• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Pengupas Kulit Ari Biji Kedelai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Alat Pengupas Kulit Ari Biji Kedelai"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

42 Lampiran 1. Flow Chart pelaksanaan penelitian.

Mulai

Merancang bentuk alat

Menggambar dan menentukan dimensi alat

Memilih bahan

Diukur bahan yang akan digunakan

Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan

dimensi pada gambar

Pengelasan

Digerinda permukaan yang kasar Merangkai alat

Pengecatan

(2)

43

Lampiran 1. (Lanjutan)

a b

Pengujian alat

Laya k?

Analisis data Pengukuran parameter

Dat

(3)

47

Lampiran 10. Gambar alat

Tampak depan

(4)

Lampiran 11. Gambar biji kedelai

(5)

49

Lampiran 11. (Lanjutan)

(6)

Lampiran 11. (Lanjutan)

(7)

51

Lampiran 11. (Lanjutan)

(8)

Lampiran 12. Data pengamatan pengupasan kulit ari biji kedelai

2. Persentase kerusakan hasil kupasan (%)

= 4,91%

3. Persentase biji kedelai tidak terkupas (%)

(9)

53

Lampiran 12. (Lanjutan)

4. Persentase biji kedelai hilang (%)

x 100%

x 100%

(10)

Lampiran 13. Spesifikasi alat

Perhitungan panjang sabuk V

L = 2C + 1,57(D + d) +

dimana:

L = Panjang efektif sabuk (mm)

C = Jarak antara kedua sumbu roda transisi (mm)

D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)

d = Diameter luar efektif roda transmisi yang kecil (mm)

Panjang sabuk V dari motor listrik ke poros silinder pengupas

L = 2(620) + 1,57(130 +80) +

L =1569,72 mm

L = 62 inch

Perhitungan revolusi per menit (rpm)

(11)

55

Lampiran 13. (Lanjutan)

N1 = 1356 rpm

Maka rpm pada rotator ialah 1356 revolusi per menit sedangkan rpm pada stator

sebesar 1400 revolusi per menit.

dimana:

Volume silinder = L x tebal silinder

π 2

= 7,8 kg/Liter x 0,160768 Liter

= 1,254 kg

F -

(12)

Lampiran 13. (Lanjutan)

T = F x r silinder

= 1,5433 kg x 8 cm = 12,3464

P

= 0,238 HP

Pm

= 0,29 HP

Karena dipasaran tidak tersedia alat dengan daya 0,29 HP maka digunakan motor

dengan daya yang mendekati nilai tersebut yaitu 1 HP.

dimana:

V = Volume silinder

F = Gaya pada silinder

m = massa

T = Torsi

P = Daya

n = putaran

r = jari-jari

(13)

57

Lampiran 14. Analisis ekonomi

1. Unsur Produksi

1. Biaya Pembuatan Alat (P) = Rp. 4.000.000

2. Umur ekonomi (n) = 5 tahun

3. Nilai akhir alat (S) = Rp. 400.000

4. Jam kerja = 8 jam/hari

5. Produksi/hari = 444 kg/hari

6. Biaya operator = Rp. 40.000/ hari (1 jam=Rp. 5000)

7. Biaya listrik = Rp. 250,5/ jam

8. Biaya perbaikan = Rp. 18/ jam

9. Bunga modal dan asuransi = Rp. 432.000/ tahun

10.Biaya sewa gedung = Rp. 40.000/ tahun

11.Pajak = Rp. 80.000/tahun

12.Jam kerja alat per tahun = 2400 jam/tahun ( asumsi 300 hari

efektif berdasarkan tahun 2012)

2. Perhitungan Biaya Produksi

1. Biaya tetap (BT)

1. Biaya penyusutan (D)

D =

dimana:

D = Biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = Nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp)

(14)

Lampiran 14. (Lanjutan)

n = Umur ekonomi (tahun)

D =

= Rp 720.000/tahun

2. Bunga modal dan asuransi (I)

Bunga modal pada bulan Agustus 16% dan Asuransi 2%

I =

Total biaya tetap = Rp. 1.272.000/tahun

2. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi =

=

(15)

59

Lampiran 14. (Lanjutan)

2. Biaya listrik

Motor listrik 1 HP = 0.75 KW

Biaya listrik = 0.75 KW x Rp. 334/KWH

= Rp.250,5/H

= Rp.250,5/jam

3. Biaya operator

Biaya operator = Rp. 5000/jam

Total biaya tidak tetap = Rp. 5.268,5/jam

3. Biaya Produksi Biji Kedelai Terkupas

Biaya pokok = + BTT

]

C

=

+ Rp. 5.268,5/jam

]

x 0,018 jam/kg

(16)

Lampiran 15. Break even point

Biaya tetap (BT) = Rp. 1.272.000/tahun

= Rp. 530/jam (1 tahun = 2.400 jam)

= Rp. 9,54954/kg (1 jam = 55,5 kg)

Biaya tidak tetap (BTT) = Rp. 5.268,5/jam (1 jam = 55,5 kg)

= Rp. 94,928/ Kg

Penerimaan setiap kg produksi (R) = harga kedelai setelah dikupas - harga kedelai

sebelum dikupas

Penerimaan setiap kg produksi (R) kedelai = Rp.16.000 – Rp. 11.000 = Rp. 5.000

Alat akan mencapai break even point jika alat telah menghasilkan biji kedelai

terkupas sebanyak :

N =

=

(17)

61

Lampiran 16. Net present value

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n)

Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n).

Kriteria NPV yaitu:

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak

menguntungkan

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya

yang dikeluarkan.

Berdasarkan persamaan (10), nilai NPV alat ini dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

CIF-COF ≥ 0

Investasi = Rp. 4.000.000

Nilai akhir = Rp. 400.000

Suku bunga bank = Rp 16%

Suku bunga coba-coba = Rp 20%

Umur alat = 5 tahun

Pendapatan = penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun

= Rp. 5.000/kg x 55,5 kg/jam x 2400 jam

= Rp. 666.000.000

Pembiayaan = biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja 1 tahun

= Rp. 104,373/kg x 55,5 kg/jam x 2400 jam

(18)

Lampiran 16. (Lanjutan)

Cash in Flow 16%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 16%,5)

= Rp. 666.000.000 x 3,2743

= Rp. 2.180.683.800

2. Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F, 16%,5)

= Rp 400.000 x 0,4761

= Rp. 190.440

Jumlah CIF = Rp. 2.180.874.240

Cash out Flow 16%

1. Investasi = Rp. 4.000.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/F, 16%,5)

= Rp. 13.902.483,6 x 0,4761

= Rp. 6.618.972,44

Jumlah COF = Rp. 10.618.972,44

NPV 16% = CIF – COF

= Rp. 2.180.874.240 – Rp. 10.618.972,44

= Rp. 2.170.255.267,56

Cash in Flow 20%

1. Pendapatan = Pendapatan x (P/A, 20%,5)

= Rp. 666.000.000 x 2,9906

= Rp. 1.991.739.600

2. Nilai akhir = Nilai akhir x (P/F, 20%,5)

(19)

63

Lampiran 16. (Lanjutan)

Jumlah CIF = Rp. 1.991.900.360

Cash out Flow 20%

1. Investasi : Rp. 4.000.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/F, 20%,5)

= Rp. 13.902.483,6 x 0,4019

= Rp. 5.587.408,15

Jumlah COF = Rp. 9.587.408,15

NPV 20% = CIF – COF

= Rp. 1.991.900.360 – Rp. 9.587.408,15

= Rp. 1.982.312.951,85

Jadi besarnya NPV 16% adalah Rp. 2.170.255.267,56 dan NPV 20%

adalah Rp. 1.982.312.951,85 J ≥ 67aha ini

(20)

Lampiran 17. Internal rate of return

Suku bunga bank paling atraktif (p) = 16%

Suku bunga coba-coba ( > dari p) (q) = 20 %

IRR = q% +

x (q% - p%)

= 20% +

x (20%-16%)

(21)

40

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1989. Kedelai. Kanisius, Yogyakarta.

Adisarwanto, T., 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Annas, M. S., 2002. Perancangan Mesin Pengupas Kulit Ari Kacang Kedelai. Universitas Trisakti, Jakarta.

Amanto, H. dan Daryanto., 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta.

Cooper, E. L., 1992. Agricultural Mechanics. Fundamentals and Applications 2ndEdition. Delmar Publisher Inc, The United State of America.

Daryanto, 1984. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.

Djoekardi, D., 1996. Mesin-Mesin Motor Induksi. Universitas Trisakti, Jakarta.

Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU, Medan.

Fatimah, S., 2009. Besi dan baja. Gunadarma, Depok.

Giatman, M., 2006. Ekonomi Teknik. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Halim, A., 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis: Kajian dari Aspek Keuangan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Hanifah, U. dan Winaryo, 2008. Perancangan alat pengupas kulit ari kacang tanah tipe gesek. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna, Subang. Hal 1.

Jaya, R. M., 2010. Pengupasan Mekanis dan Khemis. Universitas Jember, Jember.

Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya.

Koswara, S., 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Lutfi, M., 2010. Modifikasi dan uji kinerja orbapas (Alat Pengupas Biji Kedelai). Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang.Vol. 11. Hal 1.

Mabie, H. H. and F.W. Ocvirk., 1967. Mechanics and Dynamic of Machinery. Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.

(22)

41

Rizaldi, T., 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian USU. Medan.

Roforsyam dan W. D. Putro., 2010. Model matematis kapasitas belah biji kedelai pada mesin pembelah sistem gesek putar. Politeknik Negeri Semarang, Semarang. Hal 1.

Stolk, J. dan C. Kross., 1981. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan Mesin. Penerjemah Handersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.

Smith, H. P. dan L. Wilkes., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gajah Mada University Press, Yoyakarta.

Soenarta, N. dan S. Furuhama., 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, Jakarta.

Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta.

Suhendra dan B. Setiawan., 2012. Model efisiensi mesin pengupas dan pembelah biji kedelai tipe piringan menggunakan program Powersim. Politeknik Terpikat Sambas, Sambas. Vol II. Hal 2.

Sularso dan K. Suga., 2002. Dasar perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sumanto, M. A., 1994. Pengetahuan Bahan untuk Mesin dan Listrik. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

Widiantara, 2010. Pengiris bawang merah dengan pengiris vertikal (Shallot

Slicer). Seminar Rekayasa Kimia dan Proses: 1411-4216: F-01-5.

(23)

25

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan April 2014 sampai dengan September

2014 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja

siku, plat besi, puli (pulley), motor listrik, sabuk V (V-belt), baut dan mur,

bantalan, besi bulat padu (poros), plat stainless steel, plat aluminium, dan kabel

deck.

Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis,

tampi, mesin las, mesin bor, mesin gerinda, gergaji besi, palu, tang, kunci pas dan

ring.

Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur

(kepustakaan), melakukan eksperimen dan melakukan pengamatan tentang alat

pengupas kulit ari kedelai ini. Kemudian dilakukan perancangan bentuk dan

pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pengupas. Setelah itu,

dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.

Komponen Alat

Alat pengupas kulit ari biji kedelai (tipe silinder) ini mempunyai beberapa

(24)

26

1. Rangka alat

Rangka alat ini berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat

lainnya, yang terbuat dari besi siku. Alat ini mempunyai panjang 61 cm,

lebar 60 cm dan tinggi 115 cm

2. Motor listrik

Motor listrik berfungsi sebagai sumber tenaga mekanis (penggerak). Alat

ini menggunakan motor listrik berdaya 1 HP

3. Saluran masukan (hopper)

Saluran masukan berfungsi untuk memasukkan biji kedelai yang akan

dikupas dengan silinder pemutar

4. Saluran keluaran

Saluran keluaran ini berfungsi untuk menyalurkan biji kedelai yang sudah

dikupas ke tempat penampungan yang telah disediakan

5. Silinder

Silinder atau roll pemutar berfungsi untuk mengupas biji kedelai

6. Poros putaran

Poros putaran ini merupakan poros yang berada di dalam silinder. Poros

putaran berfungsi untuk memutar silinder atau roll pemutar. Poros putaran

ini terhubung dengan motor listrik menggunakan pulley dan v-belt.

Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan

untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat, dan mempersiapkan

(25)

27

a. Pembuatan alat

Adapun langkah-langkah dalam membuat alat pengupas kulit ari biji

kedelai (tipe silinder) ini yaitu:

1. Dirancang bentuk alat pengupas kulit ari biji kedelai

2. Digambar serta ditentukan ukuran alat pengupas kulit ari biji kedelai

3. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pengupas kulit ari

biji kedelai

4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai

dengan ukuran yang telah ditentukan pada gambar teknik alat

5. Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan

6. Dilakukan pengelasan dan pengeboran untuk pemasangan kerangka alat

7. Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan

8. Dilas plat stainless steel pada poros

9. Dibentuk plat stainless steel dan dilas sebagai silinder pemutar

10. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan

menambah daya tarik alat pengupas kulit ari biji kedelai

11. Dirangkain komponen-komponen alat pengupas kulit ari biji kedelai

12. Dipasang sabuk V pada motor listrik dan puli untuk menghubungkan

tenaga putar dari motor listrik terhadap puli yang sudah terhubung dengan

poros sebagai sumber tenaga untuk memutar silinder.

b. Persiapan bahan

1. Disiapkan biji kedelai kering yang akan dikupas

2. Ditimbang biji kedelai sebanyak 9 kg

(26)

28

Prosedur Penelitian

1. Ditimbang bahan yang akan dikupas

2. Dihidupkan alat pengupas

3. Dimasukkan bahan kedalam alat pengupas melalui corong masukan

4. Dihitung waktu pengupasan kulit ari biji kedelai

5. Dimatikan alat pengupas

6. Diambil dan disortasi biji dan kulit kedelai dalam bak penampungan

7. Dihitung berat biji kedelai yang terkupas, berat biji yang rusak, berat biji

kedelai yang tidak terkupas, dan berat kulit ari biji kedelai dan berat biji

yang hilang

8. Dihitung kapasitas pengupasan biji kedelai perjam, persentase kerusakan

hasil kupasan, persentase kedelai tidak terkupas dan persentase biji hilang

9. Dilakukan pengulangan sebanyak 9 kali ulangan.

Parameter yang Diamati

Kapasitas efektif alat

Pengukuran kapasitas pengupasan dilakukan dengan membagi berat

kedelai awal terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mengupas kulit ari kedelai.

Persentase kerusakan hasil kupasan

Persentase kerusakan hasil kupasan dihitung dengan membagikan berat

kedelai hasil kupasan yang rusak terhadap berat kedelai terkupas.

(27)

29

Persentase biji kedelai tidak terkupas

Persentase biji kedelai tidak terkupas dihitung dengan membagikan berat

kedelai yang tidak terkupas terhadap berat kedelai awal.

Persentase biji kedelai hilang

Persentase biji kedelai hilang dihitung dengan membagikan berat kedelai

hilang terhadap berat kedelai yang dikupas.

Analisis ekonomi

1. Biaya pengupasan biji kedelai

Perhitungan biaya pengupasan biji kedelai dilakukan dengan cara

menjumlahkan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap,

atau lebih dikenal dengan biaya pokok. Hal ini dapat dihitung berdasarkan

persamaan (3).

a. Biaya tetap

Menurut Darun (2002), biaya tetap terdiri dari:

1. Biaya penyusutan (metoda garis lurus). Hal ini dapat dihitung

berdasarkan persamaan (4).

2. Biaya bunga modal dan asuransi. Hal ini dapat dihitung berdasarkan

persamaan (5).

3. Biaya pajak

(28)

30

4. Biaya gudang/gedung

Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5 – 1%,

rata-rata diperhitungkan 1% dari nilai awal (P) pertahun.

b. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari:

1. Biaya listrik (Rp/Kwh)

2. Biaya perbaikan alat

Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan (6)

3. Biaya operator

Biaya operator tergantung pada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari

gaji bulanan atau gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya.

2. Break even point

Manfaat perhitungan titik impas (break even point) adalah untuk

mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha

yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang

diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya

keuntungan. Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat dihitung

berdasarkan persamaan (7).

3. Net present value

Identifikasi masalah kelayakan financial dianalisis dengan metode analisis

financial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang

digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Hal ini

(29)

31

- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan

dikembangkan.

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi proyek tidak

menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta dikembangkan.

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

4. Internal rate of return

Untuk mengetahui kemampuan untuk dapat memperoleh kembali investasi

yang sudah dikeluarkan dapat dihitung dengan menggunakan IRR. Hal ini dapat

(30)

32

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat Pengupas Kulit Ari Biji Kedelai

Alat pengupas kulit ari biji kedelai dirancang untuk mengupas kulit ari biji

kedelai yang masih dalam keadaan kering atau belum mendapat perlakuan apapun

seperti perendaman ataupun perebusan. Dalam pembuatan berbagai produk olahan

kedelai, proses pengupasan kulit ari sangatlah penting untuk mendapatkan biji

kedelai yang baik yaitu tanpa kulit ari. Alat ini mempunyai dimensi panjang 61

cm, lebar 60 cm dan tinggi 115 cm.

Alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe silinder ini terdiri dari tiga bagian

utama yaitu: rangka alat, silinder pengupas, dan motor listrik. Pada alat ini

kerangka alat yang digunakan adalah besi siku. Pemilihan bahan ini dikarenakan

beban yang diterima adalah silinder pengupas yang terbuat dari bahan besi dan

stainless steel sehingga alat masih tetap menahan beban dan kokoh.

Silinder pengupas terbuat dari bahan besi dengan diameter 16 cm dan tebal

9 cm. Silinder pengupas tersebut memiliki lubang-lubang sebanyak 140 dengan

diameter 1 cm sebagai ruang untuk biji kedelai dalam proses pengupasan. Biji

kedelai yang telah dikupas akan dibawa ke saluran pengeluaran seiring dengan

berputarnya silinder.

Prinsip Pengupasan

Alat pengupas kulit ari biji kedelai ini bekerja berdasarkan prinsip putaran

pada silinder pengupas. Biji kedelai yang masuk dalam proses pengupasan

mengalami gesekan dan benturan dengan bidang gesek silinder berupa

(31)

33

yang telah tertampung tersebut dibersihkan dari kulit arinya dengan cara ditampi

secara manual.

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin

dalam menghasilkan suatu produk (Kg) persatuan waktu (jam). Dalam hal ini

kapasitas efektif alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya biji kedelai

yang dikupas (kg) dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pengupasan.

Pada penelitian ini, lama waktu pengupasan dihitung mulai dari biji

kedelai dimasukkan ke dalam saluran pemasukan (hopper) sampai dengan biji

kedelai selesai dikupas dan mesin dimatikan. Dari penelitian yang telah dilakukan

9 kali ulangan diperoleh:

Tabel 1. Kapasitas efektif alat

Ulangan Berat awal (kg) Waktu (jam) Kapasitas (kg/jam)

I 1 0,023 43,47

Dari Tabel 1 diperoleh waktu pengupasan kulit ari adalah 65,4 detik atau

0,018 jam sehingga diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 55,5 kg/jam. Dalam

hal ini proses pengupasan pada setiap ulangan dilakukan tidak secara kontinyu

agar perlakuan pada setiap percobaan menjadi sama. Pada hasil pengamatan

didapat bahwa kapasitas alat yang tertinggi terdapat pada ulangan ke V dan VI

yaitu 66,66 kg/jam dan kapasitas alat terendah terdapat pada ulangan I yaitu 43,47

(32)

34

Persentase Kerusakan Hasil Kupasan

Persentase kerusakan hasil kupasan dapat dihitung dengan membagikan

berat kedelai yang rusak dengan berat kedelai terkupas. Dari percobaan yang telah

dilakukan diperoleh persentase kerusakan sebagai berikut:

Tabel 2. Persentase kerusakan hasil kupasan

Ulangan Berat kedelai rusak (kg) Berat kedelai terkupas (kg) % Kerusakan

Dari Tabel 2 diperoleh bahwa persentase rata-rata kerusakan hasil kupasan

adalah 4,91%. Adanya kerusakan biji ketika dikupas diduga diakibatkan jarak

(clearance) antara rotor dan stator terlalu kecil yaitu sebesar 0,5 cm. Hal ini sesuai

dengan literatur Wiraatmadja (1995) yang menyatakan bahwa selama pengupasan

salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja alat yaitu clearance

pengupas. Adapun kriteria kerusakan dari hasil kupasan kedelai yaitu kedelai

dalam bentuk terpecah-pecah menjadi butiran yang lebih kecil.

Persentase Biji Tidak Terkupas

Persentase biji tidak terkupas dapat dihitung dengan membagikan berat

kedelai tidak terkupas dengan berat kedelai awal dikali 100%. Dari hasil

(33)

35

Tabel 3. Persentase biji tidak terkupas

Ulangan Berat awal (kg) Berat kedelai tidak terkupas (kg)

Dari Tabel 3 diperoleh bahwa persentase rata-rata kedelai tidak terkupas

sebesar 11,01%. Adanya kedelai yang tidak terkupas kulit arinya diakibatkan oleh

perputaran silinder yang terlalu cepat sehingga mengakibatkan kedelai terlempar

sehingga tidak tergesek dengan silinder.

Persentase Biji Hilang

Persentase biji hilang dapat dihitung dengan membagikan berat kedelai

hilang dengan berat kedelai awal dikali dengan 100%. Dari hasil penelitian

diperoleh persen biji kedelai hilang sebagai berikut:

Tabel 4. Persentase biji hilang

Ulangan Berat awal (kg) Berat biji hilang % Biji hilang

I 1 0,003 0,3

Pengukuran persentasi biji yang hilang dilakukan dengan pengamatan secara

(34)

36

penyortiran biji yang hilang secara mekanis yang ditandai dengan biji yang tidak

tertampung oleh bak penampungan. Dari hasil pengamatan maka didapat

persentase biji hilang sebesar 2,1%.

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus

dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini, dengan analisis ekonomi dapat

diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat

diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan

keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan,

misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk

kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Dari analisis ekonomi

yang dilakukan (Lampiran 15) diperoleh biaya untuk memproduksi biji kedelai

tanpa kulit ari sebesar Rp. 104,373/kg. Artinya, untuk memproduksi biji kedelai

tanpa kulit ari sebanyak 1 kg dibutuhkan biaya sebesar Rp. 104,373/kg.

Break even point

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan

tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat

membiayai usaha itu sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang

sendiri (self growing). Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat

perhitungan titik impas (break even point) adalah untuk mengetahui batas

produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola

masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya

(35)

37

pendapatan dari produksi berada di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha

akan mengalami kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan

memperoleh keuntungan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan

(Lampiran 16), alat pengupas kulit ari biji kedelai ini akan mencapai break even

point pada nilai 259,32 kg/tahun. Hal ini berarti alat ini akan mencapai titik impas

apabila telah memproduksi biji kedelai tanpa kulit ari sebanyak 259,32 kg.

Net present value

Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu

alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal

penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan

salah satu alternatif dalam analisis financial. Dari pengamatan diperoleh

(Lampiran 13) besarnya nilai NPV 16% adalah Rp. 2.170.255.267,56 dan NPV

20% adalah Rp. 1.982.312.951,85. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan

karena nilainya lebih besar dari nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darun

(2002) yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak

menguntungkan

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

(36)

38

Internal rate of return

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan

tertentu. Dalam menginvestasikan sampai dimana kelayakan usaha itu dapat

dilaksanakan. Maka hasil yang didapat dari perhitungan ini adalah sebesar

66,54%. Artinya kita dapat menaikkan bunga sampai pada keuntungan 66,54%,

jika lebih dari itu maka akan mengalami kerugian. Usaha ini masih layak

dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi

66,54%, jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini

tidak layak lagi diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka

(37)

39

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kapasitas efektif alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe silender yang

digunakan dalam penelitian sebesar 55,5 kg/jam.

2. Persentase kerusakan hasil kupasan adalah 4,91%, persentase biji kedelai tidak

terkupas adalah 11,01% dan persentase biji kedelai hilang adalah 2,1%.

3. Biaya pokok yang dikeluarkan untuk memproduksi biji kedelai tanpa kulit ari

sebanyak 1 kg dari alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe silinder ini adalah

Rp. 104,373.

4. Alat ini akan mencapai break even point (titik impas) setelah mengupas biji

kedelai sebanyak 259,32 kg/tahun.

5. Net present value 16% dan 20% dari alat pengupas kulit ari biji kedelai ini

adalah Rp. 2.170.255.267,56 dan Rp. 1.982.312.951,85 yang artinya usaha ini

layak untuk dijalankan.

6. Internal rate of return dari alat pengupas kulit ari biji kedelai ini adalah

66,54%.

Saran

1. Dengan kapasitas alat yang masih rendah perlu dilakukan pengembangan alat

untuk meningkatkan kapasitas alat.

(38)

TINJAUAN PUSTAKA

Kedelai

Sejarah kedelai

Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan

oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan semakin berkembangnya

perdagangan antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan

tanaman kedelai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan

tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia dan Amerika. Menurut

laporan, kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16 (Adisarwanto, 2005).

Menurut para ahli botani, kedelai adalah tanaman yang berasal dari

Manchuria dan sebagian Cina, dan terdapat jenis kedelai liar yang tergolong

dalam spesies Glycine ussuriensis. Kemudian menyebar ke daerah tropika dan

subtropika serta dilakukan pemuliaan sehingga dihasilkan berbagai jenis kedelai

unggul yang dibudidayakan (Koswara, 1992).

Perkembangan kedelai di Indonesia

Varietas kedelai yang ditanam di Indonesia pada mulanya berasal dari luar

negeri, diantaranya adalah dari Jepang, Taiwan, Kolombia, Amerika Serikat dan

Filipina. Varietas-varietas kedelai dari luar negeri tersebut umumnya kurang

cocok ditanam di Indonesia, karena faktor perbedaan panjang hari dan suhu.

Varietas-varietas kedelai tersebut yang belum menunjukkan keunggulannya di

Indonesia ternyata ada yang beradaptasi dan berproduksi baik di beberapa daerah,

sehingga muncul istilah varietas lokal. Varietas lokal ini dapat berpotensi menjadi

(39)

Botani tanaman kedelai

Adapun klasifikasi tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merrill) menurut

literatur Adisarwanto (2005) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminosae

Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.) Merrill

Varietas kedelai

Varietas kedelai diberbagai daerah berbeda-beda sesuai dengan keadaan

sekitarnya. Di daerah Sumatera Utara, varietas kedelai yang populer dan sering

ditanam petani adalah Willis, Orba, Kerinci, Galunggung, Lokon, Tidar dan beberapa

varietas lain pada lokasi tertentu, disamping varietas lokal Kipas Merah dan Kipas

Putih dari daerah Aceh (Ningrum,1993).

(40)

6

Gambar 2. Bagian biji kedelai

Kedelai termasuk tanaman yang berbuah polong dan berbunga kupu-kupu,

seperti halnya kacang tanah. Perbedaannya adalah bahwa buah kacang tanah terdapat

didalam tanah, sedangkan buah kedelai tumbuh di atas tanah, yakni pada batangnya.

Pada dasarnya penentuan varietas kedelai didasarkan pada :

- Umur

Umur kedelai terhitung dari awal penanaman biji sampai dengan masa

panen tiba sangat bervariasi. Berdasarkan perbedaan umur ini bisa dibedakan

kepada beberapa jenis kedelai, yaitu :

1. Kedelai genjah : berumur pendek yaitu 75-85 hari

2. Kedelai tengahan : berumur antara 85-90 hari

3. Kedelai dalam : berumur panjang yaitu lebih dari 90 hari.

- Warna biji

Warna biji kedelai berbeda-beda, tetapi pada garis besarnya dibedakan

menjadi dua macam, yaitu kedelai putih/kuning dan kedelai hitam/hijau.

1. Kedelai putih/kuning

Kedelai putih membutuhkan syarat-syarat tumbuh yang lebih sukar

dibandingkan dengan kedelai hitam. Kedelai putih kurang baik jika dibuat

(41)

pembuat tempe dan tahu. Disamping itu, kedelai putih/kuning lebih mahal

bila dibandingkan dengan kedelai hitam

2. Kedelai hitam/hijau

Walaupun harga jualnya lebih murah, pada umumnya kedelai hitam

lebih disukai oleh para petani, karena kedelai hitam tidak membutuhkan

perlakuan khusus dari awal tanam hingga proses pengolahan hasil.

Disamping itu kedelai hitam mudah dipasarkan, karena kedelai tersebut

baik sekali untuk dibuat kecap dan tauco

(AAK, 1989).

Proses Pengupasan Kulit Ari Kedelai

Untuk memperoleh bahan pangan yang siap dimakan, maka kita harus

memisahkan kulitnya terlebih dahulu dari daging buah ataupun sayuran.

Pemisahan ini disebut dengan pengupasan. Pengupasan merupakan pra proses

dalam mengolah suatu bahan yang bertujuan untuk memisahkan bagian yang

dapat dimakan dari kulit ataupun dari bagian yang harus dibuang. Dalam

melakukan pengupasan, digunakan metode yang berbeda. Hal ini dikarenakan

masing-masing bahan memiliki karakteristik yang berbeda-beda (Jaya, 2010).

Proses pengupasan biji-bijian merupakan kegiatan lebih lanjut pemanenan

hasil pertanian. Pengupasan kedelai biasanya baru dilakukan jika akan digunakan,

baik untuk benih maupun untuk bahan pangan. Pembijian atau pengupasan polong

harus semaksimal mungkin menghindari terjadinya biji luka (rusak) karena akan

merupakan media yang baik bagi infestasi hama dan jamur

(Hanifah dan Winaryo, 2008).

Proses pengupasan kulit ari dapat dilakukan secara manual menggunakan

(42)

8

kulit ari. Hasil pengupasan biji kedelai berupa keping-keping biji kedelai

(Adisarwanto, 2005).

Teknik mengupas biji kedelai masih banyak dilakukan dengan

menggunakan cara klasik yaitu dengan merendam dan menginjak-injak dalam

suatu wadah hingga kulit ari biji kedelai terkupas. Hal ini sangat merugikan

karena dengan kedelai terbagai dua atau bahkan dapat hancur karena tekanan yang

diberikan pada kedelai tidak tetap. Disisi lain hasil pengupasannya terbatas dan

sangat bergantung pada kemampuan manusia atau operator (Lutfi, 2010).

Dalam menentukan kemampuan mesin pengupas kulit ari kacang kedelai

perlu juga diketahui sifat-sifat dari kacang kedelai itu sendiri. Biji kacang kedelai

berkeping dua terbungkus kulit biji. Sifat kacang kedelai ini mampu menyerap air

dan dapat menyebabkan beratnya naik menjadi dua kali lipat, dengan sifat biji

yang keras dan daya serap air tergantung ketebalan kulit (Annas, 2002).

Kedelai yang diproses menggunakan mesin pengupas akan mengalami

3 kemungkinan yaitu: terkupas terbelah, remuk, dan utuh. Kemungkinan ini dapat

terjadi jika:

a. Bila biji kedelai yang diproses ukurannya jauh lebih besar dari ukuran celah

piringan pengupas maka kedelai akan banyak yang remuk

b. Bila kedelai yang diproses ukurannya lebih kecil dari ukuran celah piringan

pengupas maka kedelai banyak yang utuh (tidak terkupas, terkupas, dan

remuk)

c. Bila kedelai yang diproses ukurannya hampir sama atau mendekati ukuran

celah piringan pengupas, maka banyak kedelai yang terkupas atau terbelah

(43)

Adapun cara untuk memperbesar atau memperkecil kapasitas pengupasan

yaitu dengan mengubah jumlah batang penggilas, rpm atau memperbesar jarak

clearancenya. Perubahan yang paling mudah untuk memperbesar atau

memperkecil kapasitas kerja dengan mengubah rpm yakni dengan menambah

transmisi, baik dengan pulley atau rantai (Wiraatmadja, 1995).

Proses pembelahan biji kedelai dalam pembuatan tempe pada industri

rumah tangga masih dilakukan secara manual dinjak-injak. Kapasitas cara ini baru

mencapai 10 kg/jam dengan efisiensi 93%. Beberapa pengrajin tempe kedelai

skala yang lebih besar telah menggunakan mesin pembelah, seperti mesin

pembelah sistem dua lempengan grinda (disk). Efisiensi pembelahan jenis mesin

tersebut 85% dan kapasitasnya 50 kg/jam, dimana biji kedelai yang berukuran

lebih besar dari jarak dua lempengan cenderung pecah atau hancur, sedangkan biji

kedelai yang berukuran lebih kecil tidak terbelah (Rofarsyam dan Putro, 2010).

Komponen Alat Pengupas Kulit Ari Biji Kedelai

Motor listrik

Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi

mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor

listrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan separti mesin untuk

menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas

angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996).

Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi

mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi

(44)

10

peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air dan penyedot

debu.

Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik

asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC

berbasis metrik (milimeter), sedangkan motor listrik NEMA berbasis imperial

(inch), dalam aplikasi ada satuan daya dalam horsepower (HP) maupun kiloWatt

(kW).

Prinsip kerja motor listrik

Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi

mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor

listrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan seperti mesin untuk

menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi pertanian, untuk kipas angin

serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996).

Tenaga listrik merupakan ubahan dari tenaga lain. Tenaga listrik melalui

motor listrik dapat menghasilkan tenaga listrik dapat menghasilkan tenaga

mekanik lainnya. Keuntungan penggunaan tenaga listrik antara lain:

1. Motor listrik konstruksinya sederhana dan kompak

2. Pengembalian tenaga listrik mudah terutama setelah listrik masuk desa

3. Membutuhkan pemeliharaan dan perawatan yang sederhana

4. Cara mengoperasikannya sangat mudah, yaitu hanya memutar kontak

5. Tidak menimbulkan suara

6. Menghasilkan tenaga yang halus dan seragam

7. Dapat menyesuaikan dengan beban

(45)

Di lain pihak, motor listrik juga memiliki kekurangan sebagai berikut:

1. Motor listrik membutuhkan sumber daya, kabelnya harus dapat dihubungkan

langsung dengan stopkontak, dengan demikian tempat penggunaannya sangat

terbatas panjang kabel

2. Kalau dipergunakan baterai sebagai sumber daya, maka beratnya akan

menjadi besar

3. Secara umum biaya listrik lebih tinggi dari harga bahan bakar minyak

4. Untuk menghasilkan daya yang sama dihasilkan oleh sebuah motor

pembakaran, maka motor listrik akan lebih berat

(Soenarta dan Furuhama, 2002).

Poros

Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir

semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam

transmisi seperti itu di pegang oleh poros.

Menurut Sularso dan Suga (2002), hal-hal yang perlu diperhatikan didalam

merencanakan sebuah poros adalah:

1. Kekuatan poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur

atau gabungan antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat

beban tarik atau tekan. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi

tegangan bila diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros

mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah poros harus

(46)

12

2. Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi

jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan

ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu,

disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan

disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran

tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut

putaran kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan

bagian-bagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya

lebih rendah dari putaran kritisnya.

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin

yang berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan

fluida yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan

perlindungan terhadap korosi.

5. Bahan poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang

ditarik dingin dan difinis.

Puli

Pulley sabuk dibuat dari besi cor atau dari baja. Pulley kayu tidak banyak

(47)

Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (di atas

35 m/det) (Stolk dan Kros, 1981).

Pemasangan puli antara lain dapat dilakukan dengan cara:

- Horizontal, pemasangan puli dapat dilakukan dengan cara mendatar di mana

pasangan puli terletak pada sumbu mendatar

- Vertikal, pemasangan puli dilakukan secara tegak dimana letak pasangan puli

adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada

bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk

(Mabie and Ocvirk, 1967).

Sabuk V

Sabuk bentuk trapesium atau V dinamakan demikian karena sisi sabuk

dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V.

Kontak gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur

menyebabkan berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan

tegangan yang lebih kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V

mengalami pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian

sebelah luar akan mengalami tegangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami

tekanan. Susunan khas sabuk V terdiri atas:

1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi

2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan

daya rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut

(Smith dan Wilkes, 1990).

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk

(48)

14

bekerja atas dasar gesekan belitan mempunyai beberapa keuntungan karena murah

harganya, sederhana konstruksinya dan mudah untuk mendapatkan perbandingan

putaran yang diinginkan. Transmisi tersebut telah digunakan dalam semua bidang

industri, misalnya mesin-mesin pabrik, otomobil, mesin pertanian, alat

kedokteran, mesin kantor dan alat-alat listrik. Kekurangan yang ada pada sabuk

ini adalah terjadinya slip antara sabuk dan pulley sehingga tidak dapat dipakai

untuk putaran tetap atau perbandingan transmisi yang tetap (Daryanto, 1984).

Sabuk banyak digunakan dalam mesin-mesin pertanian. Hal ini

dikarenakan sabuk memiliki beberapa kelebihan. Sularso dan Suga (2004) juga

menyatakan bahwa bila dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai,

sabuk V bekerja lebih halus dan tidak bersuara. Untuk mempertinggi daya

transmisi, dapat dipakai beberapa sabuk V yang dipasang sebelah. Namun, sabuk

V juga memilik kelemahan yaitu:

- Tidak dapat digunakan pada jarak yang panjang

- Tidak cocok untuk beban yang berat pada kecepatan rendah

- Hanya dapat menghubungkan poros – poros yang sejajar dengan arah

putar yang sama.

Menurut Smith dan Wilkes (1990), apabila pemindahan daya

menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat

sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:

L = 2C + 1,57(D + d) +

... (1)

dimana:

(49)

D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)

d = Diameter luar efektif roda transmisi yang kecil (mm)

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga

putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan

tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen

mesin lainnya bekerja dengan baik.

Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:

1. Gerakan bantalan terhadap poros

- Bantalan luncur

Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan

karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan

perantaraan lapisan pelumas

- Bantalan gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang

berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola

(peluru), rol atau rol jarum dan rol bulat.

2. Beban terhadap poros

- Bantalan radial: arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak

lurus sumbu poros

- Bantalan aksial: arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros

- Bantalan gelinding khusus: bantalan ini dapat menumpu beban yang

arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

(50)

16

Logam yang Digunakan

Baja tahan karat

Logam yang digunakan merupakan logam baja tahan karat (stainless

steel). Baja tahan karat yang mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda.

Akan tetapi, seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium

yang membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi ke dalam

tiga kelompok dasar, yakni:

1. Baja tahan karat ferit

Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04% C)

dan sebagian besar dilarutkan dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya

yaitu kromium sekitar 13% - 20% dan tambahan kromium tergantung pada

tingkat ketahanan karat yang diperlukan

2. Baja tahan karat austenit

Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang

amat tinggi, nikel akan membuat temperatur transformasinya rendah,

sedangkan kromium akan membuat kecepatan pendinginan kritisnya

rendah

3. Baja tahan karat martensit

Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur

karbon. Baja yang mengandung 0,1% C, 13% Cr, dan 0,5% Mn ini dapat

didinginkan untuk memperbaiki kekuatannya, tetapi tidak menambah

kekerasan

(51)

Pada kenyataannya, semua stainless steel mengandung paling sedikit 10%

krom. Keberadaan lapisan korosi yang tipis ini mencegah proses korosi

berikutnya dengan berlaku sebagai pelindung yang menghalangi oksigen dan air

bersentuhan dengan permukaan logam. Hanya beberapa lapisan atom saja cukup

untuk mengurangi kecepatan proses karat selambat mungkin karena lapisan korosi

tersebut terbentuk dengan sangat rapat. Besi biasa, berbeda dengan stainless steel,

permukaannya tidak dilindungi apapun sehingga mudah bereaksi dengan oksigen

dan membentuk lapisan Fe2O3 atau hidroksida yang terus menerus bertambah

seiring dengan berjalannya waktu. Lapisan korosi ini makin lama makin menebal

dan kita kenal sebagai karat (Widiantara, 2010).

Besi

Besi (Fe) merupakan salah satu logam yang mempunyai peranan yang

sangat besar dalam kehidupan manusia, terlebih-lebih di zaman modern seperti

sekarang. Kelimpahannya juga sangat besar, 50.000 ppm atau 5% dan merupakan

jenis logam terbanyak kedua di kulit bumi. Karena kelimpahannya yang sangat

besar itulah maka besi banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan

industri konstruksi. Besi berada dalam bentuk senyawanya, terutama sebagai bijih

besi, yang mengandung Fe2O3 (hematite), Fe2O3. H2O (limonit), Fe3O4

(magnetic), FeCO3 (siderite), dan FeS2 (pirit) (Fatimah, 2009).

Aluminium

Aluminium adalah logam yang sangat ringan (berat jenis aluminium 0,65

atau 1/3 berat jenis tembaga). Tahanan jenis 2,8 x 10-8 atau 1,25 x tahanan jenis

tembaga. Sifat tahan tarik maksimum dalam keadaan dingin 17 - 20 kg/mm2. Oleh

(52)

18

Untuk tegangan yang panjang dipakai kabel aluminium (beberapa kawat yang

dipilin) dengan kawat baja sebagai intinya (Sumanto, 1994).

Mekanisme Pembuatan Alat

Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan

dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan

sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas,

antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin

asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1984).

Motor listrik sering digunakan sebagai tenaga penggerak dibandingkan

dengan jenis tenaga-tenaga yang lain karena dapat disesuaikan, motor dapat

digunakan di hampir setiap lokasi termasuk di dalam air (Cooper, 1992).

Pemasangan puli antara lain dapat dilakukan dengan cara vertikal,

pemasangan puli dilakukan secara tegak di mana letak pasangan puli adalah pada

sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran pada bagian mekanisme

serta penurunan umur sabuk (Mabie and Ocvirk, 1967).

Sabuk V dibelitkan di sekeliling alur puli yang berbentuk V. Selain

koefisien gesek dan kekuatannya, harganya yang relatif murah membuat sabuk V

lebih sering dipakai (Sularso dan Suga, 2002).

Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani

bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk

pembuatannya. Dalam pembuatannya terdapat kecenderungan konstruksi

peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan. Keberhasilan atau

(53)

pembuatannya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani

dapat diklasifikasikan dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Menurut Daywin, dkk., 2008, kapasitas kerja suatu alat atau mesin

didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu

produk (contoh: ha, Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja

dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu

menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi:

Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis

sebagai berikut:

Kapasitas Alat =

... (2)

Analisis Ekonomi

Biaya pemakaian alat

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan

biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok = + BTT

]

C ... (3)

dimana:

BT = total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x = total jam kerja pertahun (jam/tahun)

(54)

20

Biaya tetap

Biaya tetap terdiri dari:

1. Biaya penyusutan (metode garis lurus)

D = - ... (4)

dimana:

D = biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp)

S = nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = umur ekonomi (tahun)

2. Biaya bunga modal dan asuransi, perhitungannya digabungkan besarnya:

I =

... (5)

dimana:

i = total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun)

3. Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk

mesin-mesin dan peralatan pertanian, bahwa beberapa literatur

menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar 2%

pertahun dari nilai awalnya.

4. Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5 – 1%, rata-rata

diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun.

Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari:

1. Biaya perbaikan untuk motor litrik sebagi sumber tenaga penggerak. Biaya

(55)

Biaya reperasi = -

... (6)

2. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini

tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau

gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya

(Darun, 2002).

Break even point

Break even point (analisis titik impas) umumnya berhubungan dengan

proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang

dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing) dan selanjutnya dapat

berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap

sama dengan nol. Bila pendapatan dari produksi berada disebelah kiri titik impas

maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaiknya bila disebelah kanan

titik impas akan memperoleh keuntungan. Analisis titik impas juga digunakan

untuk:

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha

2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi

untuk peralatan produksi

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi

(kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi

(Waldyono, 2008).

Manfaat perhitungan titik impas (break even point) adalah untuk

(56)

22

yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang

diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa ada keuntungan.

Untuk mengetahui produksi titik (BEP) maka dapat digunakan rumus

sebagai berikut:

N =

- ... (7)

dimana:

N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg)

F = biaya tetap pertahun (rupiah)

R = penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (Rupiah)

V = biaya tidak tetap per unit produksi

(Darun, 2002).

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang

dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin

banyak bahan yang digunakan dan biaya yang digunakan akan semakin besar

juga. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak

sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Soeharno, 2007).

Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh aktifitas perusahaan.

Biaya ini secara total tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan

volume produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya

berubah-ubah sesuai dengan aktifitas perusahaan. Biaya ini secara total akan berberubah-ubah

sesuai dengan volume produksi (Halim, 2009).

Net present value

(57)

masalah kelayakan finansial dianalisis dengan menggunakan metode analisis

finansial dengan kriteria investasi. Net present value adalah kriteria yang

digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Secara

singkat dapat dirumuskan:

CIF –CO ≥ ... (9)

dimana:

CIF = cash inflow

COF = cash outflow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan

bertindak sebagai tingkat bungan modal dalam perhitungan:

Penerimaan (CIF) = pendapatan x (P/A, i, n) + nilai akhir x (P/F, i, n)

Pengeluaran (COF) = investasi + pembiayaan (P/A, i, n).

Kriteria NPV yaitu:

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak

menguntungkan

- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan

(Darun, 2002).

Internal rate of return

Dengan menggunakan metode IRR akan mendapatkan informasi yang

berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi

(58)

24

menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya

dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi (Giatman, 2006).

Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada

discount rate dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IRR = i1 –

- (i1– i2) ... (9)

dimana:

i1 = suku bunga bank paling atraktif

i2 = suku bunga coba-coba

NPV1 = NPV awal pada i1

NPV2 = NPV pada i2

(59)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan mekanisasi pertanian (agricultural mechanization) yang

merupakan bagian dari engineering pertanian di Indonesia, diwarnai oleh pasang

surutnya usaha pemerintah dalam menerapkannya dengan anggapan bahwa

kecukupan pangan di negara industri disebabkan oleh dukungan mekanisasi

pertanian. Mengingat semakin pentingnya peran alat dan mesin pertanian di masa

mendatang, maka peran alat dan mesin pertanian diarahkan untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi usaha tani serta meningkatkan nilai tambah produk

pertanian tanpa menggeser usaha kerja yang ada.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di

zaman modern ini, manusia sebagai mahluk yang memiliki potensi untuk berfikir

akan selalu mengembangkan sesuatu hal maka manusia berusaha untuk

menciptakan atau membuat suatu peralatan yang lebih efisien dan praktis yang

dapat membantu bahkan menggantikan tenaga manusia dengan alat bantu yaitu

mesin pertanian.

Salah satu komoditi dari pertanian yang membutuhkan sesuatu hal yang

dapat mempermudah pengerjaannya adalah kedelai. Kebutuhan kedelai di

Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk

dan perbaikan pendapatan per kapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai

tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat

mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan

produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan

(60)

2

juga tidak hanya sekedar langsung dijual dengan bentuk aslinya, masyarakat juga

lebih membutuhkan kedelai dalam beberapa bentuk baik bentuk bubuk atau cair.

Oleh karena itu, diperlukan alat dan mesin yang mendukung masyarakat untuk

dapat mengolah biji kedelai yang dapat menambah nilai jual biji kedelai tersebut.

Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting

dalam rangka ketahanan pangan penduduk di Indonesia. Protein kedelai juga

sangat mudah dicerna, sehingga dapat dikonsumsi oleh anak-anak, ibu hamil,

orang lanjut usia, serta vegetarian yang perlu suplemen protein. Kebutuhan

kedelai di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang cukup

besar dan diperkirakan akan meningkat tiap tahunnya yang mencapai 2 juta ton.

Biji kedelai yang siap konsumsi dan mempunyai nilai jual yang tinggi didapatkan

dengan proses pengupasan biji kedelai dengan baik dan tepat. Selain itu, kedelai

yang terkupas kulitnya akan lebih mudah dan praktis dalam penyimpanannya.

Teknik mengupas biji kedelai masih banyak dilakukan dengan

menggunakan cara klasik yaitu dengan merendam dan menginjak-injak dalam

suatu wadah hingga kulit ari biji kedelai terkupas. Hal ini sangat merugikan

karena dengan kedelai terbagi dua atau bahkan hancur karena tekanan yang

diberikan pada kedelai tidak tetap. Disisi lain hasil pengupasannya terbatas dan

sangat bergantung pada kemampuan manusia atau operator. Terlebih lagi, kedelai

yang diperlakukan sedemikian rupa tentunya tingkat kebersihannya sangatlah

(61)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, menguji serta

menganalisis nilai ekonomis alat pengupas kulit ari biji kedelai tipe silinder.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai alat pengupas kulit ari biji kedelai.

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan

terutama petani kedelai.

Pembatasan Masalah

(62)

ABSTRAK

SISKA WILLYANA : Rancang Bangun Alat Pengupas Kulit Ari Biji Kedelai, dibimbing oleh ACHWIL PUTRA MUNIR dan ADIAN RINDANG.

Pengupasan kulit ari biji kedelai bertujuan untuk mempermudah pengolahan biji kedelai pada tahap selanjutnya, seperti dalam pembuatan tahu, tempe dan sari kedelai. Teknik mengupas kulit ari biji kedelai masih banyak dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan merendam dan menginjak-injak dalam suatu wadah hingga kulit ari biji kedelai terkupas. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pengupas kulit ari biji kedelai. Parameter pada penelitian ini adalah kapasitas efektif alat, persentase kerusakan hasil kupasan, persentase biji kedelai tidak terkupas, persentase biji hilang dan analisis ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas efektif alat 55,5 kg/jam. Persentase kerusakan hasil kupasan sebesar 4,91%, persentase biji kedelai tidak terkupas sebesar 11,01% dan persentase biji kedelai hilang sebesar 2,1%. Analisis ekonomi Rp. 104,373/kg, BEP sebanyak 259,32 kg/tahun dan IRR sebesar 66,54%.

Kata kunci : pengupas, kulit ari, kedelai, tipe silinder

ABSTRACT

SISKA WILLYANA : Design of Soybean Epidermis Peeler, supervised by ACHWIL PUTRA MUNIR and ADIAN RINDANG.

Soybean peeling is aimed to simplify the processing of soybean in the next step, such as in tofu making, tempe making and soybean extract. The peeling techniques of soybean was used widely with simple way which is soaked in the water and stomp it in a basin until its skin peeled. This research was to design, make, test and analyze the economic value of the soybean peeler. The parameters of this research were effective capacity, broken peeled soybean percentage, unpeeled soybean percentage, losses soybean percentage and economic analysis. The results showed the effective capacity was 55,5 kg/hour. Percentage of broken peeled soybean was 4,91%, percentage unpeeled soybean was 11,01% and percentage of losses soybean was 2,1%. Economic Analysis was Rp. 104,373/kg, BEP was 259,32 kg/year and IRR was 66,54%.

(63)

2

RANCANG BANGUN ALAT PENGUPAS

KULIT ARI BIJI KEDELAI

SKRIPSI

OLEH :

SISKA WILLYANA

100308075/KETEKNIKAN PEERTANIAN

Draft sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan seminar hasil penelitian di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2014

(Achwil Putra Munir, STP,M.Si) Ketua

(64)

RIWAYAT HIDUP

Siska Willyana dilahirkan di Medan, pada tanggal 9 Juli 1992 dari ayah

Ramly Manurung dan ibu Revolina Hutabarat. Penulis merupakan anak pertama

dari dua bersaudara.

Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA St. Thomas 2 Medan dan tahun

2010 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Keteknikan

Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA)

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik

Pengolahan minyak makan di PT. SOCI Mas, KIM 1, Medan, Sumatera Utara,

Gambar

Tabel 1. Kapasitas efektif alat Ulangan Berat awal (kg)
Tabel 2. Persentase kerusakan hasil kupasan Ulangan Berat kedelai rusak (kg) Berat kedelai terkupas (kg)
Tabel 3. Persentase biji tidak terkupas Ulangan Berat awal (kg)
Gambar 1. Tanaman kedelai
+2

Referensi

Dokumen terkait

Silabi+Biomekanika Silabi+Biomekanika068 Silabi+Biomekanika+067 Silabi+Bulutangkis062 Silabi+Bulutangkis063 Silabi+Bulutangkis064 Silabi+Bulutangkis065. Bidang

[r]

Hasil Akhir Model Regresi dengan Variabel Prediktor Standar I si (Kasek) dan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Siswa) untuk Memprediksi Kompetensi

Bagi penyedia yang keberatan dengan penetapan ini, dipersilahkan untuk

Bagian ini berisi paparan kondisi ideal yang diharapkan dipertentangkan dengan kondisi nyata yang terjadi di kelas peneliti, dilanjutkan dengan solusi atau pilihan

Beragama buddha Beragama Konghucu Jumlah Guru Kelas Jumlah Guru Agama Islam Jumlah Guru Agama kristen Jumlah Guru Agama Katolik Jumlah Guru Agama Hindu Jumlah Guru Agama Buddha

Bagian ini berisi paparan kondisi ideal yang diharapkan dipertentangkan dengan kondisi nyata yang terjadi di kelas peneliti, dilanjutkan dengan solusi atau pilihan

Berbeda dengan pembelajar visual yang mengandalkan penglihatan, tipe pembelajar auditorial ini mengandalkan indra pendengaran untuk belajar, sehingga media pembelajaran yang