DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU / KARYA ILMIAH
Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, 2001, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, 2005, PT. Alumni, Bandung.
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, 2009, Sinar Grafika, Jakarta.
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, 2005, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Budi Agus Riswandi, M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya
Hukum, 2005, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual, 2013.
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, 2005, PT. Alumni, Bandung.
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, 2010, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Hak Atas Kekayaan Intelektual Perundang-Undangan Dan Perspektif Hakim,
2002, Mahkamah Agung RI, Jakarta.
Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, 2011, Rajawali Pers, Jakarta.
H. OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property
Rights), 2007, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Kamus Besar Bahas Indonesia, 1988, Balai Pustaka, Jakarta
Latrah, Perlindungan Hukum Atas Karya Cipta Fotografi, 2012. Skripsi. Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin, Makassar
Much, Nurachmad, Segala Tentang HAKI Indonesia, 2012, Buku Biru, Jogjakarta.
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori
dan Prakteknya di Indonesia), 2003, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Soeprapto Soedjono, Pot-Pourri Fotografi, 2007, Universitas Trisakti, Jakarta.
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia, 2010, PT. Ghalia Indonesia, Bogor.
Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global : Sebuah
Kajian Kontemporer, 2009, Graha Ilmu, Yogyakarta.
PERUNDANG-UNDANGAN
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
SUMBER INTERNET
http://abcdanis.blogspot.co.id/2013/05/hak-kekayaan-intelektual_15.html diakses Minggu 4 Oktober 2015 jam 22:14 WIB
http://kelasfotografi.wordpress.com/2013/08/25/pengertian-dan-sejarah-singkat-fotografi/ diakses Minggu 4 Oktober 2015 jam 23:26 WIB
http://www.facebook.com/PecintaSeniPhotography/posts/460345467358240 diakses Minggu 4 Oktober 2015 jam 23:37 WIB
http://egistepz.blogspot.co.id/2014/09/jenis-jenis-fotografi.html diakses Senin 5 Oktober 2015 jam 00:15 WIB
http://dhaniagustian800.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-singkatlatar-belakang-dan.html diakses Senin 5 Oktober 2015 jam 22:03 WIB
https://academia.edu/5079927/SEJARAH_HAKI diakses Senin 5 Oktober 2015 jam 22:36 WIB
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/01/seputar-pengertian-perlindungan-hukum.html diakses Rabu 7 Oktober 2015 jam 07:34 WIB
BAB III
HAK CIPTA ATAS KARYA FOTOGRAFI
A. Definisi dan Sejarah Hak Cipta
Kata “hak cipta” merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua suku kata,
yaitu “hak” dan “cipta”. Kata “hak” berarti kekuasaan untuk berbuat sesuatu
karena telah ditentunkan oleh Undang-Undang. Sedangkan kata “cipta”
menyangkut daya kesanggupan batin (pikiran) untuk mengadakan sesuatu yang
baru, terutama di lapangan kesenian.21
Pengertian Hak Cipta asal mulanya menggambarkan hak untuk
menggandakan atau memperbanyak suatu karya cipta, Istilah copyright (Hak
Cipta) tidak jelas siap yang pertama memakainya, tidak ada 1 (satu) pun
perundang-undangan yang secara jelas menggunakannya pertama kali. Menurut
Stanley Rubenstain, sekitar tahun 1740 tercatat pertama kali orang menggunakan
istilah “copyright”. Di Inggris pemakaian istilah Hak Cipta (copyright) pertama
kali berkembang untuk menggambarkan konsep guna melindungi penerbit dari
tindakan penggandaan buku oleh pihak lain yang tidak mempunyai hak untuk
menerbitkannya.22
Istilah Hak Cipta merupakan pengganti Auteursrechts atau Copyrights yang
kandungan artinya lebih tepat dan luas, istilah Auteursrechts sendiri disadur dari
istilah bahasa Belanda yang mempunyai arti hak pengarang. Secara yuridis, istilah
21Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988
Hak Cipta telah dipergunakan dalam Undang-Undang Hak Cipta Tahun 1982
sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dipergunakan dalam Auteurswet
1912.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2014 Bab I, Ketentuan
Umum, tentang Hak Cipta diberikan pengertian bahwa :
“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu Ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.” (Pasal 1 ayat (1) UU Hak Cipta)
“Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama menghasilkan suatu Ciptaan yang bersifat khas dan
pribadi.” (Pasal 1 ayat (2) UU Hak Cipta)
“Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk
nyata.” (Pasal 1 ayat (3) UU Hak Cipta)
“Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak
yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang
menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara
sah.” (Pasal 1 ayat (4) UU Hak Cipta)
“Lisensi adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau
atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait dengan syarat tertentu.” (Pasal 1
ayat (20) UU Hak Cipta)
“Royalti adalah imbalan atau pemanfaatan Hak Ekonomis suatu Ciptaan
atau Produk Hak Terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak
terkait.” (Pasal 1 ayat (21) UU Hak Cipta)
Sejak tahun 1886, di kalangan negara-negara di kawasan barat Eropa telah
diberlakukan Konvensi Bern 1886, yang ditujukan bagi perlindungan
ciptaan-ciptaan di bidang sastra dan seni, dan dapat dikatakan bahwa Konvensi Bern ini
adalah suatu pengaturan perlindungan hukum hak cipta yang dianggap modern
untuk waktu itu.
Kecenderungan negara-negara Eropa Barat untuk menjadi peserta pada
Konvensi ini, hal ini yang mendorong kerajaan Belanda untuk memperbaharui
undang-undang hak ciptanya yang sudah berlaku sejak 1881 dengan suatu
undang-undang hak cipta baru pada tanggal 1 November tahun 1912, yang dikenal
dengan Auteurswet 1912. Tidak lama setelah pemberlakuan undang-undang ini,
kerajaan Belanda mengikatkan diri tanggal 1 April 1912 pada Konvensi Bern
1886. Indonesia sebagai negara jajahan Belanda diikutsertakan pada konvensi ini
sebagaimana diumumkan dalam Staatsblad 1914 Nomor 797.23
Setelah Indonesia merdeka, ketentuan Auteurswet 1912 ini masih
dinyatakan berlaku sesuai dengan ketentuan peralihan yang terdapat dalam Aturan
Peralihan Pasal 1 UUD 1945, yaitu “Segala Peraturan Perundang-Undangan yang
ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut
Undang-Undang Dasar ini.”
Secara umum pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di bidang Hak
Cipta di Indonesia didasarkan pada ratifikasi terhadap perjanjian-perjanjian
internasional di bidang Hak Cipta, beberapa perjanjian itu adalah : 24
1. Konvensi Bern 1886 tentang Perlindungan Karya Sastra dan Seni;
2. Konvensi Hak Cipta Universal 1955 atau Universal Copyright
Convention;
3. Konvensi Roma 1961;
4. Konvensi Jenewa 1967;
5. TRIPs 1994 (Trade Related Aspects on Intellectual Property Rights
1944).
Pembentukan perundang-undangan Hak Cipta di Indonesia dimulai dari
Auteurswet Staatsblad 1912 Nomor 600, kemudian diubah dan diganti dengan
Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara
RI Tahun 1982 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3217), yang
disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 April 1982, kemudian
diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 1987 (Lembaran Negara RI
Tahun 1987 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3362), disahkan
dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 19 September 1987, yang diubah lagi
dengan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta (Lembaran
Negara RI Tahun 1997 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2679),
disahkan dan diundangkan pada tanggal 7 Mei 1997, yang kemudian diubah lagi
dengan Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (Lembaran
Negara RI Tahun 2002 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4220),
yang disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 Juli 2002, dan terakhir
diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 266, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 5599), yang disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 16 Oktober
2014.
B. Ruang Lingkup, Karakteristik dan Prinsip Dasar Hak Cipta
Mengacu pada Undang-Undang Hak Cipta, maka Ciptaan yang mendapat
perlindungan hukum ada dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Dari
tiga bidang ini Undang-Undang merincikan lagi di antaranya seperti yang ada
pada ketentuan Pasal 40 Undang-Undang Hak Cipta. Menurut ketentuan Pasal 40
Undang-Undang Hak Cipta, Ciptaan yang dilindungi terdiri atas :
1. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lainnya;
2. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
4. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung atau kolase;
7. Karya seni terapan;
8. Karya arsitektur;
9. Peta;
10.Karya seni batik atau seni motif lain;
11.Karya fotografi;
12.Potret;
13.Karya sinematografi;
14.Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
15.Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekpresi
budaya tradisional;
16.Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan program komputer maupun media lainnya;
17.Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
18.Permainan video; dan
19.Program komputer.
Di samping Ciptaan di atas ada lagi beberapa Ciptaan yang dilindungi oleh
Undang-Undang Hak Cipta. Sebagaimana yang dituangkan dalam ketentuan Pasal
1. Dalam hal Ciptaan tidak diketahui Penciptanya dan Ciptaan tersebut
belum dilakukan pengumumuan, Hak Cipta atas Ciptaan tersebut
dipegang oleh negara untuk kepentingan Pencipta.
2. Dalam hal Ciptaan telah dilakukan Pengumuman tetapi tidak diketahui
Penciptanya, atau hanya terterna nama aliasnya atau samaran
Penciptanya, Hak Cipta atas Ciptaan tersebut dipegang oleh pihak yang
melakukan pengumuman untuk kepentingan Pencipta.
3. Dalam hal Ciptaan telah diterbitkan tetapi tidak diketahui Pencipta dan
pihak yang melakukan pengumuman, Hak Cipta atas Ciptaan tersebut
dipegang oleh Negara untuk kepentingan Pencipta.
Sedangkan untuk karakteristik Hak Cipta dapat ditemukan pada ketentuan
pasal 16 ayat (1) dan (2) yang berbunyi :
1. Hak Cipta merupakan benda bergerak tidak berwujud.
2. Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh maupun sebagian
karena :
a. Pewarisan;
b. Hibah;
c. Wakaf;
d. Wasiat;
e. Perjanjian tertulis; atau
f. Sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan
Syarat utama apabila Hak Cipta dialihkan kepada pihak penerima hak maka
pengalihan tersebut tidak dapat dilakukan secara lisan melainkan harus secara
tertulis dengan akta otentik.
Hak Cipta mengandung beberapa prinsip dasar (basic principles) yang
secara konseptual digunakan sebagai landasan pengaturan Hak Cipta di semua
negara, baik itu yang menganut Civil Law System maupun Common Law System.
Beberapa prinsip yang dimaksud adalah : 25
1. Yang dilindungi Hak Cipta adalah ide yang telah terwujud dan asli.
Prinsip ini adalah prinsip yang paling mendasar dari perlindungan Hak
Cipta, maksudnya yaitu bahwa Hak Cipta hanya berkenaan dengan
bentuk perwujudan dari suatu Ciptaan. Prinsip ini dapat diturunkan
menjadi beberapa prinsip lain sebagai prinsip-prinsip yang berada lebih
rendah atau sub-principles, yaitu :
a. Suatu Ciptaan harus mempunyai keaslian (orisinil) untuk dapat
menikmati hak-hak yang diberikan oleh Undang-Undang. Keaslian
sangat erat hubungannya dengan perwujudan suatu Ciptaan.
b. Suatu Ciptaan, mempunyai Hak Cipta jika Ciptaan yang
bersangkutan diwujudkan dalam bentuk tulisan atau bentuk material
yang lain. Ini berarti suatu ide atau suatu pikirann belum merupakan
suatu Ciptaan.
c. Karena Hak Cipta adalah hak eksklusif dari pencipta atau penerima
hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, hal
tersebut berarti bahwa tidak ada orang lain yang boleh melakukan
hak tersebut tanpa seizin pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
2. Hak Cipta timbul dengan sendirinya (otomatis)
Suatu Hak Cipta akan eksis pada saat seorang pencipta mewujudkan
idenya dalam bentuk yang berwujud, dengan adanya wujud dari suatu
ide maka suatu Ciptaan akan lahir dengan sendirinya. Ciptaan tersebut
dapat diumumkan atau tidak diumumkan, tetapi jika suatu Ciptaan tidak
diumumkan maka Hak Ciptanya tetap ada pada pencipta.
3. Suatu Ciptaan tidak selalu perlu diumumkan untuk memperoleh suatu
Hak Cipta. Suatu Ciptaan yang diumumkan maupun yang tidak
diumumkan kedua-duanya dapat memperoleh Hak Cipta.
4. Hak Cipta suatu Ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum
(legal right) yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari
penguasaan fisik suatu Ciptaan.
5. Hak Cipta bukan hak mutlak (absolut)
Hak Cipta bukan merupakan suatu monopoli mutlak melainkan hanya
suatu limited monopoli terbatas. Hak Cipta yang secara konseptual tidak
mengenal konsep monopoli penuh, sebab mungkin saja seorang
pencipta menciptakan suatu Ciptaan yang sama dengan Ciptaan yang
telah tercipta lebih dahulu, dengan syarat tidak terjadi suatu bentuk
penjiplakan atau plagiat, asalkan Ciptaan yang tercipta kemudian tidak
C. Hak-Hak Yang Terkandung Dalam Hak Cipta
Pasal 4 Undang-Undang Hak Cipta membedakan Hak Cipta menjadi 2
(dua) jenis hak, yakni hak moral (moral rights) dan hak ekonomi (economy
rights).
Hak moral adalah hak yang melindungi kepentingan pribadi atau reputasi
pencipta atau penemu. Hak moral melekat pada pribadi pencipta atau penemu.
Apabila Hak Cipta atau Paten dapat dialihkan kepada pihak lain, maka Hak Moral
tidak dapat dipisahkan dari pencipta atau penemu karena bersifat pribadi dan
kekal. Termasuk dalam hak moral ada hak-hak yang sebagai berikut :26
1. Hak untuk menuntut kepada Pemegang Hak Cipta atau Paten supaya
nama pencipta atau penemu tetap dicantumkan pada Ciptaan atau
penemuannya.
2. Hak untuk tidak melakukan perubahan pada Ciptaan atau penemuan
tanpa persetujuan pencipta, penemu, atau ahli warisnya.
3. Hak pencipta atau penemu untuk mengadakan perubahan pada Ciptaan
atau penemuan sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kepatutan
dalam masyarakat.
Pasal 5 Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan bahwa hak moral
merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk :
1. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum;
2. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya;
3. Mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat;
4. Mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan
5. Mempertahankan haknya dalam hak terjadi distorsi Ciptaan atau hal
yang bersifat merugikan kehormatan atau reputasinya.
Sedangkan, Hak Ekonomi (economy right) adalah hak untuk memperoleh
keuntungan ekonomi atau manfaat ekonomi atas Hak Kekayaan Intelektual.
Dikatakan hak ekonomi karena Hak Kekayaan Intelektual adalah benda yang
dapat dinilai dengan uang. Hak ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah
uang yang diperoleh karena penggunaan oleh pihak lain berdasarkan lisensi. Hak
ekonomi itu diperhitungkan karena Hak Kekayaan Intelektual dapat digunakan
atau dimanfaatkan oleh pihak lain dalam perindustrian atau perdagangan yang
mendatangkan keuntungan.
Pasal 9 Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan bahwa Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan :
1. Penerbitan Ciptaan;
2. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
3. Penerjemahan Ciptaan;
4. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan;
5. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
6. Pertunjukan Ciptaan;
7. Pengumuman Ciptaan;
8. Komunikasi Ciptaan; dan
Jenis hak ekonomi pada setiap klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual dapat
berbeda-beda. Pada Hak Cipta, jenis hak ekonomi lebih banyak dibandingkan
dengan Paten dan Merek. Jenis hak ekonomi pada Hak Cipta adalah sebagai
berikut :27
1. Hak perbanyakan (penggandaan), yaitu penambahan jumlah Ciptaan
dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai Ciptaan
tersebut dengan menggunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak
sama, termasuk mengalihwujudkan Ciptaan.
2. Hak adaptasi (penyesuaian), yaitu penyesuaian dari satu bentuk ke
bentuk lain.
3. Hak pengumuman (penyiaran), yaitu pembacaan, penyuaraan,
penyiaran, atau penyebaran Ciptaan dengan menggunakan alat apapun
dan dengan cara sedemikian rupa, sehingga Ciptaan dapat dibaca,
didengan, dilihat, dijual, atau disewa oleh orang lain.
4. Hak pertunjukan (penampilan), yaitu mempertontonkan,
mempertunjukkan, mempergelarkan, memamerkan Ciptaan dibidang
seni oleh musisi, dramawan, seniman, peragawati.
Menurut Djumhana, hak ekonomi umumnya di setiap Negara meliputi jenis
hak :
1. Hak Reproduksi atau Penggandaan (reproduction right)
Hak pencipta untuk menggandakan Ciptaannya, ini merupakan
penjabaran dari hak ekonomi si pencipta. Bentuk penggandaan atau
perbanyakan ini dapat dilakukan secara tradisional maupun melalui
peralatan modern. Hak reproduksi ini juga mencakup perubahan bentuk
Ciptaan satu ke Ciptaan lainnya.
2. Hak Adaptasi (adaptation right)
Hak untuk menggandakan adaptasi, dapat berupa penerjemahan bahasa,
aransemen musik, dramatisasi dari nondramatik, mengubah cerita fiksi
dari karangan nonfiksi atau sebaliknya. Hal ini diatur dalam Konvensi
Bern maupun Konveni Universal (Universal Copyrights Convention).
3. Hak Distribusi (distribution right)
Hak distribusi adalah hak untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap
hasil Ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan.
4. Hak Pertunjukan (performance right)
Hak pertunjukan adalah hak untuk mengungkapkan karya seni dalam
bentuk pertunjukan atau penampilan oleh pemusik, dramawan, seniman,
peragawati. Setiap orang atau badan yang menampilkan atau
mempertunjukkan suatu karya cipta, harus meminta izin dari si pemilik
hak pertunjukan tersebut. Hak ini diatur dalam Bern Convention,
Universal Copyright Convention, dan Rome Convention.
5. Hak Penyiaran (broadcasting right)
Hak untuk menyiarkan bentuknya berupa mentransmisikan suatu
Ciptaan. Hak penyiaran ini meliputi penyiaran ulang dan
mentransmisikan ulang. Ketentuan hak ini telah diatur Bern
6. Hak Program Kabel (cablecasting right)
Hak program kabel adalah hak untuk menyiarkan Ciptaan melalui
kabel. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran hanya saja
mentransmisikan melalui kabel.
7. Droit de Suite
Droit de Suite adalah hak pencipta. Ketentuan droit de suite ini
merupakan hak tambahan yang bersifat kebendaan.
8. Hak Pinjam Masyarakat (public lending right)
Hak ini dimiliki oleh pencipta yang karyanya tersimpan di
perpustakaan, yaitu dia berhak atas suatu pembayaran dari pihak
tertentu karena karya yang diciptakannya seiring dipinjam oleh
masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah.
Berdasarkan penjelasan Hak Cipta yang memunculkan hak moral dan hak
ekonomi ini pada dasarnya khusus untuk hak ekonomi dapat dimiliki si pencipta
satu atau lebih hak ekonomi. Namun dalam hak-hak pada hakikatnya dapat
dimiliki oleh si pencipta berupa orang atau badan hukum. Ciptaan yang
penciptanya lebih dari satu orang, maka menurut ketentuan Pasal 33
Undang-Undang Hak Cipta, maka Ciptaan itu dimiliki oleh orang yang mengawasi atau
memimpin penyelesaian seluruh Ciptaan itu, sedangkan hak moral tidak demikian.
Hak moral ini tetap mengikuti dan melekat pada diri Pencipta, walaupun hak
D. Jangka Waktu dan Prosedur Pendaftaran
Secara umum pengaturan tentang masa berlaku Hak Cipta dan Hak Terkait
di Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta adalah :
1. Hak moral Pencipta berlaku tanpa batas waktu (Pasal 57 ayat (1)
Undang-Undang Hak Cipta).
2. Masa berlaku Hak Ekonomi atas Ciptaan berupa : buku, pamflet, dan
semua hasil karya tulis lainnya; ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan
sejenis lainnya; alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan
dan ilmu pengetahuan; lagu atau musik dengan atau tanpa teks; drama,
drama musikal, tari koreografi, pewayangan, dan pantomim; karya seni
rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni
pahat, patung, atau kolase; karya arsitektur; peta; dan karya seni batik
atau seni motif lain, berlaku selama hidup pencipta dan terus
berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal
dunia. Dalam hal Ciptaan yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih,
perlindungan Hak Cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal
dunia paling akhir dan berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun
sesudahnya. Untuk perlindungan Hak Cipta atas Ciptaan yang dipegang
oleh badan hukum berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama
kali dilakukan pengumuman (Pasal 58 Undang-Undang Hak Cipta).
3. Masa berlaku Hak Ekonomi atas Ciptaan berupa : karya fotografi;
potret; karya sinematografi; permainan video; program komputer;
data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil
transformasi; terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau
modifikasi ekspresi budaya tradisional; kompilasi Ciptaan atau data,
baik dalam format yang dapat dibaca dengan program komputer atau
media lainnya; dan kompilasi ekspresi budaya tradisional selama
kompilasi tersebut merupakan karya yang asli, berlaku selama 50 (lima
puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman. Untuk Ciptaan
berupa karya seni terapan berlaku selama 25 (dua puluh lima) tahun
sejak pertama kali dilakukan pengumuman (Pasal 59 Undang-Undang
Hak Cipta).
4. Hak Cipta atas ekpresi budaya tradisional yang dipegang oleh negara
berlaku tanpa batas waktu (Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Hak
Cipta).
5. Hak Cipta atas Ciptaan yang penciptanya tidak diketahui yang dipegang
oleh negara berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut
pertama kali dilakukan pengumuman (Pasal 60 ayat (2)
Undang-Undang Hak Cipta).
6. Hak Cipta atas Ciptaan yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan
pengumaman berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan
tersebut pertama kali dilakukan pengumuman (Pasal 60 ayat (3)
Undang-Undang Hak Cipta).
7. Masa berlaku Hak Ekonomi atas : Pelaku Pertunjukan berlaku selama
atau audiovisual; Produser Fonogram berlaku selama 50 (lima puluh)
tahun sejak Fonogramnya difiksasi; dan Lembaga Penyiaran berlaku
selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya siarannya pertama kali
disiarkan. (Pasal 63 Undang-Undang Hak Cipta)
Permohonan pendaftaran Hak Cipta diajukan kepada Menteri Kehakiman
melalui Direktorat Jenderal HAKI dengan surat rangkap dua, ditulis dalam bahasa
Indonesia di atas kertas polio berganda. Dalam surat permohonan itu tertera :28
1. Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta;
2. Nama, kewarganegaraan dan alamat Pemegang Hak Cipta;
3. Nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa;
4. Jenis dan judul Ciptaan;
5. Tanggal dan tempat Ciptaan diumumkan untuk pertama kali;
6. Uraian Ciptaan rangkap tiga.
Apabila surat permohonan pendaftaran Ciptaan telah memenuhi
syarat-syarat tersebut, Ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya didaftarkan oleh
Direktorat Hak Cipta, Paten dan Merek dalam daftar umum Ciptaan degnan
menerbitkan surat pendaftaran Ciptaan dalam rangkap 2 (dua). Kedua lembar
surat pendaftaran Ciptaan tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal HAKI
atau pejabat yang ditunjuk, sebagai bukti pendaftaran, sedangkan lembar kedua
surat pendaftaran Ciptaan tersebut beserta surat permohonan pendaftaran Ciptaan
dikirim kepada pemohon dan lembar pertama disimpan di Kantor Direktorat
Jenderal HAKI. Dalam daftar umum Ciptaan dimuat keterangan sebagai berikut:29
1. Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta;
2. Nama, kewarganegaraan dan alamat Pemegang Hak Cipta;
3. Jenis dan judul Ciptaan;
4. Tanggal dan tempat Ciptaan diumumkan untuk pertama kali;
5. Uraian Ciptaan;
6. Tanggal dan jam surat permohonan diterima;
7. Tanggal dan surat permohonan lengkap;
8. Nomor pendaftaran Ciptaan;
9. Kolom-kolom untuk pemindahan hak perubahan nama, perubahan
alamat, penghapusan dan pembatalan.
Setelah dimuat dalam daftar umum Ciptaan, Hak Cipta yang telah
didaftarkan tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Ciptaan Ditjen HAKI yang
berisikan keterangan tentang :
1. Nama, kewarganegaraan, dan alamat pencipta;
2. Nama, kewarganegaraan dan alamat Pemegang Hak Cipta;
3. Jenis dan judul Ciptaan;
4. Tanggal dan tempat Ciptaan diumumkan untuk pertama kali;
5. Uraian Ciptaan;
6. Nomor pendaftaran;
7. Tanggal pendaftaran;
8. Pemindahan hak, perubahan nama, perubahan alamat, penghapusan
pembatalan;
9. Lain-lain yang dianggap perlu.
Seluruh rangkaian proses pendaftaran Hak Cipta tersebut dikenakan biaya.
Besarnya biaya tergantung pada jenis permohonan. Permohonan pendaftaran
Ciptaan, permohonan pemindahan hak, permohonan perubahan nama dan alamat
serta permohonan untuk mendapatkan petikan, harus memenuhi biaya-biaya
tersebut dimaksudkan sebagai penerimaan Negara yang harus disetorkan
seluruhnya ke kas negara sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku
Bagan Tentang Prosedur Pendaftaran Hak Cipta30
30Ibid, hlm. 98
SENI
SASTRA IPTEK
PERMINTAAN PENDAFTARAN
PEMOHON
DITJEN HAKI BUKTI
PERMOHONAN
PEMERIKSAAN
ORISINAL TIDAK
ORISINAL
E. Pembatasan Hak Cipta
Undang-Undang Hak Cipta memberikan beberapa pembatasan terhadap
pemanfaatan Hak Cipta. Beberapa pembatasan atas pemanfaatan Hak Cipta tetapi
tidak dikategorikan sebagai pelanggaran Hak Cipta di antaranya :
1. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi dan/atau penggandaan
lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli ;
2. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi dan/atau penggandaan
segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama pemerintah,
kecuali dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan,
pernyataan pada Ciptaan tersebut, atau ketika terhadap Ciptaan tersebut
dilakukan pengumuman, pendistribusian, komunikasi dan/atau
penggandaan.
3. Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari
kantor berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis
lainnya dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap;
4. Pembuatan dan penyebarluasan konten Hak Cipta melalui media
teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial
dan/atau menguntungkan pencipta atau pihak terkait, atau pencipta
tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan
penyebarluasan tersebut.
5. Penggandaan, pengumuman dan/atau pendistribusian Potret Presiden,
Wakil Presiden, mantan Presiden, mantan Wakil Presiden, Pahlawan
pemerintah non kementerian, dan/atau kepala daerah dengan
memperhatikan martabat dan kewajaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan/atau pengubahan suatu
Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara seluruh atau sebagian yang
substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta jika
sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk
keperluan :
a. Pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta;
b. Keamanan serta penyelenggaraan pemerintah legislatif, dan
peradilan;
c. Ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu
pengetahuan; atau pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut
bayaran dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar
dari Pencipta.
7. Fasilitasi akses atas suatu Ciptaan untuk penyandangan tuna netra,
penyandang kerusakan penglihatan atau keterbatasan dalam membaca,
dan/atau penggunaan huruf braille, buku audio, atau sarana lainnya,
tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta jika sumbernya
8. Penggandaan sebanyak 1 (satu) salinan atau adaptasi program komputer
yang dilakukan oleh pengguna yang sah dapat dilakukan tanpa izin
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta jika salinan tersebut digunakan
untuk :
a. Penelitian dan pengembangan program komputer tersebut; dan
b. Arsip atau cadangan atas program komputer yang diperoleh secara
sah untuk mencegah kehilangan, kerusakan, atau tidak dapat
dioperasikan.
7. Penggandaan untuk kepentingan pribadi atas Ciptaan yang telah
dilakukan pengumuman hanya dapat dibuat sebanyak 1 (satu) salinan
dan dapat dilakukan tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
Penggandaan untuk kepentingan pribadi ini tidak mencakup karya
arsitektur dalam bentuk bangunan atau konstruksi lain, seluruh atau
bagian yang substansial dari suatu buku atau notasi musik, seluruh atau
bagian substansial dari database dalam bentuk digital, program
komputer dan penggandaan untuk kepentingan pribadi yang
pelaksanaannya bertentangan dengan kepentingan yang wajar dari
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
8. Penggandaan, penyiaran, atau komunikasi atas Ciptaan untuk tujuan
informasi yang menyebutkan sumber dan nama Pencipta secara lengkap
tidak dianggap pelanggaran Hak Cipta dengan ketentuan Ciptaan
a. Artikel dalam berbagai bidang yang sudah dilakukan pengumuman
baik dalam media cetak maupun media elektronik kecuali yang
salinannya disediakan oleh Pencipta, atau berhubungan dengan
penyiaran atau komunikasi atas suatu Ciptaan;
b. Laporan peristiwa aktual atau kutipan singkat dari Ciptaan yang
dilihat atau didengan dalam situasi tertentu; dan
c. Karya ilmiah, pidato, ceramah, atau Ciptaan sejenis yang
disampaikan kepada publik.
9. Penggandaan sementara atas Ciptaan tidak dianggap pelanggaran Hak
Cipta jika penggandaan tersebut memenuhi ketentuan :
a. Pada saat dilaksanakan transmisi digital atau pembuatan Ciptaan
secara digital dalam media penyimpanan;
b. Dilaksanakan oleh setiap orang atas izin Pencipta untuk
mentransmisi Ciptaan; dan
c. Menggunakan alat yang dilengkapi mekanisme penghapusan
salingan secara otomatis yang tidak memungkinkan Ciptaan tersebut
ditampilkan kembali.
Selanjutnya Undang-Undang Hak Cipta tidak saja memberikan beberapa
pengecualian, namun Undang-Undang Hak Cipta juga menentukan mekanisme
pelisensian wajib atau compulsory licensing.
Pembatasan lainnya, yakni terkait dengan pengumuman suatu Ciptaan yang
diselenggarakan oleh pemerintah untuk kepentingan nasional radio, televisi
Hak Cipta dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari
pemegang Hak Cipta, dan kepada Pemegang Hak Cipta diberikan imbalan yang
layak.
F. Pelanggaran Hak Cipta
Pelanggaran Hak Cipta adalah segala bentuk usaha dengan memanfaatkan
hasil karya orang lain yang dapat mendatangkan keuntungan bagi seseorang tanpa
memperoleh izin dari pencipta karya tersebut. Selain itu usaha untuk meniru karya
orang lain yang dapat merusak integritas karya tersebut dapat juga dikategorikan
sebagai bentuk pelanggaran Hak Cipta.
Perbuatan pelanggaran Hak Cipta pada dasarnya ada 2 (dua) kelompok,
yaitu :31
1. Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan, memperbanyak suatu
Ciptaan, atau memberi izin untuk itu. Termasuk perbuatan pelanggara
ini antara lain melanggar larangan untuk mengumumkan,
memperbanyak atau memberi izin untuk itu setiap Ciptaan yang
bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang pertahanan
dan keamanan negara, kesusilaan dan ketertiban umum.
2. Dengan sengaja memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta.
Selain pelanggaran terhadap ketentuan pidana di bidang Hak Cipta untuk
kemungkinan terjadi adanya pelanggaran terhadap perjanjian-perjanjian yang
berhubungan dengan masalah Hak Cipta yang bersifat keperdataan. Di beberapa
negara, penyelesaian persengketaan yang timbul di sekitar masalah Hak Cipta
biasanya diselesaikan dalam pengadilan khusus.
Umumnya, Hak Cipta dilanggar jika materi Hak Cipta tersebut digunakan
tanpa izin dari Pencipta yang mempunyai hak eksklusif atas ciptaannya. Untuk
terjadinya pelanggaran, harus ada kesamaan antara dua ciptaan yang ada. Namun,
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta harus membuktikan bahwa karyanya telah
dijiplak atau karya lain tersebut berasal dari karyanya. Hak Cipta juga dilanggar
jika seluruh atau bagian substansial dari suatu Ciptaan yang dilindungi Hak Cipta
diperbanyak.
Cara lain yang dianggap sebagai pelanggaran oleh seseorang terhadap suatu
Hak Cipta adalah saat seseorang :32
1. Memberi wewenang (berupa persetujuan atau dukungan) kepada pihak
lain untuk melanggar Hak Cipta;
2. Memiliki hubungan dagang/komersial dengan barang bajakan
ciptaan-ciptaan yang dilindungi Hak Cipta;
3. Mengimpor barang-barang bajakan ciptaan yang dilindungi Hak Cipta
untuk dijual eceran atau didistribusikan;
4. Memperoleh suatu tempat pementasan umum untuk digunakan sebagai
tempat melanggar pementasan atau penayangan karya yang melanggar
Hak Cipta.
32 Tim Lindsey, Eddy Damian, Simon Butt, Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual Suatu
Jika suatu ciptaan itu ternyata hasil pelanggaran Hak Cipta, maka Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta berhak mengajukan gugatan ke Pengadilan yang
berwenang dengan tidak mengurangi tuntuan pidana terhadap pelanggaran Hak
Cipta.
G. Pengertian Fotografi
Fotografi berasal dari kata Yunani yaitu “photos” yang berarti cahaya, dan
“graphos” yang berarti melukis atau menulis. Fotografi adalah proses melukis
atau menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi
berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek
dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang
peka cahaya. Alat yang digunakan untuk menangkap cahaya ini disebut kamera.33
Prinsip dasar fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasaan
sehingga mampu membakar medium penangkapan cahaya.
Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah sebagai media
komunikasi. Suatu karya fotografi dapat disebut memiliki nilai komunikasi ketika
dalam penampilan subjeknya digunakan sebagai medium penyampaian pesan atau
merupakan ide yang terekspresikan kepada pemirsanya sehingga terjalin suatu
kontak pemahaman makna. Dalam hal ini karya foto tersebut juga dapat dikatakan
sebagai medium yang memiliki nilai guna fungsional dan sekaligus sebagai
33https://kelasfotografi.wordpress.com/2013/08/25/pengertian-dan-sejarah-singkat-fotografi/
instrumen karena dijadikan alat dalam proses komunikasi penyampaian pesan/ide
si pencipta karya foto.34
Sebuah karya fotografi yang dirancang dengan konsep tertentu dengan
memilih objek yang terpilih dan yang diproses dan dihadirkan bagi kepentingan si
pemotretnya sebagai luapan ekspresi artistik dirinya, maka karya tersebut bisa
menjadi sebuah karya fotografi ekspresi. Karya fotografi yang diciptakannya lebih
merupakan karya seni murni fotografi (fine art photography) karena bentuk
penampilannya yang menitikberatkan pada nilai ekspresi-estetis seni itu sendiri.
Karya fotografi juga dapat dimaknakan memiliki nilai sosial karena difungsikan
sebagai medium yang melengkapi suatu kegunaan tertentu dalam bentuk
pengesahan jati diri seseorang dalam suatu pranata kemasyarakatan.35
H. Sejarah Singkat Fotografi
Teknologi fotografi dimulai dengan sebuah kotak penangkap bayangan
gambar, sebuah alat yang mulanya untuk meneliti konstalasi bintang yang
dipatenkan oleh Gemma Fricius pada tahun 1554. Namun sebenarnya, cikal bakal
teknologi ini adalah seorang ahli filsafat Cina bernama Mo Ti pada abad ke-5 SM,
Aristoteles pada abad ke-3 SM, dan seorang Arab bernama Ibnu Al-Haitham pada
abad ke-10 M.
Pada 1727, Johann Heinrich Schulze menemukan bahwa cairan tertentu
akan berubah warnanya jika diekspor ke sinar. Kemudian pada awal abad ke-19,
Thomas Wegwood melakukan sebuah percobaab. Ia berhasil menangkap citra
sebuah objek. Namun sayangnya citra tersebut tidak bertahan lama karena belum
ditemukannya metode untuk membuat citra menjadi permanen.36
Foto pertama berhasil dibuat seniman Lithography Perancis bernama
Nicephore Niepce pada tahun 1824. Niepce membuat foto dengan plat logam
yang disinari dalam kamera obscura selama delapan jam. Merasa kurang puas,
Niepce bekerja sama dengan pelukis asal Perancis bernama Louis Jacques Mande
Daguerre untuk menyempurnakan penelitiannya yang kemudian disebut
heliografi. Dalam bahasa Yunani, “helios” adalah matahari dan “graphos” berarti
menulis.
Sebelum menunjukkan hasil yang optimal, Niepce meninggal dunia pada
tahun 1833. Kemudian pada tanggal 19 Agustus 1839. Daguerre dinobatkan
sebagai orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya, sebuah
gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan iodin
yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung dengan pemanas merkuri
(neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar permanen, plat
dicuci larutan garam dapur dan air sulingan.
Beberapa bulan sebelumnya, seorang ilmuwan inggris bernama William
Henry Fox Talbot sudah pula menemukan lukisan fotografi juga menemukan
36 https://www.facebook.com/PecintaSeniPhotography/posts/460345467358240 diakses Minggu
kamera obscura, tapi ia buat positifnya pada sehelai kertas klorida perak.
Kemudian pada tahun yang sama Talbot menemukan cikal bakal film negatif
modern yang terbuat dari lembar kerta beremulsi yang bisa digunakan untuk
mencetak foto dengan cara contact print, juga bisa digunakan untuk cetak ulang
layaknya film negatif modern. Proses ini disebut Calotype yang kemudian
dikembangkan menjadi Talbotypes.
Temuan teknologi makin maju sejalan dengan masuknya fotografi ke dunia
jurnalistik. Karena belum bisa membawa foto ke dalam proses cetak, surat kabar
mulanya menyalin foto ke dalam gambar tangan. Dan surat kabar pertama yang
memuat gambar sebagai berita adalah The Daily Graphic pada 16 April 1877.
Gambar berita pertama dalam surat kabar tersebut adalah sebuah peristiwa
kebakaran.
Pada tahun 1880 ditemukanlah proses cetak half tone yang memungkinkan
foto dibawa ke dalam surat kabar. Pada Juni 1888, seorang ilmuwan Amerika
bernama George Eastman menciptakan revolusi fotografi dunia. Ia menjual
produk baru dengan merek Kodak yang terkenal dengan nama Eastman’s Kodak,
yaitu berupa sebuah kamera kotak kecil yang berisi rol film. Kamera Kodak inilah
yang kemudian mengalami berbagai penyesuaian teknologi sehingga menjadi
I. Jenis-Jenis Fotografi
Fotografi merupakan bidang yang sangat luas karena hampir setiap aspek
kehidupan manusia tidak lepas dari fotografi. Adapun beberapa macam atau jenis
dari fotografi adalah :37
1. Fotografi Jurnalistik (Photojournalism)
Fotografi jurnalistik membutuhkan fotografernya untuk memotret
sesuai dengan fakta aslinya, tidak ada perubahan atau tidak ada
manipulasi terhadap peristiwa aslinya. Foto dari fotografi jurnalistik
sering berupa foto yang bermakna kuat yang melibatkan pemirsa atau
pembacanya ke dalam suatu cerita.
2. Fotografi Dokumenter (Documentary Photography)
Foto dokumenter menceritakan sebuah peristiwa dengan gambar.
Perbedaan utama antara fotografi jurnalistik dan fotografi dokumenter
adalah bahwa fotografi dokumenter dimaksudkan sebagai dokumen
sejarah era politik atau sosial, sementara fotografi jurnalistik berisi
peristiwa tertentu atau kejadian tertentu saja.
3. Fotografi Aksi (Action Photography)
Seorang fotografer profesional yang mengambil foto aksi dapat
mengkhususkan diri dalam berbagai objek yang berbeda, fotografi
olahraga adalah salah satu jenis aksi tercepat dan paling menarik dari
fotografi.
4. Fotografi Makro (Macro Photography)
Fotografi makro adalah jenis fotografi dengan pengambilan gambar dari
jarak dekat. Fotografi ini membutuhkan peralatan yang canggih dan
mahal, akan tetapi fotografer amatir dapat berlatih dengan
menggunakan mode macro pada kamera digital. Objek fotografi makro
dapat berupa serangga, bunga, bulir air, atau benda lain yang kalau di
close up akan menghasilkan detail yang menarik.
5. Fotografi Mikro (Micro Photography)
Fotografi mikro menggunakan kamera khusus dan mikroskop untuk
menangkap gambar objek yang sangat kecil. Kebanyakan aplikasi
fotografi mikro paling cocok untuk dunia ilmiah.
6. Fotografi Glamour (Glamour Photography)
Orang awam kadang-kadang menyamakannya dengan pornografi,
mungkin karena menampilkan keseksian dan erotis tetapi sebenarnya
bukanlah suatu hal yang porno. Fotografi glamour berusaha untuk
menangkap objek dalam pose yang menekankan kurva dan bayangan.
7. Fotografi Aerial (Aerial Photography)
Seorang fotografer aerial mempunyai spesialisasi dalam mengambil
foto dari udara. Foto dapat digunakan untuk survei atau konstruksi,
untuk memotret burung atau cuaca pada film atau untuk tujuan militer.
Fotografer aerial biasanya menggunakan pesawat, parasut, balon dan
8. Fotografi Bawah Air (Underwater Photography)
Fotografi bawah air biasanya digunakan oleh penyelam atau perenang.
Mengambil gambar bawah air dapat menjadi sesuatu yang sulit, karena
kacamata scuba yang besar dan mendistorsi visi fotografer.
9. Fotografi Seni Rupa (Fine Art Photography)
Fotografi seni rupa, juga dikenal hanya sebagai fotografi seni, mengacu
pada cabang fotografi yang didedikasikan untuk memproduksi foto
untuk tujuan murni estetika.
10.Fotografi Pernikahan (Wedding Photography)
Fotografi pernikahan adalah campuran dari berbagai jenis fotografi.
Meskipun album pernikahan adalah sebuah foto dokumenter dari hari
pernikahan, foto pernikahan dapat diolah dan diedit untuk menghasilkan
berbagai efek. Sebagai tambahan, seorang fotografer pernikahan harus
memiliki keahlian dalam fotografi potret, mereka juga harus
menggunakan teknik foto yang glamor untuk mengabadikan momen
terbaik.
11.Fotografi Periklanan (Advertising Photography)
Fotografi memainkan peran penting dalam periklanan, fotografer
profesional banyak memutuskan karir mereka sebagai fotografer
periklanan. Fotografi iklan butuh hasil yang unik dan eye catching, hal
ini berarti fotografer dapat memainkan beberapa jenis fotografi,
12.Fotografi Perjalanan (Travel Photography)
Fotografi perjalanan adalah jenis fotografi yang melibatkan
dokumentasi pemandangan suatu daerah, orang, budaya, adat istiadat
dan sejarah. Society of America mendefinisikan foto perjalanan sebagai
foto yang mengekpresikan perasaan dari waktu dan tempat,
menggambarkan daerah, orang-orangnya, atau budaya dalam keadaan
aslinya, dan tidak memiliki keterbatasan geografis.
13.Fotografi Vernakular(Vernacular Photography)
Fotografi vernakular sering disebut juga fotografi amatir karena
mengacu kepada penciptaan foto oleh fotografer amatir atau fotografer
yang tidak dikenal yang mengambil foto kehidupan sehari-hari dan
hal-hal yang umum sebagai objek.
14.Fotografi Jalanan (Street Photography)
Fotografi jalanan adalah jenis fotografi dokumenter yang menampilkan
objek dalam situasi candid di tempat umum seperti jalanan, taman,
pantai, mall, dll
15.Fotografi Malam (Night Photography)
Fotografi malam, seperti namanya adalah pengambilan foto outdoor di
senja atau pada malam hari. Karena kurangnya cahaya yang tersedia
dalam fotografi malam hari, fotografer akan menggunakan pencahayaan
buatan atau menggunakan eksposur yang lama untuk memastikan
16.Fotografi Infra Merah (Infra Red Photography)
Fotografi infra merah mengacu pada jenis fotografi di mana foto yang
diambil sensitif terhadap cahaya infra meraj. Dalam fotografi infra
merah, biasanya fotografer menggunakan filter yang hanya melewatkan
panjang gelombang inframerah menuju sensor dan menghasilkan
sebuah foto. Hasil dari foto infra merah bisa menjadi foto hitam-putih
yang kontras atau foto false color, seperti contohnya warna daun yang
hijau segar akan terlihat putih, pemandangan yang panas akan tampak
seperti di musim salju dan seperti di dunia lain.
17.Fotografi Balistik (Balistic Photography)
Fotografi balistik adalah jenis fotografi yang berhubungan dengan
pengambilan foto dari peluru yang ditembakkan dari pistol atau peluru
yang menembus target masing-masing. Teknik-teknik yang terlibat
dengan mengambil foto terkait balistik adalah sama dengan yang untuk
setiap subjek lain dari fotografi kecepatan tinggi, seperti gambar dari
percikan cairan atau popping balon.
18.Fotografi Hitam-Putih (Black and White Photography)
Pada awal sejarah fotografi, fotografi hitam-putih adalah salah satunya
pilihan seorang fotografer untuk mengambil gambar. Bahkan ketika
foto berwarna sudah tersedia, foto hitam-putih pada awalnya
mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih murah untuk
19.Fotografi Peperangan (War Photography)
Fotografi peperangan menangkap foto dari konflik bersenjata dan
kehidupan di daerah yang dilanda perang. Meskipun foto-foto dapat
memberikan representasi yang lebih langsung daripada lukisan atau
gambar, foto-foto tersebut kadang-kadang dimanipulasikan sehingga
menciptakan foto yang tidak objektif dalam jurnalistik.
20.Fotografi Busana (Fashion Photography)
Fotografi busana adalah jenis fotografi yang berkonsentrasi pada
mengambil foto dari pakaian atau aksesoris (pada model atau sendirian)
yang akan diterbitkan di majalah fashion, iklan atau beredar di kalangan
desainer.
21.Chrono Photography
Chrono Photography, seperti namanya adalah fotografi menangkap
pergerakan dari waktu ke waktu melalui serangkaian gambar diam,
yang biasanya digabungkan menjadi satu foto untuk analisis
selanjutnya.
22.Forensic Photography
Forensic Photography adalah seni menghasilkan reproduksi yang
akurat dari TKP atau lokasi kecelakaan untuk kepentingan pengadilan
atau untuk membantuk dalam penyelidikan. Ini adalah bagian dari
23.Foto Manusia
Foto manusia adalah semua foto yang obyek utamanya manusia, baik
anak-anak sampai orang tua, muda maupun tua. Unsur utama dalam
foto ini adalah manusia, yang dapat menawarkan nilai dan daya tarik
untuk divisualisasikan. Foto ini dibagi lagi menjadi beberapa kategori
yaitu :
a. Portrait, adalah foto yang menampilkan ekspresi dan karakter
manusia dalam kesehariannya. Karakter manusia yang berbeda-beda
akan menawarkan image tersendiri dalam membuat foto portrait.
Tantangan dalam membuat foto portrait adalah dapat menangkap
ekspresi obyek (mimik, tatapan, kerut wajah) yang mampu
memberikan kesan emosional dan menciptakan karakter seseorang.
b. Human Interest, dalam karya fotografi adalah foto yang
menggambarkan kehidupan manusia atau interaksi manusia dalam
kehidupan sehari-hari serta ekspresi emosional yang
memperlihatkan manusia dengan masalah kehidupannya, yang mana
kesemuanya itu membawa rasa ketertarikan dan rasa simpati bagi
para orang yang menikmati foto tersebut.
c. Stage Photography, adalah semua foto yang menampilkan aktivitas
/ gaya hidup manusia yang merupakan bagian dari budaya dan dunia
entertainment untuk dieksploitasi dan menjadi bahan yang menarik
d. Sport atau foto olahraga adalah jenis foto yang menangkap aksi
menarik dan spektakuler dalam event dan pertandingan olahraga.
Jenis foto ini membutuhkan kecermatan dan kecepatan seorang
fotografer dalam menangkap momen terbaik.
24.Foto Nature
Dalam jenis foto nature obyek utamanya adalah benda dan makhluk
hidup alami (natural) seperti hewan, tumbuhan, gunung, hutan dan
lain-lain. Kategori yang termasuk kedalam foto nature diantaranya :
a. Foto Flora, jenis foto dengan obyek utama tanaman dan tumbuhan
dikenal dengan jenis foto flora. Berbagai jenis tumbuhan dengan
segala keanekaragamannya menawarkan nilai keindahan dan daya
tarik untuk direkam dengan kamera.
b. Foto Fauna, adalah jenis foto dengan berbagai jenis binatang
sebagai obyek utama. Foto ini menampilkan daya tarik dunia
binatang dalam aktifitas dan interaksinya.
c. Foto Lanskap, adalah jenis foto yang begitu popular seperti halnya
foto manusia. Foto lanskap merupakan foto bentangan alam yang
terdiri dari unsur langit, daratan dan air, sedangkan manusia,
hewan, dan tumbuhan hanya sebagai unsur pendukung dalam foto
ini. Ekspresi alam serta cuaca menjadi momen utama dalam
25.Foto Arsitektur
Kemanapun anda pergi akan menjumpai bangunan-bangunan dalam
berbagai ukuran, bentuk, warna dan desain. Dalam jenis foto ini
menampilkan keindahan suatu bangunan baik dari segi sejarah, budaya,
desain dan konstruksinya. Memotret suatu bangunan dari berbagai sisi
dan menemukan nilai keindahannya menjadi sangat penting dalam
membuat foto ini.
26.Foto Still Life
Foto still life adalah menciptakan sebuah gambar dari benda atau obyek
mati. Membuat gambar dari benda mati menjadi hal yang menarik dan
tampak hidup, komunikatif, ekspresif dan mengandung pesan yang akan
disampaikan merupakan bagian yang paling penting dalam penciptaan
karya foto ini. Jenis foto ini merupakan jenis foto yang menantang
dalam menguji kreatifitas, imajinasi, dan kemampuan teknis
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia fotografi juga mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai
jenis fotografi yang baru yang merupakan turunan dari jenis-jenis fotografi yang
sudah ada. Perkembangan dunia fotografi juga diikuti dengan berkembangnya
teknologi kamera yang digunakan sebagai media menghasilkan karya fotografi.
Hal ini bisa dilihat dengan berkembangnya media penyimpanan foto yang
sebelumnya menggunakan media film, yang kemudian berkembang menggunakan
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA FOTOGRAFI
A. Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Bagi Pencipta Karya Fotografi
Menurut CST Kansil, perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum
yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman,
baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak
manapun.
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap
subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum, baik yang bersifat preventif
maupun represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain
perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep
dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian,
kemanfaatan dan kedamaian.38
Pada perlindungan hukum preventif, subyek hukum diberikan kesempatan
untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan
pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah
terjadinya sengketa. Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi
tindak pemerintahan yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan
38
adanya perlindungan hukum yang preventif, pemerintah terdorong untuk bersifat
hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan kebijaksanaan,
pertimbangan atau keadilan (diskresi).
Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan
sengketa. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu
dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak
asasi manusia.39
Perlindungan hukum merupakan upaya yang diatur oleh undang-undang
guna mencegah terjadi pelanggaran Hak Kekayan Intelektual oleh orang yang
tidak berhak. Jika terjadi pelanggaran, maka pelanggar tersebut harus diproses
secara hukum, dan bila terbukti melakukan pelanggaran akan dijatuhi hukuman
sesuai dengan ketentuan undang-undang bidang Hak Kekayaan Intelektual yang
dilanggar itu. Undang-undang bidang Hak Kekayaan Intelektual mengatur jenis
perbuatan pelanggaran serta ancaman hukumannya, baik secara perdata maupun
secara pidana.
Perlindungan hukum Hak Kekayaan Intelektual merupakan suatu sistem
hukum yang terdiri dari unsur-unsur sistem berikut :40
1. Subjek perlindungan. Subjek yang dimaksud adalah pihak pemilik atau
pemegang hak, aparat penegak hukum, pejabat pendaftaran dan
pelanggar hukum.
2. Objek perlindungan. Objek yang dimaksud adalah semua jenis Hak
Kekayaan Intelektual yang diatur oleh undang-undang, seperti Hak
39 http://tesishukum.com/pengertian-perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/ diakses Rabu 7
Oktober 2015 jam 8:03 WIB
Cipta, Merek, Paten, Desain Industri, Rahasia Dagang, Tata Letak
Sirkuit Terpadu, Perlindungan Varietas Baru Tanaman.
3. Pendaftaran perlindungan. Hak Kekayaan Intelektual yang dilindungi
hanyalah yang sudah terdaftar dan dibuktikan dengan sertifikat
pendaftaran, kecuali apabila undang-undang mengatur lain.
4. Jangka waktu perlindungan. Jangka waktu yang dimaksud adalah
lamanya Hak Kekayaan Intelektual itu dilindungi oleh undang-undang.
5. Tindakan hukum perlindungan. Apabila terbukti telah terjadi
pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual, maka pelanggar harus dihukum,
baik secara pidana maupun secara perdata.
Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang baru
diberlakukan dan disahkan tanggal 16 Oktober 2014 menyatakan bahwa : “Hak
Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan
prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”.
Pasal 4 Undang-Undang Hak Cipta menjelaskan lebih lanjut tentang hak
eksklusif, yaitu hak eksklusif terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Kandungan
hak ekonomi meliputi hak untuk mengumumkan dan hak untuk memperbanyak.
Sedangkan pelaksanaan perlindungan hak moral semakin terabaikan. Kemajuan
teknologi informasi dan telekomunikasi yang secara progresif telah memfasilitasi
revolusi digital, semakin menurunnya kebebasan dan keleluasaan dalam
Pengakuan lahirnya hak atas Hak Cipta adalah sejak suatu gagasan itu
dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk yang nyata. Pengakuan lahirnya hak
atas Hak Cipta tersebut tidak diperlukan suatu formalitas atau bukti tertentu,
berbeda dengan hak-hak daripada Hak Kekayaan Intelektual lainnya, seperti
Paten, Merek, Desain Industri, dan Desan Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Timbulnya atau lahirnya hak tersebut diperlukan suatu formalitas tertentu
yaitu dengan terlebih dahulu mengajukan permohonan pemberian hak. Dengan
demikian lahirnya hak atas Paten, Merek, Desain Industri dan Desain Tata Letak
Sirkuit Terpadu terlebih dahulu melalui suatu permohonan, tanpa adanya
permohonan maka tidak ada pengakuan terhadapnya. Berbeda dengan Hak Cipta,
para prinsipnya Hak Cipta diperoleh bukan karena pendaftaran, tetapi otomatis
lahir sejak ciptaan itu diciptakan atau diwujudkan dalam bentuk nyata. Sehingga
tidak ada kewajiban bagi pencipta untuk mendaftarkan ciptaannya.
Konsep dasar lahirnya Hak Cipta akan memberikan perlindungan hukum
terhadap suatu karya cipta yang memiliki bentuk yang khas dan menunjukkan
keaslian sebagai ciptaan seseorang atas dasar kemampuan dan kreatifitasnya yang
bersifat pribadi. Sifat pribadi yang terkandung di dalam Hak Cipta melahirkan
konsepsi hak moral bagi si pencipta. Hak moral tersebut dianggap sebagai hak
pribadi yang dimiliki oleh seorang pencipta untuk mencegah terjadinya
penyimpangan atas karya ciptanya dan untuk mendapatkan penghormatan atau
penghargaan atas karyanya tersebut. Hak moral tersebut merupakan perwujudan
dari hubungan yang terus berlangsung antara si pencipta dengan hasil karya
Ciptanya kepada orang lain, sehingga apabila pemegang hak menghilangkan nama
pencipta, maka pencipta atau ahli warisnya berhak untuk menuntut kepada
pemegang Hak Cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya.
Disamping itu juga pemegang Hak Cipta tidak diperbolehkan mengadakan
perubahan suatu ciptaan kecuali dengan persetujuan pencipta atau ahli warisnya
dan apabila pencipta telah menyerahkan Hak Ciptanya kepada orang lain, maka
selama penciptanya masih hidup diperlukan persetujuannya untuk mengadakan
perubahan, tetapi apabila penciptanya telah meninggal dunia diperlukan izin dari
ahli warisnya. Dengan demikian, sekalipun hak moral itu sudah diserahkan baik
seluruhnya maupun sebagian kepada pihak lain, maka tidak mengurangi hak
pencipta atau pemegang ahli warisnya untuk menggugat seseorang yang tanpa
persetujuannya : 41
1. Meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan itu.
2. Mencantumkan nama pencipta pada penciptanya.
3. Mengganti atau mengubah judul ciptaan itu.
4. Mengubah isi ciptaan itu.
Hak moral utama yang terdapat dalam Undang-Undang Hak Cipta adalah :
1. Hak untuk memperoleh pengakuan, yaitu hak pencipta untuk
memperoleh pengakuan publik sebagai pencipta suatu karya guna
mencegah pihak lain mengklaim karya tersebut sebagai hasil kerja
mereka, atau untuk mencegah pihak lain memberikan pengakuan
pengarang karya tersebut kepada pihak lain tanpa seijin pencipta.
2. Hak Integritas, yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas perubahan
yang dilakukan terhadap suatu karya tanpa sepengetahuan si pencipta.
Terkait dengan masalah perlindungan terhadap hasil karya seni termasuk
karya fotografi di Indonesia juga semakin berkembang seiring diberlakukannya
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dimana negara
memberikan perlindungan secara eksklusif melalui Undang-Undang tersebut.
Permasalahan Hak Cipta karya fotografi pada dasarnya sering kali timbul
karena kemajuan teknologi dan semakin berkembangnya dunia fotografi digital
dengan menggunakan kamera digital. Kamera jenis ini tidak memerlukan film
karena gambar-gambar hasil jepretan disimpan dalam bentuk file digital pada
kartu memori. File digital tersebut sangat mudah untuk digandakan dan diambil
oleh setiap orang untuk dimanfaatkan dalam berbagai kepentingan, tanpa
sepengatahuan penciptanya.
Umumnya, untuk terjadi pelanggaran harus ada kesamaan antara dua
ciptaan yang ada. Namun pencipta atau pemegang Hak Cipta harus bisa
membuktikan bahwa hasil karyanya telah digunakan atau dijiplak. Bentuk
pelanggaran terhadap Hak Cipta pada dasarnya dibedakan menjadi dua hal pokok,
yaitu :
1. Mengutip sebagian ciptaan orang lain dan dimasukkan ke dalam ciptaan
sendiri seolah-olah itu ciptaan sendiri, atau mengakui ciptaan orang lain
seolah-olah itu ciptaan sendiri.
2. Mengambil ciptaan orang lain untuk diperbanyak dan diumumkan
Dalam hal pembuktian pemilik atau Hak Cipta atas karya fotografi dapat
dilakukan dengan cara pembuktian melalui :42
1. Pemberian tanda air atau watermark pada hasil foto. Kebanyakan
fotografer memberikan tanda air atau watermark di dalam fotonya
untuk menandakan karya foto tersebut merupakan hasil karyanya atau
ciptaannya. Tanda air atau watermark ini bisa berupa nama si fotografer
ataupun lambang khusus yang diciptakan oleh si fotografer.
2. File mentah (file raw). File digital asli dari foto yang diciptakan.
Berbeda dengan file dengan format jpeg, tif, png, atau format foto
lainnya yang bisa dihasilkan melalui aplikasi atau sofware pengolah
foto. File raw hanya bisa dihasilkan oleh kamera yang digunakan
fotografer. Dengan kata lain, apabila seorang fotografer memiliki file
raw, maka dialah pemilik aslinya.
3. Melihat resolusi atau ukuran dari foto tersebut, yang mana resolusi yang
lebih besar dinyatakan asli.
4. Metadata atau exif. Sebuah kamera digital menghasilkan metadata atau exif yang berisikan informasi lengkap mengenai file foto tersebut.
Informasi ini bisa berupa, tanggal pembuatan, ukuran foto, resolusi,
jenis kamera dan lensa yang digunakan, dan informasi-informasi
penting lainnya mengenai file foto tersebut.
Terhadap hak moral ini, walaupun hak penciptanya telah diserahkan
seuluruhnya atau sebagian, pencipta tetap berwenang menjalankan suatu tuntutan
hukum untuk mendapatkan ganti rugi terhadap seseorang yang melanggar hak
moral pencipta. Hal ini sesuai dengan ketentan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, yang menyatakan bahwa : “Tiap perbuatan melanggar hukum
yang membawa kerugian kepada seseorang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.
Pasal 5 Undang-Undang Hak Cipta juga menjelaskan lebih lanjut tentang
hak moral ini, pencipta dari suatu karya cipta memiliki hak untuk :
1. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian ciptaanya untuk umum.
2. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya.
3. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.
4. Mengubah judul dan anak judul ciptaan.
5. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi
ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan
kehormatan diri atau reputasinya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hak moral pada karya cipta
fotografi dianggap sebagai hak pribadi yang dimiliki oleh pencipta untuk
mencegah terjadinya pelanggaran yang merupakan perwujudan dari hubungan
antara pencipta dengan hasil karyanya walaupun penciptanya telah meninggal
dunia, tetapi ia masih berhak dicantumkan namanya.
Disamping hak moral tersebut, Hak Cipta juga berhubungan dengan
kepentingan-kepentingan yang bersifat ekonomi. Adanya