DAFTAR PUSTAKA
Heryanto, M.Ary dan Wisnu, Adi.2008.Pemrograman untuk Mikrokontroler
ATMEGA 8535.Yogyakarta: Andi.
Elektur.1996.302 Rangkaian Elektronika.Penerjemahan P.Pratomo dkk.Jakarta:
Percetakan PT Gramedia.
Haryanto. 2005. Pemrogaman Bahasa C Untuk Mikrokontroler ATMega 328.
Jakarta : Penerbit. PT. Elex Media Komputindo.
Malvino, Albert Paul.1990. Prinsip-Prinsip Elektronika. Edisi ketiga. Terj.
Hanapi Gunawan, Jakarta : Penerbit Erlangga.
Suhata.2005.Aplikasi Mikrokontroler Sebagai Pengendali Peralatan Elektronika.
BAB 3
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN
3.1Diagram Blok Sistem
3.1.1 Fungsi – fungsi Diagram Blok
1. Blok Sensor cahaya sebagai pendeteksi besarnya iluminasi di dalam
ruangan.
2. Blok Mikrokontroler 8535 untuk mengkonversi data dari sensor
cahaya ke LCD
3. Blok SR 4094 sebagai register serial to paralel yang berfungsi untuk
mengubah data seri dari mikrokontroler AT88535 menjadi data paralel
dan menggeser data tersebut pada baris berikutnya, untuk
menghidupkan dan mematikan lampu LED pada baris dan kolom
sesuai dengan data yang dikirim oleh mokrokontroler.
4. Blok LCD sebagai inputan tampilan
3.2 Rangkaian Sensor Cahaya (LDR)
Jenis LDR yang digunakan adalah LDR Cadmium Sulphide
Photoconductive Cell yang memiliki karakteristik nilai hambatannya akan
turun jika terdapat cahaya yang mengenai permukaannya. LDR yang
memiliki hambatan tinggi saat cahaya kurang mengenainya (gelap), dalam
kondisi seperti ini LDR dapat mencapai 2 Mohm. akan tetapi saat LDR
terkena cahaya hambatan LDR akan turun secara drastis hingga mencapai 1,5
ohm. Gambar 3.2 adalah rangkaian dari sensor cahaya LDR.
Gambar 3.2 Rangkaian sensor cahaya
Dari Gambar 3.2 dapat dicari tegangan Output:
=
!"#"$%&'
(( ...3.1
Sensor cahaya pada sistem ini digunakan sebagai rangkaian pembagi
tegangan. Tegangan output rangkaian akan dipengaruhi oleh perubahan resistansi
Gambar 3.3 Grafik hubungan antara resistansi dan iluminasi (Sumber: data sheet LDR)
Dari Gambar 3.3 diketahui bahwa hubungan antara resistansi LDR dan
iluminasi berupa grafik nonlinier.
Sinar yang datang akan terdeteksi oleh LDR dan membuat perubahan
resistansi sesuai dengan besarnya sinar yang datang pada LDR tersebut.
Perubahan resistansi tersebut dijadikan sebagai parameter fisis dalam pengukuran
intensitas cahaya. Resistansi LDR dikonversi menjadi input sinyal analog dan
diproses oleh ADC pada mikrokontroler dalam bentuk data digital yang
ditampilkan pada LCD. Kemudian mikrokontroler akan memproses sinyal-sinyal
yang diperoleh melalui perintah yang telah ditanam didalamnya dan mengontrol
lampu sehingga kuat penerangan cahaya menjadi terkontrol. Intensitas cahaya
ideal sebagai intensitas cahaya referensi dalam rentang 300-400 Lux. Relay dan
Lampu dikontrol berdasarkan intensitas cahaya referensi tersebut, sehingga
intensitas cahaya referensi tersebut menentukan kondisi intensitas cahaya ruang
3.3 Rangkaian Mikrokontroler ATMEGA 8535
Rangkaian sistem minimum mikrokontroler ATMEGA 8535 dapat
dilihat pada gambar 3.2 di bawah ini :
Gambar 3.4Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler ATMega8535
ATMega8535 dapat dilihat pada gambar di atas, Pin 12 dan 13
akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler ATMega8535 dalam
mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan
reset (aktif rendah). Pulsa transisi dari tinggi ke rendah akan me-reset
mikrokontroler ini.
Untuk men-download file heksadesimal ke mikrokontroler, Mosi,
Miso, SCK, Reset, Vcc dan GND dari kaki mikrokontroler dihubungkan
ke RJ45. RJ45 sebagai konektor yang akan dihubungkan ke ISP
Programmer. Dari ISP Programmer inilah dihubungkan ke komputer
melalui port paralel.
Kaki Mosi, Miso, SCK, Reset, Vcc dan GND pada mikrokontroler
terletak pada kaki 6, 7, 8, 9, 10 dan 11. Apabila terjadi keterbalikan
pemasangan jalur ke ISP Programmer, maka pemrograman
mikrokontroler tidak dapat dilakukan karena mikrokontroler tidak akan
merespon.
3.4 Perancangan Rangkaian LCD
Pada alat ini, display yang digunakan adalah LCD (Liquid Crystal
Display) 16 x 2. Untuk blok ini tidak ada komponen tambahan karena
mikrokontroler dapat memberi data langsung ke LCD, pada LCD Hitachi -
M1632 sudah terdapat driver untuk mengubah data ASCII output
mikrokontroler menjadi tampilan karakter. Pemasangan potensio sebesar 5
KΩ untuk mengatur kontras karakter yang tampil. Gambar 3.4 berikut
Gambar 3.5 Rangkaian LCD
Dari gambar 3.4, rangkaian ini terhubung ke PB.0... PB.7, yang
merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu sebagai Timer/Counter,
komperator analog dan SPI mempunyai fungsi khusus sebagai pengiriman data
secara serial. Sehingga nilai yang akan tampil pada LCD display akan dapat
dikendalikan oleh Mikrokontroller ATMega8535.
3.5 Rangkaian SR 4094
Rangkaian Diagram Logic bagian dalam SR 4094 seperti ditunjukan pada
gambar dibawah ini :
Gambar 3.6 Rangkaian diagram logic SR 4094
IC HEF 4094 adalah sebuah alat pintu gerbang CMOS yang memiliki
kecepatan tinggi dan mempunyai pin yang dapat di hubungkan dengan 4094 dari
penyimpanan yang digabungkan dengan masing-masing tahap pada strobing data
dari serial input (D) ke buffer parallel output 3 tahap (QP0 ke QP7). Output
parallel harus dihubungkan dengan mengarahkan ke garis alamat bersama. Data
dirubah peralihan waktu berjalan maksimal (CP).
Atau tiap-tiap shift register dipindahkan keregister tempat penyimpanan
ketika input strobe (STR) tinggi. Data register tempat penyimpanan muncul pada
output apabila output memungkinkan sinyal input (OE) tinggi.Dua serial output
(QS1 dan QS2) dapa dipakai pada perbandingan sebuah shift dari alat 4094. Data
dapat dipakai pada QS1 pada tepi waktu yang berjalanmaksimal untuk
memungkinkan operasi kecepatan tinggi dalam sistem perbandingan secara
bertahap yang mana waktu otomatisnya cepat informasi.
3.6 Perancangan Lampu
Gambar 3.7 Perancangan Lampu
Pin yang disambungkan ke LED pada gambar diatas adalah PIN 4, 5, 6, 7,
LED ke GND. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada gambar atau pun foto
PCB letak komponen berikut ini. Satu papan PCB terdiri dari 8 IC 4094 yang
disambung secara seri, sehingga setiap papan akan tampil sebagai LED matriks
ukuran 8 x 8 LED.
Pada PCB ada 2 jalur GND, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
dalam pemasangan komponen juga untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,
yaitu lebih kebal terhadap noise.
Gambar 3.8 LED dan IC 4094 Pada PCB
Gambar PCB dilihat dari sisi bagian tembaga atau bagian bottom copper layer,
jalur yang terhubung dari IC 4094 ke LED dipilih jalur yang paling dekat, dengan
demikian hanya satu saja yang diperlukan. Urutan letak LED menjadi 1, 2, 3, 4, 8,
7, 6, 5, jadi untuk mengembalikan susunan LED dengan urutan yang benar 1, 2,
Dalam hal ini sudah dibuatkan program konversi dengan nama function
kar_conv(xkar) yang tinggal pakai saja. Pengiriman data secara serial dari
mikrokontroller ke IC 4094 display dilakukan dengan cara parallel to serial shift
register, yaitu dengan menggunakan function shift_out(xkar).
Kedua function tersebut dapat digunakan dengan cara #include
<serialout.h> pada awal program, dengan cara tersebut program yang bersesuaian
3.7 Flow Chart Sistem
Gambar 3.7 Flow Chart Sistem START
INISIALISASI I/O
MEMPROSES NILAI INTENSITAS CAHAYA
MENGATUR KUAT INTENSITAS CAHAYA LAMPU
MEMBACA NILAI INTENSITAS CAHAYA
TAMPILAN LCD
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Program
Gambar 4.1 Rangkaian Alat Lampu Mati void lampu (unsigned char n)
{
if (n == 1)
{
soe = 0;
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
soe = 1;
Gambar 4.2 Rangkaian Alat 4 Lampu Hidup
if (n == 2)
{
soe = 0;
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x18);
shift_out(0x18);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
soe = 1;
Gambar 4.3 Rangkaian Alat 8 Lampu Hidup
if (n == 3)
{
Page 4
sr
soe = 0;
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x24);
shift_out(0x18);
shift_out(0x18);
shift_out(0x24);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
soe = 1;
Gambar 4.4 Rangkaian Alat 10 Lampu Hidup if (n == 4)
{
soe = 0;
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x34);
shift_out(0x18);
shift_out(0x18);
shift_out(0x2c);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
soe = 1;
}
if (n == 5)
shift_out(0x00);
soe = 1;
}
Gambar 4.7 Rangkaian Alat Enam Belas Lampu Hidup
if (n == 7)
{
soe = 0;
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x3c);
shift_out(0x38);
shift_out(0x1c);
shift_out(0x3c);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
soe = 1;
Gambar 4.8 Rangkaian Alat 20 Lampu Hidup if (n == 8)
{
soe = 0;
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x3c);
shift_out(0x3c);
shift_out(0x3c);
Page 6
sr
shift_out(0x3c);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
soe = 1;
Gambar 4.9 Rangkaian Alat 26 Lampu Hidup if (n == 9)
{
soe = 0;
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
shift_out(0x3c);
shift_out(0x7e);
shift_out(0x7e);
shift_out(0x3c);
shift_out(0x00);
shift_out(0x00);
soe = 1;
}
if (n == 10)
Gambar 4.11 Rangkaian Alat 32 Lampu Hidup
shift_out(0x7e);
Gambar 4.12 Rangkaian Alat 36 Lampu Hidup
Gambar 4.13 Rangkaian Alat 42 Lampu Hidup if (n == 13)
{
soe = 0;
shift_out(0x18);
shift_out(0x3c);
shift_out(0x7e);
shift_out(0x7e);
shift_out(0x7e);
shift_out(0x7e);
shift_out(0x3c);
shift_out(0x18);
soe = 1;
}
if (n == 14)
shift_out(0x7e);
shift_out(0x3c);
soe = 1;
}
Gambar 4.16 Rangkaian Alat 52 Lampu Hidup
if (n == 16)
{
soe = 0;
shift_out(0x3c);
shift_out(0x7e);
shift_out(0x7e);
shift_out(0xff);
shift_out(0xff);
shift_out(0x7e);
shift_out(0x7e);
if (n == 17)
shift_out(0x7e);
shift_out(0x7e);
soe = 1;
}
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian hasil perancangan Pengatur Kuat Cahaya
Otomatis Pada Ruang Studio Gambar berbasis mikrokontroler ATmega8535,
dapat diambil beberapa kesimpulan.
1. Dari hasil penelitian jangkauan Intensitas cahaya pada ruang studio
gambar ini adalah 40-160 lux. Intensitas cahaya 0 lux terjadi saat lampu
tidak ada yang Hidup dan intensitas cahaya 160 lux terjadi saat semua
lampu Hidup. Sumber cahaya hanya berasal dari lampu LED yang berada
pada bagian atas miniatur studio gambar.
2. Hasil pengujian sistem pada alat dengan perbandingan antara jumlah
keseluruhan kuat penerangan pada lampu dengan jumlah keseluruhan
lampu yang Hidup adalah 4,20 Lux/led, jadi kuat penerangan setiap led
adalah 4,20 lux yang dideteksi juga dengan kuat penerangan cahaya
sekitarnya.
3. Tampilan setiap nilai variable dari setiap sensor telah mengalami
5.2 Saran
Beberapa tambahan yang diperlukan dalam meningkatkan kemampuan alat
ini adalah:
1. Untuk lampu pada studio gambar sebaiknya menggunakan 128 lampu agar
intensitas cahaya lebih terang dan intensitas cahaya ideal dalam rentang 300-400
lux.
2. Penggunaan sensor cahaya lebih dari satu agar dapat mendeteksi cahaya
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Intensitas Cahaya dan Kuat Penerangan
Intensitas cahaya (I) dengan satuan candela (cd) adalah arus cahaya
dalam lumen yang diemisikan setiap sudut ruang (pada arah tertentu) oleh
sebuah sumber cahaya. Kata candela berasal dari candle (lilin) merupakan satuan
tertua pada teknik penerangan dan diukur berdasarkan intensitas cahaya standar.
Kuat penerangan (E) adalah pernyataan kuantitatif untuk intensitas cahaya (I)
yang menimpa atau sampai pada permukaan bidang. Kuat penerangan disebut
pula tingkat penerangan atau intensitas penerangan. Dengan menganggap sumber
penerangan sebagai titk yang jaraknya (h) dari bidang penerangan, maka kuat
penerangan (E) dalam lux (lx) pada suatu titik pada bidang penerangan
adalah:
=
………...……… 2.12.2 Light Dependent Resistor ( LDR )
Light dependent resistor (LDR) adalah sebuah bahan semikonduktor yang
terbuat dari komponen Cadmium Sulfida atau Silicon. Prinsip kerja LDR adalah
jika ada sebuah cahaya yang mengenai bahan semikonduktor pada LDR maka
cahaya tersebut akan memberikan energi pada semikonduktor yang akan diserap
elektron menjadi lepas dari ikatan dan bebas untuk bergerak dalam LDR. Hal ini
mengakibatkan sejumlah arus besar mengalir dalam semikonduktor. Dengan
demikian resistansi dari Light Dependent Resistor akan berkurang dengan
bertambahnya intensitas cahaya.
LDR (light dependent resistor) merupakan salah satu contoh komponen
pasif dalam kumpulan komponen elektronika. LDR bekerja berdasarkan jumlah
intensitas cahaya yang diterima pada permukaannya. LDR sama fungsi kerjanya
seperti resistor namun nilainya dapat berubah mengikuti cahaya yang diterima.
Jika jumlah cahaya yang diterima banyak, maka nilai hambatannya akan
mengecil, dan begitu pula sebaliknya jika cahaya yang didapat sedikit, maka nilai
hambatannya akan menjadi besar. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar
10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang.
2.2.1 Karakteristik LDR A. Laju Recovery
Bila sebuah LDR dibawa dari suatu ruangan dengan level kekuatan
cahayatertentu kedalam suatu ruangan yang gelap sekali, maka bisa kita
amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah
resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Namun LDR tersebut
hanya akan bisa mencapai harga dikegelapan setelah mengalami selang
waktu tertentu. dan suatu kenaikan nilai resistansi dalam waktu tertentu.
Harga ini ditulis dalam K Ω /detik. untuk LDR type arus harganya lebih
besar dari 200 K Ω /detik (selama 20 menitpertama mulai dari level cahaya
100 lux), kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arahsebaliknya, yaitu
pindah dari tempat gelap ke tempat terang yang memerlukan waktukurang
dari 10 ms untuk mencapai resistansi yang sesuai dengan level cahaya 400
lux.
B. Respon Spektral
LDR tidak mempunyai sensitivitas yang sama untuk setiap panjang
gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna). Bahan yang biasa
digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga, alumunium, baja,
emas, dan perak.Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan penghantar
yang paling banyak digunakan karena mempunyai daya hantar yang
baik.Sensor ini sebagai pengindera yang merupakan eleman yang pertama –
tama menerima energi dari media untuk memberi keluaran berupa
perubahan energi.Sensor terdiri berbagai macam jenis serta media yang
panas, cahaya, air, angin, tekanan, dan lain sebagainya. Sedangkan pada
rangkaian ini menggunakan sensor LDR yang menggunakan intensitas
cahaya, selain LDR dioda foto juga menggunakan intensitas cahaya atau
yang peka terhadap cahaya (photo conductivecell).Pada rangkaian
elektronika, sensor harus dapat mengubah bentuk – bentuk energi cahaya ke
energi listrik, sinyal listrik ini harus sebanding dengan besar energi
sumbernya. Gambar 1.2 dibawah ini merupakan karakteristik dari sensor
LDR
Gambar 2.2 Karakteristik LDR (Light Dependent Resistor)
Pada karakteristik diatas dapat dilihat bila cahaya mengenai sensor itu
maka harga tahanan akan berkurang. Perubahan yang dihasilkan ini tergantung
2.3 Mikrokontroller Atmega 8535
Mikrokontroler merupakan sebuah mikroprosessor CPU (Central
Procesing Unit) yang dikombinasikan dengan I/O dan memori ROM (Read Only
Memory) dan RAM (Random Acces Memory). Berbeda dengan mikrokomputer
yang memiliki bagian-bagian tersebut secara terpisah, mikrokontroler
mengkombinasikan bagian tersebut dalam tingkat chip.
Mikrokontroller Atmega 8535 memiliki arsitektur RISC (Reduce Instruction Set
Computing) 8-bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit dan
sebagian instruksi di eksekusi dalam satu siklus clock. Selain itu pada
mikrokontroller atmega 8535 terdapat memori EPROOM (Electrically Erasable
Programmable Read Only Memory) yang berguna untuk menyimpan data saat
tidak ada catu daya sehingga sangat berguna untuk menyimpan informasi seperti
nilai kalibrasi, nomor ID, dan juga Pasword. Oleh karena itu dalam penelitian ini
digunakan mikrokontroller atmega8535 karena selain memiliki fasilitas yang
lengkap, mikrokontroller atmega8535 juga mudah didapat dan harganya
terjangkau.
Mikrokontroler AVR memiliki arsitektur RISC 8 bit, dimana semua
instruksi dikemas dalam kode 16 bit dan sebagian besar instruksi dalam 1 (satu)
siklus clock, berbeda dengan instruksi MCS51 yang membutuhkan 12 siklus
clock. Hal ini terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut memiliki
arsitektur yang berbeda. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set
Computing), sedangkan seri MCS51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set
keluarga ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega, dan AT86RFxx. Pada
dasarnya, yang membeda-bedakan masing-masing kelas adalah memori,
peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan,
mereka bisa dikatakan sama.Piranti dapat diprogram secara in-system
programming (ISP) dan dapat diprogram berulang-ulang selama 10.000 kali
2.3.1 Arsitektur Mikrokontroller Atmega 8535
Gambar 2.3 Diagram Blok Mikrokontroler Atmega 8535
Pada gambar 2.3 dapat dilihat blok diagram dari mikrokontroller atmega8535
yang meliputi dari:
1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.
2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.
4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.
5. Watchdog Timer dengan osilator internal.
6. SRAM sebesar 512 byte.
7. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write.
8. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.
9. Unit interupsi internal dan eksternal.
10. Port antarmuka SPI.
11. Antarmuka komparator analog.
12. Port USART untuk komunikasi serial
2.3.2 Konfigurasi Pin ATMega 8535
Konfigurasi pinATmega8535 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual Inline
Package) dapat dilihat pada gambar xxxxxx. Dari gambar di atas dapat
dijelaskan fungsi dari masing-masing pin Atmega8535 sebagai berikut:
1. VCC merupakan pinyang berfungsi sebagai masukan catu daya.
2. GND merukan pin Ground.
3. PortA (PortA0…PortA7) merupakan pin input/outputdua arah dan pin
masukan ADC.
4. PortB (PortB0…PortB7) merupakan pin input/outputdua arah dan dan
5. Port C (PortC0…PortC7) merupakan pin input/output dua arah dan pin
fungsi khusus,
6. Port D (PortD0…PortD7) merupakan pin input/output dua arah dan pin
fungsi khusus,
7. RESET merupakan pinyang digunakan untuk me-resetmikrokontroler.
8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clockeksternal.
9. AVCC merupakan pinmasukan tegangan untuk ADC.
10.AREFF merupakan pinmasukan tegangan referensi ADC.
Gambar 2.4 Konfigurasi Pin ATmega8535 PDIP
Berikut ini penjelasan mengenai konfigurasi pin ATMega8535 sebagai
berikut :
1. Port A
Pin33 sampai dengan pin 40 merupakan pin dari port A. Merupakan 8 bit
directional port I/O. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal pull-up
dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction
Register port A (DDRA) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port A
digunakan. Bit-bit DDRA diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port A yang
disesuaikan sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output.
2. Port B
Pin 1 sampai dengan pin 8 merupakan pin dari port B. Merupakan 8 bit
directional port I/O. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal pull-up
resistor (dapat diatur per bit). Output buffer port B dapat memberi arus 20 mA
dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction
Register port B (DDRB) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port B
digunakan. Bit-bit DDRB diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port B yang
disesuaikan sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin
port B juga memiliki fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat
dalam tabel:
Tabel 2.1 Penjelasan pin pada port B
Pin Keterangan
PB.7 SCK (SPI Bus Serial Clock)
PB.6 VISO (SPI Bus Master Input/Slave Output)
PB.5 VOSI (SPI Bus Master Output/Slave Input)
PB.4 SS (SPI Slave Select Input)
PB.3 AIN1 (Analog Comparator Negative Input)OCC
(Timer/Counter0 Output Compare Match Output)
Interrupt2 Input)
PB.1 T1 (Timer/Counter1 External Counter Input)
PB.0 T0 (Timer/Counter0 External Counter Input)XCK (JSART
External Clock Input/Output)
3. Port C
Pin 22 sampai dengan pin 29 merupakan pin dari port C. Port C sendiri
merupakan port input atau output. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal
pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer port C dapat memberi arus
20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction
Register port C (DDRC) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port C
digunakan. Bit-bit DDRC diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port C yang
disesuaikan sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output.
4. Port D
Pin 14 sampai dengan pin 20 merupakan pin dari port D. Merupakan 8 bit
directional port I/O. Setiap pin-nya dapat menyediakan internal pull-up
resistor (dapat diatur per bit). Output buffer port D dapat memberi arus 20 mA
dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction
Register port D (DDRD) harus di-setting terlebih dahulu sebelum port D
digunakan. Bit-bit DDRD diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port D yang
disesuaikan sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin
port D juga memiliki fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat
Tabel 2.2 Penjelasan pin pada port D
Pin Keterangan
PD.0 RDX (UART input line)
PD.1 TDX (UART output line)
PD.2 INT0 (external interrupt 0 input)
PD.3 INT1 (external interrupt 1 input)
PD.4 OC1B (Timer/Counter1 output compareB match output)
PD.5 OC1A (Timer/Counter1 output compareA match output)
PD.6 ICP (Timer/Counter1 input capture pin)
PD.7 OC2 (Timer/Counter2 output compare match output)
2.3.3 Peta Memori ATMega 8535
ATMega8535 memiliki dua jenis memori yaitu Data Memori dan
Program Memori ditambah satu fitur tambahan yaitu EEPROM Memori untuk
penyimpan data.
1. Program Memori
ATMEGA 8535 memiliki On-Chip In-Sistem Reprogrammable Flash
Memory untuk menyimpan program. Untuk alasan keamanan, program memori
dibagi menjadi dua bagian, yaitu Boot Flash Section dan Application Flash
Section. Boot Flash Section digunakan untuk menyimpan program Boot
Loader, yaitu program yang harus dijalankan pada saat AVR reset atau
Application Flash Section digunakan untuk menyimpan program aplikasi
yang dibuat user. AVR tidak dapat menjalakan program aplikasi ini sebelum
menjalankan program Boot Loader. Besarnya memori Boot Flash Section dapat
diprogram dari 128 word sampai 1024 word tergantung setting pada
konfigurasi bit di register BOOTSZ. Jika Boot Loader diproteksi, maka
program pada Application Flash Section juga sudah aman.
2. Data Memori
Gambar berikut menunjukkan peta memori SRAM pada ATMEGA 8535. Terdapat 608 lokasi address data memori. 96 lokasi address digunakan
untuk Register File dan I/O Memori sementara 512 lokasi address lainnya
digunakan untuk internal data SRAM. Register file terdiri dari 32 general
Gambar 2.5 Peta Memori Data
3. EEPROM Data Memori
ATMEGA 8535 memiliki EEPROM 8 bit sebesar 512 byte untuk
menyimpan data. Loaksinya terpisah dengan sistem address register, data
register dan control register yang dibuat khusus untuk EEPROM. Alamat
EEPROM dimulai dari $000 sampai $1FF.
Gambar 2.6 EEPROM Data Memori 2.3.4 Status Register (SREG) ATMega8535
Status register adalah register berisi status yang dihasilkan pada setiap
operasi yang dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi. SREG merupakan
Gambar 2.7 Status Register ATMega 8535
1. Bit 7-I : Global Interrupt Enable
Bit harus diset untuk meng-enable interupsi. Setelah itu anda dapat
mengaktifkan interupsi mana yang akan digunakan dengan cara
meng-enable bit kontrol register yang bersangkutan secara individu. Bit akan
di-clear apabila terjadi suatu interupsi yang dipicu oleh hardware, dan
bit tidak akan mengizinkan terjadinya interupsi, serta akan diset
kembali oleh instruksi RETI.
2. Bit 6-T : Bit Copy Storage
Instruksi BLD dan BST menggunakan bit-T sebagai sumber atau tujuan
dalam operasi bit. Suatu bit dalam sebuah register GPR dapat disalin ke
bit T menggunakan instruksi BTS, dan sebaliknya bit-T dapat disalin
kembali ke suatu bit dalam register GPR menggunakan instruksi BDL.
3. Bit 5-H : half Carry Flag
4. Bit 4-S : Sigh Bit
Bit-S merupakan hasil operasi EOR antara Flag-N (negatif) dan flag V
(komplemen dua overflow).
5. Bit 3-V : Two’s Complement Overflow Flag
Bit berguna untuk mendukung operasi aritmatika.
Apabila suatu operasi menghasilkan bilangan negatif, maka flag-N akan
di-set.
7. Bit 1-Z : Zero Flag
Bit akan di-set bila hasil operasi yang diperoleh adalah nol.
8. Bit 0-C : Carry Flag
Apabila suatu operasi menghasilkan carry, maka bit akan di-set.
Port I/O pada mikrokontroler ATMega8535 dapat difungsikan sebagai
input ataupun dengan keluaran high atau low. Untuk mengatur fungsi port I/O
sebagai input ataupun output perlu dilakukan setting pada DDR dan Port.
Logika port I/O dapat berubah-ubah dalam program secara byte atau hanya bit
tertentu. Mengubah sebuah keluaran bit I/O dapat dilakukan menggunakan
perintah cbi (clear bit I/O) untuk menghasilkan output low atau perintah sbi
(set bit I/O) untuk menghasilkan output high. Perubahan secara byte dilakukan
dengan perintah in atau out yang menggunakan register bantu.
2.4 LCD (Liquid Crystal Display)
LCD merupakan suatu jenis penampil (display) yang menggunakan Liquid
Crystal sebagai media refleksinya. LCD juga sering digunakan dalam
perancangan alat yang menggunakan mikrokontroler. LCD dapat berfungsi untuk
menampilkan suatu nilai hasil sensor atau menampilkan menu pada aplikasi
Gambar 2.8 LCD 2 X 16
LCD yang akan digunakan dalam pembuatan alat ini dapat dilihat pada
gambar 2.8 adalah LCD dengan jenis bertipe karakter 2 x 16. LCD yang
digunakan dapat menampilkan karakter 2 baris dengan tiap baris terdri dari 16
karakter. Pada pembuatan alat ini LCD akan digunakan untuk menampilkan nilai
kuat penerang cahaya pada ruang studio gambar.
2.5 IC 4094
IC shift register adalah sebuah komponen elektronik (IC) yang digunakan
untuk memsukkan data secara serial dan mengeluarkan data secara paralel. IC
4094 merupakan IC shift register 8 bit yang memiliki register latch untuk setiap
bit yang berguna untuk memindahkan data dari saluran serial kesaluran paralel
dengan pergeseren bit Q0 sampai bit Q7 menuju output. Output paralel dapat
dihubungkan langsung dengan jalur data umum. Data digeser ketika terjadi
perubahan sinyal clock dari Low ke High, selanjutnya data digeser dari register
geser ke register penyimpanan, kemudian dengan memberikan logika high pada
Gambar 2.11. Diagram fungsi register (Data Sheet IC 4094)
Ada dua serial yang keluar dari IC 4094 yaitu Qs dan Q’s yang disediakan
untuk keperluan penyambungan beberapa IC secara serial. Data tersedia pada Qs
pada pergeseran sinyal clock dari logika low ke logika high untuk memungkinkan
pergeseran dengan kecepatan tinggi dalam keperluan penyambungan beberapa IC
secara serial. Output pada Q’s akan bergeser pada saat sinyal clock berubah dari
logika high ke logika low. Gambar 2.4 menunjukkan posisi dan penamaan pin
untuk IC 4094.
Tabel 2.4 Keterangan Pin IC 4094
2.5.1 Cara Kerja Shift register
Data masuk secara serial melalui pin D (1). Pada IC Shift Register ini data masuk baru disimpan setelah terjadi clock jadi cara memasukkan data pada shift
register ini adalah data masuk- clock- data masuk-clock-data masul-clock begitu
seterusnya. Pin OE atau Output Enable digunakan untuk mengaktifkan output
serial maupun output paralel. Logika 1 untuk enable dan logika 0 untuk disable.
QP0 - QP7 adalah output paralel dari shift register ini sedangkan QS1 - QS2
adalah output serial dari shift register ini. Jika menggunakan lebih dari satu IC
Shift Register maka pin data dari IC Shift Register selanjutnya dihubungkan ke
output serial dari IC Shift Register sebelumnya. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat
di timing diagram berikut ini:
2.6 LED (Light Emitting Diode)
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen
elektronika yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan
tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung
pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat
memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering
kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat
elektronik lainnya.Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang
kecil dan dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat
elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran
filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh
karena itu, saat ini LED (Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah
banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV yang mengganti
lampu tube.
2.6.1 Cara Kerja LED (Light Emitting Diode)
LED juga merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari
Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua
kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan
memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda
menuju ke Katoda.
LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga
menciptakan junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam
semikonduktor adalah proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity)
pada semikonduktor yang murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan
yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari
Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-Type material akan
berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang
bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan
melepaskan photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).
LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri
tegangan maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat
mengubah Energi Listrik menjadi Energi Cahaya.
2.6.2 Rangkaian Dasar Hidupkan LED (Light Emitting Dioda)
Gambar 2.10 Rangkaian Dasar LED
Besarnya arus maksimum pada LED (Light Emitting Dioda) adalah 20
mA, sehingga nilai resistor harus ditentukan. Dimana besarnya nilai resistor
berbanding lurus dengan besarnya tegangan sumber yang digunakan. Secara
matematis besarnya nilai resistor pembatas arus LED (Light Emitting Dioda)
dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut.
R
=
, ...2.2
R = resistor pembatas arus (Ohm)
Vs = tegangan sumber yang digunakan untuk mensupply tegangan ke LED (volt)
volt = tegangan LED (volt)
0,02 A = arus maksimal LED (20 mA)
2.7 Buzzer
Buzzer adalah suatu alat yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi
sinyal suara. Pada umumnya buzzer digunakan untuk alarm, karena
penggunaannya cukup mudah yaitu dengan memberikan tegangan input maka
buzzer akan mengeluarkan bunyi. adi buzzer juga terdiri dari kumparan yang
terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga
menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar,
tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang
pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma
secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan
suara. Frekuensi suara yang di keluarkan oleh buzzer yaitu antara 1-5 KHz.
2.8 Catu Daya Adaptor
Catu daya berfungsi untuk memberikan suplay tegangan, khususnya ke IC
mikrokontroler Atmega8535, catu daya yang di gunakan adalah 5 Volt dc.
Gambar 2.12 Diagram blok Catu Daya Adaptor
Gambar 2.13 Skema Rangkaian Catu daya
Keterangan :
1. Stepdown (Penurun Tegangan)
Bagian ini berfungsi menurunkan tegangan AC 110/220V menjadi tegangan
AC yang lebih rendah yang diperlukan( 5V, 9V,12V, dll).Bagian ini terdiri dari
sebuah transformer (trafo)
2. Rectifier (Penyearah)
Bagian ini merupakan bagian penyearah arus dari arus AC (bolak-balik)
menjadi arus DC (searah).Bagian ini terdiri dari sebuah dioda silikon ,
germanium , selenium atau Cuprox.
Bagian ini berfungsi untuk menyaring arus DC yang masih berdenyut sehingga
menjadi rata. Komponen yang digunakan yaitu gabungan dari kapasitor
elektrolit dengan resistor atau induktor.
4. Stabilizer(Penstabil)
Bagian ini berfungsi menstabilkan tegangan DC agar tidak terpengaruh oleh
tegangan beban.Komponen ini berupa Dioda Zener atau IC yang didalamnya
berisi rangkaian penstabil.
5. Regulator(Pengatur)
Bagian ini mengatur kestabilan arus yang mengalir ke rangkaian
elektronika.Komponen yang di gunakan merupakan gabungan dari transistor,
resistor dan kapasitor. Ada juga yang di paket berupa sebuah IC seperti
regulator LM7805. Pada gambar 2.13 regulator bekerja dengan cara
mengendalikan arus basis pada transistor melalui dioda zener 5V tipe 1N4736
dan resistor 680 ohm sehingga penguatan tegangan pada output transistor
mengalami penurunan sesuai dengan pengaturan tegangan kemudi pada arus
basis yaitu sebesar 5V. Pada gambar ilustrasi transistor NPN berikut ini,
junction base-emiter diberi bias positif sedangkan base-colector mendapat bias
negatif (reverse bias).
2.9 Energi Listrik
Energi listrik adalah energi utama yang dibutuhkan bagi peralatan listrik.
Energi listrik untuk menggerakkan motor, lampu penerangan, memanaskan,
mendinginkan ataupun untuk menggerakkan kembali suatu peralatan mekanik
Besar energi listrik tersebut dirumuskan sebagai berikut:
W = P x t ... 2.3
Dimana :
W = Energi listrik yang diserap atau dipakai ( W.s)
P = daya ( Watt)
t = waktu ( second )
Daya listrik merupakan perkalian antara tegangan dan arus pada beban.
Berdasarkan keadaan arus dan tegangan yang terdapat pada rangkaian, maka daya
dapat digolongkan dua macam yaitu:
1. Daya dalam rangkaian arus searah.
2. Daya dalam rangkaian arus bolak-balik.
Daya yang terdapat dalam tahanan yang dialiri oleh arus searah (DC) dituliskan
dengan rumus :
P = V × I = = I2 × R ... 2.4
Sedangkan daya pada impedansi yang dialiri arus bolak balik (AC) terdiri dari :
1. Daya Aktif
Daya aktif adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi sebenarnya.
Satuan daya aktif adalah Watt.
Daya aktif dinyatakan dengan rumus :
2. Daya Reaktif
Daya reaktif merupakan daya yang terpakai sebagai energi pembangkitan
medan magnetik sehingga timbul fluks magnetik. Satuan daya reaktif
adalah Volt Ampere.
Reaktif (VAR). Daya reaktif dinyatakan dengan rumus :
Q = V× I× Sinφ... 2.6
3. Daya Semu
Daya semu merupakan daya yang diberikan kepada konsumen atau
gabungan penjumlahan trigonometri daya nyata dan daya reaktif. Satuan
daya semu adalah
Volt Ampere (VA). Daya semu dinyatakan dengan rumus :
S = V× I ... 2.7
2.10 Transistor
Transistor adalah komponen elektronika semikonduktor yang berfungsi
sebagai penguat, pemutus dan penyambung (switching), stabilitasi tegangan,
modulasi sinyal dan fungsi lainnya. Berdasarkan polaritas ransistor terbagi
menjadi 2, yaitu transistor tipe PNP dan transistor NPN. Transistor NPN
merupakan transistor positive yang dapat bekerja mengalirkan arus listrik apabila
basis dialiri tegangan arus positif. Sedangkan transistor PNP merupakan transistor
negatif yang dapat bekerja mengalirkan arus apabila basis dialiri tegangan negatif.
Transistor memiliki 3 kaki elektroda, yaitu Basis, Kolektor, dan Emitorm seperti
Gambar 2.14 Transistor NPN dan PNP
Transistor dapat difungsikan sebagai saklar elektronika dengan memanfaatkan
dua keadaan transistor yaitu keadaan saturasi (sebagai saklar tertutup) dan
keadaan cut off (sebagai saklar terbuka).
Gambar 2.15 Rangkaian Transistor Sebagai Saklar
Pada saat saturasi maka arus kolektor adalah:
Ic (saturasi) = ... 2.8
Pada saat cut off tegangan kolektor emitter sama dengan tegangan sumber
kolektor dan arus basis mendekati nol.
Vce (cut) = Vcc ...2.9
Untuk mencari arus basis pada keadaan resistor basis terpasang dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
Ib = Vbb – Vbe ... 2.11
Rh
Dimana :
Ib = Arus bias base
VBB = Tegangan yang masuk ke titik base
VBE = Tegangan jepit diode junction base-emitor
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Perkembangan teknologi kontrol saat ini mulai bergeser kepada
otomatisasi sistem kontrol yang menuntut pengunaan komputer, sehingga campur
tangan manusia dalam pengontrolan sangat kecil. Bila dibandingkan dengan
pengerjaan secara manual, sistem peralatan yang dikendalikan oleh komputer
akan memberikan keuntungan dalam hal efisiensi, keamanan, dan ketelitian.
Kemampuan komputer, baik perangkat keras maupun perangkat lunak, dapat
dimanfaatkan untuk berbagai aplikasi pengendalian, seperti pengendalian suhu,
kecepatan motor, pengendalian pH pada air, dan lain-lain.
Penerangan di dalam ruangan sangat diperlukan oleh manusia untuk
mengenali objek yang terlihat oleh mata. Disaat kita melakukan pekerjaan di
dalam ruanganpun membutuhkan penerangan yang nyaman dan pas dengan mata
kita. Penerangan mempunyai pengaruh terhadap fungsi sebuah ruangan. Lampu
merupakan sumber penerangan kedua setelah sinar matahari. Umumnya untuk
pengendalian penerangan ruangan digunakan prinsip on-off, dimana pada saat
ruangan gelap lampu dinyalakan dan akan dimatikan apabila ruangan terang.
Dengan prinsip on-off, pengendalian penerangan ruangan hanya berdasarkan pada
kondisi gelap terangnya saja tanpa menghiraukan kontribusi dari luar seperti
cahaya matahari. Pengaturan tersebut sering disebut peredup. Peredupan
Variasi tegangan output beban diatur menggunakan LED. Pada pemicuan
LED diperlukan rangkaian pemicu yang terdiri dari mikrokontroler Atmega 8535
sebaga kontrol pusat dari semua sensor yang dipasang di dalam ruangan mulai
dari kontrol input sampai mengontrol output yang diharapkan. Dalam melakukan
prosesnya, mikrokontroller juga membutuhkan rangkaian seperti clock dan daya.
Selain itu juga penggunaan dari port-port dan jaringan-jaringan juga sangat
mempengaruhi cara kerja mikrokontroller. IC 4094 sebagai pengontrol Cahaya
LED yang digunakan sebagai masukan. Rangkaian pengontrol tegangan
dihubungkan dengan sensor LDR berfungsi sebagai sensor cahaya yang berfungsi
untuk mendeteksi besarnya iluminasi di dalam ruangan. Pada ruang studio gambar
yang miniatur ini terdapat 1 sensor LDR sebagai transducer yang mengubah
energi cahaya ke enegi listrik yang selanjutnya akan diolah mikrokontroller.
Output dari masukan akan ditampilkan di LCD.
Untuk itulah penulis mencoba untuk membuat suatualat dan Penulisan Tugas
akhir dengan judul “Pengendalian Pencahayaan Pada Ruang Gambar
Memanfaatkan Shift Register 4094 dan LED dengan Bahasa C Menggunakan Compiler Codevision”.
1.2 Rumusan Masalah
Berlatar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan
tersebut kedalam Tugas Akhir dengan judul “Pengendalian Pencahayaan Pada
C Menggunakan Compiler Codevision”. Penulis akan membahas bagaimana cara mengatasi terang cahaya yang tidak homogen pada ruang studio gambar.
1.3Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk membuat ruang
studio gambar yang miniatur dengan kuat cahaya yang otomatis.
1.4Batasan Masalah
Mengacu pada hal diatas, penulis membuat “Pengendalian Pencahayaan
Pada Ruang Gambar Memanfaatkan Shift Register 4094 dan LED dengan Bahasa C Menggunakan Compiler Codevision”.. Pembatasan masalah dalam Tugas Akhir ini hanya mencakup beberapa point utama, diantaranya adalah
sebagai berikut.
1. Mikrokontrol yang digunakan adalah ATMega 8535 yang hanya
difungsikan sebagai pembaca arus dan menghitung besaran daya.
2. Sensor LDR (Light Dependent Resistor) yang digunakan sebagai
pendeteksi intensitas cahaya.
3. Sistem pengatur tingkat penerangan ruangan ini dilakukan dengan cara
simulasi dan menggunakan 64 lampu LED di dalam satu ruangan.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan penulisan laporan ini, penulis
membuat susunan bab-bab yang membentuk laporan ini dalam sistematika
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
pembahasan, metodologi pembahasan, dan sistematika penulisan dari penulisan
Tugas Akhir ini.
BAB 2 LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk
pembahasan dan cara kerja dari rangkaian dan bahasa program yang digunakan,
serta karakteristik dari komponen-komponen pendukung.
BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN
Bab ini berisikan tentang proses perancangan dan pembuatan alat. Mulai dari
perancangan dan pembuatan sistem secara hardware atau software
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat,
penjelasan mengenai rangkaian-rangkaian yang digunakan, penjelasan mengenai
program yang diisikan ke mikrokontroller ATMega8535.
BAB 5 PENUTUP
Dalam bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran dari alat ataupun data yang
ABSTRAK
Telah dilakukan pembuatan sistem pengontrol cahaya untuk mengontrol kuat penerangan cahaya pada ruang studio gambar. Sistem ini dibangun menggunakan sensor Light Dependent Resistor (LDR) sebagai pendeteksi intensitas cahaya. Tegangan analog LDR diolah oleh mikrokontroler ATMega 8535 untuk membantu menentukan tingkat pencahayaan suatu ruangan secara otomatis, agar diperoleh penerangan yang efisien. Tingkat pencahayaan disesuaikan dengan nilai yang diperoleh sensor cahaya LDR yang terpasang pada ruangan. Intensitas cahaya yang telah diterima tersebut kemudian diolah menggunakan Mikrokontroler ATMega 8535 yang mendapatkan nilai dari input sensor cahaya LDR menjadi pusat pengendali pengatur tingkat penerangan dan menampilkan output sistem ke LCD yang memberitahukan informasi mengenai berapa nilai intensitas cahaya yang diterima oleh LDR. Pembuatan sistem pengatur tingkat penerangan ruangan menggunakan mikrokontroler ATMega 8535 dapat menghasilkan penerangan ruangan yang efektif sehingga menghemat pemakaian energi listrik dan memberikan kenyamanan pada mata.
PENGENDALIAN PENCAHAYAAN PADA RUANG
GAMBAR MEMANFAATKAN SHIFT REGISTER 4094 DAN
LED DENGAN BAHASA C MENGGUNAKAN COMPILER
CODEVISION
TUGAS AKHIR
RANTINA SITORUS
132408045
PROGRAM STUDI D-3 FISIKA
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGENDALIAN PENCAHAYAAN PADA RUANG GAMBAR
MEMANFAATKAN SHIFT REGISTER 4094 DAN LED
DENGAN BAHASA C MENGGUNAKAN COMPILER
CODEVISION
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya
RANTINA SITORUS
132408045
PROGRAM STUDI D-3 FISIKA
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan limpahan berkat-NYA penyusunan Tugas akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian Tugas Akhir ini yaitu kepada:
1. Bapak Drs. Kerista Sebayang, M.S. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Marpongahtun, M.Sc. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dr. Susilawati, M.Si. selaku ketua Program Studi D-3 Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Drs. Kurnia Brahmana, M.S. selaku pembimbing yang telah
membimbing dan mengarahkan kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Ibu Prof. Dr. Zuriah Sitorus, MS selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritikan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir
6. Seluruh Dosen dan Karyawan Program Studi D-3 Fisika Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
7. Kedua Orang Tua yang telah memberikan bantuan berupa dukungan moril dan materil yang sangat membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 8. Rekan Fisika Instrumentasi D3 yang memberikan bantuan penulis untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Teman-teman saya Desy Andriani, Siti, Grace, Rika, Epi, dan Lilis yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
11.Teman separtner proyek Juwita Veronika Situmorang yang telah memotivasi, mendampingi dan memberikan semangat dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.
12.Semua pihak yang turut membantu dalam pengerjaaan Tugas Akhir yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
ABSTRAK
Telah dilakukan pembuatan sistem pengontrol cahaya untuk mengontrol kuat penerangan cahaya pada ruang studio gambar. Sistem ini dibangun menggunakan sensor Light Dependent Resistor (LDR) sebagai pendeteksi intensitas cahaya. Tegangan analog LDR diolah oleh mikrokontroler ATMega 8535 untuk membantu menentukan tingkat pencahayaan suatu ruangan secara otomatis, agar diperoleh penerangan yang efisien. Tingkat pencahayaan disesuaikan dengan nilai yang diperoleh sensor cahaya LDR yang terpasang pada ruangan. Intensitas cahaya yang telah diterima tersebut kemudian diolah menggunakan Mikrokontroler ATMega 8535 yang mendapatkan nilai dari input sensor cahaya LDR menjadi pusat pengendali pengatur tingkat penerangan dan menampilkan output sistem ke LCD yang memberitahukan informasi mengenai berapa nilai intensitas cahaya yang diterima oleh LDR. Pembuatan sistem pengatur tingkat penerangan ruangan menggunakan mikrokontroler ATMega 8535 dapat menghasilkan penerangan ruangan yang efektif sehingga menghemat pemakaian energi listrik dan memberikan kenyamanan pada mata.
DAFTAR ISI
2.3.1 Arsitektur Mikrokontroller Atmega8535 ... 11
2.3.2 Konfigurasi Pin Atmega8535 ... 12
2.3.3. Peta Momori Atmega8535 ... 16
2.3.4. Status Register (SREG) Atmega8535... 18
2.4. LCD ( Liquid Crystal Display ) ... 20
2.5. IC 4094 (Shift Register) ... 21
2.5.1 Cara Kerja Shift Register... 23
2.6. LED ( Light Emitting Diode ) ... 24
2.6.1 Cara Kerja LED... 25
2.6.2 Rangkaian Dasar Menyalakan LED... 26
2.7. Buzzer ... 27
2.8. Catu Daya Adaptor ... 28
2.9. Energi Listrik ... 29
2.10. Transistor ... 31
BAB III. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ... 34
3.1. Diagram Blok System ... 34
3.1.1. Fungsi Tiap Blok... 35
3.2. Rangkaian Sensor Cahaya (LDR) ... 36
3.3. Rangkaian Mikrokontroler ATmega8535 ... 38
3.4. Perancangan Rangkaian LCD ... 39
3.5. Rangkaian SR 4094 ... 40
3.6. Perancangan Lampu ... 41
3.7. Flowchart sistem ... 44
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
BAB V. PENUTUP ... 60
5.1. Kesimpulan ... 60
5.2. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 LDR (Light Dependent Resistor ... 6
Gambar 2.2 Karakteristik LDR ... 8
Gambar 2.3 Diagram Blok Mikrokontroler Atmega 8535 ... 11
Gambar 2.4 Konfigurasi Pin ATmega8535 PDIP ... 13
Gambar 2.5 Peta Memori Program... 17
Gambar 2.6 Peta Memori Data ... 18
Gambar 2.7 EEPROM Data Memori... 18
Gambar 2.8 Status Register ATMega8535 ... 19
Gambar 2.9 LCD 2 X 16 ... 21
Gambar 22.10. Diagram fungsi register (Data Sheet IC 4094)... 22
Gambar 2.11. Diagram Pin IC 4094 (Data sheet IC 4094) ... 22
Gambar 2.12 Timing Diagram IC Shift Register 4094... 23
Gambar 2.13 Gambar LED ... 24
Gambar 2.14 P-Type dan N-Type LED ... 25
Gambar 2.15 Rangkaian Dasar LED ... 26
Gambar 2.16 Simbol Buzzer ... 27
Gambar 2.17 Diagram blok Catu Daya Adaptor ... 28
Gambar 2.18 Skema Rangkaian Catu daya ... 28
Gambar 2.19 Transistor NPN dan PNP... 32
Gambar 2.20 Rangkaian Transistor Sebagai Saklar ... 32
Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem ... 34
Gambar 3.2 Rangkaian sensor cahaya... 36
Gambar 3.3 Grafik hubungan antara resistansi dan iluminasi ... 37
Gambar 3.4 Rangkaian Sistem Minimum Mikrokontroler ATMega8535 .... 38
Gambar 3.5 Rangkaian LCD... 40
Gambar 3.6 Rangkaian diagram logic SR 4094 ... 40
Gambar 3.7 Perancangan Lampu... 41
Gambar 3.8 LED dan IC 4094 Pada PCB ... 42
Gambar 3.9 Flow Chart Sistem... 44
Gambar 4.1 Rangkaian Alat Lampu Mati ... 45
Gambar 4.2 Rangkaian Alat Empat Lampu Hidup ... 46
Gambar 4.3 Rangkaian Alat 8 Lampu Hidup ... 47
Gambar 4.4 Rangkaian Alat 10 Lampu Hidup ... 48
Gambar 4.5 Rangkaian Alat 12 Lampu Hidup ... 48
Gambar 4.6 Rangkaian Alat 14 Lampu Hidup ... 49
Gambar 4.7 Rangkaian Alat 16 Lampu Hidup ... 50
Gambar 4.8 Rangkaian Alat 20 Lampu Hidup ... 51
Gambar 4.9 Rangkaian Alat 26 Lampu Hidup ... 51
Gambar 4.10 Rangkaian Alat 28 Lampu Hidup ... 52
Gambar 4.11 Rangkaian Alat 32 Lampu Hidup ... 53
Gambar 4.12 Rangkaian Alat 36 Lampu Hidup ... 54
Gambar 4.13 Rangkaian Alat 42 Lampu Hidup ... 54
Gambar 4.14 Rangkaian Alat 44 Lampu Hidup ... 55
Gambar 4.15 Rangkaian Alat 48 Lampu Hidup ... 56