36
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Prinsip Kepentingan Terbaik Bagi Anak
Prinsip Kepentingan Terbaik Bagi Anak adalah prinsip yang mendasari
hak-hak anak, ketika prinsip ini tidak terpenuhi maka disitu hak-hak anak tidak terpenuhi
pula. Prinsip ini ada di dalam Pasal 3 Ayat (1) Konvensi Internasional mengenai Hak Anak, “Dalam semua tindakan yang menyangkut anak-anak, baik yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau swasta,
pengadilan, penguasa-penguasa pemerintahan atau badan-badan legislatif,
kepentingan terbaik dari anak-anak harus menjadi pertimbangan utama.”85
Unsur dalam pasal tersebut adalah semua tindakan dan menyangkut anak.
Sedangkan pelaku kebijakan dalam Ayat ini adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial
Pemerintah, Lembaga Kesejahteraan Sosial, Pengadilan, Penguasa-penguasa
Pemerintah, dan Badan Legislatif.
Dalam bab ini penulis akan menjabarkan unsur-unsur tersebut, hal ini yang
akan membuktikan apakah prinsip ini telah diterapakan atau belum di Indonesia.
Hal ini sesuai dengan Pasal 486 dalam Konvensi tersebut yang mewajibkan negara-negara yang meratifikasi konvensi tersebut menerapkan prinsip tersebut dalam
setiap kebijakannya.
Namun sebelumnya peneliti akan lihat lebih dalam lagi dalam Konvensi Hak
Anak mengenai pemberlakuan prinsip ini. Dalam Pasal 9 konvensi ini juga menjelaskan mengenai prinsip ini, “Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa seorang anak tidak dapat dipisahkan dari orang tuanya, secara bertentangan dengan
kemauan mereka, kecuali ketika penguasa yang berwenang dengan tunduk pada
85 Konvensi Internasional Mengenai Hak Anak
86 Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah legislatif, administratif, dan lain sebagainya untuk pelaksanaan hak-hak yang diakui dalam konvensi sekarang ini. Sepanjang menyangkut hak-hak ekonomi, sosial, dan kebudayaan, negara-negara peserta akan mengambil langkah-langkah sampai batas maksimal yang dapat dilakukan sdengan sumber-sumber daya mereka yang tersedia dan bila diperlukan,
37
Judicial review menetapkan sesuai dengan prosedur dan hukum yang berlaku
bahwa pemisahan tersebut diperlukan demi kepentingan-kepentingan terbaik anak.
Penetapan tersebut mungkin diperlukan dalam suatu kasus khusus, seperti kasus
yang melibatkan penyalahgunaan atau penelantaran anak oleh orang tua, atau kasus
apabila orang tua sedang bertempat tinggal secara terpisah dan suatu keputusan harus dibuat mengenai tempat kediaman anak.”87 Dalam pasal ini dijelaskan bahwa
pemisahan anak dari orangtua dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip
kepentingan terbaik anak, misalnya dalam kasus penyalahgunaan atau penelantaran
oleh orang tua. Seperti contoh saja dengan yang terjadi di Indonesia, kasus
penelantaran anak di cibubur oleh kedua orangtuanya. Hak asuh yang semula
diambil alih oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (selanjutnya disebut KPAI)
diberikan kepada keluarga. Hal ini dikarenakan kondisi orangtua anak yang masih
labil.88
Bekerjasama dengan orang tua, negarapun berperan dalam hal ini diberikan
kewajiban untuk menggunakan usaha terbaiknya demi terpenuhinya prinsip ini. Hal ini terlihat dalam Pasal 18 Ayat (1),” Negara-negara Pihak harus menggunakan usaha-usaha terbaiknya untuk menjamin pengakuan prinsip bahwa kedua orang tua
mempunyai tanggungjawab bersama untuk mendewasakan dan perkembangan
anak. Orang tua atau, bagaimanapun nanti, wali hukum, mempunyai tanggung
87 Pasal 9
88 REPUBLIKA.CO.ID, KRAMAT JATI -- Melihat kondisi Utomo dan Nurindria yang masih labil, keluarga
sepakat untuk mengambil hak asuh lima anak mereka. Keluarga sudah mengadakan rapat bersama untuk mengambil alih kelima anak sampai kondisi Utomo dan Nurindria benar benar pulih. "Perlu waktu, anak-anak butuh menghilangkan rasa traumanya, Utomo dan Nurindria juga masih perlu mengembalikan kesadarannya baru bisa diharmonisasi," ujar Handika selaku kuasa hukum Utomo saat ditemui Republika, Jumat (22/5).Handika sempat menuturkan, keluarga Utomo mengaku sedih dan kaget atas prilaku anak sulungnya ini. Komunikasi memang sempat terputus selama enam bulan terkahir. Utomo menjadi orang yang asing dan tidak pernah bertegur dengan keluarga. Selain itu, kondisi anak anak yang masih butuh pemulihan psikis menjadi pertimbangan keluarga untuk bisa membawa anak-anak dalam lingkungan yang berbeda. Lagipula, menurut Handika, selama ini anak-anak tersebut dari kecil memang diasuh oleh ibu Utomo. Hal senada juga diutarakan Erlinda selaku Sekertaris Jendral KPAI. Erlinda mengatakan, niatan keluarga untuk mengambil alih asuhan lima anak tersebut sudah disampaikan ke KPAI. Erlinda juga setuju hal tersebut, meski ada beberapa mekanisme yang harus dilalui. "Assesment untuk pengambilalihan hak asuh sudah berjalan sekitar 30 sampai 40 persen, jika sudah siap tinggal kita serahkan anak-anaknya," ujar Erlinda saat ditemui Republika di RS. Polri, Jumat (22/5). Hazliansyah, Keluarga Sepakat Ambil Hak Asuh Lima Anak Utomo, Republika,
38
jawab utama untuk pendewasaan dan perkembangan anak. Kepentingan-kepentingan terbaik si anak akan menjadi perhatian dasar mereka.”89
Dalam Pasal 21 Konvensi ini, kepentingan terbaik bagi anak merupakan
pertimbangan utama juga dalam hal adopsi, dengan menjamin pemenuhan prinsip
kepentingan terbaik bagi anak. Sedangkan dalam Pasal 4090 yang menjelaskan mengenai hak anak yang menghadapi masalah hukum, kepentingan terbaik bagi
anak menjadi pertimbangan utama.
B.
Semua Tindakan Yang Menyangkut Anak
Dalam Pasal 4 Konvensi Internasional tentang Hak Anak menjelaskan mengenai
macam-macam tindakan yang menyangkut anak, “Negara-negara peserta akan
mengambil semua langkah legislatif, administratif, dan lain sebagainya untuk
pelaksanaan hak-hak yang diakui dalam konvensi sekarang ini. Sepanjang
menyangkut hak-hak ekonomi, sosial, dan kebudayaan, negara-negara peserta akan
mengambil langkah-langkah sampai batas maksimal yang dapat dilakukan sdengan
sumber-sumber daya mereka yang tersedia dan bila diperlukan, dalam rangka kerjasama Internasional.”
Ada 3 jenis tindakan yaitu tindakan legislatif, administrasi, dan tindakan lain yang
diakui dalam Konvensi Internasional mengenai Hak Anak. Berikut penulis akan
mengulas 3 jenis tindakan tersebut:
1. Tindakan Legislatif
Tindakan legislatif berkaitan dengan badan legislatif. Badan Legislatif di
Indonesia adalah Dewan Perwakilan Rakyat (selanjutnya disebut DPR)91. Ada 4 tugas legislatif yaitu tugas dalam fungsi legislasi, fungsi anggaran,
89 Pasal 18 Ayat (1) Konvensi Internasional Tentang Hak Anak
90 Masalah itu diputuskan tanpa penundaan, oleh suatu penguasa yang berwenang, mandiri dan adil, atau
badan pengadilan dalam suatu pemeriksaan yang adil menurut hukum, dalam kehadiran bantuan hukum atau bantuan lain yang tepat, dan kecuali dipertimbangkan tidak dalam kepentingan terbaik si anak, terutama, dengan memperhatikan umurnya atau situasinya, orang tuanya atau wali hukumnya
91 Sejarah terbentuknya DPR RI secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga periode:
1. Volksraad
2. Masa perjuangan Kemerdekaan
3. Dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
39
fungsi pengawasan, dan tugas dan wewenang lainnya92. Berikut penulis akan menjelaskan tugas-tugas DPR ini yang berkaitan dengan anak:
a. Tugas dalam fungsi Legislasi
Dalam Pasal 5 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
(selanjutnya disebut UUD RI) Tahun 194593 selain Presiden, DPR juga berhak mengajukan Rancangan Undang-undang (selanjutnya disebut
RUU) yang disebut dengan hak inisiatif, dimana ketentuan akan hal itu
terdapat dalam Pasal 21 UUD RI Tahun 1945.94
Oleh karena itu langkah legislatif dalam fungsi legislasi dalam
mengaplikasikan Prinsip Kepentingan terbaik dari anak adalah dengan
menerapkan prinsip tersebut dalam Peraturan perundang-undangan.
Berikut adalah peraturan perundang-undangan yang menyangkut anak:
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 297)
a) Berkaitan dengan Permasalahan Hak Asuh Anak
Anak mempunyai hak untuk diasuh oleh orang tuanya
sendiri, namun juga dapat dipisahkan dari orang tua jika ada
aturan hukum yang dilanggar dan pemisahan ini dilakukan
dengan menggunakan prinsip kepentingan terbaik bagi
anak. Pengaturan mengenai hal ini diatur dalam Pasal 14
Ayat (1) .
“Setiap Anak berhak untuk diasuh oleh Orang Tuanya
sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi
92 Website DPR. Tugas dan Wewenang DPR, http://www.dpr.go.id/tentang/sejarah-dpr, dikunjungi
pada tanggal 15 Desember 2015 Pukul 12.21
93 (1)Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Pasal 5 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
94 Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang. Pasal 21
40
kepentingan terbaik bagi Anak dan merupakan
pertimbangan terakhir.”95
b) Berkaitan dengan Penunjukan Wali untuk Anak yang
Dialihkan Hak Asuhnya Baik Kepada Orang Perseorangan
maupun Badan Hukum
Pengambil alihan hak asuh anak hanya dapat dilakukan
melalui penetapan pegadilan, oleh karena itu memiliki
kekuatan hukum yang mengakibatkan beralihnya hak dan
kewajiban dari orang tua anak kepada wali asuh. Dalam
melaksanakan hak dan kewajibannya tersebut maka wali
harus melaksanakannya dengan menggunakan prinsip
kepentingan terbaik bagi anak. Pengaturan tentang hal ini
diatur dalam Pasal 33 Ayat (4).
“Wali sebagaimana dimaksud pada ayat bertanggung
jawab terhadap diri Anak dan wajib mengelola harta milik
Anak yang bersangkutan untuk kepentingan terbaik bagi
Anak.”96
c) Berkaitan dengan Media Masa
Media masa dalam hal ini juga mengatur mengenai
pemberlakuan prinsip kepentingan terbaik bagi anak,
kaitanya dengan edukasi dari aspek sosial, budaya,
pendidikan, agama, dan kesehatan anak. Pengaturan ini
diatur dalam Pasal 72 Ayat (5).
“Peran media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui penyebarluasan informasi dan materi
edukasi yang bermanfaat dari aspek sosial, budaya,
95 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297)
41
pendidikan, agama, dan kesehatan Anak dengan
memperhatikan kepentingan terbaik bagi Anak.”97
Dalam penjelasan Umum Undang-undang ini disebutkan bahwa
dalam Undang-undang perlindungan anak merupakan bentuk
realisasidari ratifikasi Konvensi Internasional mengenai Hak
Anak. Salah satu prinsip yang diadopsi dari Konvensi
Internasional mengenai Hak Anak adalah Prinsip Kepentingan
Terbaik Bagi Anak.
Sebagai implementasi dari ratifikasi tersebut, Pemerintah telah
mengesahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, yang secara substantif telah mengatur
beberapa hal antara lain persoalan Anak yang sedang berhadapan
dengan hukum, Anak dari kelompok minoritas, Anak dari korban
eksploitasi ekonomi dan seksual, Anak yang diperdagangkan,
Anak korban kerusuhan, Anak yang menjadi pengungsi dan Anak
dalam situasi konflik bersenjata, Perlindungan Anak yang
dilakukan berdasarkan prinsip nondiskriminasi, kepentingan
terbaik bagi anak, penghargaan terhadap pendapat anak, hak
untuk hidup, tumbuh dan berkembang.98
Selain itu juga pemberlakuan ratifikasi ini99 atas dasar Undang-undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945
mengenai Hak Asasi manusia, anak memiliki kedudukan yang
sama untuk di jamin hak asasinya dan mendapatkan jaminan
untuk tumbuh dan berkembang.
Dalam pelaksanaanya Undang-Undang tersebut telah sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terkait jaminan hak asasi manusia, yaitu Anak sebagai manusia memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang.100
97Ibid
98Ibid, Penjelasan Umum
42
2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1979 Tentang
Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1979 Nomor 32)
Dalam peraturan perundang-undangan ini tidak dijelaskan
mengenai prinsip kepentingan terbaik bagi anak, seharusnya
segala ketentuan yang berkaitan mengenai anak, sesuai dengan
Konvensi Internasional mengenai Hak Anak bahwa negara yang
telah meratifkasi konvensi ini wajib menerapkan prinsip
kepentingan terbaik bagi anak, Pasal 3 Ayat (1) Konvensi
Internasional mengenai Hak Anak.
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007
Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 123)
Peraturan perundang-undangan ini adalah peraturan mengenai
pengangkatan anak, dalam hal pengangkatan anak prisip yang
digunakan adalah prinsip kepentingan terbaik bagi anak. Hal ini
dapat dilihat pada bunyi Pasal 2 peraturan perundang-undangan
ini.
“Pengangkatan anak bertujuan untuk kepentingan terbaik bagi anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak dan perlindungan anak, yang dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan.”101
Di jelaskan bahwa pengangkatan anak dengan prinsip
kepentingan terbaik bagi anak bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan dan perlindungan anak. Prinsip kepentingan terbaik
anak juga menjadi syarat dalam pengangkatan anak. orang tua
angkat harus memenuhi syarat prinsip tersebut yaitu dengan
membuat pernyataan tertulis tentang penjaminan prinsip tersebut. Hal ini terdapat dalam Pasal 13 Huruf J, yaitu “membuat
101 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan
43
pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi
kepentingan terbaik bagi anak, kesejahteraan dan perlindungan anak”102
Tujuan pengangkatan anak untuk kepentingan terbaik bagi anak
juga dijelaskan secara mendalam dalam penjelasan umum
peraturan perundang-undangan tersebut, tujuan pengangkatan
anak hanya dapat dilakukan bagi kepentingan terbaik anak dan
harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan/atau berdasarkan pada adat kebiasaan setempat.103
4) Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor:
110/HUK/2009 Tentang Persyaratan Pengangkatan Anak
Dalam peraturan perundang-undangan prinsip kepentingan
terbaik bagi anak menjadi prinsip dalam pengangkatan anak. Hal
ini dijelaskan dalam Pasal 2 Ayat (1) huruf a, yaitu “pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan
setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”104
Tujuan pengangkatan anak dalam peraturan perundang-undangan
ini adalah untuk kepentingan terbaik bagi anak, hal ini sesuai
dengan prinsip yang diterapkan. Pasal 3 Ayat (1) “Pengangkatan
Anak bertujuan untuk kepentingan terbaik bagi anak untuk
mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan anak yang
dilaksanakan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.”105
102Ibid
103 Ibid, penjelasan umum
104 Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 110/HUK/2009 Tentang Persyaratan
Pengangkatan Anak
44
5) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153)
Dalam pasal 2 Undang-undang ini dijelaskan bahwa asas dalam
sistem peradilan anak salah satunya adalah prinsip kepentingan
terbaik bagi anak. ”kepentingan terbaik bagi Anak” adalah segala
pengambilan keputusan harus selalu mempertimbangkan
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak.106 Selain itu ada kewajiban bagi para pihak dalam peradilan anak untuk
memperhatikan prinsip ini. Hal ini terlihat jelas dalam Pasal 18
Peraturan perundang-undangan ini.
“Dalam menangani perkara Anak, Anak Korban, dan/atau Anak Saksi, Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial, Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya wajib memperhatikan kepentingan terbaik bagi Anak dan mengusahakan suasana kekeluargaan tetap terpelihara.”107
Dalam penjelasan umum peraturan perundang-undangan ini
menyatakan bahwa pemberlakuan asas kepentingan terbaik bagi
anak dihayati sebagai kepentingan terbaik bagi kelangsungan
hidup umat manusia. Pasal 28 B Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa anak-anak
memiliki peran strategis yang secara tegas dinyatakan bahwa
negara menjamin hak setiap anak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang serta atas pelindungan dari kekerasan
dan diskriminasi.108 Prinsip kepentingan terbaik bagi anak tidak hanya menjadi asas yang mendasari peraturan
perundang-undangan ini namun juga menjadi tujuan akhir yaitu mewujudkan
peradilan yang benar-benar menjamin pelindungan kepentingan
106 Penjelasan umum Pasal 2 Huruf D, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
107 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
45
terbaik terhadap Anak yang berhadapan dengan hukum sebagai
penerus bangsa.
Prinsip kepentingan terbaik bagi anak harus dimaksimalkan dalam
tahapan ini dengan pertimbangan nilai-nilai yang mendasarinya, yaitu
nilai kemanusiaan, nilai keadilan, nilai perlindungan, dan nilai non
diskriminasi. Dengan menjunjung nilai-nilai ini maka prinsip
kepentingan terbaik bagi anak akan terjamin.
b. Tugas Dalam Fungsi Anggaran
Tugas dalam fungsi anggaran DPR berhubungan dengan APBN109 dan APBD110. Pendidikan dan Kesehatan adalah hal yang terdekat dengan kepentingan anak, kesehatan menunjang tumbuh kembang anak secara
jasmani, sedangkan pendidikan adalah penunjang tumbuh kembang
anak secara intelektual. Berikut peneliti akan membahas perihal
kesehatan dan pendidikan dalam APBN dan APBD. APBN yg akan
dibandingkan adalah APBN tahun 2015 dan 2016.
46
TABEL PERBANDINGAN
APBN 2015 (UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN
ANGGARAN 2015) DAN APBN 2016 (UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016)
No Indikator Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 27 Tahun 2014 Tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2015
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2016
Keterangan
1. Anggaran Pendidikan Rp408.544.684.304.000,00 (empat ratus
delapan triliun lima ratus empat puluh
empat miliar enam ratus delapan puluh
empat juta tiga ratus empat ribu rupiah).
Pasal 17 Ayat (1)
Rp419.176.412.756.000,00 (empat ratus
sembilan belas triliun seratus tujuh puluh
enam miliar empat ratus dua belas juta tujuh
ratus lima puluh enam ribu rupiah).
Pasal 20 Ayat (1)
Anggaran Pendidikan
naik.
2. Pengertian Anggaran
Pendidikan
alokasi anggaran pada fungsi pendidikan
yang dianggarkan melalui Kementerian
Negara/Lembaga, alokasi anggaran
Alokasi anggaran
pendidikan tidak hanya
47
pendidikan melalui transfer ke daerah dan
dana desa, dan alokasi anggaran pendidikan
melalui pengeluaran pembiayaan, termasuk
gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran
pendidikan kedinasan, untuk membiayai
penyelenggaraan pendidikan yang menjadi
tanggung jawab Pemerintah.
juta delapan ratus enam puluh lima ribu
rupiah).
puluh sembilan juta delapan ratus dua puluh
48
5. Dana Alokasi Khusus
Pendidikan
Rp2.665.340.000.000,00 (dua triliun enam
ratus enam puluh lima miliar tiga ratus empat
puluh juta rupiah)
Pasal 12 Ayat (4) huruf a
APBN 2015 tidak ada dan
alokasi khusus untuk
pendidikan
6. Dana Bantuan
Operasional Sekolah
(BOS)
Rp43.923.573.800.000,00 (empat puluh tiga
triliun sembilan ratus dua puluh tiga miliar
lima ratus tujuh puluh tiga juta delapan ratus
ribu rupiah)
Pasal 12 Ayat (7) huruf a
7. Dana Bantuan
Operasional
Penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia
Dini (BOP PAUD)
Rp2.281.900.000.000,00 (dua triliun dua
ratus delapan puluh satu miliar sembilan ratus
juta rupiah
Pasal 12 Ayat (7) huruf b
8. Dana Tunjangan Profesi
Guru PNS Daerah Rp71.020.400.000.000,00 (tujuh puluh satu
triliun dua puluh miliar empat ratus juta
rupiah)
49
9. Dana Tambahan
Penghasilan Guru PNS
Daerah
Rp1.020.513.000.000,00 (satu triliun dua
puluh miliar lima ratus tiga belas juta rupiah)
Pasal 12 Ayat (7) huruf d
10. Anggaran Kesehatan Rp2.827.139.363.500,00 (dua triliun
delapan ratus dua puluh tujuh miliar
seratus tiga puluh sembilan juta tiga ratus
enam puluh tiga ribu lima ratus rupiah).
Pasal 10 Ayat 7a huruf a
11. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan
3.460.000.000.000,00 (tiga triliun empat
ratus enam puluh miliar rupiah)
Lampiran Undang-undang
12. Cadangan Pembiayaan
kepada BPJS Kesehatan
untuk Program DJS
Kesehatan
1.540.000.000.000,00 (satu triliun lima
ratus empat puluh miliar rupiah)
Lampiran Undang-undang
13. Dana Alokasi Khusus
Bidang Kesehatan dan
Keluarga Berencana
Rp16.373.208.000.000,00 (enam belas triliun
tiga ratus tujuh puluh tiga miliar dua ratus
delapan juta rupiah)
50
14. Dana Bantuan
Operasional Kesehatan
(BOK) dan Bantuan
Operasional Keluarga
Berencana (BOKB)
Rp4.567.000.000.000,00 (empat triliun lima
ratus enam puluh tujuh miliar rupiah)
51
c. Tugas Dalam Fungsi Pegawasan
DPR dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
dan menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR sebagai bahan
pertimbangan untuk ditindaklanjuti. Berkaitan dengan prinsip
kepentingan terbaik bagi anak, maka pengawasan yang dilakukan DPR
terhadap pelakasanan undang-undang adalah pengawasan pelakasanaan
undang-undang yang berkaitan dengan anak, misal pengawasan
terhadap pelaksanaan undang perlindungan anak,
undang kesejahteraan anak, undang pendidikan, dan
undang-undang lainnya yang menyangkut anak.
2. Tindakan Administrasi
Tindakan administrasi dekat dengan tindakan administrasi yang dilakukan
oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah di tingkat daerah.
Kata administrasi berasal dari bahasa latin “administrare” yang berarti to
manage.27 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (selanjutnya disebut
KBBI), ada 4 pengertian administrasi, yaitu sebagai berikut:
a. Usaha dan kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan
cara-cara penyelenggaraan pembinaan organisasi,
b. Usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kebijakan
untuk mencapai tujuan,
c. Kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan,
d. Kegiatan kantor dan tata usaha.28
Seperti yang sudah dijelaskan di atas maka dalam pembahasan ini adalah
usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaran kebijakan untuk
27 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Rajawali Pers, cet.7, 2011, hlm; 28
52
mencapai tujuan dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelengaran
pemerintahan.
Bentuk dari tindakan administrasi adalah Keputusan Pemerintah mengandung
suatu pengaturan (Regeling)29 dan suatu penetapan (Beschikking30). Selain itu
juga ada Beleidsregels atau peraturan kebijaksanaan (policy rules) yang
sering disebut quasi peraturan, seperti surat edaran, instruksi, petunjuk
pelaksanaan, dan sebagainya.Berikut adalah Regeling ,Beshikking, dan
Beleidsregels yang berkaitan dengan anak:
a. Regeling
Berikut adalah bentuk regeling (peraturan) mengenai anak:
1) Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2014
Tentang Penyelengaraan Perlindungan Anak (Lembaran Daerah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 Nomor 3). Peraturan ini
dibuat berdasarkan masih banyak anak yang perlu mendapat
perlindungan dari berbagai bentuk tindak kekerasan, eksploitasi,
diskriminasi dan penelantaran di daerah Sumatera Utara. Dalam
peraturan ini menganut prinsip perlindungan anak dan salah
satunya adalah prinsip kepentingan terbaik bagi anak. 31
Dikatakan pula bahwa prnsip kepentingan terbaik bagi anak lebih
utama dari pada hak orangtua. Dalam keadaan apapun
pengasuhan anak tidak boleh menghalangi pemenuhan prinsip
kepentingan terbaik bagi anak.32 Dalam hal ini maka Kepentingan terbaik bagi anak adalah segala pengambilan keputusan harus
29 Bentuk penuangan norma hukum dikenal keputusan yang bersifat mengatur (regeling) yang
menghasilkan produk peraturan. Toto Soeprijanto, Peraturan Kebijaksanaan, Pudisklat PSDM,
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/168-artikel-pengembangan-sdm/19675-peraturan-kebijaksanaan, dikunjungi dalam tanggal 18 Januari 2016 Pukul 19.53.
30Ibid, keputusan hukum yang bersifat menentukan atau menetapkan sesuatu secara administrative
menghasilkan keputusan administrasi Negara
31 Pasal 2 Ayat (3) huruf a Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 3 Tahun 2014 Tentang
Penyelengaraan Perlindungan Anak (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 Nomor 3). .
53
selalu mempertimbangkan kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak.33
2) Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 7 Tahun 2010
Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak (Lembaran Daerah
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010 Nomor 7)
Prinsip kepentingan terbaik bagi anak disini terlihat dalam
pengaturan mengenai anak dari perkawinan campuran, yaitu
prinsip kepentingan terbaik bagi anak merupakan pertimbangan
utama untuk menetapkan status kewarganegaraan anak.
Pengaturan ini diatur dalam Pasal 8 Ayat (3), “Dalam hal terjadi
perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sedangkan anak
belum mampu menentukan pilihan dan ibunya
berkewarganegaraan Republik Indonesia, demi kepentingan
terbaik anak atau atas permohonan ibunya, pemerintah daerah
berkewajiban mengurus status kewarganegaraan Republik Indonesia bagi anak tersebut.”34
Prinsip kepentingan terbaik bagi anak juga berlaku untuk anak
yang berhadapan dengan hukum, dalam penjatuhan sanksi yang
tepat prinsip ini dijadikan pertimbangan utama.35 Prinsip
kepentingan terbaik bagi anak juga melindungi anak yang
menjadi korban dalam perkara hukum, yaitu dengan melakukan
rehabilitasi guna kepentingan terbaik bagi anak.36
b. Beschikking
Beschiking disebut juga sebagai Keputusan Tata Usaha Negara
(selanjutnya disebut KTUN). E. Utrecht menerjemahkan Beschikking
dengan istilah ketetapan. 37 Berdasarkan Pasal 1 Angka 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan
33Ibid, Penjelasan umum Pasal 6 Ayat (2)
34 Pasal 8 Ayat (3) Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Nomor 7 Tahun 2010 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan Anak (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2010 Nomor 7)
35 Ibid, Pasal 16 Ayat (3) huruf d
54
Tata Usaha Negara, yang dimaksud dengan keputusan adalah “suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata”.38
Salah satu KTUN yang berkaitan dengan anak adalah Akta Kelahiran.
Hak pertama yang dimiliki oleh manusia bahkan sejak masih dalam
kandungan adalah Hak anak. Dalam Pasal 52 Ayat (2) Undang-undang
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dijelaskan “Hak
anak adalah hak asasi manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.”39
Anak memiliki hak untuk dilindungi oleh hukum yaitu dengan
mempunyai status hukum. Status hukum diperoleh anak dengan
memiliki catatan tentang kelahirannya atau akta kelahiran. Akta
Kelahiran adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi
pelaksana pencatatan sipil yang berisikan catatan resmi tentang tempat
dan waktu kelahiran anak, nama anak dan nama orang tua anak, serta
status kewarganegaraan anak.40 Dengan adanya akta kelahiran anak
selain mendapatkan hak perlindungan hukum, anak juga mempunyai
hak atas statusnya, yaitu dengan dicatatnya nama orangtua anak.
Pengaturan mengenai akta kelahiran anak selain diatur dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahasn
Atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan juga diatur dalam Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia
Nomor 06 Tahun 2012 Tentang Pedoman Percepatan Kepemilikan
Akta Kelahiran Dalam Rangka Perlindungan Anak.
38 Pasal 1 Angka 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 77)
39 Pasal 52 Ayat (2) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165).
40 Pasal 1 Angka 2 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
55
Akta kelahiran menjadi arsip penting bagi anak, karena untuk
mendapatkan dokumen kependudukan yang lainna seperti KTP, Status
Kewarganegaraan, Proses Adopsi, dan sebagainya sebagaimana yang
diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
208 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan
Pecatatan Sipil, akta kelahiran merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan dokumen-dokumen tersebut.
Dalam praktek kehidupan sehari-haripun selain sebagai syarat
administrasi kependudukan, akta kelahiran juga menjadi syarat untuk
memperoleh pendidikan dari pendidikan Taman Kanak-kanak
(selanjutnya disebut TK) hingga sampai ke tingkat pendidikan tinggi.
Betapa pentingnya sebuah akta kelahiran dengan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari, akta kelahiran menjadi jaminan masa depan
anak, sehingga akta kelahiran harus dimiliki oleh anak untuk
melindungi hak-hak dari anak.
Namun menurut sumber artikel dalam website KPAI, lebih dari 50 juta
atau lebih dari setengah jumlah anak di Indonesia saat ini tidak memiliki
akta kelahiran.41 Hal ini mengakibatkan banyak anak yang tidak
memiliki akta kehilangan haknya, baik hak untuk mendapatkan
pendidikan maupun hak untuk mendapatkan jaminan sosial. Bagi anak
yang berhadapaan dengan hukum juga sering dirugikan dengan tidak
adanya akta kelahiran, ini menyangkut penentuan usia anak. Dengan
demikian jelas bahwa Prinsip kepentingan terbaik bagi anak tidak
terpenuhi, prinsip kepentingan terbaik bagi anak akan terpenuhi jika
hak-hak anak terpenuhi. Dalam hal ini prinsip kepentingan terbaik bagi
anak terpenuhi jika ada jaminan kepada anak untuk memiliki akta
kelahiran.
41 Tim KPAI, Akta Kelahiran Adalah Hak Setiap Anak Indonesia, Batalkan UU yang Persulit Pembuatan
56
c. Beleidsregels
J Van Der Hovven memandang peraturan kebijakan (beleidsregel)
adalah “pseudowetgeving” (perundang-undangan semu) karena
pembuatannya tidak didukung oleh kewenangan
perundang-undangan.42
Peraturan kebijakan erat hunungannya dengan Freis Ermessen yaitu
kewenangan bebas dari pemerintah. Freis Ermessen ini muncul sebagai
alternatif untuk mengisi kekurangan dan kelemahan di dalam penerapan
asas legalitas.43 Sebuah kebijakan yang dikelarkan oleh pemerintah pasti akan berdampak pada masyarakat. Anak adalah bagian dari
masyarakat, oleh karena itu sebuah kebijakan pemrintah juga harus
mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak dengan memenuhi
hak-hak anak dalam setiap kebijakannya.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984
Tentang Hari Anak Nasional merupakan salah satu bentuk kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan anak. Keputusan ini dibuat dengan
pertimbangan bahwa anak merupakan generasi penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan oleh karenanya kepada anak perlu diberikan
bekal keimanan, kepribadian, kecerdasan, keterampilan, jiwa dan
semangat kebangsaan serta kesegaran jasmani agar dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang berbudi luhur, bersusila, cerdas dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.44 Hari Anak Nasional dibuat untuk menstimulus orangtua dan masyarakat untuk memiliki kesadaran
tentang hak anak.
42 Abdul Razak, Hakikat Peraturan kebijakan, http://www.negarahukum.com/hukum/hakikat-peraturan-kebijakan.html dikunjungi pada tanggal 5 Februari 2016 Pukul 5.52
43Ibid, Ridwan HR, Hlm. 173
44 Bagian menimbang Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984 Tentang Hari Anak
57
3. Tindakan-tindakan Lain
Tindakan lain berarti tindakan selain tindakan legislatif maupun tindakan
administrasi. Tindakan ini dapat dilakukan oleh pihak lain diluar
pemerintahan yang telah melakukan tindakan legislatif dan administrasi.
Tanggungjawab untuk memenuhi kepentingan terbaik bagi anak bukan hanya
dilakukan oleh pemerintah, namun juga oleh lembaga-lembaga kesejahteraan
sosial pemerintah atau swasta, pengadilan, dan juga orangtua atau wali anak
yang merupakan pihak yang paling dekat dengan anak.
C.
Pihak-pihak yang Melakukan Tindakan yang Berkaitan dengan
Anak
Sesuai dengan bunyi Pasal 3 Ayat (1) Konvensi Internasional mengenai Hak Anak, “Dalam semua tindakan yang menyangkut anak-anak, baik yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau swasta, pengadilan,
penguasa-penguasa pemerintahan atau badan-badan legislatif, kepentingan terbaik
dari anak-anak harus menjadi pertimbangan utama.” Maka pihak-pihak yang
dimaksudkan dalam konvensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lembaga Kesejahteraan Sosial Pemerintah atau Swasta
Pengaturan mengenai Lembaga Kesejahteraan Sosial Pemerintah atau Swasta
diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009
Tentang Kesejahteraan Sosial. Menurut Undang-undang tersebut yang
disebut lembaga kesejahteran sosial adalah organisasi sosial atau
perkumpulan sosial yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan
sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun
yang tidak berbadan hukum.45
Lembaga kesejahteraan sosial menjamin kebutuhan sosial masyarakat,
termasuk kebutuhan sosial anak, hal ini diatur dalam Pasal 9 Ayat (1) Huruf a, “menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, lanjut usia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita
45 Pasal 1 angka 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan
58
penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.”46
Landasan konstitusional dalam penjaminan kesejahteraan sosial diatur dalam
Pasal 34 Ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
yang mengamanatkan kewajiban negara untuk memelihara fakir miskin dan
anak terlantar. Bagi fakir miskin dan anak terlantar seperti yang dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan rehabilitasi sosial, jaminan
sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sebagai perwujudan
pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya hak atas
kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak mampu.47
Berikut adalah Lembaga Kesejahteraan Sosial baik Pemerintah ataupun
swasta yang berkaitan dengan anak:
a. Yayasan yang berkaitan dengan anak
Yayasan menurut Undang-undang Yayasan adalah badan hukum yang
terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk
mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.48 Dalam kaitannya
dengan anak maka tujuan Yayasan yang dimaksud di skripsi ini adalah
untuk memenuhi hak-hak anak, baik dalam bidang sosial, keagamaan,
maupun kemanusiaan. Sebagai lembaga non-profit yang menagani
anak, Yayasan seharusnya menjadi sarana untuk menjamin hak-hak
anak guna mencapai kepentingan terbaik bagi anak. Untuk itulah pihak
yang terjun langsung berurusan dengan anak dalam yayasan adalah
orang yang benar-benar mengerti dan memahami hak-hak anak dan
prinsip kepentingan terbaik bagi anak.
46Ibid, Pasal 9 Ayat (1)
47 Ibid, penjelasan umum
48 Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan (Lembaran
59
b. Panti Asuhan Anak
Menurut Mohammad Teja, Meningkatnya jumlah anak telantar di
Indonesia berbanding lurus dengan maraknya keberadaan panti asuhan.
Kondisi ini menyisakan tanggung jawab yang besar bagi pemerintah
untuk mengawasi keberadaan panti asuhan dalam rangka menjamin
pemenuhan hak serta menghindari penelantaran dan kekerasan terhadap
anak.49
Pada Februari 2014 kita dikagetkan dengan pemberitaan sebuah panti
asuhan di Jakarta yang justru melakukan tindakan penelantaran anak,
yaitu kasus kekerasan anak di panti asuhan Samuel. Bahkan menurut
sumber Tribun News, diberitakan ada anak yang mengalami kasus
pelecehan seksual.50 Kasus ini berawal dari 7 anak asuh panti yang kabur dikarenakan tindakan kekerasan yang dilakukan pemilik panti.
Terbukti melakukan kekerasan dan pelecehan seksual, pada Desember
2014 pemilik panti asuhan di dijatuhi hukuman penjara selama 10
tahun subsider lima bulan, dan denda Rp 100 juta51
Kasus penelantaran anak dalam panti asuhan yang lain terjadi pada
Oktober 2015, penelantaran ini terjadi di panti asuhan Rizki
Khairunnisa. Panti asuhan ini berlokasi di Batuampar, Kota Batam.
Kasus ini bermula dari laporan masyarakat yang mengatakan adanya
tindakan kekerasa dalam panti asuhan tersebut.52
Dalam sebuah wawancara dengan salah satu media berita online
Antaranews.com yaitu pada tahun 2014, Dirjen Rehabilitasi Sosial
49 Mohammad Teja, Perlindungan Terhadap Anak Terlantar di Panti Asuhan, http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-5-I-P3DI-Maret-2014-73.pdf, diunduh pada tanggal 5 Februari 2016 Pukul 09.35.
50 Nur Ichsan, Polisi Percepat Pemberkasan Pelecehan Seksual Anak Asuh Samuel,
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/03/23/polisi-percepat-pemberkasan-pelecehan-seksual-anak-asuh-samuel, dikunjungi pada tanggal 5 Februari 2016 Pukul 09.48.
51 Tangerang Ekspres, Samuel dihukum 10 Tahun, http://tangerangekspres.com/samuel-dihukum-10-tahun/, dikunjungi pada tanggal 5 Februari 2016 pukul 10.08.
60
Kementerian Sosial Samsudi Samsudi mengatakan “Panti asuhan yang menerima bantuan Kementerian Sosial 15 persen belum punya izin operasional”.53 Bisa jadi dengan adanya kasus kekerasan yang ada
dipanti asuhan karena minimnya pengawasan panti asuhan baik dalam
pengawasan administrasi hingga pengawasan operasional.
2. Pengadilan
Pemberlakuan prinsip kepentingan terbaik bagi anak dalam pengadilan akan
terlihat baik dalam proses peradilan tersebut atau dalam amar putusan hakim
untuk perkara yang bersangkutan dengan anak, baik anak sebagai korban
ataupun anak yang melakukan tindak pidana. Peradilan anak diatur dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak. Secara tertulis prinsip kepentingan terbaik bagi anak
tidak tertulis, namun didalam peraturan perundang-undangan ini dijamin
pemenuhan akan hak-hak anak. Hak-hak yang dimiliki anak yang melakukan
tindak pidana diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) Undang-undang ini yaitu, hak
mendapat pengurangan masa pidana, hak memperoleh asimilasi, hak
memperoleh cuti mengunjungi keluarga, hak memperoleh pembebasan
bersyarat, hak memperoleh cuti menjelang bebas, hak memperoleh cuti
bersyarat, dan hak memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.54Dengan menjamin hak-hak anak maka secara langsung prinsip kepentingan anak juga dijamin dalam perundang-undangan
ini. Selain mencantumkan hak-hak anak, namun dalam proses
persidanganpun kepentingan anak sangat diperhatikan, misalnya persidangan
diselenggarakan tidak seperti persidangan untuk orang dewasa. Persidangan
dilakukan di ruangan kusus atau bahkan di tempat biasa, hal ini diatur dalam Pasal 53 Ayat (1) “Anak disidangkan dalam ruang sidang khusus Anak.”55
53 Desi Purnamawati, 15 persen panti asuhan di Indonesia ternyata tak berizin, http://www.antaranews.com/berita/427137/15-persen-panti-asuhan-di-indonesia-ternyata-tak-berizin,
dikunjungi pada tanggal 7 Februari 2016 Pukul 18.58.
54 Pasal 4 Ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153).
61
Persidangan anak juga dilakukan secara tertutup kecuali untuk pembacaan
putusan yang dilakukan secara terbuka.56 Pengaturan dalam Pasal 53 dan 54 merupakan contoh peberlakuan prinsip kepentingan terbaik bagi anak,
sekalipun anak melakukan tindak pidana namun anak masih berhak untuk
mendapatkan perlindungan dan dijamin hak-haknya. Pemisahan ruang sidang
dan juga pemeriksaan persidangan yang secara tertutup dilakukan untuk
menjaga psikis anak untuk tetap menjamin masa depan anak. Anak yang
terbukti melakukan tindak pidana masih berhak untuk memperbaiki
kehidupannya untuk masa depan, tindakan khusus ini membantu untuk
menjaga masa depan dan keberlangsungan anak.
Di atas adalah pemberlakuan prinsip kepentingan terbaik bagi anak yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan, namun apakah artinya sebuah
prinsip hanya tertulis dan tidak diterapkan. Dalam Pengadilan putusan yang
dibuat oleh hakim akan memperlihatkan adanya prinsip kepentingan terbaik
bagi anak atau tidak.
Berikut adalah beberapa putusan pengadilan dengan kasus anak beserta
penerapan kepentingan terbaik bagi anak:
a. Berikut adalah kasus kekerasan seksual anak yang dilakukan oleh anak
dalam Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor:
5/PID.SUS.Anak/2015/ PT.PBR. Identitas terdakwa anak dalam hal ini
disamarkan. Usia terdakwa saat melakukan tindak kejahatan adalah 17
Tahun. Oleh karena itu baik terdakwa maupun korban masih dalam usia
yang dilindungi dengan Undang-undang perlindungan anak.
Kasus ini bermula pada sekitar bulan Agustus 2014 sekitar Pukul 20.00
WIB di sebuah rumah kavlingan Desa Candirejo Kecamatan Pasir
Penyu, dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain. Pasal yang didakwakan Pasal 81 Ayat (1) Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Jo Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak.
62
Pasal 81 ayat (1) Undang-undangg Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2002
“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).”57
Pertimbangan Hakim dalam memutus perkara ini adalah Pidana penjara
yang dijatuhkan Hakim Tingkat Pertama dengan alasan tidak
memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat serta dirasa kurang
memberikan efek jera bagi Terdakwa dan bagi pelaku lainnya serta
Terdakwa telah pernah dihukum dalam perkara pencurian dan
penganiayaan. Majelis hakim mepertimbangkan putusan ditingkat
pertama yaitu putusan Pengadilan Negeri Rengat tanggal 19 Maret
2015 Nomor 3/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Rgt. Dengan pertimbangan-
pertimbangan tersebut maka majelis hakim menerima permintaan
banding dari Jaksa Penuntut Umum.
Dalam perkara ini kepentingan terbaik bagi anak bukan hanya milik
anak yang menjadi korban tindak pidana, namun milik semua anak,
termasuk terdakwa dalam kasus ini. Terdakwa juga berhak atas
kepentingan terbaik bagi anak. Baik dalam proses persidangan maupun
dalam hasil putusan hakim.Terdakwa dalam kasus ini masih dalam usia
anak yaitu dibawah 18 Tahun, terdakwa masih berusia 17 Tahun. Jika
melihat rekam jejak terdakwa yang pernah melakukan tindak pidana
lain, maka seharusnya ketika hukuman yang dijatuhkan tidak hanya
hukuman pidana. Namun juga harus ada upaya untuk memperbaiki
karakter anak tersebut. Hukuman tidak akan menjamin bahwa
kehidupan anak tersebut akan berudah, jika salah bina maka kehidupan
anak tersebut justru semakin buruk. Oleh karena itu seharusnya sanksi
pidana yang diberikan seharusnya didampingi oleh pendampingan
khusus (mentoring), pelatihan khusus, pendalaman agama, pendidikan
57 Pasal 81 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 (Lembaran Negara
63
karakter, dan pendampingan lainnya yang mendukung perkembangan
anak.
b. Kasus yang kedua adalah perkara dalam putusan Pengadilan Negeri
Bandung Nomor: 28/Pid.Sus.Anak/2014/PT.Bdg. Nama terdakwa
disamarkan. Saat terdakwa melakukan tindak pidana usia terdakwa saat
itu adalah 17 Tahun. Terdakwa maupun korban masih dalam usia yang
dilindungi oleh Undang-undang perlindungan anak. Dalam perkara ini
terdakwa telah melakukan tindak pidana pencurian dengan kekerasan.
Kasus ini berawal pada hari rabu tanggal 29 Oktober 2014 terdakwa
melihat Saksi Korban (usia 14 tahun) yang masih duduk di bangku
sekolah SMP berangkat bersama dengan temannya menuju ke sekolah
dengan mengendarai sepeda motor merk Kawasaki Ninja warna merah
Tahun 2010 No.Pol.B.6096 UPB, hingga timbul niat terdakwa untuk
memiliki dan mengambil sepeda motor tersebut.
Kemudian sehari kemudian, kamis tanggal 30 Oktober 2014 sekira jam
12.30 WIB bertempat di Kab. Cianjur, terdakwa melihat Saksi Korban
pulang dari sekolah dengan mengendarai sepeda motor sendirian, lalu
terdakwa mulai beraksi dengan terlebih dahulu menghentikan sepeda
motor yang di kemudikan saksi korban, lalu terdakwa berpura-pura
meminta nomor hp milik saksi korban setelah itu terdakwa naik keatas
sepeda motor saksi korban dengan tujuan mau kebengkel, akan tetapi
sebelum sampai bengkel, terdakwa meminta agar saksi korban kembali
lagi ke tempat semula dengan alasan rokonya ketinggalan dan
sesampainya ditempat semula, terdakwa menyuruh saksi korban agar
sepeda motornya di parkir di pinggir jalan, lalu terdakwa berpura-pura
mengajak saksi korban melihat ular berkepala 2 (dua) dan tanpa curiga
saksi korban mengikuti terdakwa yang mengajaknya masuk ke dalam
sebuah kebun dengan berjalan kaki hingga sejauh kurang lebih 15
meter, namun sesampainya disebuah bak penampungan air, tiba-tiba
terdakwa dari arah belakang berusaha mencekik leher saksi korban
64
tanah, lalu terdakwa berusaha menghimpit kepala saksi korban lalu
terdakwa memukuli bagian muka saksi korban tepat mengenai bagian
hidungnya hingga mengeluarkan darah yang mengtakibatkan saksi
korban tidak sadarkan diri/pinsan setelah yakin saksi korban sudah
pinsan.
Selain melakukan tindak kekerasan terdakwa juga mengambil 1 (satu)
buah hp merk EverCross warna putih dari dalam saku celana saksi
korban dan mengambil kunci kontak berikut sepeda motor merk
Kawasaki Ninja warna merah tahun 2010 No.Pol. B.6096 UPB milik
saksi korban.
Pertimbangan hakim dalam memutus perkara ini adalah terdakwa telah
melakukan tindak pidana Pencurian Dengan kekerasan, sebagaimana
diatur dalam Pasal 365 Ayat (1) KUHP, dalam surat dakwaan tunggal.
Majelis hakim menemukan fakta bahwa tindak pidana ini terjadi karena
kurang optimalnya bimbingan dan pengawasan keluarga terhadap anak.
Masyarakat setempat dimana anak tersebut bertempat tinggal dalam
hal ini bersedia membantu melakukan bimbingan dan pengawasan
terhadap anak. Majelis hakim juga mempertimbangkan putusan
pengadilan di tingkat pertama yaitu putusan Pengadilan Negeri Cianjur
tanggal 4 Desember 2014 Nomor : 2/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Cjr.
Atas pertimbangan-pertimbangan tersebut makh Majelis hakim
memutuskan menerima permintaan banding dari Jaksa Penuntut
Umum. Majelis hakim memutuskan untuk menjatuhkan pidana kepada
terdakwa dengan pidana penjara selama 5 (lima ) bulan. Pidana tersebut
tidak perlu dijalani, kecuali dikemudian hari ada perintah lain dalam
putusan hakim, bahwa anak sebelum masa percobaan selama 9
(Sembilan) bulan berakhir, telah terbukti bersalah melakukan tindak
pidana. Selain itu terdakwa wajib mengikuti pembinaan mental
kerohanian di pondok pesantren di Al Ihya dengan alamat di Kampung
Cibadak Desa Pasir jambu , Kecamatan Tanggeung, Kabupaten Cianjur
65
Putusan Hakim dalam perkara ini menunjukan adanya prinsip
kepentingan terbaik bagi anak, sanksi pidana diberikan bukan hanya
sebagai hukuman agar anak merasa jera. Namun sanksi diberikan
kepada anak yang berhadapan dengan hukum untuk memperbaiki dan
merubah anak, dengan tujuan anak akan mempunyai kehidupan yang
lebih baik dan tidak akan mengulangi perbuatan yang sama atau
perbuatan pidana lainnya. Hakim mendapati fakta bahwa salah satu
faktor penyebab anak melakukan perbuatan pidana adalah karena
kurangnya pengawasan orangtua terhadap anak. Oleh karena itu cara
pertama untuk memperbaiki anak adalah dari keluarga, karena keluarga
adalah tempat pertama untuk anak bersosialisasi. Keluarga ula yang
seharusnya menjadi tempat pertama untuk menjamin prinsip
kepentingan terbaik bagi anak. Pengembalian anak kepada orangtua
dengan memberikan masa hukuman percobaan dimaksudkan agar anak
dapat memperoleh apa yang ia butuhkan dalam sebuah keluarga dan
orangtua diberi kesempatan untuk memperbaiki anak melalui pola asuh
dengan prinsip kepentingan terbaik bagi anak.
Selain pendampingan dari orangtua, hakim juga memberikan sarana
lain yaitu dengan pembinaan mental secara rohani, karena terdakwa
adalah seorang muslim maka pembinaan dilakukan di pondok
pesantren, yaitu di pondok pesantren di Al Ihya dengan alamat di
Kampung Cibadak Desa Pasir jambu, Kecamatan Tanggeung,
Kabupaten Cianjur selama 6 (enam) bulan.
Berbicara pengadilan maka kita tidak akan lepas dengan 2 kekuasaan
kehakiman di Indonesia, yaitu Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
Pembagian 2 kewenangan kekuasaan kehakiman ini tecantum dalam
konstitusi Negera Republik Indonesia, yaitu dalam Pasal 24 Ayat (2).
Mahkamah Konstitusi mendapatkan amanat dari Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia untuk memutuskan perkara yang berkaitan
66
sengketa kewenagan lembaga negara yang diatur oleh Undang-undang Dasar,
sengketa pilkada, dan sengketa pemilu legislatif.
Perihal perkara yang dapat diputus oleh Mahkamah Konstitusi yang
berkaitan dengan anak adalah dalam pengujian undang-undang terdadap
Undang-undang Dasar Republik Indonesia. Bisa Undang-undang secara
seluruhan maupun satu Ayat, Pasal, Bab, atau Bagian dalam sebuah
undang-undang. Berikut adalah salah satu putusan Mahkamah Konstitusi yang
berkaitan dengan anak, yaitu dalam permohonan judicial review dengan
nomor perkara 46/PUU-VIII/2010 yang dimohonkan oleh Hj. Aisyah
Mochtar alias Machica Binti H. Mochtar Ibrahim dan Muhammad Iqbal
Ramadhan bin Moerdiono. Permohonan ini dimohonkan untuk memperoleh
kembali hak-hak konstitusional pemohon. Pemohon juga merasa dirugikan
atas hak-hak konstitusionalnya. Hak-hak konstitusional dirasa dirugikan
adalah dalam Pasal 1 Ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyatakan “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu”. Oleh karena itu
pernikahan yang dilakukan oleh pemohon adalah sah. Sebagaimana
tercantum dalam amar Penetapan atas Perkara Nomor
46/Pdt.P/2008/PA.Tgrs., tanggal 18 Juni 2008. Dengan pernikahan yang sah
tersebut maka pemohon berhak atas hak konstitusionalnya yaitu yang dijamin
oleh Pasal 28B Ayat (1) dan Ayat (2) serta Pasal 28D Ayat (1)
Undang-undang Dasar Republik Indoensia, namun hak tersebut telah dirugikan. Pasal
28B Ayat (1) Undang-undang Dasar Republik Indonesia, “Setiap orang
berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.” Pemohon memiliki hak yang setara dengan warga negara Indonesia Iainnya dalam , membentuk keluarga dan melaksanakan
perkawinan tanpa dibedakan dan wajib diperlakukan sama di hadapan hukum.
Pasal 28B Ayat (2) Undang-undang Dasar Republik Indonesia, “Setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.” Oleh karena itu anak dari pemohon juga memiliki status hukum yang sama dengan anak-anak lainnya.
67
sesuai dengan norma agama yagn dianut, dalam perkara ini adalah agama
Islam. Perkawinan dilakukan secara siri mengakibatkan status hukum anak
menjadi tidak sah. Anak diluar kawin hanya memiliki hubungan perdata
dengan ibu.58Dalam Islam, perkawinan yang sah adalah berdasarkan ketentuan yang telah diatur berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, dalam hal ini,
perkawinan Pemohon adalah sah dan sesuai rukun nikah serta norma agama
sebagaimana diajarkan Islam. Perkawinan Pemohon bukanlah karena
perbuatan zina atau setidak-tidaknya dianggap sebagai bentuk perzinahan.
Begitu pula anaknya adalah anak yang sah. Pasal 28D Ayat (1) Undang-undang Dasar Republik Indonesia, “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.” Akibat dari bentuk pemaksa yang dimiliki norma hukum dalam UU Perkawinan adalah hilangnya status hukum perkawinan
Pemohon dan anaknya Pemohon. Dengan kata lain, norma hukum telah
melakukan pelanggaran terhadap norma agama.
Dalam permohonan ini Mahkamah Konstitusi memutuskan untuk
Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian. Pasal 43 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019) yang menyatakan, “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang dimaknai menghilangkan
hubungan perdata dengan laki-laki yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum ternyata
mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya.
Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian. Pasal 43 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3019) yang menyatakan, “Anak yang
68
dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya”, tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki-laki yang
dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat
bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai hubungan darah sebagai ayahnya, sehingga ayat tersebut harus dibaca, “Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga
ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut
hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya”
Setiap anak berhak atas status hukumnya tanpa diskriminasi, itulah
yang dipertimbangkan Mahkamah Konstitusi. Atas keputusan Mahkamah
Konstitusi sangat memperhatikan hak dan kepentingan terbaik bagi anak.
Dengan adanya status yang pasti dari anak, maka masa depan anak akan
terjamin. Putusan ini bukan hanya menjadi hak untuk pemohon, namun juga
untuk anak-anak lain yang memiliki permasalahan yang sama dengan
pemohon.
3. Penguasa-penguasa Pemerintah (Eksekutif)
Prinsip kepentingan terbaik bagi anak yang bisa dilakukan oleh pemerintah
adalah dengan menjamin hak-hak anak dan menjadikan kepentingan anak
sebagai pertimbangan utama dalam setiap kebijakannya. Kebijakan
pemerintah dekat dengan tindakan administrasi. Kepentingan terbaik bagi
anak dapat dilakukan pemerintah dengan memperbaiki sistem administrasi
pemerintah, dengan memberikan pelayanan yang baik maka kepentingan
terbaik bagi anak dapat terpenuhi. Misalnya dengan mempermudah
pembuatan akta kelahiran, pencatatan perkawinan, maupun pembuatan kartu
keluarga.
Dalam pengambilan kebijakan pemerintah juga harus mempertimbangkan
kepentingan terbaik bagi anak, terutama yang menyangkut anak.
Permasalahan yang menyangkut anak menjadi prioritas utama untuk
69
2013-2016 ini mengenai kekerasan anak, bahkan Presiden Jokowi membawa
permasalahan anak dalam rapat terbatas kabinet.59
4. Badan Legislatif
Badan Legislatif di Indonesia adalah DPR, ada 3 tugas DPR yaitu tugas dalam
fungsi legislasi, tugas dalam fungsi anggaran, dan tugas dalam fungsi
pengawasan. Fungsi legislasi dilakukan dengan bersama presiden menyusun
dan membentuk peraturan perundang-undangan. Undang-undang adalah
salah satu sumber hukum di Indonesia yang mengikat seluruh warga
negaranya, termasuk juga anak. Oleh karena itu dalam menyusun dan
membentuk sebuah peraturan perundang-undangan prinsip kepentingan
terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan yang utama, terutama yang
berhubungan langsung dengan anak. Kepentingan terbaik bagi anak dapat
terpenuhi dengan tetap memperhatikan hak-hak anak.
Tugas dalam fungsi anggaran baik APBN maupun APBD juga harus
mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak, baik dalam bidang
pendidikan, kesehatan, ataupun bidang lain yang berkaitan dengan anak.
Sedangkan fungsi pengawasan dilakukan DPR untuk menjamin fungsi
legislasi dan fungsi anggaran dapat berjalan dengan baik. Undang-undang
dibentuk untuk diterapkan dalam masyarakat, begitu juga APBN dan APBD
untuk itulah fungsi pengawasan diperlukan. Selain itu fungsi pengawasan
dilakukan untuk memberi evaluasi untuk pembentukan peraturan
perundang-undangan maupun pelaksanaan APBN dan APBD.
59 Dalam catatan Komnas Perlindungan Anak, selama 2010-2015 memonitor 34 perwakilan di lembaga
perlindungan anak di kota/provinsi dan di 204 kabupaten/kota, ada sekitar 21.600.000 pelanggaran terhadap anak. Sebanyak 58 persen dari angka pelanggaran itu, merupakan kategori kejahatan seksual. "Jadi mendominasi. Makanya kami sampaikan bahwa kami minta arahan bapak presiden karena situasinya sejak 2013 kami menyimpulkan Indonesia darurat seksual anak. Itu setara dengan pengaduan-pengaduan yang masuk ke Komnas Perlindungan Anak sejak tahun 2010-2015 naik presentasi dari 41 persen menjadi 62 persen kejahatan seksual," kata Aris. Aris menilai presiden sudah punya perhatian soal kejahatan pada anak ini apalagi Jokowi sudah membawanya dalam rapat terbatas kabinet.
Arie C. Meliala, Indonesia Masuk Situasi Darurat Kejahatan Seksual Anak, http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2016/02/03/359541/indonesia-masuk-situasi-darurat-kejahatan-seksual-anak,
70
D.
Permasalahan Prinsip Kepentingan Terbaik Bagi Anak dan
Penyelesaiannya
Problematika yang terjadi di Indonesia berkaitan dengan Prinsip Kepentingan
Terbaik Bagi Anak:
1. Problem Politik
a. Keseriusan Pemerintah terhadap Perlindungan Anak
Salah satu bukti keseriusan Pemerintah dalam penerapan prinsip
kepentingan terbaik bagi anak adalah menerapkan prinsip tersebut
dalam setiap kebijakan-kebijakan dan produk hukum yang dikeluarkan.
Pemerintah yang dimaksud bukan hanya pemerintah pusat namun juga
pemerintah yang ada di daerah.
Keseriusan pemerintah dapat dilihat juga dalam penganggaran untuk
perlindungan anak. Dari tahun 2015 anggaran yang diberikan untuk
perlindungan anak yang ada di bawah Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak hanya mendapat alokasi anggaran
sebesar Rp 217 miliar.60 Angka itu dianggap tidak cukup untuk membiayai Kementerian dalam menjalankan fungsinya. Salah satu
fungsi yang dimaksud adalah untuk perlindungan anak, sedangkan
dalam Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
tidak hanya membawahi perihal perlindungan anak saja namun juga
tentang pemberdayaan wanita. Terlihat dari tujuan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, ada 5 program
utama yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, yiatu:
1) Program untuk mewujudkan program dan kebijakan pemerintah
yang responsif gender,
60 Gilang Fauzi, Anggaran untuk Perlindungan Anak dari PemerintahMinim, CNN Indonesia,
71
2) Program untuk memastikan peningkatan dan pemenuhan hak-hak
perempuan,
3) Program untuk memastikan peningkatan dan pemenuhan hak-hak
anak,
4) Program untuk menjamin realisasi kebijakan pada sistem data
yang responsif gender dan sesuai dengan kepentingan anak,
5) Program untuk mewujudkan manajemen yang akuntabel61
b. Kepentingan terbaik bagi anak dalam program parpol
Pemerintahan dan dunia politik tidak akan lepas dengan perihal Partai
Politik (selanjutnya disebut Parpol). Baik eksekutif maupun legislatif,
mereka adalah produk-produk dari Parpol. Baik kebijakan maupun
produk hukum yang dihasilkan tidak akan jauh dari pemikiran Parpol
yang mengusungnya. Dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 8), yang dimaksud dengan
partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kehendak dan citacita untuk memperjuangkan dan membela
kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.62Tujuan dari parpol sendiri adalah:
1) Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945,
61 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Visi dan Misi,
http://www.kemenpppa.go.id/index.php/tentangkami/visimisidantujuan, dikunjungi pada tanggal 8 April 2016 pukul 19.46
62 Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas