• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencegahan Primer Terhadap Karies Gigi Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pencegahan Primer Terhadap Karies Gigi Anak"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENCEGAHAN PRIMER TERHADAP

KARIES GIGI ANAK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

HANNA SYLVIA SITOMPUL NIM: 040600025

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2010

Hanna Sylvia Sitompul

Pencegahan Primer Terhadap Karies Gigi Anak

x + 38 halaman.

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit

menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa

kurun waktu. Beberapa faktor yang yang memegang peranan dalam terbentuknya

karies yaitu faktor substrat (makanan), agen (mikroorganisme), host (tuan rumah),

dan faktor waktu.

Hugh Roadman Leavell dan E Guerney Clark (Leavell dan Clark) dari

Universitas Harvard dan Colombia membuat klasifikasi pelayanan pencegahan

tersebut atas tiga bagian, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Pencegahan primer terhadap karies gigi anak merupakan pencegahan yang

dilakukan sebelum terjadinya karies dilakukan dengan upaya meningkatkan

kesehatan dan memberikan perlindungan khusus terhadap gigi.

Tindakan pencegahan primer terhadap karies gigi anak meliputi pemberian

nasehat diet dan pengganti gula secara umum serta konsultasi diet secara khusus

sebagai pencegahan terhadap substrat (makanan), penggunaan fluor secara sistemik

(3)

mulut dan penggunaan obat kumur sebagai pencegahan terhadap host (tuan rumah),

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 11 Mei 2010

Pembimbing: Tanda Tangan

(T. Hermina M. drg) (...)

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

Pada tanggal 6 Mei 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Essie Octiara, drg., Sp. KGA

ANGGOTA : 1. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp. KGA

2. T. Hermina M, drg

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih

karunia dan pertolonganNya sehingg penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam

rangka memenuhi kewajiban penulis dan sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,

pengarahan, saran-saran, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Segala bentuk bantuan dan motivasi yang diterima oleh penulis amat

berharga karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan

setinggi penghargaan dan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp.KGA sebagai Ketua Departemen Ilmu

Kedokteran Gigi Anak yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

2. T. Hermina M., drg., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu, membimbing, memberi petunjuk dan pengarahan, serta memotivasi

dengan penuh kesabaran sehingga penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Darwis Aswal, drg selaku dosen pembimbing akademis yang telah

membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis selama ini.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Universitas Sumatera Utara serta departemen lainnya yang telah mendidik,

membimbing dan membantu penulis selama masa pendidikan.

5. Rasa terima kasih yang tidak terhingga khususnya penulis tunjukkan kepada

(7)

Turangan, drg serta kakak, abang dan adik saya (Iyuth, Evan, Yoan, Roselyn)

yang selalu memberikan dorongan semangat dan bantuan moral dan material

serta doanya bagi penulis.

6. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman-teman saya

Hendra, Cecile, Dedo, Kristina, Bang Pitoy yang terus mendukung dan

mendoakan saya serta teman seperjuangan yang memberi saran, semangat,

tempat berbagi suka dan duka selama masa kuliah dan penulisan skripsi,

terutama Ruth Grace, Trixie, Nina, Monica, Nurcahaya, dan teman-teman

stambuk 2004 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, dalam hal ini

diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tulisan ini

di masa akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi kita semua.

Sekian, terima kasih.

Medan, 11 Mei 2010 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... ... i

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

BAB 2 PENGERTIAN DAN DEFENISI... 3

BAB 3 FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES... 5

3.1 Faktor Substrat (Makanan)... 6

3.2 Faktor Agen (Mikroorganisme)... 7

3.3 Faktor Host (Tuan Rumah)... 9

3.3.1 Gigi... 9

3.3.2 Saliva... 9

3.4 Faktor Waktu... 11

BAB 4 TINDAKAN PRIMER TERHADAP KARIES GIGI ANAK... 13

4.1 Pencegahan Terhadap Substrat (Makanan)... 13

4.1.1 Nasehat Diet... 13

4.1.2 Pengnganti Gula... 14

4.1.3 Konsultasi Diet... 15

4.2 Pencegahan Terhadap Agen (Mikroorganisme)... 17

4.2.1 Oral Higiene... 17

4.2.2 Penggunaan Obat Kumur... 21

4.3 Pencegahan Terhadap Host (Tuan Rumah)... 23

4.3.1 Penggunaan Fluor Secara Sistemik... 23

4.3.2 Penggunaan Fluor Secara Lokal... 25

(9)

4.3.2.2 Topikal Aplikasi... 25

4.3.3 Pit dan Fisur Silen... 30

4.4 Kontrol Berkala... 33

BAB 5 KESIMPULAN... 34

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram empat lingkaran mempengaruhi karies... 5

2. a. Dental floss dililitkan pada jari tengah... 19

b. Dental floss di regangkan... 19

3. a. Gerakan lekukan seperti huruf C kearah kanan... 20

b. Gerakan lekukan seperti huruf C kearah kiri... 20

4. Mengeluarkan dental floss... 20

5. Gigi dikeringkan dengan kain kasa... 29

6. Aplikasi varnish dengan menggunakan fluoride aplikator... 29

7. Setelah aplikasi terlihat sisa film pada permukaan gigi... 30

8. a. Menggunakan saliva ejektor pada rahang bawah... 32

b. Memperluas daerah etsa melewati fisur sampai ke ujung cusp... 32

c. Mencuci permukaan enamel... 32

(11)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2010

Hanna Sylvia Sitompul

Pencegahan Primer Terhadap Karies Gigi Anak

x + 38 halaman.

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit

menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa

kurun waktu. Beberapa faktor yang yang memegang peranan dalam terbentuknya

karies yaitu faktor substrat (makanan), agen (mikroorganisme), host (tuan rumah),

dan faktor waktu.

Hugh Roadman Leavell dan E Guerney Clark (Leavell dan Clark) dari

Universitas Harvard dan Colombia membuat klasifikasi pelayanan pencegahan

tersebut atas tiga bagian, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Pencegahan primer terhadap karies gigi anak merupakan pencegahan yang

dilakukan sebelum terjadinya karies dilakukan dengan upaya meningkatkan

kesehatan dan memberikan perlindungan khusus terhadap gigi.

Tindakan pencegahan primer terhadap karies gigi anak meliputi pemberian

nasehat diet dan pengganti gula secara umum serta konsultasi diet secara khusus

sebagai pencegahan terhadap substrat (makanan), penggunaan fluor secara sistemik

(12)

mulut dan penggunaan obat kumur sebagai pencegahan terhadap host (tuan rumah),

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

Karies merupakan suatu penyakit infeksi dan suatu proses demineralisasi yang

progresif pada jaringan keras gigi yaitu enamel, dentin dan sementum dimana dalam

prosesnya plak dibiarkan berkembang pada periode waktu yang lama.

Mikroorganisme penyebab karies adalah streptococcus dan laktobacillus dimana

dapat menimbulkan demineralisasi pada enamel. Apabila proses demineralisasi

berulang terus menerus dan tidak seimbang dengan remineralisasi maka karies dapat

terjadi bahkan dapat berlanjut mencapai dentin dan pulpa bahkan dapat menimbulkan

nekrosis.1-4

Sampai sekarang karies masih merupakan masalah kesehatan baik di negara

maju maupun negara berkembang. Data dari Bank WHO (2000) menunjukkan bahwa

pada anak umur 12 tahun memiliki indikator kritis karena sekitar 76,97% karies

menyerang pada usia tersebut. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT,

2004) prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi

dibandingkan dengan negara berkembang lainya.2

Tingginya prevalensi karies disebabkan kurang seriusnya masyarakat dan

pemerintah menangani hal ini. Banyak yang belum sadar untuk melakukan

pemeriksaan rutin ke dokter gigi, atau klinik kedokteran gigi sebelum terjadi

peningkatan karies dalam mulutnya.2

Hugh Roadman Leavell dan E Guerney Clark (Leavell dan Clark) dari

(14)

yaitu pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadinya

penyakit, sekunder untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak

berkembang atau kambuh lagi, dan tersier yaitu mencegah kehilangan fungsi.

Pencegahan yang paling efektif adalah pencegahan primer, karena dilakukan sebelum

terjadi penyakit dimana gigi belum mengalami kerusakan sama sekali.2

Skripsi ini akan membahas pengertian pencegahan primer, faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya keries, serta tindakan pencegahan primer yang dilakukan

(15)

BAB 2

PENGERTIAN DAN DEFENISI

Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan karies meliputi

seluruh aspek kedokteran gigi yang dilakukan oleh dokter gigi, individu dan

masyarakat yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Tahapan pencegahan

penyakit terdiri dari pre-patogenesis dimana keadaan patologis belum dijumpai dan

patogenesis dimana telah terjadi reaksi yang menimbulkan penyakit. Hugh Roadman

Leavell dan E Guerney Clark (Leavell dan Clark) dari Universitas Harvard dan

Colombia membuat klasifikasi pencegahan tersebut atas 3 yaitu pencegahan primer,

sekunder dan tersier.2

Pencegahan primer termasuk dalam tahapan awal, yaitu tahap

pre-patogenesis merupakan pencegahan sebelum timbulnya penyakit. Hal ini ditandai

dengan upaya meningkatkan kesehatan (health promotion) dan memberikan

perlindungan khusus (spesific protection). Upaya promosi kesehatan meliputi

pengajaran tentang cara menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dan

menggunakan benang gigi (flossing). Upaya perlindungan khusus termasuk

pelayanan yang diberikan untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan

membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan fisur silen

merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies.2

Pencegahan primer dilakukan oleh dokter gigi, masyarakat, dan

masing-masing individu. Pencegahan yang dilakukan dokter gigi meliputi aplikasi topikal, pit

(16)

risiko karies. Pencegahan yang diberikan dalam masyarakat adalah fluoridasi air

minum, fluoridasi air sekolah dan kumur-kumur dengan larutan fluor sedangkan

individu melakukan tindakan menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung

fluor dan menggunakan alat pembersih gigi dan mulut lainnya.2

Usaha untuk melakukan pencegahan primer pada anak dibawah 5 tahun

diberikan kepada ibu seperti meningkatkan pengetahuan ibu tentang menjaga

kebersihan mulut anak, pola makan anak yang baik dan benar serta perlindungan

terhadap gigi anak yang diberikan, hal ini dilakukan karena kemampuan anak terbatas

dan anak lebih dekat dengan ibunya, sedangkan pada anak 6 tahun keatas, dokter gigi

harus lebih menekankan kepada anak mengenai tanggung jawabnya untuk

memelihara kesehatan mulut.3

Pencegahan sekunder merupakan tahap awal patogenesis dimana tindakan

yang dilakukan untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang

atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang

tepat. Sebagai contoh, melakukan penambalan pada lesi karies yang kecil dapat

mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.2

Pencegahan tersier merupakan tahapan akhir patogenesis penyakit yaitu

pencegahan terhadap kehilangan fungsi. Tindakan yang dilakukan untuk membatasi

ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan termasuk dalam

kategori ini.2

Pencegahan primer lebih ditekankan karena lebih efektif dibanding

(17)

BAB 3

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit

menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa

kurun waktu. Keyes dan Jordan (1960-an) menyatakan karies sebagai penyakit

multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya

karies. Empat faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor substrat (makanan),

agen (mikroorganisme), host (tuan rumah), dan waktu, yang digambarkan sebagai

empat lingkaran yang bertumpang-tindih dan saling berinteraksi satu sama lain

(Gambar 1).2,4-7

Gambar 1. Diagram empat lingkaran mempengaruhi karies gigi.2

KARIES

SUBSTRAT

AGEN WAKTU

(18)

3.1 Faktor Substrat (Makanan)

Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu

perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel,

selain itu dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan

bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif

menyebabkan timbulnya karies.2

Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting bagi tubuh. Ada 3 jenis

karbohidrat yang dapat menyebabkan karies yaitu polisakarida (pati),

ologosakarida/disakarida (sukrosa) dan monosakarida (glukosa). Jenis karbohidrat

yang paling banyak dikonsumsi adalah sukrosa, karena rasa manisnya enak, bahan

dasarnya mudah diperoleh, dan biaya produksinya cukup murah. Tetapi ternyata

menurut penelitian, sukrosa yang menaikkan insiden karies paling besar. Hal ini

disebabkan karena sukrosa lebih bersifat kariogenik dimana sintesa ekstra sel lebih

cepat daripada gula lainnya seperti glukosa, fruktosa, dan laktosa sehingga

mikroorganisme cepat mengubahnya dalam rongga mulut menjadi asam.2,6

Konsumsi sukrosa dalam jumlah yang besar dapat menurunkan kapasitas

buffer saliva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya

pada orang dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan protein

hanya sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies.6

Penelitian Vipeholm (1945-1953) menyimpulkan bahwa konsumsi makanan

dan minuman yang mengandung gula diantara jam makan dan pada saat jam makan

(19)

dihubungkan dengan terjadinya karies meliputi jumlah fermentasi, konsentrasi,

bentuk fisik dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi di mulut, frekuensi makan

serta lamanya interval waktu makan.6,8

Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung

karbohidrat, beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai

memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30

menit setelah makan. Saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses

remineralisasi. Namun, apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering

dikonsumsi enamel gigi tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan

remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.2

3.2 Faktor Agen (Mikroorganisme)

Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam proses karies gigi dan

dalam proses inflamsasi jaringan lunak sekitar gigi. Plak gigi adalah suatu lapisan

lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas

suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak

dibersihkan.2

Komposisi utama plak adalah mikroorganisme. Satu gram plak (berat basah)

mengandung sekitar 2 x 1011 bakteri. Diperkirakan lebih dari 325 spesies bakteri

dijumpai dalam plak. Mikroorganisme non-bakteri yang dijumpai dalam plak adalah

spesies mycoplasma, ragi, protozoa, dan virus. Mikroorganisme tersebut terdapat

diantara matriks interseluler yang juga mengandung sedikit sel jaringan seperti sel-sel

(20)

massa plak terdiri dari komponen organik dan anorganik yang berasal dari saliva,

cairan sulkus dan produk bakteri. Bahan organik yang mencakup polisakarida,

protein, glkoprotein dan lemak sedangkan komponen anorganik terdiri dari kalsium,

fosfor, dan sejumlah mineral lain seperti natrium, kalium dan fluor.9

Mekanisme pembentukan plak dimulai dari terjadinya pelikel yang

merupakan suatu lapisan organik bebas bakteri dan terbentuk dalam beberapa menit

setelah permukaan gigi berkontak dengan saliva. Pelikel ini dapat mencapai ketebalan

kurang lebih satu mikron dalam waktu 24 jam. Pelikel merupakan film yang tipis,

licin, tidak berwarna dan tersebar merata pada mahkota gigi dan pada daerah servikal.

Menurut penelitian hal ini terjadi karena adanya daya tarik menarik antara kalsium

hidroksiapatit enamel dengan glikoprotein saliva. Setelah pembentukan pelikel

mikroorganisme mengadakan kolonisasi pada pelikel. Plak mulai terbentuk sebagai

tumpukan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan enamel dalam 3-4 jam

sesudah gigi dibersihkan dan mencapai ketebalan maksimal pada hari ketiga puluh.4

Streptococcus mutans dan Lactobacillus ditemukan pada pembentukan plak dan dihubungkan sebagai penyebab terjadinya proses karies, dimana Streptococcus

mutans berperan dalam permulaan (initition) terjadinya karies, sedangkan Lactobacillus berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies.6 Walaupun

demikian Streptococcus mutans diakui sebagai mikroorganisme penyebab utama

karies karena mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten terhadap asam).2

Pertama kali akan terlihat white spot pada permukaan enamel kemudian proses ini

berjalan secara perlahan sehingga lesi tersebut berkembang, dan dengan adanya

(21)

3.3 Faktor Host (Tuan Rumah)

Faktor host yang menjadi penyebab terjadinya karies meliputi gigi dan

saliva.2,4

3.3.1 Gigi

Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa

makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam.

Selain itu, gigi yang berjejal dan permukaan gigi yang kasar juga dapat menjadi

tempat penumpukan plak sehingga mudah terserang karies.2,4

Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks yang

mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan

organik 2%. Bagian luar enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan

mengandung banyak fluor, fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal

enamel sangat menentukan kelarutannya. Enamel yang banyak mengandung mineral

akan memiliki kristal enamel yang padat sehingga enamel lebih resisten.2,4

Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap, hal ini disebabkan

enamel gigi susu mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah

mineralnya lebih sedikit daripada gigi tetap. Selain itu, kristal enamel gigi susu tidak

sepadat gigi tetap. Alasan inilah yang menjadi salah satu penyebab tingginya

prevalensi karies pada anak.2,4

3.3.2 Saliva

Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran sekresi

(22)

yaitu 90 persennya dihasilkan saat makan yang berupa reaksi atas rangsangan yang

berupa pengecapan dan pengunyahan makanan. Saliva membantu pencernaan dan

penelanan makanan disamping itu juga untuk mempertahankan integritas gigi, lidah,

dan membrana mukosa mulut. Saliva adalah unsur penting yang dapat melindungi

gigi terhadap pengaruh dari luar, maupun dari rongga mulut itu sendiri. Makanan

yang kita makan dapat menyebabkan saliva bersifat asam ataupun basa.6

Saliva dapat mempengaruhi proses terjadinya karies dalam berbagai cara

antara lain aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan

juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Selain itu difusi

komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH-, dan fluor ke dalam plak dapat

menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi gigi. Saliva juga

mampu melakukan aktivitas antibakterial karena mengandung beberapa komponen

yang antara lain adalah lisosim, sistem laktoperoksidase-isitiosianat, laktoferin, dan

imunoglobulin ludah.2,6

Buffer saliva adalah larutan yang dapat mempertahankan derajat keasaman saliva supaya tetap konstan. Derajat keasaman saliva dalam keadaan normal antara

5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7. Penelitian pH lesi karies dan plak gigi menunjukan

makin rendah pH saliva makin tinggi tingkat insiden karies, pada lesi karies yang

dalam dijumpai pH lebih rendah dibandingkan pH lesi karies dangkal. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa pH saliva akan menurun menjadi 4-5 dalam waktu 3-5 menit

setelah berkumur-kumur dengan substrat yang cocok dan setelah satu jam akan

kembali ke keadaan semula yaitu 6-7.12 Derajat keasaman (pH) saliva optimum untuk

(23)

mempermudah pertumbuhan kuman asidogenik seperti Streptococcus mutans dan

Laktobacillus.7,14 Hal ini dapat dilihat dari test buffer yaitu dengan menggunakan dentofuff strip untuk melihat pH karies, tingginya Streptococcus mutans diukur

dengan menggunakan strip mutans (Dentocult-SM), sedangkan Laktobacillus diukur

dengan menggunakan Dentocult-LB pada saliva.3

Kecepatan aliran saliva juga merupakan hal penting dalam etiologi karies,

khususnya dalam penemuan dimana dengan aliran saliva lebih sedikit dari pada

rata-rata menyebabkan karies lebih banyak dibanding orang-orang dengan aliran saliva

yang lebih banyak. Aliran saliva pada anak meningkat sampai berusia 10 tahun,

setelah dewasa peningkatan yang terjadi hanya sedikit. Selain umur, faktor lain yang

dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva yaitu pada individu yang fungsi

salivanya berkurang sehingga dapat meningkatkan aktivitas karies secara

signifikan.2,6

2.4 Faktor Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang

berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang

dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,

diperkirakan 6-48 bulan.2 Aktivitas karies akan bertambah jika sukrosa berada lebih

lama di dalam mulut, selain itu aktivitas juga bergantung pada frekuensi konsumsi

sukrosa sehingga didapatkan adanya hubungan yang pasti antara frekuensi makanan

(24)

Penelitian epidemiologi pada segolongan besar anak memperlihatkan

serangan karies mencapai puncaknya pada waktu dua sampai empat tahun sesudah

(25)

BAB 4

TINDAKAN PENCEGAHAN PRIMER TERHADAP KARIES GIGI ANAK

Tindakan pencegahan primer terhadap karies gigi anak meliputi pemberian

nasehat diet dan pengganti gula secara umum dan konsultasi diet secara khusus

sebagai pencegahan terhadap substrat (makanan), penggunaan fluor secara sistemik

dan lokal sebagai pencegahan terhadap agen (mikroorganisme), menjaga kebersihan

mulut dan penggunaan obat kumur sebagai pencegahan terhadap host (tuan rumah),

serta kontrol berkala.

4.1 Pencegahan Terhadap Substrat (Makanan)

4.1.1 Nasehat Diet

Diet yang baik dan seimbang penting untuk kesehatan umum yang optimal,

khususnya bagi ibu dan janin selama kehamilan dan anak yang sedang bertumbuh.

Tindakan pencegahan karies dapat dilakukan dengan pengurangan konsumsi dan

pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan

cara nasehat diet diberikan kepada anak dan orang tua agar memperbaiki kesehatan

rongga mulut.3 Modifikasi kesehatan anak bertujuan untuk merubah kebiasaan anak

yang salah mengenai kesehatan gigi dan mulutnya sehingga dapat mendukung

prosedur pemeliharaan dan pencegahan karies.3

Merubah kebiasaan pasien dalam mengkonsumsi karbohidrat penyebab karies

adalah sulit, banyak orang telah memperoleh kebiasaan mengkonsumsi makanan dan

(26)

dalam penyuluhan diet harus direncanakan tidak hanya untuk memberi kejelasan

tetapi membujuk anak dan orang tua untuk bertindak, setidaknya bagi anak kecil

perlu keterlibatan orang tua.2

Nasehat diet yang dianjurkan terutama untuk memperbaiki kesehatan

lingkungan mulut:3,11

• Makan makanan yang cukup jumlah protein dan fosfat yang dapat menambah sifat

basa dari saliva.

• Perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair sehingga

mengurangi pembentukan plak dan adanya stimulasi aliran saliva.

• Hindari makanan yang manis dan lengket seperti kue, permen, dan selai.

• Batasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari dengan menekan keinginan untuk

makan diantara jam makan.

4.1.2 Pengganti Gula

Pasien yang terus melanjutkan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang salah

diantara jam makan dapat dianjurkan untuk menggantikan makanan yang mengandung

sukrosa dengan pemanis lain. Bahan pengganti gula harus memenuhi persyaratan, yaitu

mempunyai rasa manis, tidak toksik, tidak mahal, tidak bisa diragikan oleh bakteri plak gigi

dan berkalori, oleh sebab itu bahan pengganti gula yang baik adalah bahan pengganti gula

dari golongan gula alkohol.3,6,12

Sorbitol dan xylitol merupakan bahan pengganti gula golongan gula alkohol

yang sering digunakan, berasal dari bahan alami serta mempunyai kalori yang sama

(27)

pastiles, permen karet, dan minuman ringan. Sorbitol dan xylitol mempunyai efek

menstimulasi Streptoccocus mutans. Sorbitol paling banyak digunakan di Indonesia

sebagai pengganti gula karena bahan dasarnya mudah diperoleh, harganya murah dan

tidak kariogenik, akan tetapi xylitol lebih efektif menurunkan karies karena tidak

dapat dimetabolisme oleh bakteri dalam pembentukan asam dan mempunyai sifat anti

bakteri.3,6,8,13,14

4.1.3 Konsultasi Diet

Konsultasi diet dilakukan dengan memperkenalkan lembar diet pada orang

tua. Lembar diet ini diperkenalkan sebagai cara untuk membantu mereka mengontrol

kebiasaan makan anaknya. Bila lembar tersebut telah diisi kembalikan kepada pasien,

terdapat dua cara yang prinsip setelah ini. Pertama dokter gigi membaca dengan

seksama informasi tersebut dihadapan anak dan orang tua dan memberikan nasehat

mengenai hal baik dan hal buruk. Pendekatan lain adalah menerima lembaran tersebut

kemudian memberi tau bahwa laporan diet akan di analisa pada kunjungna

berikutnya. Pada kunjungan berikutnya, hasil analisa dikemukakan, disertai anjuran

tertulis.10

(28)

Dalam memberikan anjuran, dapat digunakan petunjuk-petunjuk sebagai

berikut:10

• Puji hal-hal baik balam diet, tujuannya memberi dorongan bukan mengkritik.

• Tekankan bahaya kudapan diantara waktu makan, dan beri komentar tentang jenis

kudapan pada diet anak.

• Beri anjuran tentang makanan pengganti non kariogenik untuk kudapan kariogenik.

Berdasarkan penemuan riset, daging, wortel, kacang dapat di klasifikasikan sebagai

makanan non kariogenik.

• Tekankan minat terhadap makanan yang baik, makanan yang penuh gizi. LEMBAR CATATAN DIET

Nama:... Tanggal Lahir:...

Hari pertama tanggal: ...

Makanan/Minuman/Jumlah

Makan pagi ...

Diantara makan pagi dan makan siang ...

Makan siang ...

Diantara makan siang dan minum teh ...

Minum Teh ...

Setelah minum teh (sore hari) ...

(29)

• Beri dorongan menggosok gigi setelah makan, bila mungkin.

• Tunjukkan bahwa diet yang mengendalikan karies gigi juga dapat mengendalian

berat badan.

• Gula-gula adalah masalah khusus. Nasihatkan bahwa gula-gula harus dikonsumsi

diakhir makan bukan diantara waktu makan.

4.2 Pencegahan Terhadap Agen (Mikroorganisme)

Pencegahan terhadap agen meliputi oral higiene, yaitu memberi instruksi

kepada orang tua dan anak cara menyikat gigi dan penggunaan dental floss, serta

menganjurkan anak untuk menggunakan obat kumur.

4.2.1 Oral Higiene

Penyikatan gigi dan flossing merupakan komponen dasar dalam

menjaga kebersihan mulut. Keterampilan penyikatan gigi harus diajarkan dan

ditekankan pada anak di segala umur. Anak dibawah umur 5 tahun tidak dapat

menjaga kebersihan mulutnya secara benar dan efektif maka orang tua harus

melakukan penyikatan gigi anak setidaknya sampai anak berumur 6 tahun kemudian

mengawasi prosedur ini secara terus-menerus. Penyikatan gigi anak mulai dilakukan

sejak erupsi gigi pertama anak dan tatacara penyikatan gigi harus ditetapkan ketika

molar susu telah erupsi.3,15 Karies dapat berkembang dan berlanjut apabila plak

dibiarkan lama di dalam rongga mulut oleh sebab itu dalam pencegahannya diberikan

pendidikan kepada anak maupun orang tua agar melakukan penyikatan gigi segera

(30)

Para ahli menganjurkan beberapa hal yang penting dalam sikat gigi, yaitu

sikat gigi dengan tangkai yang lurus dan mudah dipegang agar mencapai seluruh

permukaan gigi, kepala sikat gigi harus kecil dimana sebagai patokannya panjang

kepala sikat sama dengan lebar keempat gigi bawah dan bulu sikat memiliki panjang

yang sama.11

Departemen Kesehatan menganjurkan cara menyikat gigi yaitu dengan

gerakan pendek-pendek dimana sikat ditempatkan dengan sudut 45 derajat terhadap

sumbu panjang gigi dan ujung serat sikat pada tepi gusi dengan demikian saku gusi

dapat dibersihkan dan tepi gusi dapat dipijat. Sikat digerak-gerakkan dengan getaran

kecil kedepan dan kebelakang selama kurang lebih sepuluh kali tiap daerah yang

meliputi dua atau tiga gigi. Permukaan gigi labial disikat dengan tangkai yang

dipegang dalam kedudukan horizontal dan sejajar dengan lengkung gigi. Permukaan

gigi yang selalu bebas dari plak merupakan harapan dari penyikatan gigi tersebut.11

Waktu penyikatan gigi dianjurkan setiap kali sesudah makan dan sebelum

tidur, namun dalam prakteknya tidak dapat dilakukan terutama pada siang hari

dimana seorang anak berada di sekolah. Laporan konsultan kesehatan gigi di

Skotlandia dan The Health Education Authority merekomendasikan bahwa anak-anak

diatas tujuh tahun dan dewasa menyikat gigi dua kali sehari dengan menggunakan

pasta gigi yang mengandung paling tidak 1000 ppm fluorida, membersihkan seluruh

permukaan gigi yang bisa diakses, memuntahkan pasta gigi dan menghindari

berkumur dengan air.3,16,17 Lamanya seseorang menyikat gigi dianjurkan 5 menit, tapi

(31)

Anak yang mempunyai resiko karies tinggi dianjurkan memakai sikat gigi

elektrik dan pasta gigi yang mengandung fluor 1000-2800 ppm menunjukkan hasil

yang baik dalam pencegahan karies resiko tinggi pada anak di antara umur 6-16

tahun.3,8,11

Sekalipun pasien menyikat gigi dengan rajin dan dengan cara yang baik

namun ada kalanya daerah interdental tidak tercapai oleh sikat gigi, sehingga plak

tetap tertinggal. Diperlukan alat lain untuk membersihkan bagian interdental ini yaitu

dental floss, akan tetapi dalam pemakaiannya sulit untuk dilakukan dan memerlukan

latihan yang lama sebelum benar-benar menguasainya.11

Langkah-langkah menggunakan dental floss:6,18

a. Langkah 1 : Ambil sekitar 45 cm dental floss, kemudian lilitkan pada jari tengah di

masing-masing tangan dan sisakan sekitar 4 cm. Gunakan dental floss yang unwax

(tidak dilapisi lilin).

b. Langkah 2 : Regangkan dengan kencang menggunakan jari telunjuk dan ibu

jari. Ujung jari atau ibu jari tempat floss tidak lebih dari 2 cm jaraknya,

supaya dapat mengendalikan floss.

(32)

c. Langkah 3 : Lewatkan floss perlahan-lahan melalui titik kontak dengan

menggerakkan floss kearah bukolingual sampai masuk perlahan-lahan. Hindari

pemaksaan yang kasar karena dapat membuat trauma pada papilla dental.

d. Gerakkan floss dengan perlahan-lahan kearah okluso gingival dan bukolingual

terhadap tiap permukaan proksimal.

e. Langkah 5 : Dengan gerakan menyerupai gergaji, keluarkan floss setelah seluruh

permukaan selesai dibersihkan.

f. Langkah 6 : Setelah melakukan flossing semua gigi, kumur mulut dengan kuat untuk

mengeluarkan plak dan debris yang berada pada ruang interdental.

Lakukan langkah yang sama gigi yang lain. Coba untuk bersihkan gigi bagian

depan terlebih dahulu sebelum pindah ke gigi bagian belakang. Untuk mendapatkan

hasil yang maksimal, lakukan flossing ini di depan kaca. Waktu terbaik untuk

melakukan flossing, seperti juga dengan sikat gigi, adalah sebelum tidur. Apabila

Gambar 3 a. Gerakan lekukan seperti huruf C ke arah kanan.18 b. Gerakan lekukan seperti huruf C ke arah kiri.18

(33)

terjadi perdarahan saat dibersihkan dengan dental floss, artinya kondisi gusi tidak

sehat seperti seharusnya.18

Pemakaian dental floss dianjurkan pada masa remaja dimana penyakit

periodontal mulai meningkat yaitu umur 12-15 tahun.3,11 Wright, Banting, dan

Feasby, 1997 menyelidiki bahwa efek flossing pada karies pada permukaan

aproksimal molar susu berkurang setelah dilakukan flossing selama 20 bulan.5

4.2.2 Penggunaan Obat Kumur

Sebelum ditemukan bahan-bahan kimia khususnya antiseptik yang dapat

menghambat pertumbuhan plak gigi, usaha untuk mengurangi/mencegah

pertumbuhan plak dilakukan secara mekanis dengan memakai sikat gigi. Cara ini

ternyata kurang efektif, karena hanya berperan terhadap plak gigi yang supragingival,

di samping itu cara ini tidak mungkin dilakukan secara sempurna pada tiap individu

karena adanya beberapa faktor misalnya letak gigi yang berjejal. Para pakar di bidang

periodontologi mengadakan penelitian-penelitian menggunakan antiseptik yang

mempunyai sifat antibakteri untuk mencegah terjadinya plak yang merupakan

kumpulan mikroorganisme secara sempurna. Kebanyakan antiseptik dikemas dalam

bentuk obat kumur, walaupun ada beberapa yang dikemas dalam bentuk gel/pasta

gigi. 19

Pemakaian antiseptik sebagai obat kumur mempunyai peran ganda yaitu

sebagai pencegahan langsung pertumbuhan plak gigi supragingiva dan sebagai terapi

langsung terhadap plak gigi subgingiva. Sampai sekarang kontrol plak secara kimia

(34)

di lingkungan dokter gigi maupun di kalangan masyarakat.19 Macam-macam obat

kumur yang dipasarkan di Indonesia Listerin, Poviodine, Hidrogen Peroksida, dan

Chlorexidine.19

Listerin merupakan antiseptik yang efektif sebagai anti plak. Uji coba klinis

antara 7–60 hari menunjukkan adanya hambatan pembentukan plak dan radang

gingiva bila digunakan untuk membantu control plak secara mekanis. Hasil penelitian

ini didukung oleh penelitian Lamser dkk. selama 6 bulan, yang menunjukkan bahwa

listerin dapat mengurangi penimbunan plak dan menurunkan derajat keradangan

gingival. 19

Povidone Iodine 1 % sebagai antiseptik mempunyai sifat antibakteri. Obat

kumur ini dapat dipakai untuk mengurangi bakteremia setelah pencabutan gigi atau

setelah perawatan bedah. Efek Povidone Iodine terhadap bakteri rongga mulut sangat

cepat dan pada konsentrasi yang tinggi dapat mematikan bakteri rongga mu1ut. Bila

dibandingkan dengan chlorhexidine, Povidone Iodine hanya sedikit mempunyai sifat

anti p1ak. 19

Hidrogen peroksida merupakan antiseptik karena dapat melepaskan oksigen

sebagai zat aktif. Sebagai obat kumur biasanya dipakai konsentrasi 3%. Pemakaian

hidrogen peroksida sebagai obat kumur dapat mencegah/menghambat pertumbuhan

bakteri plak. Hambatan ini dimungkinkan karena oksigen yang dilepaskan oleh

hidrogen peroksida akan mengoksidasi protein kuman sehingga enzim kuman sebagai

penyebab radang gingiva menjadi tidak aktif. 19

Chlorhexidine merupakan derivat disquanid dan yang umumnya digunakan

(35)

terhadap gram positif dan gram negatif. Chlorhexidine sangat efektif mengurangi

radang gingiva dan akumulasi p1ak, pendapat ini sesuai pendapat bahwa larutan

chlorhexidine sangat efektif digunakan untuk plak kontrol pada perawatan radang

gingiva. Efek anti plak chlorhexidine tidak hanya bakteriostatik tetapi juga

mempunyai daya lekat yang lama pada permukaan gigi sehingga memungkinkan efek

bakterisid. Dengan demikian akumulasi plak dapat dicegah. 19

4.3 Pencegahan Terhadap Host (Tuan Rumah)

Pencegahan terhadap host dilakukan dengan penggunaan fluor baik secara

sistemik maupun secara lokal, serta fisur silen. Penggunaan fluor secara sistemik

dilakukan dengan pemberian tablet fluor, sedangkan secara lokal dapat diberikan obat

kumur fluor, dan topikal aplikasi.

4.3.1 Penggunaan Fluor Secara Sistemik

Penggunaan fluor secara sistemik dilakukan dengan fluoridasi air minum dan

pemberian fluor dalam bentuk tablet. Soine dan Wilson (1974) mengatakan bahwa

ion fluor mempunyai khasiat bakterisid sehingga dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme dan menghambat produksi asam yang dihasilkan oleh

mikroorganisme.20

Fluoridasi air minum merupakan cara yang paling efektif untuk menurunkan

masalah karies pada masyarakat secara umum. Konsentrasi optimum fluorida yang

dianjurkan dalam air adalah 0,7-1,2 ppm. Penelitian Murray dan Rug-gun

menyimpulkan bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40-50% pada

(36)

dapat dilakukan fluoridasi air minum di sekolah. Penelitian mengenai fluoridasi air

minum di sekolah menunjukkan hasil yang aman dan cukup efektif. Konsentrasi fluor

yang dimasukkan kedalam air minum di sekolah empat kali lebih tinggi yaitu dapat

mencapai 5 ppm, hal ini disebabkan karena anak-anak tidak selalu berada di

sekolah.3,11,16

Fluor dapat ditambahkan juga dalam susu dalam pencegahannya terhadap

karies. Laporan penelitian pada 80 anak yang meminum susu dengan ditambahkan

fluor (1 liter susu + 2 mg fluor dalam bentuk Na-fluor) setiap hari selama 4 1/2 tahun

diperoleh hasil 80% pengurangan karies.11

Pemberian tablet fluor juga merupakan cara yang efektif pada anak yang tidak

meminum air dengan konsentrasi fluor optimal. Tablet fluor tersedia dalam bentuk

tablet, tablet hisap dan obat tetes fluor. Dosis tablet yang dianjurkan untuk anak umur

6 bulan sampai 3 tahun adalah 0,25 mg, 3 sampai 6 tahun 0,5 mg, dan anak umur 6

tahun keatas 0,5-1 mg. Tablet hisap fluor diberikan setiap hari sampai molar kedua

erupsi serta memiliki pengaruh yang lebih besar dari pada tablet dan obat tetes fluor

karena dibiarkan larut secara perlahan dalam mulut sehingga memiliki efek ganda

topikal dan sistemik. Obat tetes fluor diberikan 5 tetes perhari untuk anak dibawah 3

tahun, dan 10 tetes perhari untuk anak diatas 3 tahun. Pemberian tablet fluor ini

memerlukan kerja sama yang erat antara orang tua, guru-guru sekolah dan para dokter

gigi.11

4.3.2 Pemberian Fluor Secara Lokal

(37)

Berkumur larutan fluor diharapkan paling berhasil untuk program kesehatan

gigi masyarakat dan usaha kesehatan gigi sekolah karena mempunyai beberapa

keuntungan yaitu waktu yang diperlukan sedikit, mudah diajarkan sehingga tidak

membutuhkan tenaga kesehatan gigi khusus, dan material yang diperlukan tidak

banyak.11

Larutan-larutan yang dapat dipakai adalah 0,2% NaF (2 gram dalam 1 liter

air), 0,8% Na2 FPO3 (8 gram Na2 FPO3 dalam 1 liter air), 0,26% fluocaril bifluaride,

0,8 SnF2 (8 gram dalam 1 liter air). Tablet NaF 0,2% juga dapat digunakan dengan

melarutkannya dalam air. Untuk mendapatkan fluor 0,2% maka suatu tablet

dilarutkan dalam 25 cc air.11

Setiap anak berkumur dengan 10 cc larutan fluor selama kurang lebih 3 menit,

larutan tidak boleh ditelan. Berkumur dengan kepala tertunduk untuk menghindari

tertelannya larutan fluor.11

4.3.2.2 Topikal Aplikasi

Telah lebih dari 30 tahun terbukti bahwa topikal aplikasi menggunakan fluor

merupakan senjata yang paling ampuh untuk menambah kekuatan enamel dan dentin,

sehingga dapat menambah daya tahan terhadap serangan asam yang menyebabkan

terjadinya karies, serta dapat mengurangi sifat kariogenik plak. Brown dkk. (1979)

mengemukakan bahwa pemberian fluorida secara topikal dapat mempengaruhi

pertumbuhan Streptokokus mutans dan mempengaruhi komposisi polisakharida

ekstraseluler yang dihasilkan. Waktu yang paling baik dilakukannya topikal aplikasi

(38)

perubahan-perubahan kimiawi terhadap unsur-unsur kimia yang terdapat dalam

lingkungan rongga mulut.11,20

Bahan fluorida yang sering dipakai pada aplikasi topikal adalah sodium

fluorida (NaF), Stannous Fluorida (SnF2) dan Amine Fluorida, Acidulated Phosphate

Fluoride (APF) serta Varnish fluorida.11,17

a.Sodium fluorida (NaF)

Sodium fluorida adalah bahan topikal aplikasi pertama yang digunakan secara

klinik dalam pencegahan karies dan ditemukan oleh Knutson, Amstrong (1943) dan

Bibby (1944). Penggunaan fluor 2% yang dilakukan Knutson dan Amstrong

mendapatkan hasil penurunan karies 69% DMFS (karies, tanggal, dan penambalan)

dan menganjurkan pengolesan larutan NaF sebanyak 4 kali perawatan dengan jarak

kira-kira 1 minggu.23 Keuntungan bahan ini adalah tidak mengiritasi gingiva, rasa

yang enak, dan tidak mewarnai gigi akan tetapi membutuhkan beberapa kali

kunjungan dalam interval waktu yang pendek. Konsentrasi sodium fluorida yang

biasa dipakai dan yang dianggap efektif untuk mengurangi karies adalah 2%.21,22

b. Stannous Fluoride (SnF2) dan amine fluorida

Stannous Fluoride (SnF2) dan amine fluorida merupakan bahan yang dapat

menguatkan struktur enamel sehingga dapat mencegah terjadinya karies dan

peningkatan hipersensitivitas.23,28 Larutan dan gel stannous fluorida mengandung

8-10% fluorida, sedangkan amine fluorida mengandung 1-1,25% fluorida yang tersedia

sebagai topikal aplikasi. SnF2 memiliki efek pengganggu yang signifikan terhadap

asidogenitas plak (Avatum dan Attramadal, 1978) dan formasi plak (Svatum, dkk

(39)

fluorida. Staining gigi ringan dan rasa yang tidak sedap membatasi pemakaian klinis

dari stannous fluorida. Amine fluorida dilaporkan memiliki pengaruh antibakteri yang

lebih kuat dari pada kebanyakan senyawa fluorida (Gehring, 1981; Meurman,

1987).23

c. Acidulated Phosphat Fluoride (APF)

APF diperkenalkan pada tahun 1960-an (Brudevold, dkk 1963). Wellock dan

Brudevold (1953) melaporkan pemakaian APF menghasilkan penghambatan karies

gigi sampai 30-40 % (Forrester, 1981). Keberhasilan APF ini dihubungkan dengan

kemampuan mengikat fluor dalam enamel sebagai fluorapatit. Chow (1977) menduga

bahwa APF memberikan perlindungan jangka pendek sebagai sumber fluor yang

lebih kuat, juga efek jangka panjang dengan pembentukan fluorapatit yang kurang

larut di bawah kondisi normal rongga mulut (Clarkson dan Wei, 1982).21,22

APF tersedia juga dalam bentuk gel yang pemakaiannya lebih mudah yaitu

dengan menggunakan sendok cetak khusus. Gel APF ini biasanya diberi rasa

buah-buahan dan mint serta warna yang menarik. Warna dari bahan ini membantu

memperlihatkan daerah gigi yang tidak dapat dicapai gel sehingga dapat dilakukan

pengulangan aplikasi. Bahan ini stabil tidak mengiritasi gusi, tidak menyebabkan

pewarnaan pada gigi dan restorasi (Forrester, 1981). Penelitian secara in vitro yang

dilakukan Wei (1973) memperlihatkan bahwa pengikatan fluor oleh enamel dari gel

APF sebanding dengan bentuk larutan.21,22

Secara klinis, larutan APF dan gel APF memperlihatkan pengurangan karies

yang sama (Clarkson dan Wei, l982) oleh sebab itu pada saat memilih bahan aplikasi

(40)

biaya dan kenyamanan pasien, karena bahan ini sama-sama efektif (Forrester, 1981).

Larutan maupun gel APF diaplikasikan pada gigi selama 4 menit. Untuk gel APF

dapat digunakan sendok cetak khusus yang terbuat dari lilin, karet atau plastik

(Forrester, 1981). Produk APF yang tersedia pada umumnya mengandung 1,23%

fluorida, yang setara dengan 12.300 ppm atau 12,3 mgF per mililiter produk dan

digunakan dalam selang waktu 6-12 bulan.21,22

d. Varnish fluorida

Varnish fluorida diperkenalkan pada tahun 1960-an sampai 1970-an dapat

diberikan pada semua usia dimulai dari bayi sampai pasien dewasa. Kedokteran gigi

anak lebih sering menggunakan bahan ini karena cara aplikasinya mudah, bahan

mudah diperoleh dan tidak memerlukan instrumen khusus sehingga pasien tidak takut

bila dilakukan aplikasi topikal dengan cara ini. Varnish fluorida pada dasarnya

dikembangkan untuk memperpanjang waktu perlekatan fluorida terhadap enamel,

mengikat permukaan gigi untuk periode yang lama dan mencegah kehilangan fluorida

segera setelah aplikasi. American Dental Association menyimpulkan bahwa varnish

fluorida yang digunakan 2 kali dalam satu tahun efektif dalam mencegah karies gigi

primer dan permanen anak dan remaja sedangkan pemakaian 2 kali atau lebih dalam

satu tahun dapat mengurangi prevalensi karies dalam populasi anak yang beresiko

tinggi.16,17,23

Penatalaksanaan varnish fluorida:17

a. Isolasi dan keringkan bagian kwadran gigi dengan menggunakan kain kasa, kapas,

(41)

b. Aplikasikan selapis tipis varnish pada tiap kwadran gigi dengan menggunakan

fluoride aplikator, biarkan mengering dalam beberapa detik (gambar 6).

c. Gigi pasien akan terlihat berwarna kuning setelah dilakukan aplikasi sekitar 24-48

jam. (gambar 7)

Gambar 5. Gigi dikeringkan dengan kain kasa.17

Gambar 6. Aplikasi varnish dengan menggunakan fluoride aplikator.17

(42)

d. Instruksikan kepada pasien untuk tidak memakan makanan yang keras dan tidak

menggosok gigi sampai keesokan harinya.

Efek aplikasi fluor secara topikal dalam menghambat karies gigi adalah

enamel menjadi lebih tahan terhadap demineralisasi asam, dapat memacu proses

remineralisasi pada permukaan enamel, menghambat sistem enzim mikrobiologi yang

merubah karbohidrat menjadi asam dalam plak gigi, serta adanya efek bakteriostatik

yang menghambat kolonisasi mikroorganisme dipermukaan gigi.11

4.3.3 Pit dan Fisur Silen

Daerah pit dan fisur pada gigi posterior merupakan daerah yang rentan

terhadap karies, dalam waktu yang singkat setelah erupsi sering ditemui bagian

tersebut telah mengalami karies. Fisur silen adalah bahan yang dirancang sebagai

pencegahan karies pada daerah pit dan fisur.13,10

Cara kerja fisur silen:5,11

a. Permukaan gigi yang hendak dirawat dibersihkan dengan pumice serta sikat

berkecepatan rendah untuk membersihkan pit, fusur dan permukaan disekitarnya.

Cuci permukaan dengan semprotan udara/air.

b. Mengisolasi daerah kerja dari saliva merupakan hal yang penting dalam menentukan

(43)

menggunakan rubber dam, akan tetapi dapat juga digunakan gulungan kapas.

Gunakan saliva ejektor pada saat merawat gigi bawah (gambar 8a)

c. Etsa email menggunakan asam fosfat 30-50% dengan gulungan kapas kecil, spon,

atau kuas kecil. Perluas daerah etsa melewati fisur sampai ke ujung cusp (gambar 8b)

atau sampai radius 3-4 mm sekitar pit. Jaga email tetap basah oleh asam selama 1

menit.

d. Cuci asam dengan aliran air yang diarahkan pada permukaan etsa selama 15 detik

(gambar 8c). Pasien tidak boleh berkumur, menahan pipi menjauhi gigi, keluarkan

kapas yang basah dan ganti dengan kapas yang kering. Keringkan permukaan etsa

seluruhnya dengan tiupan udara selama 30 detik.

e. Tempatkan resin pada satu ujung fisur (atau pit) dan biarkan mengalir ke seluruh

fisur sampai fisur tertutup dan tepi resin kira-kira berada 2 mm diatas bidang insisal

cusp (gambar 8d)

f. Pertahankan isolasi sampai waktu polimerisasi sesuai anjuran pabrik atau jika

menggunakan light acyrilic resin berikan penyinaran sesuai waktu yang dianjurkan.

g. Permukaan oklusal harus diperiksa untuk melihat apakah ada resin yang berlebih

dengan memakai ujung tajam sonde. Apabila masih ada dapat diulang penyinaran.

a.

b.

c.

(44)

Bahan resin yang digunakan adalah Nuva Seal berupa resin dengan

polimerisasi menggunakan sinar ultra violet Nuva Lide, Nuva Cote bahan yang

disempurnakan dari Nuva seal, Fissure epoxylite 9075, dan Delton. Pada dasarnya

keberhasilan dari teknik ini tidak hanya tergantung dari bahannya tapi sangat

dipengaruhi oleh keterampilan operatornya.11

Proses etsa yang dilakukan bertujuan untuk membersihkan permukaan enamel

dan mendapatkan porositi dari enamel agar resin dapat berpenetrasi kedalamnya dan

membentuk suatu ikatan resin.11,10

Pemeriksaan secara periodik yaitu 6 bulan sekali perlu dilakukan untuk

melihat apabila resin masih utuh atau sudah lepas dan ditanggulangi secepatnya.11

4.4 Kontrol Berkala

Orang tua dianjurkan untuk memerikasan anaknya secara rutin setiap 6 bulan

sekali ke dokter gigi. Hal ini berguna untuk memonitor pertumbuhan dan

perkembangan gigi anak serta mendeteksi kelainan gigi sejak dini. Orang tua

diharapkan untuk berperan serta dalam memonitor pertumbuhan dan perkembangan

gigi anak-anak di rumah. Keluhan-keluhan ataupun kelainan yang ditunjukan anak

perlu mendapat perhatian.14

Gambar 8. a. Menggunakan saliva ejektor saat merawat rahang bawah. 5 b. Memperluas daerah etsa melewati fisur sampai ke ujung cusp. 5 c. Mencuci permukaan enamel. 5

(45)

Menurut rekomendasi dari The American Academy of Pediatric Dentistry

(AAPD) dan American Dental Association (ADA), seorang anak harus mulai

melakukan kunjungan dokter gigi setelah gigi sulung pertamanya erupsi, hal ini

ditunjukkan untuk mengontrol berbagai patologi gigi, terutama karies. Selain itu

rekomendasi ini juga didasarkan pada anak untuk mendapatkan kesehatan mulut yang

(46)

BAB 5

KESIMPULAN

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit

menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa

kurun waktu. Beberapa faktor yang yang memegang peranan dalam terbentuknya

karies yaitu faktor substrat (makanan), agen (mikroorganisme), host (tuan rumah),

dan faktor waktu.

Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum

timbulnya suatu penyakit yaitu dilakukan dengan upaya meningkatkan kesehatan

(health promotion) dan memberikan perlindungan khusus (spesific protection).

Tujuan pencegahan primer adalah untuk mengidentifikasi faktor resiko karies dini

dan mencegah proses patologi karies sebelum karies makin berkembang.

Faktor makanan yaitu karbohidrat yang bersifat kariogenik yaitu dapat

difermentasi oleh bakteri plak menjadi asam organik. Pengaruh karbohidrat sebagai

penyebab terjadinya karies semakin besar jika karbohidrat tersebut dibiarkan melekat

terus dalam waktu yang lama di permukaan gigi, oleh sebab itu menyikat gigi segera

setelah makan merupakan salah satu cara yang efektif dalam mengurangi terjadinya

karies. Sekalipun pasien menyikat gigi dengan rajin dan dengan cara yang baik

namun ada kalanya daerah interdental tidak tercapai oleh sikat gigi, sehingga plak

tetap tertinggal. Diperlukan alat lain untuk membersihkan bagian interdental ini yaitu

(47)

Ada beberapa pemberian fluor yang dapat dipakai dalam mencegah terjadinya

karies baik secara sistemik maupun lokal. Secara sistemik tablet hisap fluor

mempunyai pengaruh yang lebih besar karena dibiarkan larut secara perlahan dalam

rongga mulut sehingga memiliki efek ganda topikal dan sistemik.

Bahan topikal aplikasi yang sering digunakan pada kedokteran gigi anak

adalah varnish fluorida karena cara pengaplikasiannya mudah, bahan mudah

diperoleh, dan tidak memerlukan instrumen khusus sehingga pasien tidak takut bila

dilakukan topikal aplikasi dengan bahan ini.

Pit dan fisur silen dirancang sebagai pencegahan karies pada daerah pit dan

fisur pada gigi posterior dimana daerah tersebut merupakan daerah yang rentan

terhadap karies.

Dalam mencegah terjadinya karies pada gigi anak-anak diperlukan kerjasama

(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kidd EA. Essentials of dental caries. 2nd ed. UK: Oxford University Press, 2005:

1-20.

2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 4-24.

3. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang beresiko karies tinggi. Dent J 2005;

38 (3): 130-4

4. Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press,

1997: 1-33.

5. Cameron AC, Widmer RP. Hand book of pediatric dentistry. 2nd Edinburg: Mosby,

2003:44-69

6. Soesilo D, Santoso RE, Diyatri I. Peranan sorbitol dalam mempertahankan

kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. J Dent 2005, 38 (1): 25-8.

7. Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini. Seminar

Sehari Kesehatan-Psikologi Anak. 2005: 1-18.

8. Ball G, Barnard D, eds. Preventing dental caries in children at high caries risk.

Scottish Intercollegiate Guidelines Network 2000, 47: 1-20

9. Daliemunthe SH. Periodonsia. Medan : USU Press, 2008: 106-12.

10. Andlaw RJ, Rock WP. Perawatan gigi anak. Alih bahasa. Agus Djaya. Jakarta:

Widya medika, 1992: 31-61.

11. Panjaitan M. Ilmu pencegahan karies gigi. Medan: USU Press, 1997: 1-74.

(49)

13. Zero DT, Fontana M, Mier EA. The biology, prevention, diagnosis and treatment of

dental caries: scientific advances in the United States. J Am Dent Assoc 2009; 140:

25-34.

14. Anonymous. Pediatric dental health. <http://dental resource.org/topic54

dentalcaries.html> (18 Februari 2010)

15. W Donald, Lewis, Ismail A. Prevention of dental caries.

<www.phac-aspc.gc.ca/publicat/clinic-clinique/pdf/s4c36e.pdf> (18 Februari 2010)

16. Tinanoff N, Kanellis MJ. Current understanding of the epidemiologiy, mechanism,

and prevention of dental caries in preschool children. Pediatr Dent 2002; 24 (6):

543-51.

17. Azarpazhooh A, Main PA. Fluoride varnish inthe prevention of dental caries in

children and adolescents: a systemic review. JCDA 2008; 74 (1): 73-9.

18. Anonymous. Sikat gigi versus dental flossing. <http://sehatuntuksemua.

wordpress.com/2009/30/sikat-gigi-versus-dental-flossing> (22 April 2010)

19. Prijantojo. Antiseptik sebagai obat kumur-peranannya terhadap pembentukan plak

gigi dan radang gusi. Cermin dunia kedokteran 1996; 113: 28-32.

20. Panjaitan M. Hambatan natrium fluorida dan varnish fluorida terhadap

pembentukan asam susu oleh mikroorganisme plak gigi. Cermin Dunia Kedokteran

2000 ;126: 40-44

21. LeCompte, Doyle TE. Oral fluoride retention following various topical application

techniques in children. J Dent Rest 1982; 61 (12): 1397-400.

22. Drianty R, Gartika M. Sasmita IS. Perbandingan efektifitas gel acidulated phosphat

fluoride 1,23% dan natrium fluoride solution 2% sebagai bahan fluoride topikal

pada anak-anak usia 3-7 tahun di panti asuhan muhammadyah kota bandung.

(50)

23. Seppa L, Rolla G. Profesional topical fluoride application clinical efficacy and

Gambar

Gambar 1. Diagram empat lingkaran mempengaruhi karies gigi.2
Gambar 2.  a.               Dental floss dililitkan pada jari tengah.18      b. Dental floss di regangkan
Gambar 3  a. Gerakan lekukan seperti huruf C ke arah kanan.18     b. Gerakan lekukan seperti huruf C ke arah kiri.18
Gambar 5.  Gigi dikeringkan dengan kain kasa.17

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa keterampilan cara menyikat gigi pada anak umur 10-12 tahun SDN 59/IV Kota Jambi memiliki keterampilan cara

Anak prasekolah sudah dianjurkan untuk memakai pasta gigi yang mengandung fluor karena kemampuan refleks penelanan anak sudah lebih baik, sehingga anak sudah dapat berkumur

Materi/alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kartu Indikator Karies Anak (KIKA) yang dirancang oleh peneliti sebagai media edukasi kepada ibu,

Menurut Rohaeni, pencegahan karies rampan dilakukan bila gigi susu anak telah erupsi agar diperoleh suatu kesehatan gigi dan mulut yang optimal dengan cara memperhatikan

Diutamakan untuk masyarakat yang tidak mendapat manfaat dari fluoridasi air  minum, manfaat kerja fluor tergantung pada metode terapi sistemik lain seperti tablet F

Proses ini tergantung pada identifikasi pertama dari proses penyakit Saat seorang anak teridentifikasi dengan risiko tinggi karies, lingkungan mulut dan pencegahan karies

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti tentang pemberian motivasi orang tua dalam menggosok gigi pada anak usia prasekolah dengan timbulnya

Pemberian ASI eksklusif akan menjamin tercapainya perkembangan sensorik dan kognitif anak secara optimal.1,6 Enuresis Enuresis adalah keluarnya air kemih yang tidak disadari dan