• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Supplier Bahan Baku Menggunakan Integrasi Supply Chain Operations Refrence dan Analytic Hierarchy Process PT. Asia Raya Foundry

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kinerja Supplier Bahan Baku Menggunakan Integrasi Supply Chain Operations Refrence dan Analytic Hierarchy Process PT. Asia Raya Foundry"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA

SUPPLIER

BAHAN BAKU

MENGGUNAKAN INTEGRASI

SUPPLY CHAIN OPERATIONS

REFRENCE

DAN

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

DI

PT. ASIA RAYA FOUNDRY

T U G A S S A R J A N A

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

WAHYU LISTYO JATI 100403070

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih Karunia-Nya serta kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Sarjana ini. Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Teknik Industri untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Penulis melaksanakan Tugas Sarjana di PT. Asia Raya Foundry yang bergerak dalam bidang produksi spare part mesin-mesin pabrik. Tugas Sarjana ini berjudul “Analisis Kinerja Supplier Bahan Baku Menggunakan Integrasi Supply Chain Operations Refrence dan Analytic Hierarchy Process”.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis menerima secara terbuka setiap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan tulisan ini.

Medan, Juni 2015 Penulis

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, banyak pihak yang telah membantu, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku koordinator tugas akhir yang sudah memberikan pelatihan penulisan pra proposal tugas akhir dan memberikan arahan dalam pemilihan judul tugas akhir.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku koordinator bidang manajemen yang memberikan arahan terhadap judul tugas akhir ini.

4. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M. Sc selaku dosen pembimbing I yang banyak meluangkan waktu, memberikan ilmu dan saran untuk penulisan proposal tugas akhir ini.

5. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST, MT selaku dosen pembimbing II yang sudah banyak memberikan saran dan arahan terkait judul dan isi proposal tugas akhir.

(8)

7. Adik penulis yaitu Fajar Dwi Wahyunanto yang memberikan semangat dan dukungan.

8. Seluruh keluarga besar di Binjai dan Klaten yang memberikan semangat dan doa-doanya untuk kelancaran pengerjaan tugas akhir ini.

9. Manajer projek PT Asia Raya Foundry Bapak Wahyudi yang sudah banyak meluangkan waktu di pabrik untuk mengumpulkan data.

10.Seluruh manajer dan kepala bagian yang berhubungan dengan supplier atas bantuannya memberikan jawaban pada kuesioner.

11.Rekan-rekan satu kelompok tugas akhir di PT. Asia Raya Foundry, Liyana Fadillah, Syahreza Aulia, dan Ahmad Sofyan yang saling menguatkan dan mendoakan.

12.Sahabat-sahabat kelas B TITEN, Kharis Fadillah, M. Zain Fachriensyah, Rois Rowa Sujana, Nadhira Indah P. Hrp, yang selalu menguatkan dan menyemangati penulis.

13.Seluruh Prosmaners 2010 khususnya Danu Jaya Saputro, Fajar Prayogi, Nadia Amalia Pilli dan khususnya Rini Paskah Barus yang sudah membantu mengurus izin masuk ke Pabrik penelitian. Terima kasih juga kepada adik-adik Prosmaners 2011 untuk semangat dan motivasinya.

(9)

15.Seluruh staf dan karyawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara khususnya Bang Ridho, Kak Aniaty, Bang Mijo dan Bang Nurmansyah yang banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.

16.Untuk adinda Irma Azwanty terima kasih sudah menguatkan, menghibur keluarga kami dan memberikan dukungan. Sahabatku dari SMA Mas Sofyan, Mbak Ratih Khairunnisa, Bang Rifki, Mas Yoki Aditio, M. Suwandi, dan Kak Ilmi Fadillah Rizki yang banyak mendukung dan memberikan nasihat-nasihatnya agar tegar dan kuat menjalani semua ini. Semoga kalian sukses! 17.Direktur LPP Bpk. Gunawan Ciptadi yang sudah memberikan dukungan

moriil terhadap keluarga kami, memberikan bantuannya dan doa untuk kami sekeluarga.

18.Kepala LPP Kampus Medan, Bpk. Bambang Edi Saputro, sahabat Alm Papa yaitu Bpk. W. Simbolon, rekan dekat Alm Papa Bpk Aries Sukariawan, Bpk Habib Prayitno, Bpk Heri Purwanto, Bpk Sulaiman dan Bpk Andre Sinuhaji yang sudah memotivasi pengerjaan tugas akhir ini.

19.Seluruh rekan-rekan Alm. Papa di STIPAP-LPP Medan yang terus menerus memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

20.Remaja masjid Imtaq LPP Kampus Medan khususnya Bang Akhyar dan Seluruh BKM masjid yang selalu memotivasi sejak papa berpulang ke rahmatullah.

(10)

22.Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Medan, Juli 2015 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

ABSTRAK ... xxii

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... II-1

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 2.7.4. Utilitas ... II-41 2.7.5. Safety and Fire Protection ... II-42 2.8. Waste Treatment ... II-44 2.9. Perbaikan/Maintenance ... II-44

(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 4.3. Objek Penelitian ... IV-2 4.4. Variabel Penelitian... IV-2 4.5. Kerangka Berfikir ... IV-3 4.6. Rancangan Penelitian ... IV-3 4.7. Pengumpulan Data ... IV-6 4.7.1. Sumber Data ... IV-6 4.7.2. Metode Pengumpulan Data ... IV-6 4.7.3. Populasi dan Sampel ... IV-7 4.8. Pengolahan Data ... IV-7 4.9. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-8 4.10. Kesimpulan dan Saran ... IV-8

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1 Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1 Pengumpulan Data Analytical Hierarchy Process dan SCOR ... V-1 5.1.2 Pembuatan Kuesioner ... V-5 5.2. Pengolahan Data ... V-6

(15)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 5.2.1.1.Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk

Setiap Kriteria ... V-9 5.2.2. Matriks Perbandingan Berpasangan

(Pairwise Comparison) Level Supplier ... V-11 5.2.2.1 Perhitungan Rata - Rata Pembobotan

Alternatif Perusahaan Supplier... V-17 5.3. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks ... V-20

5.3.1. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks untuk Masing - Masing Elemen Level Kriteria SCOR ... V-22 5.3.2. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi

Matriks untuk Alternatif Supplier dengan Kriteria SCOR ... V-26 5.3.2.1.Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi

Matriks untuk Alternatif Supplier pada Kriteria Tepat Waktu (K1) ... V-26 5.3.2.2.Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi

Matriks untuk Alternatif Supplier

(16)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 5.3.2.3.Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi

Matriks untuk Alternatif Supplier pada Kriteria Tepat Kualitas (K3) ... V-32 5.3.2.4.Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi

Matriks untuk Alternatif Supplier Pada Kriteria Konfirmasi Ketersediaan Pesanan (K4) ... V-34 5.3.2.5.Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi

Matriks untuk Alternatif Supplier pada Kriteria Kecepatan Memproses Pesanan (K5) ... V-37 5.3.2.6.Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi

Matriks untuk Alternatif Supplier

pada Kriteria Fleksibilitas Pemesanan (K6) ... V-40 5.3.2.7.Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi

Matriks untuk Alternatif Supplier pada Kriteria Kemampuan Beradaptasi dengan Kondisi Pasar (K7) ... V-43 5.3.3. Penentuan Bobot Prioritas... V-48

5.3.3.1.Perhitungan Bobot Level Alternatif

(17)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN 5.3.3.2.Perhitungan Bobot Level Kriteria SCOR ... V-48 5.3.3.3.Perhitungan Total Bobot Kinerja Supplier ... V-49 5.3.4. Perhitungan Kinerja Supplier dengan Metrik SCOR .... V-50 5.3.4.1.Pengukuran Atribut Kinerja Keandalan ... V-50 VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1 6.1 Analisis Hierarki ... VI-1 6.2 Analisis AHP dan SCOR... VI-2

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-2

(18)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN 1.1. Data Kegagalan Waktu dan Jumlah Pengiriman dari Setiap

Pemasok (Supplier) Pada Bulan Januari 2015 ... I-2 1.2. Jumlah Bahan Baku yang Dikembalikan Periode Januari

2015 ... I-3 2.1. Jumlah Tenaga Kerja PT. Asia Raya Foundry ... II-21 2.2. Presentase Material Penyusun Produk PT. Asia Raya Foundry ... II-25 2.3. Jenis-Jenis Bahan Tambahan ... II-27 2.4. Jenis-Jenis Bahan Penolong ... II-28 2.5. Jenis-Jenis Mesin Produksi PT. Asia Raya Foundry ... II-39 2.6. Jenis-Jenis Peralatan Produksi PT. Asia Raya Foundry... II-41 2.7. Jenis-Jenis Sarana Pendukung PT. Asia Raya Foundry ... II-41 3.1. Dasar Perbandingan Kriteria ... III-11 3.2. Matrik Pairwaise Comparison ... III-12 3.3. Nilai Index Random (RI) ... III-14 5.1. Pengelompokan Responden ... V-1 5.2. Data Jumlah Pesanan Produk Part dan Kebutuhan Bahan Baku .... V-2 5.3. Perbandingan antara Jumlah Supply Bahan dengan Kebutuhan

Pabrik... V-3 5.4. Total Supply, Jumlah Supply dan Jumlah Pengembalian Bahan

(19)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN 5.6. Rata-rata Pembobotan Untuk Setiap Elemen (Kriteria) ... V-10 5.7. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Pemasok Untuk

Kriteria Tepat Waktu ... V-11 5.8. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Pemasok Untuk

Kriteria Tepat Jumlah ... V-12 5.9. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Pemasok Untuk

Kriteria Tepat Kualitas ... V-13 5.10. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Pemasok Untuk

Kriteria Kecepatan Konfirmasi Ketersediaan Pesanan ... V-14 5.11. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Pemasok Untuk

Kriteria Kecepatan Memproses Pesanan ... V-15 5.12. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Pemasok Untuk

Kriteria Fleksibilitas Pemesanan ... V-16 5.13. Matriks Perbandingan Berpasangan Alternatif Pemasok Untuk

Kriteria Kemampuan Beradaptasi dengan Kondisi Pasar ... V-17 5.14. Rekapitulasi Perhitungan Rata-Rata Pembobotan Alternatif

Masing-masing Kriteria SCOR pada Setiap Supplier ... V-19 5.15. Rekapitulasi Penjumlahan Rata - Rata Pembobotan Untuk

(20)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN 5.16. Rekapitulasi Matriks Normalisasi dan Bobot Setiap Baris

Elemen Kriteria SCOR ... V-23 5.17. Rekapitulasi Penjumlahan Rata-Rata Pembobotan Alternatif

Supplier pada Kriteria Tepat Waktu (K1) ... V-27 5.18. Matriks Normalisasi dan Bobot untuk Alternatif Supplier

Pada Kriteria Tepat Waktu (K1) ... V-27 5.19. Rekapitulasi Penjumlahan Rata-Rata Pembobotan Alternatif

Supplier pada Kriteria Tepat Jumlah (K2) ... V-29 5.20. Matriks Normalisasi dan Bobot untuk Alternatif Supplier

Pada Kriteria Tepat Jumlah (K2) ... V-30 5.21. Rekapitulasi Penjumlahan Rata-Rata Pembobotan Alternatif

Supplier pada Kriteria Tepat Kualitas (K3) ... V-32 5.22. Matriks Normalisasi dan Bobot untuk Alternatif Supplier

Pada Kriteria Tepat Kualitas (K3) ... V-33 5.23. Rekapitulasi Penjumlahan Rata-Rata Pembobotan Alternatif

Supplier pada Kriteria Kecepatan Konfirmasi Ketersediaan

Pesanan (K4) ... V-35 5.24. Matriks Normalisasi dan Bobot untuk Alternatif Supplier

Pada Kriteria Kecepatan Konfirmasi Ketersediaan

(21)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN 5.25. Rekapitulasi Penjumlahan Rata-Rata Pembobotan Alternatif

Supplier pada Kriteria Kecepatan Memproses Pesanan

(K5) ... V-38 5.26. Matriks Normalisasi dan Bobot untuk Alternatif Supplier Pada

Kriteria Kecepatan Memproses Pesanan (K5) ... V-38 5.27. Rekapitulasi Penjumlahan Rata -Rata Pembobotan Alternatif

Supplier pada Kriteria Fleksibilitas Pemesanan (K6) ... V-41 5.28. Matriks Normalisasi dan Bobot untuk Alternatif Supplier Pada

Kriteria Fleksibilitas Pemesanan (K6) ... V-41 5.29. Rekapitulasi Penjumlahan Rata -Rata Pembobotan Alternatif

Supplier pada Kriteria Kemampuan Beradaptasi Dengan Kondisi Pasar (K7)... V-43 5.30. Matriks Normalisasi dan Bobot untuk Alternatif Supplier Pada

Kriteria Kemampuan Beradaptasi Dengan Kondisi Pasar (K7) ... V-44 5.31. Rasio Konsistensi Alternatif Supplier ... V-46 5.32 Rekapitulasi Bobot Parsial ... V-47 5.33. Bobot Prioritas Level Alternatif Supplier ... V-48 5.34. Bobot Prioritas Level Kriteria SCOR ... V-49 5.35. Rekapitulasi Perfect Order Pulfillment Supplier untuk Periode

(22)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1 Kuesioner AHP ... L-1 2 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Perbandingan

Berpasangan Kriteria ... L-2 3 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Perbandingan

(24)

ABSTRAK

Persaingan bisnis yang semakin cepat menuntut PT. Asia Raya Foundry sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur pengecoran logam untuk produksi spare part mesin pabrik perkebunan dan alat berat harus memperhatikan keinginan konsumen terhadap produk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat keluhan dari pabrik terhadap pasokan bahan baku langsung yang diperoleh dari supplier sehingga menyebabkan adanya keterlambatan dalam penyelesaian produk. Gangguan yang disebabkan oleh

supplier adalah pemasok belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku dalam hal tepat waktu, tepat jumlah dan tepat kualitas. Perusahaan juga secara ilmiah belum melakukan pengukuran kinerja supplier bahan baku langsung. Penelitian bertujuan untuk memperoleh penilaian terhadap supplier bahan baku yang kinerjanya sangat tidak memadai sehingga menyebabkan terganggunya kontinuitas supply bahan baku menggunakan metrik SCOR dan AHP. Metrik SCOR digunakan sebagai atribut dalam AHP untuk melihat persepsi perusahaan terhadap kriteria prioritas yang harus dimiliki supplier. Penerapan kriteria prioritas AHP kemudian dilakukan menggunakan rumus metrik SCOR untuk melihat perusahaan mana yang berkinerja paling baik.

Hasil yang diperoleh adalah kriteria Keandalan menjadi kriteria prioritas yang diperhatikan perusahaan sebesar 0,42. Metrik SCOR yang digunakan pada kriteria Keandalan adalah POF (Perfect Order Fulfillment) dengan hasil S1 dan S3 memiliki persentasi sebesar 89% sehingga S1 dan S3 dapat dipertahankan sebagai supplier tetap kedepannya.

(25)

ABSTRAK

Persaingan bisnis yang semakin cepat menuntut PT. Asia Raya Foundry sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur pengecoran logam untuk produksi spare part mesin pabrik perkebunan dan alat berat harus memperhatikan keinginan konsumen terhadap produk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat keluhan dari pabrik terhadap pasokan bahan baku langsung yang diperoleh dari supplier sehingga menyebabkan adanya keterlambatan dalam penyelesaian produk. Gangguan yang disebabkan oleh

supplier adalah pemasok belum mampu memenuhi kebutuhan bahan baku dalam hal tepat waktu, tepat jumlah dan tepat kualitas. Perusahaan juga secara ilmiah belum melakukan pengukuran kinerja supplier bahan baku langsung. Penelitian bertujuan untuk memperoleh penilaian terhadap supplier bahan baku yang kinerjanya sangat tidak memadai sehingga menyebabkan terganggunya kontinuitas supply bahan baku menggunakan metrik SCOR dan AHP. Metrik SCOR digunakan sebagai atribut dalam AHP untuk melihat persepsi perusahaan terhadap kriteria prioritas yang harus dimiliki supplier. Penerapan kriteria prioritas AHP kemudian dilakukan menggunakan rumus metrik SCOR untuk melihat perusahaan mana yang berkinerja paling baik.

Hasil yang diperoleh adalah kriteria Keandalan menjadi kriteria prioritas yang diperhatikan perusahaan sebesar 0,42. Metrik SCOR yang digunakan pada kriteria Keandalan adalah POF (Perfect Order Fulfillment) dengan hasil S1 dan S3 memiliki persentasi sebesar 89% sehingga S1 dan S3 dapat dipertahankan sebagai supplier tetap kedepannya.

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) pada sebuah pabrik produksi merupakan suatu terobosan rangkaian proses dan aliran produk yang saling terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku. Pada suatu

supply chain ada 3 macam aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun sebaliknya (Nyoman Pujawan, 2005). Kinerja dari supplier sangat menentukan apakah proses produksi dapat berjalan dengan baik dan efisien.

(27)

(S2), dan CV. Iswadi (S3). Dari hasil pengamatan awal terlihat adanya indikasi terjadinya kendala pada supply bahan baku langsung dari supplier seperti diuraikan pada Tabel 1.1.

(28)

perusahaan meminta bahan sebanyak 125.000 Kg namun dipenuhi hanya 122.387 Kg.

Tabel 1.2. Jumlah Bahan Baku yang Dikembalikan Periode Januari 2015 Minggu Ke- Bahan Baku Diterima

Masuk

Bahan Baku Dikembalikan Kriteria Pengembalian

I 122.387 Kg - -

II 111.176 Kg S1 = 4.500 Kg Berkarat > 75%

III 64.319 Kg S1 = 1.800 Kg Berkarat >70%

IV 20.701 Kg S1 = 3.451 Kg Tumpukan pasir yang mengeras

Sumber: PT. Asia Raya Foundry

Selama ini proses pengadaan bahan baku langsung tersebut dilakukan oleh tiga supplier yang bekerjasama dengan PT. Asia Raya Foundry secara kontinu dengan harga beli bahan baku Rp 3.800/kg. Perusahaan didalam melakukan produksi perlu mendapatkan pasokan bahan baku langsung yang lancar sehingga kinerja para pemasok perlu dinilai. Keberlanjutan kerjasama berikutnya sangat tergantung dengan penilaian kinerja supplier selama ini, hanya saja sistem penilaian yang dilakukan oleh pihak pabrik masih secara subjektif dan dalam bentuk kualitatif saja sehingga manajemen perusahaan tidak dapat menentukan

supplier yang benar-benar memiliki kinerja terbaik dan dapat dipertahankan sebagai rekanan yang mendukung proses produksi di pabrik. Hal ini harus dianalisis menggunakan penelitian ilmiah sehingga perusahaan mengetahui secara kuantitaif bagaimana kinerja supplier perusahaan.

(29)

Metode ini digunakan dengan melihat 3 proses inti kinerja eksternal supply chain. Kinerja supplier bahan baku utama kemudian akan dinilai bobotnya menggunakan

Analytical Hierarchy Process. Penilaian ini tidak hanya dilakukan terhadap satu faktor saja namun dilakukan penilaian lain yang mendukung untuk melakukan evaluasi pemasok berdasarkan teori Supply Chain Management.

Penelitian mengenai SCOR dan AHP pernah dilakukan dalam beberapa jurnal ilmiah. Yandra (2014) melakukan penelitian tentang Pendekatan Kinerja menggunakan Supply Chain Operation Refrencess (SCOR) dan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (AHP). Pada penelitian dibahas tentang penilaian supplier

pada salah satu Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) yang berada di Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur performa yang dilakukan dengan pendekatan supply chain operation refrencess (SCOR) dengan fuzzy analytichal hierarchy process (AHP). Kesimpulan yang diperoleh dari perhitungan fuzzy AHP bahwa perusahaan harus segera memprioritaskan pengelolaan aset khususnya persediaan untuk segera diperbaiki. Fokus perbaikan pada kemampuan perusaaan untuk menjual produknya secara efektif. Selanjutnya Yuni (2013) melakukan penelitian yang berjudul Perancangan Sistem Penilaian dan Seleksi Supplier dengan Menggunakan Metode AHP dan Traffic Light System

(30)

terbaik dari tiga Supplier perusahaan berhasil diraih oleh PT X dengan skor 91%. Sedangkan PT Y meraih skor 79% dan PT Z meraih skor 65%.

Hasil dari kedua penelitian ini menjadi alasan bahwa permasalahan yang dihadapi perusahaan dapat diselesaikan dengan menggunakan metode yang sama.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang menjadi bahasan utama dalam penelitian ini adalah perusahaan secara ilmiah belum melakukan pengukuran kinerja para supplier

dalam memasok bahan baku langsung. Masalah yang biasanya terjadi pada

supplier adalah tidak tepatnya waktu pengiriman bahan baku langsung, jumlah bahan baku langsung yang dikirim jumlahnya tidak sesuai yang diminta dan kualitas bahan baku tidak sesuai dengan yang ditetapkan perusahaan sehingga menyebabkan bahan baku yang sudah dikirim dikembalikan ke supplier. Diantara masalah tersebut akan diteliti faktor mana yang paling dominan menyebabkan terganggunya kinerja supplier sehingga hasil penelitian dapat menunjukkan alternatif supplier yang berkinerja unggul.

1.3. Tujuan dan Manfaat

(31)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Asia Raya Foundry merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri pengecoran logam dengan memproduksi berbagai spare part

industri perkebunan dan alat berat diantaranya Bearing Housing, Bushing/bronze, Hanger bearing, Coupling, Roda Lorry, Transfer Carriage, Sprocket, Worm

Screw, Roda gigi, Pisau cutte, Coupling, Stand mangle, Pisau Breaker, Bowl Liner, Impact, Jaw plate, Paddle, Toggle Seat/Block, Liner, Mantle Cone, Jig

Plate dan sebagainya.

Perusahaan ini memperoleh surat izin usaha industri: IZ.531/IK-UIALK/73/V/2003. Pada perusahaan tesebut, terdapat 2 (dua) bagian proses produksi, yaitu proses produksi untuk pembuatan spare part industri dan pembuatan besi batangan/billet. Perusahaan ini juga ingin mengembangkan produksinya dalam bidang pembuatan besi beton (masih dalam tahap pembangunan). Meski memiliki proses produksi yang berbeda, namun dalam operasionalnya, perusahaan ini merupakan satu kesatuan dalam PT. Asia Raya Foundry.

(32)

quarry, cement mill, steel mill, pipe fittings, pulp dan kertas, alat-alat berat, serta industri-industri lainnya. Selain membuat spare part mesin industri, perusahaan tersebut juga dapat membuat/merancang mesin-mesin yang digunakan di berbagai industri, misalnya pembuatan mesin mangle, mesin hammer mill, mesin roll plat, mesin sand dryer, dan juga berbagai bentuk produk fabrikasi lainnya. Dalam hal manajemen, perusahaan ini telah mendapat sertifikat ISO 9001-2008 dari KAN (Komite Akreditasi Nasional) dalam bidang Quality Assurancce

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Asia Raya Foundry menggunakan besi-besi tua sebagai bahan baku utama dalam melakukan proses produksinya. Selain itu juga diperlukan berbagai jenis bahan tambahan seperti bahan-bahan kimia lainnya yang berfungsi untuk mendukung sifat produk yang diinginkan agar menjadi sparepart mesin yang digunakan untuk berbagai industri.

PT. Asia Raya Foundry dapat membuat berbagai jenis produk berdasarkan jenis industrinya diantaranya adalah:

1. Industri crumb rubber (industri pengolah getah karet), contohnya adalah

bearing block, bearing housing, gear, couping, cutter knife, shredder knife,

beaker knife, sprocket, stand, safety block, dan lain-lainnya. Selain membuat sparepart Crumb rubber, perusahaan ini juga bisa membuat mesin mangle, mesin hammer mill, conveyor dan berbagai jenis mesin industri crumb rubber

(33)

2. Industri palm oil (industri pengolah kelapa sawit), contohnya adalah roda

lorry, press cage, screw press, coupling, hangger bearing, , sprocket, bushing,

dan berbagai jenis sparepart palm oil lainnya. Selain pembuatan sparepart palm oil, perusahaan ini juga membuat mesin screw press, hydrociclone, unit

lorry, ripple mill dan lain-lainnya.

3. Industri heavy duty equipment (industri alat-alat berat), contohnya

intermediate roll, bosch coupling roll, rantai excavator, sprocker, dan lain-lain.

4. Industri quarry (pabrik batu) dan semen, contohnya adalah jaw crusher, cone cave, mantle cone , bow liner, hammer crusher, paddle arm, paddle tip, toggle block, toggle seat, dan lain-lainnya.

Pelaksanaan proses pada PT. Asia Raya Foundry berdasarkan pesanan dari konsumen (job order). Sebelum dilakukan pembuatan produk terlebih dahulu dilakukan penggambaran produk dalam bentuk gambar teknik. Gambar teknik dibuat oleh bagian drawing. Gambar yang digambar harus sesuai dengan bentuk dan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen. Biasanya konsumen memberikan gambar teknik produk, tetapi hanya memberikan dimensi yang umum. Apabila konsumen tidak memiliki gambar teknik, konsumen biasanya memberikan contoh produk, kemudian bagian drawing menggambar produk tersebut.

2.3. Sistem Pemasaran

(34)

perusahaan dengan pihak pelanggan. Daerah pemasaran yang dilayani hanya untuk industri lokal dalam jangka pendek, tetapi untuk jangka panjang, maka daerah pemasaran dari perusahaan ini akan dicoba untuk memasuki industri nasional dan industri luar negri.

PT. Asia Raya Foundry sangat memperhatikan tingkat kepuasan dari para konsumennya, dan untuk menjaga hal tersebut, maka ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu: price, quality, dan delivery time.

Bagian marketing akan mengunjungi pelanggan apabila ada dijumpai masalah dan keluhan pada produk-produk yang telah dikirimkan kepada para pelanggan, untuk memastikan apa masalah yang telah terjadi, kemudian setelah mengkomunikasikan masalah tersebut pada commercial manager dan production manager, solusi terhadap masalah tersebut akan segera disampaikan kepada para pelanggan.

(35)

2.4. Organisasi dan Manajemen 2.4.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu, struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan dari orang-orang atau unit organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang tertentu. sedangkan struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan dari orang-orang atau unit-unit organisasi yang masing-masing memiliki tugas, tanggung jawab dan wewenang tertentu. Dalam suatu struktur organisasi harus menunjukkan satuan-satuan organisasi dan garis wewenang sehingga terlihat jelas batasan-batasan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi.

PT. Asia Raya Foundry menggunakan struktur organisasi yang berbentuk campuran lini dan fungsional. Struktur organisasi bentuk lini dapat dilihat dengan adanya pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi kepada unit-unit organisasi yang berada di bawahnya dalam bidang pekerjaan tertentu secara langsung, serta pemberian wewenang dan tanggung jawab yang bergerak vertikal ke bawah dengan pendelegasian yang tegas melalui jenjang hirarki yang ada. Struktur organisasi fungsional dapat dilihat dengan adanya pemisahan/pembagian tugas, pendelegasian wewenang serta pembatasan tanggung jawab yang tegas pada setiap bidang yaitu produksi, pemasaran

(36)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Supply Chain Management1

Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan–perusahaan tersebut biasanya termasuk

supplier, pabrik, distributor, toko dan ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Pada suatu supply chain biasanya ada 3 aliran yang harus dikelola. Pertama adalah aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Kedua adalah aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu. Yang ketiga adalah aliran informasi yang bisa terjadi dari hilir ke hulu ataupun sebaliknya.

Istilah Supply Chain Management pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982 yakni: Supply Chain Management adalah sistematik, koordinasi strategi dari fungsi bisnis tradisional dengan perusahaan kecil dan lintas bisnis dengan rantai pasok dengan maksud untuk memperbaiki kinerja jangka panjang dari perusahaan itu sendiri dan perusahaan rantai pemasok sebagai keseluruhan.

1

(37)

3.2. Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model 3.2.1. Sekilas Mengenai SCOR Model

Supply Chain Operation Reference (SCOR) Model merupakan suatu model konseptual yang dikembangkan oleh Supply Chain Council (SCC), sebuah organisasi non-profit independent, sebagai standar antar industri (cross industry). Tujuan dari standarisasi yang dilakukan SCC adalah untuk memudahkan pemahaman rantai pasok sebagai suatu langkah awal dalam rangka memperoleh suatu manajemen rantai pasok yang efektif dan efisien dalam menopang strategi perusahaan (www.supply-chain.org, 2006).

Organisasi yang terbentuk pada tahun 1996 oleh Pittligio, Rabin, Todd dan McGrath (PRTM) dan lembaga riset AMR di Amerika ini, beranggotakan 69 orang sukarelawan yang terdiri dari para praktisi dunia industri dan para peneliti. SCOR Model mempunyai kerangka yang menggabungkan antara proses bisnis rantai pasok, pengukuran kinerja berdasarkan best practice ke dalam suatu struktur yang terintegrasi sehingga proses komunikasi antar pelaku rantai pasok dan aktivitas manajemen rantai pasok dapat berjalan secara optimal (www.supplychain.org, 2006).

SCOR pada dasarnya juga merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini mengitegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen yaitu:

(38)

2. Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja best in class yang diperoleh.

3. Process measurement berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan memperbaiki proses-proses supply chain,

SCOR membagi proses-proses supply chain menjadi 5 proses inti seperti yang diuraikan dibawah ini:

1. Plan yaitu proses menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman.

2. Source yaitu proses pengadaan barang atau jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, dan mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier dan sebagainya.

3. Make yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan.

4. Deliver yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang atau jasa. Biasanya meliputi order manajemen, transportasi, dan distribusi. 5. Return yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena

(39)

SCOR memiliki tiga hirarki proses. Tiga hirarki tersebut menunjukkan bahwa SCOR melakukan dekomposisi proses dari yang umum ke detail seperti hal nya model Chan dan Li. Tiga level tersebut adalah:

1. Level 1 adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari lima proses diatas.

2. Level 2 dikatakan sebagai konfigurasi level dimana supply chain perusahaan bisa dikonfigurasi sekitar 30 proses inti.

3. Level 3 dinamakan process element level, mengandung definisi elemen proses, input, output, metrik dan masing-masing elemen proses serta refrensi (benchmark dan best practice).

3.3. Pengukuran Kinerja

Evaluasi kinerja dilakukan dengan menilai parameter-parameter kinerja, seperti manajemen aset, profitabilitas, tingkat pelayanan, dan waktu pengiriman. Model SCOR adalah salah satu indikator standar untuk membantu perusahaan membangun kinerja rantai pasok yang ada saat ini akan dievaluasi dan dibandingkan dengan perusahaan lain di industri yang sama. Bagian kinerja SCOR terdiri dari dua tipe elemen: atribut kinerja dan metrik.

3.3.1. Atribut Kinerja2

(40)

untuk menentukan arah strategi. Metrik mengukur kemampuan dalam mencapai arah-arah strategi tersebut. Lima atribut kinerja dalam SCOR adalah:

1. Keandalan (Reliability)

Keandalan (reliability) adalah atribut yang berfokus pada konsumen. Suatu rantai suplai sebaiknya bersifat konsumen-sentris, dan perusahaan di dalam rantai perlu memenuhi kebutuhan konsumen. Keandalan menyatakan kemampuan menjalankan tugas-tugas yang diharapkan. Keandalan berfokus kepada kemampuan memprediksi hasil dari sebuah proses. Metrik keandalan mencakup: tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitas. Sedangkan indikator kinerja utama (metrik level 1) adalah Perfect Order Fullfilment (pemenuhan pesanan sempurna). POF adalah presentase pesanan yang memenuhi kinerja pengiriman dengan dokumentasi yang utuh dan akurat dan tanpa kerusakan pengiriman. Rumus untuk melakukan perhitungan terhadap POF adalah:

[Jumlah Pesanan yang Sempurna] x 100% [Jumlah Pesanan Total] 2. Kecepatan dalam merespon (Responsiveness)

Atribut Responsiveness, atau kecepatan dalam merespon menyatakan seberapa cepat suatu tugas dijalankan. Hal ini menunjukkan kecepatan yang konsisten dalam menjalankan bisnis. Metrik pengukuran dalam

responsiveness adalah OFCT (Order Fulfillment Cycle Time). Perhitungan OFCT dapat dilakukan dengan rumus:

(41)

3. Ketangkasan (Agility)

Ketangkasan menyatakan kemampuan merespon perubahan eksternal. Pengaruh eksternal mencakup peningkatan atau penurunan permintaan yang tidak terduga, penyuplai atau rekanan yang berhenti beroperasi, bencana alam, tindak terorisme, atau masalah-masalah tenaga kerja. Untuk mengukur

agility menggunakan upside sc flexibility didefinisikan sebagai jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai peningkatan tak terencana secara berkelanjutan sebanyak 20%. Perhitungan berdasarkan waktu terlama yang dibutuhkan untuk mencapai peningkatan tak terencana yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan komponen source, make dan deliver.

4. Biaya (Cost)

Biaya adalah atribut yang fokusnya internal. Atribut biaya menyatakan biaya yang digunakan menjalankan proses. Biaya pada umumnya mencakup biaya tenaga kerja, bahan baku, transportasi. Salah satu perhitungannya menggunakan total cost to serve: Biaya Perencanaan + Biaya Pengadaan + Biaya Bahan Baku + Biaya Produksi + Biaya Manajemen Pesanan + Biaya Pemenuhan/Pengiriman + Biaya Pengembalian + Cost of Good Sold.

5. Manajemen Aset (Asset Management)

(42)

3.4. AHP (Anlytical Hierarchy Process)3

Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logika eksplisit ada tiga prinsip: prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tentinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.

Manfaat dari penggunaan Analytical Hierarchy Process (AHP) antara lain yaitu:

1. Memadukan intuisi pemikiran, perasaan dan penginderaan dalam menganalisis pengambilan keputusan.

2. Memperhitungkan konsistensi dari penilaian yang telah dilakukan dalam membandingkan faktor-faktor yang ada.

3. Memudahkan pengukuran dalam elemen. 4. Memungkinkan perencanaan ke depan.

Tahapan—tahapan pengambilan keputusan dalam metode AHP pada dasarnya adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternaif-alternatif pilihan yang ingin di ranking. 3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing—masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan

3

(43)

berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam

matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.

7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis pilihan dalam penentuan prioritas elemen—elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

(44)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Asia Raya Foundry yang bergerak dalam bidang produksi spare part mesin-mesin pabrik kelapa sawit maupun alat berat. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Sei Belumai no 118, Dusun I, Desa Dagang Gelambir, Tanjung Morawa Km 16, Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 - Juli 2015.

4.2. Jenis Penelitian4

Jenis penelitian ini adalah penelitian deksriptif dimana penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Tujuan dari penelitian descriptive adalah untuk mendapatkan profil atau aspek-aspek yang relevan dari fenomena yang menarik dari suatu organisasi atau kelompok tertentu. Penelitian deskriptif ini dilakukan dengan survei terhadap beberapa responden. Dalam penelitian ini survei dilakukan terhadap 10 responden mengenai kinerja supplier yang bekerja sama dengan perusahaan.

(45)

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah kinerja supplier yang terdiri dari 3 supplier yang selama ini menjadi rekanan pabrik. Untuk melihat kinerja supplier dilakukan survei terhadap responden yang memahami kinerja supplier untuk kebutuhan data penelitian. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Manajer Pembelian, Manajer Proyek, Manajer Pengendalian Kualitas, Kepala Bagian Gudang, Kepala Bagian Proyek, Kepala Bagian Pencetakan, Kepala Bagian Peleburan, Kepala Bagian PPC, dan Bagian Timbangan.

4.4. Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen adalah atribut kinerja rantai pasok menurut SCOR: a. Supply chain reliability

Atribut yang berfokus pada konsumen yang menyatakan kemampuan menjalankan tugas-tugas yang diharapkan.

b. Supply chain responsiveness

Kecepatan dalam merespon, menyatakan seberapa cepat suatu tugas dijalankan.

c. Supply chain agility

Kemampuan untuk memproses perubahan pasar.

(46)

4.5. Kerangka Berfikir

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang diawali dengan melakukan identifikasi masalah hingga menghasilkan kesimpulan. Tahapan-tahapan tersebut meliputi:

1. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan saat penelitian berlangsung sehingga dapat mengangkat permasalahan secara jelas dan terarah.

2. Studi literatur

(47)

3. Perumusan masalah

Perumusan masalah menjabarkan kembali inti dari permasalahan yang teridentifikasi kemudian menuangkannya ke dalam satu lingkup permasalahan yang spesifik.

4. Perumusan tujuan penelitian

Penentuan tujuan penelitian sebagai acuan untuk mengarahkan dan menentukan hasil akhir penelitian.

5. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif, baik yang berupa data primer maupun data sekunder.

(48)

Studi Lapangan

Evaluasi kinerja supplier bahan baku PT. Asia Raya Foundry evaluasi kerjasama dengan PT. Asia Raya Foundry dengan menggunakan SCOR dan AHP

Identifikasi Masalah

Kinerja pemasok besi scrap pada PT. Asia Raya Foundry kurang memuaskan perusahaan

Data Primer

Data Hasil Kuesioner

Data Sekunder

(49)

4.7. Pengumpulan Data 4.7.1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua adalah sebagai berikut:

1. Data Primer berupa data yang diperoleh secara langsung menggunakan instrument (alat pengumupulan data). Data primer pada penelitian ini terdiri dari kuesioner yang menunjukkan alternatif kriteria SCOR serta supplier yang akan dibandingkan.

2. Data Sekunder berupa data yang diperoleh dengan mengambil dari dokumen perusahaan. Data sekunder pada penelitian ini terdiri dari: data jumlah pesanan produk part, data kebutuhan bahan baku sesuai pesanan produk, data total

supply dan jumlah pengembalian bahan baku.

4.7.2. Metode Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Teknik observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan pada perusahaan secara langsung untuk mengetahui proses bisnis yang dijalankan oleh perusahaan dan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan terkait dengan penelitian.

2. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara pada pihak-pihak terkait di perusahaan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

(50)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Pengumpulan Data Analytical Hierarchy Process dan SCOR

Pada pengumpulan data terdapat dua jenis data yang akan digunakan sebagai evaluasi pemasok, yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan dan pnelitian secara langsung dengan menggunakan proses pengukuran dibantu dengan suatu instrument. Data primer yang digunakan adalah menggunakan kuesioner yang disebar kepada Kepala Bagian Gudang, Kepala Bagian Project, Kabag Furnance, Supervisor Gudang, Supervisor Project, dan Bagian Timbangan. Pengelompokkan responden dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Pengelompokkan Responden

No Responden Jumlah (Orang)

1 Manajer Pembelian 1

2 Manajer Proyek 1

3 Manajer Pengendalian Kualitas 1 4 Kepala Bagian Gudang 1 5 Kepala Bagian Project 1 6 Kepala Bagian Pencetakan 1 7 Kepala Bagian Peleburan 1

8 Kepala Bagian PPC 1

9 Bagian Timbangan 2

Total 10

Sumber: PT. Asia Raya Foundry

(51)

Tabel 5.2. Data Jumlah Pesanan Produk Part dan Kebutuhan Bahan Baku

Januari Press Cage Screw Press

Total Bobot Pesanan (Kg) 246.240

Jumlah Order Bahan Baku (Kg) 320.112

Februari Press Cage Screw Press

Total Bobot Pesanan (Kg) 249.480

Jumlah Order Bahan Baku (Kg)

Total Bobot Pesanan (Kg) 249.480

Jumlah Order Bahan Baku (Kg) 324.324

April Press Cage Screw

Total Bobot Pesanan (Kg) 260.280

Jumlah Order Bahan Baku (Kg) 338.364

Mei Press Cage Screw

Total Bobot Pesanan (Kg) 260.280

Jumlah Order Bahan Baku (Kg) 338.364

(52)

Tabel 5.3. Perbandingan antara Jumlah Supply Bahan dengan Kebutuhan Pabrik

Bulan Supplier Jumlah Supply Jumlah yang Dibutuhkan

Bulan Supplier Jumlah Supply Jumlah yang Dibutuhkan

Bulan Supplier Jumlah Supply Jumlah yang Dibutuhkan

Bulan Supplier Jumlah Supply Jumlah yang Dibutuhkan

Bulan Supplier Jumlah Supply Jumlah yang Dibutuhkan

Sumber: PT. Asia Raya Foundry diolah

(53)

Tabel 5.4. Total Supply, Jumlah Supply dan Jumlah Pengembalian Bahan Baku PT. Asia Raya Foundry Bulan Januari-Mei 2015 Supplier Total Supply

Dalam melakukan penilaian kinerja Supplier terdapat 3 atribut kinerja yang diambil berdasarkan teori Supply Chain Operations Refrence (SCOR). Ketiga atribut kinerja tersebut yaitu:

1. Keandalan (K1)

Kemapuan pemasok dalam memenuhi kebutuhan konsumen dengan kriteria penilaian:

a. Tepat waktu b. Tepat jumlah c. Tepat kualitas.

2. Kecepatan Merespon (K2)

Kecepatan dalam merespon menyatakan seberapa cepat suatu tugas dijalankan dengan kriteria penilaian:

(54)

3. Ketangkasan (K3)

Kemampuan pemasok dalam merespon perubahan peningkatan atau penuruan permintaan yang tidak terduga dengan kriteria penilaian:

a. Fleksibiltas pemesanan.

b. Kemampuan beradaptasi dengan kondisi pasar.

Terdapat tiga pemasok yang menjadi alternatif dalam melakukan penilaian kinerja yaitu S1, S2, dan S3. Struktur hirarki yang digunakan dalam penilaian kinerja pemasok dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut.

Supplier

Gambar 5.1 Hirarki Penilaian Kinerja Supplier

5.1.2. Pembuatan Kuesioner

Formulir kuesioner dirancang sehingga mudah dipahami dan tidak menimbulkan kerancuan bagi yang mengisi kuesioner.

(55)

1. Nama

2. Jenis Kelamin 3. Umur

4. Jabatan

Kriteria-kriteria yang digunakan dalam kuesioner adalah sebagai berikut: 1. Tepat waktu

2. Tepat jumlah 3. Tepat kualitas

4. Kecepatan konfirmasi ketersediaan pesanan. 5. Kecepatan memproses pesanan.

6. Fleksibilitas pemesanan.

7. Kemampuan beradaptasi dengan kondisi pasar.

Hasil pembentukan kuesioner dapat dilihat pada lampiran dan hasil pengumpulan data pada kuesioner dapat dilihat pada lampiran.

5.2. Pengolahan Data

5.2.1.1.Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Setiap Kriteria

(56)

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1 Analisis Hierarki

Hierarki untuk penentuan pemasok terbaik disusun menjadi 3 level, yaitu

goal (tujuan), kriteria, dan alternatif. Pada permasalahan ini yang menjadi goal (tujuan) adalah pemasok terbaik, pada level 2 digunakan tujuh kriteria untuk memilih pemasok terbaik yaitu tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitas, kecepatan konfirmasi ketersediaan pesanan, kecepatan memproses pesanan, fleksibilitas pesanan, dan kemampuan beradaptasi dengan kondisi pasar. Kriteria-kriteria ini dikembangkan dari teori atribut kinerja SCOR. Pada level 3 terdapat tiga alternatif untuk pemasok terbaik yaitu S1, S2 dan S3.

Pada teori atribut kinerja SCOR terdapat 5 kriteria besar yang dapat dikembangkan lagi untuk menilai pemasok., namun pada penelitian ini hanya 3 kriteria yang digunakan untuk menilai pemasok disebabkan penelitian ini hanya melihat supplier sebagai bagian eksternal dari perusahaan sehingga 3 kriteria SCOR eksternal inilah yang tepat untuk digunakan.

Ketiga kriteria dikembangkan menjadi 7 kriteria yaitu tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualitas, kecepatan konfirmasi ketersediaan pesanan, kecepatan memproses pesanan, fleksibilitas pesanan, dan kemampuan beradaptasi dengan kondisi pasar bertujuan untuk memudahkan penilaian aspek-aspek kinerja

(57)

6.2 Analisis AHP dan SCOR

Penilaian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode AHP dan SCOR. Pada pengolahan data dengan menggunakan AHP diperoleh nilai konsistensi dari setiap kriteria dan alternatif lebih kecil dari 0,1 yang menunjukkan responden konsisten dalam menjawab pertanyaan pada kuesioner.

Setelah dilakukan evaluasi hasil jawaban kuesioner AHP yang diaplikasikan dengan kriteria SCOR, kriteria prioritas yang menjadi perhatian bagi PT. Asia Raya Foundry dalam memilih supplier adalah pada kriteria Keandalan yang meraih bobot 0,42.

Kriteria keandalan dikembangkan lagi atas tepat waktu, tepat jumlah dan tepat kualitas. Dari perspektif perusahaan diketahui bahwa PT. Asia Raya Foundry lebih menekankan perhatian pada supplier yang memiliki ketepatan waktu, jumlah dan kualitas dalam memasok bahan baku ke pabrik mereka. Hal ini disebabkan perusahaan berfokus untuk meminimalkan keterlambatan waktu, selain itu perusahaan membutuhkan supplier yang dapat memasok bahan baku dengan jumlah dan kualitas yang tepat diakibatkan adanya masalah pada ketepatan waktu, jumlah dan kualitas

(58)

Kriteria terakhir yang menjadi perhatian perusahaan adalah responsivitas yang memiliki elemen kecepatan konfirmasi ketersediaan pesanan dan kecepatan memproses pesanan. Kriteria ini adalah kriteria yang perusahaan anggap penting selama bekerjasama dengan supplier. Supplier harus cepat tanggap dalam konfirmasi ketersediaan pesanan dan cepat dalam memproses pesanan sehingga dapat dikirimkan ke pabrik.

Rangking penilaian supplier menggunakan AHP diperoleh S1 memperoleh urutan bobot tertinggi sebesar 0,39 dibandingkan dua supplier lainnya. Artinya S1 memiliki kualitas pelayanan terbaik kepada perusahaan sampai saat ini.

Hal ini menunjukkan S1 merupakan alternatif supplier yang terbaik untuk dipilih PT. Asia Raya Foundry. Namun perusahaan tidak dapat menentukan hanya berdasarkan kuesioner AHP saja, maka dilakukan perhitungan lanjutan sebagai penguat pemilihan supplier menggunakan metrik SCOR.

Untuk mendapatkan penilaian terhadap supplier yang memenuhi kriteria keandalan maka dilakukan perhitungan menggunakan metrik SCOR. Metrik SCOR untuk atribut keandalan adalah Perfect Order Fulfillment dimana POF merupakan persentase pesanan yang memenuhi kinerja pengiriman dengan dokumen yang utuh dan akurat serta tidak mengalami kerusakan saat pengiriman. Rekapitulasi hasil perhitungan POF adalah sebagai berikut:

(59)

Supplier 1 dan 3 meraih nilai persentase yang mirip. S1 dan S3 unggul dalam kinerja Keandalan (Reliability) mencakup aspek tepat waktu, tepat jumlah dan tepat kualitas. Kedua supplier menurut hasil penelitian sudah memenuhi keinginan perusahaan namun tergolong dalam kelompok Median menurut data

Benchmark SCOR. Perlu dilakukan peningkatan kinerja agar memenuhi persentase diatas 89%.

Supplier 2 meraih persentase kinerja yang terburuk diantara ketiganya. Kemampuan mensuplai bahan baku yang terbatas menjadi masalah dari S2. Perlu adanya suatu komitmen yang jelas terhadap peningkatan kemampuan suplai dalam hal jumlah agar kerjasama terhadap S2 dapat tetap berlanjut.

Perusahaan dalam hal ini dapat mempertahankan ketiga supplier yang ada saat ini mengingat dengan memiliki 3 supplier saat ini masih saja mengalami kekurangan pasokan bahan baku. Apabila kedepannya perusahaan menemukan

supplier yang lebih potensial dalam memenuhi kebutuhan maka S2 lah supplier

yang dipilih untuk dihentikan kerjasamanya. Dalam mencari supplier rekanan baru kriteria yang harus dimiliki oleh supplier calon rekanan adalah dalam hal: 1. Tepat waktu.

2. Tepat jumlah. 3. Tepat kualitas.

4. Fleksibilitas pemesanan.

(60)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kriteria penilaian kinerja SCOR yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 3 kriteria yakni keandalan, kecepatan merespon dan ketangkasan yang dikembangkan menjadi 7 kriteria yaitu tepat waktu, tepat jumlah, tepat kualiats, kecepatan konfirmasi ketersediaan pesanan, kecepatan memproses pesanan, fleksibilitas pemesanan, dan kemampuan beradaptasi dengan kondisi pasar.

2. Berdasarkan perhitungan AHP bobot prioritas atribut kinerja SCOR adalah pada kriteria Keandalan dengan bobot 0,42 yang terdiri dari elemen tepat waktu dengan bobot 0,119, tepat jumlah dengan bobot 0,009 dan tepat kualitas dengan bobot 0,205.

3. Berdasarkan perhitungan bobot prioritas AHP untuk alternatif supplier

(61)

kualitas. Peninjauan kerjasama dapat dilakukan terhadap S2 dengan kondisi perusahaan sudah menemukan calon supplier potensial untuk diajak bekerjasama.

7.2 Saran

Berdasarkan penilitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk perusahaan yaitu:

1. Perusahaan dapat mempertimbangkan masukan terhadap kinerja supplier

terbaik menurut perhitungan AHP dan metrik SCOR sehingga dapa mengurangi kerugian perusahaan yang diakibatkan keterlambatan pengiriman bahan baku.

2. Perusahaan dapat melakukan pemilihan supplier baru untuk bergabung kedalam perusahaan apabila kedepannya kapasitas produksi PT. Asia Raya Foundry mengalami peningkatan.

Saran yang dapat diberikan bagi penelitian selanjutnya adalah:

1. Penelitian selanjutnya dapat membahas kinerja supplier yang bersifat internal yang membutuhkan pengumpulan data dari perusahaan supplier. 2. Perhitungan metrik SCOR dapat dilakukan mengguakan keseluruhan

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Riyanto. 2008. Penentuan Prioritas untuk Pemilihan Komponen Gravel Pump Menggunakan Analytic Hierarchy Process. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. Yogyakarta.

Balaji, M, P. Madhumathi. 2012. AHP Based Agile Supply Chains. International Journal of Engineering and Innovative Technology (IJET). Vol. 1. ISSN: 2277-3754.

Herjanto, Eddy. 2008. Sains Manajemen Analisis Kualitatif untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Grasindo

Iriani, Yani. 2005. Perancangan Sistem Penilaian dan Seleksi Supplier dengan Menggunakan Metode AHP dan Trafffic Light System. 5th National Industrial Engineering Confrence.

Paul, John. 2014. Panduan Penerapan Transformasi Rantai Suplai dengan Model SCOR. Jakarta: Penerbit PPM.

Perdana, Yandara Rahardian. 2014. Perbaikan Kinerja dengan Pendekatan Supply Chain operation Refrence (SCOR) dan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (AHP). Seminar Nasional IENACO, ISSN: 2337-4349.

Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya. Putri, Chauliah Fatma. 2012. Pemilihan Supplier Bahan Baku Pengemas dengan

(63)

DAFTAR PUSTAKA (Lanjutan)

Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Sara, Burak dan Tayyar Sen. 2008. AHP Model for The Selection of Partner Companies in Virtual Enterprises. International Journal Advanced Manufacturing Technology, Vol. 38 DOI: 10.1007/s00170-007-1097-6, pp.367-376.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Cetakan I. Medan: USU Press. Sutikno. 2010. Sistem Pendukung Keputusan Metode AHP untuk Pemilihan Siswa

(64)
(65)

KUESIONER

PENILAIAN TINGKAT KEPENTINGAN (BOBOT) KRITERIA & ALTERNATIF PEMASOK

Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu membantu peneliti sehubungan dengan pengumpulan data yang berupa pengisian kuisioner. Peneliti adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara jurusan Teknik Industri yang sedang melakukan penelitian tentang penilaian supplier bahan baku di PT. Asia Raya Foundry. Adapun tujuan dari pembuatan kuisioner ini adalah untuk menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari kriteria dan alternatif yang telah ditentukan oleh perusahaan terhadap penilaian kinerja pemasok (supplier) bahan baku besi scrap. Saya mengharapkan kiranya Bapak/Ibu dapat memberikan penilaian yang sebenarnya mengenai perbandingan berpasangan setiap kriteria dan alternatif pemilihan pemasok di kuesioner ini, agar hasil penilaian dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Atas bantuan yang diberikan peneliti ucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2015 Peneliti

(66)

A. BIODATA

Untuk menyamakan pemahaman dan prosedur, maka peneliti sampaikan kepada Bapak/Ibu petunjuk kuisioner pembobotan berikut :

1. Pembobotan dilakukan dengan perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan kriteria penilaian di sebelah kiri dengan kriteria penilaian di sebelah kanan.

2. Kolom penilaian sebelah kiri dipilih/diisi jika kriteria sebelah kiri lebih penting dari kriteria sebelah kanan, sehingga kolom sebelah kanan tidak perlu diisi lagi. Sebaliknya, kolom penilaian sebelah kanan dipilih/diisi jika kriteria sebelah kanan lebih tinggi dari kriteria sebelah kiri.

3. Bapak/Ibu diminta untuk melingkari (O) atau memberi tanda (X) pada angka yang sesuai dengan arti penilaian berikut :

Tabel Skala Perbandingan Berpasangan

Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya Elemen yang satu sangat penting ketimbang yang lainnya Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya

Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan

4. Usahakan penilaian Bapak/Ibu konsisten. Misalnya Bapak/Ibu menyatakan A lebih penting daripada B, dan B lebih penting dari C, maka penilaian Bapak/Ibu konsisten jika menyatakan A lebih penting daripada C dan penilaian tidak konsisten jika menyatakan C lebih penting daripada A.

(67)

Kriteria Penilaian Kriteria

A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B A 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C B 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 C

Keterangan: 1 : Sama pentingnya 3 : Sedikit lebih penting 5 : Lebih penting daripada 7 : Jauh lebih penting 9 : Mutlak lebih penting

2,4,6,8 : Nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan Arti pengisian di atas:

a. B pada tingkat kepentingan sedikit lebih penting daripada A b. A pada tingkat kepentingan jauh lebih penting daripada C c. B pada tingkatan kepentingan mutlak lebih penting daripada C

C. KUESIONER

Tingkat kepentingan elemen-elemen dan unsur-unsur untuk menentukan pilihan kriteria pada penilaian pemasok besi dengan melihat kinerja terpenting.

Kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam kuesioner ini dikembangkan dari 5 kriteria menurut atribut kinerja SCOR. Saya berharap bapak/ibu responden bisa memberi jawaban yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

Berikut kriteria-kriteria yang dikembangkan dari 3 atribut kinerja SCOR. 1. Keandalan (K1)

(68)

c. Tepat kualitas. 2. Kecepatan Merespon (K2)

Kecepatan pemasok dalam merespon untuk melakukan tugas yang diperintahkan dengan kriteria penilaian:

a. Kecepatan konfirmasi ketersediaan pesanan. b. Kecepatan memproses pesanan.

3. Ketangkasan (K3)

Kemampuan pemasok dalam merespon perubahan peningkatan atau penuruan permintaan yang tidak terduga dengan kriteria penilaian:

a. Fleksibiltas pemesanan.

b. Kemampuan beradaptasi dengan kondisi pasar.

Untuk Pertanyaan dibawah ini responden diharapkan memberikan penilaian perbandingan tingkat kepentingan variabel-variabel dibawah ini.

1. Perbandingan berpasangan antar kriteria (variabel)

(69)

Tepat Kualitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kecapatan Memproses Pesanan

Untuk Pertanyaan dibawah ini responden diharapkan memberikan penilaian perbandingan tingkat kepentingan perusahaan supplier terhadap variabel-variabel kinerja SCOR.

2. Perbandingan berpasangan antara unsur level 3

Perbandingan berpasangan alternatif pemasok untuk kriteria tepat waktu

Variabel Penilaian Variabel CV. Abadi Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Jaya Bersama CV. Abadi Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Iswadi CV. Jaya Bersama 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Iswadi

Perbandingan berpasangan alternatif pemasok untuk kriteria tepat jumlah

(70)

Perbandingan berpasangan alternatif pemasok untuk kriteria tepat kualitas

Variabel Penilaian Variabel CV. Abadi Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Jaya Bersama CV. Abadi Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Iswadi CV. Jaya Bersama 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Iswadi

Perbandingan berpasangan alternatif pemasok untuk kriteria kecepatan konfirmasi ketersediaan pesanan

Variabel Penilaian Variabel CV. Abadi Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Jaya Bersama CV. Abadi Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Iswadi CV. Jaya Bersama 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Iswadi

Perbandingan berpasangan alternatif pemasok untuk kriteria kecepatan memproses pesanan Variabel Penilaian Variabel CV. Abadi Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Jaya Bersama CV. Abadi Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Iswadi CV. Jaya Bersama 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Iswadi

(71)

Perbandingan berpasangan alternatif pemasok untuk kriteria kemampuan beradaptasi dengan kondisi pasar

Variabel Penilaian Variabel CV. Abadi Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Jaya Bersama CV. Abadi Jaya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Iswadi CV. Jaya Bersama 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 CV. Iswadi

Keterangan :

1 : Sama pentingnya 3 : Sedikit lebih penting 5 : Lebih penting daripada 7 : Jauh lebih penting 9 : Mutlak lebih penting

(72)

Tabel Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria

Kriteria

Hasil Jawaban Responden 1

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7

Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan

K1 5 2 5 3 5 2

K2 5 5 3 5 2 2

K3 2 5 3 3 4 3

K4 5 3 3 1 3 2

K5 3 5 3 1 1 2

K6 5 2 4 3 1 2

K7 2 2 3 2 2 2

Kriteria

Hasil Jawaban Responden 2

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7

Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan

K1 1 5 4 3 7 5 5

K2 5 1 3 5 3 1 7

K3 4 3 3 4 5 3

K4 3 5 3 4 5 5

K5 7 3 4 4 7 3

K6 5 1 5 5 7 3

K7 5 7 3 5 3 3

(73)

Tabel Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria (Lanjutan)

Kriteria

Hasil Jawaban Responden 3

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7

Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan

K1 3 2 5 3 6 5

K2 3 3 7 7 7 7

K3 2 3 5 5 5 3

K4 5 7 5 3 5

K5 3 3 7 5 5 5 3

K6 6 7 5 3 3 3

K7 3 3 5 7 7 3

Kriteria

Hasil Jawaban Responden 4

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7

Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan

K1 3 5 5 3 7 5

K2 3 5 3 3 1 3

K3 5 5 3 5 5 3

K4 5 3 3 5 3 2

K5 3 3 5 5 3 5

K6 7 1 5 3 3 3

Gambar

Tabel 1.1. Waktu dan Jumlah Pengiriman dari Setiap Pemasok (Supplier)
Tabel 1.2. Jumlah Bahan Baku yang Dikembalikan Periode Januari 2015
Gambar 3.1.
Gambaran umum perusahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Drainase adalah sesuatu yang dimanfaatkan untuk mengalirkan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu kawasan agar tidak terjadi banjir atau genangan pada

Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat berubah. Dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan bawahan,. memberikan pengakuan dan perhatian

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Penggemukan Domba dan Kambing di Peternakan Bapak Sarno, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat:. Kebijakan dan

1. Untuk mengetahui secara jelas tentang pertimbangan hakim dalam Putusan nomor 3/Pid.B/2015/Pn.Snb Tentang penyalahgunaan narkotika golongan 1 dalam bentuk tanaman

Pengambilan data menggunakan lembar observasi baku yang digunakan untuk mengobservasi kondisi luka di Klinik Perawatan Luka FIKES UMM berdasarkan pedoman dari Certified

 Tidak ada hubungan antara kepuasan pasien terhadap pelayanan gizi dengan sisa makanan pasien diet makanan biasa dan lunak.. Perbedaan penelitian ini dengan

Tahap analisis kebutuhan merupakan tahap awal pada suatu penelitian tahap ini dilakukan dengan melihat latar belakang dari penelitian, kemudian melihat batasan

mengenai kualitas produk atau jasa yang ditawarkan oleh penjual. Kompetensi produk dan kapabilitas bisnis, dengan indikator:. a) Kualitas produk dan jasa: seberapa baik kualitas