• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Curahan Waktu Kerja Responden Pada Kegiatan Menyadap Pinus No.

(2)

Curahan Waktu Kerja Responden di Luar Kegiatan Menyadap Pinus dan Kegiatan Reproduktif

No.

Curahan Waktu Kerja (HOK/minggu)

Kegiatan diluar menyadap pinus Kegiatan Reproduktif Bertani Berrdagang Beternak Memasak Mencuci Mengasuh

anak

Membersihkan rumah Suami Istri Suami Istri Suami Istri Suami Istri Suami Istri Suami Istri Suami Istri

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alfredi, Kasnawi T, Madris. 2013. Pengaruh Karakteristik Demografi, Sosial dan Ekonomi terhadap Pendapatan Petani Penyadap Getah Pinus di Kecamatan Sesena Padang Kabupaten Mamasa. [skripsi]. Universitas Hasanudin. Cahyono, S. Andy. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Petani Menyadap

Pinus di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Gombong. Balai Penelitian Kehutanan Solo.

Dede. 1998. Kajian Pengelolaan Hutan Rakyat Kemenyan dan Peranannya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Kabupaten Tapanuli Utara, Propinsi Sumatera Utara (Studi Kasus di Desa Simason dan di Desa Susor Tambok). [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Djohani R. 1996. Dimensi Gender dalam Pengembangan secara Partisipatif.

Studio Driya Media. Bandung.

Haryono BS, Wisadirana D, Susilo E. 1997. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja Wanita pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi di Pedesaan Kabupaten Malang). Malang: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Social Science) 1997; 9: 136-138.

Hutagaol MP, W.R. Susila, W. Andayani, & H. Puspitawati. 2007. Study On Marketing Of Agro-Forestry Products (AFTPs) In Indonesia: A Case Of Chasew Nuts In Wonogiri District, Central java province. A report funded by SEANAFE-ICRAF.

Jariah, N.A. 1998. Manfaat Sosial Ekonomi Penyadapan Pinus Terhadap Peningkatan Pendapatan Petani Penyadap: Studi Kasus di Desa Burat, RPH Gebang. BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan. Skripsi Sarjana. Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Roslinda E. 2009. Peranan Perempuan dalam Usaha Konservasi Hutan Pada Sistem Wanatani Berbasis Karet. Prosiding Penelitian Agroforestri di Indonesia Tahun 2006-2009. Bandar Lampung.

Ruswita T et al. 2005. Agroforestry/Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Proyek Kerjasama CIDA Canada–CARE International Indonesia. Sekaran, Uma. 1992. Research Methods for Business : Skill Building

Approach;2nd Edition. John Wiley & Sons, Inc.

(4)

Suharjito D, Sundawati L, Suyanto, Utami SR. 2003. Bahan Ajaran Agroforestri 5: Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestry. ICRAF. Bogor.

Tirtakusuma, R. 1978. Suatu Tinjauan dan Pendapatan Tentang Penyadapan Pinus Merkusii Jung et de Vriese. Perum Perhutani Jember.

Tobing M, Nursahaya, Armiyati S. 2005. Materi Pendukung Modul Pelatihan Analisis Gender. Proyek Kerjasama CIDA (Canadian International Development Agency) – CARE International Indonesia.

Wiliam-de Vries, D. 2006. Gender Bukan Tabu: Catatan Perjalanan Fasilitasi Kelompok Perempuan di Jambi. Bogor, Indonesia: Center for International Forestry Research (CIFOR).

Sumber lain :

BAPPEDA Kabupaten Banyuwangi. 2014. Peta Administrasi Kabupaten

Banyuwangi.

CIFOR. 2007. Dari Desa ke Desa : Dinamika Gender dan Pengelolaan Kekayaan Alam. CIFOR. Bogor.

CIFOR. 2008. Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): Kolaborasi antara Masyarakat Desa Hutan dengan Perum Perhutani dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan di Jawa. CIFOR. Bogor.

(5)

METODOLOGI

PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2014. Penelitian ini dilakukan di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Alat dan Sasaran Penelitian

(6)

Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan diperoleh melalui wawancara (kuisioner) yang ditujukan kepada rumah tangga petani penyadap pinus di KPH Banyuwangi Barat. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber resmi yaitu Perum Perhutani unit II Jawa Timur.

Metode Pengumpulan Data

1. Studi literatur.

Studi leteratur dilakukan untuk menambah kelengkapan data yang diperoleh. Pengumpulan literatur dilakukan dengan cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Wawancara

Tehnik wawancara adalah tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung dengan responden dan pihak-pihak lain yang berkaitan.

Metode Pengambilan Responden

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan memperhatikan luas andil masing-masing responden.

(7)

Responden dikelompokkan menjadi 3 strata berdasarkan luas andil seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Strata penyadap pinus berdasarkan luas andil

Strata Luas (ha) Jumlah (KK)

I <4,0 10

II 4,0-8,0 10

III >8,0 10

Metode pengukuran variabel

1. Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Kegiatan Menyadap Pinus

Peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan menyadap pinus dapat diketahui dengan melihat curahan waktu kerja. Curahan waktu kerja yaitu jumlah waktu yang digunakan oleh perempuan maupun laki-laki dalam melakukan kegiatan tertentu seperti mencari nafkah, pekerjaan rumah tangga atau kegiatan kemasyarakatan. Terdapat tiga jenis kegiatan untuk menentukan curahan waktu kerja penyadap pinus, yaitu kegiatan produktif dan kegiatan reproduktif (Djohani, 1996).

1. Kegiatan produktif

(8)

2. Kegiatan reproduktif

Kegiatan reproduktif adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia

dan keluarga seperti mengasuh anak, serta pekerjaan rumah tangga

(Tobing dkk, 2005) .

2. Pengambilan Keputusan

Simatauw dkk (2001) menyebutkan bahwa dalam rumah tangga pengambilan keputusan dilakukan oleh :

a. Perempuan sendiri b. Perempuan dominan

c. Bersama (laki-laki dan perempuan) d. Laki-laki sendiri

e. Laki-laki dominan

Adapun proses pengambilan keputusan dibagi menjadi beberapa variabel, yaitu: 1. Pengambilan keputusan keluarga dalam kegiatan penyadapan getah pinus

a. Penentuan waktu panen b. Penggunaan alat pertanian c. Investasi peralatan

d. Penentuan pelaku kegiatan pengangkutan hasil panen e. Penentuan jenis angkutan hasil panen

2. Pengambilan keputusan dalam keuangan keluaraga, seperti: a. Merencanakan uang keluarga

b. Mengelola uang keluarga

(9)

e. Mencari jalan pemecahan masalah keuangan

4. Pengambilan keputusan dalam urusan domestik keluarga, seperti: a. Penentuan pendidikan anak dalam keluarga

b. Penentuan dan pembelian menu makanan c. Pembelian alat-alat rumah tangga

d. Pemeliharaan kesehatan

3. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan total rumah tangga dihitung dari berbagai sumber pendapatan selama satu tahun. Pendapatan total rumah tangga dihitung dengan rumus berikut :

YTotal = Ya + Yb + Yc + ...+ Yn

Kontribusi pendapatan dari sadapan pinus terhadap pendapatan total rumah tangga dihitung dengan rumus berikut :

%Ya= Ya

������ �100%

Keterangan :

YTotal =Pendapatan total rumah tangga

%Ya =Kontribusi pendapatan dari sadapan pinus Ya =Pendapatan dari sadapan pinus

Yb, Yc, Yn =Pendapatan dari semua bidang usaha

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan disajikan dalam bentuk tabel dan

(10)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Dusun Sidomulyo

Dusun Sidomulyo terletak di Desa Jambewangi , Kecamatan Glenmore, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Dusun ini merupakan daerah yang masuk dalam kawasan tenurial, berbatasan langsung dengan kawasan hutan di RPH Gunungsari, diantaranya petak 42E, 43C, 443D, 8A, 48L. Luas total Dusun adalah 109,2 Ha.

Dusun Sidomulyo terletak di ketinggian 400 mpdpl dan memiliki suhu rata-rata harian antara 26 oC sampai dengan 36oC dengan topografi relative datar. Jumlah total penduduk Dusun adalah 2.169 orang yang terdiri dari 1.136 orang laki-laki dan 1033 orang perempuan dengan jumlah total 548 KK. Jarak dari Dusun Sidomulyo ke Ibu Kota Kabupaten Banyuwangi sekitar 60 km. Dusun Sidomulyo dibagi menjadi 12 RT dan 2 RW.

Gambar 1. Peta Kabupaten Banyuwangi

(11)

sebanyak 59 orang. Jumlah penduduk di Dusun Sidomulyo berdasarkan umur dapat dilihat di tabel berikut.

Tabel 2. Jumlah penduduk Dusun Sidomulyo berdasarkan umur

Umur L P Jumlah

0-17 332 304 636

18-56 714 647 1361

>56 90 82 172

Jumlah 1.136 1.033 2.169

Sumber : Monografi Desa Jambewangi tahun 2012

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dari tabel 3.

Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkatan pendidikan

Tingkat Pendidikan N %

Belum dan tidak sekolah 1.263 58,23

Pernah Sekolah SD tapi tidak tamat 120 5,53

Tamat SD 247 11,39

Pernah Sekolah SMP tapi tidak Tamat 163 7,51

Tamat SMP 124 5,72

Pernah Sekolah SMA tapi tidak tamat 197 9,08

Tamat SMA 52 2,40

Sarjana 3 0,14

(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Umur

Responden di Dusun sidomulyo merupakan 30 keluarga penydap pinus yang terdiri dari suami dan istri. Umur responden berkisar antara 25-60 tahun. Responden laki-laki paling banyak berumur antara 41-50 tahun, sebesar 36,66%. Tingkat umur mempengaruhi kemampuan fisik petani dalam mengelola usaha taninya maupun pekerjaan lain (Roslinda, 2009). Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur Kelompok

(13)

Tabel 5. Distribusi reponden berdasarkan luas lahan andil

Strata Luas Lahan Andil (Ha)

Sebagian besar dari responden bermata pencaharian utama sebagai penyadap pinus di lahan milik Perhutani, seluruh responden laki-laki dan sebesar 40% dari responden perempuan. Selain sebagai penyadap pinus, responden perempuan juga ada yang bermata pencaharian utama sebagi petani, peternak dan pedagang. Mata pencaharian sampingan sebesar 60% dilakuka oleh responden laki-laki sebagai peternak, dan 40 % sebagai petani. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian

Mata Pencaharian

Responden (N)

Suami Istri

Utama Sampingan Utama Sampingan

N % N % N % N %

(14)

sebagian besar responden berpendidikan rendah. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan

Responden (N)

Suami Istri

N % N %

SD 13 43.33 17 56.66

SMP 11 36.66 10 33.33

SMA 6 20 3 10

Perguruan Tinggi 0 0 0 0

Total 30 100 30 100

Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Kegiatan Produktif Curahan waktu dalam kegiatan menyadap pinus

Peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan menyadap pinus dapat diketahui dari dua kegiatan, yaitu kegiatan produktif dan kegiatan reproduktif. Kegiatan produktif dibagi menjadi ke dalam dua kegiatan lagi, yaitu kegiatan dalam menyadap pinus dan kegiatan di luar menyadap pinus. Kegiatan menyadap pinus membutuhkan peran perempuan dan laki-laki. Secara umum dalam kegiatan menyadap pinus di Dusun Sidomulyo, desa Jambewangi melibatkan suami dan istri dimana masing-masing mempunyai peran dalam kegiatannya.

(15)

Tabel 8. Rata-rata curahan waktu kerja redponden Laki-laki (L) dan Perempuan (P) dalam kegiatan menyadap pinus

Kegiatan Menyadap Pinus

Curahan Waktu Kerja (jam/minggu)

Rata-rata

Kegiatan penyadap pinus terdiri dari penyemprotan CAS, pembaharuan koakan, menaikkan talang tempurung, pemungutan getah dan pengangkutan getah menuju TPG. Kegiatan penyadapan getah pinus di Perum Perhutani Unit II KPH Banyuwangi Barat dilakukan dengan Metode Koakan dimana dilakukan pelukaan pada permukaan kayu dengan koakan yang diawali sadap berupa bujur sangkar ukuran 6x10 cm, dalam koakan sebesar 1,5 cm, dengan pembaharuan koakan setiap 3 hari sekali, dengan perpanjangan 5 mm.

Pinus yang disadap adalah yang telah berumur 10 tahun atau lebih, sebelumnya pihak Perhutani membagi areal sadapan terlebih dahulu dalam blok-blok sadapan seluas 2-5 ha sesuai dengan kemampuan penyadap. Masing-masing blok sadapan kemudian di tetapkan penyadapnya serta dipilih seorang ketua blok. Diupayakan setiap blok berjumlah 10-20 penyadap, dengan jumlah pohon pangkuan tiap penyadap sebanyak kurang lebih 500 pohon.

(16)

talang di pasang menempel pada bagian batas bawah koakandengan menggunakan bambu ukuran kecil yang telah di tajamkan. Ukuran talang 8x5 cm dengan bentuk curve (cekung) yang terbuat dari seng. Getah akan keluar dari kayu yang lunak

dari atas, samping dan bawah. Tempurung di pasang 5 cm di bawah talang sebagai penampung getah.

Setelah iti dilakukan sadapan lanjut yang harus dilakukan tepat waktu dengan ketentuan 3 hari sekali bila tidak menggunakan CAS dan 5 hari sekali bila menggunakan CAS dimana sadap lanjut ini dilakukan diatas luka yang telah ada dengan pembaharuan sepanjang 5 mm. Dengan demikian luka sadapan dalam 1 bulan terdapat 30/3 x 5 mm atau sekitar 5 cm. Pada setiap mulai pembaharuan koakan, talang dan tempurung harus dipisahkan telebih dahulu atau di tutup, hal tersebut agar talang dan tempurung tidak terkena serpihan kayu (tetel). Setelah pembaharuan koakan mencapai 20 cm talang dan tempurung harus ikut di naikkan.

Penyadapan pada pohon yang sama pada bidang yang lain juga tetap diawali dengan pembersihan kulit dan pembuatan mal sadap yang baru dengan jumlah koakan yang diperkenankan. Adapun ketentuan pembuatan mal sadap yang baru yaitu:

a. Keliling 65-125 cm sebanyak satu koakan hidup b. Keliling 125-175 cm sebanyak dua koakan hidup c. Keliling 176-Up maksimal empat koakan hidup

(17)

bersihkan dengan menggunakan minyak lampu. Dengan petel yang bersih dan tajam maka akan mempermudah pekerja dalam mengambil getah pinus tersebut selai mempermudah hal tersebut juga bisa meninggkatkan mutu getah yang dihasilkan.

Gambar 2. Tatal dan CAS sebagai peralatan menyadap

(18)

Proses penyadapan getah pinus di Perum Perhutani Unit II KPH Banyuwangi Barat dilakukan dengan metode koakan namun pembuatan mal sadap berbeda dengan mal sadap pada penyadapan di daerah lainnya. Pada umumnya koakan yang dibuat dalam proses penyadapan getah pinus dibuat dengan miring dengan banyak sayatan dan getah dari sayatan tersebut di alirkan pada satu tempurung penampung. Perbedaan tersebut sangat mempengaruhi pada banyaknya getah yang di hasilkan dan juga berpengaruh pada keadaan batang kayu yang di sadap. Koakan yang di lakukan di Perum Perhutani Unit II KPH Banyuwangi Barat lebih sedikit luka pada batang kayu yang di sadap sehingga batang kayu yang di sadap pun tetap kuat dari goncangan angin sehingga tidak mudah tumbang.

(a) (b)

Gambar 3. (a) Penyadapan dengan menggunakan CAS, (b) Tanpa menggunakan CAS

(19)

Curahan waktu kerja di luar kegiatan menyadap pinus

Kegiatan di luar menyadap pinus dilakukan untuk menambah penghasilan rumah tangga seperti berdagang,bertani dan beternak. Pada kegiatan di luar kegiatan menyadap ini, perempuan dan laki-laki memiliki waktu curahan kerja yang berbeda-beda. Tidak semua responden memiliki mata pencaharian sampingan, sehingga rata-rata curahan waktu kerja bernilai kecil. Rata-rata curahan kerja responden laki-laki dan perempuan di luar kegiatan menyadap pinus dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata curahan kerja reponden laki-laki (L) dan perempuan (P) di luar kegiatan menyadap pinus

Kegiatan di Luar Menyadap

Pinus

Curahan Waktu Kerja (jam/minggu) Rata-rata Strata I Strata II Strata III

L P L P L P L P Bertani 2.10 1.30 12.70 11.30 0.50 0.50 5.1 4.37

Berdagang 0.00 12.00 0.00 13.30 0.00 0.00 0.00 8.43

Beternak 3.70 3.30 4.60 1.50 0.7 2.4 3.00 2.40

Total 5.80 16.60 17.30 26.10 1.20 2.90 8.10 15.20

(20)

Gambar 4. Lahan pertanian salah satu penyadap pinus.

Kegiatan beternak yang mereka lakukan antara lain mencari pakan ternak, memberi makan dan membersihkan kandang. Rata-rata responden laki-laki menghabiskan 3 jam/ minggu dan perempuan sebesar 2,40 jam/minggu. Jenis ternak yang mereka pelihara mulai dari ayam, bebek, kambing dan sapi.

Kegiatan berdagang merupakan kegiatan yang paling banyak menyita waktu bagi para responden perempuan yang bermata pencaharian utama ataupun sampingan. Sebagian besar dari mereka membuka warung di rumah dan menjual berbagai kebutuhan pokok. Kegiatan berdagang ini mereka selingi dengan melakukan kegiatan reproduktif seperti memasak, membersihkan rumah dan mengurus anak.

Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Kegiatan Reproduktif

(21)

rumah tangga hanya dilakukan oleh perempuan. Satuan curahan waktu kerja pada kegiatan reproduktif yaitu jam/hari.

Tabel 10. Rata-rata curahan kerja reponden laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam kegiatan reproduktif (jam/minggu)

No Kegiatan Reproduktif

Curahan Waktu Kerja (jam/minggu) Rata-rata

Dapat dilihat bahwa curahan waktu kerja responden perempuan di semua strata tidak jauh berbeda. Dari seluruh responden lai-laki, tidak ada yang ikut membantu pekerjaan reproduktif sehingga rata-rata curahan kerja responden laki-laki dalam kegiatan ini 0,00 jam/ hari. Hal ini sangat berbeda jauh dari responden perempuan yang menghabiskan 43,05 jam/minggu dalam melakukan kegiatan reproduktif. Pada penelitian yang dilakukan oleh Roslinda (2009) yang dilakukan di Dusun Tokang Jaya, Dusun Pana, dan Dusun Kopar kegiatan reproduktif seperti memasak, mencuci pakaian, mengasuh anak, dan membersihkan rumah dominan dilakukan oleh perempuan, karena perempuan memiliki posisi ganda dalam keluraga selain perempuan aktif dalam kegiatan produktif juga aktif dalam melakukan kegiatan reproduktif.

Perbandingan Peran Perempuan dan Laki-laki Penyadap Pinus

(22)

besar dari pada laki-laki karena perempuan dianggap mempunyai peran penting dalam mengurus rumah tangga. Waktu yang dimiliki oleh responden laki-laki lebih banyak dicurahkan pada kegiatan produktif dalam menyadap pinus , yaitu laki-laki sebesar 39,61 jam/minggu atau 83,55% dan perempuan sebesar 9,70 jam/minggu atau 14,16%. Seperti pada Tabel, secara keseluruhan total curahan waktu kerja yang dikeluarkan oleh laki-laki sebesar 47,71 jam/minggu dan perempuan sebesar 67,37 jam/minggu. Ini berarti curahan waktu kerja perempuan lebih besar daripada laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan mempunyai peran ganda dalam keluarga, yaitu selain berperan dalam kegiatan produktif perempuan juga berperan dalam kegiatan reproduktif, sedangkan laki-laki hanya aktif pada kegiatan produktif.

Tabel 11. Rata-rata curahan waktu kerja total laki-laki dan perempuan dalam kegiatan menyadap pinus

Hubungan Antara Karakteristik Responden dan Curahan Waktu Kerja

Hubungan antara umur dan curahan waktu kerja

(23)

perempuan paling banyak berumur antara 41-50 tahun. Sedangkan untuk perempuan dan laki-laki pada strata III paling banyak berumur antara 30-40 tahun. Pada Tabel 12 terlihat bahwa laki-laki paling banyak berumur antara 41-50 tahun dan perempuan berumur antara 30-40 tahun.

Tabel 12. Distribusi berdasarkan kelas umur dan luas lahan andil

Kelas Umur (tahun)

Responden (N) Total

Curahan waktu kerja di dalam kegiatan menyadap pinus paling besar untuk laki-laki dan perempuan berkisar pada umur 30-40 tahun dan pada kegiatan di luar menyadap pinus paling besar untuk laki-laki pada 41-50 tahun dan pada perempuan pada rentang umur 30-40 tahun yang dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14.

Tabel 13. Curahan waktu kerja berdasarkan umur dan luas lahan andil

Kelas Umur (tahun)

Curahan waktu kerja dalam kegiatan menyadap pinus

(24)

Tabel 14. Curahan waktu kerja di luar kegiatan menyadap pinus berdasarkan umur dan luas lahan andil

Kelas Umur (tahun)

Curahan waktu kerja di luar kegiatan

menyadap pinus (HOK/minggu) Rata-rata

Untuk kegiatan reproduktif, responden perempuan pada rentang umur 30-50 tahun tahun memiliki curahan waktu kerja tertinggi. Kelompok strata I yang memiliki luas andil dibawah 4 ha juga memiliki curahan waktu kerja untuk kegiatan reproduktif tertinggi yang dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Curahan Waktu Kerja kegiatan reproduktif berdasarkan umur dan luaslahan andil

Kelas Umur (tahun)

Curahan waktu kerja pada kegiatan reproduktif

(jam/minggu) Rata-rata

(25)

Hubungan antara pendidikan dan curahan waktu kerja

Dari Tabel 16. dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan terakhir responden terbesar hanya sampai jenjang SD, ini menjadi gambaran rendahnya tingkat pendidikan dari penyadap pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi.

Tabel 16. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dan luas lahan andil

Responden laki-laki yang berpendidikan tingkat SMP mempunyai curahan waktu kerja kegiatan menyadap pinus terbesar sedangkan curahan waktu kerja terkecil ada pada responden perempuan tingkat pendidikan SMA

Tabel 17. Curahan waktu kerja kegiatan menyadap pinus berdasarkan tingkat pendidikan dan luas lahan andil

Pendidikan

Curahan waktu kerja kegiatan menyadap pinus (jam/minggu) Strata I Strata II Strata III Rata-rata

Tabel 18. Curahan waktu kerja di luar kegiatan menyadap pinus berdasarkan tingkat pendidikan dan luas lahan andil

Pendidikan

(26)

Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap curahan waktu kerja penyadap pinus. Curahan waktu kerja di luar menyadap pinus responden laki- laki pada semua tingkatan relatif sama. Curahan kerja perempuan di luar kegiatan menyadap lebih tinggi daripada laki-laki. Responden perempuan yang menghabiskan waktu paling banyak dalam kegiatan reproduktif adalah pada tingkatan pendidikan SD.

Tabel 19. Curahan waktu kerja kegiatan reproduktif berdasarkan tingkat pendidikan dan luas lahan andil

Pendidikan

Curahan waktu kerja kegiatan reproduktif (HOK/minggu) Strata I Strata II Strata III Total

Pengambilan Keputusan di Keluarga Penyadap Pinus

Pengambilan keputusan dalam kegiatan menyadap pinus

(27)

Tabel 20. Pengambilan keputusan dalam kegiatan menyadap pinus

Suami sangat berperan dalam pengambilan keputusan dalam kegiatan produktif terutama dalam kegiatan menyadap pinus karena mereka mengannggap suami merupakan kepala keluarga dan tulang punggung keluarga. Sehingga, segala tanggung jawab dan masalah tentang kegiatan tersebut diserahkan kepada suami dan istri hanya mengikuti keputusan yang diambil suami. Walaupun ada beberapa keluarga yang memutuskan sesuatu secara bersama-sama.

Pengambilan keputusan dalam keuangan keluaraga

(28)

Tabel 21. Pengambilan keputusan dalam keuangan keluarga 3. Memutuskan untuk

membelanjakan

Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa pengambilan keputusan dalam masalah keuangan keluarga seperti merencanakan uang keluarga, meminjam uang untuk keperluan keluarga, dan mencari jalan pemecahan masalah keuangan lebih dominan diputuskan secara bersama-sama antara suami dan istri karena masalah keuangan keluarga merupakan tanggung jawab bersama dan bukan tanggung jawab suami atau istri saja. Namun, pengambilan keputusan dalam pengelolaan uang keluarga dan memutuskan untuk membelanjakan uang keluarga dikendalikan oleh istri secara dominan, karena istri bertanggung jawab atas pengelolaan kebutuhan sehari-hari keluarga.

(29)

masalah keuanagan, meminjam uang untuk keperluan keluarga, dan menjam uang/ kredit untuk usaha.

Pengambilan keputusan dalam urusan domestik keluarga

Pembagian peran dalam suatu keluarga itu penting karena sebagai tanggung jawab terhadap masing-masing anggota keluarga guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama. Pembagian peran antara suami istri merupakan wujud dari peran gender yang dilaksanakan pada pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial dan domestik keluarga. Sebaran responden pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial dan domestik keluarga dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Pengambilan keputusan dalam urusan domestik keluarga

No Pernyataan

(30)

antara suami dan istri di tingkat keluarga. Pada kegiatan domestik, perempuan lebih banyak berperen dalam kegiatan mengatur penyediaan makanan keluarga dan mengatur kegiatan rumah tangga daripada laki-laki. Selain itu, secara bersama-sama suami dan istri bertanggung jawab dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya.

Kontribusi Pendapatan dari Kegiatan Menyadap Pinus Terhadap Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga dari kegiatan menyadap pinus

Pendapatan rumah tangga merupakan hasil dari semua perolehan dalam bentuk uang yang diterima dalam suatu rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pendapatan diperoleh dari menyadap pinus dan dari semua bidang usaha lain seperti bertanu, berdagang dan beternak.

Tabel 23. Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari kegiatan menyadap pinus

Strata Luas Lahan Andil

Rata-rata pendapatan rumah tangga

Rp/panen Rp/bulan Rp/tahun

Strata I 310.000 620.000 7.440.000

Strata II 391.000 782.000 9.384.000

Strata III 1.130.000 2.260.000 27.120.000

Rata-rata 610.333 1.220.666 14.648.000

(31)

pada strata III yang memiliki luas andil diatas 8 ha, rata-rata pendapatan dari menyadap pada strata ini sebesar Rp. 2.260.000/bulan.

Gambar 6. TPG Corah Landak, salah satu tempat pengumpulan getah di RPH Gunungsari.

Pendapatan rumah tangga dari kegiatan di luar menyadap pinus

Pendapatan yang diperoleh di luar dari kegiatan menyadap pinus antara lain di bidang pertanian, berdagang dan beternak. Tidak semua rumah tangga memperoleh pendapatan dari kegiatan di luar menyadap pinus ini, karena kegiatan ini merupakan pekerjaan sampingan saja. Rata-rata pendapatan rumah tangga paling besar yang diperoleh dari kegiatan berdagang yaitu terdapat pada strata I dan III yaitu Rp. 6.000.000/tahun. Rata-rata pendapatan dari kegiatan bertani dan beternak terbesar pada strata III seperti pada Tabel 24.

Tabel 24. Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari kegiatan di luar menyadap pinus

Strata

Rata-rata pendapatan rumah tangga

Total Bertani Beternak Berdagang

(32)

Kontribusi Kegiatan Menyadap Pinus terhadap Pendapatan Total

Pendapatan total rata-rata rumah tangga paling tinggi diperoleh pada strata III yaitu sebesar Rp. 33.720.000/tahun, sedangkan pada kegiatan di luar menyadap pinus strata III juga mempunyai pendapatan total rata-rata rumah tangga paling besar yaitu sebesar Rp.6.600.000/tahun.

Tabel 25. Pendapatan total rata-rata rumah tangga

Strata

Total Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga

Total Rata-rata 14.648.000 73.23 5.354.444 26.77 20.002.444 100

Pada kepemilikan lahan strata III memiliki curahan waktu kerja paling besar dalam kegiatan menyadap pinus yang mempengaruhi pada hasil panen yang diperoleh. Bila produktivitas kerja penyadap besar, kontrol terhadap lahan andil pun semakin besar, sehingga hasil panen getah yang didapat lebihbesar. Hasil panen ini mempengaruhi pendapatan para buruh sadap. Pada Tabel dapat dilihat bahwa kegiatan menyadap pinus berkontribusi terhadap pendapatan rumah tangga sebesar 73,23% dengan pendapatan rata-rata Rp. 14.648.000/tahun. Jika dibandingkan dengan usaha lain, kegiatan menyadap pinus memberikan kontribusi yang paling besar terhadap perekonomian rumah tangga penyadap.

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :

1. Peran laki-laki lebih besar dari pada peran perempuan dalam kegiatan menyadap pinus, dilihat dari curahan waktu kerja laki-laki sebesar 39,61 jam/minggu atau 83,55% dan perempuan sebesar 9,07 jam/minggu atau sebesar 14,16%.

2. Kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan sudah cukup baik. Kegiatan produktif dalam menyadap pinus didominasi oleh laki-laki sendiri (46,67%), masalah menyangkut kepentingan domestik atau reproduktif dilakukan oleh perempuan secara dominan (45,00%), sedangkan masalah keuangan dilakukan secara bersama (42,67%).

3. Kontribusi penghasilan dari menyadap pinus terhadap total pendapatan rumah tangga responden sebesar 73,23%.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Diharapkan lebih sering dilakukan pertemuan dan pelatihan oleh pihak Perhutani terhadap masyarakat penyadap terutama melibatkan perempuan sehingga kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru bagi perempuan sama besarnya dengan kesempatan laki-laki.

(34)
(35)

TINJAUAN

PUSTAKA

Pengertian Gender

Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh nilai-nilai, norma-norma, hukum-hukum, ideologi dari masyarakat yang bersangkutan. Perbedaan gender suatu kelompok masyarakat berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya. Dalam suatu kelompok masyarakat posisi perempuan ada yang ditinggikan, direndahkan atau bahkan sejajar dalam segala bidang atau pada bidang tertentu daripada laki-laki. Karena gender merupakan hasil kontruksi sosial budaya, maka perbedaan gender dalam suatu masyarakat dapat berubah dari waktu ke waktu (Suharjito dkk, 2003).

Menurut Wiliam-de Vries (2006) gender sama sekali berbeda dengan pengertian jenis kelamin dan gender bukanlah perempuan atau laki-laki. Gender hanya memuat perbedaan fungsi dan peran sosial laki-laki dan perempuan, yang terbentuk oleh tempat kita berada. Gender tercipta melalui proses sosial budaya yang panjang dalam suatu lingkup masyarakat tertentu, sehingga dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Gender juga berubah dari waktu ke waktu sehingga bisa berlainan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

(36)

manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Dalam relasi sosial yang setara, perempuan dan laki-laki merupakan faktor yang sama pentingnya dalam menentukan berbagai hal yang menyangkut kehidupan.

Peran Gender

Gender dan Pembagian Tugas (Peran) dalam Rumah Tangga Pembagian kerja adalah mengalokasikan anggota rumah tangga laki-laki dan perempuan, dewasa dan anak-anak untuk melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan peranannya dalam kegiatan produktif dan reproduktif. Pembagian tugas atau peran sebenarnya sulit untuk dibatasi, mana tugas untuk perempuan dan mana untuk laki-laki, karena sebenarnya pembagian tugas gender kebanyakan bisa dilakukan oleh keduanya. Pembagian tugas laki-laki dan perempuan perlu dilakukan untuk berbagi tanggung jawab secara adil. Pembagian tugas yang baik tidak menjadikan gender sebagai masalah karena pembagian peran laki-laki dan perempuan tersebut menguntungkan kedua belah pihak (Djohani, 1996).

Keluarga atau rumah tangga merupakan satuan masyarakat terkecil dimana segala macam hubungan antara laki-laki dan perempuan dapat tercermin. Mulai dari pembedaan peran, pembagian kerja, penguasaan dan akses atas sumber-sumber baik fisik, maupun ideologis, hak dan posisi (Simatauw dkk, 2001)

(37)

reproduktif adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan

keluarga seperti melahirkan dan mengasuh anak, serta pekerjaan rumah tangga

(Tobing dkk, 2005).

Perempuan pada umumnya memiliki dua peran yaitu peran reproduktif dan

produktif, sementara laki-laki hanya produktif, dan sedikit reproduktif. Berdasarkan

hasil penelitian di Yuscaran-Honduras menunjukkan bahwa pada awalnya bidang

pertanian merupakan pekerjaan laki-laki. Namun seiring terjadinya degradasi lahan

pertanian telah meningkatkan peran perempuan pada kegiatan pertanian. Tenaga kerja

laki-laki pada rumah tangga yang lahan pertaniannya marginal (miskin) dan peka

erosi cenderung meninggalkan pertaniannya dan bekerja di sektor non-pertanian

(off-farm). Sehingga beban tenaga kerja perempuan cenderung bertambah berat, yakni

bukan hanya bertanggung jawab untuk kegiatan reproduksi melainkan juga pada

lahan pertaniannya. Peran tenaga kerja perempuan tersebut tergantung ketersediaan

tenaga anak dewasa yang dapat membantu bekerja dan keberadaan anak bayi dan

balita (Suharjito dkk, 2003).

Gender dalam Pengambilan Keputusan

(38)

keputusan, bahkan keputusan-keputusan yang menyangkut dirinya dan kehidupannya. Dalam banyak hal, perempuan diharuskan tunduk pada keputusan yang diambil laki-laki (Tobing dkk, 2005).

Analisis terhadap kesenjangan dan isu gender digunakan melalui penerapan parameter yang menjadi acuan yaitu akses, partisipasi, kontrol dan manfaat. Keempat acuan tersebut dikaji terhadap suatu program agar dapat ditemukan faktor kesenjangan dan isu gender yang potensial timbul. Selama ini peran perempuan dalam sektor pertanian di pedesaan sangat tinggi namun seringkali tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan sektor pertanian (Ruswita dkk, 2005)

Penempatan kaum perempuan dalam posisi yang seolah-olah tidak penting dalam aktivitas pengelolaan sumber daya alam ini disebabkan adanya mitos negatif yang masih berkembang, antara lain: perempuan adalah istri di rumah, hasil hutan adalah domain laki-laki, laki-laki adalah kepala rumah tangga, perempuan adalah anggota masyarakat yang pasif, perempuan kurang produktif dibanding laki-laki (Suharjito dkk, 2003).

Peran perempuan dalam menyumbang ekonomi keluarga tidak dapat dianggap ringan khususnya yang bekerja pada kegiatan rehabilitasi hutan. Kegiatan rehabilitasi hutan sering identik dengan kegiatan laki-laki karena dianggap cukup berat. Anggapan ini membuat peran perempuan kurang diperhitungkan dalam kegiatan rehabilitasi hutan. Padahal pada tahap pelaksanaan di lapangan perempuan memegang peranan cukup penting (CIFOR, 2007)

(39)

reproduktif seperti memasak, mencuci, mengasuh anak tidak dapat dan tidak diukur dengan uang. Bahkan pekerjaan produktif seperti bertani di sekitar pekarangan, beternak hewan kecil, dan menenun meski kebutuhan sendiri pun tidak diukur dengan uang. Hal ini menyebabkan pekerjaan traditional perempuan tidak dianggap penting . Padahal pada masyarakat yang tidak menggantungkan kebutuhan barang-barang dari luar, seringkali melakukan pekerjaan subsisten semacam ini dan justru hal inilah yang menunjang kehidupan mereka sehari-hari (Simatauw dkk, 2001).

Curahan Waktu Kerja

Curahan kerja adalah waktu yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan produktif yaitu kegiatan yang menghasilkan pendapatan baik secara langsung berupa uang atau tidak langsung (Haryono dkk, 1997). Jam kerja adalah jumlah waktu (dalam jam) yang digunakan untuk bekerja. Jumlah jam kerja dapat dijadikan ukuran produktivitas kerja seseorang pekerja. Jumlah jam kerja kurang dari 35 jam seminggu dikategorikan mempunyai jam kerja dibawah normal dan disebut sebagai setengah penganggguran.

Pendapatan Rumah Tangga

(40)

Hasil penelitian dari Alfredi dkk yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Demografi, Sosial dan Ekonomi terhadap Pendapatan Petani Penyadap Getah Pinus di Kecamatan Sesena Padang Kabupaten Mamasa” menyebutkan bahwa ada empat hal yang mempengaruhi besarnya pendapatan penyadap yaitu umur petani penyadap, jumlah anggota keluarga yang terlibat, pendidikan dan jam kerja efektif.

Petani Penyadap Pinus

(41)
(42)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dengan kondisi perkembangan zaman, daya serap sektor modern terhadap perluasan kesempatan kerja semakin sempit, sehingga perluasan kesempatan kerja diarahkan ke sektor tradisional yang dipelopori oleh pemerintah, salah satunya adalah usaha pemanfaatan sumber daya alam yaitu kekayaan hasil hutan yang dapat di jadikan sarana untuk membuka lapangan pekerjaan guna menampung tenaga kerja bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan tetap menjaga kelesetariannya.

Perum Perhutani merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada dibawah naungan Departemen Kehutanan yang mempuyai Visi dan Misi menjadi pengelola hutan tropis yang terbaik di dunia. Dalam misi tersebut Perum Perhutani yang antara lain mengelola hutan tropis dengan prinsip pengelola hutan lestari, menyelenggarakan pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), membangun Sumber Daya Manusia (SDM) melalui perusahaan yang bersih, berwibawa, mendukung dan berperan serta dalam pembangunan wilayah dan perekonomian nasional.

(43)

Masyarakat dapat terlibat langsung dalam pengelolaan hutan sebagai bentuk partisipasi dan mereka juga dapat mengambil keputusan baik dalam kegiatan menyadap pinus maupun di luar kegiatan menyadap pinus. Namun masyarakat yang terlibat bukan hanya kaum laki-laki saja. Pada era emansipasi ini kaum perempuan juga dapat terlibat dalam kegiatan ini demi tercapainya kesetaraan gender. Namun, masih belum diketahui seberapa besar peran masyarakat dalam pengelolaan hutan pinus, bagaimana peran perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan, serta seberapa besar kontribusinya kegiatan menyadap pinus terhadap pendapatan rumah tangga. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai hal-hal tersebut.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan penyadapan pinus. 2. Mengetahui peran perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan di

keluarga penyadap pinus.

3. Mengetahui kontribusi kegiatan penyadapan pinus terhadap pendapatan rumah tangga.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Praktis

(44)

keputusan, serta memberikan informasi tentang kontribusi kegiatan sadapan pinus terhadap pendapatan rumah tangga.

2. Manfaat Akademis

(45)

ABSTRAK

PRATIWI: Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur oleh AGUS PURWOKO dan JUNJUNGAN.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam penyelenggaraan pengelolaan sumber daya hutan bersama masyarakat (PHBM) adalah dengan memberdayakan masyarakat sekitar hutan untuk melakukan penyadapan getah pinus, tidak terkecuali di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi yang langsung berbatasan dengan hutan. Masyarakat dapat terlibat langsung dalam pengelolaan hutan sebagai bentuk partisipasi dan mereka juga dapat mengambil keputusan baik dalam kegiatan menyadap pinus maupun diluar kegiatan menyadap pinus. Namun masyarakat yang terlibat bukan hanya kaum laki-laki saja, pada era emansipasi ini kaum perempuan juga dapat terlibat dalam kegiatan ini demi tercapainya kesetaraan gender.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan penyadapan pinus dan dalam pengambilan keputusan serta untuk mengetahui kontribusi kegiatan penyadapan pinus terhadap pendapatan rumah tangga.

Sasaran penelitian adalah keluarga penyadap pinus di Dusun Sidomulyo. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur, dan wawancara. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah secara purposive sampling dengan memperhatikan luas andil masing-masing responden. Sampel yang diambil yaitu 30 rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri, sehingga jumlah seluruh responden terdiri dari 60 responden.

Dilihat dari curahan waktu kerjanya, peran laki-laki lebih besar dari pada perempuan dalam kegiatan menyadap pinus ,curahan waktu kerja laki-laki sebesar 39,61 jam/minggu dan perempuan sebesar 9,07 jam/minggu. Pengambilan keputusan dalam keluarga penyadap pinus, kegiatan produktif dilakukan oleh laki-laki sendiri, masalah menyangkut kepentingan domestik atau reproduktif dilakukan oleh perempuan secara dominan, sedangkan masalah keuangan dilakukan secara bersama. Kontribusi penghasilan dari menyadap pinus terhadap pendapatan rumah tangga responden sebesar 73,23%.

(46)

ABSTRACT

PRATIWI: Gender Analysis of Pine Tappers in Sidomulyo Hamlet, Jambewangi Village, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II East Java, supervised by AGUS PURWOKO and JUNJUNGAN.

One of the efforts made in the implementation of community based forest management is to empower communities around the forest to do pine tapping, including in Sidomulyo Hamlet, Jambewangi Village that directly bordered to the forest. The community can be involved directly in forest management as a form of participation and they also can make decisions, either in pine tapping activities or outside pine tapping activities. However, the community involved not only men, in the era of emancipation, women can also be involved in making decisions in order to achieve gender equality.

The purpose of this study was to determine the roles of women and men in pine tapping and in making decisions associated with the pine tapping, as well as to determine the contribution of pine tapping on household income.

The object of this study is pine tapper family in Sidomulyo Hamlet. The data was collected by literature study and interview. The used method in sampling was purposive sampling method by notice the land width of each respondents. Samples were taken 30 households consisting of husband and wife, so the total number of respondents consisted of 60 respondents.

From the aspect of working time, the role of men is greater than women in pine tapping activities, the working time of men at 39,61 hours/week and women at 9,07 hours/week. Decision-making in the family and productive activities conducted by men, issues concerning the domestic interests or reproductive dominated by women, while the financial conducted together. Respondents’ income contribution from pine tapping amounted to 73.23% from total household income.

(47)

ANALISIS GENDER PENYADAP

PINUS DI DUSUN SIDOMULYO, DESA

JAMBEWANGI, RPH GUNUNGSARI, BKPH GLENMORE,

KPH BANYUWANGI BARAT, PERUM PERHUTANI UNIT II

JAWA TIMUR

SKRIPSI

Oleh :

Pratiwi 101201065 Manajemen Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(48)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.

Nama : Pratiwi NIM : 101201065 Program Studi : Kehutanan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr. Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Drs. Junjungan, SBP.S, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui

(49)

ABSTRAK

PRATIWI: Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur oleh AGUS PURWOKO dan JUNJUNGAN.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam penyelenggaraan pengelolaan sumber daya hutan bersama masyarakat (PHBM) adalah dengan memberdayakan masyarakat sekitar hutan untuk melakukan penyadapan getah pinus, tidak terkecuali di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi yang langsung berbatasan dengan hutan. Masyarakat dapat terlibat langsung dalam pengelolaan hutan sebagai bentuk partisipasi dan mereka juga dapat mengambil keputusan baik dalam kegiatan menyadap pinus maupun diluar kegiatan menyadap pinus. Namun masyarakat yang terlibat bukan hanya kaum laki-laki saja, pada era emansipasi ini kaum perempuan juga dapat terlibat dalam kegiatan ini demi tercapainya kesetaraan gender.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran perempuan dan laki-laki dalam kegiatan penyadapan pinus dan dalam pengambilan keputusan serta untuk mengetahui kontribusi kegiatan penyadapan pinus terhadap pendapatan rumah tangga.

Sasaran penelitian adalah keluarga penyadap pinus di Dusun Sidomulyo. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur, dan wawancara. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah secara purposive sampling dengan memperhatikan luas andil masing-masing responden. Sampel yang diambil yaitu 30 rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri, sehingga jumlah seluruh responden terdiri dari 60 responden.

Dilihat dari curahan waktu kerjanya, peran laki-laki lebih besar dari pada perempuan dalam kegiatan menyadap pinus ,curahan waktu kerja laki-laki sebesar 39,61 jam/minggu dan perempuan sebesar 9,07 jam/minggu. Pengambilan keputusan dalam keluarga penyadap pinus, kegiatan produktif dilakukan oleh laki-laki sendiri, masalah menyangkut kepentingan domestik atau reproduktif dilakukan oleh perempuan secara dominan, sedangkan masalah keuangan dilakukan secara bersama. Kontribusi penghasilan dari menyadap pinus terhadap pendapatan rumah tangga responden sebesar 73,23%.

(50)

ABSTRACT

PRATIWI: Gender Analysis of Pine Tappers in Sidomulyo Hamlet, Jambewangi Village, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II East Java, supervised by AGUS PURWOKO and JUNJUNGAN.

One of the efforts made in the implementation of community based forest management is to empower communities around the forest to do pine tapping, including in Sidomulyo Hamlet, Jambewangi Village that directly bordered to the forest. The community can be involved directly in forest management as a form of participation and they also can make decisions, either in pine tapping activities or outside pine tapping activities. However, the community involved not only men, in the era of emancipation, women can also be involved in making decisions in order to achieve gender equality.

The purpose of this study was to determine the roles of women and men in pine tapping and in making decisions associated with the pine tapping, as well as to determine the contribution of pine tapping on household income.

The object of this study is pine tapper family in Sidomulyo Hamlet. The data was collected by literature study and interview. The used method in sampling was purposive sampling method by notice the land width of each respondents. Samples were taken 30 households consisting of husband and wife, so the total number of respondents consisted of 60 respondents.

From the aspect of working time, the role of men is greater than women in pine tapping activities, the working time of men at 39,61 hours/week and women at 9,07 hours/week. Decision-making in the family and productive activities conducted by men, issues concerning the domestic interests or reproductive dominated by women, while the financial conducted together. Respondents’ income contribution from pine tapping amounted to 73.23% from total household income.

(51)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kutambaru pada tanggal 15 Juni 1992 dari ayah Absori dan ibu Ernawati Br Ginting. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 6 Kabanjahe pada tahun 2004, lulus dari SMP Negeri 1 Kabanjahepada tahun 2007 dan lulus dari SMA Negeri 1 Kabanjahe pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB. Di Universitas Sumatera Utara, penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian.

(52)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Gender Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

(53)

Kiranya hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dunia ilmu pengetahuan dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembacanya dalam penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

(54)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Tujuan ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender ... 4

Peran Gender ... 5

Gender dalam Pengambilan Keputusan ... 6

Curahan Waktu Kerja ... 8

Pendapatan Rumah Tangga ... 8

Petani Penyadap Pinus ... 9

METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran ... 11

Waktu dan Tempat ... 11

Alat dan Sasaran Penelitian ... 11

Jenis Data ... 12

Metode Pengumpulan Data ... 12

Metode Pengambilan Responden ... 12

Metode Pengukuran Variabel ... 13

Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 15

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden ... 19

Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Kegiatan Produktif Curahan waktu dalam kegiatan menyadap pinus ... 20

Curahan waktu kerja di luar kegiatan menyadap pinus ... 25

Peran Perempuan Dan Laki-Laki Dalam Kegiatan Reproduktif ... 26

(55)

Hubungan Karakteristik Responden dan Curahan Waktu Kerja

Hubungan antara umur dan curahan waktu kerja ... 28

Hubungan antara pendidikan dan curahan waktu kerja ... 31

Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dalam kegiatan menyadap pinus ... 32

Pengambilan keputusan dalam keuangan keluaraga ... 33

Pengambilan keputusan dalam urusan domestik keluarga ... 35

Kontribusi Pendapatan dari Kegiatan Menyadap Pinus Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga dari kegiatan menyadap pinus ... 36

Pendapatan dari kegiatan di luar menyadap pinus ... 37

Kontribusi kegiatan menyadap pinus terhadap pendapatan rumah tangga ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 39

Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(56)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Strata penyadap pinus berdasarkan luas andil ... 13

2. Jumlah penduduk Dusun Sidomulyo berdasarkan umur ... 17

3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkatan pendidikan ... 17

4. Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur ... 18

5. Distribusi reponden berdasarkan luas lahan andil ... 19

6. Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian ... 19

7. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 20

8. Rata-rata curahan waktu kerja redponden laki-laki (L) dan Perempuan (P) dalam kegiatan menyadap pinus ... 21

9. Rata-rata curahan kerja reponden laki-laki (L) dan perempuan (P) di luar kegiatan menyadap pinus ... 25

10.Rata-rata curahan kerja reponden laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam kegiatan reproduktif (jam/minggu) ... 26

11.Rata-rata curahan waktu kerja total laki-laki dan perempuan dalamkegiatan menyadap pinus ... 28

12.Distribusi berdasarkan kelas umur dan luas lahan andil ... 29

13.Curahan waktu kerja berdasarkan umur dan luas lahan andil ... 29

14.Curahan waktu kerja diluar kegiatan menyadap pinus berdasarkan umur dan luas lahan andil ... 30

15.Curahan waktu kerja kegiatan reproduktif berdasarkan umur dan luaslahan andil ... 30

16.Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dan luas lahan andil ... 31

17.Curahan waktu kerja kegiatan menyadap pinus berdasarkan tingkatpendidikan dan luas lahan andil ... 21

(57)

19.Curahan waktu kerja kegiatan reproduktif berdasarkan tingkat

pendidikan dan luas lahan andil ... 32

20.Pengambilan keputusan dalam kegiatan menyadap pinus ... 32

21.Pengambilan keputusan dalam keuangan keluarga... 33

22.Pengambilan keputusan dalam urusan domestik keluarga ... 35

23.Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari kegiatan menyadap pinus ... 36

24.Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari kegiatan diluar menyadap pinus ... 37

(58)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Peta Kabupaten Banyuwangi ... 16 2. Tatal dan CAS sebagai peralatan menyadap ... 23 3. a.Penyadapan dengan menggunakan CAS ... 24

b. Tanpa menggunakan CAS24

4. Lahan pertanian salah satu penyadap pinus ... 26 5. TPG Corah Landak, salah satu tempat pengumpulan getah di

(59)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Kuisioner... 43 2. Data Responden Penyadap Pinus di Dusun Sidomulyo, Desa

Jambewangi, RPH Gunungsari, BKPH Glenmore, KPH Banyuwangi Barat, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur ... 48 3. Curahan Waktu Kerja Responden Pada Kegiatan Menyadap Pinus .... 49 4. Curahan Waktu Kerja Responden di Luar Kegiatan Menyadap

Gambar

Gambar 1. Peta Kabupaten Banyuwangi
Tabel 3. Jumlah penduduk berdasarkan tingkatan pendidikan Tingkat Pendidikan N
Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan karakteristik umur Responden (N)
Tabel 5. Distribusi reponden berdasarkan luas lahan andil Luas Lahan Andil Responden (N)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil getah pinus (P. merkusii Jungh et de Vriese) 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi penyadapan getah Pinus ( Pinus merkusii ) serta karakteristik sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan penyadapan pinus di

PENGARUH KELAS UMUR DAN JENIS STIMULANSIA TERHADAP PRODUKSI GETAH PINUS. (Pinus merkusii Jllngh et de Vriese) STUDI KASUS DI

Hal ini dapat diinformasikan bahwa kegiatan penyadapan getah pinus di BKPH Lengkong lebih banyak dijadikan sebagai sumber pendapatan utama dan dengan

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN PERUSAHAAN DAN TENAGA PENYADAP PADA KEGIATAN PENYADAPAN GETAH.. Pi~tus merkusii Jungh et

PRODUKTIFITAS PENGGUNAAN UNIMOG DALAM PENYARADAN KAYU PINUS.. Studi Kasus di BKPH Ciwaringin, KPH Majalengka, Perum Perhutani Unit III

Kontribusi Pendapatan Penyadap Getah Pinus Terhadap Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat sekitar Hutan di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara Perum

Kontribusi Pengelolaan Hutan Pinus terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Hutan (Kasus di RPH Karangpucung, BKPH Lumbir, KPH Banyumas Barat, Perum Perhutani Unit I