• Tidak ada hasil yang ditemukan

SLR: PENGGUNAAN FLUOR SISTEMIK DAN LOKAL TERHADAP PENCEGAHAN KARIES GIGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SLR: PENGGUNAAN FLUOR SISTEMIK DAN LOKAL TERHADAP PENCEGAHAN KARIES GIGI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3 No 1 Maret 2022 ISSN: 2721-2033

SLR: PENGGUNAAN FLUOR SISTEMIK DAN LOKAL TERHADAP PENCEGAHAN KARIES GIGI

Naufi Fitriah Al Hayat 1*, Bambang Hadi Sugito2, Sunomo Hadi3

1,2,3

Jurusan Kesehatan Gigi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya

* naufifitriahalhayat@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Salah satu penyakit gigi dan mulut yang menjadi urutan tertinggi dalam kesehatan gigi dan mulut adalah karies gigi. Prevalensi karies yang tinggi ini erat hubungannya dengan kondisi email gigi. Email gigi yang mengandung fluor yang cukup akan menyebabkan gigi lebih tahan terhadap karies, karena tidak mudah larut oleh asam. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan penggunaan fluor sistemik dan lokal terhadap karies gigi. Metode : Metode pengumpulan data dengan menggunakan literature review yang diperoleh dari 4 database Pencarian jurnal tahun 2016-2021 pada database Google Schoolar, Resechgate, Pudmed dan DOAJ dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris. Hasil : Berdasarkan hasil literature review pada 10 jurnal, Penggunaan fluor secara sistemik dan lokal dapat mempengaruhi terjadinya karies karena fluor dapat meningkatkan ketahanan email gigi terhadap serangan asam dan meningkatkan proses remineralisasi.

Kata kunci:

Karies Gigi, Penggunaan Fluor Sistemik dan Lokal

ABSTRACT Key word:

Dental Caries, Use of Systemic and Local Fluor

.Background : One of the dental and oral diseases that ranks highest in oral health is dental caries. The high caries prevalence is closely related to the condition of tooth enamel. Tooth enamel that contains sufficient fluoride will cause teeth to be more resistant to caries, because they are not easily soluble by acids. Objective : The purpose of this paper is to explain use of systemic and local fluoride on dental caries. Study Design : This type of research is Systematic Literature review. Search journals for 2016-2021 on Google Schoolar, Researchgate, Pudmed, and DOAJ database in Indonesia and English. Results : Based on the results of a literature review in 10 journals, Systemic and local use of fluorine can influence the occurrence of caries because fluorine can increase the resistance of tooth enamel to acid attack and enhance the remineralization process

(2)

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan, khususnya anak usia sekolah dasar.

Usia sekolah merupakan masa untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas dan kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Selain itu, anak yang menderita penyakit gigi dan mulut rawan terhadap kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga akan berpengaruh pada prestasi belajar (Nurhamidah et al., 2016).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan secara komprehensif karena dampaknya yang sangat luas, sehingga perlu penanganan segera sebelum terlambat. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, untuk kesehatan gigi dan mulut, proporsi masalah gigi dan mulut di Indonesia sebesar 57,6%. Salah satu penyakit gigi dan mulut yang menjadi urutan tertinggi dalam kesehatan gigi dan mulut adalah karies gigi. Masalah karies ini sering terjadi pada anak-anak (Nurhamidah et al., 2016).

Berdasarkan hasil laporan Riskesdas tahun 2018, proporsi masalah karies gigi atau gigi berlubang di Indonesia yang dimana dikelompokkan sesuai umur anak-anak yaitu rentang umur 5-9 tahun sebesar 92,6% dan rentang umur antara 10-14 tahun sebesar 73,4%. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak yang menderita karies gigi cukup tinggi.

Karies adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi antara mikroorganisme, karbohidrat dalam makanan dan email. Karies yang tidak ditangani dengan baik akan berpengaruh pada derajat kesehatan dan asupan gizi. Prevalensi karies yang tinggi ini erat hubungannya dengan kondisi email gigi. Email gigi yang mengandung fluor yang cukup akan menyebabkan gigi lebih tahan terhadap karies, karena tidak mudah larut oleh asam. Fluor termasuk golongan mikromineral yang berperan dalam proses mineralisasi dan pengerasan email gigi. Fluor ini berperan dalam pembentukan email gigi dan membuat struktur gigi lebih kuat. (Fejerskov et al., 2015).

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu pada email/enamel, dentin, dan sementum (Adhani et al., 2015). Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak, dan diet atau substrat (khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam latat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Putri et al., 2012).

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan silih berganti. Adanya saliva didaerah gigi mengakibatkan karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini (Margareta, 2012)

(3)

Fluor memiliki tiga mekanisme sebagai kontrol karies yaitu meningkatkan remineralisasi, menghambat demineralisasi dan penghambatan glikolisis pada bakteri karies. Fluor secara sistemik tidak memiliki efek anti bakteri. Fluor secara sistemik lebih bermanfaat dalam masa pembentukan email. (Annisa et al., 2018)

Fluor dapat juga terkandung dalam air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat.

Standar air bersih yang dapat digunakan oleh masyarakat harus memenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologis, dan radio aktif. Zat kimia yang terdapat di dalam air salah satunya adalah fluor. Tubuh membutuhkan fluor untuk proses metabolisme, dan bila kadar fluor lebih besar dari 2,5 mg/l dapat mengakibatkan penyakit perut, tulang keropos, dan email gigi berwarna coklat. Kekurangan fluor dapat menyebabkan kerusakan gigi, gigi menjadi rapuh, mudah terserang karies gigi (caries dentis), perubahan warna pada gigi anak, dan dapat terjadi penipisan tulang (Soerahman et al., 2012). Setiap daerah mempunyai kadar fluor yang relatif berbeda-beda, dipengaruhi oleh musim, karakeristik geologi, kimia dan fisik akuifer, porositas tanah dan kegiatan unsur kimia lain (Suratri et al., 2018).

Menurut Putri et al, 2012 fluoride dalam jumlah kecil dapat meningkatkan ketahanan struktur gigi terhadap demineralisasi dan hal tersebut sangatlah penting terutama sekali dalam mencegah gigi berlubang. Ketika fluor tersedia pada siklus demineralisasi gigi fluoride tersebut menjadi faktor utama yang dapat mengurangi aktifitas karies. Tingkat optimal fluoride untuk persediaan air masyarakat sekitar 1 (0.7-1,2) bagian per juta (ppm).

Fluoride memberi pengaruh anti karies melalui tiga mekanisme yang berbeda yaitu pertama keberadaan ion fluoride dapat meningkatkan terjadinya fluorapaptite pada struktur gigi dari ion kalsium dan ion fosfat yang ada pada saliva. Kedua lesi karies baru yang tidak mengalami kavitas diremineralisasi melalui proses yang sama. Ketiga fluoride telah memiliki aktifitas antimikroba.

Fluor memiliki efek secara sistemik dan topikal. Fluor secara sistemik dapat memberikan proteksi karies jangka panjang. Sediaan fluor secara sistemik berupa air minum, suplemen, garam dan susu formula berfluor. Sediaan fluoridasi topikal berupa pasta gigi, obat kumur, gel, varnish, dan SDF. Fluor topikal akan lebih efektif apabila dilakukan dengan kombinasi sediaan (Annisa et al., 2018). Fluor bekerja dalam tiga cara, yaitu dengan memperlambat perkembangan lesi karies dengan cara menghambat proses demineralisasi, meningkatkan ketahanan email terhadap serangan asam dan meningkatkan proses remineralisasi, bereaksi dengan hidroksiapatit membentuk fluorapatit (Tarigan., 2014)

Berdasarkan dari hasil penelitian (Geovani et al., 2019)) mengenai Pengaruh Penggunaan Air Hujan Terhadap Karies Gigi Pada Masyarakat Di Kecamatan Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2017. Pada penelitian ini, terdapat sebanyak 30 orang menjadi sampel penelitian. Penelitian berlokasi di Kecamatan Batang Gasan.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan responden menggunakan air PDAM paling banyak indeks karies gigi rendah yaitu (56,7%) dan pada responden menggunakan air hujan paling banyak indeks karies gigi tinggi (50%), Indeks karies gigi populasi berdasarkan indeks DMF-T responden menggunakan air PDAM dengan rata-rata 2,6 berada pada kategori rendah dan kelompok menggunakan air hujan dengan rata-rata 6,7 kategori sangat tinggi dan terdapat pengaruh menggunakan air hujan dan tidak menggunakan air hujan dengan prevalensi karies di Kecamatan Batang Gasan. P = 0,000 <

0,05 (Geovani et al., 2019)

(4)

Berdasarkan dari hasil penelitian Sunomo Hadi dan Jumriani (2019) mengenai Kadar Flourida, Air Sumur, dan Status Karies Gigi Anak Surabaya. Pada penelitian ini, terdapat sebanyak 40 siswa orang menjadi sampel penelitian. Penelitian berlokasi di empat Sekolah Dasar Negeri di Kota Surabaya, mewakili Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan dan Surabaya Barat. Nilai mean DMF-T subjek penelitian adalah 1,58 (kategori rendah), mean fluoride Kadar air sumur 0,457 mg / L (kategori rendah). Hasil penelitian menunjukkan adanya fluoride di dalam sumur air tidak berkontribusi terhadap rendahnya nilai DMF-T dalam penelitian ini. Fluorida dalam air sangat banyak Penting untuk kesehatan gigi khususnya bagi anak-anak, hal ini karena jumlah asupan yang tepat dapat menunjang pembentukan email gigi yang tahan terhadap kerusakan akibat mulut (Hadi & Jumriani, 2019).

Tindakan pencegahan yang dimulai sedini mungkin dibutuhkan agar tidak terjadi peningkatan prevalensi karies. Banyaknya sediaan fluor di masyarakat pada saat ini juga menjadi pertimbangan, karena tidak semua dapat diberikan untuk setiap individu.

Seorang dokter gigi harus mempertimbangkan sediaan dan dosis yang tepat sesuai dengan derajat keparahan karies. Bila digunakan dengan tepat, fluor aman dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan karies gigi. Keputusan mengenai pemberian fluor didasarkan pada kebutuhan setiap pasien, termasuk pertimbangan risiko dan manfaat.

(Annisa et al., 2018)

METODE

Penelitian ini menggunakan Systematic Literature Review. Pencarian literatur tentang penggunaan flour sistemik dan lokal terhadap karies gigi dilakukan selama satu bulan yaitu bulan Maret - April 2021. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data sekunder didapatkan dari beberapa academic database yaitu : Google Scholar, Researchgate, Pudmed, dan DOAJ Jumlah jurnal yang direncanakan adalah 10 jurnal, yang diterbitkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pencarian jurnal menggunakan kata kunci : “Penggunaan Flour”, “Sistemik dan Lokal”,

“Pencegahan Karies Gigi”.

Mengacu pada PICOS, kriteria inklusi dan eksklusi ditetatpkan sebagai berikut : Table 1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Ekslusi

Population Anak – anak dan Orang Dewasa diatas umur 2 tahun

Anak – anak dan orang dewasa di bawah 2 tahun

Interventions Intervensi tentang penggunaan fluor sistemik dan lokal

Intervensi selain tentang penggunaan fluor sistemik dan lokal

Comparator - -

Outcomes Penggunaan fluor sistemik dan lokal terhadap pencegahan karies gigi

Selain penggunaan fluor sistemik dan lokal terhadap pencegahan karies gigi

(5)

Study Design and Publication Types

Kuantitatif, non eksperimental (cross sectional, retrospektif, prospektif)

Type : original article

Kualititatif, eksperimental (pra eksperimental, eksperimental kuasi, ekperimental murni) Type : non original article Publication Year 2016 atau sesudahnya Sebelum 2016

Languages Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Selain Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

Berdasarkan penulusuran database academic seperti Google, dan Google Scholar dengan kata kunci “Penggunaan Flour”, “Sistemik dan Lokal” dan “Pencegahan Karies Gigi” didapatkan beberapa jurnal diantaranya, Google Scholar 226 jurnal, Researchgate 79 jurnal, Pudmed 5 Jurnal, dan DOAJ 4 Jurnal. Sehingga total jurnal yang didapatkan yaitu 314 jurnal. Dari 314 jurnal perlu diidentifikasi untuk melihat duplikasi. Identifikasi tersebut meliputi judul, tahun dan nama pengarang apabila didapatkan kesamaan, dapat disimpulkan bahwa jurnal tersebut isinya sama. Setelah dilakukan identifikasi ternyata terdapat 14 jurnal yang sama. Maka total 314 jurnal dikurangi dengan jurnal duplikasi sebanyak 14 jurnal sehingga didapatkan 300 jurnal tanpa duplikasi. Sebanyak 300 jurnal dilakukan skrining berdasarkan judul untuk mendapatkan tema yang sesuai dengan kriteria yang dicari.

Dari 300 jurnal terdapat 33 jurnal yang sesuai dengan tema literature review. Sebanyak 267 jurnal dieksklusi karena tidak sesuai dengan kriteria inklusi. Tahap selanjutnya, dari 33 jurnal dianalisa kembali berdasarkan abstrak didapatkan sebanyak 20 jurnal yang masuk kriteria inklusi. Terdapat 13 jurnal tidak masuk dalam kriteria inklusi dikeluarkan. Dari 20 jurnal dianalisa kembali berdasarkan ketersediaan full text. Hingga diperoleh 10 jurnal yang masuk dalam kriteria inklusi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini disajikan hasil literatur review yang dilakukan penulis mengenai artikel yang berkaitan dengan topik yang disajikan.

Tabel 2 menyajikan rangkuman hasil literature review tentang Penggunaan Fluor Sistemik Dan Lokal Terhadap Pencegahan Karies Gigi

No. Penulis

(Tahun) Judul

Jurnal Vol (No)

Metode (Desain, Sampel, Variabel,

Instrumen)

Hasil Database

1. Sunomo Hadi, &

Jumriani (2019)

Fluoride Level of Well Water and Dental Caries Status of Children in Surabaya

Vol. 2 (No. 3)

D : Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional

S : 4 SD di Surabaya.

Jumlahnya 40 siswa. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan purposive

Jenis kelamin responden sebanyak 18 siswa (45%) berjenis kelamin laki- laki, sebanyak 22 siswa (55%) berjenis kelamin perempuan.

Rata-rata DMFT sangat rendah sebanyak 26 siswa (65%), rendah sebanyak 6 siswa (15%), sedang sebanyak 7 siswa (17,5%), dan kategori

Google scholar

(6)

sampling.

V : Kadar Fluorida dalam air sumur, sedangkan variabel bebasnya adalah jumlah karies.

I : Pemeriksaan objektif

tinggi sebanyak 1 siswa (2,5%) .

Kadar fluorida terendah yang diperoleh adalah 0,00 mg/L dan kadar fluorida tertinggi adalah 2,67mg/L.

Kadar fluorida dalam kategori rendah sebanyak 34 siswa (85%), kategori sedang sebanyak 4 siswa (10%), kategori tinggi sebanyak 2 siswa (5%)

2. Jahja, Mohammad Taufik Adiko, Sunomo Hadi (2017)

The Correlation Between Teeth Brushing Time and the Number of DMF-T On Iv And V Grade Elementary Students In Surabaya

Vol. 2 (no. 2)

D : Uji Chisquare

S : Siswa kelas IV dan V SD di 4 wilayah Surabaya 2016. Teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan Tes Chisquare dan diperoleh 208 siswa

V : Jumlah DMF- T, waktu menggosok

I : Pemeriksaan gigi dan wawancara

Surabaya Selatan yang datanya dikumpulkan di SDN Bendul Merisi II dan diperoleh rata-rata DMF-T (1,72),

Surabaya Timur yang datanya dikumpulkan di SDN Pacar Kembang I Surabaya dan diperoleh rata-rata DMF-T (2,43)

Surabaya Barat data dikumpulkan di SDN Sukomanunggal IV diperoleh rata-rata DMF-T (1,56)

Surabaya Utara data dikumpulkan di SDN Perak Utara II diperoleh rata-rata DMF-T (1,50)

Rata-rata jumlah DMF-T siswa dari empat SD di Surabaya adalah 1,80.

Jumlah DMF-T terendah terdapat di SDN Perak Utara II yaitu 1,50 dan tertinggi di SDN Pacar Kembang

Sebagian besar waktu menyikat gigi siswa SD di Surabaya yaitu pada pagi hari adalah pada saat mandi (75,0%).

Sedangkan menyikat gigi yang dilakukan

Google scholar

(7)

setelah makan pagi hanya sebesar 16,3%.

Pada sore dan malam hari, lebih dari 50%

siswa menyikat gigi saat mandi (53,4%).

Menyikat gigi sebelum tidur sebesar 30,3% dan setelah makan malam sebesar 16,3%.

Antara waktu

menggosok gigi dengan frekuensi menggosok gigi, dengan tingginya angka DMF-T pada siswa kelas IV dan V SD di Surabaya, sedangkan intensitas dalam menggosok gigi tidak memiliki hubungan dengan tingginya jumlah DMF-T 3. Pratitis Widi

Seno, Ambar Delfi Mardiunti, Dewi Sartieka Putri, Irma Khoerunisa , Fitri Diah Oktadewi (2020)

SCHOOL- Based Flouride Mouth Rinse (S-Fmr) Sebagai Upaya Pencegahan Karies Pada Anak:

Sebuah Tinjauan Pustaka

Vol 7 (no.2)

D : Deskriptif

S : Anak usia 6 – 18 tahun di lingkungan sekolah.

V : Efektivitas pembelajaran berbasis sekolah kumur

berfluoride (S- FMR),

pencegahan karies

I : Larutan fluoride di gelas kumur sebanyak 5-10 mL, pemahaman mengenai tata cara proses berkumur menggunakan fluor

Pencegahan karies pada anak harus dilakukan sejak usia dini melalui berbagai program.

Program S-FMR adalah salah satu pencegahan karies dengan

memberikan flouride secara topikal pada anak usia sekolah

Google scholar

4. Made Ayu Lely Suratri, Tince A.

Jovina, dan Indirawati Tjahja

Hubungan Kejadian Karies Gigi dengan Konsumsi Air Minum

Vol. 28 (no.3)

D : Potong lintang (cross-sectional)

S : Semua anggota rumah tangga di Indonesia di 33

Hampir semua jenis sumber air minum dapat menyebabkan terjadinya karies gigi kecuali jenis air minum dari air isi ulang, dengan nilai

Pubmed

(8)

Notohartojo Pusat (2018)

pada Masyarakat di Indonesia

provinsi, 497 kabupaten/kota, penduduk berusia

≥ 12 tahun dan menandatangani informed consent (persetujuan dilakukan penelitian) sebanyak 189.080 orang

V : Pemeriksaan gigi (untuk memperoleh indeks DMF-T), perilaku atau kebiasaan, kualitas fisik dan pengolahan air minumnya

I : Pemeriksaan gigi dan mulut, kuesioner, dan wawancara

p>0,05 (p= 0,178) dan air ledeng eceran, dengan nilai p>0,05 (p= 0,307) dan juga hampir semua jenis sumber air yang banyak dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga dapat

menyebabkan terjadinya karies gigi kecuali jenis sumber air dari sumur gali terlindungi, dengan nilai p>0,05 (p= 0,979), dimana OR: 1,026 (CI 95%: 0,979-1,076)

Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara cara pengolahan air minum dengan terjadinya karies gigi (Tabel 4), dengan nilai p>0,05, ini berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara cara pengolahan air minum dengan status karies gigi.positif yang lemah 5. Muhammad

Taqi, Ishak Abdul Razak, Norintan Ab-Murat (2017)

Caries risk assessment in school children.

using reduced cariogram model

Vol. 33 (no. 4)

D : Cross sectional

S : 226 anak dari tujuh sekolah yang dipilih secara acak di Kota Bhakkar

V : Berat dan tinggi anak, erupsi gigi

I : Cariogram.

indeks DMFT dan Sillnes dan Loe, diet harian tiga hari

Hampir 40% peserta dikategorikan memiliki risiko karies rendah, 30% memiliki risiko karies sedang, dan 30%

memiliki risiko karies tinggi.

Skor DMFT rata-rata keseluruhan adalah 1,49.

Hanya 1% dari peserta yang jarang

menggunakan pasta gigi berfluoride & berkumur larutan fluoride, 89%

dari peserta hanya mendapatkan fluor dari pemakaian pasta gigi, dan 10% dari peserta tidak pernah

menggunakan pasta gigi dan tidak pernah berkumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluoride.

Google scholar

6. Nadia Pinky Pengaruh Vol.5 D : Observasional Responden Google

(9)

Geovani, Intan Batura Endo Mahata, Satria Yandi (2018)

Penggunaan Air Hujan Terhadap Karies Gigi Pada Masyarakat Di

Kecamatan Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2017

(No. 1) dengan

pendekatan cross sectional.

S : Masyarat Kecamatan Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman berjumlah 30 orang Teknik pengambilan sampel yaitu menggunakan rumus Slovin

V : Pengguanaan air hujan, indeks karies

I : Kuesioner dan indeks karies DMF-T.

menggunakan air PDAM paling banyak indeks karies gigi rendah yaitu (56,7%)

Responden

menggunakan air hujan paling banyak indeks karies gigi tinggi (50%),

Indeks karies gigi populasi berdasarkan indeks DMF-T responden menggunakan air PDAM dengan rata-rata 2,6 berada pada kategori rendah

Kelompok

menggunakan air hujan dengan rata-rata 6,7 kategori sangat tinggi

Terdapat pengaruh menggunakan air hujan dan tidak menggunakan air hujan dengan prevalensi karies di Kecamatan Batang Gasan. P = 0,000 <

Scholar

7. Prastiwi Setianingtya s1, Nita Nurniza , Fathimah Azzahra Attamimmi (2019)

Pencegahan Karies Dengan Aplikasi Topikal Fluoride Pada Anak Usia 12-13 Tahun

Vol 25 (No. 2)

D : Analisis kolmogrov- smirnov dan uji paired t-test.

S : Siswa dan siswi di SMP 77 Cempaka Putih khususnya siswa dan siswi kelas VII yang berjumlah 169

V : Pencegahan karies, perilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut

I : Leaflet, lembar pre test dan post test, sikat gigi, serta topical fluoride.

Sebagian besar siswa memiliki tingkat pengetahuan yang buruk tentang karies dan pencegahannya. Hal ini disebabkan karena belum adanya program kesehatan gigi dan mulut di sekolah tersebut.

Hasil pre test dan post test tersebut

menunjukkan peningkatan

pengetahuan siswa dan siswi kelas VII SMP 77 dalam hal karies dan pencegahannya

Terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah

Google scholar

(10)

penyuluhan, yaitu p- value < 0.05.

Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan tentang karies dan

pencegahannyan karena terdapat peningkatan pengetahuan tentang pencegahan karies setelah dilakukan penyuluhan pada siswa dan siswi kelas VII SMP Negeri 77 Cempaka Putih.

8. Lidia Iswanto, Jimmy Posangi, Christy N.

Mintjelunga n (2016)

Profil status karies pada anak usia 13- 15 tahun dan kadar fluor air sumur di daerah pesisir pantai dan daerah pegunungan

Vol. 4 (No. 2)

D : Deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional).

S : Anak usia 13- 15 tahun di daerah pesisir pantai Desa Lihunu dan di daerah

pegunungan Desa Rurukan,

sebanyak 60 orang.

Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive non probability sampling.

V : Status karies gigi, kadar fluor air sumur

I : Indeks DMF-T, spektrofotometer serapan Atom, AAS tipe A230.

Status karies pada anak usia 13-15 tahun di daerah pesisir pantai (Desa Lihunu) berdasarkan pemeriksaan indeks DMF-T sebesar 2,5 berada pada status karies rendah dan status karies pada anak usia 13-15 tahun di daerah pegunungan (Kelurahan Rurukan) berdasarkan pemeriksaan indeks DMF-T sebesar 6,2 termasuk dalam status karies tinggi.

Kadar fluor air sumur yang dikonsumsi di daerah pesisir pantai sebesar 0,25 ppm (kategori sangat rendah) dan kadar fluor air sumur yang dikonsumsi di daerah pegunungan sebesar 0,28 ppm (kategori sangat rendah).

Google scholar

9. Rani Lestari Yunita Napitupul, Rosihan Adhani , Isyana Erlita

Hubungan Perilaku Menyikat Gigi, Keasaman Air,

Vol. 3 (No. 1)

D : Observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

S : Murid MAN 2

Rata-rata indeks DMF-T sebesar 4,67 dan termasuk dalam kategori tinggi. Perilaku menyikat gigi memiliki skor 4.238 dengan

Google scholar

(11)

(2019) Pelayanan Kesehatan Gigi Terhadap Karies Di Man 2 Batola

Batola sebanyak 176 murid

V : Perilaku menyikat gigi, keasaman air, pelayanan kesehatan gigi terhadap karies

I : Indeks DMF-T, spektrofotometer serapan Atom, AAS tipe A230

persentase 40% dan termasuk dalam kategori buruk.

Keasaman air sungai memiliki pH 3,72 dan termasuk dalam kategori asam.

Pelayanan kesehatan gigi memiliki skor 92 dengan persentase 74%

dan termasuk dalam kategori baik. Uji Kruskal Wallis

didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05).

Hasil uji Friedman didapatkan hasil nilai sig 0,000 (p<0,05).

Mean rank keasaman air merupakan yang terbesar yaitu 4.00

10. Fitria Ihsanti, Widodo, Isnur Hatta (2018)

Perbandinga n Indeks Karies Dmf- T

Berdasarkan Jumlah Kandungan Fluor Air Gunung Di Kabupaten Balangan Dengan Air Sungai Di Banjarmasin

Vol. 2 (No.1)

D : Aanalitik observasional yang

menggunakan desain cross- sectional.

S : 52 responden pada masing- masing daerah.

Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling.

V : Indeks karies DMF-T, fluor air gunung dan sungai

I : Informe consent,

penyuluhan, sikat gigi , pemeriksaan karies DMF-T

Hasil analisis Mann- Whitney pada skor DMF-T menunjukkan nilai sig. yaitu 0,000 <

0,05 yang 45 berarti bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skor DMF-T siswa SMP kelas 1 Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan dengan skor DMF-T siswa kelas 1 SMP di Banjarmasin.

Hasil analisis Mann- Whitney pada jumlah kandungan fluor menunjukkan nilai sig.

yaitu 0,115 > 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah kandungan fluor air gunung dengan jumlah kandungan fluor air sungai.

Indeks DMF-T siswa kelas 1 SMPN 2 Awayan

Google scholar

(12)

Tebing Tinggi lebih rendah dibandingkan dengan siswa kelas 1 SMPN 15 Banjarmasin dan untuk jumlah kandungan fluor air gunung lebih rendah dari pada air sungai.

Dari 10 jurnal yang sudah dinilai layak, selanjutnya dikalsifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu jurnal yang membahas penggunaan flour sistemik terhadap pencegahan karies gigi dan jurnal yang membahas penggunaan flour lokal terhadap pencegahan karies gigi. Mayoritas artikel menggunakan desain cross sectional sebanyak jurnal.

Seluruh jurnal menggunakan ukuran terkecil (40 responden) sampai terbesar (189.080 responden). Tiap jurnal menganalisis penggunaan fluor sistemik terhadap karies gigi (6 jurnal) dan penggunaan fluor lokal terhadap karies gigi (4 jurnal).

Berdasarkan hasil literature review pada 10 jurnal, didapatkan beberapa pencegahan karies gigi dengan penggunaan flour.

Tabel 3 Hasil Review No. Pencegahan Karies Gigi

dengan Penggunaan Flour Artikel Terkait 1. Karies Gigi 1. Sunomo Hadi, & Jumriani

2. Jahja, Mohammad Taufik Adiko, Sunomo Hadi

3. Pratitis Widi Seno, Ambar Delfi Mardiunti, Dewi Sartieka Putri, Irma Khoerunisa, Fitri Diah Oktadewi

4. Made Ayu Lely Suratri, Tince A. Jovina, dan Indirawati Tjahja Notohartojo Pusat

5. Muhammad Taqi, Ishak Abdul Razak, Norintan Ab-Murat

6. Nadia Pinky Geovani, Intan Batura Endo Mahata, Satria Yandi

7. Prastiwi Setianingtyas1, Nita Nurniza , Fathimah Azzahra Attamimmi

8. Lidia Iswanto, Jimmy Posangi, Christy N.

Mintjelungan

9. Rani Lestari Yunita Napitupul, Rosihan Adhani , Isyana Erlita

10. Fitria Ihsanti , Widodo , Isnur Hatta 2. Air sumur 1. Sunomo Hadi, & Jumriani

2. Lidia Iswanto, Jimmy Posangi, Christy N.

Mintjelungan

3. Air minum 1. Made Ayu Lely Suratri, Tince A. Jovina,

(13)

dan Indirawati Tjahja Notohartojo Pusat

4 Air Hujan 1. Nadia Pinky Geovani, Intan Batura Endo Mahata, Satria Yandi

5 Air sungai 1. Rani Lestari Yunita Napitupul, Rosihan Adhani , Isyana Erlita

6 Air gunung 1. Fitria Ihsanti , Widodo , Isnur Hatta 7 Menyikat gigi 1. Jahja, Mohammad Taufik Adiko, Sunomo

Hadi

2. Muhammad Taqi, Ishak Abdul Razak, Norintan Ab-Murat

8 S-FMR 1. Pratitis Widi Seno, Ambar Delfi

Mardiunti, Dewi Sartieka Putri, Irma Khoerunisa , Fitri Diah Oktadewi

9 TAF 1. Prastiwi Setianingtyas1, Nita Nurniza ,

Fathimah Azzahra Attamimmi

Menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting dalam mencegah masalah pada rongga mulut salah satunya yaitu karies beberapa cara pencegahan karies gigi antara lain pengendalian plak, pengendalian bakteri, penggunaan flour, penutupan fissure, menyikat gigi, dan pengaturan diet (Tarigan, 2014).

Fluoridasi dapat dilakukan dengan 2 cara yakni secara topikal/lokal (langsung pada permukaan email) dan secara sistemik (minum tablet fluor, sehingga masuk kedalam peredaran darah) (Djamil, 2015).

Flour lokal yaitu flouridasi air, fluoride tablet dan tetes, susu yang mengandung fluoride, garam yang mengandung fluoride, dan teh yang mengandung fluoride, sedangkan yang termasuk dalam flour sistemik yaitu pasta gigi, kumur – kumur flour, aplikasi topical, dan gel flour,

Penggunaan Fluor Sistemik dan Lokal terhadap Karies Gigi yaitu gigi akan tahan terhadap karies gigi. Pada gigi berlubang, terutama bila lubang masih sangat dangkal pemberian fluoride bisa dilakukan. Serangan asam dapat dihentikan dengan melakukan remineralisasi (pemberian mineral) fluor di permukaan lubang atau email gigi

Penggunaan fluor sistemik terhadap pencegahan karies gigi.

Berdasarkan hasil literature review pada 10 jurnal, telah didapat 6 jurnal yang membahas Penggunaan fluor sistemik terhadap pencegahan karies gigi, flour sistemik terdiri dari air sumur, air minum, air hujan, air sungai , dan air gunung (Hadi &

(14)

Jumriani, 2019; Suratri et al., 2018; Geovani et al., 2019; Iswanto et al., 2016; Ihsanti Fitria, Widodo, 2018; dan Napitupulu et al., 2019).

Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang menyerang hampir semua orang di dunia. Fluoride dalam air sangat penting untuk kesehatan gigi terutama bagi anak-anak, hal ini karena jumlah asupan yang tepat dapat mendukung pembentukan email gigi yang tahan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh mulut. Semakin tinggi area, semakin rendah tingkat fluoride di dalam air, sedangkan semakin rendah area, semakin tinggi tingkat fluoride. Daerah dengan kadar fluoride tinggi dalam air minum memiliki persentase karies gigi yang rendah (Hadi & Jumriani, 2019). Tingginya status karies gigi pada anak diakibatkan karena rendahnya kadar flour air, keadaan kedalaman sumber air memengaruhi kadar fluor dalam air. Semakin dalam tanah (sumur), maka semakin tinggi juga kadar mineral yang terlarut dalam air (Iswanto et al., 2016).

Karies gigi berhubungan dengan kandungan flour yang terdapat dalam air minum.

Jenis sumber air minum yang terlindung dapat menjadi faktor pencegah untuk terjadinya karies gigi. Untuk mencegah atau mengurangi terjadinya karies gigi dengan mengonsumsi air minum dari jenis sumber air minum isi ulang dan air ledeng, serta menggunakan jenis sumber air dari sumur gali yang terlindungi untuk kebutuhan rumah tangga (Suratri et al., 2018).

Responden yang menggunakan air hujan paling banyak mengalami karies gigi, tingginya indeks karies masyarakat yang menggunakan air hujan disebabkan karena flour air hujan sangat rendah, semakin rendah kadar flour dalam air maka semakin tinggi tingkat keparahan karies gigi (Geovani et al., 2018).

Faktor keasaman air adalah yang paling berhubungan dengan karies, air sungai yang biasanya digunakan dalam kebutuhan sehari -hari, seperti menyikat gigi dan untuk dikonsumsi memiliki derajat keasaman (pH) rendah yang termasuk dalam kategori asam dan dapat menurunkan kekesrasan permukaan email gigi sehingga mempercepat terjadinya karies gigi (Napitupulu et al., 2019).

Siswa yang menggunakan air gunung memiliki lubang gigi yang rendah, derajat keasaman (pH) air gunung termasuk dalam katagori normal sehingga aman untuk dikonsumsi, kemungkinan tingginya tingkat keasaman pH mempengaruhi terjadinya karies (Ihsanti et al., 2018).

Berdasarkan hasil review dari artikel mengenai penggunaan fluor sistemik terhadap pencegahan karies gigi menunjukkan bahwa penggunaan flour yang dilakukan masuk kedalam peredaran darah, salah satunya menggunakan air dalam kategori pH yang normal dapat mencegah terjadinya karies gigi.

Penggunaan flour sistemik berupa air hujan dan air sungai kurang efektif digunakan dalam jangka panjang karena memiliki pH terlalu asam yang dapat menyebabkan karies gigi. Penggunaan flour sistemik yang paling efektif adalah menggunakan air minum, air sumur, dan air gunung karena memiliki pH air dalam kategori normal sehingga apabila digunakan secara terus menerus dapat mencegah terjadinya karies.

Penggunaan fluor lokal terhadap pencegahan karies gigi.

Berdasarkan hasil literature review pada 10 jurnal, telah didapat 4 jurnal yang membahas Penggunaan fluor lokal terhadap pencegahan karies gigi, flour lokal terdiri

(15)

dari menyikat gigi, S-FMR, dan TAF (Adiko & Hadi, 2017; Taqi et al., 2017; Seno et al., 2020; dan Setianingtyas et al., 2019;).

Faktor waktu menyikat gigi mempengaruhi terjadinya karies. Artinya semakin lama sisa makanan pada gigi, semakin cepat terjadinya pembusukan gigi. Oleh karena itu, lebih sering menggosok gigi terutama setelah makan dapat membantu mencegah terjadinya karies gigi (Adiko & Hadi, 2017). Anak-anak yang menyikat gigi menggunakan pasta gigi berflouride memiliki risiko rendah dengan hampir tidak adanya karies (Taqi et al., 2017).

Pencegahan karies pada anak harus dilakukan sejak usia dini melalui berbagai program. S-FMR dianggap efektif dalam mencegah karies karena metode sederhana, efektifitas biaya, efisiensi waktu, dan mudah dilakukan oleh pengawasan guru. Berkumur dengan larutan NaF akan meningkatkan efek remineralisasi dan meningkatkan kekerasan email. Larutan fluor pada gigi memiliki 3 mekanisme aksi kerja yaitu melalui peningkatan remineralisasi, pencegahan demineralisasi dan penghambatan glikolisis bakteri (Seno et al., 2020).

Anak yang berisiko karies tinggi harus segera dilakukan perawatan untuk mengurangi terjadinya karies atau mencegahnya. Upaya pencegahan yang paling efektif salah satunya adalah dengan aplikasi topikal fluoride, Flouride mempunyai efek antimikroba yang dapat mencegah karies. (Setianingtyas et al., 2019).

Berdasarkan hasil review dari artikel mengenai penggunaan fluor lokal terhadap pencegahan karies gigi menunjukkan bahwa penggunaan flour yang dilakukan secara langsung pada permukaan email dapat mencegah terjadinya karies gigi, pemberian ini untuk mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi, sehingga proses kerusakan gigi lanjut dapat dihindari.

Penggunaan fluor lokal berupa menyikat gigi, S-FMR, dan TAF memiliki manfaat dan tingkat keefektifan yang berbeda – beda. Penggunaan flour lokal biasanya dilakukan dengan menyikat gigi menggunakan pasta gigi, tetapi perlu adanya upaya pencegahan yang efektif berupa S-FMR dan TAF untuk mengurangi prevalensi karies gigi sejak dini, namun penggunaannya harus tepat dosis, jika tidak, akan menyebabkan kelainan gigi atau gejala keracunan jika digunakan dalam jumlah besar dan terserap dalam periode wakrtu tertentu dapat membahayakan kesehatan

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil literature review dari 10 artikel jurnal yang telah direview, dapat disimpulkan bahwa :1) Penggunaan fluor sistemik terhadap pencegahan karies gigi yaitu melalui air sumur, air minum, air hujan, air sungai, dan air gunung. Fluor secara sistemik yang digunakan terus menerus selama usia pre erupsi gigi permanen akan terdeposit pada seluruh permukaan keras gigi dan memberikan proteksi karies jangka panjang karena flour air dengan konsentrasi 1 ppm efisien dalam upaya pencegahan karies. 2) Penggunaan fluor lokal terhadap pencegahan karies gigi yaitu dengan menyikat gigi, S-FMR, dan TAF. Pemberian ini untuk mencegah perlekatan bakteri pada permukaan gigi, sehingga proses kerusakan gigi lanjut dapat dihindari melalui peningkatan remineralisasi, pencegahan demineralisasi dan penghambatan glikolisisbakteri

DAFTAR PUSTAKA

(16)

Adiko, M. T., & Hadi, S. (2017). The Correlation Between Teeth Brushing Time and the Number of DMF-T On Iv And V Grade Elementary Students In Surabaya. 2(2), 39–43.

Adhani R, Rachmadi P, Nurdiyana T, Widodo (2015). Karies gigi di masyarakat lahan basah.

Cetakan ke 1. Banjarmasin: Pustaka Banua.

Annisa, A., & Ahmad, I. (2018). Mekanisme fluor sebagai kontrol karies pada gigi anak. Indonesian Journal of Paediatric Dentistry, 1(1), 63-69.

http://jurnal.pdgi.or.id/index.php/ijpd/article/view/319

Fejerskov, O., Nyvad, B., & Kidd, E. (2015). Dental caries: the disease and its clinical management. John Wiley & Sons.

Geovani, N. P., Endo Mahata, I. B., & Yandi, S. (2019). Pengaruh Penggunaan Air Hujan Terhadap Karies Gigi Pada Masyarakat Di Kecamatan Batang Gasan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2017. B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah, 5(1), 45–48. https://doi.org/10.33854/jbdjbd.137

Hadi, S., & Jumriani. (2019). Fluoride Level of Well Water and Dental Caries Status of Children in Surabaya. Aloha International Journal of Health Advancement (AIJHA), 2(3), 52–56. https://doi.org/10.33846/aijha20301

Ihsanti Fitria, Widodo, I. H. (2018). Dentin perbandingan indeks karies dmf-t berdasarkan jumlah kandungan fluor air gunung di Kabupaten Balangan dengan air sungai di

Banjarmasin. Dentin , 2(1).

http://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/dnt/article/view/408

Iswanto, L., Posangi, J., & Mintjelungan, C. N. (2016). Profil status karies pada anak usia 13-15 tahun dan kadar fluor air sumur di daerah pesisir pantai dan daerah pegunungan. E-GIGI, 4(2). https://doi.org/10.35790/eg.4.2.2016.13649

Kanduti, D., Sterbenk, P., & Artnik, B. (2016). Fluoride: a review of use and effects on health. Materia socio-medica, 28(2), 133. https://dx.doi.org/10.5455%2Fmsm.2016.28.133- 137

Kemenkes RI (2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Katalog Dalam Terbitan.

Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

Margareta, S. (2012). 101 tips & terapi alami agar gigi putih & sehat.

Napitupulu, R. L. Y., Adhani, R., & Erlita, I. (2019). Hubungan Perilaku Menyikat Gigi, Keasaman Air, Pelayanan Kesehatan Gigi Terhadap Karies Di Man 2 Batola. Dentin

Jurnal Kedokteran Gigi, 3(1), 17–22.

http://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/dnt/article/view/886

Nurhamidah, Ramadhan, E. S., Asmawati, & Juni. (2016). Hubungan status kesehatan gigi dan mulut dengan prestasi belajar siswa/i sd negri 2 sangga beru kecamatan gunung meriah kabupaten aceh singkil. Jurnal Kesehatan Gigi, 03(2), 35–40.

https://doi.org/10.31983/jkg.v3i2.1776

Poetra, E. A. (2020). Efektivitas Permen Teh Hitam (Camellia Sinensis) Mengandung Sorbitol Terhadap Peningkatan kadar Fluor Anak Usia 7-8 Tahun sdn 19 Cempaka

(17)

Putih Barat. (Doctoral dissertation, Universitas YARSI).

http://digilib.yarsi.ac.id/id/eprint/8703

Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N (2012). Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC.

Setianingtyas, P., Nurniza, N., & Attamimmi, F. A. (2019). Pencegahan Karies Dengan Aplikasi Topikal Fluoride Pada Anak Usia 12-13 Tahun. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 25(2), 75. https://doi.org/10.24114/jpkm.v25i2.13177

Suratri, M. A. L., Jovina, T. A., & Notohartojo, I. T. (2018). Hubungan Kejadian Karies Gigi dengan Konsumsi Air Minum pada Masyarakat di Indonesia. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 28(3), 211–218. https://doi.org/10.22435/mpk.v28i3.254

Tarigan R (2014). Karies gigi. Edisi ke 2. Jakarta: EGC

Taqi, M., Razak, I. A., & Ab-Murat, N. (2017). Caries Risk Assessment in School Children Using Reduced Cariogram Model. Pakistan Journal of Medical Sciences, 33(4), 948.

https://doi.org/10.12669/PJMS.334.13106

Widi Seno, P., Delfi Mardiunti, A., Sartieka Putri, D., Khoerunisa, I., & Diah Oktadewi, F.

(n.d.). School-Based Flouride Mouth Rinse (S-Fmr) Sebagai Upaya Pencegahan Karies Pada Anak: Sebuah Tinjauan Pustaka. In ODONTO Dental Journal (Vol. 7). Retrieved April 23, 2021, from http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/odj/article/view/1085

Gambar

Tabel 2 menyajikan rangkuman hasil literature review tentang Penggunaan Fluor  Sistemik Dan Lokal Terhadap Pencegahan Karies Gigi
Tabel 3 Hasil Review  No.  Pencegahan Karies Gigi

Referensi

Dokumen terkait

E-Commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi

Sebelumnya ada beberapa penelitian yang meneliti penggunaan Edmodo untuk pembelajaran e-learning yang di perlakukan untuk meningkatkan hasil belajar, salah satunya adalah

[r]

Setelah aplikasi sudah menjadi suatu perangkat lunak yang siap pakai, harus dites dahulu sebelum digunakan menggunakan pengujian blackbox , pengujian pada beberapa

 Mengisi masa terluang di dalam kelas dengan aktiviti membaca dan mencungkil bakat kreativiti pelajar dalam menghasilkan sudut bacaan yang menarik7. PENGISIAN

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini akan menggambarkan karakteristik daerah di Kawasan Timur Indonesia, memprediksi status ketertinggalan

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa penambahan ekstrak jahe merah dalam pembuatan permen jelly memberikan pengaruh nyata pada aktivitas antioksidan pada

Saya adalah mahasiswi Universitas Katolik Soegijapranata Fakultas Ekonomi, jurusan Manajemen, angkatan 2010 yang sedang melakukan penelitian mengenai : “ Pengaruh