• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Kepribadian Sosial Anak Usia Remaja (Studi Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Guru Dalam Membentuk Kepribadian Sosial Remaja SantriPutri di Pesantren Darularafah Raya Lau Bakeri)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Kepribadian Sosial Anak Usia Remaja (Studi Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Guru Dalam Membentuk Kepribadian Sosial Remaja SantriPutri di Pesantren Darularafah Raya Lau Bakeri)"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU

DAN KEPRIBADIAN SOSIAL ANAK USIA REMAJA

(Studi Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Guru Dalam Membentuk Kepribadian Sosial Remaja SantriPutri di Pesantren

Darularafah Raya Lau Bakeri)

SKRIPSI

CITRA NURANDHINI WALLAD

090904010

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERANAN KOMUNIKASI ANTARPRIBADI GURU

DAN KEPRIBADIAN SOSIAL ANAK USIA REMAJA

(Studi Kualitatif Tentang Komunikasi Antarpribadi Guru Dalam Membentuk Kepribadian Sosial Remaja SantriPutri di Pesantren

Darularafah Raya Lau Bakeri)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

CITRA NURANDHINI WALLAD 090904010

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis akhirnya dapat ,menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Komunikasi Antarpribadi GuruDan Kepribadian Sosial Anak Usia Remaja.” Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang harus dilengkapi dalam memperoleh gelar sarjana sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, kiranya tidak tercipta begitu saja. Melainkan merupakan hasil pelajaran yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera utara dan juga dari data yang didapatkan selama penelitian melalui hasil riset dari perpustakaan, internet dan lainnya.

Penulis banyak menjumpai hambatan ataupun halangan dalam penyelesaian skripsi ini, baik dalam mencari data ataupun dalam proses penulisannya. Selain itu penulis juga dapat menerima saran, bimbingan dan arahan baik bersifat moril maupun materil dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis, Ayahanda Asjmir Faizal Wallad.ST,MM. ibunda Syafrida Hanim, bang Dhika, kak dela, dan azie yang telah banyak memberikan dukungan yang tak terhingga nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku ketua departemen Ilmu Komunikasi atas segala bantuan dan dukungan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

(4)

4. Ibu Dra. Dayana, M.Si selaku sekertaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah membekali ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

6. Staf administrasi Departemen Ilmu Komunikasi, kak maya, kak icut, kak ros dan pak tangkas yang telah banyak membantu selama selama penulis kuliah di Ilmu Komunikasi FISIP USU.

7. Kepala sekolah SMA Pesantren Darularafah Raya Drs. Zulfan Arifin M.A yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan telah memberikan banyak bantuan selama penelitian.

8. Seluruh pihak guru Pesantren Darularafah yang telah banyak membantu dan mengajarkan penulis sejak penulis menyantri hingga sampai saat ini.

9. Guru-guru di Pesantren Darularafah raya yang telah memberikan banyak bantuan kepada peneliti selama penelitian. Khususnya kepada Ust. Zulfan, Ust. Ahdor, Ust. Syahril, Ust. Bambang, Ust. Adha, Ust. Ardy, Ust. Khudri dan keseluruhan keluarga besar darularafah raya.

10.Kepada adik-adik santri putri tersayang yang telah dengan senang hati membantu penulis selama proses penelitian berlangsung.

11.Sahabat-sahabat tercinta Dina, Maya, Fitri, Poppy, Ali, Radhi, Chair dan Imay atas dorongan dan semangat yang tiada henti.

12.Teman-teman terbaik semasa kuliah Trya, Yuni, Aini, Ella, Rayhana, Andri, Angel, Vany, Mely dan Ase atas semua dukungan dan bantuannya selama menjalani masa perkuliahan, dan seluruh teman-teman Departemen Ilmu Komunikasi 2009.

13.Especially thanks for Amardin Harahap atas segala bantuan dukungan, doa dan motivasi yang diberikan kepada peneliti selama mengerjakan skripsi ini. 14.Semua pihak yang telah mendukung penulis dalam penyelesaian pendidikan

(5)

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta karunia-Nya atas segala bantuan dan dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun skripsi masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan tulisan ini. Smoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Medan, Januari 2014 Penulis

(6)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGASAKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Citra Nurandhini Wallad NIM : 090904010

Dperatemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non ekslusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru dan Kepribadian Sosial Anak Usia Remaja (Studi Kualitatif Tentang Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru dan Kepribadian Sosial Remaja Santri Di Pesantren Darularafah Raya Lau Bakeri). Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Pada Tanggal :

Yang Menyatakan

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru dan Kepribadian Sosial Anak Usia Remaja (Studi Kualitatif Tentang Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Kepribadian Sosial Remaja Santri Putri di Pesantren Darularafah Raya Lau Bakeri). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan membahas peranan komunikasi antarpribadi dalam proses pembentukan kepribadian yang dilakukan oleh guru terhadi santri putri di Pesantren Darularafah Raya Jl. Lau Bakeri. Kecamatan Kutalimbaru. Deli serdang,berikut untuk mengetahui teknik-teknik pengajaran yang digunakan, masalah yang menjadi fokus layanan pendidikan serta bentuk solusi untuk mengatasi masalah para santri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menganalisa data secara kualitatif tanpa menjelaskan hubungan antar variabel atau menguji hipotesis.

Metode dalam penelitian ini adalah studi kualitatif. Penelitian ini tidak menggunakan sampel tetapi menggunakan subjek penelitian atau responden. Subjek penelitian, dalam penelitian ini ada 5 orang yang diperoleh dengan menggunakan “Purposive Sampling”. Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara melakukan wawancara mendalam (indepth interview)dan observasi terhadap subjek penelitian tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, Teori Pengungkapan Diri, Komunikasi Verbal dan Non Verbal, Teori Interaksi Simbolik, Kepribadian Sosial, dan Perkembangan Remaja.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

LEMBAR PENGESAHAN……….. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH …... vi

ABSTRAK ……… vii

DAFTAR ISI ……… viii

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR TABEL ……….... xii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ……….…. 1

1.2 Fokus Masalah ……….. 5

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 6

1.4 Manfaat Penelitian ……… 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian ……….. 8

2.1.1 Konstruktivisme ... 8

2.2 Kajian Pustaka ………... 10

2.2.1 Komunikasi ... 10

(9)

2.2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ... 12

2.2.1.3 Sifat Komunikasi ... 13

2.2.1.4 Ruang Lingkup Komunikasi ... 13

2.2.1.5 Komunikasi di Pesantren Darularafah ... 15

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi ... 16

2.2.2.1 Defenisi Komunikasi Antrapribadi ... 16

2.2.2.2 Ciri Komunikasi Antarprribadi ... 17

2.2.2.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi ... 18

2.2.2.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi ... 18

2.2.2.5 Komunikasi Antapribadi di PDAR ... 19

2.2.3 Teori Pengungkapan Diri ... 20

2.2.4 Teori Interaksi Simbolik ... 23

2.2.5 Pesantren ... 24

2.2.6 Kepribadian Sosial ... 26

2.2.6.1 Kepribadian Sosial di PDAR ... 27

2.2.7 Guru ... 28

2.2.7.1 Guru di PDAR ... 29

2.2.8 Remaja ... 30

2.2.8.1 Perkembangan Remaja ... 31

2.2.8.2 Anak Usia Remaja di PDAR ... 35

(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ………... 38

3.2 Objek Penelitian ……….. 39

3.3 Subjek Penelitian ……….... 39

3.4 Kerangka Analisis ……….. 41

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………. 42

3.6 Teknik Analisis Data ……….. 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ……….….. 47

4.2 Pembahasan ……… 75

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ………. 96

5.2 Saran ……… 97

5.3 Implikasi Teoretis ……… 53

5.4 Praktis ……….. 98

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

-Biodata Diri -Hasil Wawancara -Surat Izin Penelitian

-Surat Keterangan Penelitian

(14)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Citra Nurandhini Wallad NIM : 090904010

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru dan Kepribadian Sosial Anak Usia Remaja (Studi Kualitatif Tentang Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Kepribadian Sosial Remaja Santri Di Pesantren Darularafah Raya Lau Bakeri).

Medan, Januari 2014 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

(Emilia Ramadhani S.Sos, MA) (Dra. Fatma Wardi Lubis, MA) NIP 197310212006042001 NIP 196208281987012001

Dekan FISIP USU

(15)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun irujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses

sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Citra Nurandhini Wallad Nim : 090904010

(16)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru dan Kepribadian Sosial Anak Usia Remaja (Studi Kualitatif Tentang Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru Dan Kepribadian Sosial Remaja Santri Putri di Pesantren Darularafah Raya Lau Bakeri). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan membahas peranan komunikasi antarpribadi dalam proses pembentukan kepribadian yang dilakukan oleh guru terhadi santri putri di Pesantren Darularafah Raya Jl. Lau Bakeri. Kecamatan Kutalimbaru. Deli serdang,berikut untuk mengetahui teknik-teknik pengajaran yang digunakan, masalah yang menjadi fokus layanan pendidikan serta bentuk solusi untuk mengatasi masalah para santri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menganalisa data secara kualitatif tanpa menjelaskan hubungan antar variabel atau menguji hipotesis.

Metode dalam penelitian ini adalah studi kualitatif. Penelitian ini tidak menggunakan sampel tetapi menggunakan subjek penelitian atau responden. Subjek penelitian, dalam penelitian ini ada 5 orang yang diperoleh dengan menggunakan “Purposive Sampling”. Pengumpulan data dilaksanakan dengan cara melakukan wawancara mendalam (indepth interview)dan observasi terhadap subjek penelitian tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Komunikasi, Komunikasi Antarpribadi, Teori Pengungkapan Diri, Komunikasi Verbal dan Non Verbal, Teori Interaksi Simbolik, Kepribadian Sosial, dan Perkembangan Remaja.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Konteks Masalah

Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang hidupnya bersosialisasi dengan orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk sosialisasi, bisa berupa interaksi antar individu, interaksi individu dengan kelompok, dan interaksi antar kelompok. Sedangkan syarat terjadinya interaksi sosial adalah terjadi kontak sosial dan terjadi komunikasi didalam usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Manusia memerlukan aturan yang dapat melindungi hak dan kewajiban masing-masing individu agar terjamin kelangsungan hidupnya. Dengan demikian semua individu dalam masyarakat bersifat saling melengkapi satu sama lainnya.

Dalam interaksi sosial individu-individu atau kelompok sering dihadapkan dengan kondisi persaingan dan pertentangan karena memperebutkan sesuatu yang bersifat terbatas. Interaksi sosial merupakan suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Dalam konteks seperti ini akan sering terjadi konflik antar individu maupun antar kelompok individu. Hal tersebut merupakan salah satu dari contoh dinamika sosial yang ada dikalangan masyarakat. Contohnya saja dikalangan remaja saat ini, setiap remaja yang mengikuti dinamika interaksi sosial, bisa merasakan bagaimana persaingan yang terjadi antara diri kita dan teman-teman. Sangat kental rasanya disaat para pelajar memperebutkan posisi yang terbaik dikelas.

(18)

termasuk kenakalan remaja, perilaku seksual remaja, dan hubungan remaja dengan orang tuanya, menunjukkan betapa seriusnya masalah ini dirasakan oleh masyarakat. Masalah remaja sudah menjadi kenyataan sosial dalam masyarakat kita. Remaja merupakan sekelompok generasi yang akan mengisi berbagai posisi dalam masyarakat di masa yang akan datang, yang akan meneruskan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara di masa depan (Sarwono, 1997:4).

Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Remaja sebenarnya tidak mempunyai status yang jelas karena tidak termasuk golongan anak-anak dan tidak juga termasuk golongan dewasa atau tua. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang di tandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial. Secara kronologis yang tergolong remaja berkisar antara usia

12/13-Kemampuan remaja bersosialisasi diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Setiap individu memiliki sifat yang unik. Satu sama lain memiliki kepribadian yang berbeda. Kepribadian menunjuk pada sikap-sikap seseorang untuk bertindak, berfikir, merasakan, cara berhubungan dengan orang lain, dan cara seseorang menghadapi masalah. Kepribadian sendiri terbentuk melalui proses sosialisasi yang panjang sejak kita dilahirkan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat seseorang yang bisa berubah dan berkembang seiring proses sosialisasi yang dilakukan individu tersebut. Lingkungan pertama tempat terbentuknya kepribadian remaja selain dilingkungan remaja adalah sekolah, teman bergaul dan pihak yang cukup berkompeten dalam mengenalkan bagaimana cara berinteraksi dengan lingkungan yaitu guru disekolah.

21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri(Dariyo, 2004:13).

(19)

kearah perkembangan sikap, pengetahuan, kepribadian, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Dalam pergaulan sehari-hari anak usia remaja harus mendapatkan perhatian lebih dari masing-masing orang tua, pendidik, maupun guru. Remaja perlu bimbingan yang baik sebagai bekal pencitraan diri yang baik dimasa depan. Sekolah mengajarkan remaja secara fisik dan psikis sehingga mampu menapak kedunia baru dengan lebih nyaman dan menyenangkan bagi remaja untuk berkembang.

Guru hendaknya siap menjadi tempat berbagi kepada remaja yang mempunyai masalahnya. Baik masalah keluarga, kerabat, keuangan dan masalah percintaan sekalipun. Selain orang tua dirumah, guru juga diharapkan menjadi pribadi yang mengerti karakteristik remaja yang pada umumnya cenderung memiliki sifat yang labil dan sensitif. Peran guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak diharapkan mampu memberikan kemudahan pada remaja untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat dilingkungannya. Anak usia remaja lebih memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu.

Membangun pengetahuan pada remaja sangat berbeda dengan orang dewasa. Mengajarkan remaja harus berdasarkan pada kehidupan yang nyata dan nasehat yang lembut. Melalui kegiatan saling membuka diri, remaja dapat mengembangkan berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Hal ini dapat membantu perkembangan emosional, sosial, kognitif, moral, serta kepribadian. Saling membuka diri juga bisa dijadikan media untuk membina hubungan yang lekat diantara anak dengan orang tua, guru, sahabat, pacar, dan lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif. Pada usia remaja guru harus memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk perkembangan diri kelak, baik bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler.

(20)

mendidik remaja dibanding dengan anak-anak. Untuk mengambil simpati dari para remaja, guru haruslah menjadi pribadi yang mampu memposisikan dirinya dengan remaja sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Misalnya saat proses belajar mengajar di sekolah, guru tetap memegang peranan sebagai seorang guru formal yang berkewajiban memberikan berbagai ilmu serta pendidikan kurikulum. Saat remaja bercerita tentang segala keluh kesahnya, baik itu keluarga, persahabatan bahkan masalah percintaan, guru harus menjadi pribadi yang mengerti, memahami dan mampu menjadi motivator dan dapat memposisikan dirinya sebagai seorang teman.

Peran guru sebagai pengajar, motivator, dan sahabat akan menjadikan remaja merasa nyaman dan senang datang ke sekolah. Dengan demikian setiap proses belajar akan menjadi bermakna bagi remaja. Inilah yang akan selalu dituntut oleh masyarakat di era sekarang ini, dimana guru menjadi seorang profesional yang mampu memahami watak remaja.

Penelitian ini akan dilakukan pada guru kelas di pesantren Darularafah Raya Lau Bakeri.Fenomena pesantren di indonesia kini semakin semarak. Pertumbuhan jumlah pesantren kian menunjukkan kepada angka yang relatif tinggi. Penggunaan kata pesantren itu sendiri semakin meluas. Pesantren sendiri berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama islam. Dengan demikian pesantren mempunyai arti, tempat orang-orang yang berkumpul untuk memperdalam ilmu akhirat. Santri-santri di pesantren darularafah sendiri akan diberikan nilai-nilai pendidikan yang menjadi landasan kehidupan bagi mereka. Tentunya sebagai lembaga yang memperjuangkan agama islam, maka nilai-nilai keislamanlah yang menjadi sumber inspirasi nilai maupun jiwa. Seperti jiwa pengabdian, kebersamaan, teoritis, kesederhanaan dan lain-lain (Agus, 1996:

Jadwal metode pengajaran kepada para santri juga terbilang sangat padat dan penuh dengan berbagai aktivitas. Bahasa yang digunakan adalah bahasa inggris dan arab, memperdalam ilmu agama dan umum, berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan hadist, melaksanakan yang wajib dan sunnah, dan banyak lagi kegiatan lainnya. Metode pengajaran yang digunakan adalah metode yang

(21)

membuat para santri merasa nyaman dan tidak tertekan dalam menjalankan berbagai kegiatan di pesantren. Pendidikan dan pengajaran yang bernuansa islami ini bermaksud memberikan pengetahuan agama secara mendalam sesuai dengan Syari’ah Islam maupun Al-qur’an dan Hadist. Agar mereka mempunyai persiapan dalam menghadapi kehidupan yang layak baik didunia maupun di akhirat kelak.

Untuk mendukung alasan di atas, Darularafah menyediakan tenaga pengajar yang bertugas untuk membimbing para santri dalam hal apapun. Semua santri yang ada di pesantren Darularafah Raya adalah manusia yang berpotensi yang layak dikembangkan untuk dapat mencapai kemandirian, kreativitas dan produktivitas.

Pembentukan kepribadian sosial seorang santri akan dapat berjalan dengan efektif apabila dalam prosesnya menggunakan komunikasi antarpribadi yang meliputi komunikasi verbal dan nonverbal. Jika para ustad maupun ustadzah dapat menjalin komunikasi antarpribadi yang baik terhadap santri dan terdapat kesepahaman makna maka akan terdapat hubungan timbal balik diantara keduanya. Sehingga santri dapat mengungkapkan isi hatinya yang dapat memudahkan ustad maupun ustadzah dalam membantu pembentukan kepribadian sosial santri tersebut.

Berangkat dari keprihatinan yang dialami santri ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Pesantren Darularafah Raya Lau Bakeri. Karena peneliti melihat bahwa ada sebagian dari santri yang merasa tidak betah dan malas dalam melaksanakan kegiatan apapun dan kurangnya interaksi dengan guru dan teman-teman. Hal ini lumrah terjadi jika dilihat dari kondisi para santri yang jauh dari orang tua, kebebasan, dan kesenangan yang biasanya dengan mudah mereka dapatkan diluar pesantren.

1.2 Fokus Masalah

(22)

dan keluarga. Dalam penelitian ini dikhusukan hanya kepada para guru pesantren darularafah raya saja, karena menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, komunikasi yang dilakukan oleh santri putri lebih banyak dilakukan kepada para guru dipesantren dari pada orang tua mereka. Hal ini ditandai dari situasi dan kondisi mereka yang terpisah jauh dari orang tua mereka masing-masing. Komunikasi antarpribadi yang terjadi dilakukan secara tatap muka antar guru dengan santri. Penelitian ini dikhususkan pada remaja santri putri karena perubahan-perubahan secara mendalam serta hal-hal buruk lebih banyak terjadi kepada anak remaja khususnya perempuan. Hal ini terjadi dikarenakan kaum perempuan lebih lemah dibanding dengan kaum lelaki.

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

“Bagaimanakah Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru dalam membentuk Kepribadian Sosial Remaja Santri Putri di Pesantren Darularafah Raya Lau Bakeri?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui peranan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh guru dalam membentuk kepribadian sosial remaja santri putri di Pesantren Darularafah Raya Lau Bakeri.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

(23)

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai komunikasi antarpribadi khususnya mengenai peranan guru dalam membentuk kepribadian sosial anak usia remaja.

(24)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian 2.1.1 Konstruktivisme

Menurut Von Glasersfeld (Ardianto, 2007: 154), konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pendirian ini merupakan kritik langsung pada perspektif positivisme yang meyakini bahwa pengetahuan itu adalah potret atau tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan objektif, kita tahu adalah pengetahuan yang apa adanya, terlepas dari peranan subjek sebagai pengamat. Konstrutivisme menolak keyakinan itu. Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan justru selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif.

Subjek pengamat tidaklah kosong dan tidak mungkin tidak terlibat dalam tindakan pengamatan. Kemudian keberadaan realitas tidak hadir begitu saja pada benak subjek pengamat. Realitas ada karna pada diri manusia terdapat skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang berkaitan dengan objek yang diamati. Para kontruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Penerima pesan sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman mereka (Ardianto, 2007: 154).

(25)

maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi dipahami, diatur, dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan. setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara. Oleh karena itu analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi (Ardianto, 2007: 151).

Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi merupakan hasil konstruksi sosial. pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya terhadap dunia objek material. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan. Dengan demikian dunia muncul dalam pengalaman manusia secara terorganisasi dan bermakna.

Keberagaman pola konseptual/kognitif merupakan hasil dari lingkungan historis, kultural, dan personal yang digali secara terus menerus. Jadi tidak ada pengetahuan yang koheren, sepenuhnya transparan dan independent dari subjek yang mengamati. Manusia ikut berperan, ia menentukan pilihan perencanaan yang lengkap, dan menuntaskan tujuannya didunia. Pilihan-pilihan yang mereka buat dalam kehidupan sehari-hari lebih sering didasarkan pada pengalaman sebelumnya, bukan pada prediksi secara ilmiah-teoretis.

(26)

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme karena didalam kajian paradigma konstruktivisme memandang tindakan komunikatif sebagai interaksi yang sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah subjek yang memiliki pilihan bebas, walaupun lingkungan bebas membatasi apa yang dapat dilakukan. Tindakan komunikatif dianggap sebagai tindakan sukarela, berdasarkan pilihan subjek. Dengan kajian konstruktivisme ini, peneliti berusaha memahami dan mendeskripsikan suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan subjek yang akan diteliti. Selain itu, penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis karena penelitian yang menggunakan metode riset deskriptif kualitatif (wawancara dan observasi) merupakan bagian dari pendekatan konstruktivis.

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi

2.2.1.1 Defenisi Komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari, disadari atau tidak disadari komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Komunikasi bukan sekedar kegiatan bertukar pikiran atau pendapat saja, tetapi kegiatan yang dilakukan untuk berusaha mengubah pendapat dan tingkah laku orang lain. (Widjaja, 1988:

Istilah komunikasi atau communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama (sama makna). Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama manusia untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah yang bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham Maslow mengatakan, bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar, yaitu: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri dan akulturasi diri.

(27)

Perilaku komunikasi pertama yang di pelajari manusia berasal dari sentuhan orang tua kepada anak sebagai respon atau upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Anak cepat beradaptasi terhadap ibunya sendiri, dengan melihat respons anak yang berulang, sang ibu akhirnya bisa membedakan suara anak, kondisi anak, baik ketika si anak marah, sakit, lapar, kesepian, atau sekedar bosan. Demikianlah proses komunikasi ibu dan anak yang terkesan sangat sederhana.

Menurut Thomas M. Scheidel : komunikasi dilakukan untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial disekitar, dan untuk mempengaruhi orang lain dalam merasakan, berpikir atau berprilaku seperti yang diinginkan. Dan tujuan komunikasi dilakukan yaitu untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologis.

Menurut Gordon I. Zimmerman : tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita, untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, memuaskan kepenasaran diri kita akan lingkungan dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk kehidupan dengan orang lain.

Menurut Rudolph F. Verderber : komunikasi mempunyai dua fungsi. Pertama; sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua; fungsi pengambilan keputusan, memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu.

Menurut Judy dan Paul : komunikasi mempunyai dua fungsi, pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat (Mulyana, 2008:4-16).

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian dan pemahaman yang sama antara satu sama lain. Dapat kita simpulkan bahwa komunikasi sangat penting sama halnya dengan bernafas. Tanpa adanya komunikasi kehidupan serta aktivitas yang ada didalamnya tidak akan berjalan dengan lancar.

(28)

1. Komunikasi Personal (personal communication)

Terdiri dari komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication) dan komunikasi antarpersonal (interpersonal communication)

2. Komunikasi Kelompok

a. Komunikasi Kelompok Kecil (small group communication) terdiri dari ceramah, forum, diskusi, dan seminar.

b. Komunikasi Kelompok Besar (large group communication) terdiri dari kampanye.

3. Komunikasi Organisasi (organization communication) 4. Komunikasi Massa (mass communication)

Komunikasi menjadi salah satu hal terpenting dalam proses apapun, maka dalam harmonisasi hubungan ini terbentuk dalam komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Adapun proses komunikasi menurut Onong terbagi atas dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder (Effendy, 2004:11).

1. Proses Komunikasi Secara Primer

Adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang digunakan dapat berupa gerak tubuh, gambar, warna dan sebagainya. 2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Komunikasi apabila diaplikasikan dengan benar akan mampu mencegah dan memperbaiki hubungan sekaligus menciptakan suasana yang menyenangkan dan harmonis baik antarpribadi, antar kelompok, antar bangsa, dan sebagainya.

Abraham Maslow menyebutkan bahwa satu diantara empat kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan sosial untuk memperoleh rasa aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan (Rakhmat, 2005:9).

(29)

komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk itu kita perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi. Menurut Wilbur Schramm komunikasi selalu menghendaki adanya paling sedikit tiga unsur (Effendy, 2003:39) yakni :

1. Sumber (Source)

Sumber dapat merupakan perorangan (orang yang sedang berbicara, menulis, menggambar dan melakukan gerak-gerik) atau sebuah organisasi komuniasi (surat kabar, biro publikasi, televisi, radio, film, dan sebagainya).

2. Pesan (Message)

Pesan dapat diwujudkan diatas kertas, gelombang radio diudara, daya tekan dalam aliran listrik, lambaian tangan, kibaran bendera, atau tanda-tanda lain yang bila ditafsirkan mempunyai arti tertentu.

3. Sasaran (Destination)

Sasaran dapat merupakan seseorang yang sedang mendengarkan, memperhatikan atau membaca. Bisa juga berupa anggota kelompok diskusi, hadirin pendengar ceramah, penonton sepak bola, atau anggota kelompok massa seperti pembaca surat kabar atau penonton televisi.

2.2.1.3 Sifat Komunikasi a. Komunikasi verbal

1. Komunikasi lisan 2. Komunikasi tulisan b. Komunikasi non verbal 1. Komunikasi kial (gesture) 2. Komunikasi gambar c. Komunikasi tatap muka

d. Komunikasi bermedia (Effendy, 1992)

2.2.1.4Ruang Lingkup Komunikasi a. Lingkup Komunikasi

(30)

1. Bentuk spesialisasi, Meliputi komunikasi personal, komunikasi kelompok, komunikasi massa.

2. Media, Meliputi media umum dan media massa.

3. Efek, Meliputi personal opinion, public opinion, majority opinion dan general opinion.

b. Fungsi Komunikasi

Komunikasi dalam setiap sistem sosial berfungsi sebagai Informasi, sosialisasi, motivasi, perdebatan dan diskusi, pendidikan, hiburan, penyebaran berita, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.

c. Tujuan Komunikasi

Dalam berkomunikasi kita tidak hanya dituntut untuk memahami dan mengerti satu sama lain saja, tetapi juga harus memiliki tujuan dalam berkomunikasi.

Pada umumnya, komunikasi mempunyai beberapa tujuan. Antara lain : 1. Agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti.

2. Memahami orang lain.

3. Agar gagasan yang kita sampaikan dapat diterima oleh orang lain. 4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi pada umumnya ialah kemungkinan berbagai hambatan yang dapat timbul. Hambatan-hambatan tersebut yaitu :

1. Keadaan psikologis komunikasi

2. Kekurangan komunikator atau komunikan

3. Kurangnya pengetahuan komunikator atau komunikan 4. Bahasa

(31)

6. Bersifat satu arah

Prasangka (Widjaja, 1988:61)

2.2.1.5 Komunikasi di Pesantren Darularafah

Komunikasi yang terjalin dalam sistem pengajaran di Pesantren Darularafah Raya adalah komunikasi yang bersifat verbal, baik itu komunikasi lisan maupun tulisan. Begitu juga komunikasi nonverbal. seperti komunikasi yang dilakukan dengan gerak-gerik tubuh, kode, lambang, atau gambar. Guru memberikan materi pembelajaran lewat lisan dan tulisan agar remaja atau santri lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan. Pemanfaatan kode, lambang, gambar dan gerak-gerik tubuh berguna memudahkan santri dalam memahami setiap proses komunikasi yang dilakukan secara nonverbal, serta dapat mendidik santri dalam memahami setiap proses materi pembelajaran yang diberikan oleh pihak guru kepada santri.

(32)

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi

Sebagian besar komunikasi yang dilakukan oleh manusia berlangsung dalam situasi antarpribadi. Tingkatan komunikasi antarpribadi dapat ditemui dalam konteks kehidupan dua orang, keluarga, kelompok, maupun organisasi (Cahyana, 1996:195).

2.2.2.1 Defenisi Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi mempunyai banyak manfaat. Melalui komunikasi antarpribadi seorang individu dapat mengenal diri sendiri dan orang lain, menjalin hubungan yang lebih bermakna serta dapat mengubah nilai-nilai dan sikap hidup orang lain. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, Komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam hal mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka, oleh karena itu maka terjadilah kontak pribadi.

Komunikasi antarpribadi bersifat dialogis. Artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator akan mengetahui secara pasti apakah komunikasi tersebut bersifat positif, negative, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Wiryanto, 2004:36).

Pengertian komunikasi antarpribadi dari beberapa ahli, diantaranya :

(33)

Joseph A. Devito dalam bukunya Human Communication menjelaskan defenisi komunikasi antarpribadi dari tiga perspektif :

1. Perspektif konvensional

Perspektif ini mendefenisikan komunikasi antarpribadi berdasarkan pada unsur-unsur atau komponennya, yaitu merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang ataupun sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik.

2. Perspektif Rasional

3.

Menurut perspektif ini, komunikasi antarpribadi didefenisikan sebagai komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan jelas diantara mereka. Defenisi relasional acapkali disebut defenisi pasangan karena melibatkan hubungan antara dua orang yang berinteraksi. Perspektif Pengembangan

Dari ketiga perspektif tersebut dapat diartikan bahwa komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan dua orang atau lebih dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

Pada perspektif pengembangan, komunikasi antarpribadi adalah suatu proses yang berkembang yaitu dari komunikasi yang bersifat impersonal meningkat menjadi komunikasi yang sangat pribadi atau intim. Artinya ada peningkatan hubungan diantara para peserta komunikasi (Cahyana, 1996:196).

2.2.2.2 Ciri Komunikasi Antarpribadi

Menurut Everett M. Rogers, ciri-ciri komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut :

a. Arus pesan cenderung dua arah. b. Konteks komunikasi dua arah.

c. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi.

d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan tinggi.

e. Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat. f. Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap.

(34)

2.2

Komunikasi antarpribadi dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan. Ada 6 tujuan komunikasi antarpribadi yang dianggap penting, yaitu:

.2.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain 2. Mengetahui dunia luar

3. Menciptakan dan memelihara hubungan 4. Mengubah sikap dan perilaku

5. Bermain dan mencari hiburan 6. Membantu orang lain

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah tujuan-tujuan komunikasi antarpribadi ini tidak harus dilakukan dengan sadar ataupun dengan suatu maksud. Tetapi bisa pula dilakukan dengan tanpa sadar atau tanpa maksud tertentu (Widjaja, 1988: 122).

2.2.2.4 Efektivitas Komunikasi Antarpribadi

a.

Menurut Kumar efektivitas komunikasi antarpribadi mempunyai lima ciri, yaitu :

Keterbukaan (openness)

b.

Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima didalam menghadapi hubungan antarpribadi.

Empati (empathy) c.

Merasakan apa yang dirasakan orang lain. Dukungan (supportiveness)

d.

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Rasa Positif (positiveness)

e.

Seseorang harus memiliki rasa positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

Kesetaraan (equality)

(35)

Menurut Yoseph Devito (1986) dalam bukunya The Interpersonal Communication Book dilihat dari

1. Perspektif Humanistik

2 perspektif, yaitu:

a. Keterbukaan b. Perilaku suportif c. Perilaku positif d. Empati

e. Kesamaan 2. Perspektif Pragmatis

a. Yakin

b. Kebersamaan c. Perilaku ekspresif

d. Orientasi pada orang lain (Widjaja 1988: 127).

2.2.2.5

Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi utama yang dipakai oleh para pengajar di Pesantren Darularafah raya. Jenis komunikasi ini digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada santri dan juga dalam menciptakan hubungan yang dekat dengan santri. Selain itu komunikasi antarpribadi juga sering diterapkan dalam berbagai kegiatan lainnya seperti mufrodat, muhadatsah, muhadoroh, kegiatan belajar mengajar di sekolah, dan ketika didalam asrama bersama pembimbing asrama masing-masing. Komunikasi antarpribadi mempunyai banyak manfaat. Melalui komunikasi antarpribadi setiap santri dapat mengenal diri sendiri dan orang lain, menjalin hubungan yang lebih bermakna serta dapat mengubah nilai-nilai dan sikap hidup orang lain. Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, Komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam hal mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka, oleh karena itu maka terjadilah kontak pribadi.

(36)

Darularafah juga menyediakan kakak asuh/pendidik kepada setiap santri di pesantren, guna untuk sharing, menyelesaikan masalah dan segala sesuatu yang menjadi pertanyaan bagi santri. Segala proses komunikasi antarpribadi yang diterapkan oleh setiap guru dan kakak pembimbing di Darularafah berguna untuk membuat santri atau anak didik merasa nyaman dan mudah dalam menjalankan setiap proses pendidikan didalam pesantren. Dengan diterapkannya proses komunikasi antarpribadi di Darularafah, menjadikan para guru dan santri menjadi lebih dekat seperti keluarga sendiri.

Hal ini disesuaikan dengan kondisi para santri yang memang jauh dari kasih sayang orang tua dan. Dengan situasi seperti ini, maka pihak guru dan para santri lain lah yang menjadi keluarga mereka selama di pesantren. Dengan begitu pihak guru dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh santri serta memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih terhadap anak didik. Guru juga dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan para santri khususnya di Pesantren Darularafah Raya.

2.2.3 Teori Pengungkapan Diri (Self Disclosure)

Self disclosure adalah pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain maupun sebaliknya. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi dalam dirinya. Teori ini terjadi ketika kita dengan sengaja memberikan informasi tentang diri kita sendiri kepada orang lain. Dimana mereka tidak akan mengetahui dan memahami jika kita tidak memberitahukannya kepada orang lain. Hubungan antarpribadi tidak akan mencapai keintiman tanpa pengungkapan diri (self disclosure).

(37)

Dalam proses pengungkapan diri tampaknya individu-individu yang terlibat memiliki kecendrungan mengikuti norma timbal balik. Bila seseorang menceritakan sesuatu yang pribadi pada kita, maka kita cenderung akan memberikan respon yang sepadan. Pada umumnya kita mengharapkan orang lain memperlakukan kita sama seperti memperlakukan mereka. Dalam konteks ini berarti kita sudah mulai membicarakan soal kedalaman (depth) dan keluasan (breadth) self-disclosure. Sejauh mana kedalaman dalam self-disclosure itu akan ditentukan oleh derajat keakraban kita dengan lawan komunikasi. Makin akrab kita dengannya maka akan makin dalam self-disclosure-nya. Selain itu, akan makin luas juga cakupan bahasan yang kita komunikasikan melalui self-disclosure itu. Ini merupakan hal yang logis. Bagaimana kita mau berbincang-bincang mengenai lapisan terdalam dari diri kita apabila kita tidak merasa memiliki hubungan yang akrab dengan lawan komunikasi kita (Dayakisni, 2003:88).

Gambar 1

Konsep Johari Window I

Terbuka (Open)

Diketahui sendiri, diketahui orang lain

II Buta (Blind)

Tidak diketahui sendiri, diketahui orang lain

III

Tersembunyi (Hidden)

Diketahui diri sendiri, tidak diketahui orang lain

IV

Tidak Dikenal (Unknown) Tidak diketahui diri sendiri, tidak

diketaui orang lain

Sumber: Liliweri, 1997: 53

(38)

Mereka yang mampu bersosialisasi dan membangun hubungan baik, maka akan memperluas bidang terbuka dan ketiga bidang yang lain akan menyempit. Dengan demikian komunikasi merupakan medium penting bagi pembentukan atau pengembangan pribadi dan untuk kontak sosial. Melalui komunikasi kitadapat tumbuh dan belajar, menemukan pribadi kita dan orang lain, bergaul, bersahabat, saling mengasihi, bermusuhan, membenci orang lain, dan sebagainya.

De Vito (Liliweri, 1997:13) mengatakan bahwa ada alasan umum mengapa seseorang menjalin hubungan diantaranya yaitu: mengurangi kesepian, dimana rasa sepi muncul ketika kebutuhan interaksi akrab tidak terpenuhi, mengutarakan dorongan karena semua manusia membutuhkan interaksi antar manusia, memperoleh pengetahuan tentang diri sendiri.

Karena melalui interaksi seseorang akan melihat dirinya seperti orang lain melihatnya. Memaksimalkan kesenangan dan meminimalisir rasa sakit melalui berbagi rasa dengan orang lain. Karena pada hakikatnya setiap orang berusaha memaksimalkan kesenangan dan meminimalisir rasa sakit yang dideritanya.

Proses pengungkapan diri mempunyai suatu tujuan yaitu tercapainya hubungan yang erat dan baik dan menciptakan suasana yang akrab dan penuh dengan kekeluargaan. Model pengungkapan diri juga didukung dengan model penetrasi sosial yang didalamnya terdapat dua dimensi yang luas dan mendalam. Dimana seseorang akan berkomunikasi dengan siapa saja baik orang asing maupun sahabat dekat dengan memulai hubungan yang dangkal hingga berkembang menjadi lebih akrab. Pengungkapan diri memiliki banyak perkembangan, maka terdapat pula fungsi dari pengungkapan diri tersebut yaitu :

1. Ekspresi, dalam suatu hubungan tidak terlepas dari kekecewaan maupun kekesalan, baik menyangkut pekerjaan, perasaan maupun lainnya. Untuk membuang kekesalan maupun kekecewaan biasanya akan merasa senang jika bercerita pada kerabat atau sahabat.

(39)

masalah yang kita hadapi, hingga melihat permasalahan menjadi bijak dan jernih.

3. Keabsahan sosial (social validation), setelah pembicaraan masalah selesai dengan baik dan jernih, biasanya kita memberikan tanggapan mengenai masalah yang tengah dihadapi. Dengan demikian kita akan mendapatkan suatu informasi yang bermanfaat tentang kebenaran akan pandangan dan akan memperoleh dukungan dari sahabat maupun kerabat.

4. Kendali sosial (social control), seseorang akan menyembunyikan dan mengemukakan informasi tentang keadaan dirinya yang dimaksudkan untuk mengadakan control sosial, misalnya saja orang akan mengatakan sesuatu yang dapat menimbulkan kesan baik terhadap dirinya.

5. Perkembangan hubungan (relationship development), saling berbagi rasa dan informasi tentang diri kita kepada orang lain serta saling mempercayai merupakan saran yang paling penting dalam usaha merintis hubungan akan peningkatan derajat keakraban (Dayakisni, 2003:90).

2.2.4 Teori Interaksi Simbolik

Teori ini menyatakan bahwa interaksi sosial pada hakikatnya adalah interaksi simbolik. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol, yang lain memberi makna atas simbol tersebut. Para ahli perfeksionisme simbolik melihat bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain. Mereka menemukan bahwa individu-individu tersebut berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol, yang didalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Simbol atau lambang adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal dan obyek yang disepakati bersama (Mulyana, 2001:84).

(40)

subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Defenisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objekdan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Mereka bertindak hanya berdasarkan defenisi atau penafsiran mereka atas objek-objek disekelilingnya. Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan blumer, proses social dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan aturan-aturan, bukan sebaliknya. Dalam konteks ini makna dikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah sesuatu medium yang netral yang memungkinkan kekuatan sosial memainkan perannya melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi social dan kekuatan sosial (Mulyana, 2001:68).

Menurut teoritis interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Secara singkat interaksionalisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut : pertama individu merespon sebuah situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga makna diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.

2.2.5 Pesantren

untuk mendalami ilmu agama Islam dan telah diakui sebagai lembaga yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

(41)

pesantren memiliki dunia yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi Islam yang dikembangkan ulama dari masa ke masa, tidak terbatas pada periode tertentu dalam sejarah Islam, seperti misalnya, periode kaum Salaf, yakni para sahabat Nabi Muhammad dan tabi’in senior. Anehnya, istilah salaf juga digunakan oleh kalangan pesantren misalnya pesantren salafiyah walaupun dengan pengertian yang jauh berbeda. Pada pihak lain, kaum salafi adalah mereka yang memegang paham tentang Islam yang murni pada masa awal yang belum dipengaruhi bid’ah dan khurafat.

Soegarda Poerbakawatja mengatakan pesantren berasal dari kata santri yaitu seorang pelajar yang memperdalam agama Islam sehingga dengan demikian pesantren mempunyai pengertian tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada pula yang mendefinisikan pesantren adalah sebuah lembaga

pendidikan Islatradisional” untuk

mendalami bidang ilmu-ilmu Islam dan mengamalkan ilmu tersebut sebagai pedoman hidup keseharian. Atau perilaku dimana para santri biasa tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum bertujuan untuk menguasai berbagai bidang dan cabang ilmu agama Islam secara detail serta mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.

Pesantren sendiri bersifat umum, tidak membeda-bedakan orang-orang yang belajar di dalamnya, yang terpenting adalah niat awal seseorang tersebut dalam memperdalam imu dunia dan akhirat. Tetapi untuk pesantren modern sendiri biasanya pihak pesantren membuka pendaftaran untuk jenjang tsanawiyah dan aliyah.

(42)

2.2.6

Kepribadian sosial adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam suatu fungsi. Memahami kepribadian sosial yang berarti berupa memahami diri sendiri atau memahami manusia seutuhnya.

Kepribadian Sosial

Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja meliputi:

a. Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa.

b. Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.

c. Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarah diri dan mengevaluasi kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.

d. Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual, berteman dengan pria dan wanita.

e. Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak dan masa dewasa (Yusuf, 2009:201).

Disadari atau tidak, psikologi remaja dalam pergaulan sehari-hari dengan teman sebaya, apabila ada sesuatu hal yang tidak disenangi mereka akan segera melakukan demo (bentu aksi) yang diungkapkan secara nyata. Maka sering dalam dunia remaja apabila terjadi kesalah pahaman di antara satu dengan yang lainnya, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, mereka akan bertindak secepatnya dan itu lebih mengarah pada kekerasan atau perkelahian.

Apabila hal ini sering mereka lakukan tanpa ada yang dapat mencegah dari hal yang demikian atau tidak adanya rambu-rambu yang dapat menghentikan mereka, maka untuk selamanya hal itu akan terus berkelanjut tanpa peduli dengan apapun dan resiko yang akan dihadapi sering diabaikan.

(43)

5.

Lari dari tanggung jawab

9.

Pembohong

10.

Tidak percaya diri

Sentimental dan keras kepala

Kepribadian sosial adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia yang menggambarkan karakter manusia yang ditunjukkan melalui sikap dan perbuatannya. Untuk mengetahui

2.2.6.1 Kepribadian Sosial Di Pesanten Darularafah Raya

Pembentukan kepribadian sosial yang diterapkan di Pesantren Darularafah kepada anak didik tidak hanya berlangsung pada saat suasana belajar mengajar saja, namun proses pengembangan kepribadian itu sendiri sudah menjadi budaya keseharian bagi setiap santri dimanapun mereka berada. Seperti dalam menjaga sikap, sopan santun, ramah tamah, saling menolong, tidak mengolok-olok teman, dan sebagainya .Remaja di pesantren darularafah sendiri tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan lawan jenis atau santri putra. Hal inilah yang akan menghambat proses keremajaan dari para santri yang mungkin dalam masa pubertas. Tetapi hal ini tidak menjadi masalah bagi para santri, karena hal ini bukan menjadi tujuan utama santri untuk berproses di pesantren tersebut. Disinilah tugas para guru dalam mendidik dan membentuk kepribadian positif bagi seluruh remaja santri di Pesantren Darularafah Raya.

2.2.7 Guru

(44)

secara optimal, hanya saja ruang lingkupnya guru berbeda, mengajar di sekolah negeri ataupun swasta.

Guru menurut paradigma baru bukan hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator. Proses belajar mengajar yaitu realisasi atau aktualisasi potensi-potensi manusia agar dapat mengimbangi kelemahan pokok yang dimilikinya. Sehingga hal ini berarti bahwa pekerjaan guru tidak dapat dikatakan sebagai suatu pekerjaan yang mudah dilakukan oleh sembarang orang, melainkan orang yang benar-benar memiliki wewenang secara akademisi, kompeten secara operasional dan profesional.

Untuk menyandang predikat sebagai seorang guru tidaklah mudah, sebab predikat seorang guru hanya dapat dimiliki oleh orang-orang yang benar-benar memiliki wewenang secara mutlak. Kemutlakan tersebut ditandai dengan keprofesionalan dengan ciri-ciri sebagaimana diatas, yang mana hal ini terdapat kesesuaian dengan hadits Nabi saw, bahwa setiap segala urusan yang diserahkan pada orang yang tidak mampu secara maksimal, diantaranya masalah pendidikan maka sudah secara otomatis tujuan pendidikan tidak akan dapat tercapai, karena guru sebagai pembawa arah pendidikan tidak mampu dalam mengantarkan murid menjadi insan berkualitas baik bagi lingkungan sesamanya maupun dihadapan sang khaliq.

Menurut Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri, dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah.

Guru merupakan komponen utama dalam dunia pendidikan. Tanpa adanya guru dunia ini menjadi suram, karena guru pencerah dunia. Dengan adanya guru maka terciptalah manusia-manusia yang berpendidikan, yang diharapkan dapat membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih maju.

Ada 3 hal pokok yang harus di miliki seorang guru, yaitu : 1. Preparation

(45)

kepada murid. Setiap pertemuan akan ada materi yang berbeda. Dan persiapan materi sangat diperlukan guru untuk bisa menyampaikan materi dengan baik. Selain itu, persiapan juga akan meningkatkan kepercayaan diri seorang guru. Penyebab utama rasa "tidak PD" biasanya adalah ketakutan dari guru terhadap suasana di kelas. Jika guru tersebut sudah melakukan persiapan secara matang, baik itu persiapan materi yang diajarkan maupun persiapan mental, maka Ketakutan tersebut akan sirna dan digantikan oleh rasa percaya diri yang tinggi.

2. power (kekuatan diri)

Kekuatan diri adalah modal utama bagi guru sebagai motivator dalam kelas yang perlu dimiliki. Disinilah peran penting dari power. Guru adalah aktor tunggal di kelas yang menjadi pusat perhatian. Dengan menunjukkan kesegaran dan ekspresi serta energi yang powerfull, para murid akan dengan antusias mendengarkan penjelasannya dengan demikian usaha penyampaian materi akan lebih mudah.

3. Performance

Aspek ketiga ini juga tak kalah pentingnya. Ketampanan atau Kecantikan tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi patokan guru yang ideal. Akan tetapi performance adalah syarat untuk menjadi guru yang dilirik dan didengar oleh siswa. Dengan berpenampilan rapi, seorang guru menunjukkan kapabilitasnya dan

sekaligus juga

2.2.7.1 Guru Di Pesantren Darularafah Raya

(46)

ruang lingkupnya guru berbeda, ataupun swasta.

Posisi ustadz dan ustadzah di PDAR dituntut untuk dapat menjadi orang tua pengganti selama santri berada di pesantren. Dengan kondisi seperti ini para guru harus dapat memahami karakter dan sikap setiap santri serta memposisikan diri mereka seperti yang dirasakan para santri selama menjalani kehidupan di PDAR. Jika selama pendidikan terdapat santri yang bermasalah maka tugas para guru adalah membina mereka dan merundingkan kepada orang tua masing-masing. Dengan adanya proses ini maka akan memudahkan para guru dan orang tua bekerja sama dalam mendidik para santri tersebut.

Remaja berasal dari kata latin 2.2.8 Remaja

adolensenceyang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.

Pada masa ini sebenarnya remaja tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status

anak.

yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Sri Rumini & Siti Sundari, 2004: 53).Masa remaja dapat bermula pada usia sekitar 10 tahun. Sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa batasan usia remaja tidak ditentukan dengan jelas, tapi kira-kira berawal dari usia 12 sampai akhir usia belasan, saat pertumbuhan fisik hampir lengkap (Soetjiningsih, 2004).

(47)

WHO mendefinisikan bahwa anak bisa dikatakan remaja apabila telah mencapai umur 10-19 tahun.

Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah.

Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 tentang anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang untuk menikah yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menganggap anak beranjak remaja bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah menengah.

Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses pertumbuhan yang bertahap dalam internal dan eksternal, tumbuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termaksud hormon seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus menjadi sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya. Misalnya remaja jadi sering berkaca-kaca hanya untuk melihat jerawat atau poninya, jadi resah dengan bentuk tubuhnya dan sebagainya.

2.2.8.1 Perkembangan remaja

Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai satu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proposional kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.

(48)

salah satu penilaian yang penting terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya memenuhi persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri.

Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut : a. Perempuan

1. Pertumbuhan payudara (3-8 tahun) 2. Pertumbuhan rambut pubis (8-14 tahun) 3. Pertumbuhan badan (9,5-14,5 tahun) 4. Menstruasi (10-16 tahun)

5. Pertumbuhan bulu ketiak ( 2 tahun setelah bulu pubis)

6. Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

b. Laki-laki

1. Pertumbuhan testia (10-13,5 tahun) 2. Pertumbuhan rambut pubis (10-15 tahun) 3. Pembesaran badan (10,5-16 tahun)

4. Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara

5. Tumbuhnya rambut diwajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)

6. Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

a.

Perkembangan remaja meliputi perkembangan fisik, sosial, emosi, moral dan kepribadian (Sarwono, 2011).

Perkembangan Fisik Remaja

(49)

dari pada anak perempuan. Hal ini menyebabkan pada saat matang anak laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Setelah masa puber, kekuatan anak laki-laki melebihi kekuatan anak perempuan. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung mempunyai bahu yang lebih lebar dari pada anak yang matang lebih awal (Sarwono, 2011).

b. Perkembangan Sosial

Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah (Sarwono, 2011). Pencapaian tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru, yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Sarwono, 2011).

c. Perkembangan Emosi

Masa remaja ini biasa juga dinyatakan sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya perubahan emosi ini dikarenakan adanya tekanan sosial dalam menghadapi kondisi baru (Monks & Haditomo, 2004).

d. Perkembangan moral.

(50)

anak-anak. Pada tahap ini remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya kedalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya (Sarwono, 2011).

e. Perkembangan kepribadian

Pada masa remaja, anak laki-laki dan anak perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk. Mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Mereka juga sadar akan peran kepribadian sosial dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk memperbaiki kepribadian sosial masing-masing (Sarwono, 2011).

Istilah remaja berasal dari bahasa Latin “adolescence” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh ( Hurlock, 1980: 206). Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Secara kronologis yang tergolong remaja berkisar antara usia 1

Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian yang ideal. Tidak banyak yang merasa dapat mencapai gambaran yang ideal bagi mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka (Hurlock, 2000).

2/13-Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

21 tahun. Untuk menjadi orang dewasa, maka remaja akan melalui masa krisis di mana remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Dariyo 2004: 13).

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan. 2. Ketidakstabilan emosi.

(51)

4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

5. Pertentangan didalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.

6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.

7. Senang bereksperimentasi. 8. Senang bereksplorasi.

9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

10.Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian.

2.2.8.2 Anak Usia Remaja Di Pesantren Darularafah Raya

Remaja merupakan sekelompok generasi yang akan mengisi berbagai posisi dalam masyarakat di masa yang akan datang, yang akan meneruskan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara di masa depan. Kemampuan remaja bersosialisasi diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Setiap individu memiliki sifat yang unik. Satu sama lain memiliki kepribadian yang berbeda. Kepribadian menunjuk pada sikap-sikap seseorang untuk bertindak, berfikir, merasakan, cara berhubungan dengan orang lain, dan cara seseorang menghadapi masalah. Kepribadian sendiri terbentuk melalui proses sosialisasi yang panjang sejak kita dilahirkan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat seseorang yang bisa berubah dan berkembang seiring proses sosialisasi yang dilakukan individu tersebut.

(52)

siswa. Dan keseluruhan dari mereka dapat dikatakan sebagai anak yang sedang atau memasuki masa remaja, dengan usia 12-17 tahun. Masing-masing dari mereka duduk di bangku SMP dan SMA yang terbagi menjadi 2 konsentrasi, yaitu IPA dan IPS. Sisa dari mereka berada di kelas I Taksis. Kelas yang satu ini merupakan kelas eksperimen dimana seluruh santri dilatih untuk lebih memperdalam pelajaran pondok terlebih dahulu, terutama bahasa arab dan bahasa inggris. Seluruh santri yang berada di kelas ini merupakan himpunan dari santri yang masuk setelah tamat SMP, sehingga mereka dituntut untuk lebih memperdalam bahasa dan ilmu agama terlebih dahulu.

(53)

2.3 Model Teoritis

Gambar 2 Model Teoritik

Sumber : penelitian 2013 Komunikasi Antarpribadi Guru dalam Membentuk Kepribadian Sosial Remaja

Peranan Komunikasi Antarpribadi Guru di Pesantren

(54)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku-perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2005:4).

Menurut Wirata (2006:134) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naluristik untuk mencari dan menemukan pengertian dan pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus.

Metode penelitian kualitatif atau riset penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling sangat terbatas. Jika data terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2010: 56).

Periset adalah bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian periset menjadi instrumen riset yang harus terjun langsung dilapangan. Karena itu riset ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan. desain riset dapat dibuat bersamaan atau sesudah riset. Desain dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan riset.

Gambar

Gambar 1 Konsep Johari Window
Gambar 2 Model Teoritik
Gambar 3 Kerangka Analisis
Tabel 1
+2

Referensi

Dokumen terkait

- Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Sekretaris Daerah tentang Pembentukan Tim Pendamping Program Pinjaman

Pentingnya perpustakaan tersebut sebagai sarana menambah referensi juga perlu ditunjang dengan ketersediaan buku atau referensi yang dibutuhkan harus dilengkapi sehingga

Menurut Syaikh Zayn ad-di>n baik nafkah lahir maupun nafkah batin itu ada kadarnya, sedangkan menurut Hukum Perkawinan di Indonesia, kadar tersebut tidak ada dan

“Meaningful” yang dimaksudkan adalah bahwa pemberian informasi mengarahkan perhatian pebelajar kepada bagian dari ketrampilan yang harus dikoreksi dan hal ini akan membantu

a) Menghubungkan kompetensi yang telah dimiliki peserta didik dengan materi yang akan disajikan. b) Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang

Conclusion : (1) the implementation model of Student Welding Skill Competition learning module contains teaching materials, SOP, evaluation procedures, training

Langkah penelitian yang digunakan menggunakan langkah penelitian menurut Borg and Gall (1989) yang dikutip Nana Syaodih (2007) yaitu Studi pendahuluan,