• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Pendapatan Penyadap Getah Pinus Tehadap Kesejahteraan Penyadap Di BKPH Lengkong, KPH Sukabumi, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Pendapatan Penyadap Getah Pinus Tehadap Kesejahteraan Penyadap Di BKPH Lengkong, KPH Sukabumi, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI PENDAPATAN PENYADAP GETAH PINUS

TERHADAP KESEJAHTERAAN PENYADAP DI BKPH LENGKONG,

KPH SUKABUMI, PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JAWA

BARAT-BANTEN

YENNI PANJAITAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kontribusi Pendapatan Penyadap Getah Pinus Terhadap Kesejahteraan Penyadap di BKPH Lengkong, KPH Sukabumi Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015

(4)

ABSTRAK

YENNI PANJAITAN. Kontribusi Pendapatan Penyadap Getah Pinus Terhadap Kesejahteraan Penyadap Di BKPH Lengkong, KPH Sukabumi, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten. Dibimbing oleh BRAMASTO NUGROHO.

Getah pinus merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan Perum Perhutani dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Perum Perhutani melibatkan masyarakat sekitar hutan sebagai penyadap getah pinus yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas getah pinus dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai tingkat kesejahteraan penyadap getah pinus, mengidentifikasi karakteristik penyadap getah pinus dan menghitung kontribusi dari menyadap getah pinus terhadap pendapatan total penyadap. Penelitian dilakukan di BKPH Lengkong, KPH Sukabumi, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten dengan jumlah responden sebanyak 78 orang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan penyadapan getah pinus memberikan kontribusi sebesar 67.15% terhadap pendapatan total penyadap. Menurut kriteria garis kemiskinan Sajogyo, sekitar 79.49% penyadap getah pinus berada di atas garis kemiskinan, menurut garis kemiskian Bank Dunia sekitar 93.59% penyadap getah pinus berada di atas garis kemiskinan, sedangkan berdasarkan UMR Sukabumi sekitar 64.10% penyadap getah pinus umumnya termasuk kedalam keluarga tidak sejahtera.

Kata kunci: getah pinus, penyadap, kontribusi, kesejahteraan

ABSTRACT

YENNI PANJAITAN. The Contribution of Pine Resin Tapper Income to the welfare of tapper at BKPH Lengkong, KPH Sukabumi Perum Perhutani Divisi Regional West Java-Banten. Supervised by BRAMASTO NUGROHO.

Pine resin is one of non wood forest product which utilized in Perum Perhutani and has high economic value. Perum Perhutani involves community surrounding forest area as pine resin tapper which aimed to increase of pine resin productivity and their community of welfare. This research aimed to obtain information regarding the level of welfare tappers, identify the characteristics of the tappers, and calculate the contribution of income from pine resin tapping on total tapper income of tappers. The research was conducted at BKPH Lengkong, KPH Sukabumi, Perum Perhutani Divisi Regional West Java-Banten with 78 respondents. The research result showed that the activity of pine sap contributed 67.15% of the total revenue tapper. According poverty line of Sajogyo, approximately 79.49% tappers are above the poverty line, according to the poverty line of World Bank, about 93.59% tappers are above the poverty line, whereas according to the Sukabumi UMR, approximately 64.10% tappers are not welfare.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

KONTRIBUSI PENDAPATAN PENYADAP GETAH PINUS

TERHADAP KESEJAHTERAAN PENYADAP DI BKPH LENGKONG,

KPH SUKABUMI, PERUM PERHUTANI DIVISI REGIONAL JAWA

BARAT-BANTEN

YENNI PANJAITAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 ini ialah Kesejahteraan dengan judul yaitu Kontribusi Pendapatan Penyadap Getah Pinus Terhadap Kesejahteraan Penyadap di BKPH Lengkong, KPH Sukabumi Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Bramasto Nugroho, M.S selaku dosen pembimbing. Di samping itu, penulis ucapkan terimakasih kepada para penyadap BKPH Lengkong, KPH Sukabumi dan kepada para Mandor Penyadap serta para pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adek Imelda, Barto, Pesta, Lewis serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 3

METODE 6

Waktu dan tempat Penelitian 6

Alat dan bahan penelitian 6

Sasaran Penelitian 6

Jenis Data yang dikumpulkan 6

Metode Pengumpulan data 6

Pemilihan Responden 7

Pengolahan dan analisis data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 8

Karakteristik Responden 9 Penyadapan Getah Pinus 12 Pendapatan dan pengeluaran penyadap getah pinus 13 Variabel yang mempengaruhi pendapatan dari menyadap getah pinus 17

Kontribusi pendapatan getah pinus terhadap kesejahteraan penyadap 17

SIMPULAN DAN SARAN 19

Kesimpulan 19

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 23

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kriteria garis kemiskinan Sajogyo, Bank Dunia dan UMR Sukabumi 8 2 Jumlah dan Luas BKPH Lengkong di KPH Sukabumi 9

3 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin 10

4 Sebaran responden berdasarkan umur 10

5 Sebaran responden berdasarkan pendidikan 10

6 Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan utama dan pekerjaan

sampingan 11

7 Sebaran responden berdasarkan ukuran keluarga inti 12 8 Sumber pendapatan yang berasal dari kegiatan sadapan dan non

sadapan 15

9 Jenis pengeluaran rumah tangga 16

10 Analisi ragam hubungan antara pendapatan getah pinus dengan waktu penyadapan getah pinus dan jumlah produksi getah pinus 17 11 Persentase kesejahteraan penyadap getah pinus berdasarkan kriteria

kemiskinan menurut Sajogyo di BKPH Lengkong 18

12 Persentase tingkat kesejahteraan penyadap getah pinus berdasarkan

kriteria kemiskinan Bank Dunia 18

13 Persentase tingkat kesejahteraan penyadap getah pinus berdasarkan

kriteria UMR Sukabumi 19

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram aliran kerangka pemikiran penelitian 2

2 Peta lokasi penelitian BKPH Lengkong, Kecamatan Lengkong 9 3 Penyadapan getah pinus dengan metode koakan (Quarre) 12

4 Alat sadap Msin Mujitek 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kontribusi pendapatan getah pinus terhadap pendapatan total 24 2 Persentase kesejahteraan penyadap getah pinus berdasarkan kriteria

kemiskinan menurut Sajogyo 26

3 Persentase Kesejahteraan Penyadap G.Pinus berdasarkan kriteria

kemiskinan Bank Dunia 28

4 Persentase Kesejahteraan Penyadap berdasarkan kriteria UMR

(11)
(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pinus merupakan jenis pohon yang baik untuk dikelola dan diusahakan karena tidak hanya dapat memberikan hasil berupa kayu, tetapi juga memberikan produk hasil hutan bukan kayu yaitu getah pinus yang merupakan produk utama Perum Perhutani. Getah diolah menjadi gondorukem dan terpentin yang merupakan bahan baku dalam industri kosmetik, farmasi, sabun, minyak cat, semir sepatu, plastik, kertas dan lain-lain. Prospek penjualan hasil hutan bukan kayu baik masa kini maupun masa yang akan datang diharapkan lebih baik mengingat banyak produk hasil hutan bukan kayu yang bernilai tinggi, seperti halnya getah pinus di Perum Perhutani, hasil olahan getahnya telah diekspor ke berbagai negara.

Kegiatan penyadapan getah pinus membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak. Salah satu upaya yang dilakukan Perum Perhutani adalah dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan. Dengan demikian terciptalah peluang kerja bagi masyarakat sekitar hutan yang bekerja sebagai penyadap getah pinus. Dari kegiatan penyadapan getah pinus tersebut, ada hubungan timbal balik antara pihak perusahaan, dalam hal ini Perum Perhutani dengan masyarakat sekitar hutan. Perum Perhutani memperoleh tenaga kerja yang cukup banyak untuk memenuhi target produksi getah pinus, sedangkan masyarakat memperoleh pendapatan dari penyadapan getah pinus. Pendapatan dari menyadap getah pinus diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pendapatan rumah tangga penyadap, dengan demikian taraf hidup dan kesejahteraan penyadap dapat ditingkatkan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan dari penyadapan getah pinus terhadap pendapatan total penyadap getah pinus. Dengan demikian maka dapat diketahui tingkat kesejahteraan masyarakat yang diperoleh dari penyadapan getah pinus di BKPH Lengkong, KPH Sukabumi, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten.

Perumusan Masalah

Pengelolaan hutan pinus oleh perum perhutani melibatkan sebagian masyarakat di sekitar hutan untuk bekerja sebagai penyadap getah pinus. Dengan adanya kegiatan penyadapan getah pinus maka terciptalah lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar hutan.

Penghasilan yang didapat baik dari hasil sadapan maupun selain sadapan secara langsung berkontribusi terhadap penghasilan rumah tangga. Semakin besar kontribusi dari dua sumber tersebut, maka pendapatan rumah tanggapun akan meningkat. Pendapatan inilah yang nantinya menjadi salah satu faktor yang akan menentukan kesejahteraan penyadap getah pinus.

(14)

2

mengenai kontribusi pendapatan hasil penyadapan getah pinus terhadap kesejahteraan penyadap. Kebutuhan (pengeluaran) rumah tangga tersebut dapat dijadikan pendekatan dalam mengukur tingkat kesejahteraan penyadap getah pinus. Rumusan masalah penelitian kontribusi pendapatan penyadapan getah pinus terhadap kesejahteraan penyadap di BKPH Lengkong, KPH Sukabumi, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Aliran Kerangka Pemikiran Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan utama dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Memperoleh informasi mengenai tingkat kesejahteraan penyadap getah pinus

2. Mengidentifikasi karakteristik penyadap getah pinus

3. Menghitung kontribusi pendapatan dari kegiatan penyadapan hutan pinus terhadap pendapatan total rumah tangga penyadap

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menjadi bahan pertimbangan bagi pihak Perum Perhutani maupun yang berkepentingan dalam meningkatkan kesejahteraan penyadap getah pinus. 2. Memberikan informasi mengenai seberapa besar kontribusi dari hasil

penyadapan getah pinus terhadap pendapatan total penyadapan getah pinus Total Pengeluaran

Pengeluaran Non Pangan Pendapatan

Penyadapan

Pendapatan Non Penyadapan

Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Penyadap

Total Pendapatan

Kesejahteraan

 Kriteria Sajogyo

 Kriteria Bank Dunia

(15)

3

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Pinus

Pinus merkusii Jungh. et de Vriese, merupakan salah satu jenis anggota family Pinaceae. Pohon ini biasa juga disebut dengan nama Damar Batu, Damar Bunga, Huyam, Kayu Sala, Kayu Sugi, Uyam dan Tusam (Sumatera) atau Pinus (Jawa). Pohon ini menyebar di daerah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan seluruh Jawa (Martawijaya 1989 dalam Aziz 2010).

Pinus merkusii merupakan jenis pinus yang tumbuh baik di Indonesia khususnya Jawa dan Sumatera. Keunggulannya sebagai jenis pioneer, tumbuh cepat dan mempunyai hasil yang multi guna. Kayunya dapat dipakai sebagai bahan baku pertukangan, papan tiruan, mebel, moulding, korek api, pulp dan kertas, serta kayu gergajian. Getahnya dapat menghasilkan gondorukem dan minyak terpentin (Kasmudjo 1992 dalam Huda 2011)

Penyebaran Pinus di Indonesia banyak dijumpai di Jawa, Sumatera (Aceh, Sumatera Utara dan Jambi) dan Sulawesi. Di Jawa, Pinus dapat tumbuh antara ketinggian 200 hingga 1700 m dari pemukaan laut dan tidak meminta persyaratan tempat tumbuh yang tinggi. Batang pinus berukuran sedang sampai besar, tinggi pohon 20 hingga 40 meter dan diameter pohon mencapai 100 cm. Kulit luar kasar berwarna cokelat kelabu sampai cokelat tua, tidak mengelupas, beralur lebar dan dalam. Warna kayu teras coklat kuning muda dengan pita atau serat yang berwarna lebih gelap, kayu yang berdamar berwarna cokelat tua, sedangkan kayu gubal berwarna putih kekuningan-kuningan dengan tebal 6-8 cm. Pinus dapat tumbuh pada daerah yang jelek dan kurang subur, pada tanah berpasir dan tanah berbatu, tetapi tidak tumbuh baik pada tanah becek. Iklim yang cocok adalah iklim basah sampai agak kering dengan tipe curah hujan A sampai C berdasarkan kriteria Schmidt dan Ferguson, pada ketinggian 200 – 1700 mdpl, kadang-kadang tumbuh di bawah 200 mdpl dan mendekati daerah pantai contohnya di daerah Aceh Utara (Restyani 2012).

Penyadapan Getah Pinus

Hasil getah diambil dari pohon pinus melalui penyadapan. Tegakan pinus dapat disadap bila telah mencapai umur tertentu atau disebut masak sadap, yakni mulai umur 11 tahun sampai 30 tahun atau Kelas Umur III sampai VI (Tedja 1977 dalam Purwandari 2002).

Menurut Srijono (1977) dalam Purwandari (2002), tegakan Pinus merkusii yang berumur muda menghasilkan per hektar getah lebih banyak dari pada yang berumur lebih tua. Produktivitas pinus menurun dengan semakin tuanya tegakan, dan juga berkurangnya jumlah pohon per hektar (N/ha) sebagai akibat tebang penjarangan dalam rangka pemeliharaan hutan.

(16)

4

hari ketiga sehingga perlu pembaharuan luka 3-5 mm di atas luka yang lama, untuk itu luka sadapan maksimal satu tahun mencapai 60 cm, untuk menghindari berkurangnya kualitas dan kuantitas kayu. Saat ini mulai dikembangkan koakan dengan lebar 4-6 cm dan tinggi koakan 240 cm dengan pembaharuan koakan dilakukan pada hari ke empat.

Soetomo (1971) dalam Iriyanto (2007) menyebutkan bahwa produktivitas penyadapan getah pinus oleh seorang penyadap dipengaruhi oleh:

1. Musim hujan yang terus menerus menyebabkan suhu udara rendah sehingga getah cepat beku.

2. Adanya mata pencaharian lain. Pekerjaan lain dengan upah yang lebih tinggi menyebabkan penyadap memilih pekerjaan tersebut sehingga penyadapan terganggu

3. Jarak dari desa ke blok sadapan dan interval pembaruan luka 4. Situasi pasaran gondorukem

5. Intensitas pengawasan

Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga

Menurut Tanjung (2014), pendapatan rumah tangga menurut sumbernya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu pendapatan kehutanan dan pendapatan non-kehutanan. Pendapatan kehutanan adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan di hutan, sedangkan pendapatan non-kehutanan adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan di luar kehutanan.

Mubyarto (1998) menyatakan pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh oleh seluruh anggota keluarga, baik suami, istri maupun anak. Menurut Sayogyo (1982) dalam Kusumaningtyas (2003), pendapatan rumah tangga dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Pendapatan dari usaha bertani.

b. Pendapatan yang mencangkup usaha bertanam padi, palawija, dan kegiatan pertanian lainnya.

c. Pendapatan yang diperoleh dari seluruh kegiatan termasuk sumber-sumber mata pencaharian di luar pertanian.

Berdasarkan keterkaitan antara keluarga dan rumah tangga, maka rumah tangga terdiri atas dua macam, yakni (Sumarwan, 2011) :

1. Rumah tangga keluarga

Rumah tangga keluarga adalah sebuah rumah tangga yang anggota-anggotanya terikat oleh hubungan perkawinan, darah, atau adopsi. Rumah tangga keluarga terdiri atas :

a. Rumah tangga suami dan istri.

b. Rumah tangga suami, istri, dan anak-anaknya.

c. Rumah tangga suami dan istri, dan anak-anak tinggal di rumah tangga yang berbeda (misalnya anak sekolah di luar kota atau sudah memiliki rumah sendiri)

d. Rumah tangga orang tua tunggal (ayah saja atau ibu saja), dan

e. Rumah tangga lainnya (saudara sekandung, atau anggota keluarga lainnya tinggal bersama dalam satu rumah).

(17)

5 Rumah tangga bukan keluarga adalah rumah tangga yang anggota-anggotanya tidak terikat oleh hubungan perkawinan, darah atau adopsi.

Rumah tangga bukan keluarga terdiri atas:

a. Rumah tangga yang dihuni oleh seorang pria sendiri.

b. Rumah tangga yang dihuni oleh seorang wanita sendiri, dan

c. Rumah tangga yang dihuni oleh dua orang atau lebih yang tidak memiliki hubungan keluarga.

Total pengeluaran rumah tangga adalah sejumlah pengeluaran berbentuk uang yang dilakukan oleh suatu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dalam kurun waktu tertentu (BPS 2000 dalam Sulistiana 2008).

Menurut Sumarwan (2011), jumlah anggota keluarga atau rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa. Rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan mengonsumsi beras, daging, sayuran, dan buah-buahan lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota yang lebih sedikit. Jumlah anggota keluarga akan menggambarkan potensi permintaan terhadap suatu produk dari sebuah rumah tangga.

Kesejahteraan

Salim (1980) dalam Dharmawan et al. (2010) menyebutkan bahwa penduduk miskin dapat dicirikan dengan:

1. Rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja dan keterampilan.

2. Mempunyai tingkat pendidikan yang rendah

3. Kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah menganggur (tidak bekerja)

4. Kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum area) 5. Kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah yang cukup): bahan

kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan, fasilitas komunikasi dan kesejahteraan sosial lainnya.

Suatu keluarga dikatakan sejahtera apabila seluruh kebutuhan hidup, baik jasmani maupun rohani dari keluarga tersebut dapat dipenuhi, sesuai dengan tingkat kebutuhan hidup dari masing-masing keluarga itu sendiri. Salah satu variabel yang kuat dalam menggambarkan kesejahteraan adalah pendapatan keluarga, dimana pendapatan itu sendiri dipengaruhi oleh upah dan produktifitas (Biro Pusat Statistik 1992).

(18)

6

berkisar antara 240-320 kg/orang/tahun, dan kriteria tidak miskin jika konsumsi beras lebih dari 320 kg/orang/tahun.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November 2014 di Hutan Tanaman Pinus BKPH Lengkong, KPH Sukabumi Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten.

Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan untuk keperluan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Alat Tulis dan Laptop 2. Kuisioner

3. Kamera

4. Kalkulator, dan 5. Data-data Sekunder

Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah masyarakat sekitar hutan yang bekerja sebagai penyadap getah Pinus dan juga para pegawai kantor yang bersangkutan dengan penelitian di BKPH Lengkong, KPH Sukabumi Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat-Banten.

Jenis Data

Jenis data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang diambil meliputi biodata responden (nama, umur penyadap, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan), data mengenai kegiatan penyadap, data sumber dan besarnya pendapatan, jumlah pohon yang disadap serta data pengeluaran rumah tangga setiap responden. Adapun data sekunder terdiri atas data kondisi umum lokasi penelitian BKPH Lengkong, KPH Sukabumi, Divisi Regional Jawa Barat-Banten, data jumlah penyadap pada periode tertentu, serta data lainnya yang terkait dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

(19)

7

Pemilihan responden

Pemilihan responden dilakukan secara Purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria khusus. Dalam hal ini, responden yang dipilih adalah penyadap getah pinus yang menjadikan pekerjaan penyadapan getah pinus sebagai pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan. Jumlah responden yang akan diwawancarai berdasarkan metode Slovin (Nugroho, 1999 dalam Sari, 2013), dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

N : Jumlah Populasi Penyadap

n : Jumlah Responden yang akan diwawancara e : Batas Toleransi kesalahan (10%)

Jumlah populasi penyadap getah pinus di BKPH Lengkong diketahui sebanyak 370 orang, sehingga berdasarkan rumus di atas dapat ditetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 78 orang responden.

Pengolahan dan Analisis Data

a. Identifikasi karakteristik Penyadap getah pinus

Pengidentifikasian karakteristik penyadap getah pinus dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Adapun komponen-komponen yang akan disajikan untuk mengidentifikasi karakteristik responden terdiri atas jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan.

b. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga

Perhitungan pendapatan rumah tangga dihitung menggunakan rumus: 1. Pendapatan dari kegiatan getah pinus (S)

S (Rp) = Berat getah pinus (kg) x upah (Rp/kg)

2. Pendapatan dari kegiatan non penyadapan getah pinus (NS) NS (Rp) = ΣPendapatan dari kegiatan non penyadapan (Rp)

3. Pendapatan Total (I total) I Total (Rp) = S (Rp) + NS (Rp)

Perhitungan pengeluaran rumah tangga (Rahim & Hastuti 2007) C = ΣP + ΣNP

Keterangan :

C = Total Pengeluaran Rumah Tangga (Rp) P = Pengeluaran untuk Pangan (Rp)

NP = Pengeluaran Untuk Non Pangan (Rp) c. Kontribusi Penyadapan Getah Pinus

Kontribusi pendapatan dari penyadapan getah pinus terhadap pendapatan rumah tangga dihitung dengan rumus (Sari 2013) :

Keterangan :

(20)

8

rumah tangga (%)

S : Pendapatan dari kegiatan penyadapan getah pinus (Rp/tahun) I Total : Pendapatan Total (Rp/Tahun)

d. Uji Regresi Linear Berganda untuk Mengetahui Variabel-variabel yang Mempengaruhi Pendapatan dari Menyadap Getah Pinus

Untuk mengetahui variabel-variabel yang mempengaruhi besarnya pendapatan dari sadapan getah pinus dapat juga diduga dengan menggunakan uji regresi linear berganda. Adapun hipotesis statistic adalah sebagai berikut:

H0 : semua variabel X tidak berpengaruh terhadap Y

H1 : minimal ada satu variabel X yang berpengaruh terhadap Y

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis varian (ANOVA) dengan pengujian menggunakan program statistik Minitab 14. Jika didapatkan nilai P>α maka terima H0 yang berarti semua variabel bebas (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y). apabila nilai p<α maka tolak H0 yang berarti minimal ada satu variabel bebas (X) yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y)

e. Tingkat Kesejahteraaan Penyadap Getah Pinus

Tingkat kesejahteraan penyadap getah pinus diukur melalui tiga pendekatan, yakni pendekatan garis kemiskinan menurut Sajogyo (1971) dalam BPS (2008), Bank dunia (CIFOR 2007 dalam Sari 2013) dan UMR Sukabumi seperti yang diterangkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria garis kemiskinan Sajogyo, Bank Dunia dan UMR Sukabumi

Kriteria Indikator Diatas garis kemiskinan

Sajogyo Pengeluaran (Rp/org/thn)

Keterangan :*Harga beras Rp 10.000 per kg; *US$ 1 = Rp 12 700 (per 13 Januari 2015)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

(21)

9 Tabel 2. Jumlah dan Luas BKPH Lengkong di KPH Sukabumi

BKPH Luas )Ha)

Jampang Kulon 12 548.98

Lengkong 15 143.21

Bojong Lopang 6 603.72

Sagaranten 8 093.63

Pelabuhan Ratu 8 383

Cikawung 7 722.99

Total 58 495.53

BKPH Lengkong merupakan BKPH yang terluas di KPH Sukabumi yaitu seluas 15 143.21 Ha, yang terdiri dari 4 (empat) KRPH yaitu RPH Hanjuang Barat seluas 4628.67 Ha, Hanjuang Tengah seluas 2624.09 Ha, Hanjuang Timur seluas 3121.41 Ha dan RPH Hanjuang Selatan seluas 4769.04 Ha. BKPH Lengkong secara geografis terletak pada 7°5'12" LS-7°7' 50.6" LS dan 106°40'34" BT- 106°41'31" BT dengan ketinggian sekitar 600 mdpl. Struktur tanahnya yaitu tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning dengan tingkat kemasaman (pH) antara 4.1 sampai 5.0. Tipe iklim BKPH Lengkong berdasarkan kriteria Schmidt dan Ferguson adalah tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 3204 mm per tahun atau sebesar 267 mm per bulan.

Sumber: Kecamatan Lengkong 2014

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian BKPH Lengkong, Kecamatan Lengkong

Karakteristik Responden Jenis Kelamin Penyadap Getah Pinus

(22)

10

seperti yang disajikan pada Tabel 3. Adapun perempuan yang melakukan kegiatan penyadapan getah pinus dilatarbelakangi oleh keinginan responden untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah (Org) Persentase (%)

Laki-laki 77 98.72

Perempuan 1 1.28

Total 78 100

Umur Penyadap Getah Pinus

Responden Penyadap getah pinus Di BKPH Lengkong sebagian besar berada pada sebaran umur antara 41 sampai 50 tahun dengan persentase sebesar 46.15 % seperti yang disajikan pada Tabel 4. Untuk usia yang masih muda di BKPH Lengkong umumnya sangat jarang bekerja sebagai penyadap getah pinus, karena di daerah tersebut terdapat pekerjaan yang penghasilannya lebih besar dibanding sebagai penyadap getah pinus, seperti pekerjaan tambang emas dan batu bara.

Tabel 4. Sebaran Responden Berdasarkan Umur

Selang Umur (Tahun) Jumlah (Org) Persentase (%)

21-30 10 12.82

31-40 15 19.23

41-50 36 46.15

51-60 11 14.10

>60 6 7.69

Total 78 100

Tingkat Pendidikan Penyadap Getah Pinus

Karakteristik pendidikan penyadap getah pinus di BKPH Lengkong masih tergolong rendah. Berdasarkan Tabel 5 mayoritas pendidikan responden peyadap getah pinus adalah lulusan sekolah dasar (SD) dengan persentase sebesar 98.71%, sedangkan sisanya adalah lulusan SMP dengan persentase sebesar 1.28%. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan bagi para penyadap getah pinus belum menjadi prioritas utama bagi petani.

Tabel 5 Sebaran Responden Berdasarkan pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Org) Persentase (%)

Tamat SD 77 98.72

Tamat SMP 1 1.28

Tamat SMA 0 0

Tamat D3/S1 0 0

Total 78 100

(23)

11 sehingga pentingnya pendidikan menjadi agak dikesampingkan, hal ini dapat dilihat dari persentase pengeluaran untuk pendidikan yang dikeluarkan hanya sebesar 8.79%. Dalam Rachman (2011) Tingkat pendidikan dapat menjadi indikator status sosial dalam masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula status sosialnya di dalam masyarakat tersebut, sehingga apabila tingkat pendidikan penyadap semakin tinggi maka besar kemungkinan para penyadap tidak bekerja sebagai penyadap.

Jenis Pekerjaan

Rata-rata responden yang diwawancarai menjadikan kegiatan sadapan getah pinus sebagai pekerjaan utama dengan persentase sebesar 96.15%, sedangkan sisanya menjadikan kegiatan bertani sebagai pekerjaan utama seperti yang disajikan pada Tabel 6. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan penyadapan getah pinus masih sangat dibutuhkan penyadap untuk memberikan tambahan penghasilan bagi pendapatan rumah tangga. Responden pada umumnya selain memiliki pekerjaan utama, juga memiliki pekerjaan sampingan. Hal ini dilakukan para penyadap untuk menambah penghasilan keluarga agar kebutuhan keluarga sehari-hari dapat terpenuhi. Namun beberapa responden penghasilan yang diperoleh hanya dari sadapan getah pinus sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sehingga tidak perlu lagi memiliki pekerjaan sampingan. Responden yang menjadikan penyadapan getah pinus sebagai pekerjaan sampingan, beralasan penghasilan yang diperoleh dari penyadapan getah pinus lebih sedikit dibanding penghasilan dari pekerjaan utamanya. Pada umumnya pekerjaan sampingan yang dimiliki penyadap yaitu bertani dengan menggarap lahan milik perhutani. Responden yang menjadikan penyadapan getah pinus sebagai pekerjaan utama, merupakan responden dimana penghasilan yang diperoleh dari getah pinus lebih besar dibanding pekerjaan sampingan.

Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan utama dan pekerjaan Sampingan

Pekerjaan utama Pekerjaan sampingan Jumlah (orang)

Ukuran Keluarga Penyadap Getah Pinus

(24)

12

Tabel 7. Sebaran Responden Berdasarkan Ukuran Keluarga Inti

Ukuran Keluarga Jumlah Responden (org) Persentase (%)

Kecil 60 76.92

Sedang 18 23.08

Besar 0 0

Total 78 100

Penyadapan Getah Pinus

Berdasarkan buku Pedoman Penyadapan Getah Pinus dari Perum Perhutani, ada tiga tahapan dalam melakukan penyadapan pinus yaitu:

1. Pra sadap merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum penyadapan dimulai seperti pemberian batas petak sadapan, pembagian blok sadapan, pelaksanaan sensus pohon, pembersihan areal sadapan, pembuatan mal sadap, dan pembuatan plang sadapan. Pra sadap ini dilakukan setahun sebelum penyadapan getah pinus dimulai.

2. Sadap buka adalah pembuatan koakan (quarre) awal, pemasangan talang, dan tempurung kelapa.

3. Sadap lanjut adalah kegiatan untuk melanjutkan koakan (quarre) yang sudah ada.

Metode penyadapan getah pinus yang diterapkan di KPH Sukabumi adalah metode Quarre (koakan) yaitu proses pelukaan pada permukaan kayu dengan koakan yang diawali sadap berupa bujur sangkar ukuran 6 cm x 10 cm, dalam koakan 1,5 cm. (Gambar 3)

Gambar 3. Penyadapan getah pinus dengan metode Koakan

Bagan Quarre (Mal Sadap) dibuat tepat di tengah-tengah pohon yang telah dibersihkan dengan ukuran lebar 6 cm, tinggi 60 cm (terdiri dari 12 kotak quarre dengan lebar 5 cm dan tinggi 10 cm untuk sadap buka). Sadap buka merupakan pembuatan quarre permulaan setinggi 20 cm dari tanah.

Di samping peraturan teknik penyadapan getah pinus jenis Cairan Asam Stimulantia (CAS) juga diperhatikan oleh Perum Perhutani. Jenis stimulan yang digunakan di BKPH Lengkong saat ini yaitu Etrat, namun para penyadap lebih menyukai jenis stimulan sebelumnya yaitu H2SO4 atau para penyadap sering

(25)

13 Carigi lebih banyak, tetapi dikarenakan penggunaan stimulan tersebut menyebabkan perih dan gatal di kulit dan juga getah pinus yang dikeluarkan awalnya banyak namun tidak berlanjut sehingga penggunaan stimulan H2SO4

tersebut diberhentikan.

Selain menggunakan alat kadukul, sebagian penyadap juga sudah menggunakan alat mesin yaitu mesin Mujitek (Gambar 4).

Gambar 4 Alat sadap Mesin Mujitek

Mesin Mujitek tidak dimiliki semua penyadap, karena hanya beberapa penyadap yang menyukai menggunakan mesin mujitek. Bagi sebagian penyadap menggunakan mesin mujitek terlalu memberatkan, sebab harus mengeluarkan uang lagi untuk membeli bahan bakar 2 tak, selain itu juga mesin mujitek alatnya terlalu berat. Ketika menyadap pada kemiringan tertentu cukup membahayakan karena jika tidak mampu menyeimbangkan badan dengan alat dapat saja badan ketarik kebelakang dan terjatuh, juga getaran dari mesin yang terlalu kencang membuat penyadap tidak mampu mengarahkan mata mesin ke arah koakan, sehingga penyadap lebih memilih untuk tetap menggunakan alat manual yaitu kadukul. Namun bagi beberapa penyadap menggunakan mesin mujitek lebih menguntungkan, baik dari segi waktu maupun jumlah pohon yang disadap sebab dalam sehari pohon yang disadap bisa 2 kali lipat dibanding menggunakan kadukul.

Waktu penyadapan getah pinus yang digunakan dalam sehari yaitu 5 jam hingga 10 jam, dengan rata-rata waktu penyadapan yaitu 7.9 jam/hari. Umumnya penyadap di atas jam 3 sore menggunakan waktu mereka untuk bertani, atau mengerjakan pekerjaan lain selain menyadap. Namun ada juga penyadap yang menggunakan waktu sebaliknya, pagi hingga jam 3 sore bekerja sebagai bertani, setelah jam 3 sore kemudian melanjutkan pekerjaannya sebagai penyadap, hal ini dilakukan demikian karena bekerja sebagai penyadap getah pinus dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.

Pendapatan dan Pengeluaran Penyadap Getah Pinus

Pendapatan Penyadap dan kontribusi pendapatan terhadap pendapatan Total

(26)

14

penghasilan rumah tangga penyadap, biasanya pendapatan tersebut diperoleh dari hasil bertani.

Hasil pertanian yang diperoleh para penyadap biasanya hasil dari tanaman tumpangsari seperti singkong, kacang polong, padi dan tanaman lain yang membutuhkan waktu agar memperoleh hasil yaitu 3 bulan hingga 12 bulan. Hasil pertanian yang diperoleh para penyadap seperti hasil panen padi tidak dijual, namun dijadikan konsumsi rumah tangga agar pengeluaran dapat minimum.

Para penyadap yang bertani umumnya tidak memiliki lahan yang dapat digarap, sehingga penyadap menggunakan lahan Perum Perhutani. Para penyadap memanfaatkan lahan dengan menanam tumpangsari di sela-sela pohon pinus dan di lahan yang kosong. Hanya saja waktu bagi para penyadap menjadi terbagi antara bertani dan menyadap getah pinus, sehingga terkadang para penyadap terlambat menyetor hasil getah pinus ke TPG karena penyadap lebih fokus untuk bertani.

Sistem pengupahan di BKPH Lengkong adalah Cash Management System (CMS) dimana upah diberikan langsung secara tunai kepada penyadap. Getah pinus yang disadap oleh para penyadap langsung disetor ke mandor getah di Tempat Pengumpulan Getah (TPG) kemudian getah ditimbang dan dicatat beratnya kemudian dituang ke dalam drum plastik, selanjutnya dilakukan penentuan mutu getah dengan cara Sortasi (didasarkan pada kadar air, kadar kotoran dan warna). Getah diterima sesuai berat dan mutu hasil sortasi Mandor penerimaan dan langsung dibayar kepada penyadap dengan sistem kontanan. Upah yang diperoleh penyadap dihitung berdasarkan berat getah pinus dalam satuan kilogram per jangka waktu tertentu dikalikan dengan tarif upah getah pinus per kilogram. Tarif upah ini dilihat dari standar mutu getah pinus, upah sadap getah pinus mutu I dengan mutu II masing-masing berdasarkan upah yang ditentukan Perum Perhutani adalah Rp 3250/kg dan Rp 2900/kg. Sedangkan untuk upah sadap getah pinus kualitas premium sebesar Rp 4000/kg. Kualitas premium sangat jarang diperoleh oleh para penyadap, sebab getah premium biasanya getah bersih, tidak ada kotoran dan warnanya terlihat jelas. Untuk memperoleh getah seperti ini harus membutuhkan alat yang lebih bagus, serta tempat penampung yang kotoran atau serangga tidak dapat masuk ke dalam getah tersebut, di samping itu juga waktu dan tenaga yang digunakan untuk memperoleh getah ini lebih banyak.

Perum Perhutani menetapkan upah getah pinus berdasarkan kualitas saja, namun di lapangan para Mandor di BKPH Lengkong memberikan upah kepada penyadap berdasarkan mutu dan jarak sadap. Rata-rata getah pinus yang diperoleh penyadap umumnya yaitu mutu I dengan rata-rata upah yaitu Rp 2565/kg. Upah yang diperoleh para penyadap menurut penyadap terlalu kecil. Para penyadap berharap harga getah dapat dinaikan. Padahal sebenarnya upah dari perhutani sudah ditetapkan, tetapi karena jarak penyadapan getah pinus yang berbeda-beda membuat para mandor menentukan harga sesuai jarak, agar tidak terjadi kecemburuan antara penyadap yang jarak sadapannya jauh dengan penyadap yang jarak sadapannya dekat.

(27)

15 mandor penyadap dengan ketetapan Perum Perhutani sebesar Rp 1 333 467 per tahun per orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa upah tidak sepenuhnya 100% diperoleh penyadap.

Tabel 8 (Lampiran 3) menyajikan informasi bahwa pendapatan dari hasil sadapan getah pinus lebih besar dari pada pendapatan dari hasil non sadapan getah pinus. Pendapatan total semua responden yang diperoleh dari kegiatan sadapan getah pinus per tahun sebesar Rp 1 717 777 520 dengan rata-rata pendapatan per orang per tahun sebesar Rp 12 191 764, sedangkan pendapatan total semua responden yang didapat dari hasil kegiatan non sadapan getah pinus per tahun sebesar Rp 674 400 000 dengan rata-rata pendapatan per orang per tahun sebesar Rp 5 965 173. Kontribusi pendapatan dari kegiatan penyadapan getah pinus terhadap pendapatan total yaitu sebesar 67.15%, sedangkan sisanya sebesar 32.85% adalah kontribusi kegiatan non penyadapan getah pinus terhadap pendapatan total. Hal ini dapat diinformasikan bahwa kegiatan penyadapan getah pinus lebih banyak dijadikan sebagai sumber pendapatan utama penyadap.

Tabel 8 Sumber pendapatan responden yang berasal dari kegiatan sadapan dan Kontribusi hasil sadapan getah pinus dipengaruhi oleh pendapatan di luar sadapan getah pinus. Semakin besar pendapatan di luar sadapan getah pinus, maka kontribusi dari sadapan getah pinus semakin kecil. Selain itu luas areal yang disadap oleh penyadap getah pinus juga mempengaruhi kontribusi getah pinus, semain luas areal yang disadap maka kontribusi getah pinus terhadap pendapatan total akan semakin besar. Seperti yang dikemukakan oleh Restyani (2012) bahwa pendapatan dari sadapan getah pinus dan luas areal sadapan memiliki korelasi yang positif dan signifikan terhadap kontribusi hasil penyadapan getah pinus. Kerapatan pohon juga memengaruhi pendapatan sadapan getah pinus. Menurut Kasmudjo (2011) dalam Restyani (2012) bahwa jarak tanam yang jarang pada umumnya akan menghasilkan getah pinus lebih banyak karena penjarangan bertujuan untuk memberi ruang tumbuh agar pohon dapat tumbuh dengan baik. Selain itu, menurut Budiatmoko (2007) dalam Restyani (2012), pohon dengan tajuk yang penuh akan berfotosintesis dengan baik sehingga ada kesempatan bagi pohon untuk menambah pertumbuhan riap diameternya. Penambahan riap diameter tersebut juga akan menambah persentase kayu gubal yang menjadi tempat berkumpulnya getah pinus. Penjarangan pohon juga bertujuan untuk memberi kesempatan agar cahaya matahari dapat masuk sehingga dapat meningkatkan suhu di dalam tegakan. Peningkatan suhu menyebabkan getah tidak cepat membeku dan terus mengalir.

Pengeluaran Rumah Tangga Penyadap Getah Pinus

(28)

16

buah-buahan. Sedangkan biaya non pangan meliputi biaya pendidikan, kesehatan, sarana rumah tangga dan biaya lain-lain.

Tabel 9 Jenis Pengeluaran Rumah Tangga Responden Jenis Pengeluaran Jumlah pengeluaran

(Rp/tahun)

Berdasarkan Tabel 9 (Lampiran 4) dapat diinformasikan bahwa rata-rata

pengeluaran pangan dan non pangan responden dalam setahun sebesar Rp 20 656 153. Pengeluaran terbesar penyadap getah pinus yaitu untuk pangan,

yang berarti bahwa para penyadap masih dalam kondisi untuk bertahan hidup. Rata-rata pengeluaran untuk pangan setiap rumah tangga penyadap getah pinus sebesar Rp 14 700 000 per tahun. Biaya yang dikeluarkan untuk pangan tidak semuanya diperoleh dengan cara membeli, seperti beras diperoleh dari hasil tanaman di lahan yang digarap penyadap, termasuk tanaman sayur mayur seperti daun singkong yang diperoleh dari hasil penanaman singkong.

Rata-rata biaya non pangan yang dikeluarkan oleh penyadap getah pinus dalam setahunnya sebesar Rp 5 956 153 per rumah tangga. Biaya non pangan yang dikeluarkan sendiri seperti pendidikan, kesehatan, sarana rumah tangga dan biaya lain-lain. Dalam hal pendidikan, tidak semua responden yang diwawancarai memiliki tanggungan pendidikan, ada beberapa responden yang angggota keluarganya sudah tidak sekolah lagi bahkan sudah berumah tangga. Untuk kesehatan, para penyadap sangat jarang sakit, apabila penyadap merasa kurang sehat penyadap hanya membeli obat warung saja, dan dengan mengongonsumsi obat tersebut penyadap merasa akan sembuh. Biaya sarana rumah tangga biasanya untuk pembayaran listrik dan pembelian bahan bakar bensin dan bahan bakar 2 tak untuk mesin mujitek yang digunakan dalam menyadap getah pinus. Namun tidak semua penyadap getah pinus menggunakan mesin mujitek sebagai alat menyadap, kebanyakan penyadap menggunakan alat sadap kadukul sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk membeli bahan bakar mesin mujitek. Biaya-biaya lain yang termasuk kedalam anggaran pengeluaran yaitu biaya rokok, biaya jajan anak, biaya pembelian pupuk dan juga biaya tak terduga.

Variabel-variabel yang Mempengaruhi Pendapatan dari Menyadap Getah Pinus

(29)

17 suatu alat analisis untuk meramalkan pengaruh dua variable bebas atau lebih terhadap variable terikat.

Persamaan regresi linear berganda yang diperoleh dari pendapatan hasil sadapan getah pinus sebagai variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X), yaitu: Y = - 2024039 + 4290 X1 + 473598 X2 + 2392 X3 - 19508 X4 + 215 X5

Variabel Y menunjukan pendapatan getah pinus, X1 adalah umur penyadap, X2 adalah waktu penyadapan getah pinus, X3 adalah umur pinus yang disadap, X4 adalah lama penyadap bekerja sebagai penyadap, X5 adalah Jumlah pohon yang disadap. Dari persamaan dapat dijelaskan bahwa semakin berumur penyadap akan semakin berpengaruh positif terhadap pendapatan penyadap dengan batasan umur hingga 50 tahun. Semakin banyak waktu luang penyadap untuk melakukan kegiatan sadapan maka akan semakin berpengaruh positif terhadap pendapatan penyadap. Untuk umur pinus akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan penyadap pada saat pinus masih mengeluarkan getah pinus, yaitu pada umur 11 tahun hingga 30 tahun. Penyadap yang semakin berpengalaman tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan, Hal ini diduga karena penyadap yang baru bekerja sebagai penyadap cenderung masih menaati peraturan atau tata cara menyadap getah pinus yang diberlakukan oleh Perum Perhutani. Sebaliknya, penyadap yang sudah lama bekerja sebagai penyadap kurang memperhatikan tata cara menyadap getah pinus dengan baik seperti dalam hal pembuatan koakan (quarre). Sedangkan variabel jumlah pohon berpengaruh positif terhadap pendapatan dengan jumlah pohon maksimal yang mampu disadap sebanyak 3000 pohon.

Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dari sadapan getah pinus adalah waktu penyadapan getah pinus (X2). Sedangkan variabel lain tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan karena nilai t-hitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t-tabel yang berarti bahwa variabel-variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Berdasarkan hasil uji-F (Tabel 10), diperoleh nilai-P (0.000) < α (0.05), maka tolak H0 yang berarti

minimal ada satu variabel X yang berpengaruh nyata terhadap Y atau dapat dikatakan bahwa model signifikan. Model tersebut memiliki nilai koefisien determinasi adjusted (R2(adj)) sebesar 68.6%. Hal ini menunjukan X2 dapat menjelaskan keragaman pendapatan dari hasil sadapan getah pinus sebesar 68.6%, sedangkan sisanya yakni sebesar 31.4% dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Tabel 10. Analisis ragam hubungan antara pendapatan getah pinus dengan waktu penyadapan getah pinus dan jumlah produksi getah pinus

Sumber keragaman

Derajat

Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah

F

Hitung P Regresi 5 54 537 200 000 000 10 907 400 000 000 31.48 0.000

Galat 72 24 943 500 000 000 346 437 000 000

(30)

18

Kontribusi Pendapatan Getah Pinus Terhadap Kesejahteraan Penyadap

Kesejahteraan Penyadap getah pinus diukur dengan menggunakan pendekatan garis kemiskinan menurut Sajogyo, Bank Dunia dan juga UMR Sukabumi. Sajogyo menggunakan indikator pengeluaran per kapita per tahun yang setara dengan konsumsi beras (Tabel 11).

Tabel 11 Persentase kesejahteraan penyadap getah pinus berdasarkan kriteria kemiskinan menurut Sajogyo di BKPH Lengkong

Tingkatan jumlah responden (org) persentase (%)

paling miskin (0-180 kg/thn) 3 3.85

miskin sekali (181-240 kg/thn) 4 5.13

miskin (241-320 kg/thn) 9 11.54

tidak miskin (>320 kg/thn) 62 79.49

Total 78 100

Tabel 11 menunjukan bahwa dari 78 responden penyadap getah pinus yang diwawancarai, mayoritas termasuk ke dalam kelompok keluarga yang tidak miskin atau keluarga sejahtera dengan konsumsi beras >320kg/orang/tahun yaitu sebanyak 62 responden atau sebesar 79.49%. Tingkat kesejahteraan responden lainnya berturut-turut adalah keluarga miskin sebanyak 9 responden atau sebesar 11.54%, keluarga miskin sekali sebanyak 4 responden atau sebesar 5.13%, dan keluarga paling miskin sebanyak 3 responden atau sebesar 3.85%. Dari tabel dapat diinformasikan bahwa kontribusi pendapatan dari penyadapan getah pinus terhadap penyadap berdasarkan teori Sajogyo mampu memberikan kesejahteraan bagi para penyadap.

Dilihat dari pendekatan Bank Dunia diperoleh informasi bahwa penyadap getah pinus mayoritas berada di atas garis kemiskinan atau disebut dengan sejahtera. Dari 78 responden yang diwawancarai, sebanyak 66 responden atau sebesar 93.59% dengan upah gaji menurut Bank Dunia diatas US$2 atau diatas Rp 25 400/hari termasuk ke dalam kelompok keluarga yang sejahtera atau tidak miskin, sedangkan sisanya 12 responden dengan persentase sebesar 6.41% termasuk ke dalam kelompok miskin atau tidak sejahtera dengan upah yang diperoleh di bawah US$2 atau di bawah Rp 25 400 (Tabel 12).

Tabel 12 persentase tingkat kesejahteraan penyadap getah pinus berdasarkan kriteria kemiskinan Bank Dunia

(31)

19 Mengacu pada UMR Kabupaten Sukabumi sebesar Rp 1 565 922 per bulan, sebanyak 28 responden atau sebesar 35.90% dari 78 responden termasuk ke dalam keluarga sejahtera atau keluarga yang tidak miskin dengan pendapatan di atas Rp 1 565 922 per bulan. Sedangkan sisanya 50 responden atau sebesar 64.10% termasuk kedalam kelompok keluarga miskin atau tidak sejahtera dengan pendapatan di bawah Rp 1 565 922 per bulan. Sehingga Tabel 13 dapat diinformasikan bahwa tingkat kesejahteraan penyadap getah pinus untuk keluarga miskin lebih banyak atau umumnya penyadap tergolong keluarga kurang sejahtera.

Tabel 13 persentase tingkat kesejahteraan penyadap getah pinus berdasarkan kriteria UMR Sukabumi

Tingkatan Jumlah responden persentase

Keterangan

Dilihat dari tiga pendekatan, pendekatan berdasarkan Kriteria Sajogyo dan Kriteria Bank Dunia diperoleh informasi bahwa penyadap getah pinus pada umumnya mayoritas sejahtera. Namun berdasarkan Kriteria UMR Sukabumi bahwa penyadap masih tergolong keluarga kurang sejahtera atau miskin, maka perlu upaya meningkatkan kesejahteraan penyadap getah pinus bagi penyadap yang kurang sejahtera salah satunya melalui meningkatkan pendapatan dari hasil sadapan getah pinus. Hanya saja untuk jumlah pendapatan yang diperoleh dari getah pinus dipengaruhi oleh keseriusan penyadap, jumlah pohon sadap, serta cara pengelolaan penyadapan getah pinus yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Karakteristik penyadap getah pinus didominasi oleh laki-laki dengan sebaran umur terbanyak pada selang umur antara 41 hingga 50 tahun atau berada pada usia produktif. Tingkat pendidikan mayoritas lulusan Sekolah Dasar (SD), sedangkan sisanya adalah lulusan SMP. Ukuran jumlah keluarga penyadap getah pinus termasuk kedalam ukuran keluarga kecil.

(32)

20

Kriteria kemiskinan menurut kriteria Sajogyo, penyadap getah pinus mayoritas termasuk ke dalam kelompok keluarga yang tidak miskin. Menurut kriteria kemiskinan Bank Dunia penyadap getah pinus mayoritas berada di atas garis kemiskinan. Sedangkan menurut kriteria UMR Sukabumi penyadap getah pinus mayoritas tidak sejahtera.

Saran

Penyadap getah pinus yang waktu bekerjanya untuk kegiatan menyadap lebih banyak dan mampu mencapai target produksi yang sudah ditetapkan perlu diberikan penghargaan atau tambahan upah oleh Perum Perhutani, sehingga harapannya penyadap yang lain pun dapat mengikuti jejak penyadap yang memperoleh upah tambahan, maka produktivitas getah pinus dapat meningkat.

(33)

21

DAFTAR PUSTAKA

Aziz F . 2010. Peningkatan Produktifitas Getah Pinus Melalui Penggunaan Stimulansia Organik. [Skripsi]. Depertemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Biro Pusat Statistik. 1992. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga Tahun 1991. Biro Pusat Statistik. Jakarta (ID)

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1994. Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): BKKBN.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Analisisi dan Perhitungan Tingkat Kemiskinan 2008. Jakarta (ID): BPS

[CIFOR] Center for International Forestry Research. 2007. Menuju Kesejahteraan dalam Masyarakat Sekitar Hutan: Buku Panduan untuk Pemerintah Daerah. Bogor (ID):CIFOR.

Dharmawan, AH., Siregar, IZ., Muntasib, EKSH., Jusuf., Hadi S., Purwanto, YJ., Santoso, K., Lubis, DP., Kinseng, RA., Heryanto, Y., Setyono, DJ., Yulianto, G., Kolopaking, LM., Nuryartono, N., 2010. Agenda Riset Strategis Bidang Penanggulangan Kemiskinan 2010-2014. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Huda Chairul. 2011. Kontribusi Pendapatan Penyadap Getah Pinus Terhadap

Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat Sekitar Hutan Di RPH Gombeng, BKPH Ketapang, KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor

Iriyanto, D. 2007. Analisis Produktivitas dan Pendapatan Penyadap Getah Pinus Merkusii Jungh et de Vriese di BKPH Bandar, KPH Pekalongan Timur, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutan. Institut Pertania Bogor

Kusumaningtyas, H. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Proyek IHMB. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Tidak diterbitkan. Mubyarto. 1998. Reformasi Sistem Ekonomi : Dari Kapitalisme Menuju Ekonomi

Kerakyatan. Aditya Media. Yogyakarta (ID).

Purwandari S. 2002. Analisis Pendapatan Penyadap Getah Pinus merkusii Jungh. et de Vriese di BKPH Bogor KPH Bogor. [Skripsi]. Departemen Manajemen Hutan.Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID).

Racman RM . 2011. Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendaptan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus: Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) [Skripsi] Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID).

Rahim A, Hastuti, Diah RD.2007. Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Restyani D. 2012. Kontribusi Pengelolaan Hutan Pinus Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Hutan (Kasus di RPH Karangpucung, BKPH Lumbir, KPH Banyumas Barat, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah) [Skripsi] Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID).

(34)

22

Riyanto T.W. 1980. Sedikit tentang Penaksiran Hasil Getah Pinus merkusii. Duta Rimba Vol IV. Jakarta. 12-17.

Sari A.P. 2013. Kontribusi Pembinaan Usaha Kebun Karet Rakyat Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Desa Hutan Di PT.Sarpatim, Kalimantan Tengah. [Skripsi] Depertemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (ID) Setyo, J. 2009. Kontribusi Pendapatan Dari Penyadapan Getah Pinus Terhadap

Pendapatan Totalnya Di RPH Guyangan BKPH Ponorogo Barat KPH Lawu Ds Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Agri (ID)

Sumarwan, U. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID).Ghalia Indonesia

Sulistiana, U. 2008. Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kemiskinan di Desa Sumberangung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (ID). Jurnal Ilmu Sosial Alternatif9 (1): 61-76

(35)

23

(36)

24

Lampiran 1 Kontribusi Pendapatan getah pinus terhadap pendapatan total

Nama sumber pendapatan ∑ Pendapatan Kontribusi

Memed 33048000 12000000 45048000 73.36 26.64

Anang 15912000 6000000 21912000 72.62 27.38

Encep 21162960 3600000 24762960 85.46 14.54

Iyus 21162960 12000000 33162960 63.82 36.18

Karman 7956000 18000000 25956000 30.65 69.35

Jana 15300000 2400000 17700000 86.44 13.56

Jajang 18360000 18000000 36360000 50.50 49.50

Adna 3060000 24000000 27060000 11.31 88.69

Bapung 33000000 3000000 36000000 91.67 8.33

Juani 33000000 4200000 37200000 88.71 11.29

Samsudin 26400000 24000000 50400000 52.38 47.62

Aep 29700000 12000000 41700000 71.22 28.78

Deris 39600000 9600000 49200000 80.49 19.51

Pudin 28050000 9600000 37650000 74.50 25.50

Umar 12000000 18000000 30000000 40.00 60.00

Idin 31200000 6000000 37200000 83.87 16.13

Eman 9180000 6000000 15180000 60.47 39.53

Maman 31200000 3600000 34800000 89.66 10.34

Nasir 12000000 25200000 37200000 32.26 67.74

Alimi 9000000 8400000 17400000 51.72 48.28

Kodir 9000000 18000000 27000000 33.33 66.67

Marup 16800000 6000000 22800000 73.68 26.32

Asep 24000000 4200000 28200000 85.11 14.89

Ali Suryadi 16200000 6000000 22200000 72.97 27.03

saipulloh 7800000 6000000 13800000 56.52 43.48

Misdi 9000000 12000000 21000000 42.86 57.14

Humiyani 15000000 6600000 21600000 69.44 30.56

Ukat 13440000 6000000 19440000 69.14 30.86

Deden 20160000 4800000 24960000 80.77 19.23

Aja 29120000 12000000 41120000 70.82 29.18

Saja 4704000 30000000 34704000 13.55 86.45

Rosid 13440000 10800000 24240000 55.45 44.55

Hermawan 13440000 8400000 21840000 61.54 38.46

Kidin 16800000 6000000 22800000 73.68 26.32

Emad 6720000 24000000 30720000 21.88 78.13

Holidin 16800000 12000000 28800000 58.33 41.67

Emul 20160000 6000000 26160000 77.06 22.94

Darma 11760000 18000000 29760000 39.52 60.48

(37)

25 Lampiran 1 (Lanjutan)

Nama sumber pendapatan ∑ Pendapatan Kontribusi

Empud 22080000 9600000 31680000 69.70 30.30

Ajat 16560000 6000000 22560000 73.40 26.60

Edah 8280000 6000000 14280000 57.98 42.02

Durahman 17280000 4800000 22080000 78.26 21.74

Puloh 19320000 4800000 24120000 80.10 19.90

Sahudin 16560000 6000000 22560000 73.40 26.60

Ojal 19320000 4800000 24120000 80.10 19.90

Abdulloh 27600000 6000000 33600000 82.14 17.86

Nuryaman 21600000 8400000 30000000 72.00 28.00

Dudun 55080000 6000000 61080000 90.18 9.82

Arsud 21120000 6000000 27120000 77.88 22.12

Holide 36960000 4800000 41760000 88.51 11.49

Iwan 16800000 12000000 28800000 58.33 41.67

Hendrik 27600000 8400000 36000000 76.67 23.33

Ajid 13800000 12000000 25800000 53.49 46.51

Gani 16560000 9600000 26160000 63.30 36.70

Misbah 44160000 3600000 47760000 92.46 7.54

Usup 49680000 4800000 54480000 91.19 8.81

Suloh 27600000 8400000 36000000 76.67 23.33

Endi 38640000 6000000 44640000 86.56 13.44

Handa 55200000 6000000 61200000 90.20 9.80

Marhud 42240000 4800000 47040000 89.80 10.20

Badru 17940000 6000000 23940000 74.94 25.06

Sarjah 14100000 4800000 18900000 74.60 25.40

Yadi 34800000 0 34800000 100.00 0.00

Ayan 34800000 3600000 38400000 90.63 9.38

Endan 40656000 6000000 46656000 87.14 12.86

Hendra 41596800 6000000 47596800 87.39 12.61

M.Pandi 22915200 3600000 26515200 86.42 13.58

Wawan 44217600 8400000 52617600 84.04 15.96

Mukron 6720000 6000000 12720000 52.83 47.17

Kamang 4032000 12000000 16032000 25.15 74.85

Nasrudir 8064000 0 8064000 100.00 0.00

Ejem 10080000 9600000 19680000 51.22 48.78

Judin 16800000 12000000 28800000 58.33 41.67

Mamat 20160000 3600000 23760000 84.85 15.15

Total 1717777520 674400000 2392177520 5421.21 2378.79

(38)

26

(39)

27

Sahudin 16560000 2 8280000 828.00 Tidak Miskin

Ojal 19320000 4 4830000 483.00 Tidak Miskin

Abdulloh 27600000 5 5520000 552.00 Tidak Miskin

Nuryama 21600000 3 7200000 720 Tidak Miskin

Dudun 55080000 2 27540000 2754.00 Tidak Miskin

Arsud 21120000 3 7040000 704.00 Tidak Miskin

Holide 36960000 2 18480000 1848.00 Tidak Miskin

Iwan 16800000 3 5600000 560.00 Tidak Miskin

Hendrik 27600000 3 9200000 920.00 Tidak Miskin

Ajid 13800000 4 3450000 345 Tidak Miskin

Endan 40656000 3 13552000 1355.20 Tidak Miskin Hendra 41596800 1 41596800 4159.68 Tidak Miskin

(40)

28

Lampiran 3 Persentase Kesejahteraan Penyadap G.Pinus berdasarkan kriteria kemiskinan Bank Dunia

Nama Pendapatan G.Pinus

Keterangan

Penyadap (Rp/Hari)

Hadud 96153 >2US$ Tidak Miskin

Memed 105923 >2US$ Tidak Miskin

Anang 51000 >2US$ Tidak Miskin

Encep 67830 >2US$ Tidak Miskin

Iyus 67830 >2US$ Tidak Miskin

Karman 25500 >2US$ Tidak Miskin

Jana 49038 >2US$ Tidak Miskin

Jajang 58846 >2US$ Tidak Miskin

Adna 9807 <2US$ Miskin

Bapung 105769 >2US$ Tidak Miskin

Juani 105769 >2US$ Tidak Miskin

Samsudin 84615 >2US$ Tidak Miskin

Aep 95192 >2US$ Tidak Miskin

Deris 126923 >2US$ Tidak Miskin

Pudin 89903 >2US$ Tidak Miskin

Umar 38461 >2US$ Tidak Miskin

Idin 100000 >2US$ Tidak Miskin

Eman 29423 >2US$ Tidak Miskin

Maman 100000 >2US$ Tidak Miskin

Nasir 38461 >2US$ Tidak Miskin

Alimi 28846 >2US$ Tidak Miskin

Kodir 28846 >2US$ Tidak Miskin

Marup 53846 >2US$ Tidak Miskin

Asep 76923 >2US$ Tidak Miskin

Ali Suryadi 51923 >2US$ Tidak Miskin

saipulloh 25000 <2US$ Miskin

Misdi 28846 >2US$ Tidak Miskin

Humiyani 48076 >2US$ Tidak Miskin

Ukat 43076 >2US$ Tidak Miskin

Deden 64615 >2US$ Tidak Miskin

Aja 93333 >2US$ Tidak Miskin

Saja 15076 <2US$ Miskin

Rosid 43076 >2US$ Tidak Miskin

Hermawan 43076 >2US$ Tidak Miskin

(41)

29

Durahman 55384 >2US$ Tidak Miskin

Puloh 61923 >2US$ Tidak Miskin

Sahudin 53076 >2US$ Tidak Miskin

Ojal 61923 >2US$ Tidak Miskin

Abdulloh 88461 >2US$ Tidak Miskin

Nuryaman 69230 >2US$ Tidak Miskin

Dudun 176538 >2US$ Tidak Miskin

Arsud 67692 >2US$ Tidak Miskin

Holide 118461 >2US$ Tidak Miskin

Iwan 53846 >2US$ Tidak Miskin

Hendrik 88461 >2US$ Tidak Miskin

Ajid 44230 >2US$ Tidak Miskin

Gani 53076 >2US$ Tidak Miskin

Misbah 141538 >2US$ Tidak Miskin

Usup 159230 >2US$ Tidak Miskin

Suloh 88461 >2US$ Tidak Miskin

Endi 123846 >2US$ Tidak Miskin

Handa 176923 >2US$ Tidak Miskin

Marhud 135384 >2US$ Tidak Miskin

Badru 57500 >2US$ Tidak Miskin

Sarjah 45192 >2US$ Tidak Miskin

Yadi 111538 >2US$ Tidak Miskin

Ayan 111538 >2US$ Tidak Miskin

Endan 130307 >2US$ Tidak Miskin

Hendra 133323 >2US$ Tidak Miskin

M.Pandi 73446 >2US$ Tidak Miskin

Wawan 141723 >2US$ Tidak Miskin

Mukron 21538 >2US$ Tidak Miskin

Kamang 12923 <2US$ Miskin

Nasrudir 25846 >2US$ Tidak Miskin

Ejem 32307 >2US$ Tidak Miskin

Judin 53846 >2US$ Tidak Miskin

(42)

30

Lampiran 4 Persentase Kesejahteraan Penyadap berdasarkan kriteria UMR Sukabumi

Nama Pendapatan G.Pinus Pendapatan G.Pinus

Keterangan Penyadap (Rp/KK/Bln) (Rp/KK/Thn)

Hadud 2500000 30000000 >UMR Tidak Miskin

Memed 2754000 33048000 >UMR Tidak Miskin

Anang 1326000 15912000 <UMR Miskin

Encep 1763580 21162960 >UMR Tidak Miskin

Iyus 1763580 21162960 >UMR Tidak Miskin

Karman 663000 7956000 <UMR Miskin

Jana 1275000 15300000 <UMR Miskin

Jajang 1530000 18360000 <UMR Miskin

Adna 255000 3060000 <UMR Miskin

Bapung 2750000 33000000 >UMR Tidak Miskin

Juani 2750000 33000000 >UMR Tidak Miskin

Samsudin 2200000 26400000 >UMR Tidak Miskin

Aep 2475000 29700000 >UMR Tidak Miskin

Deris 3300000 39600000 >UMR Tidak Miskin

Pudin 2337500 28050000 >UMR Tidak Miskin

Umar 1000000 12000000 <UMR Miskin

Idin 2600000 31200000 >UMR Tidak Miskin

Eman 765000 9180000 <UMR Miskin

Maman 2600000 31200000 >UMR Tidak Miskin

Nasir 1000000 12000000 <UMR Miskin

Alimi 750000 9000000 <UMR Miskin

Kodir 750000 9000000 <UMR Miskin

Marup 1400000 16800000 <UMR Miskin

Asep 2000000 24000000 >UMR Tidak Miskin

Ali Suryadi 1350000 16200000 <UMR Miskin

saipulloh 650000 7800000 <UMR Miskin

Misdi 750000 9000000 <UMR Miskin

Humiyani 1250000 15000000 <UMR Miskin

Ukat 1120000 13440000 <UMR Miskin

Deden 1680000 20160000 >UMR Tidak Miskin

Aja 2426666 29120000 >UMR Tidak Miskin

Saja 392000 4704000 <UMR Miskin

Rosid 1120000 13440000 <UMR Miskin

Hermawan 1120000 13440000 <UMR Miskin

Kidin 1400000 16800000 <UMR Miskin

Emad 560000 6720000 <UMR Miskin

Holidin 1400000 16800000 <UMR Miskin

Darma 980000 11760000 <UMR Miskin

Didi 2240000 26880000 >UMR Tidak Miskin

Aab 800000 9600000 <UMR Miskin

(43)

31 Lampiran 4 (Lanjutan)

Nama Pendapatan G.Pinus Pendapatan G.Pinus

Keterangan Penyadap (Rp/KK/Bln) (Rp/KK/Thn)

Empud 1840000 22080000 >UMR Tidak Miskin

Ajat 1380000 16560000 <UMR Miskin

Edah 690000 8280000 <UMR Miskin

Durahman 1440000 17280000 <UMR Miskin

Puloh 1610000 19320000 >UMR Tidak Miskin

Sahudin 1380000 16560000 <UMR Miskin

Ojal 1610000 19320000 >UMR Tidak Miskin

Abdulloh 2300000 27600000 >UMR Tidak Miskin

Nuryaman 1800000 21600000 >UMR Tidak Miskin

Dudun 4590000 55080000 >UMR Tidak Miskin

Arsud 1760000 21120000 >UMR Tidak Miskin

Holide 3080000 36960000 >UMR Tidak Miskin

Iwan 1400000 16800000 <UMR Miskin

Hendrik 2300000 27600000 >UMR Tidak Miskin

Ajid 1150000 13800000 <UMR Miskin

Gani 1380000 16560000 <UMR Miskin

Misbah 3680000 44160000 >UMR Tidak Miskin

Usup 4140000 49680000 >UMR Tidak Miskin

Suloh 2300000 27600000 >UMR Tidak Miskin

Endi 3220000 38640000 >UMR Tidak Miskin

Handa 4600000 55200000 >UMR Tidak Miskin

Marhud 3520000 42240000 >UMR Tidak Miskin

Badru 1495000 17940000 <UMR Miskin

Sarjah 1175000 14100000 <UMR Miskin

Yadi 2900000 34800000 >UMR Tidak Miskin

Ayan 2900000 34800000 >UMR Tidak Miskin

Endan 3388000 40656000 >UMR Tidak Miskin

Hendra 3466400 41596800 >UMR Tidak Miskin

M.Pandi 1909600 22915200 >UMR Tidak Miskin

Wawan 3684800 44217600 >UMR Tidak Miskin

Mukron 560000 6720000 <UMR Miskin

Kamang 336000 4032000 <UMR Miskin

Nasrudir 672000 8064000 <UMR Miskin

Ejem 840000 10080000 <UMR Miskin

Judin 1400000 16800000 <UMR Miskin

(44)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumban Holbung, Kecamatan Sipahutar, kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 27 Juni 1992 sebagai anak pertama dari lima orang bersaudara, dari pasangan Bapak Ketler Panjaitan dan Ibu Nurida Harianja. Pada tahun 2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Santa Maria Tarutung dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB), Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti organisasi RIMPALA (Rimbawan Pecinta Alam) sebagai anggota pada tahun 2011-2015, anggota Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2011-2015, sebagai BPH dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Parsadaan Anak Rantau Tarutung (PARTARU). Penulis juga pernah mengikuti kepanitian Masa Perkenalan Fakultas 2012, Pendidikan dan Latihan (DIKLAT) penerimaan anggota baru organisasi RIMPALA (2012-2014). Selain itu penulis juga pernah melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cilacap-Baturaden, Praktek Pengenalan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. INHUTANI II Unit Manajemen Malinau.

Gambar

Gambar 1. Diagram Aliran Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 1. Kriteria garis kemiskinan Sajogyo, Bank Dunia dan UMR Sukabumi
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian BKPH Lengkong, Kecamatan Lengkong
Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan utama dan pekerjaan    Sampingan
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

14.2 Memeragakan tari Nusantara daerah lain sesuai dengan iringan di depan penonton 3 JP 3 JP 15 Keterampilan Mengapresiasi karya kerajinan. 15.1 Mengidentifikasi jenis

Hasil wawancara peneliti dengan bapak Ahdar selaku kepala UPTD Balai Diklat pertanian Saree menyebutkan bahwa pemberian bibit talas satoimo oleh pemerintah selain didasari

Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti ini bertujuan untuk mengetahui apakah Tingkat Suku Bunga, Dana Pihak Ketiga, Inflasi, Jumlah Kantor Bank berpengaruh terhadap

Dari hasil pengujian didapatkan hasil sebagian besar masyrakat Surabaya memberikan opini yang mengarahkan jawaban ke arah positif karena karena responden merasa

Berhubungan dengan film yang banyak mengandung simbol dan tanda, maka yang menjadi pusat perhatian penelitian adalah pesan yang dikaji dari kajian semiotiknya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar geografi siswa kelas VIII-B SMP Negeri 16 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010

Variabel-variabel dalam penelitian ini yang meliputi variabel independen (eksogen, bebas) yaitu gaya kepemimpinan (X1), motivasi (X2), disiplin (X3), dan variabel