• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Lamanya Mengalami Menopause dengan Obesitas pada Wanita Pascamenopause di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Lamanya Mengalami Menopause dengan Obesitas pada Wanita Pascamenopause di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2013"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sharmilah Paniselvam

Tempat / Tanggal Lahir : Johor / 11 Disember 1990

Agama : Hindu

Alamat : Jln Mesjid, Taman Perumahan Kyoto,

Blok B8, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SJK (T) Khalidi, Muar, Johor

2. SMK Dato Sri Amar Diraja Muar, Johor

3. SM Sains Muzaffar Syah, Melaka

4.Asian Institute of Medicine, Science and Technology (AIMST)

4. Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Penyambutan Mahasiswa Baru 2010 FK USU

2. Peserta Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia 2010

3. National Service

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia Indonesia ( PKPMI )

(2)

Daftar Pertanyaan dan Pengukuran Antropometri

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Agama :

Suku Bangsa :

Alamat :

Pendidikan Terakhir : Jumlah Anak :

1. Pada usia berapa ibu mengalami menopause? (Pada tanggal berapa ibu tidak lagi mendapatkan haid >12 bulan?)

_________________________________________________________________

____________________________________________________________

2. Berapa usia ibu saat melahirkan anak terakhir?

_________________________________________________________________ _____________________________________________________________ 3. Apakah setelah menopause nafsu makan ibu meningkat?

_________________________________________________________________ ____________________________________________________________ 4. Berapa kali ibu makan tiap hari? Dan berapa kali ibu mengambil camilan sehari?

_________________________________________________________________ _____________________________________________________________ 5. Apakah ibu merasakan berat badan ibu meningkat setelah menopause?

(3)

6. Bagaimana kebiasaan olahraga dalam seminggu?

_________________________________________________________________ _____________________________________________________________ 7. Apakah ibu sedang menderita penyakit yang berhubungan dengan metabolisme

(Diabetes Mellitus, hipertiroidisme)? Riwayat pembedahan seperti histerektomi atau oopherectomy atau riwayat penyakit premature ovarian failure, polycystic ovarian syndrome, chronic renal failure, chronic liver disease, coronary

cardiovascular disease dan kelainan di hypothalamus.

______________________________________________________________ _____________________________________________________________

8. Apakah ibu sedang mengkonsumsi obat-obatan (steroid, obat kontrasepsi,

hormonal theraphy )? Jika ya, sudah berapa lama?

_________________________________________________________________ ____________________________________________________________ 9. Apakah ibu ada kebiasaan mengkonsumsi alcohol dan/atau merokok?

______________________________________________________________

Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan

Berat Badan : kg

Tinggi Badan : cm

IMT : Berat badan (kg) / Tinggi Badan (m2)

(4)

SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Agama :

Suku :

Alamat :

Pendidikan terakhir :

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti tentang “Hubungan Lamanya Mengalami Menopause dengan Tingkat Obesitas pada Wanita Pascamenopause”, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut. Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan,...2013 Yang menyatakan, k

(5)
(6)

Pekerjaan Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ibu rumah tangga 76 100.0 100.0 100.0

Usia Melahirkan Anak Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 23-24 1 1.3 1.3 1.3

25-26 13 17.1 17.1 18.4

27-28 17 22.4 22.4 40.8

29-30 37 48.7 48.7 89.5

31-32 6 7.9 7.9 97.4

33-34 1 1.3 1.3 98.7

35-36 1 1.3 1.3 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 64 84.2 84.2 84.2

SMP 12 15.8 15.8 100.0

(7)

Usia Melahirkan Anak Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 23-24 1 1.3 1.3 1.3

25-26 13 17.1 17.1 18.4

27-28 17 22.4 22.4 40.8

29-30 37 48.7 48.7 89.5

31-32 6 7.9 7.9 97.4

33-34 1 1.3 1.3 98.7

35-36 1 1.3 1.3 100.0

Total 76 100.0 100.0

Usia Mengalami Menopause

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 48 3 3.9 3.9 3.9

49 5 6.6 6.6 10.5

50 47 61.8 61.8 72.4

51 18 23.7 23.7 96.1

52 3 3.9 3.9 100.0

(8)

Stadium Pascamenopause

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid stadium awal <5 tahun 38 50.0 50.0 50.0

stadium lanjut >5 tahun 38 50.0 50.0 100.0

Total 76 100.0 100.0

T-Test

Group Statistics

Stadium Pascamenopause N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Indeks Massa Tubuh stadium awal <5 tahun 38 25.726 1.4395 .2335

(9)

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Indeks Massa

Tubuh

Equal variances

assumed

5.146 .026 -16.561 74 .0001 -4.5632 .2755 -5.1122 -4.0141

Equal variances

not assumed

(10)

Daftar Pustaka

Baziad Ali, 2003. Menopause dan Andropause. Edisi Ke-3. Penerbit: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, Jakarta.

Baziad Ali, 2009. Waspadai Menopause Dini. Available from:

BKKBN, Badan kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2006. Menopause Datang, Rasa Senang Tertendang. Available from: http: [Accessed: 10 May 2013].

Burger, H.G., Dudley, E.M., Jisheng Cui, Dennerstein, L., and Hopper, J.L., 2000. A Prospective Longitudinal Study of Serum Testosterone, Dehydroepiandrosterone Sulfate, and Sex Hormone-Binding Globulin Levels through the Menopause Transition Media. Available from: May 2013].

Burger, H.G., Dudley, E.M., Dennerstein, L., and Robertson, D.M., 2002. Hormonal Changes in the Menopause Transition. Available from: 2013].

Carmellia, 2013. Menopause. Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Available from May 2013].

Choi, K.M., et al., 2005. Association among Serum Ferritin, Alanin Aminotranferase Levels, and Metabolic Syndrome in Korean Postmenopausal Women. Available from:

[Accessed: 23 May 2013].

(11)

Depkes, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009.

Dini Kasdu, 2008. Solusi Problem Wanita Dewasa. Edisi Ke-2. Penerbit Puspa Swara, Jakarta.

Duren, L.D., et al., 2008. Body Composition Methods: Comparisons and Interpretation. Available from:

2013].

Elya Suganti, Hardinsyah dan Nurul Afriansyah, 2007. Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Orang Dewasa Di DKI Jakarta. Available from: May 2013].

Guyton, C., and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. Edisi ke-12. Penerbit: The MacGraw-Hill, United States of America.

Harvey R.A., and Ferrier D.R., 2010. Biochemistry Lippincott’s Illustrated Reviews Series. Edisi Ke-5. Penerbit: Lippincott Williams & Wilkins, United States of America.

International Diabetes Federation, 2005. The IDF consensus worldwide definition of the metabolic syndrome (Table 2: Ethnic specific values for waist circumference). Available from:

[Accessed: 15

May 2013].

International Obesity Task Force, 2005. EU Platform on Diet, Physical Activity

and Health. European Association for the Study of Obesity. Available fro

International Task Force, 2005. WaistCircumference and Waist–Hip Ratio.

Report of a WHO Expert Consultation Geneva, 8–11 December 2008. Available from:

(12)

International Menopause Society, 2012. Menopause Terminology. Available from: 2013].

Kryger, 2011. Women and Testosterone. Available from:

Leonard, C.A., 2012.Causes Of Weight Gain. Penerbit: Clinton Gilkie. Available from:

Lovejoy J.C., 1998. The Influence of Sex Hormones on Obesity across the Female Life Span. Available from:

Mankowska, A., Nowak, L., and Sypniewska G., 2008. Adiponectin and

Metabolic Syndrome in Women at Menopause. Available from:

Mayo, M.A. and Mayo, J., 2000. The Menopause Manager. Penerbit: Baker Book House Company.

Mikkelsen, T.F., Iversen, S.G., Sunby, J., and Bjertness, E., 2007. Early

Menopause, Association with Tobacco Smoking, Coffee Consumption and Other lifestyle factors: A Cross-Sectional Study. Available from:

[Accessed: 23 May 2013].

Murray, R.K., Granner, D.K., and Rodwell, V.W., 2006. Harper’s Illustrated

Biochemistry. Edisi Ke-27. Penerbit: Lange Medical Books, Mc-Graw-Hill, New York.

Norsigian, J., 2006. Our Bodies, Ourselves: Menopause. Boston

(13)

Ojeda, L., and Bland, J.S., 2000. Menopause Without Medicine. Edisi Ke-4. Penerbit: Hunter House, California.

Pao, L.T., Ta, C.S., Fung, C.S., Kuo, L.C., Su, C.H., Song, N.C., and Yuan, T.L., 2000. Effects of Menopause and Obesity on Lipid Profiles in Middle-Aged Taiwanese Women: the Chin-Shan Community Cardiovascular Cohort Study.

Available from:

May 2013].

Pedersen, S.B., Kristensen, K., Hermann, P.A., Katzenellenbogen, J.A., and

Richelsen, B., 2004. Estrogen Controls Lipolysis by Up-regulating Alpha 2A-adrenergic Receptors directly in Human Adipose Tissue through the Estrogen Receptor Alpha. Implications for the Female Fat Distribution. Available from: 2013].

Porter, R., 2009.The Merck Manual Home Health Handbook. Edisi Ke-3. Penerbit: Merck Sharp & Dohme Corp, United States of America.

Prawirohardjo, S., 2011. Ilmu Kandungan. Edisi Ke-3. Penerbit: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Reitz, R., 2001. Menopause: Suatu Pendekatan Positif. Penerbit: Bumi Aksar, Jakarta.

Ritland, L.M., et al., 2008. Centrally Located Body Fat is related to Appetitive Hormones in Healthy Postmenopausal Women. Available from:

Rogerio, A.L., 2002. Treatment of the Postmenopausal Woman. Edisi Ke-2. Penerbit: Elsevier Academis Press, San Diego.

Roizen, M.F., and Oz, M.C., 2007. You Staying Young. Penerbit: Free Press A Division of Simon and Schuster.Inc, New York.

(14)

Segen, J.C., 2006. Concise Dictionary of Modern Medicine. Edisi Ke-2. Penerbit: The McGraw-Hill,United States of America.

Selye, H., and Bassett, L., 1940. Experimental Biology and Medicine: Diuretic Effect of Progesterone. Available from:

2013].

Sharma, S.,2008. Postmenopausal Obesity. Available from:

January 2014]

Sherwood, L., 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. Edisi Ke-7. Penerbit: The McGraw-Hill,United States of America.

Sieminska, L., et al., 2006. Sex Hormones and Adipocytokines in Postmenopausal Women. Available from

Spencer, R.F., and Brown, P., 2006. Menopause. Penerbit: CSF Medical Communications Ltd, UK.

Speroff, L., and Fritz, M.A., 2005. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Edisi Ke-7. Penerbit: Lippincott Williams and Wilkins, United States of America.

Taufik, 2001. Hubungan Antara Kadar Estradiol dengan Profil Lipid pada wanita Menopause. Available from:

Tessy, T., 2013. Menopause. Available from:

(15)

Usia>45 Tahun. Available from:

Zhang, S., et al., 2013. The Relationship between Endogenous Androgens and Body Fat Distribution in Early and Late Postmenopausal Women. Available from:

(16)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Stadium Awal Pascamenopause < 5

Tahun Variabel

Independen

Tingkat

Obesitas

Stadium Awal Pascamenopause >5

Tahun Variabel

(17)
(18)

1. Lama menopause

Lamanya mengalami menopause dihitung mulai dari menstruasi terakhir yang dilapor responden saat wawancara sampai saat pengambilan data untuk penelitian ini.

2. Tingkat Obesitas

Dengan menggunakan rumus IMT: BB/TB2 (kg/m2) dan hasil dari pengukuran antropometri yang meliputi berat badan dan tinggi badan responden dapat menentukan tingkat obesitas responden.

3.4 Hipotesis

Hipotesa penelitian ini adalah sebagai berikut :

(19)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross-Sectional Design yang mengambarkan hubungan antara lamanya mengalami menopause dan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause di RSUP H. Adam Malik, Medan. Dalam penelitian ini, lamanya menopause merupakan variable independen dan tingkat obesitas merupakan variable dependen.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan data akan dilakukan selama 3 bulan mulai 1 Sepetember hingga 30 November 2013. Penelitian ini dilakukan di Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan dengan alasan rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit rujukan di seluruh Kota Medan dengan jumlah populasi wanita pascamenopause memadai dan cukup lengkap.

4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian meliputi semua wanita pascamenopause di RSUP Haji Adam Malik dari periode 1 September 2013 sampai 30 November 2013.

a. Populasi Target

Wanita pascamenopause (amenorrea >12 bulan) merupakan populasi target dalam penelitian ini.

(20)

Populasi aktual penelitian ini adalah wanita yang mengalami menopause minimal selama 12 bulan di RSUP Haji Adam Malik yang memenuhi kriteria Inclusion dan kriteria Exclusion penelitian ini.

4.3.2 Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah wanita pascamenopause yang datang ke Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP.Hj. Adam Malik, Medan berdasarkan populasi aktual yang memenuhi memenuhi kriteria Inclusion dan kriteria

(21)

n = 76.2 ≈ 76 responden

4.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Total Sampling. Total sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden/sampel.

Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua yaitu inclusion dan exclusion :

1. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Segen, 2006).

Kriteria inclusion dalam penelitian ini adalah: a. Umur responden >40tahun

b. Wanita pascamenopause, amenorrea >12 bulan

c. Wanita yang mengalami menopause secara alamiah yang datang ke RSUP. H. Adam Malik, Medan.

2. Kriteria Exclusion adalah karakteristik medis dan / atau sosial yang menyebabkan seseorang tidak mungkin memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam sebuah studi klinis, seperti diuraikan dalam protokol penelitian (Segen, 2006). Kriteria exclusion dalam penelitian ini adalah:

a. Tidak bersetuju untuk menjadi responden.

b. Wanita yang mempunyai riwayat pembedahan seperti histerektomi atau oopherectomy atau riwayat penyakit premature ovarian failure,

polycystic ovarian syndrome, thyroid disease, chronic renal failure,

chronic liver disease, diabetes mellitus, hypertension, coronary

cardiovascular disease dan kelainan di hypothalamus.

(22)

seperti obat kontrasepsi, adrenocortical hormones, dan hormonal theraphy medications.

d. Wanita yang mempunyai kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol. e. Wanita yang memiliki profesi sebagai atlet atau olahragawan.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

4.4.1 Pengumpulan Data

Data bagi penelitian ini, diperoleh dengan wawancara responden dan pengukuran antropometri. Informasi pasien terdiri dari usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan, dan jumlah anak, usia mengalami menopause serta lamanya mengalami menopause dikumpul. Kemudian berat badan dan tinggi badan responden diperoleh dengan pengukuran antropometri digunakan untuk menghitung rumus IMT.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

(23)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP. H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK

Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km 12, Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization Supply Depart(CSSD), bioelektrik medik, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien,teknik sipil pemulasaraan jenazah).

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

(24)

pascamenopause yang bersedia menjadi responden adalah sebanyak 83 orang. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi bagi penelitian ini adalah sebanyak 76 orang. Pada penelitian ini, diperoleh juga karakteristik responden berupa distribusi frekuensi menurut umur, pendidikan terakhir, jumlah anak, usia terakhir melahirkan anak terakhir, usia mulai menopause, dan lamanya mengalami menopause (tahun). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

5.2.1. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik responden.

5.2.1.1Umur

Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No. Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

1 49-51 10 13.2

2 52-54 20 26.3

3 55-57 19 25.0

4 58-60 12 15.8

5 61-63 6 7.9

6 64-66 4 5.3

7 67-69 5 6.6

Total 76 100.0

Dari Tabel 5.2.1.1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak pada kelompok usia 52-54 yaitu sejumlah 20 orang (26,3%) sedangkan yang paling sedikit adalah pada kelompok usia 64-66 berjumlah 4 orang (5,3%).

5.2.1.2 Pendidikan Terakhir

(25)

Tabel 5.2.1.2 menunjukkan pendidikan terakhir responden penelitian, dimana didapati responden terbanyak dengan pendidikan terakhirnya adalah SD sebanyak 64 orang (84,2%) sedangkan 12 orang (15,8%) dari keseluruhan responden dengan pendidikan terakhirnya adalah SMP.

5.2.1.3 Pekerjaan

Tabel 5.2.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan data yang diperoleh, semua responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga.

5.2.1.4 Usia Melahirkan anak terakhir

Tabel 5.2.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Melahirkan Anak Terakhir

No. Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

1 23-24 1 1.3

2 25-26 13 17.1

3 27-28 17 22.4

No Pendidikan Terakhir Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SD 64 84.2

2 SMP 12 15.8

Total 76 100.0

No Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Ibu Rumah Tangga 76 100.0

2 Wanita Karin 0 0.0

(26)

4 29-30 37 48.7

5 31-32 6 7.9

6 33-34 1 1.3

7 35-36 1 1.3

Total 76 100,0

Dari Tabel 5.2.1.5 dapat diketahui bahwa responden terbanyak melahirkan anak terakhir pada usia 29-30 yaitu sejumlah 37 orang (48.7%).

5.2.1.5 Usia Menopause

Tabel 5.2.1.6 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Menopause

No. Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

1 48 3 3.9

2 49 5 6.6

3 50 47 61.8

4 51 18 23.7

5 52 3 3.9

Total 76 100.0

Tabel 5.2.1.6 menunjukkkan bahwa usia mengalami menopause sebagian besar responden adalah sekitar usia 50 tahun, yaitu sebanyak 47 orang (61.8%).

5.2.1.6 Lamanya Mengalami Menopause

Tabel 5.2.1.6 Distribusi Responden Menurut Stadium Pascamenopause

No. Stadium

Pascamenopause

(27)

Berdasarkan data diperoleh, responden dibagi dalam dua kelompok dimana wanita pascamenopause pada stadium awal (<5 tahun) adalah sebanyak 38 orang (50%) dan pada stadium lanjut (>5 tahun) adalah sebanyak 38 orang (50%).

5.3 Hubungan antara Lamanya mengalami Menopause dengan Tingkat

Obesitas pada Wanita Pascamenopause

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara lama menopause dengan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause. Hipotesis yang telah dirumuskan diuji dengan uji parametrik. Syarat uji parametrik adalah data mempunyai sebaran normal dan berskala numerik. Setelah melakukan uji normalitas dengan program SPSS versi 17.0 diketahui bahwa data dalam penelitian ini mempunyai sebaran normal dan berskala numerik. Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji t-independen. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.3 Perbandingan Indeks Massa Tubuh Wanita Pascamenopause Stadium Awal dan Stadium Lanjut

No Variabel n Mean ± SD p.value

1 Stadium awal 38 25.725 ± 1.4395

0.0001 2 Stadium Lanjut 38 30.289 ± 0.9016

(28)

rerata indeks massa tubuh responden kelompok pascamenopause stadium lanjut adalah 30,289 kg/m2 maka, ada perbedaan rerata indeks massa tubuh yang bermakna antara dua kelompok pascamenopause. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan uji t-independen diperoleh nilai p (p value) adalah 0,0001 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama mengalami menopause dan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause.

5.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden terbanyak pada kelompok usia 52-54 yaitu sejumlah 21 orang (27,6%). Hal ini karena responden yang datang ke RSUP H. Adam Malik saat penelitian dilaksanakan dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagian besar wanita yang usianya >50 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak dengan pendidikan terakhirnya adalah SD sebanyak 64 orang (84,2%). Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang seperti pola makanan dan kebiasaan olahraga maka, pada penelitian ini hanya diambil responden yang memiliki pendidikan terakhir SD dan SMP agar diperoleh keseragaman pada sikap dan perilaku responden.

Berdasarkan data yang diperoleh, semua responden (100%) dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang berarti memiliki karakteristik aktivitas fisik yang sama.

(29)

Kebanyakan responden dalam penelitian ini mengalami menopause pada usia 50 tahun, yaitu sebanyak 47 orang (61.8%). Hal ini dikarenakan menopause terjadi pada umur rata-rata 50-51 tahun dan umumnya batas usia terjadinya menopause adalah usia 52 tahun (Prawirohardjo, S., 2011 dan Carmellia, 2013).

Berdasarkan data diperoleh, responden dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu wanita pascamenopause pada stadium awal dan dan stadium lanjut.Terdapat 38 orang responden dalam setiap kelompok dan rerata indeks massa tubuh responden kelompok pascamenopause stadium awal adalah 25,725 kg/m2 sedangkan rerata indeks massa tubuh responden kelompok pascamenopause stadium lanjut adalah 30,289 kg/m2.

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji t-independen diperoleh nilai

p (p value) sebesar 0,0001 yang berarti p < 0,05, sehingga hubungan antara lamanya mengalami menopause dengan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause adalah signifikan. Sehingga dapat dikatakan tingkat obesitas lebih tinggi pada wanita pascamenopause di stadium lanjut dibanding stadium awal berdasarkan rerata indeks massa tubuh wanita pascamenopause dua kelompok. Dapat dilihat dari nilai p bahwa lamanya seseorang mengalami menopause mempengaruhi berat badan atau distribusi lemak tubuh (tingkat obesitas).

Berdasarakan uraian di atas dapat dikatakan makin lama mengalami

menopause makin tinggi tingkat obesitas wanita pasacamenopause. Menurut Zhang

(2013), penuaan organ reproduksi dan perubahan keseimbangan hormonal setelah menopause merupakan faktor utama bagi peningkatan berat badan pada wanita

pascamenopause karena hormon-hormon reproduksi wanita berfungsi mengatur

(30)

Menurut Dallman (2004), kenaikan berat badan sepanjang periode ini berkaitan dengan distribusi lemak pada bagian abdomen yang menyebabkan obesity sentral. Penelitian menunjukkan wanita mengalami kenaikan berat badan kira-kira 2-3 kg selama periode pascamenopause karena perubahan hormone mengakibatkan distribusi lemak tubuh lebih tinggi di bagian abdominal dibanding subkutan (Lovejoy, 1998).

(31)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara lamanya mengalami menopause dengan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji analisis dilakukan dengan uji t-independen diperoleh nilai p (p value) adalah 0,0001 (p <0,05), maka dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara mengalami menopause dengan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause.

2. Rerata indeks massa tubuh antara dua kelompok pascamenopause menunjukkan perbedaan yang signifikan, secara statistik terbukti bahwa tingkat obesitas pada wanita pascamenopause stadium lanjut lebih tinggi dibanding wanita pascamenopause stadium awal.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan lamanya mengalami menopause dengan tingkat obesitas maka saran yang dapat diberikan adalah:

1. Bagi masyarakat, terutama wanita pada usia menopause diharapkan

(32)

2. Bagi tenaga kesehatan Obstetri dan Ginekologi diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang menopause dan peningkatan berat badan dengan melakukan penyuluhan mengenai gizi kepada wanita pascamenopause.

3. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa dapat menganalisis faktor-faktor lain seperti genetik, ketidakseimbangan hormon endogen, gaya hidup yang mempengaruhi tingkat obesitas dan menambah jumlah variable penelitian.

(33)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menopause

2.1.1 Definisi Menopause

Definisi menopause menurut WHO berarti berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan, yang disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai tidak tersedia lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan bukan disebabkan oleh keadaan patologis (International Menopause Society, 1999).

Kata menopause berasal dari bahasa Yunani “meno” berarti “bulan” dan “pause” “penghentian sementara”. Dalam pandangan medis, menopause didefinisikan sebagai masa penghentian haid untuk selamanya dan Reitz (2001) mengatakan bahwa istilah yang lebih tepat adalah menocease yang berarti “masa berhentinya menstruasi”.

Burger H.G. (2002) mendefinisikan menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen yang diakibatkan hilangnya aktivitas folikel ovarium yang diperantai oleh transisi menopause, suatu penanda awal wanita mengalami proses peralihan dari masa reproduksi ke masa tua (senium). Ovarium sebagai organ reproduksi primer wanita berfungsi menghasilkan ovum (oogenesis) dan mensekresi hormone seks wanita (Sherwood, 2010). Menopause adalah masa setelah satu tahun berhentinya menstruasi/haid (amenorrea) yang disebabkan oleh menurunnya produksi hormon estrogen dan progesteron di ovarium untuk bisa mempertahankan siklus mentruasi (Tessy, 2012).

(34)

berhentinya haid karena ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan progesterone dan berakhirnya masa reproduksi seorang wanita.

2.1.2 Tahapan Menopause

Menurut Soules (2001) dalam Schorge (2008), tahapan penuaan reproduktif wanita terdiri dari tiga tahap utama yaitu mulai dari tahap reproduktif, transisi menopause, dan akhirnya tahap pascamenopause. Pada tahap transisi menopause, terdapat fase pramenopause dan fase perimenopause/klimakterium sebelum mencapai fase menopause (periode menstruasi terakhir = FMP). Transisi menopause adalah suatu masa di mana seorang wanita lewat dari usia reproduktif ke peralihan menopause secara bertahap. Gambar 2.1 menunjukkan bahwa stage -5 hingga stage -3 adalah usia reproduktif wanita dan mulai dari stage -2 wanita sudah memasuki usia menopause.

(35)

Menurut Baziad Ali (2003), menopause sendiri terdiri dari empat fase, yaitu tahap pramenopause, perimenopause/klimakterium, menopause (FMP) dan tahap pascamenopause. Dari Gambar 2.1, sebelum menghadapi masa menopause secara alamiah, seseorang akan dihadapkan pada masa pramenopause yang terjadi beberapa tahun sebelum menopause sebenarnya. Pada tahap ini keluhan perimenopause mulai berkembang. Fase pramenopause merupakan permulaan dari transisi klimaterik/perimenopause yang dimulai 2-5 tahun sebelum menopause yaitu stage -2

di mana terjadi irregularitas siklus menstruasi, perdarahan memanjang (>7 hari) disertai dismenorea (Schorge, 2008)

Fase perimenopause merupakan suatu masa peralihan yang normal yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause. Stage -1 adalah suatu masa menjelang menopause (FMP) dengan gejala seperti lewat >2 siklus menstruasi dengan interval amenorrea >60hari. Selanjutnya diikuti tahap menopause (FMP = Final Menstruation Period). Menopause dikatakan terjadi apabila selama 12 bulan haid tidak datang lagi, maka ditetapkan menopause sebenarnya. Selanjutnya pada tahap pascamenopause stage +1a berarti 1 tahun setelah periode menstruasi terakhir (FMP) dan +1b berarti 2-5 tahun setelah periode menstruasi terakhir (FMP). Stage +1 (a & b) merupakan fase awal dari pascamenopause and stage +2 adalah fase lanjut dari pascamenopause. Maka fase awal pascamenopause <5 tahun dan fase lanjutnya >5 tahun (Schorge, 2008).

(36)

2.1.3 Fisiologi Menopause

Pada saat gestasi berusia 5 minggu, sel primordial bermigrasi ke alat genital janin. Pembelahan sel secara mitotic membentuk oogonium yang kemudian menjadi

oocyte. Ternyata pada saat janin berusia 20 minggu, sekitar 7 juta oogonium sudah terbentuk. Namun, jumlah tersebut berkurang secara berangsur sehingga tersisa 2 juta saat lahir dan hanya tinggal 300.000 saat pubertas. Secara fisiologis, jumlah tersebut berangsur –angsur menurun hingga menopause. Penyebab menopause adalah ovarium berhenti menghasilkan ovum (Guyton and Hall, 2006).

Kira-kira 400 folikel primordial tumbuh menjadi folikel yang matang dan berovulasi sepanjang kehidupan reproduksi wanita. Pada usia sekitar 40 tahun, hanya tinggal jumlah kecil folikel primordial yang distimulasi oleh hormone FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone). Jumlah folikel primordial yang kecil mengakibatkan produksi estrogen oleh ovarium menurun sehingga titik kritis dan estrogen tidak dapat lagi menghambat produksi FSH dan LH. Akibatnya hormone gonadotropin terutama FSH ini diproduksi dalam jumlah yang besar dan secara berkelanjutan setelah menopause (Guyton and Hall, 2006).

2.1.4 Tingkat Hormonal Dalam Sirkulasi pada Menopause

Tabel 2.1 Perubahan Tingkat Hormonal dalam Sirkulasi pada Menopause

Hormone Pramenopause Pascamenopause

Estradiol 40-400 pg/mL 10-20 pg/mL

Estrone 30-200 pg/mL 30-70 pg/mL

(37)

Sumber: Buku Clinical Gynecology, Endocrinology and Infertility, Edisi 7, Lippincott Williams and Wilkins, Bab 17: Menopause dan Perimenopausal Transition, Halaman 635

2.1.5 Patofisiologi Menopause

a. Kemoterapi pada wanita

Kemoterapi karena menderita kanker seringkali berakibat pada kondisi menopause dini sementara ataupun permanen. Wanita yang harus menjalani kemoterapi untuk kanker menemukan menopause dini karena terapi ini bekerja pada sel-sel yang sedang membelah demikian targetnya adalah ovum-ovum dalam ovarium. Radiasi pada daerah pelvis juga menghancurkan folikel dan dapat menyebabkan vaginal scarring (Mayo, 1996).

b. Menopause karena merokok.

(38)

c. Menopause karena operasi.

Menopause akan terjadi baik pada mereka yan menjalani histerektomi tanpa pengangkatan ovarium maupun histerektomi dengan pengangkatan ovarium. Hal ini menjadi masalah jika histerektomi terjadi pada wanita yang masih dalam masa produktif akibat kurangnya hormon estrogen sehingga mengalami perubahan pada organ reproduksi yang seringkali menimbulkan gangguan siklus menstruasi dan menopause dini (Dini Kasdu, 2008).

Ini terjadi akibat proses pembedahan, diantaranya operasi uterus (histerektomi) dan pengangkatan kedua indung telur (oophorectomy bilateral). Proses pembedahan di mana pengangkatan kedua indung telur akan memicu menopause pada 30% wanita dalam masa dua tahun (Mayo, 2000). Dampak potensial dari operasi pada sistem reproduksi terbukti, ketika sesekali setelah ligasi tuba untuk birth control, waktu penyesuaian hormonl diperlukan karena terjadinya perubahan aliran darah ke ovarium pasca operasi (Mayo, 1996).

d. Menopause karena kondisi medis.

Obat – obatan anti kanker dinilai mempengaruhi produksi hormon yang diproduksi oleh indung telur. Tidak hanya itu, perilaku dan kebiasaan mengkonsumsi obat – obatan anti hipertensi, reumatik dan jantung akan mempercepat datangnya masa menopause. Obat – obatan ini diduga akan memberikan efek penekanan produksi hormon – hormon reproduksi (Schorge, 2008).

2.1.6 Faktor Resiko Menopause

a. Menarche (umur haid pertama)

(39)

bahwa menarche makin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksinya menjadi lebih panjang (Prawirohardjo, S. 2011).

b. Usia

Usia rata-rata wanita mengalami menopause (FMP) adalah 51.5 (Schorge, 2008). Rata-rata percepatan penghabisan folikel dan penurunan fertilitas dimulai pada umur 37-38 tahun. Pramenopause di mana perempuan lewat dari masa reproduksi terjadi pada umur rata-rata 40-50 tahun dan menopause terjadi pada umur rata-rata 50-51 tahun (Prawirohardjo, S. 2011). Wanita dengan premature ovarian failure akan mengalami menopause <40 tahun. Ada juga yang mengalami menopause terlambat. Umumnya batas usia terjadinya menopause adalah usia 52 tahun. Namun ada beberapa wanita yang masih memiliki siklus menstruasi atau dalam arti masih mengalami menstruasi di usia 52 tahun. Ada beberapa faktor yang mendorong mengapa di usia 52 tahun masih ada wanita yang mengalami menstruasi, diantaranya faktor tersebut adalah fibromioma uteri dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen. Wanita dengan karsinoma endometrium sering dalam anamnesis disebut juga dengan menopause terlambat (Carmellia, 2013).

c. Jumlah anak

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa wanita yang melahirkan banyak anak, cenderung lebih mudah dan lebih cepat mengalami penuaan dini dan mereka makin dekat dengan masa menopause (Carmellia, 2013). Ada peneliti yang menemukan, semakin sering melahirkan makin tua baru memasuki usia menopause (Baziad Ali, 2003).

d. Usia melahirkan

(40)

wanita tersebut memasuki usia menopause. Hal ini disebabkan oleh ketika seorang dalam masa kehamilan dan persalinan di usia yang cukup tua akan berpengaruh pada lambatnya proses sistem kerja dari organ reproduksi dan memperlambat proses penuaan dini (Carmellia, 2013).

e. Merokok

Diketahui 59% wanita perokok aktif lebih mungkin berisiko terhadap menopause dini dibanding wanita yang tidak merokok. Wanita yang mempunyai kebiasaan merokok cenderung lebih cepat mengalami masa menopause akibat kerusakan alat-alat reproduksi dan fungsi enzim hati yang dibutuhkan untuk produksi estrogen dihambat (Mary Ann Mayo & Joseph Mayo, 2000).

f. Penggunaan Obat-obat Keluarga berencana (KB)

Pemilihan dalam pemakaian alat kontrasepsi juga dapat mempengaruhi seorang wanita mengalami keterlambatan dalam menopause. Wanita yang menggunakan pil KB lebih lama baru memasuki umur menopause karena obat-obat KB menekan fungsi hormonal dari ovarium (Baziad Ali, 2003).

g. Cuaca dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut

Dari penelitian yang masih sedikit dilakukan, kelihatannya wanita yang tinggal diketinggian lebih dari 2000-3000m dari permukaan laut lebih cepat 1-2 tahun memasuki usia menopause dibanding dengan wanita yang tinggal diketinggian <1000m dari permukaan laut (Baziad Ali, 2003).

(41)

Gejala-gejala yang sering dijumpai berhubungan dengan penurunan folikel ovarium dan kemudian kehilangan estrogen pascamenopause adalah sebagai berikut:

2.1.7.1Perubahan Fisik

a. Gangguan pola haid

Gangguan pola haid termasuk anovulasi dan penurunan fertilitas, penurunan keluarnya darah atau justeru hipermenore, frekuensi haid yang tidak teratur dan kemudian diakhiri dengan amenorrhea (Prawirohardjo, 2011).

b. Perubahan thermoregulasi

Gejala-gejala vasomotor seperti hot flush dan keringat malam adalah gejala klinis yang paling umum dialami oleh sebagian besar perempuan pascamenopause, berupa dimulainya kulit kepala, leher dan dada kemerahan mendadak disertai perasaan panas yang hebat dan kadang-kadang diakhiri dengan berkeringat banyak. Lamanya bervariasi dari beberapa detik hingga beberapa menit bahkan satu jam walaupun jarang. Lebih sering dan berat di malam hari atau saat stress (Prawirohardjo, 2011).

(42)

c. Perubahan dermatologi

Penurunan kandungan kolagen kulit, elastisitas dan ketebalan kulit yang terjadi oleh karena penuaan adalah akibat kekurangan estrogen (Prawirohardjo, 2011). Menurut Guinot (2005) dalam Schorge (2008), pada transisi menopause bisa terjadi hiperpigmentasi (age spots), wrinkles serta keluhan gatal. Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Menurut Wines (2001) dalam Schorge (2008) kulit di bagian bawah mata menjadi menggembung seperti kantong dan lingkaran hitam di bagian ini menjadi lebih permanen dan jelas.

d. Perubahan endometrial

Perubahan mikroskopis pada endometrium dapat menggambarkan tingkat estrogen dan progesteron sistemik sehingga menunjukkan perubahan endometrial secara dramatis pada transisi menopause. Pada wanita yang anovulatori, tidak ada korpus luteum terbentuk maka tidak ada produksi progesterone. Pada fase lanjut transisi menopause, endometrium menunjukkan peningkatan estrogen akibat tidak dilawan (unopposed) oleh progesterone. Tetapi setelah menopause, terjadi atrofi endometrium akibat kurangnya stimulasi dari estrogen (Schorge, 2008).

e. Perubahan genitourinaria

Uretritis dengan disuria, inkontinensa urgensi, dan meningkatnya frekuensi berkemih merupakan gejala lanjutan dari penipisan mukosa urethra dan kandung kemih.karena kehabisan estrogen, vagina kehilangan kolagen, jaringan adipose, dan kemampuan untuk mempertahankan air. Ketika dinding vagina mengerut, rugae akan mendatar dan lenyap (Prawirohardjo, 2011).

(43)

Osteoporosis, masalah tulang yang paling menonjol, berkurangnya massa tulang dengan rasio mineral terhadap matriks yang normal. Dengan kata lain ia merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa dan kepadatan tulang sehingga tulang menjadi lemah. Apabila terus berlanjut, maka tulang menjadi lebih rapuh dan bahkan dengan tekanan yang ringan saja dapat menyebabkan tulang menjadi fraktur (Prawirohardjo, 2011). Osteoporosis banyak terjadi pada orang lanjut usia dan paling banyak mengenai wanita menopause. Estrogen memiliki efek protektif pada tulang dengan mencegah kehilangan tulang secara keseluruhan. Jumlah wanita yang telah mengalami menopause dan kehilangan kepadatan tulang sampai 1.5 million per tahun di Amerika karena kehilangan estrogen yang terjadi pada saat menopause (Schorge, 2008).

g. Peningkatan berat badan

Perubahan hormone setelah menopause memberikan dampak di kemudian hari pada wanita saat pascamenopause (Spencer dan Brown, 2006). Wanita dalam masa transisi pascamenopause sering melaporkan mengalami kenaikan berat badan yang cepat dibandingkan sebelum menopause (Schorge, 2008). Kenaikan berat badan sepanjang periode ini berkaitan dengan distribusi lemak pada bagian abdomen yang menyebabkan obesity sentral (Dallman, 2004). Penelitian menunjukkan wanita mengalami kenaikan berat badan kira-kira 2-3 kg selama periode pascamenopause karena perubahan hormone mengakibatkan distribusi lemak tubuh lebih tinggi di bagian abdominal dibanding subkutan (Lovejoy, 1998). Didapati tingkat obesitas pada wanita pasca menopause stadium lanjut lebih tinggi dibanding wanita pasca menopause stadium awal (Zhang, 2013).

(44)

a. Stabilitas emosional

Pendapat bahwa menopause memiliki efek yang merugikan pada kesehatan jiwa tidak didukung dalam kepustakaan psikiatrik. Pada awal pascamenopause sering dijumpai kelelahan, gugup, nyeri kepala, insomnia, depresi, iritabilitas, nyeri sendi dan otot, berpusing putar dan berdebar-debar. Stabilitas emosional selama perimenopause dapat diganggu oleh pola tidur yang buruk, hot flush sendiri berdampak buruk pada kualitas tidur (Prawirohardjo, 2011).

b. Kognisi dan penyakit Alzheimer

Efek yang menguntungkan dari estrogen pada kognisi khususnya pada memori verbal. Perempuan tiga kali lebih banyak yang menderita Alzheimer dibanding laki-laki. Estrogen mampu melindungi fungsi sistem saraf pusat melalui berbagai mekanisme (Prawirohardjo, 2011).

2.2 Obesitas

2.2.1 Pengertian Obesitas

National Institute of Health mengartikan obesitas sebagai jumlah jaringan lemak berlebihan dan sebagai kelebihan lemak tubuh. Ketika kuantitas energi dalam bentuk makanan yang masuk dalam tubuh lebih besar daripada yang dikeluarkan, maka berat badan meningkat dan sebagian besar dari kelebihan energi ini disimpan dalam bentuk lemak (Guyton & Hall, 2006).

2.2.2 Klasifikasi Obesitas

(45)

1) Obesitas android atau tipe sentral

Distribusi lemak di setengah bagian atas tubuh (perut, dada, punggung, muka). Pada umumnya tipe ini dialami oleh pria.

2) Obesitas gynoid atau tipe perifer

Distribusi lemak di setengah bagian bawah tubuh (pinggul dan paha) Pada umumnya tipe ini biasanya banyak dialami oleh wanita.

2.2.3 Pengukuran Obesitas

Pengukuran obesitas dapat dilakukan dengan berbagai metode:

1) Mengukur lemak tubuh

a. Hydrodensitometry atau underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.

b. BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh.

c. DEXA (Dual Energy X-ray Absorptiometry), menyerupai scanning

tulang. Sinar X digunakan untuk menetukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

d. Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forceps).

e. Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita berdiri di atas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh, kemudian dianalisis.

(46)

paling sederhana dan sering digunakan untuk mengukur tingkat obesitas dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang didapat tidak tergantung umur dan jenis kelamin.

Tabel 2.2 Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan berdasarkan IMT pada Penduduk Asia Dewasa

Kategori BMI (kg/m2)

Underweight <18,5 kg/m2

Normal 18,5-22,9 kg/m2

Overweight >23kg/m2

At Risk 23-24,9 kg/m2

Obese I 25-29,9 kg/m2

Obese II >30kg/m2

(Sumber: International Obesity Task Force 2005)

g. Antropometri: Pengukuran Lingkar pinggang dan rasio lingkar perut dan pinggul (waist hip ratio). Parameter penentuan obesitas merupakan hal yang paling sulit dilakukan karena perbedaan cutt of

(47)

point setiap etnis terhadap IMT maupun lingkar pinggang. Sehingga IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran

Sumber: Ethnic specific values for waist circumference, International Diabetes Federation, 2005)

(48)

Jenis Kelamin Ukuran RLPP Normal

Wanita <0,85

Pria <0,90

Sumber: World Health Organization, International Association for the Study of Obesity, International Obesity Task Force, 2000)

Menurut WHO (2000), obesitas sentral adalah kondisi kelebihan lemak perut atau lemak pusat. Obesitas sentral lebih berhubungan dengan risiko kesehatan dibandingkan dengan obesitas umum. Prevalensi obesitas sentral pada penduduk Barat dan Timur tinggi. Prevalensi obesitas sentral pada laki-laki AS meningkat dari 37 persen (periode 1999-2000) menjadi 42,2 persen (periode 2003-2004), sedangkan prevalensi obesitas sentral pada wanita AS meningkat dari 55,3 persen persen menjadi 61,3 persen pada periode yang sama. Pada laki-laki dan wanita Eropa, obesitas sentral yang didefinisikan menurut kriteria lingkar perut definisi lokal dengan menggunakan nilai cut-off 90-102 cm untuk laki-laki dan 80-92 cm untuk wanita (Elya, 2007).

(49)

2.3Hubungan Lamanya Mengalami Menopause dengan Tingkat Obesitas pada

Wanita Pascamenopause

Para peneliti mengatakan kenaikan berat badan atau obesitas pada usia pertengahan biasanya disebabkan oleh perubahan gaya hidup, aktivitas fisik dan kebiasaan makan. Secara umum, lebih banyak wanita mengalami obesitas dibanding laki-laki dan fluktuasi hormon seks telah diusulkan sebagai penyebab bagi penambahan berat badan. Menurut beberapa penelitian sebelumnya wanita sering mengalami kenaikan berat badan pada pascamenopause akibat dari perubahan distribusi lemak tubuh yang dipengaruhi oleh perubahan hormonal setelah menopause (Pao, 2000).

2.3.1 Faktor Persentase Lemak Tubuh

Laporan dari New Mexico Aging Process Study (2003), orang dewasa memiliki persentase lemak tubuh yang tinggi dibandingkan yang lebih muda karena hilangnya massa otot akibat penuaan (Schorge, 2008). Hilangnya massa otot dimulai sekitar usia 30 tahun dan berlanjut sepanjang hidup. Penurunan tingkat growth hormone, estrogen dan testosterone yang merangsang perkembangan otot menyebabkan penurunan massa otot. Sekitar usia 75 tahun, persentase lemak tubuh biasanya tinggi dibandingkan selama masa dewasa muda. Peningkatan lemak tubuh dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan, seperti diabetes dan penyakit kardiovaskuler. Perubahan distribusi lemak tubuh akan menyebabkan akumulasi lemak dan mengubah bentuk badan (Porter, 2009).

(50)

2.3.2 Faktor Gaya Hidup

Massa otot menurun mungkin karena otot-otot kurang digunakan dan mulai

‘shrink’ karena kurang aktif. Olahraga teratur untuk menguatkan otot dapat mencegah penurunan massa otot dan dan peningkatan lemak tubuh (Porter, 2009). Wanita postmenopause kurang berolaraga menyebabkan otot tidak aktif, dan metabolism yang lambat (Spencer dan Brown, 2006). Peningkatan intake kalori, sedikitnya olahraga serta kurangnya keaktifan otot mengakibatkan tubuh membakar kalori yang sedikit. Kebanyakan kalori disimpan di sel lemak, makin menumpuk dan mengakibatkan obesitas.

2.3.3 Faktor Hormonal

Secara teoritis, wanita mengalami berbagai gejala setelah menopause karena perubahan keseimbangan hormonal. Hormon-hormon yang mempengaruhi kenaikan berat badan pada wanita pascamenopause:

a. Estrogen

The penurunan produksi estrogen ovarium yang terjadi pada menopause dapat menyebabkan peningkatan aktivitas aromatase perifer. Jaringan adiposa perifer adalah sumber utama untuk produksi estrogen pada wanita pascamenopause (Clark, 2001). Selama menopause, ovarium memproduksi lebih sedikit estrogen, tubuh mencoba untuk menemukan hormone tersebut selain di ovarium, sel lemak dapat memproduksi estrogen, sehingga tubuh akan menyimpan kalori ekstra sebagai lemak untuk kemudian digunakan untuk memproduksi estrogen. Di usia lanjut metabolisme tubuh melambat dan cenderung kehilangan massa otot dan menggantinya dengan lemak. Sel otot membakar lebih banyak kalori daripada sel lemak (Norsigian, 2006).

(51)

menopause sangat terkait dengan hilangnya lemak subkutan dan penumpukan lemak visceral. Namun, mekanisme hormon estrogen mengontrol akumulasi lemak belum diketahui. Penelitian tentang efek estradiol in vivo dan in vitro pada metabolisme jaringan adiposa manusia menemukan bahwa estradiol meningkatkan jumlah reseptor antilipolytic alpha-2(α2)adrenergic receptor di

jaringan adipose subkutan. Lipolisis pada manusia dikendalikan melalui β

-adrenergik (lipolitik) dan α2-adrenergik (antilipolytic) reseptor. Estrogen

menurunkan respon lipolitik penumpukan lemak di subkutan dengan meningkatkan jumlah reseptor antilipolytic α2-adrenergik, sedangkan estrogen tampaknya mempengaruhi lipolisis penumpukan lemak intraabdominal. Wanita postmenopause mengalami penurunan kadar estradiol dan peningkatan lipolisis pada jaringan adipose subkutan, maka terjadi penumpukan lemak pada intraabdominal dan menyebabkan obesitas sentral (Pedersen, 2004).

b. Progesterone

Penurunan progesterone menyebabkan kenaikan berat badan setelah menopause. Progesteron meningkatkan suhu tubuh basal yang membakar kalori. Tidak ada ovulasi berarti tidak ada progesterone maka, tidak ada peningkatan suhu, dan berarti tubuh membakar kalori lebih sedikit (Roizen, 2007). Progesteron adalah diuretik yang meningkatkan metabolisme tubuh dan efek diuretiknya membantu menurunkan retensi cairan, yang menyebabkan tubuh mengembung (Selye, 1940). Penurunan kadar progesterone menyebabkan retensi air. Retensi air membuat kandungan air pada tubuh lebih tinggi dan membuat tubuh lebih mengembung serta berat badan bertambah (Leonard, 2012).

c. Testosterone

Testosterone dan estradiol dalam sirkulasi terikat dengan glycoprotein carrier

yang diproduksi oleh hati dikenal sebagai sex hormone-binding globulin (SHBG).

(52)

meningkatkan kadar free testosterone (Schorge, 2008). Penelitian sebelumnya menunjukkan peningkatan free testosterone (FT) sangat terkait dengan akumulasi lemak di abdomen pada wanita pascamenopause (Burger HG, 2000). Terbukti bahwa peningkatan kadar free testosterone serta kadar sex hormone-binding globulin (SHBG) yang rendah pada wanita menopause berhubungan dengan penurunan produksi adiponektin (Sieminska, 2006). Adiponektin (diproduksi oleh jaringan adipose) terlibat dalam beberapa proses metabolisme, seperti utilisasi glukosa, oksidasi asam lemak dalam otot, penurunan resistensi insulin di hati dan metabolisme jaringan adiposa (Harvey, 2011). Beberapa studi menunjukkan bahwa adiponektin bisa menjadi marker untuk sindrom metabolik pada menopause (Mankowska, 2008). Adiponektin berperan dalam patogenesis sindrom metabolik. Protein ini meningkatkan toleransi glukosa melalui peningkatan sensitivitas insulin. Adiponektin meningkatkan oksidasi asam lemak di hati dan otot, sehingga mengurangi kandungan trigliserida dalam jaringan. Selain itu, merangsang utilisasi glukosa di dalam otot dan menghambat produksi glukosa oleh hati, akibatnya penurunan kadar glukosa darah (Choi, 2005). Adiponektin meningkatkan sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin dan defisiensinya dapat menyebabkan perkembangan resistensi insulin (Mankowska, 2008). Maka, menurut para peneliti, penurunan tingkat adiponektin menyebabkan akumulasi lemak visceral pada wanita pascamenopause (Ritland, 2008).

Testosterone juga disintesis oleh sel teka dari indung telur dalam jumlah yang jauh lebih kecil (Murray, 2006). Testosteron meningkatkan sintesis dan pengaturan myosin dan actin (Sherwood, 2010). Testosterone

(53)

d. Leptin

Leptin berarti tipis. Leptin adalah hormon yang dihasilkan dari stored fat atau dari jaringan adiposa. Ia menekan nafsu makan, sehingga mengurangi konsumsi makanan dan penurunan berat badan, dengan menghambat hypothalamic output of appetite-stimulating NPY dan stimulating output of appetite-suppressing

(54)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menopause merupakan suatu keadaaan yang dialami wanita dimana akan terjadi penuaan sistem reproduksi yang menyebabkan seorang wanita tidak lagi mendapat haid. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2020, sekitar 52 juta wanita akan berusia >55 tahun dan menurut data Census US 2000, sekitar 37,5 juta wanita sedang mencapai menopause atau mengalami menopause saat ini (Schorge, 2008).

Sementara setiap tahunnya, sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. Jumlah wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 miliar pada tahun 2030. Di Asia, masih menurut data World Health Organization (WHO), pada tahun 2025 jumlah wanita yang berusia tua diperkirakan akan melonjak dari 107 juta ke 373 juta (Baziad Ali, 2009).

Saat ini Indonesia baru mempunyai 14 juta orang yang mengalami menopause. Menurut pandangan penduduk Indonesia tahun 1995-2008 oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk perempuan berusia diatas 50 tahun adalah 15,9 juta orang dan pada tahun 2025 diperkirakan akan ada 60 juta perempuan menopause (BKKBN, 2006).

(55)

terakhir. Sebagian besar wanita di Indonesia tidak mengetahui dampak yang bisa timbul saat memasuki masa menopause dan pascamenopause (Schorge, 2008).

Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita menopause dapat menimbulkan gangguan, baik fisik maupun psikis. Perubahan hormone setelah menopause memberikan dampak di kemudian hari pada wanita saat pasca menopause (Spencer dan Brown, 2006). Gangguan fisik selama periode pascamenopause berupa perdarahan vaginal abnormal, perubahan termoregulasi central, hot flush, perubahan metabolisme tulang (osteoporosis dan osteopenia), penyakit kardiovaskuler, peningkatan berat badan dan distribusi lemak, perubahan dermatologi serta dental. Wanita dalam masa transisi pascamenopause sering melaporkan mengalami kenaikan berat badan yang cepat dibandingkan sebelum menopause (Schorge, 2008). Menurut Dallman (2004) dalam Schorge (2008), kenaikan berat badan sepanjang periode ini berkaitan dengan distribusi lemak pada bagian abdomen yang menyebabkan obesitas sentral.

Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan terdapat 2.3 milliar orang dewasa yang memiliki berat badan berlebih (overweight) pada tahun 2015. Sebanyak 700 juta diantaranya tergolong obese. Angka tahun 2005 memperlihatkan 1,6 milyar dewasa dengan berat badan berlebih (overweight) dan 400 juta tergolong obesitas dan sekitar 300 juta di antaranya adalah perempuan obesitas (Depkes, 2009). Prevalensi obesitas lebih tinggi pada wanita dibanding laki-laki. Salah satu alasan untuk perbedaan gender dalam obesitas mungkin pengaruh perubahan hormon reproduksi sepanjang kehidupan wanita (Lovejoy J.C., 1998). Penelitian menunjukkan wanita mengalami kenaikan berat badan kira-kira 2-3 kg selama periode pascamenopause karena perubahan hormone mengakibatkan distribusi lemak tubuh lebih tinggi di bagian abdominal dibanding subkutan (Lovejoy J.C, 1998).

Mekanisme terjadinya obesitas setelah menopause masih belum jelas.

(56)

misalnya dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular dan insulin resistance

pada wanita pascamenopause (Schorge, 2008). Perubahan hormonal terutama estrogen setelah menopause menyebabkan perubahan distribusi lemak tubuh sehingga kebanyakan wanita pascamenopause mengalami obesitas sentral (android obesity) yaitu akumulasi lemak tubuh pada bagian abdomen (Sharma, 2008). Peningkatan lemak visceral mengakibatkan resistensi insulin dan dapat menyebabkan penyakit jantung serta diabetes pada wanita menopause. Penelitian sebelumnya menunjukkan wanita pascamenopause sering mengalami peningkatan kadar serum bagi total cholesterol (TC), low-density lipoprotein (LDL) dan penurunan apoprotein A1 (Apo A1) serta high-density lipoprotein (HDL) yang merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskular (Pao, 2000). Misalnya beberapa penelitian menunjukkan masalah kesehatan yang sangat sering pada perempuan pasca menopause adalah meningkatnya angka kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK). Di negara industri penyebab terbanyak kematian pada perempuan diatas usia 50 tahun adalah akibat PJK. Di Amerika Serikat kematian akibat PJK adalah 10 kali lipat dibandingkan kematian oleh karena kanker payudara (Taufik, 2001).

The Nurses’ Health Study (NHS), yang melakukan penelitian selama lebih dari 14 tahun terhadap 116.000 wanita, menemukan bahwa wanita dengan IMT>29 kg/m2 memiliki resiko 3,6 kali lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan dengan wanita yang IMT-nya <21 kg/m2 (Yusnidar, 2007). Selain penyakit kardiovaskular,

postmenopausal obesity juga menyebabkan resistensi insulin dan diabetes pada wanita pascamenopause. Beberapa studi menunjukkan bahwa adiponektin (diproduksi oleh jaringan lemak tubuh) bisa menjadi marker untuk sindrom metabolik pada menopause. Adiponektin meningkatkan sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin dan defisiensinya pada pascamenopause dapat menyebabkan perkembangan resistensi insulin (Mankowska, 2008).

(57)

dapat menyebabkan peningkatan berat badan pada wanita pascamenopause (Mayo, 2013). Maka, postmenopausal obesity dapat dihindari dengan modifikasi gaya hidup dan terapi hormon khusus bagi wanita pascamenopause. Para pakar menganjurkan olahraga sebaiknya dilakukan 30 menit sekurang-kurangnya 5 hari dalam seminggu dan pola makanan seimbang dengan memperbanyak serat, buah-buahan, sayuran serta mengurangi asupan lemak. Wanita pascamenopause juga dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen vitamin (B2, B6, B12 dan folic acid) (Sharma, 2008) dan mendapat terapi hormone (Taufik, 2001). Penelitian Framingham Heart Study mengatakan bahwa wanita menopause yang tidak memakai terapi estradiol (terapi hormone) mengalami kenaikan kadar kolesterol, LDL dan penurunan kadar HDL (Taufik, 2001).

Pada suvei awal penelitian ini, kebanyakan responden mengatakan bahwa mereka mengalami kenaikan berat badan dalam beberapa tahun setelah menopause. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui adakah hubungan signifikan antara lamanya mengalami menopause dan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:

• Mekanisme terjadinya obesitas pada wanita pascamenopause belum jelas • Lamanya menopause adalah faktor resiko yang berpengaruh terhadap tingkat

obesitas

Postmenopausal obesity memberikan dampak yang serius terhadap kesehatan

seperti PJK dan resistensi insulin

(58)

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, penelitian ini bermaksud untuk mencari adakah hubungan lamanya wanita mengalami menopause dengan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui hubungan lamanya mengalami menopause dengan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui rata-rata jumlah wanita pascamenopause yang mengalami kenaikan berat badan setelah menopuse.

2. Mengetahui rata-rata pertambahan berat badan semenjak menopause khususnya pada wanita pascamenopause.

1.4Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dokter dan perawat maternitas dalam memberikan edukasi serta asuhan keperawatan pada wanita pascamenopause. 2. Dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi penelitian-penelitian

selanjutnya mengenai kenaikan berat badan pada pascamenopause.

(59)

ABSTRAK

Latar belakang : Wanita dalam masa transisi pascamenopause sering melaporkan

mengalami kenaikan berat badan yang cepat dibandingkan sebelum menopause. Wanita mengalami kenaikan berat badan kira-kira 2-3 kg selama periode pascamenopause dan kenaikan berat badan sepanjang periode ini berkaitan dengan distribusi lemak pada bagian abdomen masih perlu mencari hubungan lamanya mengalami menopause dengan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause.

Objektif : Mengetahui hubungan lamanya mengalami menopause dengan tingkat

obesitas pada wanita pascamenopause.

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat observasional analitikdengan pendekatan

cross-sectional. Responden dalam penelitian ini adalah wanita pascamenopause (amenore >12 bulan) yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan mulai 1 September 2013 sampai 30 November 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dan diambil 76 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan pengukuran antropometri yang meliputi tinggi badan dan berat badan bagi menghitung indeks massa tubuh. Data diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan uji statistik t-independen.

Hasil : Hasil uji t-independen menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara lamanya mengalami menopause dengan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause dengan nilai p=0,0001 (p< 0,05). Berdasarkan nilai rerata indeks massa tubuh responden kelompok pascamenopause stadium awal yaitu 25,725 kg/m2 sedangkan rerata indeks massa tubuh responden kelompok pascamenopause stadium lanjut yaitu 30,289 kg/m2 didapati tingkat obesitas pada wanita pascamenopause stadium lanjut lebih tinggi dibanding wanita pascamenopause stadium awal.

Kesimpulan : Ada hubungan antara lamanya mengalami menopause dengan tingkat

obesitas pada wanita pascamenopause.

(60)

ABSTRACT

Background : Postmenopausal women often report experiencing rapid weight gain

than before menopause. Women gain approximately 2-3 kg during the postmenopausal period and the weight gain during this period associated with abdominal fat distribution and it is necessary to evaluate relationship between duration of menopause and obesity in postmenopausal women.

Objective : The main objective of this study was to evaluate the relationship between

duration of menopause and obesity in postmenopausal women.

Method : This is a observational analytic study with cross sectional approach. This

cross-sectional analysis was conducted on postmenopausal women (amenorrea >12 months) recruited from the community around the Departement of Gynecology & Obstetrics at Hospital of H. Adam Malik Medan between 1 September 2013 and 30 November 2013. 76 respondents were chosen by total sampling based on inclusion and exclusion criteria. The respondents were being interviewed and their anthropometric measurements (body weight and height) were recorded to calculate body mass index. The data were analyzed by independent t-test using SPSS version 17.0.

Results : The independent t-test analysis indicated that there were direct relationships

between the duration of menopause and obesity in postmenopausal women with p value = 0,0001 (p <0,05). Late postmenopausal women had higher BMI compared with early postmenopausal women (mean value for early and late postmenopause: 25,725 kg/m2 and 30,289 kg/m2 respectively).

Conclusion : In conclusion, this study showed that duration of menopause

significantly associated with obesity in postmenopausal women.

(61)

HUBUNGAN LAMANYA MENGALAMI MENOPAUSE

DENGAN TINGKAT OBESITAS PADA WANITA

PASCAMENOPAUSE DI RSUP H ADAM MALIK PADA

TAHUN 2013

Oleh:

SHARMILAH PANISELVAM

100100402

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(62)

HALAMAN PERSETUJUAN

Penelitian dengan Judul :

Hubungan Lamanya Mengalami Menopause dengan Tingkat Obesitas pada

Wanita Pascamenopause di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2013.

Yang dipersiapkan oleh:

SHARMILAH PANISELVAM

100100402

Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk

disampaikan pada seminar hasil

Medan, 16 Disember 2013

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(dr. Rusdiana, M.Kes)

(63)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Lamanya Mengalami Menopause dengan Obesitas pada Wanita Pascamenopause di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2013.

Nama : Sharmilah Paniselvam

NIM : 100100402

Program Studi : Sarjana Kedokteran

Pembimbing Penguji I

(dr. Rusdiana, M.Kes) (dr. Khairani Sukatendel, Sp.OG)

NIP : 19710915 200112 2002 NIP : 19660721 200604 2002

Penguji II

(dr. Syah Mirza Warli, SpU)

(64)

ABSTRAK

Latar belakang : Wanita dalam masa transisi pascamenopause sering melaporkan

mengalami kenaikan berat badan yang cepat dibandingkan sebelum menopause. Wanita mengalami kenaikan berat badan kira-kira 2-3 kg selama periode pascamenopause dan kenaikan berat badan sepanjang periode ini berkaitan dengan distribusi lemak pada bagian abdomen masih perlu mencari hubungan lamanya mengalami menopause dengan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause.

Objektif : Mengetahui hubungan lamanya mengalami menopause dengan tingkat

obesitas pada wanita pascamenopause.

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat observasional analitikdengan pendekatan

cross-sectional. Responden dalam penelitian ini adalah wanita pascamenopause (amenore >12 bulan) yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan mulai 1 September 2013 sampai 30 November 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dan diambil 76 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan pengukuran antropometri yang meliputi tinggi badan dan berat badan bagi menghitung indeks massa tubuh. Data diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan uji statistik t-independen.

Hasil : Hasil uji t-independen menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara lamanya mengalami menopause dengan tingkat obesitas pada wanita pascamenopause dengan nilai p=0,0001 (p< 0,05). Berdasarkan nilai rerata indeks massa tubuh responden kelompok pascamenopause stadium awal yaitu 25,725 kg/m2 sedangkan rerata indeks massa tubuh responden kelompok pascamenopause stadium lanjut yaitu 30,289 kg/m2 didapati tingkat obesitas pada wanita pascamenopause stadium lanjut lebih tinggi dibanding wanita pascamenopause stadium awal.

Kesimpulan : Ada hubungan antara lamanya mengalami menopause dengan tingkat

obesitas pada wanita pascamenopause.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 5.2.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.2.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Melahirkan Anak Terakhir
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini karni kirirnkan Pengumuman Pendaftaran Calon Pejabat Pimpinan Tinggi Pratarna Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri

Peraturan Daerah Kotapraja Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1957 tentang Uang Sidang, Uang Jalan, Uang Penginapan, Uang Kehormatan dan Tunjangan Khusus Bagi Anggota Dewan

[r]

manusia Menjelaskan fungsi bagian yang ditunjuk pada gambar sistem pernapasan.. 32 Sistem organ pada.. manusia Menentukan jenis penyakit yang disebabkan adanya

[r]

Penyusutan Arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah Arsip dengan cara pemindahan Arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan Arsip yang tidak memiliki

[r]

Metode yang dilakukan adalah dengan merancang dan membuat sebuah program sistem kontrol yang dibuat untuk menjalankan gerakan-gerakan secara otomatis, kontrol menggunakan