PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT
MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh : Milka Martiyani 0613010079/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS
DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
yang diajukan
Milka Martiyani 0613010079/FE/EA
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama Tanggal………...
Drs.Ec.Muslimin, MSi
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
SKRIPSI
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
yang diajukan
Milka Martiyani 0613010079/FE/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama Tanggal………...
Drs.Ec.Muslimin, MSi
Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
SKRIPSI
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
yang diajukan
Milka Martiyani 0613010079/FE/EA
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama Tanggal………...
Drs.Ec.Muslimin, MSi
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul ”Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Kualitas Audit Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
4. Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Drs. Ec. Muslimin, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, dan semangat hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Kedua Orang Tuaku, kakak, dan adikku yang telah memberikan banyak semangat dan dukungan baik moril maupun materiil.
7. Para Auditor di Kantor Akuntan Publik Surabaya yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner, sebagai instrumen yang digunakan penulis dalam penelitian ini.
Tentunya dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kesalahan baik dari segi kosakata maupun dari segi pengertian. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar di masa mendatang dapat lebih baik.
Surabaya, Februari 2010
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
2.1. Penelitian Terdahulu ... 12
2.2. Landasan Teori ... 17
2.2.1. Profesionalisme ... 17
2.2.1.1. Cara Akuntan Publik Mewujudkan Perilaku Profesional ... 19
2.2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Profesionalisme Auditor ... 19
2.2.3.2. Faktor-faktor yang menentukan Tingkat Materialitas ... 28
2.2.4. Teori yang melandasi Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Kualitas Audit terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan ... 30
2.3. Kerangka Pikir ... 35
2.4. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 36
3.1.1. Definisi Operasional ... 36
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 38
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 39
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 41
3.3.1. Jenis Data ... 41
3.3.2. Sumber Data ... 42
3.3.3. Pengumpulan Data ... 42
3.4. Uji Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas ... 43
3.4.1. Uji Validitas ... 43
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 43
3.4.3. Uji Normalitas ... 44
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 44
3.5.1. Metode Analisis Data ... 44
3.5.2. Uji Asumsi Klasik ... 45
3.5.3.1. Uji t ... 47
3.5.3.2. Uji F ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ...49
4.1.1 Sejarah Berdirinya Akuntan Publik ... 49
4.2 Deskripsi Responden ... 50
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 51
4.3.1 Hasil Jawaban dari Responden mengenai Profesionalisme Auditor ... 52
4.3.2 Hasil Jawaban dari Responden mengenai Kualitas Audit ... 54
4.3.3 Hasil Jawaban dari Responden mengenai Tingkat Materialitas ... 55
4.4 Uji Analisis Data ... 58
4.4.1 Uji Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas ... 58
4.4.1.1 Uji Validitas ... 58
4.4.1.2 Uji Reliabilitas ... 62
4.4.1.3 Uji Normalitas ... 62
4.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 63
4.4.2.1 Multikolinieritas ... 63
4.4.2.2 Heteroskedastisitas ... 64
4.4.4.1 Uji Simultan ... 67
4.4.4.2 Uji Parsial ... 68
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
4.5.1 Implikasi Penelitian ... 70
4.5.2 Konfirmasi Hasil Penelitian dengan Tujuan dan Manfaat Penelitian... 74
4.5.3 Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu ... 74
4.5.4 Keterbatasan Penelitian ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79
5.1 Kesimpulan ... 79
5.2 Saran ... 80 Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Deskripsi Responden ... 47
4.2 Skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai Profesionalisme Auditor(X)... 48
4.3 Skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai Kualitas Audit (X2) ... 51
4.4 Skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai Tingkat Materialitas (Y)... 52
4.5 Nilai Uji Validitas untuk (X) ... 55
4.6 Nilai Uji Validitas untuk (X2) ... 56
4.7 Nilai Uji Validitas untuk (Y) ... 56
4.8 Nilai Uji Reliabilitas ... 57
4.9 Hasil Uji Normalitas ... 58
4.10 Hasil Uji Multikolinieritas ... 59
4.11 Hasil Uji Park ... 59
4.12 Persamaan Regresi ... 60
4.13 Hasil Uji Simultan (F) ... 62
4.14 Hasil Uji F antara Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat ... 62
4.15 Hasil Uji t antara Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat ... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Lampiran 2 : Skor Variabel
Lampiran 3 : Uji Validitas Profesionalisme Auditor (X) Lampiran 4 : Uji Validitas Kualitas Audit (X2)
Lampiran 5 : Uji Validitas Tingkat Materialitas (Y) Lampiran 6 : Uji Reliabilitas (X), (X2), dan (Y) Lampiran 7 : Uji Normalitas
Lampiran 8 : Analisis Regresi Linier Berganda Lampiran 9 : Uji Heteroskedastisitas (Uji Park)
Lampiran 10: Daftar Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya
PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT
MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
Oleh : Milka Martiyani
Abstraksi
Profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang yang bekerja sebagai auditor eksternal. Auditor eksternal yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Para pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar inilah yang akhirnya mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Untuk dapat mencapai mutu dan kualitas yang baik tentunya hal yang dipertimbangkan salah satunya adalah tingkat materialitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor dan kualitas audit sebagai variabel independen dengan variabel dependen yaitu tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat profesionalisme (lima dimensi) dan juga kualitas audit terhadap tingkat materialitas. Temuan tersebut menunjukkan jika profesionalisme auditor meningkat, maka tingkat materialitasnya juga cenderung meningkat; tetapi jika profesionalisme auditor menurun, maka tingkat materialitasnya juga cenderung menurun. Kualitas audit juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat materialitas. Hal ini menunjukkan jika kualitas audit meningkat, maka tingkat materialitasnya juga cenderung meningkat; tetapi jika Kualitas audit menurun, maka tingkat materialitasnya juga cenderung menurun.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Auditor menjadi profesi yang diharapkan banyak orang untuk dapat meletakkan kepercayaan sebagai pihak yang bisa melakukan audit atas laporan keuangan dan dapat bertanggung jawab atas pendapat yang diberikan. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seorang auditor eksternal. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yakni: (1) Standar umum, (2) Standar Pekerjaan Lapangan, dan (3) Standar pelaporan. Dimana standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan.
Dalam melaksanakan tugas auditnya, auditor bertujuan untuk memperoleh bukti yang obyektif sehingga auditor tersebut dapat
yang berisi tentang kewajaran suatu laporan keuangan yang diaudit oleh auditor. Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan dan perlu diaudit oleh auditor eksternal yang merupakan pihak ketiga yang independen, antara lain karena: (1) Laporan keuangan ada kemungkinan mengandung salah saji baik yang disengaja ataupun tidak, (2) Laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini unqualified (Wajar Tanpa Pengecualian) diharapkan oleh pemakai laporan keuangan dapat memberi keyakinan bahwa laporan keuangan tersebut dapat terhindar dari salah saji yang material. Artinya, walaupun di dalam laporan keuangan tersebut terdapat salah saji (tetapi tidak terlalu berpengaruh) maka salah saji tersebut dianggap wajar sehingga dapat disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang dapat diterima oleh umum (Arrens dan Loebbecke, 1996).
Pada saat ini kebutuhan akan adanya jasa auditor sebagai pihak yang dianggap independen tidak dapat dielakkan lagi, justru menjadi kebutuhan utama bagi para pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan. Gambaran terhadap seseorang yang profesional dalam profesi eksternal auditor oleh Hall (1968) dalam Wahyudi dan Mardiyah (2006) dicerminkan oleh lima hal yaitu: pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan rekan seprofesi.
Terdapat hubungan yang signifikan antara pengabdian pada profesi dengan tingkat materialitas menurut Hastuti, Indarto, Susilawati (2003) dimana pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan.
profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan anggota seprofesi). Keyakinan terhadap profesi didefinisikan sebagai suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan. Sedangkan hubungan dengan rekan seprofesi diartikan dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan. Dengan banyaknya tambahan masukan akan menambah pengetahuan auditor sehingga dapat lebih bijaksana dalam membuat perencanaan dan pertimbangan dalam proses pengauditan.
dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku 2008, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. (www.antara.co.id)
Dalam melaksanakan tugasnya, Kantor Akuntan Publik harus mematuhi norma-norma yang berlaku untuk semua auditor. Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh para auditor adalah kemampuan untuk memenuhi kepuasan klien dengan meningkatkan mutu auditnya. Hal ini perlu dilakukan karena menurut Widagdo et al (2000) ada 12 aspek yang menjadi perhatian dalam mutu audit yang dikaitkan dengan kepuasan klien. Klien akan puas dengan pekerjaan akuntan publik jika akuntan publik memiliki pengalaman melakukan audit, responsif, dan melakukan pekerjaan dengan tepat waktu. Para pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan. Kepercayaan yang besar inilah yang akhirnya mengharuskan auditor memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya.
berisi banyak sekali kesalahan material. Disini peran auditor sangat dibutuhkan untuk memeriksa laporan keuangan tersebut. Hasil audit BPK tentang Century dianggap menyesatkan antara lain dikarenakan audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan memuat "dosa" LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) yang belum secara resmi menetapkan perhitungan perkiraan biaya penanganan Bank Century secara keseluruhan. Hal tersebut dapat muncul karena adanya penghilangan informasi fakta material, atau adanya pernyataan fakta material yang salah. (www.antara.co.id)
Untuk dapat mencapai mutu dan kualitas yang baik tentunya hal yang dipertimbangkan salah satunya adalah tingkat materialitas. Tingkat materialitas yang ditetapkan oleh auditor mempunyai peranan terhadap hasil pemeriksaan. Penetapan materialitas membantu auditor merencanakan pengumpulan bahan bukti yang cukup. Jika auditor menetapkan jumlah yang rendah, maka akan lebih banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan.
2001). Sebagai contoh, jika auditor berkeyakinan bahwa salah saji secara keseluruhan yang berjumlah kurang lebih Rp 100.000.000,00 akan memberi pengaruh material terhadap pos pendapatan, namun baru akan mempengaruhi neraca secara material apabila mencapai angka Rp 200.000.000,00 adalah tidak memadai baginya untuk merancang prosedur audit yang diharapkan dapat untuk mendeteksi salah saji yang berjumlah Rp 200.000.000,00 saja (Hastuti et al., 2003).
yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP di Surabaya.
Penelitian ini dimotivasi dengan masih banyaknya kasus yang terjadi pada auditor KAP, baik itu mengenai profesionalisme maupun kualitas audit. Skandal di dalam negeri terlihat dari akan diambilnya tindakan oleh Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terhadap 10 Kantor Akuntan Publik yang melakukan pelanggaran, menyusul keberatan pemerintah atas sanksi berupa peringatan plus yang telah diberikan. Sepuluh Kantor Akuntan Publik tersebut diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang dilikuidasi pada tahun 1998. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang menyebabkan perusahaan didenda oelh Bapepam (Winarto, 2002 dalam Christiawan, 2002:82).
telah diaudit. Namun jika yang terjadi justru akuntan publik ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut, maka inti permasalahannya adalah sikap profesionalisme auditor tersebut. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat profesionalisme auditor dan kualitas audit yang dihasilkan dan apakah sikap profesional auditor dan kualitas audit tersebut berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaaan laporan keuangan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis akan melakukan penelitian dengan mengambil judul: Pengaruh Profesionalisme Auditor dan Kualitas Audit Terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh profesionalisme auditor dan kualitas audit terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, antara lain:
1. Bagi Akademisi
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta sebagai Dharma Bakti Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional pada umumnya dan Fakultas Ekonomi pada khususnya.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis yaitu sebagai wahana untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang telah penulis miliki ke dalam kondisi yang nyata atau riil.
3. Bagi Praktisi
a. Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan informasi yang berguna bagi pihak yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
a. Arleen Herawaty dan Yulius Kurnia Susanto (2008)
Judul:
“Profesionalisme, Pengetahuan Akuntan Publik dalam Mendeteksi
Kekeliruan, Etika Profesi dan Perkembangan Tingkat Materialitas”
Permasalahan:
1. Apakah profesionalisme berpengaruh secara positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan
keuangan?
2. Apakah pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan
berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat
materialitas dalam proses audit laporan keuangan?
3. Apakah etika profesi berpengaruh secara positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan
keuangan?
Hipotesis:
1. Diduga profesionalisme berpengaruh secara positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan
keuangan.
2. Diduga pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan
berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat
materialitas dalam proses audit laporan keuangan.
3. Diduga etika profesi berpengaruh secara positif terhadap
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan
keuangan.
Kesimpulan:
Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa profesionalisme,
pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan etika profesi
berpengaruh secara positif terhadap pertimbangan tingkat
materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Semakin tinggi
tingkat profesionalisme akuntan publik, pengetahuannya dalam
mendeteksi kekeliruan dan ketaatannya akan kode etik semakin baik
pula pertimbangan tingkat materialitasnya dalam melaksanakan
audit laporan keuangan.
b. Sekar Mayangsari (2003)
Judul:
”Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat
Audit: Sebuah Kuasieksperimen”
Permasalahan:
1. Apakah terdapat perbedaan pendapat auditor yang ahli dan
karakteristik atau auditor yang sama sekali tidak memiliki kedua
karakteristik tersebut?
2. Apakah terdapat perbedaan jenis informasi yang digunakan
sebagai dasar pembuatan keputusan pendapat antara auditor
yang ahli dan auditor tidak ahli?
Hipotesis:
1. Diduga auditor yang memiliki keahlian audit dan independen
akan memberikan pendapat tentang kelangsungan hidup
perusahaan yang cenderung benar dibandingkan auditor yang
hanya memiliki salah satu karakteristik atau sama sekali tidak
memiliki keduanya.
2. Diduga kuantitas informasi yang diinginkan dipengaruhi oleh
jenis informasi. Auditor yang ahli lebih banyak mengingat jenis
informasi atypical sedangkan auditor yang tidak ahli lebih
banyak mengingat informasi typical.
Kesimpulan:
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang ahli
dan independen berbeda dengan auditor yang hanya memiliki salah
satu karakter atau sama sekali tidak mempunyai karakter tersebut.
Pendapat auditor pada kelompok ini mempunyai tingkat prediksi
yang lebih baik dibandingkan pada kelompok yang lain. Simpulan
ini diambil karena pada kelompok auditor yang ahli dan independen,
lebih mengarah kepada lemahnya kelangsungan hidup perusahaan
tersebut sedangkan pada kelompok yang lain cenderung
memberikan pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis tidak
mengalami kesulitan dalam kelangsungan hidupnya. Padahal sudah
disebutkan semula bahwa kasus yang diberikan adalah benar-benar
laporan keuangan dari suatu perusahaan yang sudah dilikuidasi.
Atau dengan kata lain pendapat auditor yang ahli dan independen
cenderung benar dibandingkan ketiga kelompok yang lain.
c. Hastuti, Indarto, Susilawati (2003)
Judul:
”Hubungan antara Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan
Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan”
Permasalahan:
Bagaimanakah hubungan antara profesionalisme eksternal auditor
dengan pertimbangan tingkat materialitas untuk tujuan audit laporan
keuangan klien?
Hipotesis:
Diduga eksternal auditor yang mempunyai dimensi profesionalisme
pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian,
kepercayaan terhadap peraturan profesi, dan hubungan dengan
sesama profesi yang lebih tinggi akan mempunyai pertimbangan
Kesimpulan:
Tingkat profesionalisme mempunyai hubungan yang signifikan
dengan tingkat pertimbangan materialitas. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat profesionalisme auditor
(dalam 5 dimensi), maka akan semakin baik pula tingkat
pertimbangan materialitas. Seorang auditor yang memiliki dedikasi
yang tinggi terhadap profesi dan pekerjaannya, memiliki kesadaran
yang tinggi bahwa profesi auditor adalah profesi kepercayaan
masyarakat, memiliki sikap mental mandiri, tidak dibawah tekanan
dalam membuat pertimbangan, memiliki keyakinan penilaian
tentang kualitas dirinya akan selalu dilakukan oleh rekan
seprofesinya yang sama-sama tahu dan paham tentang pekerjaan
pengauditan, dan memiliki relasi dengan sesama profesi yang luas,
akan berusaha untuk menunjukkan kinerja yang baik, yang
ditunjukkan dengan ketepatan dalam menentukan materialitas,
selalu mempertimbangkan risiko audit, serta selalu membuat
perencanaan audit dalam setiap penugasan yang dilakukan.
d. Rury Diah Puspita (2009)
Judul:
”Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas
Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”
1. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas
audit?
2. Apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas
audit?
Hipotesis:
1. Diduga kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
2. Diduga independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.
Kesimpulan:
1. Bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, yang
membuktikan bahwa pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki oleh auditor dapat menciptakan audit yang berkualitas.
2. Bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas audit,
karena seorang auditor mempunyai kewajiban menjaga standar
perilaku etis tertinggi mereka sendiri dimana auditor mempunyai
tanggung jawab menjadi independen untuk menjaga integritas
dan obyektivitas mereka sehingga dapat menghasilkan kualitas
audit yang maksimal.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Profesionalisme
Profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang
publik mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat, terhadap
klien, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk berperilaku yang
terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi. Dalam
pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga
kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai
dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan
menetapkan standar baku di bidang profesi yang bersangkutan dan
menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang
telah ditetapkan (Herawaty dan Susanto,2008). Standar-standar kode
etik yang telah ditetapkan oleh IAI bagi auditor, antara lain:
a) Prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari
perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminologi
filosofi.
b) Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang
ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan.
c) Inteprestasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para
praktisi harus memahaminya, dan
d) Ketetapan etika seperti seorang akuntan publik wajib untuk harus tetap
memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses
2.2.1.1. Cara Akuntan Publik Mewujudkan Perilaku Profesional
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) berwenang menetapkan standar
(yang merupakan pedoman) dan aturan yang harus dipatuhi oleh
seluruh anggota termasuk setiap kantor akuntan publik lain yang
beroperasi sebagai auditor independen. Terdapat lima standar
profesional yang merupakan standar teknis yang diterbitkan oleh
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu: (1) Standar
Auditing, (2) Standar Atestasi, (3) Standar Jasa Akuntansi dan Review,
(4) Standar Jasa Konsultasi, (5) Standar Pengendalian Mutu.
Kemudian Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
merupakan aturan moral yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan
Publik. Keenam tipe standar profesional tersebut disusun untuk
mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik bagi
masyarakat. Berbagai tipe standar profesional tersebut diklasifikasikan
dan dikumpulkan dalam suatu buku yaitu Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) 1 Januari 2001.
2.2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Profesionalisme
Auditor
Konsep profesionalisme yang dikembangkan oleh Hall banyak
digunakan oleh para peneliti untuk mengukur profesionalisme dari
timbal balik antara sikap dan perilaku, yaitu perilaku profesionalisme
adalah refleksi dari sikap profesionalisme dan demikian sebaliknya.
Konsep profesionalisme tersebut dicirikan oleh adanya lima faktor
yaitu: (1) Pengabdian pada profesi, (2) Kewajiban sosial, (3)
Kemandirian, (4) Keyakinan terhadap profesi, dan (5) Hubungan
dengan rekan seprofesi (Hall, 1968 dalam Wahyudi dan Mardiyah,
2006).
1. Pengabdian pada profesi
Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dan
profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan
yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan
meskipun imbalan ekstrensik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari
pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan
bukan sebagai tujuan, bukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi
utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani, baru
kemudian materi.
2. Kewajiban sosial
Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya
peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun
3. Kemandirian
Kemandirian dimaksudkan sebagai adanya suatu pandangan
seseorang profesional yang harus mampu membuat keputusan sendiri
tanpa tekanandari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang bukan
anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar dianggap sebagai
hambatan kemandirian secara profesional. Banyak orang yang
menginginkan pekerjaan yang memberikan hak-hak istimewa untuk
membuat keputusan bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa
kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik
menurut yang bersangkutan.
4. Keyakinan terhadap profesi
Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang
paling berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama
profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam
bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
5. Hubungan dengan rekan seprofesi
Hubungan rekan seprofesi adalah menggunakan ikatan profesi
sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok
kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan melalui ikatan
2.2.2. Kualitas Audit
Kualitas memiliki banyak definisi untuk hal yang berbeda,
dan bagi orang yang berbeda. Auditor sangat berkepentingan dengan
kualitas jasa yang diberikan. De Angelo (1981) mendefinisikan audit
quality (kualitas audit) sebagai probabilitas dimana seorang auditor
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam
sistem akuntansi kliennya. Probabilitas penemuan suatu pelanggaran
tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor
tersebut. Beberapa penelitian seperti De Angelo (1981); Goldman &
Barlev (1974); Nichols & Price (1976) umumnya mengasumsikan
bahwa auditor dengan kemampuannya akan dapat menemukan suatu
pelanggaran dan kuncinya adalah auditor tersebut harus independen.
Tetapi tanpa informasi tentang kemampuan teknik (seperti pengalaman
audit, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit perusahaan),
kapabilitas dan independensi akan sulit dipisahkan.
AAA Financial Accounting Standards Committee (2000) dalam
penelitian Christiawan (2002) menyatakan bahwa ”Kualitas audit
ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi”. Kedua
hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Kualitas
adalah sesuatu standar yang ditetapkan oleh suatu organisasi profesi
dan wajib dipatuhi oleh setiap anggota profesi agar terdapat suatu
memperoleh kepercayaan masyarakat terhadap jasa profesi yang
diserahkan (Mulyadi, 2002).
Kualitas audit tentu saja mengacu pada standar yang berkenaan
dengan kriteria, atau ukuran mutu serta dikaitkan dengan tujuan yang
hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan. Di
Indonesia pengendalian mutu kualitas audit yang digunakan adalah
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam SPAP menyatakan bahwa
kriteria atau ukuran mutu mancakup professional auditor. Kriteria mutu
profesional auditor seperti yang diatur dalam Standar Auditing (SPAP :
IAI, 2001; 150: 1) meliputi:
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat
dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern
harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada
ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai
Manajemen atau klien akan puas jika audit yang dilakukan oleh
akuntan publik memiliki kualitas yang baik. Terdapat 7 kualitas audit
yang berpengaruh signifikan terhadap kepuasan klien, yaitu: (1) atribut
pengalaman melakukan audit, (2) atribut memahami industri klien, (3)
atribut responsif terhadap kebutuhan klien, (4) atribut pemeriksaan
sesuai dengan standar umum audit, (5) atribut komitmen kuat terhadap
kualitas audit, (6) atribut keterlibatan pimpinan audit terhadap
pemeriksaan, dan (7) atribut melakukan pekerjaan lapangan dengan
tepat menurut Widagdo dkk (2002) dalam penelitian Christiawan
(2002)). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen memiliki
harapan atas kualitas pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan publik.
Klien akan puas dengan pekerjaan akuntan publik jika akuntan publik
memiliki pengalaman melakukan audit, responsif, melakukan pekerjaan
dengan tepat dan sebagainya. Di sisi lain pemakai laporan keuangan
menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerjaan akuntan
publik dalam mengaudit laporan keuangan.
2.2.3. Materialitas
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai: “Besarnya suatu penghilangan atau salah saji
informasi akuntansi yang dipandang dari keadaan-keadaan yang
dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji tersebut”. Definisi
tersebut mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan (Haryono,
2001) :
1. Lingkungan yang menyangkut perusahaan klien
Sebagai contoh, suatu jumlah yang material bagi laporan keuangan
suatu perusahaan tertentu, mungkin tidak material bagi laporan
keuangan perusahaan lain yang mempunyai ukuran dan sifat
berbeda. Selain itu apa yang material bagi laporan keuangan suatu
perusahaan, bisa berubah dari periode ke periode.
2. Informasi yang diperlukan oleh pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan yang diaudit.
Dalam mempertimbangkan informasi yang dibutuhkan pemakai
laporan keuangan, idealnya auditor harus mempunyai pengetahuan
mengenai pihak-pihak pemakai laporan keuangan klien dan
keputusan yang akan dibuat oleh para pemakai tersebut.
Materialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama
yang berkaitan dengan standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan. Oleh karena itu materialitas merupakan faktor yang sangat
penting dalam suatu audit atas laporan keuangan. PSA No.25 dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP:IAI, 2001) yang
menerangkan tentang ”Resiko audit dan Materialitas dalam
Pelaksanaan Audit” menyatakan bahwa auditor harus
a. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit
b. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2.2.3.1. Pertimbangan awal tingkat materialitas
Idealnya auditor menentukan pada awal audit jumlah gabungan
dari salah saji. Dalam laporan keuangan yang akan dipandang material.
Hal ini disebut pertimbangan awal tingkat materialitas karena
menggunakan unsur pertimbangan professional, dan masih dapat
berubah jika sepanjang audit yang akan dilakukan ditemukan
perkembangan yang baru.
Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu masalah
kebijakan professional, tingkat materialitas suatu laporan keuangan
tidak akan sama tergantung pada ukuran laporan keuangan tersebut.
Pertimbangan awal tingkat materialitas adalah jumlah maksimum salah
saji dalam laporan keuangan yang menurut pendapat auditor, tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan dari pemakai. Penentuan jumlah
ini adalah salah satu keputusan terpenting yang diambil oleh auditor,
yang memerlukan pertimbangan professional yang memadai.
Tujuan penetapan materialitas ini adalah untuk membantu
yang harus dikumpulkan daripada jumlah yang tinggi, begitu juga
sebaliknya. Seringkali mengubah jumlah materialitas dalam
pertimbangan awal ini selama audit. Jika ini dilakukan, jumlah yang
baru tadi disebut pertimbangan yang direvisi mengenai materialitas.
Sebab-sebabnya antara lain perubahan faktor-faktor yang digunakan
untuk menetapkannya, atau auditor berpendapat jumlah dalam
penetapan awal tersebut terlalu kecil atau besar. (Wahyudi dan
Mardiyah, 2006)
2.2.3.2. Faktor-faktor yang menentukan tingkat materialitas
Menurut Pernyataan Standar Auditing (PSA no.25): Resiko
audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit memberikan arahan
bagi auditor dalam mempertimbangkan faktor-faktor kuantitatif dan
kualitatif dalam menentukan materialitas suatu item. Kemudian
dijelaskan juga dalam SA Seksi 312, 10 “Pertimbangan auditor
mengenai materialitas merupakan pertimbangan professional dan
dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki
pengetahuan yang memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan
terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang
digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan
mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Materialitas
adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan
dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut. Definisi tersebut
mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan
memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik
pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif”.
Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantitatif dan
kualitatif dalam mempertimbangkan materialitas, salah saji yang
jumlahnya relatif kecil yang ditemukan oleh auditor dapat berdampak
material terhadap laporan keuangan. Sebagai contoh, suatu pembayaran
yang melanggar hukum yang jumlahnya tidak material dapat menjadi
material, jika kemungkinan besar hal tersebut dapat menimbulkan
kewajiban bersyarat yang material atau hilangnya pendapatan yang
material (SA Seksi 312,11).
Kemudian di dalam SPAP pada Standar Umum ketiga
dinyatakan “Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama”. Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Untuk dapat
melaksanakan tugas secara profesional auditor harus membuat
perencanaan sebelum melakukan proses pengauditan laporan keuangan.
2.2.4.Teori yang melandasi Pengaruh Profesionalisme Auditor dan
Kualitas Audit terhadap Tingkat Materialitas dalam
Pemeriksaan Laporan Keuangan
a. Teori pendukung Profesionalisme Auditor
Profesionalisme merupakan kualitas diri yang harus
dipertahankan oleh auditor terutama dalam melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan pertimbangan profesional. Untuk dapat selalu
menjaga profesionalisme auditor perlu pengembangan kualitas atau
potensi diri secara emosional maupun spiritual dengan melakukan
pelatihan maupun keteladanan (Rifqi, 2008). Hastuti et al., (2003) menyatakan bahwa profesionalisme menjadi syarat utama bagi orang
yang bekerja sebagai akuntan publik. Gambaran seseorang yang
profesional dalam profesi dicerminkan dalam lima dimensi
profesionalisme, yaitu pertama, pengabdian pada profesi dicerminkan
dari dedikasi dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang
dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan
meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Kedua, kewajiban sosial adalah
suatu pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta manfaat
yang diperoleh baik masyarakat maupun kalangan profesional
lainnya. Ketiga, kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan
bahwa seorang yang profesional harus mampu membuat keputusan
luar dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.
Keempat, keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa
yang paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang
dilakukan profesional atau tidak adalah rekan sesama profesi, bukan
pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi di bidang ilmu dan
pekerjaan tersebut. Kelima, hubungan dengan sesama profesi adalah
dengan menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di
dalamnya organisasi formal dan kelompok kolega informal sebagai
ide utama dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Teori pendukung Kualitas Audit
Dalam meningkatkan kualitas audit, dalam hal ini pertimbangan
materialitas, maka auditor sebaiknya selalu mengikuti perkembangan
peraturan, hukum maupun kasus-kasus yang terjadi di dalam dan di
luar negeri. Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
audit yang dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika
memenuhi ketentuan atau standar auditing. Standar auditing mencakup
mutu profesional (profesional qualities) auditor independen,
pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan audit
dan penyusunan laporan auditor. Dimana (1) Standar Umum
menyatakan auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
pekerjaan lapangan yang berisi tentang perencanaan dan supervisi
audit, pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern,
dan bukti audit yang cukup dan kompeten, dan (3) Standar pelaporan
menjelaskan pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai
ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
pengungkapan informatif dalam laporan keuangan, dan pernyataan
pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Di samping indikator kualitas audit dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP), seorang auditor juga harus memiliki sikap
kompetensi dan independensi (Christiawan, 2002) yang akan
menentukan kualitas audit. Dimana kompetensi berkaitan dengan
pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik
dalam bidang auditing dan akuntansi. Sedangkan independensi
merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan
publik. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi,
tidak memihak kepentingan siapapun serta jujur kepada semua pihak
yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik.
c. Teori pendukung Tingkat Materialitas
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat
materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Dalam Pernyataan
mempertimbangkan resiko dan materialitas pada saat perencanaan dan
pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (Hastuti et al., 2003):
1. Risiko Audit dan materialitas perlu dipertimbangkan dalam
menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit serta dalam
mengevaluasi hasil prosedur tersebut.
2. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan
keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara
individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat
mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Salah saji dapat terjadi sebagai akibat
penerapan yang keliru prinsip akuntansi tersebut, penyimpangan
fakta, atau dihilangkan informasi yang diperlukan.
3. Dalam mengambil kesimpulan mengenai materialitas dampak
suatu salah saji, secara individual atau keseluruhan, auditor
umumnya harus mempertimbangkan sifat dan jumlahnya dalam
hubungan dengan sifat dan nilai pos laporan keuangan yang
sedang diaudit.
4. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan
pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas
Pertimbangan mengenai materialitas yang digunakan auditor
dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup
pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat diambil premis yang kemudian dari
premis tersebut akan disimpulkan sehingga dapat dijadikan dasar dalam
mengemukakan hipotesis.
Adapun premis-premis yang digunakan oleh peneliti sebagai
acuan dalam melakukan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
Premis 1: Tingkat profesionalisme mempunyai hubungan yang
signifikan dengan tingkat pertimbangan materialitas.
Semakin tinggi tingkat profesionalisme auditor (dalam 5
dimensi), maka akan semakin baik pula tingkat
pertimbangan materialitas.
(Hastuti, Indarto, Susilawati, 2003)
Premis 2: Kualitas audit ditentukan oleh 2 hal, yaitu kompetensi dan
independensi. (Christiawan, 2002)
Premis 3: Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila
laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang
dampaknya cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan
semua yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum.
(SPAP:IAI, 2001)
Gambar 2-1
Kerangka pikir
Uji statistik
Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah
dikemukakan, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan
jawaban terhadap permasalahan yang diteliti dan masih harus
dibuktikan secara empiris yaitu:
H: Diduga bahwa profesionalisme auditor berpengaruh terhadap
tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan
H2: Diduga bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap tingkat Profesionalisme
auditor (X1)
Kualitas audit (X2)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi tentang
pernyataan pengoperasian atau pendefinisian konsep-konsep penelitian
menjadi variabel-variabel penelitian termasuk penetapan cara dan
satuan pengukuran variabelnya (Anonim, 2008 : 4-10).
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Profesionalisme Auditor (X)
2) Kualitas Audit (X2)
3) Tingkat Materialitas (Y)
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Nazir (1999:152) adalah suatu
definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara
memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan
suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau
variabel tersebut. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Variabel Bebas
a) Profesionalisme Auditor (X)
Dalam pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika
memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu
tugas atau profesi dengan menetapkan standar baku di bidang
profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya
dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Herawaty dan
Susanto, 2008).
b) Kualitas Audit (X2)
Menurut Christiawan (2002) kualitas audit ditentukan oleh dua
hal yaitu kompetensi dan independensi. Kompetensi berkaitan
dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan
publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Sedangkan independen
berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi, karena ia
melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum.
2. Variabel Terikat
a) Tingkat Materialitas (Y)
Tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan
nilai kuantitatif yang penting dari beberapa informasi keuangan,
dalam konteks pembuatan keputusan (Frishkoff, 1970 dalam Hastuti et al., 2003).
3.1.2. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengukur variabel bebas maupun variabel terikat adalah menggunakan
ukuran Interval dengan menggunakan teknik pengukuran skala Likert. Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono 2006:107). Responden diminta
memberikan jawaban atas pertanyaan yang tersedia dengan pola
jawaban sebagai berikut:
1 2 3 4 5
Dimana nilai 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 =
setuju, 5 = sangat setuju. Pertanyaan pada kuesioner dimaksudkan
untuk mengetahui keberadaan dari variabel tersebut, kuesioner dalam
penelitian ini terdiri dari tiga variabel dengan indikatornya, yaitu:
1. Profesionalisme Auditor (X)
Indikator yang digunakan untuk mengukur profesionalisme auditor
ini adalah sebagaimana yang pernah digunakan oleh Hall (1968)
yaitu: (a) pengabdian profesi (b) kewajiban sosial (c) keyakinan (d)
kemandirian (e) hubungan dengan rekan seprofesi.
2. Kualitas Audit (X2)
Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit adalah (a)
sistem yang digunakan auditor (b) masukan terhadap sistem (c)
memenuhi standar auditor (d) mengadakan pendidikan profesi bagi
auditornya.
3. Tingkat Materialitas (Y)
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat materialitas
adalah (a) kebijakan auditor (b) permasalahan auditor (c) pendapat
auditor (d) konsep vital materialitas (e) pertimbangan laporan (f)
pengetahuan dalam audit (g) ketepatan penentuan materialitas.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek/obyek yang memiliki
ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan
kelompok subyek/obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan
yang bekerja pada 43 Kantor Akuntan Publik (KAP) yang beroperasi
di Surabaya (sesuai dengan data directory Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) tahun 2009), yang diasumsikan masing-masing KAP
memiliki 5 auditor. Jadi populasi yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 215 auditor yang bekerja di seluruh KAP yang beroperasi
di Surabaya.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai
ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu
sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi
(Sumarsono, 2004:44). Pengambilan sampel ini menggunakan teknik
Simple Random Sampling yaitu cara pengambilan sampel dari
anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
(tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Sugiyono, 2006:93).
Namun sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh
dengan rumus:
n = N ...(Umar, 2002:78) 1 + N(e)²
Keterangan:
n = ukuran sampel
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan
sampel yang dapat diinginkan, yaitu 10%
Maka,
n = 215
1 + 215(0,1)²
= 68, 2539 = 68 auditor
Sehingga penelitian ini jumlah anggota sampel yang dibutuhkan
sebanyak 68 auditor yang bekerja di seluruh KAP yang beroperasi di
Surabaya yang telah terdaftar di IAPI.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama,
misalnya dari individu atau perseorangan, seperti: hasil
wawancara, pengisian kuesioner, atau bukti transaksi, seperti
tanda bukti pembelian barang dan karcis parkir (Umar, 2004).
Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner
dimana kuesioner ini merupakan kuesioner yang diadopsi dari
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih
lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar,
dan sebagainya, sehingga lebih informatif untuk digunakan
pihak lain (Umar, 2004). Data sekunder dalam peneletian ini
diperoleh dari artikel, jurnal, dan penelitian-penelitian terdahulu.
3.3.2. Sumber Data
Penelitian ini mengambil lokasi pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Surabaya. Dipilih Surabaya karena propinsi ini merupakan
kota yang mempunyai jumlah penduduk yang padat dan memiliki
industri yang cukup berkembang yang sangat membutuhkan jasa
akuntan publik.
Di samping itu, KAP yang berdomisili di Surabaya sudah
cukup representatif untuk menjadi responden penelitian dengan
kriteria KAP yang tidak terlalu besar. Dimana penelitian ini akan
mengarahkan pada KAP yang berbeda dari penelitian-penelitian
sebelumnya.
3.3.3. Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan angket (kuesioner). Kuesioner adalah teknik
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab (Sugiyono 2006, 162).
3.4. Uji Validitas, Reliabilitas, dan Normalitas
3.4.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid/sah tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan dengan
menghitung korelasi skor masing-masing butir pertanyaan dengan skor
total seluruh butir pertanyaan dalam satu variabel. Perhitungan korelasi
yang digunakan adalah korelasi product moment dari pearson. Dimana suatu butir adalah valid jika terdapat korelasi yang signifikan yang
ditunjukkan dengan nilai signifikan yang kurang dari nilai α = 0,05
antara butir pertanyaan yang diukur validitasnya dengan skor total butir
pertanyaan (Ghozali, 2001:136-137).
3.4.2. Uji Reliabilitas
Sebelum digunakan dalam penelitian untuk mengambil data,
terlebih dahulu kuesioner akan diuji reliabilitasnya. Reliabilitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan stabilitas dan konsistensi
internal dengan cara Cronbach Alpha yaitu membandingkan antara
koefisien alpha dengan standar alpha kriteria pengujian sebagai
berikut:
a. Jika nilai alpha > 0,60 berarti pertanyaan reliabel.
b. Jika nilai alpha ≤ 0,60 berarti pertanyaan tidak reliabel.
3.4.3. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu
data mengikuti sebaran normal atau tidak (Sumarsono, 2004:40).
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah:
1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%,
maka distribusi adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%,
maka distribusi adalah normal.
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini khususnya yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian adalah analisis regresi linier berganda. Adapun model
Yi = βο + β Xi + β2 X2i + ℮i ...(Anonim, 2008: L-21) Dimana:
Y = Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan
X =Profesionalisme Auditor
X2 = Kualitas Audit
℮ = residual
i = observasi ke i (1,2,3,……….,n)
Sebelum hasil analisis regresi linier berganda tersebut dapat
digunakan untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu harus dipastikan
bahwa model regresi tersebut memenuhi asumsi klasik yang melandasi
analisis regresi. Oleh karena data yang dianalisis dalam penelitian
bukan data timeseries, maka uji asumsi klasik yang dilakukan hanya uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan
adanya hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam
suatu model regresi. Salah satu cara yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya multikolinieritas yaitu dengan cara
melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF). VIF
VIF = 1
Tolerance
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang
terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang
lain. Nilai tolerance yang umum dipakai adalah 0,10 atau sama
dengan nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi
multikolinieritas (Ghozali, 2001: 136-137).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi telah terjadi ketidaksamaan varians dari
residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi adanya
Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan melihat apakah pada
scattterplot terbentuk pola-pola tertentu. Jika tidak terbentuk pola
yang tidak jelas, menyebar tidak beraturan diatas dan dibawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, dan
sebaliknya.
Pengujian Heteroskedastisitas juga dapat diolah dengan uji
Park, dengan ketentuan jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang berarti dalam model regresi tersebut tidak terjadi
3.5.3. Pengujian Hipotesis
3.5.3.1. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap
variabel independen. Uji t dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis yang dipakai, dimana:
1) Ho : βj = 0 (tidak terdapat pengaruh X atau X2 terhadap Y)
2) Ha : βj ≠ 0 (terdapat pengaruh X atau X2 terhadap Y)
b. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan
derajat bebas [n-k], dimana n:jumlah pengamatan, dan k:jumlah
variabel.
c. Dengan nilai t hitung:
t hit = bj ...(Anonim, 2008: L-21) se (bj)
Keterangan:
t hitung = t hasil perhitungan
bj = Koefisien regresi
se (bj) = Standar error
d. Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji t:
Ho diterima jika – t tabel≤ t hitung≤ t tabel
3.5.3.2. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh seluruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis yang dipakai, dimana:
1) Ho : β = β2 = ...= βj ≠ 0
(X, X2 tidak berpengaruh terhadap Y)
2) Ha = salah satu dari βj ≠ 0
(X, X2 berpengaruh terhadap Y)
b. Dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan
derajat
bebas [n-k], dimana n:jumlah pengamatan, dan k:jumlah variabel.
c. Menentukan F hitung dengan rumus:
F hit = R² / ( k –1 ) ...(Anonim, 2008:L-22) ( 1 – R² ) / ( n – k )
Keterangan:
F hitung = Hasil F hitung
k = Banyaknya variabel bebas dalam model
n = Banyaknya sampel
R² = Koefisien determinasi
d. Kriteria pengujian yang digunakan dalam uji F adalah:
Ho diterima jika Fhit ≤ Ftabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Berdirinya Akuntan Publik.
Profesi akuntan di Indonesia ada seiring dengan keluarnya
lulusan pertama dalam pendidikan akuntan pada tahun 1957. Akuntan
merupakan suatu gelar profesi yang dilindungi oleh UU No. 34 Tahun
1954, didalamnya terdapat hal-hal yang perlu diketahui diantaranya
seperti:
1) Akuntan harus sarjana lulusan fakultas Ekonomi perguruan
tinggi negeri atau mempunyai ijazah yang disamakan.
2) Akuntan tersebut harus terdaftar dalam register Negara yang
diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan memperoleh
ijin mempergunakan gelar Akuntan dari departemen tersebut.
3) Menjalankan pekerjaan akuntan dengan memakai nama kantor
akuntan, biro akuntan, atau nama lain yang memuat nama
akuntan atau akuntansi hanya diijinkan jika pemimpin kantor
atau biro tersebut dipegang oleh seorang atau beberapa orang
akuntan.
Profesi akuntan publik timbul, disebabkan karena pihak luar
menilai keandalan pertanggung jawaban laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen didalam laporan keuangan.
4.2. Deskripsi Responden
Deskripsi profil responden terdiri dari jabatan, pengalaman
kerja, keahlian khusus, dan jenjang pendidikan. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang responden yang
menjadi sampel dalam penelitian ini.
Berikut adalah tabel yang menunjukkan profil responden yang
berpartisipasi dalam penelitian ini:
Tabel 4.1 Deskripsi Responden
Karakteristik Kategori Jumlah Persentase
S1 47 70%
S2 3 4%
S3 0 0%
Total 68 100%
(Sumber: Data kuesioner yang telah diolah)
4.3. Deskripsi Hasil Penelitian
Pada umumnya setiap KAP dalam menjalankan aktivitasnya
didasarkan pada tujuan yang dicapai. Populasi dalam penelitian ini
adalah Kantor Akuntan Publik yang ada di Surabaya dan tercatat 43
KAP yang sudah terdaftar di IAPI, dimana jumlah data yang
diasumsikan setiap KAP memiliki 5 auditor dan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 68 auditor yang bekerja di seluruh KAP
di Surabaya, sehingga teknik penentuan sampel yang digunakan adalah
simple random sampling.
Kuesioner yang disebarkan terdiri dari 48 pernyataan yang
terdiri dari 3 bagian, yaitu: Bagian I berkaitan dengan pernyataan
mengenai Profesionalisme Auditor yang terdiri dari 26 pernyataan,
untuk Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai Kualitas Audit
yang terdiri dari 4 pernyataan, sedangkan bagian III berkaitan dengan
pernyataan mengenai Tingkat Materialitas yang terdiri dari 18
Tabel 4.2
Skor yang diperoleh dari jawaban responden mengenai Profesionalisme Auditor (X)
A Profesionalisme Auditor (X) Skor
1
Saya menggunakan segenap pengetahuan kemampuan dan pengalaman saya dalam melaksanakan proses pengauditan
0 10 10 36 12 68
2 .
Saya akan teguh profesi sebagai auditor meskipun saya mendapat tawaran pekerjaan lain dengan imbalan yang lebih besar
2 6 16 24 20 68
3 .
Saya mendapat kepuasan batin dengan profesi sebagai auditor
8 10 14 18 18 68
4 .
Pekerjaan sebagai auditor sudah menjadi cita-cita saya sejak dulu dan sampai nanti
4 18 10 28 8 68
5 .
Saya mau bekerja di atas batas normal untuk membantu KAP dimana saya bekerja, agar saya sukses
10 8 8 36 6 68
6 .
Saya merasa terlalu riskan untuk meninggalkan pekerjaan saya sekarang ini
2 14 26 18 8 68
7 .
Saya ikut memiliki organisasi dimana saya bekerja
10 10 20 18 10 68
8 .
Saya berlangganan dan membaca secara rutin majalah dan jurnal tentang eksternal audit dan publikasi profesi lainnya
8 8 12 36 4 68
9 .
Dalam bekerja seringkali saya menghindari tugas-tugas yang harus saya kerjakan
6 8 20 30 4 68
1 0
Profesi eksternal auditor adalah profesi yang penting di masyarakat
4 4 14 26 20 68
1 1
Dalam menjalankan pekerjaan saya selalu mendukung prinsip transparansi
4 6 20 22 16 68
1 2
Profesi eksternal auditor mampu
menjaga kekayaan negara/masyarakat
2 6 6 46 8 68
dijadikan dasar kepercayaan masyarakat terhadap
pengelola kekayaan negara
6 2 6 46 8 68
1 4
Profesi eksternal auditor merupakan satu-satunya
profesi yang menciptakan transparansi dalam masyarakat
2 10 30 20 6 68
1 5
Jika ada kelemahan independensi eksternal auditor
akan merugikan masyarakat
2 10 18 32 6 68
1 6
Jika orang/masyarakat memandang saya tidak independen
terhadap suatu penugasan, saya akan menarik diri
dari penugasan tersebut
2 16 16 30 4 68
1 7
Saya ikut terlibat secara emosional terhadap KAP dimana saya bekerja
8 8 22 24 6 68
1 8
Pemeriksaan atas laporan keuangan untuk menyatakan pendapat
tentang kewajaran laporan keuangan hanya dapat
dilakukan oleh eksternal auditor
6 10 10 22 20 68
1 9
Eksternal auditor mempunyai cara yang dapat diandalkan
untuk menilai kompetensi eksternal auditor lain
8 8 18 20 14 68
2 0
Ikatan eksternal auditor harus mempunyai cara dan kekuatan untuk pelaksanaan standar untuk eksternal auditor
2 10 12 22 22 68
2 1
Saya merencanakan dan memutuskan hasil audit saya
berdasarkan fakta yang saya temui dalam proses pemeriksaan
4 8 8 26 22 68
2 2
Dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan saya
tidak berada dibawah tekanan manajemen
4 8 2 34 20 68
2 3
Dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan saya
tidak berada dibawah tekanan