan kode etik profesi akuntan yang berlaku (profesional).
Profesionalisme akuntan publik menjadi tuntutan jaman. Sebab hanya yang bersikap dan berpandangan profesional yang akan memberikan kontribusi yang besar baik sebagai suatu entity atau masyarakat. Oleh sebab itu para profesional adalah orang-orang yang memiliki tolok ukur prilaku yang berada diatas rata-rata dari kebanyakan orang lainnya. Tapi pada saat yang bersamaan, akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan suatu entity dituntut untuk tidak memihak atau independen terhadap kliennya, padahal akuntan publik tersebut mendapatkan imbalan (fee) dari kliennya tersebut.
Akuntan yang profesional dalam profesi eksternal auditor dicerminkan dalam lima dimensi oleh Hall R (Syahrir, 2002 : 7), yaitu : (1) pengabdian pada profesi, (2) kewajiban sosial, (3) kemandirian, (4) kepercayaan terhadap peraturan profesi, (5) hubungan dengan rekan seprofesi.
Dalam melaksanakan audit, eksternal auditor mengacu pada standar yang telah ditetapkan dalam Standar Auditing. Salah satu standar yang harus dipenuhi dalam pekerjaan audit adalah
perencanaan audit. Di dalam perencanaan audit dikatakan bahwa auditor antara lain harus mempertimbangkan berbagai resiko audit dan tingkat materialitas awal untuk tujuan audit.
Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu masalah kebijakan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Definisi materialitas itu sendiri adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji (Mulyadi, 2002 : 158).
Latar Belakang Masalah
1. Rendahnya profesionalisme auditor; 2. Kesenjangan antara auditor junior dan
senior;
3. Kebijakan profesionalisme yang tidak sesuai, adanya salah saji dalam memberikan informasi;
4. Kualitas audit yang tidak sesuai; 5. Kualitas audit yang masih belum
berstandar baik dari persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut dari hasil audit.
Permasalahan
1. Apakah terdapat pengaruh profesionalisme auditor dan pertimbangan tingkat materialitas secara simultan terhadap kualitas audit?
2. Apakah terdapat pengaruh profesionalisme auditor dan pertimbangan tingkat materialitas secara parsial terhadap kualitas audit? Tujuan Penelitian
1. Pengaruh profesionalisme auditor dan pertimbangan tingkat materialitas secara simultan terhadap kualitas audit.
2. Pengaruh profesionalisme auditor dan pertimbangan tingkat materialitas secara parsial terhadap kualitas audit. TINJAUAN TEORITIS
Pengertian Auditing
Menurut Arens (2000:9), : "Auditing is the accumulation and evaluation evidence about information to determine and report on the degree of correspondence, between the quantifiable information and established criteria. Auditing should be done by a competent independent person"
Pengertian auditing secara umum menurut Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (2008:7), yaitu : "Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan".
Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, masih menurut Mulyadi dan Kanaka Puradiredja, yaitu : "Auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan di suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut" (Mulyadi 2008:9).
Auditing juga dinyatakan oleh Boynton dan Kell (2002:4) dalam bukunya "Modern Auditing" mengutip dari The Report of Committee on Basic Auditing Concepts of The American Accounting
Association ; mendefinisikan sebagai
berikut: 'Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating
evidence regarding assertion about
economic action and events to assertion the degree of correspondence between
those assertion and established criteria and comunicating the result to interested users".
Pengertian Profesionalisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:897), : "Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak-tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional".
Pendapat Tait (2006), mendefinisikan profesionalisme sebagai berikut: uProfesionalism is the ability to
demonstrate the qualities and
competencies of one's profession with
commitment and skill" Artinya :
Profesionalisme adalah suatu kemampuan untuk mendemonstrasikan kualitas dan kompetensi profesi seseorang dengan komitmen dan keahlian.
Pendapat Maister (2007), mengemukakan bahwa, "Profesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen, tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan".
Sehingga dapat disimpulkan bahwa profesionalisme merupakan suatu sikap, tingkah laku, serta kemampuan menunjukan suatu kualitas dan kompetensi sebagai suatu profesi.
Karakteristik Profesional
1. Dedikasi terhadap profesi yang melayani kepentingan publik
1) Mencintai profesinya dan mengabdi pada nilai-nilai profesi 2) Selalu memberi yang terbaik dan
melaksanakan pekerjaan secara total
3) Sikap melayani yang altruistik dan berorientasi kepada kepuasan pelanggan.
2. Mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidang profesinya
1) Keterampilan berdasarkan pengetahuan teoritis.
2) Pelatihan dan pendidikan
3) Pengujian kemampuan calon anggota
4) Budaya belajar sepanjang hayat 5) Kompetensi tinggi berorientasi
kesempurnaan.
3. Tertampung dalam organisasi
1) Partisipasi penuh dalam organisasi 2) Memahami visi dan misi organisasi
profesi.
4. Dalam melaksanakan tugas profesi, baik secara perorangan maupun kelembagaan atau badan, merupakan standar baku di bidang yang bersangkutan
5. Dalam menjalankan tugas profesinya wajib mematuhi kode etik atau etika profesi.
Pengertian Profesionalisme Auditor Pendapat Michaels (2002) menyatakan bahwa : "Profesionalism is a primarly an attitude-a commitment to qualify,loyalty (to the team, the product, and the company) and clear comunication. In order for it to be trully profesional, this attitude must hold no matter what the circumstance or who is involved' Artinya : Profesionalisme pada dasarnya merupakan suatu sikap, suatu komitmen terhadap kualitas, kesetiaan (kepada tim, produk, dan perusahaan), dan komunikasi yang bersih. Untuk dapat disebut profesional sejati, sikap ini harus di pertahankan dalam situasi apapun dan siapapun yang terlibat.
Menurut Huggins (2004), ada beberapa kandungan kunci dalam profesionalisme : "There are three key ingredients toprofesionalism : Skills, Attitude, Values" Dapat disimpulkan bahwa profesionalisme itu sendiri merupakan suatu sikap. Sikap profesionalisme merupakan suatu mentalitas profesional yang menunjukan kualitas, kompetensi, tingkah laku dan komitmen sebagai suatu profesi.
Hall R (Syahrir; 2002: 7) mengembangkan konsep profesionalisme dari level individual yang digunakan untuk
profesionalisme eksternal auditor, meliputi lima dimensi:
1. Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup dan bukan sekadar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri secara total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi utama yang diharapkan adalah kepuasan rohaniah dan kemudian kepuasan material. 2. Kewajiban sosial (Social obligation),
yaitu pandangan tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
3. Kemandirian (autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa seorang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak yang lain.
4. Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
5. Hubungan dengan sesama profesi (Professional community affiliation), berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesinya. Pertimbangan Tingkat Materialitas
Secara harfiah pengertian materialitas berarti signifikan atau esensial. Dalam pengertian akuntansi, menurut Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) SA Seksi 312: Materialitas merupakan besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaaan yang melingkupinya, dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut . Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan keuangan (KDPPLK) paragraf 30 materialitas dianggap sebagai ambang batas atau titik pemisah suatu karakteristik kualitatif pokok yang dimiliki informasi agar dianggap berguna. Informasi dianggap material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pemakai laporan keuangan. FASB (The Financial Accounting Standard Board) menjelaskan konsep materialitas sebagai penghilangan atau salah saji suatu item dalam laporan keuangan adalah material jika, dalam keadaan yang tertentu, besarnya item tersebut mungkin menyebabkan pertimbangan orang yang reasonable
berdasarkan laporan keuangan tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh adanya pencantuman atau peniadaan informasi akuntansi tersebut.
Dua alasan mengapa konsep materialitas penting dalam audit, yaitu : (a) sebagian pemakai informasi akuntansi tidak dapat memahami informasi akuntansi dengan mudah, maka pengungkapan data penting harus dipisahkan dari data yang tidak penting, karena pengungkapan data penting yang bersamaan dengan data tidak penting cenderung menyesatkan pemakai laporan keuangan, (b) proses pemeriksaan akuntansi dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat jaminan (guarantee) yang layak mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan pada suatu waktu tertentu (Berstein, L dalam Bernawati, 2004 : 19).
Konsep materialitas dalam audit mendasari penerapan standar auditing yang berlaku. Standar auditing merupakan ukuran kualitas pelaksanaan auditing yang
berarti auditor menggunakan standar auditing sebagai pedoman dalam pelaksanaan audit dan dalam laporannya. Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ). Dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) no. 01, SA seksi 150 mencantumkan sepuluh standar sebagai berikut:
A. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
B. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
C. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Dalam perencanaan audit, auditor melakukan pertimbangan awal terhadap materialitas. Pertimbangan tersebut terdiri dari dua tingkatan, (1) pertimbangan pada tingkat laporan keuangan, (2) pertimbangan pada tingkat saldo akun. Pada tingkat laporan keuangan materialitas dihitung sebagai keseluruhan salah saji minimum yang dianggap penting atau material atas salah satu laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan pada dasarnya adalah saling terkait satu sama lain dan sama halnya dengan prosedur audit yang dapat berkaitan dengan lebih dari satu laporan keuangan. Pada tingkat saldo akun, materialitas merupakan salah saji terkecil yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang material. Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat ini auditor harus juga mempertimbangkan dengan materialitas pada tingkat laporan keuangan karena salah saji yang mungkin tidak material secara individu dapat bersifat material terhadap laporan keuangan bila
digabungkan dengan saldo akun yang lain . pertimbangan materialitas pada saat perencanaan audit mungkin berbeda dengan pertimbangan materialitas pada saat evaluasi laporan keuangan karena (1) keadaan yang melingkupi berubah, (2) adanya informasi tambahan selama proses audit ( Mulyadi 2002 : 159 ).
Pertimbangan materialitas diperlukan dalam menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan atau kecukupan bukti, bagaimana bukti itu akan diperoleh dan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi bukti tersebut. Kecukupan bukti audit digunakan sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat auditor atas laporan keuangan yang diaudit.
Risiko audit merupakan risiko yang terjadi karena auditor tanpa sengaja tidak memodifikasi pendapatnya secara tepat terhadap laporan keuangan yang mengandung salah saji material (SPAP 2001, SA seksi 312.02 ). Risiko audit diperhitungkan dalam audit karena dalam hal bukti audit yang diperoleh, auditor hanya dapat memberikan keyakinan yang memadai, bukan mutlak bahwa salah saji material terdeteksi. Semakin yakin auditor akan pendapat yang diberikannya maka semakin rendah risiko audit yang bersedia ditanggungnya. Risiko dan materialitas mempunyai hubungan terbalik, jika tingkat materialitas yang dapat diterima dinaikkan maka risiko audit akan berkurang dan sebaliknya.
Kerangka Pemikiran
Seorang akuntan publik dapat terus bertahan di dalam bisnis dikarenakan oleh kepercayaan publik (public trust).
Kehormatan seorang akuntan publik dapat dilihat dari kredibilitasnya, karena kredibilitas merupakan produk yang mereka jual (lending of credibility). Oleh karena itu sikap profesional merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam pemenuhan tanggung jawab profesional akuntan publik, khusunya dalam kualitas laporan pemeriksaan.
Sikap profesional akuntan publik yang tinggi memiliki kemampuan dan keahlian teknis, serta menggunakan kemahirannya dalam menyajikan laporan pemeriksaan yang berkualitas. Menghindari hal-hal yang mengganggu independensi, integritas dan obkektifitasnya, khususnya dengan pelaksanaan tanggung jawab yang berkaitan dengan kualitas laporan pemeriksaan.
Materialitas dan risiko audit dipertimbangkan oleh auditor pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai berikut: 1. Risiko audit dan materialitas, bersama
dengan hal-hal lain perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
2. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual maupun keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam hal semua yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Salah saji dapat terjadi sebagai akibat penerapan yang keliru prinsip akuntansi tersebut, penyimpangan fakta, atau dihilangkannya informasi yang diperlukan.
3. Dalam mengambil kesimpulan mengenai materialitas dampak suatu salah saji, secara individual ataupun keseluruhan, auditor umumnya harus
mempertimbangkan sifat dan jumlahnya dalam hubungan dengan sifat dan nilai pos laporan keuangan yang sedang diaudit.
4. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kualitatif dan kuantitatif.
Sebagai auditor profesional, dalam melaksanakan proses audit dan penyusunan laporan keuangan, seorang auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara profesional maka auditor harus membuat perencanaan audit sebelum memulai proses audit. Di dalam perencanaan audit, auditor diharuskan untuk menentukan tingkat materialitas awal, sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semakin seorang auditor itu profesional maka semakin auditor tersebut tepat dalam menentukan tingkat materialitas. Profesionalisme auditor tersebut dapat diukur melalui : pengabdian auditor terhadap profesi, kesadaran auditor akan kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan sesama profesi.
Akuntan Publik akan semakin berperan dalam menyajikan laporan pemeriksaan yang berkualitas bila memiliki sikap profesionalisme yang tinggi.
Profesionalisme auditor (X1) Kualitas audit (Y) Pertimbangan tingkat materialitas (X2) Gambar 1 Desain Penelitian Menggunakan desain penelitian
korelasional, yaitu mengetahui hubungan variabel-variabel bebas dengan variabel terikat sehingga dapat diketahui seberapa besar kontribusi variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat serta besarnya peranan variabel bebas (Umar, 2002:28).
Pengembangan Hipotesis
1. Semakin tinggi profesionalisme auditor, maka semakin tinggi kualitas audit, hipotesis statistik H1 sebagai berikut :
H01 : b1 = 0
Ha1 : b1 ≠ 0
2. Semakin tinggi pertimbangan materialitas, maka semakin tinggi tingkat kualitas audit, hipotesis statistik H2 sebagai berikut:
H02 : b2 = 0
Ha2 : b2 ≠ 0
3. Secara simultan semakin tinggi profesionalisme auditor dan semakin tinggi pertimbangan tingkat materialitas, maka semakin meningkatkan kualitas pelaksanaan audit yang menyebabkan hasil audit tinggi, hipotesis statistik H3 sebagai berikut:
H03 : b1b2 = 0
Ha3 : b1b2 ≠ 0
Pengujian dilakukan dengan Analisis Regresi Linier Berganda yaitu hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2 ...Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini
untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apakah nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan (Priyatno, 2010). Persamaan regresi linier berganda (Multiple Regression) adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 – b2X2 + e Dimana : Y = Kualitas Audit X1 = Profesionalisme auditor X2 = Pertimbangan materialitas a = Intercept (konstanta) b1, b2 = Koefisien regresi e = Error METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan merupakan data primer. Data primer yang digunakan berasal dari kuesioner yang diberikan kepada responden (auditor) Kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta Pusat. Periode penelitian dilakukan selama Februari 2012. Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik yang ada di Jakarta Pusat. Sementara sampelnya adalah 87 auditor junior dan senior yang terdaftar sebagai auditor di Kantor Akuntan Publik yang ada
di Jakarta Pusat. Selama periode Februari 2012.
Metode Pengumpulan dan Pemilihan Sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling).Yaitu semua responden mempunyai hak yang sama untuk dipilih. Namun karena jumlahnya relatif banyak, maka diambilah sampel yang dianggap mewakili populasi auditor junior dan senior yang bekerja pada 27 KAP yang ada di Jakarta Pusat (data terlampir). Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh 2 variabel terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Jakarta Pusat.
Teknik Pengambilan Sampel
Untuk menarik sampel dari populasi tersebut digunakan rumus Taro Yamane (Riduwan & Kuncoro, 2008) sebagai berikut: 1 ) . ( 2 D N N n
Dimana: n = ukuran sampel
D = presisi yang besarnya ditentukan
N = ukuran populasi
Presisi menunjukkan tingkat ketepatan hasil penelitian berdasarkan sampel dan menggambarkan karakteristik populasi. Presisi yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 10%, sehingga ukuran sampel dapat dihitung sebagai:
1 01 , 6 600 1 ) ) 1 , 0 ( 600 ( 600 2 n n n = 85,59 dibulatkan 86
Sedarmayanti & Syarifuddin (2002) mengatakan bahwa unit analisis adalah sesuatu yang berdasarkan tujuannya atau peraturan tertentu dijadikan suatu kesatuan yang karakteristiknya akan
diukur. Berdasarkan pengertian tersebut, maka unit analisis dalam penelitian ini adalah auditor junior dan senior yang bekerja pada KAP di Jakarta Pusat.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. Teknik analisis data dilakukan dengan pengujian secara statistik yang menggunakan program SPSS versi 17. Teknik analisis data meliputi uji validitas. uji realibilitas, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
Pengujian Hipotesis
Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda (multiple regresi) dengan menggunakan program software statistical program for social science (SPSS) versi 17 (Priyatno, 2008). Toleransi kesalahan (a) yang ditetapkan sebesar 5% dengan signifikasi sebesar 95%.
Persamaan regresi linier berganda (Multiple Regression) yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 – b2X2 + e Dimana : Y = Kualitas Audit X1 = Profesionalisme Auditor X2 = Pertimbangan Tingkat Materialitas a = Intercept (konstanta) b1, b2 = Koefisien regresi e = Error HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan berdasarkan studi literatur dan kuesioner yang diberikan kepada masing-masing responden (sampel) dengan metode teknik pengambilan sampel acak sederhana
(simple random sampling). Dengan metode ini, semua mempunyai hak yang sama untuk dipilih. Jumlah auditor junior dan senior yang bekerja pada KAP di Jakarta Pusat.
Ukuran sampel sudah dianggap reprensentatif atas pertimbangan tertentu
(Sampling Purposive). Data pengambilan subjek dari setiap strata ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek masing-masing strata, yaitu 86 orang.
Demografi Responden
Data respondennya adalah auditor senior dan junior di Jakarta Pusat yaitu sebanyak 86 orang. Data responden ditampilkan menurut jenis kelamin, menurut umur, menurut masa kerja, dan menurut tingkat pendidikan.
Tabel 1
Data Responden Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Prosentase 1 Pria 72 80,90% 2 Wanita 14 19,10% Jumlah 86 100,00%
Prosentase jenis kelamin auditor yang populasinya paling banyak adalah auditor laki-laki yaitu 72 orang atau 80,90 %. Prosentase auditor yang populasinya paling kecil adalah perempuan, yaitu 14 orang atau sebesar 19,10 % (Tabel 1).
Tabel 2
Data Responden Menurut Umur
No Umur Jumlah (orang) Prosentase 1 25 – 35 46 53,49% 2 36 – 45 23 26,74% 3 46 – 55 14 16,28% 4 > 55 3 3,49% Jumlah 86 100,00%
Prosentase umur auditor yang populasinya paling banyak adalah auditor yang berumur 25 –35 tahun, yaitu 46 orang atau 53,49 %. Prosentase auditor yang populasinya paling kecil adalah auditor yang berumur > 55 tahun, yaitu 3 orang atau 3.49 % (Tabel 2).
Tabel 3
Data Responden Menurut Masa Kerja No Masa Kerja Jumlah (orang) Prosentase 1 < 5 59 68,60% 2 6 – 10 6 6,98% 3 11 – 20 11 12,79% 4 20 – 30 7 8,14% 5 > 30 3 3,49% Jumlah 86 100,00%
Prosentase auditor yang populasinya paling banyak adalah auditor yang masa kerjanya < 5, yaitu 59 orang atau 68,60 %. Prosentase masa kerja auditor yang populasinya paling kecil adalah auditor yang masa kerjanya >30, yaitu 3 orang atau 3,49 % (Tabel 3)
.
Tabel 4
Data Responden Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Prosentase 1 D3 13 15,12% 2 S1 71 82,56% 3 S2 / S3 2 2,32% Jumlah 86 100,00%
Prosentase pendidikan auditor yang populasinya paling banyak adalah auditor yang pendidikannya S1, yaitu 71 orang atau 82.56%. Prosentase pendidikan yang populasinya paling kecil adalah auditor yang pendidikannya S2/S3, yaitu 2 orang atau 2,32% (Tabel 4).
Penyajian deskripsi data dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang data penelitian, yang dapat disajikan dalam tabel 4.5.
Tabel 5
Deskripsi Data Penelitian
Descriptive Statistics 86 23,00 27,00 50,00 3468,00 40,3256 ,60987 5,65569 31,987 86 25,00 25,00 50,00 3483,00 40,5000 ,65158 6,04250 36,512 86 29,00 31,00 60,00 4173,00 48,5233 ,70638 6,55067 42,911 86 Prof esionalisme Auditor-X1 Pertimbangan Tingkat Materialitas-X2 Kualitas Audit-Y Valid N (listwise)
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
N Range Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation
Variance
Keterangan:
1. Terdiri dari dua variabel bebas yaitu, profesionalisme auditor (X1) dan
pertimbangan tingkat materialitas (X2)
dan satu variabel terikat kualitas audit (Y). Sampel diambil dari populasi auditor berjumlah 86 responden untuk menjawab kuesioner dari ketiga variabel profesionalisme auditor (X1),
Pertimbangan tingkat materialitas (X2)
dan kualitas audit (Y);
2. Mean data sampel penelitian merupakan rata-rata hitung dari sampel dengan nilai (X1) sebesar 40,3256 ,
nilai (X2) sebesar 40,5000 dan (Y)
sebesar 48,5233 didapat dari jumlah nilai data dibagi banyaknya observasi; 3. Varian data penelitian merupakan
jumlah kuadrat dari selisih nilai observasi dengan rata-rata hitung dibagi banyaknya observasi dikurangi 1
atau (n-l). Dimana hasil variance ketiga variabel profesionalisme auditor (X1) sebesar 31,987, Pertimbangan
tingkat materialitas (X2) sebesar
36,612 dan kualitas audit (Y) sebesar 42,911.
4. Range atau rentang atau jangkauan sampel peneiitian merupakan selisih antara nilai maksimum dengan nilai minimum, untuk (X1) sebesar 23,00,
untuk (X2) sebesar 25,00 dan untuk (Y)
sebesar 29,00;
5. Nilai minimum dan maksimum, untuk variabel profesionalisme auditor (X1)
minimum sebesar 27,00 dan maksimum sebesar 50,00 untuk variabel pertimbangan tingkat materialitas (X2) minimum sebesar
25,00 dan maksimum sebesar 50,00 dan variabel kualitas audit (Y) minimum sebesar 31,00 dan maksimum 60,00;
6. Total atau sum nilai variabel profesionalisme auditor (X1) = 3468,
demikian seterusnya untuk variabel pertimbangan tingkat materialitas (X2)
= 3483, dan variabel kualitas audit (Y) = 4173;
Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Validitas dan Reliabilitas
a. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk melihat seberapa jauh tes berguna dalam mengambil keputusan yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Sehingga dapat diketahui ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur. Validitas masing-masing butir pertanyaan dilakukan menggunakan Bivariate Pearson
(Korelasi Produk Momen Pearson) dengan bantuan program Excel Office 2007.
Kuesioner yang terdiri dari 10 butir profesionalisme auditor, 10 butir pertimbangan tingkat materialitas dan 12 butir untuk Kualitas audit. Dari perhitungan tiap-tiap butir pada masing-masing variabel memiliki validitas vang baik rincian terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 6
Uji Validitas Profesionalime Auditor No Item Harga r hitung Harga r kritis Status 1 ,591 0,213 Valid 2 ,417 0,213 Valid 3 ,490 0,213 Valid 4 ,524 0,213 Valid 5 ,636 0,213 Valid 6 ,623 0,213 Valid 7 ,570 0,213 Valid 8 ,501 0,213 Valid 9 ,361 0,213 Valid 10 ,584 0,213 Valid Tabel 7
Uji Validitas Pertimbangan Tingkat Materialitas No Item Harga r hitung Harga r kritis Status 1 ,513 0,213 Valid 2 ,544 0,213 Valid 3 ,550 0,213 Valid 4 ,543 0,213 Valid 5 ,678 0,213 Valid 6 ,587 0,213 Valid 7 ,734 0,213 Valid 8 ,538 0,213 Valid 9 ,455 0,213 Valid 10 ,592 0,213 Valid Tabel 8
Uji Validitas Kualitas Audit No Item Harga r hitung Harga r kritis Status 1 ,565 0,213 Valid 2 ,643 0,213 Valid 3 ,575 0,213 Valid 4 ,682 0,213 Valid 5 ,367 0,213 Valid 6 ,468 0,213 Valid 7 ,606 0,213 Valid 8 ,503 0,213 Vali d 9 ,497 0,213 Valid 10 ,558 0,213 Valid 11 ,460 0,213 Valid 12 ,312 0,213 Valid b. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji untuk masing-masing variabel yaitu X1 = Profesionalisme
auditor, X2 = Pertimbangan tingkat
materialitas, Y = Kualitas audit didapatkan nilai Cronbach 's Alpha
yaitu:
Tabel 9 Uji Reliabilitas
Reliabi lity Statistics
,837 ,837 10 Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on St andardized Items N of Items
Reliabi lity Statistics
,861 ,863 10 Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on St andardized Items N of Items
Reliabi lity Statistics
,848 ,849 12 Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on St andardized Items N of Items
Dari analisis di atas didapatkan nilai Alpha untuk Profesionalisme auditor (X1) sebesar 0,837. Pertimbangan tingkat
Kualitas audit (Y) sebesar 0,848. Sedangkan. nilai r kritis (uji 2 sisi) pada signifikansi 0,05 dengan jumlah data (n) = 86 dalam tabel didapatkan nilai 0,213. Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen penelitian tersebut reliabel karena semua nilai Alpha lebih besar dari nilai r kritis. Rincian masing-masing butir soal untuk Alpha if item deleted terlampir (lampiran 2,3 dan 4).
2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini digunakan uji
One sample Kolomogorov-Smirnov
dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan norma jika lebih besar dari 5%.
Tabel 10 Uji Normalitas
Dari hasil di atas terlihat dalam kolom Kolmogorov-Smirnov pada signifikan 0,05 untuk Profesionalisme auditor (X1) sebesar 0,101; Pertimbangan
tingkat materialitas (X2) sebesar 0,117;
dan Kualitas audit (Y) sebesar 0,101. Semua variabel mempunyai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel berdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.
Berdasarkan uji Park, yaitu meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing variabel dependen (LnXl dan LnX2). Hipotesa diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel berarti tidak terdapat heteroskedastisitas. Tabel 11 Uji Park Coeffici entsa ,518 ,149 3,479 ,001 ,644 ,089 ,657 7,216 ,000 ,265 ,083 ,292 3,209 ,002 (Constant) lnx1 lnx2 Model 1 B Std. Error Unstandardized Coef f icients Beta Standardized Coef f icients t Sig. Dependent Variable: y a. Tests of Normality ,128 86 ,101* ,960 86 ,010 ,107 86 ,117 ,955 86 ,004 ,131 86 ,101* ,957 86 ,006 Profesionalisme Auditor-X1 Pertimbangan Tingkat Materialitas-X2 Kualitas Audit-Y
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance *
Lilliefors Significance Correction a.
Dari hasil out put di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah 7,216 dan 3,209 , sedangkan nilai t tabel dengan df=n-2 atau 86-2 = 84 pada pengujian dua sisi (signifikansi 0,025) di dapat nilai 1,989. Karena nilai t hitung berada dalarn -t tabel < t hitung < t tabel, maka hipotesa diterima. Artinya pengujian antara Lnei2 dengan LnXl dan LnX2 tidak ada gejala heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Pada penelitian ini pengujian menggunakan cara
varian inflation factor (VIF) pada
model regresi.
Tabel 12
Uji Varian Inflation Factor
Coeffici entsa 4,810 1,876 2,564 ,012 ,716 ,102 ,618 7,000 ,000 ,201 4,982 ,366 ,096 ,338 3,823 ,000 ,201 4,982 (Constant) Prof esionalisme Auditor-X1
Pert imbangan Tingkat Materialitas-X2 Model 1 B Std. Error Unstandardized Coef f icients Beta Standardized Coef f icients
t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kualitas Audit-Y a.
Dari hasil di atas diketahui nilai
variance inflation factor (VIF) kedua variabel yaitu 4.982. Toleransi berkisar antara 0-1, dengan 0 = high collinearity dan 1 = low collineartiy. Beberapa buku menyatakan bahwa jika VIF lebih kecil dari 10 maka diduga bahwa antar variabel independen tidak terjadi persoalan multikolinearitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi. yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Metode yang sering digunakan adalah Uji Durbin-Watson (Uji DW).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW). dimana nilai dU dan dL diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Angka DW lebih kecil dari dL
atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol (Ho) ditolak berarti terdapat autokorelasi; 2) Angka DW terietak antara dU
da (4-dU), maka hipotesis nol (Ho) diterima, yang berarti tidak terjadi autokorelasi; 3) Jika angka DW terietak antara
dL dan dU atau antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
4)
Tabel 13 Uji Autokorelasi Model Summaryb ,933a ,870 ,867 2,39045 1,780 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Est imat e
Durbin-Wat son Predictors: (Constant ), Pert imbangan Tingkat Materialitas-X2,
Prof esionalisme Auditor-X1 a.
Dependent Variable: Kualit as Audit-Y b. Gambar 2 Uji Autokorelasi Ada Autokorelasi positif Inconclusive Tidak Ada Autokorelasi Inconclusive Ada Autokorelasi Negatif 4 dl du 4-du 4-dl 1,214 1,650 2,350 2,786 1,780 Diketahui : Dl = 1,214 4-dl = 2,786 du = 1,650 4-du = 2,350
Dari output di atas didapat DW yang dihasilkan dari model regresi adalah 1,780. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 86, serta k = 2 (k adalah jumlah variabel independen) diperoleh nilai dL sebesar 1,214 dan dU sebesar 1,650. Karena DW terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol (Ho) diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.
3. Analisis Korelasi Ganda (R) dan Analisis Koefisien Determinasi (R )
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antar variabel tersebut. Nilai R berkisar antara 0 sampai dengan 1, dimana semakin mendekati 1 maka hubungan yang terjadi semakin kuat dan demikian sebaliknya. Berikut ini adalah rentang analisis korelasi:
0,00 - 0,199 = sangat rendah 0,20 -0,399 = rendah
0,40 -0,599 = sedang 0,60 -0,799 = kuat
0,80 -1,00 = sangat kuat
Tabel 14
Model Summary Regresi Linier Berganda
Model Summaryb ,933a ,870 ,867 2,39045 ,870 277,654 2 83 ,000 1,780 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change Change Statistics
Durbin-Watson Predictors: (Constant), Pertimbangan Tingkat Materialitas-X2, Prof esionalisme Auditor-X1
a.
Dependent Variable: Kualitas Audit-Y b.
Dari tabel tabel model summary di dapatkan nilai R sebesar 0,933, hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antar Profesionalisme auditor dan Pertimbangan tingkat materialitas terhadap Kualitas Audit.
Analisis determinasi (R2) dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel independen. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. Semakin besar koefisien determinasi (R2) maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen semakin besar.
Dari tabel diketahui R Squre X1 dan X2 secara simultan terhadap Y sebesar 0,870, Artinya hanya 87% variabel independen memberikan sumbangan
pengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan sisanya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini. 4. Hasil Uji Hipotesis
Tujuan pengujian hipotesis adalah untuk mendapatkan kesimpulan apakah hipotesis penelitian yang telah dirumuskan didukung atau tidak didukung oleh data emperik yang telah dikumpulkan. Pengujian hipotesis ini dilakukan melalui pendekatan statistik. maka hipotesis yang diuji adalah hipotesis statistik yang dinyatakan dalam bentuk hipotesis nol (Ho). a. Pengaruh Profesionalisme Auditor
(X1) dan Pertimbangan Tingkat
Materialitas (X2) Secara simultan
Terhadap Kualitas Audit (Y). Persamaan regresi liner berganda terbentuk dari koefisien regresi tabel 4.10, persamaan regresi liner berganda yang dapat disajikan yaitu Y = 4,810 + 0,716 X1 +
Tabel 15 Koefisien Regresi (a)
Coeffici entsa 4,810 1,876 2,564 ,012 ,716 ,102 ,618 7,000 ,000 ,201 4,982 ,366 ,096 ,338 3,823 ,000 ,201 4,982 (Constant) Prof esionalisme Auditor-X1
Pert imbangan Tingkat Materialitas-X2 Model 1 B Std. Error Unstandardized Coef f icients Beta Standardized Coef f icients
t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kualitas Audit-Y a.
Nilai konstanta sebesar 4,810 artinya jika Profesionalisme auditor (X1) dan Pertimbangan tingkat materialitas (X2)
sama-sama pada nilai 0 maka Y nilainya adalah 4,810 satuan.
Koefisien regresi Profesionalisme auditor (X1) sebesar 0,716; artinya jika
variabel independen X2 tetap, maka
peningkatan X1 sebesar satu satuan akan
meningkatkan (Y) sebesar 0,716 satuan. Koefisien regresi Pertimbangan tingkat materialitas (X2) sebesar 0,366;
artinya jika variabel X1 tetap, maka peningkatan X2 sebesar satu satuan akan meningkat (Y) sebesar 0,366 satuan. Tabel 16 ANOVA(b) ANOVAb 3173,171 2 1586,585 277,654 ,000a 474,283 83 5,714 3647,453 85 Regression Residual Total Model 1 Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Pertimbangan Tingkat Mat erialitas-X2, Prof esionalisme Auditor-X1
a.
Dependent Variable: Kualit as Audit-Y b.
Dari hasil anova dengan signifikansi 0,05 terdapat pengaruh yang nyata (Fhitung > Ftabel) secara
simultan antara variabel profesionalisme auditor (X1) dan
pertimbangan tingkat materialitas (X2) terhadap kualitas audit (Y)
dengan signifikansi 0,000 (Fhitung >
Ftabel ; 277,654 > 3,107), sehingga
hipotesis pertama (Ho) ditolak. b. Pengaruh Profesionalisme Auditor
(X1) dan Pertimbangan Tingkat
Materialitas (X2) Secara Parsial
Terhadap Kualitas Audit (Y)
1) Pengaruh Profesionalisme Auditor (X1) Terhadap Kualitas Audit (Y)
Hipotesis tentang pengaruh variabel bebas (X1) terhadap
(Y) secara parsial diuji dengan menggunakan Uji-t.
Gambar 3
Hasil Uji Parsial X1 terhadap Y
-1,989 0 1,989 7,000 thitung
Dari tabel didapatkan nilai thitung
sebesar 7,000 dan ttabel sebesar
1,989 dengan signifikansi t sebesar 0,000 lebih kecil daripada = 0,05, maka Ho ditolak (thitung > ttabel ; 7,000
>1,989), artinya terdapat pengaruh variabel bebas (X1)
terhadap variabel terikat (Y). 2) Pengaruh Pertimbangan
Tingkat Materialitas (X2)
terhadap Kualitas Audit (Y) Hipotesis tentang pengaruhi variabel bebas (X2) terhadap
(Y) secara parsial, diuji dengan menggunakan Uji-t.
Gambar 4
Hasil Uji Parsial X2 terhadap Y
Dari tabel didapatkan nilai thitung
sebesar 3,823 dan ttabel sebesar
1,989 dengan signifikansi t sebesar 0,000 lebih kecil daripada = 0,05, maka Ho ditolak (thitung > ttabel ; 3,823
>1,989), artinya terdapat pengaruh variabel bebas (X2)
terhadap variabel terikat (Y). Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Profesionalisme auditor (X1) terhadap Kualitas audit (Y)
Terdapat pengaruh variabel bebas (X1)
secara parsial terhadap variabel terikat (Y) dengan data tabel didapatkan nilai thitung sebesar 7,000 dan ttabel sebesar
1,989 dengan signifikansi t sebesar 0,000 lebih kecil dari pada = 0,05, maka Ho ditolak (thitung > ttabel ; 7,000
>1,989). Semakin tinggi tingkat profesionalisme auditor maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkan. 2. Pengaruh Pertimbangan tingkat
materialitas (X2) terhadap Kualitas
audit (Y)
Terdapat pengaruh variabel bebas (X2)
secara parsial terhadap variabel terikat (Y). Dari tabel didapatkan nilai thitung
sebesar 3,823 dan ttabel sebesar 1,989
dengan signifikansi t sebesar 0,000 lebih kecil daripada = 0,05, maka Ho ditolak (thitung > ttabel ; 3,823 >1,989).
Semakin tinggi tingkat pertimbangan materialitas auditor maka semakin baik hasil kualitas audit.
3. Pengaruh Profesionalisme auditor(X1) dan Pertimbangan tingkat materialitas (X2) secara simultan terhadap Kualitas
audit (Y)
Terdapat pengaruh yang nyata (Fhitung >
Ftabel) secara simultan antara variabel
Profesionalisme auditor (X1) dan
Pertimbangan tingkat materialitas (X2)
terhadap Kualitas audit (Y) dengan signifikansi 0,015 (Fhitung > Ftabel ;
277,654 > 3,107). Sehingga semakin tinggi profesionalisme auditor dan semakin rendah tingkat pertimbangan materialitasnya, maka akan semakin baik hasil pelaksanaan auditnya. Terjadi hubungan yang sangat kuat antar Profesionalisme auditor dan Pertimbangan tingkat materialitas terhadap Kualitas audit, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi dari analisi regeresi (R) sebesar 0,933. Profesionalisme auditor dan Pertimbangan tingkat materialitas memberikan sumbangan pengaruh sebesar 87%, hal tersebut ditunjukkan dengan besaran dari nilai koefisien determinasi (R3) sebesar 0,870.
Profesionalisme auditor dan pertimbangan tingkat materialitas mempunyai peranan penting terhadap peningkatan kualitas audit. Auditor yang memiliki perencanaan saat pelaksanaan audit akan lebih leluasa dalam membuat perencanaan, -1,989 0 1,989 3,823
pelaksanaan audit dan pembuatan laporan sehingga hal tersebut tentunya baik bagi peningkatan kualitas audit. Auditor dengan pertimbangan tingkat materialitasnya diharapkan dalam melakukan pemeriksaan didasarkan pada norma-norma audit yang berlaku; mereka memiliki pendirian teguh dan sikap tegas terhadap materi yang diaudit. Berdasarkan uraian di atas, profesionalisme auditor dan pertimbangan tingkat materialitas merupakan faktor penting yang menentukan kualitas audit.
Interpretasi Hasil Penelitian
Dari penelitian diketahui bahwa profesionalisme auditor berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit, sehingga profesionalisme auditor harus diantisipasi sejak dini. Pihak pimpinan harus jeli dalam mengamati prilaku para auditor dilapangan, karena berpengaruhnya profesionalisme auditor menandakan adanya kesalahan dari perencanaan dalam mengalokasikan perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan tiap langkah audit.
Walaupun secara parsial dari data penelitian pertimbangan tingkat materialitas berpengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit namun secara simultan pertimbangan tingkat materialitas masih memegang peranan dalam peningkatan kualitas audit. Dan hal tersebut didapatkan keyakinan bahwa auditor dengan pertimbangan tingkat materialitasnya telah melakukan pemeriksaan berdasarkan pada norma-norma audit yang berlaku; mereka memiliki pendirian teguh dan sikap tegas terhadap materi yang diaudit.
Auditor eksternal sebagai salah satu profesi yang dipercaya dalam masyarakat dapat menciptakan transparansi dan sistem perekonomian yang lebih baik melalui jasa audit yang diberikan, dapat memberikan jaminan yang memadai bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum melalui pertimbangan materialitas yang tepat. Dengan adanya profesionalisme, para pemakai laporan keuangan dapat mempercayai laporan keuangan yang diaudit oleh auditor eksternal. Auditor profesional memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk menumbuhkan dan mempertahankan kepercayaan publik terhadap profesi akuntan di Indonesia.
KESIMPULAN
1. Terdapat pengaruh yang nyata secara simultan antara variabel Profesionalisme auditor (X1) dan
Pertimbangan tingkat materialitas (X2)
terhadap Kualitas audit (Y), sehingga semakin tinggi profesionalisme auditor dan semakin rendah pertimbangan tingkat materialitasnya, maka akan semakin baik hasil pelaksanaan auditnya.
2. Terdapat pengaruh variabel Profesionalisme auditor (X1) secara
parsial terhadap variabel Kualitas audit (Y), semakin tinggi tingkat profesionalisme, maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkan sehingga hasil audit itu bisa dijadikan alat untuk perbaikan kinerja, pengambilan keputusan, dan pengendalian kegiatan. 3. Terdapat pengaruh variabel
Pertimbangan tingkat materialitas (X2)
secara parsial terhadap variabel Kualitas audit (Y).
4. Terjadi hubungan yang sangat kuat antar Profesionalisme auditor dan Pertimbangan tingkat materialitas terhadap Kualitas audit.
5. Profesionalisme auditor dan Pertimbangan tingkat materialitas memberikan sumbangan pengaruh sebesar 87% sedangkan sisanya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.
Implikasi Hasil Penelitian
1. Diharapkan kebijakan penugasan yang dilakukan oleh pimpinan
dilakukan secara terencana dengan mcmperhitungkan lamanya waktu pemerikaan sesuai dengan jumlah dan besamya obyek dan jangkauan audit. 2. Agar penelitian selanjutnya lebih
mempertimbangkan faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kualitas audit dan memperluas ruang lingkup penelitian.
3. Sebaiknya para Akuntan Publik selalu hadir dalam setiap pertemuan anggota yang diselenggarakan oleh IAI, sesibuk apapun pekerjaan mereka, setidaknya dalam satu tahun mereka harus menyempatkan diri hadir satu kali, hal ini bagus bagi pengetahuan serta karier mereka.
4. Sebaiknya para akuntan publik yang belum sempat untuk menjalani Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP), harus segera mengikuti USAP, hal ini dikarenakan agar para Akuntan Publik dapat dipercaya oleh para masyarakat bahwa mereka memang seseorang yang qualified di bidangnya.
5. Sebaiknya dalam melaksanakan pekerjaan, Akuntan Publik tidak harus selalu customer/client satisfaction, dan harus selalu menjaga independensi demi menjaga nama baik profesi serta bersikap objektif atas pekerjaan yang dilakukannya, agar tidak terjadi kecurigaan di masyarakat khususnya bagi pengguna jasa kantor Akuntan Publik itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Adib Budi Swasono, 2004, Pengaruh Sikap Profesionalisme Akuntan Publik Terhadap Peran Akuntan Publik dalam Pengungkapan Kecurangan, Skripsi Tidak Untuk Dipublikasikan, Universitas Widyatama, Bandung.
Anto Dajan, 1984, Pengantar Metode Statistik Jilid 11 : LP3ES
Arens, 2000, Auditing An Integrated. Approach, 8th edition. Prentice Hall, International Inc
Arens dan Loebecke, 2001, Auditing An Integrated. Approach, 8th edition. Prentice Hall, International Inc Arens dan Loebecke, 2004, Auditing, New
Jersey, Prentice Hall Inc
Arens, Alvin A, dan James K Loebecke,2000, Auditing an Integrated Approach, eight edition, illinois: Richard D Irwin Inc,
Departemen Pendidikan Nasional, 2002,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta : Balai Pustaka.
Djarwanto, 2002, Pokok – pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi Pertama,. Cetakan Kedelapan, BPFE, Yogyakarta
Hall R Syahrir, 2002, Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Akuntan
Publik Dengan Kinerja,
Kepuasan Kerja, Komitmen, dan Keinginan Berpindah, Tesis S2, Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, yogyakarta,
IAI Kompartemen Akuntan Publik, SPAP per Januari 2001 Jakarta, Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia IAI . Dalam Pernyataan Standar Auditing PSA no. 01, SA seksi 150
Imam Gozali, 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Indriantoro, Supomo, 2009, Metodologi Penelitian Bisnis,. Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta
Koehn, Darryl, 2000, The Ground of Profesional Ethics, alih bahasa oleh Agus M Hardjono, edisi ke 1, Yogyakarta : Kanisius
Michaels, 2002, Human Resources
Management Practice.
Philadelphia dan London:
Mulyadi dan Kanaka Puradiredja, 2008,
Auditing, Buku Satu, Edisi Kelima, Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi, 2002. Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2009, Metodologi Penelitian Bisnis: untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kesatu, Yogyakarta: BPFE
Riduwan & Kuncoro, 2008 Cara Menggunakan Dan Memaknai
Analisis Jalur (Path Analysis), Penerbit: Alfabeta Bandung Sawyer, 2006, Computer and in-
formation systems. Chicago: McGraw-Hil
Sedarmayanti & Syarifuddin 2002,
Metodologi Penelitian, Mandar Maju, Bandung
Sinamo, 2004, Etos Kerja Profesional, Jakarta